BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OKhttp://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:wd3y4Meyy6UJ:www.scribd.com/doc/47532097/BOOK-OF-ARCHITECTURE-GOOD-OF-BOOK-OK-OK+Informasi+Pemekaran+Imekko&cd=7&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a&source=www.google.co.id
ARSITEKTUR
HALIT-MBOL CHALIT
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Indonesia adalah sebuah Negara kepulauan yang terdiri
dari 17.508 pulau dan didominasi oleh perairan laut yang luasnya
mencapai 62% dari luas Indonesia, dengan sepanjang 81.000 km, serta
terdapat sekitar 9261 desa pantai dengan jumlah penduduk 22 %. Di
wilayah pantai dan 78 %. Pada banyak satuan permukaan, perairan laut dan
daratan merupakan ruang yang relatif dominan dengan berbagai pola
permukiman. Dari sekian banyak permukiman perairan laut dan daratan,
salah satu diantaranya adalah Suku Maybrat, Imian, Sawiat, di Kabupaten
Sorong Selatan dan Kabupaten Maybrat, Papua. Secara geografis suku
Maybrat mendiami di Distrik Ayamaru, Aitinyo, Aifat. Suku Imian Sawiat
hidup di distrik Sawiat dan Teminabuan, dengan tipe iklim tropis basah,
dan didominasi oleh penduduk dengan mata pencaharian Petani, Nelayan dan
pemburu. Dari aktivitas yang heterogen ini ditunjang oleh rumah
panggung dan rumah gantung dengan material pendukung umumnya berasal
dari alam, dan berdiri diatas perairan bagi para nelayan, dan bagi para
petani struktur bangunan berdiri diatas permukaan tanah, sungai, pesisir
pantai maupun di atas pohon. Penghuni pemukiman ini adalah merupakan
etnik , yaitu satu suku besar suku Maybrat, dan dua anak suku Imian,
Sawiat yang adalah suku besar dari Tehit. Mata pencaharian pokok mereka
adalah berkebun, menangkap ikan dengan perahu dan memburu binatan liar
dengan Tombak, Jubi, Panah, Parang dan Anjing. mereka dikenal dengan
sebutan manusia nelayan, petani dan pemburu. Sebagai manusia nelayan,
petani dan pemburu, mereka melakukan segala aktivitas dan menghabiskan
hidupnya dengan mengail, bercocok tanam dan memburu. Kemudian sejalan
dengan bertambahnya waktu, mereka menetap dalam suatu hunian dan
berkelompok membentuk suatu permukiman (urban space), namun budaya
mengail, bertani dan memburu masih mempengaruhi kehidupan mereka sampai
sekarang. Keberhasilan dan kelanggengan rumah halit-mbol chalit dalam
kehidupan orang Maybrat, Imian, Sawiat, terlihat memberikan kenyamanan
kepada penghuni dalam hal kenyamanan dari
Hamah Sagrim
1
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Musu, Hewan atau binatan buas serta iklim sekitar, akan tetapi kelayakan
daripada ruang thermal sendiri belum memberikan kenyamanan yang sesuai,
karena terlihat begitu tertutup dengan ruangan yang multifungsi yang
mana didalamnya seluruh aktifitas penghuni berlangsung. Dari organisasi
ruang yang multifungsi serta ruang thermal yang dipengaruhi oleh asap
api akibat pembakaran kayu bakar ketika masak, menimbulkan kepulan asap
yang berpotensi mengakibatkan ispa kepada penghuni dan kadangkala
penghuni batuk-batuk dan sakit mata yang mengakibatkan airmatanya
bercucuran, bahkan berbahaya bagi bayi. Kadangkala ibu harus menggendong
bayi untuk duduk diluar teras (isit) guna menghindari pengaruh asap api
terhadap bayi. Dari bentuk dan tata ruang seperti demikian dengan
kenyamanan thermal seperti demikian, maka dirasa perlu untuk diteliti
untuk mengetahuinya secara rinci. Penelitian ini tidak serta merta
karena dipengaruhi oleh situasi thermal saja, namun juga bertujuan untuk
meredesain bentuknya arsitektur halit-mbol chalit dari bentuk
tradisional ke bentuk moderen dengan pertimbangan kenyamanan thermal dan
juga memasukkan unsur-unsur estetika, yang dimaksud untuk membuat
bangunan halit-mbol chalit menjadi estetis. Selain pertimbangan
kenyamanan thermal dan estetika, didalam ornament-ornament estetika,
merupakan filosofi orang Maybrat, Imian, Sawiat yang khas, yang diangkat
dari kehidupan sosial budaya mereka sehari-hari.
B. Permasalahan Berdasarkan gambaran yang telah diuraikan pada latar
belakang, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut : 1.
Bagaimana pengaruh bentuknya arsitektur rumah tinggal suku Maybrat Imian
Sawiat Papua dalam menciptakan kenyamanan thermal bangunannya? 2.
Bagaimana pengaruh faktor iklim terhadap kenyamanan thermal rumah
tinggal (Halitmbol chalit) di wilayah pesisir dan wilayah pegunungan. 3.
Bagaimana Meredesain bentuk arsitektur halit-mbol chalit dengan
pertimbangan kenyamanan thermal serta memasukan unsur budaya sebagai
estetika dari tradisional kebentuk moderen dengan mempertahankan seluruh
alirannya.
Hamah Sagrim
2
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
C. Tujuan Penelitian Berangkat dari permasalahan yang telah diungkapkan
pada uraian latar belakang, maka yang menjadi tujuan penelitian ini
adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh bentuk arsitektur rumah tinggal
suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua (halit-mbol chalit) dalam menciptakan
kenyamanan thermal bangunannya. 2. Untuk mengetahui faktor iklim
terhadap kenyamanan thermal rumah tinggal halitmbol chalit. 3. Untuk
mengembangkannya menjadi bentuk moderen dengan pertimbangan
kenyamanan thermal serta memasukkan unsur estetika dari nilai-nilai
filosofi sebagai ornament yang estetis dengan mempertahankan gaya dan
aliran arsitekturalnya.
D. Manfaat Penelitian Seluruh hasil yang didapat dari studi penelitian
ini baik berupa rumusan-rumusan, pembuktian teori ataupun temuan-temuan
tertentu diharapkan: 1. Dapat memberi kontribusi terhadap pengembangan
ilmu pengetahuan dan dapat dipergunakan untuk kemungkinan penelitian
lebih lanjut tentang rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, wilayah
pesisir dan pegunungan. 2. Dapat memberi masukan teknis dalam rancangan
bangunan rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, yang khas yaitu di
wilayah pesisir dan wilayah pegunungan dalam merespons akan pengaruh
iklim tropis lembab, Sehingga selain aspek teknis dan kesehatan dapat
lebih memenuhi persyaratan, dari aspek sosial budaya masyarakat setempat
yang dapat sesuai dan diterima. 3. Dapat menjadi masukan kepada
pemerintah dan masyarakat dalam setiap aktifitas pembangunan.
Memindahkan pengaruh iklim di daerah tropis lembab sehingga pembangunan
yang di laksanakan selalu mengacu pada faktor lingkungan.
Hamah Sagrim
3
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Arsitektur dan Kebudayaan 1. Pengertian Budaya Kebudayaan berasal
dari bahasa sangsekerta ³buddhayah´ bentuk jamak dari ³budhi´ dengan
arti budhi atau akal, karenanya kebudayaan dapat diartikan dengan segala
hal yang bersangkutan dengan akal. Budaya dapat pula berarti sebagai
hasil pengembangan dari kata majemuk budi dan daya, yang berarti daya
dari budi yang berupa cipta, rasa dan karsa. Selanjutnya kebudayaan bila
ditinjau dari ilmu Antropologi, adalah keseluruhan dari sistem gagasan,
tindakan pola hidup manusia dan karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan sebagai pemilik dari manusia dengan belajar.
hampir keseluruhan tindakan manusia adalah kebudayaan. Menurut ilmu
Arsitektur, manusia yang memiliki budaya membangun adalah manusia yang
berbudaya mencipta, orang yang berjiwa seni, orang yang berjiwa
merancang, orang yang berjiwa perencana. Hanya sedikit tindakan manusia
dalam rangka kehidupan masyarakat yang tidak perlu dibiasakan dengan
belajar, antara lain yang berupa tindakan naluriah, beberapa refleksi,
beberapa tindakan akibat proses psikologi, tindakan dalam kondisi tidak
sadar, tindakan dalam membabi buta, bahkan berbagai tindakan manusia
yang merupakan kemampuan naluri yang dibawa oleh manusia dalam genetik
semenjak lahirnya juga telah dirombak olehnya menjadi tindakan
kebudayaan. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan yang dipunyai oleh
manusia sebagai makhluk sosial, yang isinya adalah perangkat model ±
model pengetahuan yang secara efektif dapat digunakan untuk memahami dan
menginterpretasikan lingkungan yang dihadapi dan untuk mendorong dan
menciptakan tindakan ± tindakannya. Dalam pengertian ini kebudayaan
adalah suatu kumpulan pedoman atau pegangan yang kegunaan operasionalnya
dalam hal ini adalah manusia mengadaptasi diri dengan menghadapi
lingkungan ± lingkungan tertentu (fisik, alam, Hamah Sagrim 4
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
sosial dan kebudayaan) untuk mereka dapat tetap melangsungkan
kehidupannya, yaitu memenuhi kebutuhan ± kebutuhan dan untuk dapat hidup
secara lebih baik lagi. Karena itu seringkali kebudayaan juga dinamakan
sebagai ³blueprint´ atau desain menyeluruh dalam kehidupan.
2. Wujud Arsitektur Tradisional Maybrat Imian Sawiat dan Kebudayaan Pada
hakekatnya Arsitektur Tradisional Maybrat, Imian, Sawiat, merupakan
pencerminan kehidupan yang menggambarkan jati diri Orang Maybrat, Imian,
Sawiat, yang mana ditampilkan dalam meramu rumah mereka, termasuk
didalamnya adalah: kehidupannya, sosialnya, ekonomi ± spiritual dan
budayanya. Dengan demikian Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian,
Sawiat, merupakan salah satu artefak dari jejak perjalanan hidup Suku
Maybrat, Imian, Sawiat. Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian,
Sawiat, merupakan suatu ciri (idea), konsep,
kaidah, prinsip, yang merupakan dasar pengolahan batin pikiran dan
perasaan mereka dalam mencipta dan berkarya. Pada dasarnya arsitektur
Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, sudah mampu memenuhi tuntutan
kebutuhan Arsitektur, yaitu : y y y Menjaga kelangsungan hidup dan
kehidupan Manusia. Mengembangkan kehidupan Manusia untuk lebih bermakna
Membuat kehidupan Penghuni lebih nyaman
Dapat dikatakan bahwa Suku Maybrat, Imian, Sawiat, juga memiliki lima
jenjang kebutuhan terpenting dalam hidup mereka yaitu : a. Physiological
needs atau survival needs, adalah kebutuhan yang menduduki peringkat
atas yang merupaka kebutuhan dasar manusia. Jenjang kebutuhan ini berisi
kebutuhan ± kebutuhan orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang berkaitan
dengan alam dan keberadaannya sebagai manusia, yaitu kebutuhan akan
makanan, kebutuhan akan tempat tinggal, dan teks. b. Safety needs atau
security needs, adalah jenjang kebutuhan yang kedua berisi kebutuhan ±
kebutuhan yang berkaitan dengan keamanan, agar dirinya merasa aman dan
terlindung dari setiap gangguan. c. Social needs, atau belonginess
needs, adalah jenjang kebutuhan yang ketiga yang berisi kebutuhan ±
kebutuhan orang Maybrat, Imian, Sawiat, berkaitan dengan kedudukannya
Hamah Sagrim 5
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
sebagai anggota masyarakat, sebagai makhluk sosial yang akan
berinteraksi ± interelasi dan berinapendensi dengan anggota masyarakat
lainnya. d. Esteem needs atau ego needs, adalah jenjang kebutuhan yang
keempat yang berisikan kebutuhan ± kebutuhan orang Maybrat, Imian,
Sawiat, akan penghargaan yang didasarkan pada keinginan untuk mendapat
kekuasaan (power needs). Pada dasarnya ingin dihargai dan keinginan
inilah yang menghasilkan kebutuhan orang Maybrat, Imian, Sawiat, akan
penghargaan tersebut yang disebut dengan ³Bobot´. e. Self actualization
needs atau self Fulfillment needs, jenjang kebutuhan ini berisikan
kebutuhan orang Maybrat, Imian, Sawiat, sehingga mereka dapat
mengembangkan bakat dan kemampuannya dengan sepenuhnya. Kebutuhan ini
merupakan ciri hakiki manusia umumnya. Arsitektur Tradisional Suku
Maybrat, Imian, Sawiat, mempunyai peranan penting dalam pemenuhan
kebutuhan ± kebutuhan mereka, oleh karena itu arsitektur Tradisional
Suku Maybrat, Imian, Sawiat, bukan hanya menyangkut masalah
fungsionalitas saja, bukan hanya diperuntukan sebagai wadah kegiatan
mereka belaka, dan tidak hanya sebagai sarana pemenuhan kebutuhan
fisiologik. Perwujudan arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian,
Sawiat, tidak hanya berlandaskan pada asas fungsionalitas atau kegunaan
saja, walaupun asas ini cukup dominan, akan tetapi tidak akan menjadi
asas satu ± satunya ataupun penentuan didalam perwujudan hasil ± hasil
karya arsitektur. Perwujudan Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian,
Sawiat, tidak hanya menyangkut aspek ± aspek fungional saja, melainkan
menyangkut seluruh aspek kebutuhan didalam kebutuhan Masyarakat Maybrat,
Imian, Sawiat. Perwujudan arsitektur yang mengandung nilai ± nilai
manusiawi. Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, merupakan
manifestasi dari nilai ±nilai budaya, yang mana ditentukan oleh lima
masalah didalam kehidupan mereka yaitu : hakekat hidup, hakekat karya,
persepsi mereka tentang waktu, pandangan mereka tentang alam dan hakekat
mereka dengan sesamannya. Kelima masalah dasar ini banyak berkaitan
dengan lingkungan, baik lingkungan alami maupun lingkungan fisik mereka
yang mana terbangun dengan lingkungan sosial. Dua masalah yang berkaitan
dengan masalah lingkungan mereka yaitu pandangan mereka tentang alam,
dan hakekat mereka dengan sesamanya. Kedua masalah ini akan menentukan
orientasi nilai budaya Hamah Sagrim 6
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
mereka terhadap alam dan sesama mereka, yang kemudian direfleksikan
kedalam wujud arsitekturalnya. Berkaitan dengan sikap dan orientasi Suku
Maybrat, Imian, Sawiat, terhadap alamnya, mereka telah mengalami
peradaban dalam kebudayaan mereka yaitu : y Pancosmism, merupakan fase
dimana Suku Maybrat, Imian, Sawiat, tunduk kepada Alam dan Merasa mereka
adalah bagian dari alam. Hal ini merupakan kecenderungan kehidupan mula
± mula nenek moyang mereka yang mana tidak mampu dalam mencipta segala
sesuatu bagi mereka, termasuk membangun suatu tempat tinggal (rumah)
bagi mereka. Hal ini cenderung mendorong nenek moyang mereka menjadi
bersikap pasrah terhadap kondisi alam. y Anthropocentries, merupakan
fase dimana Orang Maybrat, Imian, Sawiat, dengan
kemampuannya menguasai alam dan merasa berkuasa atas alam sekitar
mereka. Eksploitasi alam ini mendorong terjadinya kerusakan ± kerusakan
lingkungan alam disekitar permukiman mereka. y Holism, merupakan tahapan
atau fase dimana Orang Maybrat, Imian, Sawiat, mampu menyelaraskan
kehidupan dan aktifitasnya dengan alam sekitar. Dalam mendaya gunakan
lingkungan alamnya, Orang Maybrat, Imian, Sawiat, juga mampu
memperhatikan daya dukung alam sekitar mereka sehingga kelangsungan
aktifitas mereka tetap berlangsung. Pandangan ± pandangan Orang Maybrat,
Imian, Sawiat, terhadap situasi dan alamnya memiliki pengaruh yang
sangat besar bagi wujud Arsitektural mereka. Ketergantungan Orang
Maybrat, Imian, Sawiat, terhadap situasi dan alam termanifestasi kedalam
wujud arsitekturnya yang sangat tergantung pada karakter ± karakter
alam dan situasi lingkungan sekitar. Hasil karya Arsitektur Tradisional
mereka cenderung mengandung makna ketakutan dari mereka Terhadap alam
dan kehidupan mereka yang berkaitan dengan masalah ± masalah mistis
ataupun kekuatan ± kekuatan ghaib dan kekuatan musuh yang berada diluar
diri mereka. Keinginan mereka untuk menguasai alam membuat mereka
cenderung berupaya untuk mengeksploitasi alam sekitar. Hasil ± hasil
karya Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, menjadi sangat
jauh dari lingkungannya lepas dari lingkungan alamiahnya. Keselarasan
dengan alam, Suku Maybrat, Imian, Sawiat, cenderung mencari pertautan
dengan lingkungan mereka. Kekuatan ± kekuatan lingkungan dan alam
sekitar tidak lagi dikaitkan dengan kekuatan Theologi moderen atau yang
Hamah Sagrim
7
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
dikenal pada wilayah mereka adalah theology kristiani. Alam merupakan
faktor ± faktor yang dipertimbangkan bagi usaha ± usaha mereka.
B. Aspek Sosial Budaya Suku Maybrat Imian Sawiat Pesisir dan Pegunungan.
Suku Maybrat, Imian, Sawiat, melengkapi diri mereka dengan kebudayaan,
yaitu perangkat pengendali berupa rencana, aturan, resep dan instruksi
yang digunakan oleh mereka untuk mengatur terwujudnya tingkah laku dan
tindakan tertentu. Dalam pengertian ini, kebudayaan mereka berfungsi
sebagai ³alat´ yang paling efektif dan efisien dalam menghadapi
lingkungan. Kebudayaan mereka yang cenderung adalah bukanlah sesuatu
yang dibawa bersama semenjak kelahiran, melainkan diperoleh melalui
sosial kehidupan sehari ± hari mereka. Dalam pengertian ini, kebudayaan
adalah pengetahuan. Secara sederhana, masyarakat pantai adalah merupakan
sekelompok orang atau penduduk yang kehidupannya tergantung pada laut
baik sebagai sumber atau sarana. Menurut Mattuladan dalam Sudharta P.
Hadi, 1995, mengungkapkan bahwa masyarakat pantai berada dalam kehidupan
budaya laut atau kehidupan yang mendapatkan inspirasi dan kreativitas
yang tumbuh dari suasana lautan, suasana maritim. Sebaliknya, secara
sederhana, masyarakt
pegunungan/daratan merupakan kelompok atau penduduk yang hidupnya
tergantung pada perladangan dan hutan sebagai sumber. Masyarakat
daratan/pegunungan berada pada kehidupan yang mendapatkan inspirasi dan
kreativitas yang tumbuh dari suasan alam hutan.
C. Makna Bangunan Rumah Sebagai Budaya Hakekatnya bangunan rumah
merupakan pencerminan berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk
didalamnya antara lain kehidupan sosial, ekonomi, spiritual dan budaya.
Dengan demikian bangunan rumah merupakan hasil produk manusia itu
sendiri. Disadari bahwa manusia hidup dengan keinginan akan segala
sesuatu baik tempat tinggal, makanan, pakaian dan teks yang mana
disadari merupakan kebutuhan pokok. Pada dasarnya bangunan rumah
diadakan untuk memenuhi kebutuhan yang ditunjukkan untuk :
1. Menjaga kelangsungan hidup dan kehidupan. 2. Mengembangkan kehidupan
untuk lebih bermakna. 3. Membuat kehidupan untuk lebih nyaman.
Hamah Sagrim
8
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
1. Struktur Bangunan Rumah Bangunan rumah merupakan salah satu kebutuhan
pokok manusia, selain sandang, pangan dan teks, papan juga dibutuhkan.
Manusia membutuhkan kenyamanan akan diri sehingga ia mampu menciptakan
segala sesuatu yang memenuhi kebutuhan akan kenyamanan itu. Berbicara
mengenai suatu bangunan rumah, berarti berkaitan dengan struktur dan
elemen ± elemen pembentukan bangunannya, oleh karena itu tidak lengkap
dan tidak jelas jika berbicara suatu bangunan rumah tanpa berbicara
strukturnya. Struktur bangunan rumah, terdiri dari tiga elemen pokok
yaitu; Koloum, Dinding dan Atap yang mana teruarai sebagai berikut: a.
Struktur Atap Yang dimaksud dengan struktur atap adalah, bagian elemen
atau struktur kelengkapan sebuah bangunan yang posisinya berada di
bagian atas (kepala) yang mana terdiri dari; rangka, yaitu kuda-kuda,
reng, nok/usuk dan atap. Secara mayoritas Atap bangunan rumah suku
Maybrat, Imian, Sawiat, membentuk atap pelana. Atap sebagaimana layaknya
filosofi kepala atau rambut seorang manusia yang bisa digunting dengan
beragam bentuk, begitupun atap bangunan dengan berbagai bentuk dan gaya
tergantung bentuk atau gaya mana yang ingin ditampilkan. Misalnya
tampilan atap perisai, tampilan atap pelana, tampilan atap kubah,
tampilan atap joglo, atau tampilan atap gabungan. b. Struktur Dinding
Dinding adalah suatu bagian elemen bangunan yang posisinya di tengah
(badan). Dinding terdiri dari rangka, dan penutup dinding (walls). Pada
umumnya bahan dinding yang di gunakan oleh suku Maybrat, Imian, Sawiat,
dalam membangun rumah tinggal mereka adalah; Bahan Kulit Kayu Bahan
Gaba ± gaba Bahan bambu Bahan kayu Jika filosofi kepala manusia
sebagai atap, maka filosifi badan manusia diibaratkan sebagai dinding
bangunan, yang didalamnya terdapat ruang aktifitas penghuni.
Hamah Sagrim
9
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
c. Struktur Koloum Koloum merupakan struktur dasar (kaki) sebuah
bangunan yang mana berdiri sebagai ukuran dalam pembentukan suatu
bangunan dengan ruang ± ruangnya. Koloum yang posisinya berhubungan
langsung dengan pondasi, terdiri dari struktur koloum Induk dan koloum
Bantu. d. Interior Tujuan dari membangun suatu bangunan adalah untuk
menciptakan ruang beraktifitas dan ruang berlindung yang nyaman.
Interior dalam pengertian bahasa inggris dan (samu mato) dalam bahasa
Maybrat, adalah ruang dalam bangunan, oleh karena itu interior merupakan
salah satu elemen yang tercipta atas hasil bangunan yang terbentuk oleh
elemen vertikal (dindingdinding) dan elemen horizontal (lantai) Selain
kepala, badan dan kaki, manusia juga memiliki hati. Hati adalah salah
satu organ penting manusia yang mana mampu memberikan yang terbaik dan
yang tidak baik dalam pertimbangan pemikiran seseorang, begitupun ruang
dalam sebuah bangunan yang mana mampu menyimpan segala rahasia seseorang
penghuni baik itu yang berkaitan dengan hal yang baik dan µhal tidak
baik¶. 2. Fungsi Bangunan Rumah Bangunan rumah merupakan kebutuhan
manusia, yang mana tidak hanya sekedar dibutuhkan semata ± mata namun
secara umum bangunan dibutuhkan sebagai tempat melindungi diri atau
suatu hunian moderen dan gudang. Bangunan juga berfungsi sebagai tempat
menampung segala sesuatu yang berkaitan dengan aktifitas dan kebutuhan
penghuni yang berkelanjutan. Khusus fungsi bangunan akan di ulas secara
detil sebagai berikut : a. Fungsi Atap Atap yang secara univorum
dikenal, merupakan suatu struktur atau elemen bangunan yang berfungsi
sebagai penutup bangunan dan pelindung yang memberi kenyamanan kepada
penghuni dari matahari, hujan, angin serta pengaruh situasi iklim
sekitarnya. Atap (afi) dalam pengertian orang Maybrat Imian Sawiat,
dibutuhkan sebagai penerus aliran hujan dan penghambat terik matahari
kedalam ruang bangunan (interior). b. Fungsi Dinding Dinding (kriras)
merupakan struktur atau elemen suatu bangunan yang dibutuhkan. Didinding
bahwasanya berfungsi membentuk suatu ruang, melindungi penghuni dari
angin, dan melindungi penghuni dengan segala aktifitas yang sedang
berlangsung dalam ruang. Hamah Sagrim 10
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
c. Fungsi Koloum Koloum (hafot) sebagai salah satu struktur atau elemen
terpenting dalam membangun sebuah bangunan, Karena selain kloum yang
berfungsi sebagai pemikul bangunan beserta segala isinya dan sebagai
penyalur beban suatu bangunan ke tanah, struktur koloum juga merupakan
suatu elemen yang dijadikan sebagai patokan atau ukuran dalam membentuk
suatu bidang dan ruangan tertentu. Bagi orang Maybrat Imian dan Sawiat,
struktur koloum diperlukan untuk pembentukkan suatu bentuk bangunan dan
menambah ketinggian bangunan. Pemikiran tersebut berkaitan dengan
situasi mula ± mula mereka yang hidupnya selalu berperang, sehingga
dalam meramu suatu rumah hunian biasanya terlihat sangat monumental dan
dilapisi kayu, karena dapat
terhindar dari serangan musuh yang tiba ± tiba di luar kemampuan dan
kesiapsiagaan mereka. d. Fungsi Ruang dalam Interior Interior (samu
mato) merupakan pusat keberlangsungan segala aktifitas, oleh karena itu
interior mempunyai peranan dan fungsi yang sangat luas dalam mendirikan
suatu bangunan. Orang Maybrat Imian dan Sawiat pada hakekatnya
membutuhkan suatu ruang untuk kelangsungan akan aktifitas kehidupan
mereka. 3. Makna Bangunan Bangunan atau rumah di maknai sebagai jantung
kehidupan yang mampu memberi kehidupan yang layak kepada penghuninya.
Rumah juga di isyaratkan dengan filosofi manusia, yang terdiri dari
kepala (atap), badan (dinding dan interior) dan kaki (koloum). Ada
ungkapan dimasyarakat yang berbunyi ³rumah mu, wajahmu, dan jiwamu´.
Dari ungkapan itu tampak bahwa perumahan dalam kehidupan manusia Maybrat
Imian Sawiat mempunyai arti dan makna yang dalam yaitu : kesejahteraan,
kepribadian, dan keberadaban manusia penghuninya (suatu masyarakat atau
suatu bangsa). Perumahan tidak sekedar dilihat sebagai suatu benda mati
atau sarana kehidupan semata ± mata, tetapi lebih dari itu, perumahan
merupakan suatu proses bermukim. Kehadiran manusia dalam menciptakan
ruang hidup di lingkungan masyarakat dan alam sekitarnya. Bermukim pada
hakekatnya adalah hidup bersama, dan untuk itu fungsi rumah tradisional
Suku Maybrat Imian Sawiat adalah sebagai tempat tinggal dalam suatu
lingkungan yang mempunyai prasarana dan sarana yang diperlukan oleh
mereka untuk memasyarakatkan dirinya. Rumah juga merupakan sarana
pengaman bagi diri manusia, Hamah Sagrim 11 mereka, hunian dan
kenyamanan keberlangsungan hidup dan
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
pemberi ketenteraman hidup, dan sebagai pusat kehidupan berbudaya.
Didalam rumah dan lingkungannya itu, dibentuk dan berkembang menjadi
manusia yang berkepribadian. Dilihat dari fungsinya rumah Tradisional
Suku Maybrat Imian Sawiat juga memiliki fungsi lain yaitu; fungsi
sosoial, fungsi ekonomi, fungsi politik. Sebagai fungsi sosial,
masyarakat Maybrat Imian Sawiat memandang rumah sebagai pemenuhan
kehidupan sosial budaya dalam masyarakat. Dalam fungsi ekonomi, rumah
merupakan investasi jangka panjang yang akan memperkokoh jaminan
penghidupan di massa depan. Dan sebagai fungsi politik, rumah berfungsi
sebagai indikator kedudukan/birokrat di masyarakat sekitarnya.
Perwujudan Arsitektur adalah BENTUK, yang mana lahir dari kebutuhan
manusia akan wadah untuk melakukan kegiatan. Karya Arsitektur biasanya
merupakan suatu ungkapan bentuk, yang mewadahi hal ± hal sebagai berikut
: 1. Guna dan Citra Guna yang dimaksud adalah pengertian bahwa rumah
memiliki pemanfaatan, keuntungan. Rumah memiliki kemampuan/daya/manfaat
agar hidup menjadi lebih mengikat. Sedangkan Citra, menunjukkan suatu
gambaran, kesan penghayatan bagi seseorang mengenai rumah tersebut.
Citra memiliki arti yang mendekat spiritual menyangkut derajat dan
martabat manusia yang menghuni rumah tersebut. Misalnya istana megah,
reyot, dan sebagainya jadi Citra menunjukkan tingkatan kemampuan manusia
itu. 2. Simbol Kosmologis Arsitektur dimaksudkan sebagai simbol
pandangan manusia terhadap dunianya. Pandangan ini berubah sesuai dengan
kemajuan zaman. Pada tahap awal manusia merasakan terkungkung oleh
alam, sehingga bentukan arsitektur tampil sebagai suatu pelindung
terhadap alam. Kemudian hal ini berkembang dengan pandangan bahwa
manusia adalah bagian dari alam. Bentuk menjadi personifikasi dari alam.
Dengan mulai dikenalnya agama pada tahap berikutnya, bentuk tanpa
menjadi simbol pemujaan terhadap Yang Maha Kuasa (Bait Suci). Namun hal
ini masih belum terlepas dari budaya. Suatu masyarakat yang mempunyai
agama sama tetapi budaya mereka pasti berbeda yang mana bisa
menghasilkan bentuk yang berbeda. 3. Orientasi Diri Orient = umur, bisa
diartikan sebagai permulaan matahari terbit hingga terbenam. Hal ini
membawa pengertian adanya sumbu arah lainnya, yaitu utara selatan.
Sehingga dengan dua Hamah Sagrim 12
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
persilangan menimbulkan rasa satu pusat. Pusat ini dapat dianggap
sebagai pusat kehidupan, tempat berpegang. Sehingga kalau ada suatu
pusat, tentunya akan menimbulkan nilai yang berbeda. Perbedaan nilai ±
nilai bisa berdasarkan suatu prioritas dan tidak hanya berupa suatu
bidang yang berdua dimensi, tetapi juga kearah vertikal (tiga dimensi).
4. Cermin Sikap Hidup Rumah sebagai cermin sikap hidup, berarti mampu
menunjukkan cara pandang dalam kehidupan. Sikap hidup tersebut bisa
berarti relegius, praktis dan sebagainya. Sikap yang terbuka, mau
bersahabat dan ramah terhadap sesame maupun alam akan tampil berbeda
dengan rumah penghuninya yang mana bersikap menguasai alam (tertutup)
Bangunan tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat memuat kaedah ± kaedah
sebagai berikut : a. Wujud Arsitektur Tradisional Maybrat Imian Sawiat
merupakan perwujudan suatu kebutuhan, yang mana mewadahi aktivitas ±
aktivitas penghuni yang akan terjadi didalam. b. Anatomi Arsitektur
Tradisional Maybrat Imian Sawiat Sebagai salah satu kreativitas. Bentuk
rumah tradisional Masyarakat Maybrat Imian Sawiat yang terpakai, dimana
terdapat aturan/susunan yang harus dipenuhi agar bisa berfungsi. c.
Identitas Mewakili si pemilik, fungsi, lokasi. Bangunan memberi gambaran
akan apa yang terwadahi.
4. Bentuk ± Bentuk Rumah Tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat. Rumah
tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat, dibedakan atas 2 (dua) jenis
aliran bangunan rumah yaitu rumah hunian dengan 8 (delapan) jenis
bangunan dan 1 (satu) rumah Suci/sekolah, sebagaimana diuraikan antara
lain adalah : Bhs. Maybrat ----------1. Halit myi ----------Bhs. Imian
Sawiat mbol chalit mbol chalit tein mbol chonon -------- Bhs. Indonesia
-------- Rumah gantung -------- Rumah kebun -------- Rumah bersalin 13
2. Halit Wyan ----------3. Samu Kre -----------
Hamah Sagrim
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
4. Samu
-----------
mbol mbol mbol se mbol nandla mbol nangli mbol wofle
-------- Rumah tinggal utama -------- Benteng pertahanan -------- Rumah
nelayan -------- Rumah bujang (laki - laki) -------- Rumah bujang
(perempuan) _____ Rumah suci / rumah sekolah
5. Samu snek ----------6. Smu mambo ----------7. Samu ku sme
----------8. Samu ku ano ----------8. Samu k¶wiyon ___
Dengan data ± data ini, maka tak bisa dipungkiri bahwa rumah tradisional
suku Maybrat, Imian, Sawiat, tidak hanya berhenti sampai disitu saja.
Sebab rumah juga merupakan suatu kebutuhan hidup umat manusia umumnya
dan manusia Maybrat, Imian, Sawiat, khususnya yang mana sangat penting
untuk dijadikan sebagai tempat berlindung, baik dari kehujanan, dan
kepanasan, setelah mereka mencukupi diri dengan kebutuhan makan (pangan)
dan pakaian (sandang). Mengapa bentuk rumah tradisional suku Maybrat,
Imian, Sawiat, tidak berkembang? Ini disebabkan karena keinginan
berkembangnya orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang cenderung untuk
menyamai gaya hidup mereka dengan gaya hidup asing, maka mereka
mengalami hubungan dengan gaya hidup orang asing sehingga disitulah
terjadi saling tukar menukar informasi
yang besar pengaruhnya tentang bangunan rumah sehingga corak rumah
tradisional Maybrat, Imian, Sawiat, mengalami kemunduran atau cenderung
tersembunyi, dimana
kebanyakan hanya dipertahankan diperkampungan. Selain itu, mungkin
Ekonomi juga menjadi ukuran dalam Bentuk bangunan rumah dan bahan
bangunan. Perkembangan rumah tradisional suku Maybrat Imian Sawiat
sangat lamban dibanding perkembangan rumah tradisional di daerah lain.
Pengaruh alam dan lingkungan ± lingkungan yang berbeda dimana tumbuh
hutan ± hutan yang lebat, sungai-sungai yang mengalir cuaca yang dingin,
kondisi geografi yang sukar dan kecenderungan cepat terpengaruhnya
orang Maybrat Imian Sawiat terhadap perkembangan moderen dan gaya hidup
orang asing sehingga terjadilah perubahan pola hidup mereka sehingga
terjadi akumulasi hingga Arsitektural ikut kena.
D. Spesifikasi Jenis ± Jenis Bangunan Rumah Tinggal a. Halit Myi ± Mbol
Chalit Rumah Gantung
Halit myi ± mbol chalit adalah rumah gantung, atau sejenis rumah hunian
suku Maybrat, Imian dan Sawiat mula ± mula. Jenis rumah tersebut
merupakan jenis bangunan yang Hamah Sagrim 14
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
monumental, karena ukuran bangunannya tinggi di banding bangunan
lainnya. Jenis rumah gantung di kategorikan atas dua jenis yaitu : 1.
bentuk bangunan yang dibangun dari tanah (tanah sebagai tumpuan utama)
yang mana keseluruhan struktur koloum yang berukuran panjang ditancapkan
pada tanah. Ukuran struktur koloum (sur) yang digunakan dalam
mendirikan bangunan (halit myio ± mbol halit) adalah ± 500cm ± 700cm.
Suku Maybrat Imian dan Sawiat pada mula ± mula tidak mengenal adanya
jenis pondasi plat menerus, karena kebanyakan rumah yang dibangun adalah
rumah ± rumah tergantung yang mana secara otomatis pasti memakai ompak
(termasuk pondasi setempat), seperti pada contoh uraian bentuk-bentuk
Rumah diatas. Suku ini mengenal adanya jenis pondasi plat menerus pada
zaman penjajahan Kolonial Belanda. Lihat beberapa lampiran gambar
dibawah ini:
Tungku api (ohat)
Koloum tungku api (aser)
Koloum induk (hafot) Gambar: Denah Gambar: halit myi-mbol chalit rumah
gantung (bentuk yang bertumpu diatas tanah )
Hamah Sagrim
15
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Jenis-jenis rumah ini biasanya dibangun oleh orang Maybrat, Imian,
Sawiat, di ladang atau perkebunan mereka yang terletak di hutan dan
sangat jauh dengan areal hunian penduduk Selain jenis
(perkampungan).
rumah ini dibangun di tengahtengah hutan, jenis bangunan rumah rumah
Gambar: Rumah gantung (halit myi-mbol halit)
ini
merupakan yang
aliran pernah
Gambar: Rumah gantung (halit myi-mbol halit)
tertua
dibangun sebagai tempat hunian. pertama orang Maybrat, Imian, Sawiat,
zaman lampau. Jenis
bangunan rumah ini dengan menggunakan bahan konstruksi utama adalah kayu
dan tali rotan. Kayu merupakan bahan struktur rangka, sedangkan tali
rotan digunakan sebagai bahan pengikat. Sebagaimana filosofi Maybrat
mengatakan bahwa ³nbo ara msya too su oh mi kbe nsgi samu to´ bila
diterjemahkan demikian ³kalo ada kayu dan tali baru bisa mendirikan
sebuah rumah´. Pemahaman orang Maybrat, sedemikian mungkin merujuk pada
pembentukan aliran bentuk rumah dan struktur yang kaku, karena memang
demikian bahwa suatu bentuk bangunan dibentuk oleh struktur rangka yang
kaku sehingga ruang-ruang dalam itu terlihat ada, ketika ditutup dengan
dinding-dinding bangunan. Berikut lihat gambar struktur rangka sebagai
pola utama:
Hamah Sagrim
16
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Bubungan (ti manaf)
Gording (sof) Teras (isit) balok pemikul (katar)
A-A tungku api (ohat) balok sokong/pengikat angin (swir) koloum tungku
(aser) koloum utama (sur)
Tangga (Barit)
B-B
Gambar: Struktur rangka sebagai konstruksi utama
Jenis ikatan kupu ± kupu adalah jenis ikatan yang baik dan daya tahannya
lebih kuat. Orang yang bisa mengikatnya sedemikian adalah orang yang
rajin serta termasuk orang dalam katergori berpengalaman
dalam meramu rumah menurut kepercayaan mereka. Jenis ikatan silang µx¶,
adalah salah satu jenis ikatan yang baik,
Gambar: Detail A-A Model Ikatan kupu-kupu zooming
daya
tahannya
juga
kuat dan jenis ikatan ini Hamah Sagrim 17
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
kebanyakan diikat pada bagian-bagian rumah yang miring seperti reng dan
gording (soof), dan tangga (barit). Bentuk gagar, ikatan dalam lantai
bentuk
ikatan lantai gagar, ada tiga jenis yang di pakai yaitu model silang
³\\\´.
Gambar: Detail C-C jenis ikatan lantai \\\
Bentuk berikut di samping ini adalah bangunan yang dibangun diatas
pohon-pohon besar yang mana struktur koloumnya ditancapkan pada dahan ±
dahan pohon yang ada dengan pilar-pilar yang terstrukturkan. Jenis
bangunan rumah gantung seperti ini merupakan bangunan rumah mula ± mula
yang mana dibangun sedemikian rupa sehingga memberi kenyamanan bagi
penghuninya adapun tujuan mengapa rumah ini dibangun dengan struktur
yang tinggi hanya
Gambar : halit myi bol halit rumah gantung
dan
bukan
strukturnya
yang
tinggi namun lebih dari
tinggi yang mana rumahnya dibangun diatas pohonpohon besar yang
ukurannya sangat tinggi, agar
terhindar dari musuh. Musuh dalam kehidupan orang Maybrat, Imian,
Sawiat, adalah persoalan utama yang sering dihadapi oleh orang Maybrat,
Imian, Sawiat, pada waktu itu. Karena pada zaman mulamula, kehidupan
orang Maybrat, Imian, Sawiat, selalu berperang. peperangan yang terjadi
disana bukanlah hanya peperangan antara suku namu peran antar setiap
orang (person) dan peran antara marga/family juga, yang mana sejak itu
hidupnya saling membunuh antara satu sama lain (massive man). Jenis
banguan rumah ini tidak memiliki ruangan sebagaimana rumah-rumah tinggal
manusia moderen sekarang ini, akan tetapi jenis bangunan halit atau
rumah gantung ini hanya terdiri atas satu buah ruangan yang multi
fungsi. Lihat gambar detail interior disamping: Hamah Sagrim 18
Gambar: Detai interior rumah gantung (halit-bol halit)
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Orang Maybrat, Imian, Sawiat, selalu mendirikan bangunan rumah halit
atau rumah gantung selalu hanya memiliki satu ruang kamar yang multi
fungsi. Dikatakan multifungsi karena segala aktifitas dilakukan didalam
satu ruang tersebut. Selain multi fungsi, juga familiar atau memiliki
kesan keakraban dan kesamaan, karena setiap kegiatan yang dilakukan
dalam ruang tersebut tidak disembunyikan (tanpa ada halangan) bebas,
serta transparan. Sebagaimana dengan
filosofi mereka yang kental bahwa ³ohat sou su, samu sou su´artinya satu
tungku api dan satu rumah sebagai tempat tinggal bersama. Filosofi ini
merujuk pada kesan kebersamaan dan keakraban. Jenis halit myi-mbol
chalit ± rumah gantung banyak dijumpai di hutan ± hutan pada zaman orang
Maybrat, Imian, Sawiat masih hidup dalam zaman dahulu, namun setelah
mereka sudah moderen, jenis rumah ini jarang ditemukan karena kehidupan
mereka sudah berkelompok membentuk perkampungan masyarakat. Orang
Maybrat, Imian dan Sawiat tidak secara gampang melupakan jenis ± jenis
bangunan rumah tradisional mereka, akan tetapi masih sering juga
dibangun diperkampungan mereka. Pada tahun 2005, di Kota Sorong,
Walikota
menginstruksikan bahwa untuk menyonsong hari natal 25, Desember, warga
di Kota Sorong dilombakan bangunan rumah tradisional yaitu rumah gantung
halit ± mbol chalit, yang mana diberikan hadiah kepada masing-masing
pemenang yang mempunyai bangunannya estetis dan layak. Ya begitulah
sampai kini Orang Maybrat, Imian, Sawiat, terus membangunnya dan hal ini
patut di angkat jempol karena memberi inspirasi dan pengalaman
tersendiri kepada kaum muda yang ada di sana. Dari bentuk bangunan yang
ada, dapat dilihat bahwa rumah tradisional orang Maybrat, Imian, Sawiat,
mula ± mula tidak mengenal adanya pembagian ruang, tetapi yang ada
hanya satu ruang yang multifungsi. Dari kejelasan ruang tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa kehidupan dalam keluarga memberi suatu kesan
keakraban, demikianlah sebagaimana yang jumpai. Dikatakan bahwa rumah
orang Maybrat, Imian Sawiat memberi kesan keakraban, karena di dalam
ruang tersebut setiap anggota keluarga bilamana melaksanakan segala
sesuatu tidak tersembunyi untuk dilihat oleh sesama anggota keluarga
lainnya. Apapun yang dilakukan oleh seseorang anggota keluarga merupakan
suatu kebersamaan, disinilah keluhuran keakraban yang sebenarnya.
Hamah Sagrim
19
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
b. Halit Wyan ± Mbol Halit
Rumah Kebun
Halit wyan-mbol chalit tein merupakan rumah kebun, juga termasuk jenis
rumah gantung yang prototypenya tidak berbeda dengan bangunan rumah
gantung lain. Rumah ini bertumpu pada tanah dan pohon sebagai landasan
terakhir yang mana berdirinya koloum ± koloum sebagai pilar utama. Rumah
kebun merupakan tempat hunian para petani yang mana difungsikan sebagai
rumah menjaga kebun, seperti kebun kacang tanah, kebun keladi-tala,
ubi, dan lain sebagainya. Karena jika tidak dijaga atau dirawat dengan
baik maka pastisaja kebun ± kebun tersebut dirusaki atau dimakan oleh
hewan-hewan liar seperti rusa, babi maupun tikus. Tipologi rumah di
kebun memiliki beberapa prototype, yaitu tipe
bangunan monumental yang mana dibedakan atas dua tipe yaitu tipe satu
bangunannya monumental dengan
kedudukan diatas pohon yang mana struktur konstruksinya dibangun diatas
Gambar: Rumah kebun (halit wyan)
pohon besar, dan yang kedua dengan tumpuan diatas tanah, yang mana
struktur konstruksinya dibangun dari
Gambar: Maket rumah kebun (halit wyan)
tanah sebagai tumpuannya. Ada pula yang bentuknya tidak tinggi. Lihat
pada gambar maket disamping kanan.
c. Samu Kre -- Mbol Chonon
Rumah Bersalin
Samu
kre ± mbol chonon adalah merupakan rumah bersalin yang mana bukan
merupakan rumah hunian sebagaimana lainnya, namun jenis rumah tersebut
akan dibangun ketika seorang ibu hamil yang sedang melahirkan dan hanya
di huni oleh ibu yang telah bersalin itu. Jenis rumah bersalin ini
sangat sederhana baik dari ukurannya maupun panjang lebarnya. Bentuk
ukurannya sengaja
Gambar: Rumah bersalin (samu kre - mbol chonon
dibangun demikian karena yang akan menghuninnya terdiri dari seorang ibu
yang baru melahirkan dengan seorang bayi yang Hamah Sagrim 20
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
dilahirkannya. Adapun beberapa aturan yang dipakai dalam fungsi rumah
tersebut, misalnya untuk anak-anak kecil dilarang untuk masuk kedalam
rumah tersebut karena dianggap sangat menggangu (risk) baik gangguan
yang akan dialami oleh seorang ibu maupun anak kecil tersebut. Lihat
gambar jenis rumah bersalin. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, selalu
mendirikan rumah bersalin bagi istri mereka yang sedang melahirkan.
Jenis rumah bersalin ini biasanya tidak bersifat permanen (sebut saja
tergolong sebagai rumah musiman), yaitu rumah bersalin didirikan jikalau
pada saat itu ada seorang ibu hamil yang akan sedang melahirkan. Rumah
bersalin biasanya berukuran kurang lebih 3 x 3 m, dengan perhitungan
hanya dihuni oleh ibu yang melahirkan dengan bayinya. Lama waktu hunian,
biasanya berkisar antara dua minggu dan sampai dengan tiga minggu, dan
sampai dengan tiga minggu, adapun larangan kepada anak kecil untuk masuk
rumah tersebut karena mengakibatkan sesuatu yang fatal (mungkin
berkaitan dengan mistis dalam mitologi mereka). d. Samu - Amah ± Mbol
Rumah Tinggal Utama
Samu/amah ± mbol adalah rumah hunian atau rumah tinggal utama yang
hingga sekarang tetap di kembang moderenkan. Jenis rumah tersebut bisa
dikategorikan termasuk jenis rumah semi moderen, karena bangunannya
lebih besar, kuat, dan ruang ± ruangnya sudah dipetakkan sebagaimana
rumah moderen lainnya. Jenis rumah ini tidak hanya berbentuk rumah
panggung tetapi sudah dibangun dengan tembok yang mana rumah-rumah
tembok yg dibangun selalu merupakan hasil kolaborasi antara bangunan
bangunan tradisional. Pada moderen dan mulanya rumah
tinggal semi moderen suku Maybrat, Imian dan sawiat merupakan turunan
dari rumah gantung (halit
myio/mbol halit) yang mana mula-mula memiliki ukuran struktur yang
sangat tinggi namun ketika mengalami perubahan, jenis rumah gantung yang
juga dianggap bangunan yang monumental dirubah menjadi rumah yang
tampak semi moderen. Diantara itu
Gambar: Bentuk rumah tinggal utama semi moderen dengan ukuran lebih
besar dan memiliki kamar
Hamah Sagrim
21
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
adapun beberapa hal sebagai dasar dalam perbedaan antara rumah gantung
dengan rumah tinggal utama yang semi moderen adalah: sebagai berikut: y
Ukuran. Antara rumah gantung dan rumah tinggal semi moderen, yaitu rumah
gantung berukuran kecil sedangkan rumah hunian semi moderen ukurannya
besar. y Fungsi Diliat dari fungsinya, rumah gantung hanya mempunyai
satu ruangan saja yang multifungsi, sedangkan rumah semi moderen
memiliki tiga sampai empat ruang yang mana memperkaya fungsi ruangnya
sebagaimana kebutuhan pemilik. y Struktur Struktur bangunan rumah
gantung sangat tinggi ukurannya, dengan ukuran pilar atau struktur
koloum yang sangat panjang mulai dari rumah semi moderen yang mana
ukurannya 500 cm 700cm, ketimbang ukuran
300cm 500cm, terhitung dari tumpuan
koloum pada tanah hingga bubungan, dan ukuran 500cm kebanyakan pada
rumah panggung sedangkan untuk bangunan dinding tembok berukuran paling
tinggi 400cm. rumah gantung mudah tergerak oleh tiupan angin ketimbang
rumah semi moderen. y Masa/Waktu Masa/waktu bangunan untuk rumah gantung
mampu bertahan selama dibanding rumah semi moderen yang mana mampu
bertahan hingga y Tata Dilihat dari struktur penataannya, rumah gantung
tidak memiliki tata, seperti pekarangan bunga, halaman rumah, tata
ruang, dan tata wajah bangunan maupun penataan kelengkapan dan finising
bangunannya yang mana terlihat pada eksterior dan interior bangunan. y
Estetika Pada uraian ± uraian diatas maka otomatis disimpulkan bahwa
bangunan yang 3-4 tahun,
4 ± 8 tahun.
berestetika adalah rumah semi moderen, yang mana dikembang moderenkan.
Bentuk rumah semi moderen ini dibangun dengan memiliki ruang atau kamar
yang terdiri dari kamar tidur, ruang tamu, ruang makan, dapur dan balkon
atau teras. Berikut lihat denah:
Hamah Sagrim
22
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Keterangan: 1. Tungku api 2. Dapur 3. K. Tidur 4. K. Tidur 5. R. Tamu 6.
Koloum (hafot)
Turunan bentuk
Gambar: Denah pondasi ompak Gambar: Tampak depan rumah hunian semi
moderen
T u r u n a n
Berikut adalah jenis rumah moderen dengan dinding beton dan menggunakan
pondasi tipe plat menerus. Aliran ini merupakan bentuk rutunan dari
aliran arsitektur semi moderen. Dikatakan
demikian karena gaya bangunannya diturunkan secara utuh dengan sedikit
perubahannya adalah menggunakan bahan bangunan beton dan senk atau
genteng. lihat denah berikut disamping ini.
Gambar: Denah pondasi menerus
e. Samu Snek ± Mbol Snek
Benteng Pertahanan / Rumah Persembunyian
Gambar: Rumah persembunyi an atau benteng pertahanan orang Maybrat,
Imian, Sawiat, yang disebut samu
Jenis rumah persembunyian atau benteng pertahanan biasanya dibangun
dengan
menggunakan penutup dinding kulit kayu dan dilapisi oleh kayu-kayu buah
yang disusun
sedemikian rapat dengan tujuan sebagai penangkal tembusnya benda-benda
tajam yang digunakan oleh musuh dalam menyerang. Selain itu rumah
pertahanan kebanyakan dibangun di puncak-puncak gunung besar yang
sisi-sisi gunungnya
Hamah Sagrim
23
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
dikelilingi oleh tebing-tebing terjal yang sulit dijangkaui oleh para
musuh, selain menghindar dari musuh juga supaya bisa dengan gampang
melihat situasi sekitar dengan mudah karena posisi mereka diatas
ketinggian gunung. Gua-gua atau lubang batu yang disebut (bomit) juga
sebagai tempat persembunyian. Berikut lihat gambar. Samu snek/mbol,
adalah benteng pertahanan atau juga disebut-sebut sebagai rumah
persembunyian. Disebut benteng pertahanan atau rumah persembunyian
karena rumah tersebut biasanya tersembunyi dan sulit untuk dijangkaui
orang lain dan juga biasanya banyak dipasang jebakan ranjau untuk
menghalangi para musuh, bahkan juga karena lokasi yang dibangun rumah
ini adalah lokasi yang sulit dan sangat sukar dijangkaui dan hanya bisa
dijangkaui oleh orang ± orang tertentu saja seperti seorang Ayah, Ibu,
Anak dan family terdekat karena suatu alasan, bahwa jangan orang luar
yang mengetahui dimana jalan yang di laluinya sebab bilamana diketahui
orang lain atau musuh, maka mereka akan dibunuh. Karena begitu ketatnya
kehidupan pada zaman prasejarah itu, yang mana terikat dengan
kehidupan balas - membalas atau saling membunuh antar keluarga yang satu
dengan yang lainnya (familiy war). f. Samu Mambo ±Mbol Se Rumah Nelayan
Samu mambo - mbol se adalah merupakan rumah nelayan yang dibangun
ditengahtengah danau, dan rumah tersebut kebanyakan dibangun oleh Suku
Maybrat yang tinggalnya disekitar danau Ayamaru yang bermata pencaharian
sebagai nelayan. Selain suku maybrat yang membangun rumah nelayan
mereka, suku Imian dan sawiat pun memiliki jenis rumah nelayan yang
tidak kalah menarik dengan rumah nelayan suku Maybrat, yaitu rumah
kajang. Rumah kajang adalah suatu jenis rumah nelayan orang Imian dan
Sawiat yang hidupnya di pesisir pantai dan bermata pencaharian sebagai
nelayan. Perbedaan antara rumah nelayan suku Maybrat dan suku Imian,
Sawiat adalah, rumah nelayan suku Maybrat dibangun sebagaimana rumah
inap biasanya yaitu dengan struktur bangunan yang berdiri tegak vertikal
dan kokoh, namun untuk rumah nelayan suku Imian dan Sawiat berbeda,
yaitu rumah kajang adalah rumah yang dibangun diatas sebuah perahu, dan
rumah kajang tidak berdiri kokoh pada suatu tempat tertentu namun ia
selalu dibawa kemana-mana dengan perahu, baik diwaktu mengail maupu
beristirahat. Kelebihan rumah nelayan orang Maybrat adalah bentuknya
yang besar, kuat dan nyaman, sedangkan rumah nelayan orang Imian dan
Sawiat adalah ukurannya kecil, tidak begitu kuat, dan tidak begitu
nyaman. Berikut lihat gambar. Hamah Sagrim 24
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Bentuk bangunan rumah nelayan di danau Ayamaru wilayah Maybrat, kini
menjadi kabupaten Maybrat. Bentuknya seperti rumah-rumah mereka yang
lainnya di daratan, namun bangunannya terletak ditengah-tengah air
Danau. Fungsi rumah ini sebagai tempat hunian para nelayan ketika
mencari ikan bahkan ada pula yang didirikan untuk tempat hunian untuk
mereka yang berkebun di sekitar pulaupulau seperti sato musyoh, sato
amin dan yang lain
Gambar: Rumah nelayan di sekitar danau Ayamaru (samu mambo)
sebagainya. Bentuk rumah nelayan dipesisir pantai wilayah Tehit,
Sawiat,
memiliki
sedikit
perbedaan yang tidak begitu rumit. menonjol Perbedaan adalah yang bentuk
rumah kajang di bangun
yang mana perahu gambar
Gambar: Rumah nelayan orang Tehit Sawiat Gambar: Rumah kajang orang
Tehit Sawiat di pesisir laut.
diatas lihat
(kole-kole)
samping kanan, sedangkan yang satunya mempunyai kesamaan aliran bentuk
dan struktur yang sesuai dengan rumah nelayan orang Maybrat di areal
Danau Ayamaru. g. Samu Kusme - Mbol Nandla Rumah Bujang Laki ± Laki
(asrama Putra)
Samu kusme ± mbol nandla adalah rumah bujangan bagi laki ± laki yang
mana dibangun dengan tujuan menampung segala kegiatan anak ± anak
bujang, baik
menyangkut hasil buruan, tidur maupun masak-memasak. Kebanyakan kegiatan
± kegiatan kepemudaan bermula dari rumah ini yang mana para ± sebagai
pemuda, ide wadah sehingga yang
Gambar: Rumah bujangan laki-laki (samu ku sme-bol nadla)
berkumpulnya muncullah ide
tertentu
Hamah Sagrim
25
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
menyangkut kegiatan kepemudaan. Rumah bujangan laki ± laki kebanyakan
berbentuk rumah gantung, namun setelah terus menerus mengikuti
perubahan, ada juga yang dibangun semi moderen yang mana bangunannya
dibangun oleh sekelompok pemuda yang bisa dibilang geng pemuda.
Dikatakan geng, karena bukan hanya satu kelompok tertentu yang ada namun
terlihat adanya persaingan misalnya antara RT satu dengan RT yang
berikutnya. Rumah bujangan sering dibangun dengan beberapa tipe
bangunan, dan khusus untuk rumah bujang laki-laki, bentuknya seperti
pada gambar disamping. Bentuk-bentuk ini disesuaikan dengan keinginan
para pemuda yang tergolong masih bujang. Bentuk rumah bujang yang
dibangun ini tidak juga memiliki kesamaan antara perkumpulan dari satu
RT atau kot, tetapi semuanya mengikuti perkembangan yang ada. h. Samu
Kuano ± Mbol Nangli Rumah Bujangan Perempuan (asrama putri)
Samu kuano ± bol nangli merupakan rumah bujangan kaum perempuan yang
masih bujang (belum menikah). Rumah bujangan perempuan berukuran tidak
terlalu tinggi dibanding rumah bujangan laki ± laki, hal itu sudah
merupakan tradisi orang Maybrat, Imian dan Sawiat hingga sekarang. Rumah
perempuan biasanya
dibangun oleh orang laki ± laki yang terdiri dari bapabapa, maupun laki -
laki bujang. Untuk perempuan, khususnya memasak makanan sebagai imbalan
kepada mereka yang membangun rumah mereka. Berikut lihat gambar: Bentuk
aliran rumah bujangan perempuan ini tidak begitu berbeda dengan
aliran-aliran bangunan rumah yang lain pada umumnya. Perbedaan bentuk
rumah hunian rumah bujangan perempuan dengan rumah yang lain adalah
ukuran. Ukuran rumah bujangan perempuan tidak begitu monumental,
mengingat wanita atau perempuan tidak
Gambar: Rumah bujangan perempuan atau asrama perempuan (samu ku ano-mbol
nangli)
Hamah Sagrim
26
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
diperbolehkan untuk menaiki rumah yang tinggi, karena µakan terlihat
aibnya¶. Demikian sehingga bentuk rumah bujangan perempuan Maybrat,
Imian, Sawiat selalu berukuran pendek. i. Samu K¶win ± Mbol Wofle Rumah
Suci / Rumah Sekolah
Samu k¶wiyon ± mbol wofle adalah merupakan bangunan rumah suci, yang
mana mempunyai fungsi ganda, yaitu digunakan sebagai rumah maha suci
atau difungsikan sebagai tempat pendidikan theology natural yang disebut
wiyon-wofle. Theology ini bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat, sangat
sakral dan magis. Jenis bangunan rumah suci berbentuk segi empat dan
memanjang serta memiliki tiga fungsi ruang yang selalu dibagi dan juga
memiliki aturan ± aturan penggunaan ruangannya. Rumah suci tidak
dibangun oleh sembarang orang, tetapi harus dibangun oleh mereka atau
orang ± orang tertentu yang sudah terdidik dalam ajaran theology natural
tersebut (raa win - na wofle), dan yang berhak membangunnya terdiri
dari dua orang. Menurut cerita petuah ± petuah yang kami Tanya, asal
usul rumah suci tidak dibangun oleh manusia siapa ± siapa namun rumah
tersebut dengan sendirinya keluar dari dalam sungai / air. Bentuknya
sangat unik / estetis dan sempurna serta menyimpan magis yang luarbiasa
sehingga untuk membangunnya membutuhkan waktu yang lama, yaitu dibangun
selama sembilan bulan agar bisa sempurna. Selanjutnya aliran rumah suci
ini kemudian diperintahkan kepada Mbouk untuk didirikan sebagai bait
suci/kemah/tabernakel. K¶wiyon merupakan kemah ± Mbol tabernakel Wofle
atau yang
Wiyon-Wofle
diperintahkan kepada Mbouk ketika menerima taurat dari Mbouk oleh
WiyonGambar: Bentuk rumah suci sekolah tabernakel Atau kemah suci (k
wiyon-bol wofle)
Wiyon-Wofle. diperintahkan
Gambar: Denab sekolah-kemah suci (k wiyon-bol wofle)
Wofle (Allah) bahwa dia harus mendirikan sebuah kemah wofle)
(k¶wiyon ± mbol sebagai tempat meletakkan
tabut perjanjian. Dalam mendirikan k¶wiyon-mbol wofle, ada
beberapa aturan seperti perintah dan larangan. Perintah dan larangan itu
tampak pada aturan Hamah Sagrim 27
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
penggunaan ruang k¶wiyon-mbol wofle sebagaimana pada bilik-bilik
bangunan pada gambar denah diatas. Keterangan Gambar: 1. Bohra Mne/Safom
± Ruang luar, areal bebas, hutan belantara. Dalam aturan Ruang bilik
tabernakel Wiyon-Wofle (k¶wiyon-mbol wofle), bagian luar yang
berhubungan langsung dengan alam bebas atau
Gambar: Ruang luar
hutan belantara biasanya tidak sacral atau tertutup. Dibagian areal ini
hanya diberi tanda atau kode (morse) sebagai pemberitahuan kepada orang
luar yang tergolong awam atau disebut (finya) atau wanita, (raa in)
orang awam kemah k¶wiyon ± mbol wofle. Kode atau tanda pada areal ini
tidak ada kekuatan ghaib apa-apa, hanya sebagai rambu bahwa di areal
tersebut ada kemah suci (k¶wiyon-mbol wofle). Warna hijau menunjukkan
hutan belantara atau areal bebas. 2. Kre finya & Raâ iin ± Ruang
Biasa. Bilik atau Ruang ini bisa dilewati oleh wanita (finya) biasa yang
mempunyai anak sedang di didik didalam Kemah. Wanita yang masuk dalam
bilik tersebut mengantarkan makanan dan tebu sebagai pengganti air minum
dan mereka yang boleh masuk adalah wanita yang tidak sedang mengalami
haid atau semalam melakukan hubungan intim. Ruang ini juga dilewati oleh
laki-laki biasa yang bukan Raâ Wiyon-Na Wofle. Ruang ini juga bagi Raâ
Wiyon-Na Wofle yang ketika malam sedang intim atau dengan isterinya
(berintim) atau dengan wanita lain tidur
Gambar: Ruang biasa kre finya Raa in
yang melintas disekitar areal
melakukan hal perzinahan, ia diharuskan
hanya bisa sampai diruang biasa dan tidak boleh memasuki ruang suci, ini
merupakan suatu larangan keras. Kre Finya & Raâ iin tidak memiliki
suatu kekuatan atau kedahsyatan ghaib apaapa sehingga bebas bagi Wanita
dan Orang biasa, namun tidak diperbolehkan bagi anak kecil untuk
memasukinya. Warna hitam merupakan ketidak kudusan, ketidak muliaan,
ketidak kuatan, Hamah Sagrim 28
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
ketidak ilahian, menggambarkan keduniawian namun sebagai rambu atau
ukuran utama fungsi ruang bilik sebelum memasuki ruang suci. ³kre finya,
kbe raâ iin msya finya twok, soh kukek ginyah to mtwok fe, tna raâ
wiyonna wofle ro mti mjien suu msya finya wana tna mno bo ro sre to kbe
m¶twok mama mhre sai mam kree ro finya to sei´. ³Ruang biasa boleh
dimasuki oleh wanita dan orang biasa, tetapi kalau seorang Raâ Wiyon-Na
wofle (rasul) yang pada hari kemarin atau semalam telah berintim dengan
istrinya atau melakukan sesuatu yang zinah dan hina, ia juga hanya bisa
masuk di ruang biasa (kre finya) tersebut´. 3. Kre Raâ Sme ± Ruang Suci.
Bilik ruang ini tidak boleh dilewati oleh wanita (Finya), orang Biasa
(Raâ iin-Na iin) dan rasul (Raâ Wiyon-Na Wofle) yang melakukan zinah
atau yang mana sebelumnya sudah tidur dengan istrinya (intim).
Ruang/bilik suci ini hanya boleh dimasuki oleh Raâ WiyonNa Wofle (Rasul)
yang suci, Raâ Bam-Na Tmah (Imam) dan muridmurid (Wiyon Tna). Warna
abu-abu merupakan kemuliaan yang telah
Gambar: Ruang Suci
dipancarkan kepada raâ wiyon-na wofle, kekuatan Wiyon-Wofle yang memberi
kekuatan kepada Raâ Wiyon-Na Wofle, Kedahsyatan kesucian Raâ Wiyon-Na
Wofle,
Wiyon-Wofle yang diberikan kepada Raä wiyon-Na wofle,
Kekuatan Raâ Wiyon-Na Wofle, yang diterima dari Wiyon-Wofle (Allah) yang
me-Wiyonkan (Meng-Allah-kan) mereka dengan kekuasaannya. Ketika dalam
perjalanan melalui ruang biasa terasa biasa-biasa sebagaimana dalam
situasi biasa, namun ketika memasuki zona Ruang suci (Kre Raâ Sme) ada
suatu perbedaan. Menurut ungkapan Raâ Wiyon-Na Wofle mengatakan bahwa :
³soh nyio n¶truk mam kre raâ sme, n¶yio nfibo nhau mam oo roto, masuf
reto mti/mamur mase tna nyio nfibo njien smi feto, kbe nawe nros si to
nmat komeyan teit ysia raâ wait makah wyak-aken mama meti mam aya maam
tna anu ro wiyon tna to nsok aken ro anu nut, aken ro anu nu t to kbe
oron yabi teit Y¶hre mam aken mana Hamah Sagrim 29
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
tna komeyan teit yabo min aken. Kbe Raâ Wiyon-Na Wofle ysia wiyon tna
rait to aro yaut aken rait hahayah, ana mberur maut aken sou suu fe,
reto mbou toni ´. ³ketika melangkah melewati zona batas ruang suci, kita
seperti berada dalam alam lain, sona atau ruang atau bilik tersebut
gelap gulita dan ketika itu kita akan melihat terang sinar kemuliaan
yang membias menerangi ruang suci itu, kita akan merasa seperti kita
dalam keadaan mimpi, dan ketika itu akan bermunculan bahtera (perahu)
Tuhan yang menghampiri setiap kita yang masuk kedalam ruang tersebut
untuk membawa kita ke suatu tempat yang suci, setiap kita yang telah
masuk akan dipersiapkan bahtera (perahu) yang sama jumlahnya dengan kita
yang ada, dan setiap orang menaiki satu bahtera (Perahu) dan didalam
bahtera itu kita hanya duduk dan didampingi oleh Raâ Wiyon-Na Wofle dan
yang mendayung bahtera (Perahu) adalah komeyan (Tuhan), dibagian kepala
perahu (bahtera) duduklah seorang tua yang putih kemilau rambutnya dan
telinganya panjang dengan jubah yang bersinar, ia adalah Allah (Oron
Yabi)´. Ungkapan tersebut diatas tentang rahasia bilik atau ruang, bila
kita kaji dengan ukuran keseluruhan bangunan atau bait tersebut,
merupakan sebuah bangunan yang dibangun langsung diatas tanah kering,
akan tetapi bagi Raâ Wiyon-Na Wofle mereka harus berangkat atau
bepergian dengan menggunakan perahu, karena perjalanan mereka begitu
jauh dan melalui lautan samudera raya. Disini terdapat suatu keajaiban
dan pengalaman yang begitu mengherangkan ketika kita mengkaji dari
penjelasan tentang perjalanan yang jauh dengan luasan bangunan yang mana
tidak begitu jauh antara ruang/bilik yang satu dengan ruang atau bilik
yang lainnya, akan tetapi karena kita sebagai manusia yang pada saat itu
berada dalam hadirat Tuhan, maka waktu itu akan menyeleksi kita.
Menurut mereka Raâ Wiyon-Na Wofle dan Wiyon tna, mengatakan bahwa
perjalanan mereka begitu lama dan harus menempuh suatu samudera raya,
dan menurut mereka, lamanya mereka berpendidikan selama 3 bulan, akan
tetapi bagi orang biasa (Raa iin) yang berada diluar kemah mengatakan
bahwa lama pendidikan yang ditempuh dalam kemah k¶wiyon-bol wofle adalah
Enam bulan. Peristiwa-peristiwa ini yang terjadi dalam perjalanan, ada
yang boleh dibicarakan namun ada yang tidak boleh untuk diungkapkan
(sakral).
Hamah Sagrim
30
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
4. Mato Ro Mbou Toni (Ruang Maha Suci) ± Mato Ro Oron yabi Yhou (Takhta
Allah). Ruang Maha Suci tidak boleh dimasuki oleh Raâ Wiyon ± Na Wofle
(Rasul), ruang ini sangat sakral dan hanya bisa dimasuki atau yang
berhak masuk kedalam ruang maha suci adalah Raâ Bam ± Na Tmah (Imam).
Isi dalam Ruang Maha suci sangat rahasia, dan yang berhak mengetahuinya
hanya Raâ Bam ± Na Tmah (imam), tidak
Gambar: Ruang maha suci
mungkin bagi Raâ Wiyon-Na Wofle untuk mengetahuinya. Berikut adalah
ungkapan Raâ Wiyon-Na Wofle dalam bahasa Maybrat:
³mato ro mbou toni reto kbe Raâ Bam-Na Tmah meseit truk, amu refo (Raâ
Wiyon-Na Wofle) truk fe, kta ro mhou kre mato reto mamo bo snyuk ka Raâ
Bam-Na Tmah, soh fibo bo snyuk reto Raâ Bam-Na tmah yawe ka¶amu fo tabam
refo masu marak, Raâ tabam refo mhai beta, aro mhou fe, bo snyuk reto
safo meto, tnafo komeyan makan meto´ ³Ruang maha suci hanya boleh
dimasuki oleh Imam (Raâ Bam-Na Tmah), bagi para Rasul (Raâ Wiyon-Na
Wofle) tidak diperkenankan untuk masuk ruang maha suci, sangat sakral,
rahasia, segala sesuatu yang ada didalam ruang itu merupakan rahasia
khusus bagi para Imam (Raâ Bam-Na Tmah), kalau rahasia ruang maha suci
itu diberitahukan kepada Rasul (Raâ Wiyon-Na Wofle), maka dunia ini akan
hancur, semua manusia akan mati, tak ada yang bisa hidup. Hal ini
merupakan sesuatu yang sakral dan merupakan inti dari Tuhan´. Dari
ungkapan tersebut, dianalisis bahwa dalam ruang maha suci merupakan
tempat takhta Allah dan tempat meletakan tabut perjanjian yang merupakan
rahasia kerohanian ³inti daripada kerohanian´ dalam teologi
wiyon-wofle. Dalam perjalanan pendidikan tersebut dan setelah selesai
(tamat), setiap Wiyon Tna (Murid) dan Raâ Wiyon-Na Wofle (Rasul-Guru
pembimping) serta Raâ Bam-Na Tmah (ImamGuru Besar atau Kepala sekolah),
tidak diperbolehkan keluar melalui pintu utama, mereka harus Hamah
Sagrim 31
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
keluar dengan cara membocorkan atap lalu keluar, setelah semuanya telah
keluar dari dalam kemah tersebut selanjutnya berbaris mengelilingi kemah
itu dan Raâ Bam-Na Tmah (Imam-Guru besar atau Kepala Sekolah) beserta
Raâ Wiyon-Na Wofle (Rasul-Guru pembimbing) membakar Kemah (K¶wiyon-Mbol
Wofle) dan disaksikan oleh Raâ Bam-Na Tmah, Raâ Wiyon-Na Wofle, Wiyon
Tna. Setelah Kemah terbakar, Raâ Bam-Na Tmah, Raâ Wiyon-Na Wofle, Wiyon
Tna, menyelidiki lagi dengan seksama isi abu tersebut dengan tujuan
bahwa jangan ada sisa-sisa perkakas yang belum terbakar, semuanya harus
dibakar tanpa sisa. Dalam proses membakar K¶wiyon-Mbol wofle (Kemah -
Sekolah), tidak dibiarkan segelintir perkakas atau sepotong kayu dari
kemah yang tersisa, semuanya harus dipastikan terbakar lebur menjadi
abu. Setelah semuanya itu selesai barulah Raâ Bam-Na Tmah, Raâ Wiyon-Na
Wofle, Wiyon Tna, boleh meninggalkan lokasi kemah untuk proses Ujian
kepada Murid (Wiyon Tna), setelah diuji (sana Wiyon) baru Murid-murid
diteguhkan menjadi Raâ Wiyon-Na Wofle. Dalam peneguhan wiyon tna
(Murid), biasanya dilakukan dengan cara menguji setiap Murid dengan
menyuruhnya menyembuhkan orang sakit (tgif kiyam), menyembuhkan orang
yang kena pagut dari ular (tgif aban), melancarkan persalinan wanita
hamil yang terhambat (tgif finya mabe), dan lain sebagainya. Ujian ini
merupakan suatu aktivitas terakhir bagi wiyon tna (Murid) barulah
diteguhkan sebagai Raâ Wiyon-Na Wofle. Ujian akhir ( sana Wiyon) yang
dilakukan oleh Raâ Wiyon-Na Wofle (Rasul-Guru) dan Raâ Bam-Na Tmah
(Imam-Profesor) dan di ikuti oleh Wiyon tna (Murid) guna mencapai gelar
sebagai seorang Raâ Wiyon-Na Wofle. Setiap Murid yang tamat dalam
pendidikan Wiyon-Wofle, memiliki dua nama, yaitu nama duniawi dan nama
yang diberikan dari sekolah atau kemah (sum kafir) (nama suci). Rincian
keterangan warna: 1. Warna merah, menunjukkan kekuatan ghaib, sakral. 2.
Warna hijau, menunjukkan areal bebas. 3. Warna hitam, menunjukkan
kefanaan, keduniawian, ketidak sempurnaan. 4. Warna putih, menunjukkan
kesucian, kemurnian, keAllahan, kesempurnaan. Atas dasar pengakuan Wiyon
tna itu sendiri, maka Raâ Wiyon-Na Wofle dan Raâ Bam-Na Tmah akan
meneguhkan mereka dan mereka akan diterima sebagai anggota yang
diperbaharui di dalam persekutuan wiyon-wofle (sebagai Raâ Wiyon-Na
Wofle) yang sungguh-sungguh percaya Hamah Sagrim 32
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
kepada Wiyon-Wofle (Allah) mereka. Dengan demikian Wiyon Tna yang telah
diteguhkan sebagai Raâ Wiyon-Na Wofle pun boleh duduk bersama-sama
dengan Raâ Wiyon-Na Wofle yang lain bersama-sama dimeja perjamuan kudus,
turut bertanggung jawab dalam tugas WiyonWofle, memberitakan Allah yang
dipercaya (Wiyon-Wofle) kepada dunia ini, dan turut bertanggung jawab
pula dalam pembangunan Wiyon-Wofle. Raâ Wiyon-Na Wofle dan Raâ Bam-Na
Tmah, percaya dan mengaku bahwa dalam dalam Tuhan mereka (Wiyon-Wofle),
mereka dikumpulkan sebagai anak-anaknya dari segala bangsa dan
mempersatukan mereka menjadi satu tubuh yang Wiyon-Wofle adalah
kepalanya dan Raâ Wiyon-Na Wofle adalah anggotanya. Dalam perjamuan suci
didalam k¶wiyon-bol wofle, Raâ Wiyon-Na Wofle memberi ³Bofit´ dan
³Waif´ sebagai tanda dan meterai dari tubuh dan darah, Wiyon-Wofle
senangtiasa menghubungkan Raâ Wiyon-Na Wofle kepada persekutuan dengan
dia sendiri dan persekutuan antara sesama Raâ Wiyon-Na Wofle sebagai
anak-anaknya. Dalam persekutuan dengan Wiyon-Wofle, Raâ Wiyon-Na Wofle
dipanggil untuk mengaku dia sebagai Tuhan dan Juru selamat mereka
melalui kata-kata dan perbuatan mereka setiap hari dan memberitahukan
tentang dia keseluruh dunia. Jikalau dalam setiap ucapan dan perbuatan
mereka tidak sesuai dengan perintah yang telah mereka terima dari
Wiyon-Wofle, maka mereka akan menerima sangsi yang berat, yaitu mereka
akan meninggal secara tiba-tiba (komeyan biji), ditimpa kelaparan
(haisre mama), ditimpa kesakitan yang parah (kiyam mama), banyak
persoalan yang menimpa (safo mai). Jenis bangunan rumah suci atau
sekolah tradisional semenjak masuknya injil kristiani di dataran papua,
semua jenis pengajaran maupun kepercayaan tradisional dilepaskan. Oleh
karenanya kami sangat sulit untuk mendapatkan bangunannya karena saat
ini tidak dibangun bisa dibilang akan punah, dan hanya saja kami
dijelaskan bagaimana denah bangunannya saja sebagaimana pada gambar.
–‹˜‹–ƒ• ‹›‘ ‘ˆŽ‡ „‹•ƒ †‹’‡”•‡’•‹ ƒ •‡„ƒ‰ƒ‹ ’‡ †‹†‹ ƒ –”ƒ†‹•‹‘ ƒŽ
‘”ƒ ‰ ƒ›„”ƒ– ‹ƒ ƒ™‹ƒ– †ƒ „‹•ƒ †‹’‡”•‡’•‹ ƒ •‡„ƒ‰ƒ‹ –‡‘Ž‘‰‹
–”ƒ†‹•‹‘ ƒŽ Žƒ•ƒ ›ƒ ƒ†ƒŽƒŠ ƒ”‡ ƒ ƒ –‹˜‹–ƒ• ‹›‘ ‘ˆŽ‡ ‡ ‹Ž‹ ‹ †—ƒ
ƒ”ƒ –‡” †ƒŽƒ •ƒ–— ƒ –‹˜‹–ƒ• ›ƒ‹–— †ƒ”‹ •‡‰‹ ’‡ †‹†‹ ƒ ƒŸ
‹›‘ ƒ ‘ˆŽ‡ †‹•‡„—– •‡„ƒ‰ƒ‹
—”—
—”— ‡ „‹ „‹ ‰ ‘•‡ ƒŸ ƒ ƒ ƒŠ †‹•‡„—– •‡„ƒ‰ƒ‹
—”— ‡•ƒ”
—”— ‡’ƒŽƒ ‡’ƒŽƒ •‡ ‘ŽƒŠ ”‘ˆ‡•‘” ‡ ƒ–‘” ‹›‘ ƒ †‹•‡„—–
•‡„ƒ‰ƒ‹ —”‹† ™‹›‘ ‘Ž ‘ˆŽ‡ †‹•‡„—– •‡„ƒ‰ƒ‹ ‡ ‘ŽƒŠ †ƒ •”ƒ ƒ ƒ
–‹˜‹–ƒ• —–ƒ ƒ ƒ†ƒŽƒŠ „‡” ‹›‘ ƒ–ƒ— ‡ †‹†‹ „‡ŽƒŒƒ” ‡ ‰ƒŒƒ” †ƒŽƒ
’”‘•‡• ‹ ‹ ‡”‡ ƒ Œ—‰ƒ ‡ ‰‡ ƒŽ –—Ž‹•ƒ †ƒ Š—”—ˆ ƒ”‹ •‡‰‹ ‡‘Ž‘‰‹
ƒŸ ‹›‘ ƒ ‘ˆŽ‡ †‹•‡„—– •‡„ƒ‰ƒ‹ ƒ•—Ž ƒŸ ƒ ƒ ƒŠ †‹•‡„—–
•‡„ƒ‰ƒ‹ ƒ — ƒŠ †‹•‡„—– •‡„ƒ‰ƒ‹ ‡ ƒŠ ƒ„‡” ƒ ‡Ž †‡ ‰ƒ ”—ƒ ‰
”—ƒ ‰ ƒ–ƒ— „‹Ž‹ ›ƒ ‰ •ƒ ”ƒŽ ‹›‘ ƒ
Hamah Sagrim
33
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
†‹•‡„—– •‡„ƒ‰ƒ‹ —”‹† ƒ –‹˜‹–ƒ• —–ƒ ƒ †ƒŽƒ ™‹›‘ ‘Ž ‘ˆŽ‡ ƒ†ƒŽƒŠ
„‡” ‹›‘ ‡ †‹†‹ ƒ ‘‰ ƒ–‹ ‡ —”‹†ƒ
2. Spesifikasi Bangunan a. Spesifikasi Denah Bangunan rumah tradisional
suku Maybrat, Imian, Sawiat, dibangun dengan denah segi empat yang
dilengkapi dengan banyak koloum sebagai pilar utama, yaitu mulai dari 4
koloum, 5,6,7,8 dan seterusnya bergantung ukuran besar kecilnya
bangunan. Bila ditelaah secara jelas dalam bentuk pondasi maka bangunan
arsitektur tradisional Maybrat Imian Sawiat termasuk dalam pondasi
setempat. Karena pondasi setempat memiliki banyak koloum, sehingga
arsitektur Maybrat, Imian, Sawiat, bisa disebut dengan nama ³bangunan
seribu kaki´. Untuk rumah yang dibangun diatas tanah tanpa koloum
biasanya menggunakan batang pohon besar sebagai koloum utama bagi
bangunan yang dibangun di atas pohon (rumah gantung atau halit myio-mbol
halit).
Gambar: Bentuk Denah rumah gantung
Gambar: Bentuk denah semi moderen
Gambar: Bentuk denah moderen
Gambar: Denah Tabernakel (k wiyon-bol wofle)
b. Spesifikasi Koloum (Hafot)
Ada beberapa jenis koloum yang digunakan suatu dalam bangunan
mendirikan
sebagaimana berikut dibawah ini. Lihat gambar:
Hamah Sagrim
34
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Ada
tiga
jenis
koloum
Gambar: Koloum cabang bentuk Y kayu (hafot ara so)
Gambar: Koloum cincang bentuk U (hafot ra mate)
Gambar: Koloum cincang bentuk V (hafot ra mate)
utama yang digunakan dalam membuat rumah bagi suku Maybrat Imian sawiat
antara lain adalah sebagai berikut: 1. hafot ara soo, hafot ara soo
merupakan koloum yang terbentuk dari pohon secara alami yang menyerupai
huruf µY¶ sehingga dijadikan sebagai
Gambar: Koloum dari cabang kayu yang diramu menjadi koloum rumah
koloum utama. Jenis koloum ini bisa disebut dengan koloum cabang kayu.
Jenis koloum ini tidak diambil dari jenis kayu biasa, akan tetapi
diambil dari jenis kayu yang dianggap sangat kuat dan tahan terhadap
rayap serta cocok untuk wilayah tropis.
2. Hafot raa mate, jenis koloum ini berbentuk huruf µY¶ tidak terbentuk
secara alami seperti pada hafot ara soo, namun dibentuk oleh manusia
(dicincang). Koloum ini juga terbuat dari jenis kayu yang dianggap
mutunya kuat dan mampu bertahan terhadap rayap di wilayah setempat.
Jenis-jenis kayu yang dipakai sebagai koloum ompak ini sudah terus
menerus dan secara temurun dikenal oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat.
Gambar: koloum cincangan
Ukuruan jenis koloum biasanya mempunyai ukuran yang sama namun bisa di
potong menjadi pendek, tergantung pada lokasi bangunan. Misal pada
lokasi yang akan didirikan rumah tidak berbatu maka ukuran koloum
(hafot) yang sudah di buat tidak perlu untuk di rubah ± rubah atau di
potong, namun bila pada lokasi persiapan memiliki bebatuan yang kuat dan
susah digali, maka koloum (hafot) yang ukurannya panjang akan di potong
menjadi pendek sesuai dengan kondisi tanah, kemiringan tanah juga
mempengaruhi. Koloum ± koloum yang digunakan biasanya berbentuk huruf
µY¶. dalam pemikiran masyarakat Maybrat Imian Sawiat dalam
memilih koloum raja atau koloum induk adalah koloum harus berbentuk
huruf µY¶ dan µU¶, Hamah Sagrim 35
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
karena memiliki penyangga pada bagian luar, sehingga untuk meletakan
pemikul yang mana susah tergeser. Hal ini dapat diterima dengan tujuan
menghindari efek ± efek horizontal yang juga bisa mengakibatkan kayu
pemikul beban menjadi lepas dari tumpuannya. Fungsi koloum utama (hafot)
adalah sebagai penyalur beban bangunan ke tanah, yang mana juga
berfungsi sebagai koloum pemikul beban keseluruhan bangunan dan isi
bangunan yang ada secara kokoh. Dalam pengertian masyarakat maybrat,
imian dan sawiat bahwa ³koloum utama harus ditanam dan dipastikan sudah
berdiri dengan kokoh karena bangunan tersebut bisa berdiri tegak
bertahun-tahun karena koloumnya kokoh. c. Spesifikasi dinding Orang
maybrat imian sawiat membangun rumahnya dengan menggunakan bahan-bahan
alami seperti pohon, rotan dan dedaunan, demikian bahan penutup dinding
pada bangunan rumah juga menggunakan bahan-bahan alami seperti dinding
kulit kayu, dinding gaba-gaba, dinding bambu dan dinding papan.
Gambar: dinding kulit kayu Hri Ara Malak
Gambar : dinding gaba-gaba - Turaf
Gambar: dinding bambu - Bron
Gambar: Dinding Kayu
Hamah Sagrim
36
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
d. Spesifikasi atap
Bahan-bahan atap juga dari alam yang mana didarmu secara baik dan
sempurna sehingga dapat dijadikan sebagai penutup atap. Ada beberapa
bahan atap yang dikenal serta difungsikan oleh orang maybrat imian
sawait dalam mendirikan rumah mereka adalah; atap sagu (afi) atap daun
pandanus (kain) atap kulit kayu (hri ara) dan atap sengk.
Gambar: Spesifikasi Atap sagu (afi)
Gambar: atap sengk
e. Spesifikasi ruang dalam-interior.
Ruang dalam ± interior pada bangunan arsitektur tradisional suku maybrat
imian sawiat kebanyakan menggunakan bahan alami seperti gagar, palem
hutan dan kulit pohon sagu.
Gambar: Spesifikasi Interior/ruang dalam
f. Spesifik Rangka Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa rumah
tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat, menggunakan bahan utama adalah
kayu sebagai struktur rangkan dan tali rotan sebagai bahan pengikatnya.
Disamping itu, rumah tradisional (halit-bol halit) juga memiliki balok
sokong dan balok pengikat Hamah Sagrim 37 angin serta beberapa elemen
pendukung bangunan lainnya. Lihat gambar disamping
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Gambar: Spesifik rangka
Masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, sepertinya mulai bersentuhan dengan
rumah-rumah dengan bahan moderen pada pertengahan abad ke-18.
sebagaimana perkembangan teknologi yang begitu cepat dan merasuk
ke-perbagian penduduk manusia dibelahan dunia, termasuk wilayah Maybrat,
Imian, Sawiat, yang dahulunya sangat kental dengan budaya tradisional
mereka yang dipengaruhin oleh kehidupan sehari-hari (appabolang).
Demikian hingga saat ini, di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, jika
ditelusuri hingga ke daerah-daerah desa terpencil, kita akan temukan
jenis-jenis bangunan yang sangat tradisional, adajuga disisipi oleh
bangunan semi moderen dan juga bangunan moderen.
3. Skematik Membangun Rumah a. Memasang Koloum (Mati Hafot) Setiap
bangunan rumah biasanya dilandasi dengan pondasi, yang berfungsi sebagai
pemikul dan penyalur terakhir bangunan ke permukaan tanah. Pada
arsitektur mula-mula belum dikenal dengan adanya pondasi, namun pada
zaman dimana manusia mulai mengenal adanya rumah, setelah
berpindah-pindah dari tempat yang satu ketempat yang lain yang mana
lubanglubang batu dan gua sebagai tempat perteduhan utama pada zaman
sebelum mengenal bangunan. Populernya dahulu tak ada pondasi namun
dikenal dengan koloum yang mana terbuat dari kayu. Menurut pandangan
masyarakat Maybrat Imian dan Sawiat, koloum merupakan pemikul beban
bangunan dengan isinya, hal ini dapat dibenarkan karena koloum merupakan
pondasi setempat yang fungsinya memikul beban bangunan secara
keseluruhan. Dalam urutan bangunan
dimulai dari pondasi, demikian bagi masyarakat Maybrat Imian dan Sawiat.
Adapun tahapan ± tahapan dalam memasang koloum (mati hafot) adalah :
Hamah Sagrim
38
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Gambar: Galian lubang koloum (kayah hafot)
Gambar: Potongan pasang koloum
Gambar: Pasang koloum (hafot ra mati)
b. Memasang Dinding (Mafir Hri) Dalam proses pembuatan rumah bahwasanya
dimulai dari pondasi, tiang atau koloum, dinding, rangka atap dan
penutup atap. Demikianpula masyarakat suku Maybrat Imian Sawiat yang
juga mengalami proses yang serupa, sehingga dapat dikatakan bahwa
manusia Maybrat Imian Sawiat sudah memiliki pola pikir dalam membangun
rumah yang terstrukturalnya sudah tertanam atau diturun temurunkan
semenjak permulaan membangun rumah oleh Too dan Sur. Dalam tahapan
pemasangan dinding adalah dimulai dengan proses pemasangan rangka
dinding, tahap penyiapan bahan penutup dinding, tahap penyiapan bahan
pengikat (rotan) dan waktu kerja. Mengapa dikatakan waktu kerja? Karena
dalam proses mendirikan sebuah rumah, orang Maybrat, Imian, Sawiat,
selalu merencanakannya sehingga menjadi matang, dan berikutnya dilakukan
pekerjaan tersebut. Dalam mendirikan rumah, yang paling menghabiskan
waktu adalah ketika mengumpulkan bahan-bahan bangunan seperti kayu,
atap, dan rotan. Hal ini berkaitan dengan kondisi alam dengan
persediaannya dan proses mencari jenis bahan yang digunakan sehingga
memerlukan ketabahan dan kejelian dalam memilih bahan bangunan, terutama
bahan rangka atau kayu. c. Memasang Atap (Mkes Afi) Atap sangat
dibutuhkan dalam membangun sebuah rumah, karena merupakan pelindung atau
penghalang pada bagian atas bangunan baik dari terik matahari, hujan
dan angin. Masyarakat Maybrat Imian dan Sawiat dalam meramu sebuah
bangunan biasanya yang terutama terpikirkan adalah atap. Dalam hal ini
dapat disimpulkan bahwa masyarakat
Gambar : cara memasang atap (mkes afi)
Maybrat,
Imian
dan
Sawiat
memiliki
kemampuan
membangun rumah yang lengkap. Di lengkap karena sebuah bangunan
sini kami katakan rumah dikatakan
bilamana terdapat lantai, dinding, dan atap. Manusia Maybrat Imian
Sawiat dengan sadar bahwa mereka dapat membuat suatu tempat perteduhan
yang mampu memberi kenyamanan dalam hidup dan kehidupan mereka. Hamah
Sagrim 39
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Berikut tahapan ± tahapan dalam membangun rumah yaitu: persiapan bahan,
pemasangan koloum, pemasangan struktur dinding, pemasangan struktur
atap, persiapan waktu kerja, persiapan tenaga kerja. Lihat skematika
kerja.
Skematika tahapan kerja.
Persiapan bahan
persiapan waktu & tenaga kerja Mendirikan Rumah
Pemasangan koloum
Pemasangan struktur atap
Pemasangan struktur dinding
Gambar: Skematika kerja persiapan bahan bangunan rumah dan
pemasangannya.
Keterangan: Arah panah searah jarum jam menunjukkan alur kerja yang
selalu dilalui dalam mendirikan bangunan rumah.
Hamah Sagrim
40
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Arah panah tidak searah jarum jam menunjukkan waktu kerja yang mana
tidak hanya dibutuhkan seketika atau searah melainkan waktu dibutuhkan
selalu dalam membangun sebuah rumah sehingga tidak berjalan satu arah
d. Membuat Tungku Api (Mwohat Ohat) Setelah memasang atap berikutnya
membuat tungku api, dalam pembuatan tungku api, adapun tahapan ± tahapan
dalam pembuatannya adalah: tahap pembuatan rangka tungku, tahapan
Gambar: Tungku api (ohat)
persiapan bahan (kayu, batu, rumput, tanah), persiapan bahan pengikat
(rotan) dan persiapan waktu pelaksanaan. e. Membuat Lantai (Msien Rmah)
Biasanya masyarakat Maybrat Imian Sawiat memasang lantai setelah seluruh
struktur bangunan sudah dilengkapi. Adapun tahapan ± tahapan dalam
pemasangan lantai adalah : pemasangan rangka lantai, penyiapan bahan
lantai, penyiapan bahan pengikat (rotan) dan
Gambar: Pemasangan lantai (rmah)
penyiapan waktu pelaksanaan.
4. Teknologi dan Teknik Membangun a. Teknologi Betapapun sederhananya
sebuah bangunan, apalagi bangunan itu berupa rumah, teknologi pasti
dibutuhkan. Tidak ada satu sistem bangunanpun yang tidak memerlukan
teknologi. Bahkan kaum cerdik pandai mengatakan bahwa teknologi sama
tuanya dengan usia manusia itu sendiri. Sejak permulaan manusia ada,
sejak masyarakat yang paling primitifpun, teknologi sudah merupakan
bagian mutlak dari kehidupan manusia itu sendiri. Benyamin Franklin,
salah seorang pemikir masyur pernah mengatakan bahwa manusia adalah
³binatang pembuat alat´. Untuk Hamah Sagrim 41
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
keperluan hidupnya, manusia memang memerlukan alat. Untuk berburu
diperlukan pana atau jubi, tombak, untuk mancing diperlukan pancing
untuk mencari ikan di laut, juga diperlukan jaring, jala, sampan, dan
seterusnya. Kecakapan untuk membuat peralatan itu juga penggunaanya
merupakan syarat bagi kehidupan manusia yaitu bagi kelanjutan eksistensi
hidupnya. Kecakapan untuk membuat dan menggunakan alat itulah yang
disebut teknologi. Secara kasar teknologi adalah ³perpanjangan tangan
manusia´. Teknologi pembuatan rumah (tempat tinggal) tidaklah rendah,
hal ini dapat dilihat pada karya arsitektur tradisional di tanah air.
Baik arsitektur tradisional Jawa, Bali, Batak, Minangkabau, Toraja
ataupun Wamena Papua, sudah tampak tingkatan mutu nilainya yang cukup
tinggi. Begitupula rumah tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat, walaupun
berbentuk sangat sederhana namun tidak lahir secara mendadak. Rumah
tinggal tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat telah berabad ± abad
teruji kekuatannya, ia setua masyarakat Suku Maybrat Imian Sawiat itu
sendiri. Kekuatan dan ketangguhan kehadapan zaman telah terbukti dari
waktu ke waktu. Teknologi pembuatannya menunjukkan keseimbangan antara
kekuatan daya topang tiang ± tiang gapik dengan besarnya bangunan,
sehingga nampak seimbang (harmoni) dengan alam dan kehidupan sekitar. b.
Teknik Membangun Membangun rumah bagi warga suku Maybrta Imian Sawiat
tidak terlalu rumit seperti terdahulu karena dilakukan secara gotong
royong, walupun tukang yang khusus tidak ada. Membangun atau mendirikan
rumah banyak yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan karena erat
hubungannya dengan kesibukan dan tenaga. c. Utilitas dan Perlengkapan
Untuk keperluan air bersih atau air tawar, tidak begitu sulit bagi suku
Maybrat Imian Sawiat, karena Banyaknya persedian air tawar disepanjang
wilayah Hunian. Untuk pembuangan limbah manusia, biasanya para warga
ditanah daratan memanfaatkan WC umum dan bagi warga yang mampu sudah
memilikinya sendiri. Namun bagi warga yang tinggal di perairan laut
biasanya pembuangan limbah langsung ke laut. Untuk keperluan penerangan,
Di Distrik Ayamaru, Aitinyo dan Aifat sudah menggunakan listrik yang
disediakan oleh PLN setempat, namun Distrik Sawiat menggunakan listrik
tenaga suria (solar sel). Dilingkungan permukiman ini juga sudah
disediakan jaringan Hamah Sagrim 42
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
telepon (Wartel) di distrik Ayamaru, Aitinyo dan Aifat sedangkan Distrik
Teminabuan, Sawiat, menggunakan telepon dari PT. Telkom dan untuk
Teminabuan sudah menggunakan HP. Sehingga warga yang berperokonomian
mampu sudah dapat menikmatinya.
E.
Mengenal Bahan ± Bahan Bangunan Berbicara mengenai rumah tradisional
suku maybrat imian sawiat, ada 5 jenis bahan
bangunan utama yang perlu diketahui yaitu: bahan rangka, bahan atap,
bahan dinding, bahan lantai dan bahan pengikat. Pada tahun 1981 kebawah,
jenis ± jenis kayu kuat sangat banyak di wilayah Maybrat Imian Sawiat,
namun pada tahun 1982 terjadinya musim kemarau yang berkepanjangan
hingga mengakibatkan kebakaran hutan yang hampir keseluruhan hutan
belantara di wilayah Maybrat habis terbakar diantaranya dari kampung
Soroan, Sauf, Ayamaru, Kambuaya, Jidmau, Susumuk Aifat, Kambufatem
hinngga Yaksoro Aitinyo, daerah ini mudah terbakar karena daerah kering
dibanding daerah Imian dan Sawiat. Terjadinya kebakaran pada waktu itu
mengakibatkan homogenitas hutan belantara menjadi hutan terbuka, yang
mana segala persediaan bahan ± bahan bangunan yang tadinya mudah
ditemukan menjadi sulit ditemukan, seperti kayu, rotan dan kebutuhan
bangunan lainnya. Pada saat ± saat sekarang, jenis ± jenis kayu yang
sangat kuat untuk di gunakan dalam membuat rumah sudah langkah. Tadinya
orang-orang membuat rumah tidak terlalu lama atau tidak membutuhkan
waktu yang lama, namun saat ini kebanyakan kalau membuat rumah, sangat
membutuhkan waktu yang relative lama karena orang Maybrat, Imian, Sawiat
ketika berencana untuk membangun sebuah rumah, yang pertama di
persiapkan adalah kayu ± kayu sebagai bahan yang dianggap agak berat
pekerjaannya dan cukup membutuhkan waktu untuk mengumpulkan kayu-kayu
bermutu dari satu tempat ke tempat yang lain. Tentu saja kesulitan
mencari bahan bangunan tersebut yang membuat orang Maybrat, Imian,
Sawiat sebaiknya mempersiapkan waktu yang banyak dalam membangun sebuah
rumah, perhitungan yang cemerlang dengan kerajinan dalam melakukannya
biasa dilakukan dengan cermat sehingga waktu lainnya dapat di gunakan
untuk pekerjaan-pekerjaan lain, terutama bertani karena orang-orang
Maybrat, Imian, Sawiat adalah mayoritas latarbelakangnya petani sehingga
tiada hari tanpa bercocok tanam. Meskipun banyak pepohonan kayu-kayu
yang bertumbuh pada hamparan belantara wilayah Maybrat, Imian, Sawiat,
seperti ³sitam, rmo, ramboh dan lain sebagainya, namun Orang Hamah
Sagrim 43
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Maybrat, Imian, Sawiat, secara turun - temurun telah di perkenalkan
dengan jelas tentang jenis ± jenis kayu yang sudah dianggap terbaik,
agak baik, yang mana dapat digunakan dan yang tidak baik yang mana tidak
bisa dipergunakan sebagai bahan bangunan. Oleh pihak orang Maybrat,
Imian, Sawiat jenis ± jenis kayu yang dianggap mampu bertahan selama
puluhan tahun jika dipakai untuk mendirikan bangunan adalah sebagaimana
yang di bedakan atas nama dan Jenis ± jenis warnanya, kayu tersebut
disini kami hanya dapat menyebutkannya dengan sebutan bahasa ilmiahnya
adalah sebagai berikut:
1. Bahan Rangka a) kayu ijie, kayunya keras dan lurus, jenis kayu ini
biasanya digunakan sebagai struktur rangka utama, baik rangka atap,
lantai, tiang pancang (sur), koloum (hafot). Warnanya putih kekuningan.
b) kayu mbala, kayu ini sangat keras, lurus tidak halus, isinya
berserabut, berwarna merah kecoklatan. Jenis kayu ini biasanya digunakan
untuk koloum utama (hafot), selain batangnya digunakan sebagai koloum
utama, kulitnya juga berfungsi sebagai penutup dinding utama. c) kayu
hlangguf, warnanya putih membungkusi warna kemerahan, lurus dan tidak
halus, isinya berserabut, kulitnya agak bergetah, jenis kayu ini
biasanya digunakan untuk rangka lantai (biat) untuk ukuran kecil, tiang
pancang (sur) untuk ukuran sedang dan koloum (hafot) untuk ukuran besar.
Jenis kayu ini sangat kuat apabila diawetkan pada tempat yang kering
dan mutunya baik. d) kayu siah, jenis kayu ini tidak sekeras kayu yang
lain namun bila dikeringkan pada tempat kering maka akan keras, kayu ini
kebanyakan di gunakan sebagai bahan struktur rangka atap atau reng (ara
soom) dan struktur lantai (biat). Warnanya putih dan banyak cabang. e)
kayu srah (gagar), kayu ini tidak digunakan untuk apa ± apa tetapi hanya
biasanya digunakan sebagai bahan utama penyusunan lantai (msyien rmah)
dan pengait jahitan atap, jenis kayu ini sangat keras tidak mudah
dipatahkan apalagi yang jenisnya lebih tua, yang mana warnanya menjadi
hitam, jenis kayu ini tidak utuh tetapi sumbunya sangat besar dan yang
biasanya di pergunakan adalah bagian pembungkusnya. f) kayu bta-bta
(palem hutan) warnanya merah dan mirib dengan gagar (srah) namun
bentuknya lebih besar. Pohon ini biasanya digunakan hanya untuk bahan
lantai (msyien rmah) dan pengait jahitan atap. Hamah Sagrim 44
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
2. Bahan Atap. 1. Atap rumbino (kain) ± pandanus family yaitu keluarga
pandanus atap rumbino adalah dedaunan yang di ambil dari jenis tumbuhan
pandanus yang daunnya lebar panjang dan tebal. Atap rumbino kebanyakan
di gunakan oleh masyarakat suku Maybrat, karena untuk memperoleh atap
sagu begitu sangat sulit untuk diperoleh.
Gambar: Bangunan rumah bahan atap rumbino
5. Atap sagu (afi), atap sagu diambil dari daun sagu yang diraut menjadi
penutup atap rumah Jenis atap ini sangat kuat dan kebanyakan
Gambar: Rumah dengan bahan atap sagu (afi)
digunakan oleh suku Imian dan Sawiat karena sangat gampang ditemukan di
wilayah Imian Sawiat yang merupakan pusat tumbuhan pohon sagu. 6. Atap
kulit kayu (hri ara), atap kulit kayu sering digunakan bila mana atap
rumbino dan atap sagu sudah sangat sulit untuk diperoleh sehingga
kebanyakan digunakan kulit kayu sebagai atap. Kulit kayu yang sering
digunakan adalah : seme, mbala, fait (cofasus familly), tiga jenis kayu
yang mutu kulitnya sangat baik untuk dijadikan sebagai penutup atap,
baik sebagai penutup atap maupun penutup dinding.
Hamah Sagrim
45
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
4. Atap sengk, orang Maybrat, Imian dan sawiat ketika membangun rumah
dengan bahan tradisional yang telah dikenal secara alam (teknologi
alamiah), mereka juga menggunakan mengikuti merubahnya.
Gambar: Rumah dengan atap senk Gambar: Rumah dengan bahan Dinding kulit
kayu
atap
sengk
sebagaimana yang telah
perkembangan
3. Bahan Dinding. 1. Dinding kulit kayu (hry) dinding kulit kayu pada
umumnya digunakan oleh masyarakat suku maybrat sebagai bahan utama
penutup dinding.
2. Dinding Gaba (Turaf), dinding Gaba gaba pada umunya di
gunakan oleh masyarakat Imian, Sawiat, Tehit, dan kadang juga di gunakan
oleh orang Maybrat. Bah
Gambar: Rumah dinding gabagaba (turaf)
an gaba - gaba diambil dari pelepah atau tangkai sago yang dipotong
dengan ukuran yang sama dan diraut dengan baik
serta digunakan sebagai bahan utama penutup dinding rumah. Bahan
gaba-gaba ini sempat popular di kalangan masyarakat Maybrat, Imian,
Sawiat, semasa pemerintahan Kolonial Belanda Hamah Sagrim 46
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
yang mana perkantorannya menggunakan dinding gaba-gaba sebagai penutup
utama dinding rumah yang diraut dan diawetkan dengan pengawet gaba-gaba
(turaf). 3. Dinding kayu (ara kras), pada mulanya dinding bangunan rumah
tradisional suku maybrat imian sawiat bukan hanya ditutup dengan kulit
kayu atau gaba ± gaba namun dilapisi dengan kayu, yang mana disusun
sedemiakian rapat dengan tujuan sebagai penangkal senjata musuh pada
jaman perang keluarga, namun pada akhirnya hanya digunakan dinding satu
lapis seperti kulit kayu, gaba ± gaba maupun dedaunan. 4. Dinding papan,
setelah mengalami proses perkembangan moderen, rumah tradisional
Maybrat, Imian, Sawiat dapat juga menggunakan dinding papan yang mana
tergolong sebagai rumah ± rumah semi moderen. Papan yang diperoleh pada
waktu itu dibelah dengan menggunakan gergaji baja, yang mana biasanya
dipegang oleh dua orang penggergaji.
Gambar: Rumah dinding papan
5. dinding daun, dinding daun biasanya jarang digunakan, mengingat untuk
menghindari kebakaran dan cepat keropos serta tidak tahan lama. Namun
dedaunan dapat juga digunakan apabila tak ada lagi bahan penutup dinding
utama (kulit kayu), dan untuk bahan penutup dinding dari dedaunan
biasanya tidak digunakan sembarangan daun melainkan biasanya menggunakan
daun rumbino (kain) ± pandanus family yaitu sejenis keluarga pandanus
dan daun sagu (afi). 4. Bahan Lantai 1. lantai gagar (srah), gagar
merupakan bahan utama lantai bagi masyarakat suku Maybrat dan Sawiat,
selain bahannya yang kuat, lurus mudah di raut juga mudah diperoleh di
hutan pada wilayah Maybrat. Hamah Sagrim 47
Gambar: Lantai dengan bahan gagar (srah)
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
1. Lantai palem (bta - bta), palem kebanyakan digunakan sebagai bahan
lantai bagi suku Imian, selain karena mudah untuk diperoleh, juga kuat
dan gampang di raut. 2. Lantai rotan (ses), lantai rotan tidak banyak
digunakan oleh masyarakat luas, lantai rotan hanya dijumpai di kampung -
kampung tertentu yaitu kampung yang hutannya penuh atau banyak rotan.
Jenis lantai ini sangat baik selain mudah untuk di bawa juga nyaman
digunakan.
3. Lantai bambu (bron), lantai bambu jarang ditemukan, hanya digunakan
oleh masyarakat di
wilayak Teminabuan (suku Sawiat dan Tehit)
5. Bahan Pengikat 1. Tali rotan (too atu), rotan ikat atau sebutan
ilmiahnya adalah too atu adalah tali rotan yang jenisnya kecil dan
biasanya banyak dijumpai di gunung sehingga tali rotan tersebut dikenal
dengan sebutan too yang artinya tali dan atu artinya gunung atau ³tali
gunung´ bila diterjemahkan sesuai bahasanya. Selain yang tidak termasuk
dari tali tersebut tidak digunakan sebagai bahan pengikat utama.
F.
Kelengkapan alat ± alat kerja Kelengkapan alat ± alat kerja yang
digunakan oleh orang ± orang Maybrat, Imian dan Sawiat
dalam membangun rumah adalah sebagai berikut : y Kampak (bam - tmah),
merupakan salah satu alat kerja yang difungsikan untuk memotong pohon
dan menebang pohon yang jenisnya berukuran besar, dan tidak bisa
ditebang atau dipotong dengan menggunakan parang maupun pisau. y Parang
(sogi ± minyan), adalah suatu jenis perlengkapan alat kerja dalam
membangun rumah. Paran biasanya mempunyai fungsi yang banyak. Kapak
sering digunakan sebagai alat menebang pohon, terutama pohon-pohonyang
Gambar: Parang (sogi-minyan) Gambar: Kapak (bam-tmah)
ukurann besar. Hamah Sagrim 48
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Parang juga digunakan sebagai alat memotong kayu guna membangun rumah,
dan jenis kayu yang bisa dipotong dengan parang adalah kayu ± kayu yang
berukuran kecil, selain memotong kayu untuk bangunan rumah, parang juga
difungsikan dalam membakar kebun dan meramu ladang, memotong tali rotan,
bahkan berburu. y Pisau (tfo - sah), merupakan salah satu Kelengkapan
alat kerja yang fungsinya tidak hanya digunakan oleh seorang ibu dalam
meracik sayur, member sihkan keladi atau ketala, namun dapat difungsikan
oleh orang laki ± laki dalam meramu tali rotan sebagai bahan pengikat
rumah.
Gambar: Pisau (tfo-sah)
Hamah Sagrim
49
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
BAB III METODE PENELITIAN
Berdasarkan objek yang ditinjau yaitu suatu etnik (suku Maybrat, Imian,
Sawiat) yang mempunyai latar belakang budaya tersendiri, maka pada
penelitian ini dipilih pendekatan fenomenologik dengan metode diskriptif
etnografik. Metode etnografik adalah suatu metode yang mempelajari
deskripsi kehidupan masyarakat dalam beragam situasinya. Metode untuk
memahami bagaimana masyarakat memandang, menjelaskan, dan menggambarkan
tata hidup mereka sendiri. Sehingga dengan metode ini bentuk arsitektur
rumah tinggal Suku Maybrat, Imian, Sawiat, yang berdasarkan budaya
appabolang dapat diuraikan. Berdasarkan pada rumusan hipotesis yang akan
dibuktikan, maka jenis penelitian ini adalah merupakan penelitian
kausal-komparatif (Causal-Comparative research) yang langkahlangkahnya
akan dibahas sebagai beriktu:
A. RENCANA PENELITIAN 1. Tahap Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan
dari survei dilapangan meliputi: Data fisik (temperatur udara pada ruang
dalam dan ruang luar, kelembaban udara pada ruang dalam dan ruang luar,
kecepatan angin pada ruang dalam dan ruang luar, dimensi ruang, dimensi
bukaan, atap dan dinding, overstek, material dan warna,
orientasi/perletakan bangunan, tatanan lingkungan bangunan). Data
nirfisik (Sejarah, Budaya Appabolang yang mencakup Agama dan
Kepercayaan, Hubungan Sosial, Mata Pencaharian, Pengetahuan, Pola Hidup,
dan Lingkungan Alam). Teknik pengumpulan data dilapangan dilakukan
melalui teknik Pengukuran, Perekam dan Wawancara. Teknik pengukuran
menggunakan alat ukur berupa Thermo Meter, Lux Meter dan Meteran. Teknik
perekaman dilakukan dengan teknik Pemotretan, Pencatatan dan
Pengamatan, untuk mendapatkan data fisik bangunan. Sedangkan data
Sejarah dan data bentuk dari bentuk pengaruh budaya Appabolang,
diperoleh dengan teknik Wawancara langsung dengan Kepala Kampung, Tokoh
Adat dan Warga Setempat.
Hamah Sagrim
50
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
2. Tahap Kompilasi dan Interpretasi Data Data yang telah diperoleh telah
disusun serta dikelompokkan agar mudah untuk dipelajari. Dari
pengukuran yang berupa data, baik kenyamanan dikomparasikan dengan teori
standart kenyamanan thermal, baik berdasarkan diagram olgyay mapun
berdasarkan standart kenyamanan dari penelitian santoso (1984), Mom dan
Wiesebrom (1940), untuk mendapatkan suatu temuan indeks kenyamanan rumah
Halit-mbol chalit. Data kualitatif dari hasil perekaman
dikuantitatifkan untuk memperoleh data pembayangan, perolehan panas
(beatgain), dan pergantian distabulasi kemudian diinterpretasikan
hubungannya secara deskriptif. 3. Analisis Data bentukan yang tercipta
dari hasil Budaya Appabolang, dianalisis secara kualitatif mengetahui
pengaruhnya terhadap kenyamanan thermal dalam ruang. Hasil tersebut
ditunjang dengan hasil perhitungan formulasi hasil pengukuran yang
dianalisa secara kuantitatif. Hasil perhitungan formulasi untuk
mengetahui pemanfaatan cahaya matahari, pemanfaatan angin, dan
pengurangan panas, untuk mencapai suatu nilai kenyamanan thermal yang
distandartkan. Hasil pengukuran dari kombinasi temperatur, kelembaban
dan pengaruh angin, diperoleh suatu temuan indeks kenyamanan thermal
dari hasil penelitian Mom dan Weisenborm (1940), hasil penelitian
santoso (1989) dan diagram kenyamanan dari Olgyay.
B. PENENTUAN SAMPEL 1. Populasi Yang menjadi populasi adalah seluruh
jenis rumah tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat yang diambil
beberapa sebagai sampel. Berdasarkan data penelitian kami, total jenis
rumah tradisional ada delapan jenis yang diklasifikasikan sesuai dengan
fungsinya. Selain itu, menurut data penelitian, peletakan rumah
tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat, dibagi dalam tiga kelompok,
yaitu: a. Kelompok Hunian di daratan tinggi/pegunungan b. Kelompok
hunian di peralihan darat dan perairan laut c. Kelompok hunian di
perairan air laut
Hamah Sagrim
51
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
2. Sampel Untuk penentuan sampel, digunakan metode stratified sampling,
dengan pengelompokan berdasarkan pola peletakan hunian. Orientasi
bangunan digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk mendapatkan sampel
yang lebih representatif. Berdasarkan waktu, lokasi, tenaga dan biaya,
maka dari pengelompokan berdasarkan pada orientasi bangunan diambil
masing-masing 1 jenis sampel untuk setiap arah orientasi (utara ±
selatan dan timur-barat) untuk masing-masing kelompok perletakan. Jadi
jumlah sampel penelitian terdiri dari 8 jenis tipe perletakan rumah
tradisional.
C. VARIABEL YANG AKAN DIPELAJARI Variabel merupakan objek penelitian
atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel yang
akan dipelajari dan data yang digunakan sebagai tolok ukur dalam
penelitian ini meliputi variabel bebas dan variabel terikat sebagai
berikut: 1. Variabel bebas (variabel pengaruh) yaitu: Pengaruh bentuk
arsitektur Data yang termasuk dalam data variabel ini meliputi: lokasi,
orientasi, bentuk dan denah, bukaan-bukaan atap dan dinding,
overstek/pelindung, material dan warna, serta pola penataan hunian. Data
yang termasuk dalam variabel adalah: Radiasi Matahari, temperatur
udara, kelembaban dan curah hujan, serta pergerakan udara. 2. Variabel
terikat (Variabel terpengaruh) adalah variabel yang diamati atau
variabel yang terjadi karena pengaruh variabel bebas. Variabel
terpengaruh ini adalah kenyamanan thermal dalam bangunan.
D. JALANNYA PENELITIAN 1. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan
penelitian kausal-komparatif (casual comparative) yang mempunyai tujuan
untuk menyelidiki kemungkinan adanya hubungan sebab akibat. Berdasarkan
pengamatan terhadap akibat yang ada, faktor yang mungkin menjadi
penyebab dicari kembali melalui data tertentu.
Hamah Sagrim
52
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Metode deskriptif etnografik digunakan untuk meninjau bentuk arsitektur
tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat, yang tercipta dari hasil budaya
Appabolang. Metode Observasi dilakukan dengan pengamatan, pencatatan
dan pengukuran secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang
diteliti. Metode observasi yang digunakan dalam pengumpulan data ini
menggunakan teknik: Pengukuran, Pengamatan dan pencatatan, serta cara
perhitungan. Alat bantu yang digunakan berupa Tustel, Meteran,
Thermometer, Hygrometer dan Lux Meter. Metode observasi ini dilakukan
tanpa mengajukan pertanyaan-pertanyaan, sehingga metode ini bisa lebih
objektif. Metode interview (wawancara) digunakan untuk penyadapan
sejarah dan data budaya appabolang yang merupakan bentuk arsitektur
tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat, sebagai objek penelitian.
Wawancara merupakan salah satu bagian yang penting dari survei. Tanpa
wawancara peneliti akan kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh
melalui proses interaksi dan komunikasi. Dalam proses ini, hasil
wawancara ditentukan oleh beberapa faktorfaktor tersebut meliputi:
Wawancara, Responden, Topik Penelitian yang tertuang dalam pertanyaan,
serta situasi kondisi pada waktu wawancara berlangsung. Yang menjadi
responden pada penelitian ini adalah: Kepala Kampung, Petuah (Kepala
Suku) dan Tokoh-tokoh Adat, Pelaku Arsitek Maybrat, Imian, Sawiat, dan
Masyarakat setempat.
2. Alat dan Materi Penelitian a. Penelitian Daerah Pengukuran Penentuan
daerah pengukuran pada rumah halit dibagi atas dua titik ukur, yaitu;
ruang luar dan ruang dalam. Ruang luar yang dimaksud adalah ruang ruang
terlindung dari sinar matahari langsung, namun masih berhubungan dengan
ruang luar, dalam hal ini teras (isit). Ruang dalam pengukuran dilakukan
pada ruang berkumpul keluarga yang juga merupakan ruang serba guna dan
ruang utama. Untuk mempermudah dan mempercepat proses pengukuran
dilapangan, maka perlu adanya penentuan titik ukur pada daerah
pengukuran pada rumah halit dan tabel pengukuran yang memuat daerah
titik ukur, waktu pengukuran, temperatur udara, temperatur keccepatan
angin, dan intensitas cahaya yang terjadi. b. Perekam dan Pemotretan
Pemotretan dilakukan pada elemen-elemen bangunan seperti dinding,
tangga, penyangga, tiang, lantai, dan jendela, atap, jaringan pergerakan
dan kondisi lingkungan. Hamah Sagrim 53
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Perekam dilakukan untuk mendapatkan data tentang: Dimensi Ruang, Dimensi
Bukaan. Pencatatan juga dilakukan untuk mengidentifikasikan warna,
bahan dan dimensi dari elemenelemen tersebut. Disamping itu dibutuhkan
juga data eksternal seperti: Data Klimatologi Daerah Setempat, dan Pada
Lokasi. Untuk mempermudah survey dan akurasi data yang diperoleh
dilapangan, maka dibuat dalam bentuk tabel pengamatan berupa:
Kolom-kolom berupa: jenis-jenis elemen bangunan, bahan, ukuran dan
warna.
c. Interview (Wawancara) Interview atau wawancara yang digunakan untuk
penyadapan Sejarah serta data budaya appabolang yang menjadi faktor
terbentuknya arsitektur tradisional objek penelitian. Responden dalam
penelitian ini adalah: Kepala Kampung, Kepala Suku atau Petuah, Pelaku
Arsitektur halit, Masyarakat, Tokoh-tokoh Adat dan Warga Setempat.
Pedoman wawancara yang digunakan adalah pedoman wawancara tidak
struktur. Suatu pedoman yang hanya memuat garis besar yang akan
ditanyakan. Tentu saja kreatifitas pewawancara sangat diperlukan, bahkan
hasil wawancara dengan jenis pedoman ini lebih banyak bergantung pada
pewawancara. Pewawancaralah sebagai pengemudi jawaban responden.
d. Alat Perekam dan Pengukur Alat yang digunakan untuk mengukur dalam
penelitian ini adalah untuk mengukur temperatur udara dan kelembaban
udara, digunakan alat thermometer buatan Perancis. Untuk mengukur
intensitas cahaya yang terjadi, digunakan alat lux meter AVO LM.4.2000
Lux buatan Perancis. Kecepatan angin, diukur dengan Anemometer,
disamping itu diadakan peninjauan dengan menggunakan tanda-tanda
klasifikasi angin skala beaufort. Sedangkan untuk mengetahui
ukuran-ukuran setiap elemen-elemen bangunan digunakan meteran berupa Rol
meter. Alat tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:
Hamah Sagrim
54
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Alat ukur kelembaban
Alat ukur intensitas cahaya matahari
Alat Ukur Kecepatan Angin
(thermometer)
(lux meter AVO LM.4.2000)
(Anemometer)
Gambar: Alat-alat Pengukuran (sumber, Dokumentasi peneliti berdasar
survey, 2007)
Diagram: Alur Pikir Survey Menggunakan Teknik Perekaman T E K N I K P E R
E K A M A N KONDISI FISIK - Penyangga - Tiang - Tangga - Lantai -
Dinding dan bukaan - Atap - Bahan/material - Orientasi bangunan -
penghijauan
y y y
Pemotretan Pencatatan pengamatan
Bentuk Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua .
Diagram: Alur Pikir Survey Menggunakan Teknik Wawancara
Daftar garis besar pertanyaan
-
Agama Pola hidup Hubungan sosial Mata Pencaharian Pengetahuan Lingkungan
Alam
Variabel yang mempengaruhi bentuk arsitektur tradisional suku Maybrat,
Imian, Sawiat, Papua
Hamah Sagrim
55
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
3. Tahap Kerja Lapangan Tahap kerja lapangan merupakan tahap pokok dalam
penelitian ini. Pekerjaan yang dilakukan tahap ini meliputi pengukuran
kondisi lokasi penelitian, pengamatan, pencatatan, wawancara. Penelitian
melakukan pengukuran sebanyak 13 kali untuk masing-masing daerah ukur,
yaitu untuk ruang luar jam 1.00, 2.00, 4.00, 6.00, 8.00, 10.00, 12.00,
14.00, 16.00, 18.00, 20.00 dan 24.00. ruang dalam jam 1.10, 2.10, 4.10,
6.10, 8.10, 12.00, 14.10, 16.10, 18.10, 20.10, 22.10, dan 24.10. 4.
Kompilasi Data dan Interpretasi Data Observasi yang dilakukan
menghasilkan data primer yang terdiri dari data hasil pengukuran,
pengamatan dan pencatatan. Semua data dikumpulkan dan disusun sesuai
dengan urutannya. Data tersebut kemudian dipelajari, termasuk
mengkoreksi ketepatan dan kebenaran pengukuran dan pencatatan. 5.
Analisis Data a. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk
meninjau bentuk arsitektur tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat,
yang tercipta dari hasil budaya Appabolang. a. Untuk Membuktikan
Hipotesis Untuk membuktikan hipotesis, dilakukan sebagai berikut: 1.
Analisis Kualitatif Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis
bentuk rumah tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat, beserta
elemen-elemen pembentukannya untuk mengetahui pengaruh terhadap
kenyamanan thermal dalam ruang. Bentuk dan denah, bukaan-bukaan, atap
dan dinding, overstek, material dan warna, serta tatanan lingkungan
bangunan. 2. Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif dilakukan untuk
menganalisis hasil observasi dilapangan, yaitu untuk mendapatkan indeks
kenyamanan didalam bangunan. Data hasil pengukuran yang berupa data
kuantitatif, baik pengukuran diluar maupun di dalam bangunan
diperbandingkan dengan standart kenyamanan thermal kemudian dilakukan
analisis kuantitatif. Diagram yang digunakan untuk menganalisis adalah
sebagai berikut: a) Untuk mendapatkan pembayangan digunakan diagram
matahari b) Untuk menentukan WET Bulb Temperatur (WBT) digunakan diagram
psikometerik Hamah Sagrim 56
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
c) Untuk menentukan temperatur Efektif, digunakan diagram temperatur
efektif d) Untuk mengetahui batas kenyamanan thermal, digunakan diagram
kenyamanan Olgyay e) Untuk mengetahui kenyamanan thermal juga digunakan
standart kenyamanan dari hasil penelitian Santoso, 1984, dan penelitian
Mom dan Wiesebrom (1940) yang pernah dilakukan di Indonesia. Standart
kenyamanan hasil penelitian Santoso (1984), yaitu: Temperatur udara
23-34,3°C Kelembaban relatif 45-95% Radiasi Matahari 1020 W/m² Kecepatan
Angin 0-4,3 m/d Kenyamanan thermal 25,4-28,9°C
Standart kenyamanan hasil penelitian Mom dan Wiesebrom (1940) dengan
kecepatan udara sekitar 0,1 m/s ± 0,2 m/s yaitu: Ambang bawah untuk
kondisi sejuk adalah pada temperatur 23°CRH = 50% atau temperatur
efektif 20,5°C. Ambang bawah untuk kondisi nyaman optimal adalah 24°C,
RH = 80% atau temperatur efektif 22,8°C yang juga merupakan ambang bawah
untuk kondisi hangat. Ambang batas untuk kondisi hangat adalah pada
31°C,HR = 60% atau temperatur efektif 27,1°C. 3. Analisis terhadap
aplikasi persamaan/formulasi Untuk mengetahui tingkat perolehan panas
didalam bangunan dilakukan analisis formulasi dari SV Szokolay sebagai
berikut: Q =Qi + Qc +
Qv............................................................................(1)
Qs Qc Qv Keterangan : Q Qi : Jumlah radiasi panas yang masuk ke dalam
ruangan : Panas yang disebabkan karena orang dan peralatan yang
tergantung dari aktifitas yang dilakukan penghuni. Qs : Radiasi panas
yang masuk melalui kulit bangunan dan atap, nilainya tergantung dari
sudut datangnya sinar matahari langsung dan material yang digunakan.
Hamah Sagrim 57 =AxGxq = A x U x (t0 + t1) = (Qsv + Q1v) x kebutuhan
pergantian udara/jam
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Qc
: Kondisi panas akibat perbedaan temperatur luar dan dalam, nilainya
tergantung dari materi yang digunakan dan perbedaan temperatur udara
luar dan dalam yang terjadi.
Qv A G q U t0 t1
: Panas yang ikut masuk kedalam ruang bersama aliran udara. : Luas
lubang cahaya : Radiasi matahari : Solar gain kaca : Elemen transmisi
(w/m²°C) : Temperatur udara dalam : Temperatur udara luar
Untuk mengetahui pembayangan yang terjadi akibat orientasi bangunan,
digunakan solar chart dengan formula: d = X (tang a/cos
b).......................................................................................(2)
keterangan : X a b d : Lebar atap Bangunan : Sudut ketinggian/altitude :
Sudut Azimuth : Kedalaman bayangan
Untuk mengetahui jumlah pergantian udara di dalam bangunan dengan
menghitung luas lubang bukaan dan sistem ventilasi, digunakan formula
Terry S Bouttet, 1987, yaitu: Q = A x V x Cf x
CV....................................................................................................(3)
Keterangan : Q A Cf Cv : Pengertian udara yang dibutuhkan (m²/sk) :
Luas Lubang inlet (m/sekon) : Faktor koefisien (besarnya 60) :
Evektifitas bukaan (besarnya 0,5 ± 0,6 untuk angin yang tegak lurus
lubang, atau 0,25 ± 0,35 untuk angin dengan konstanta efektifitas bukan
dari perbandingan inlet dan outlet) sbb:
Hamah Sagrim
58
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Tabel : Perbandingan inlet dan outlet dan nilai konstanta efektifitas
bukaan
Inlet : Outlet 1:1 1:2 1:3 1: 4 Konst. Ef. bukaan 1.00 1.27 1.35 1.38
Inlet : outlet 1:5 2:1 4:1 4:3 Konst. Ef. bukaan 1.4 0.63 0.25 0.63
Sumber, S. Bouttet, 1987 Untuk mengetahui pengurangan panas didalam
bangunan, dapat digunakan dari Terry S. Bouttet, 1987, yaitu: Q = D x Cp
Qa x
(To-Ti).......................................................................................(4)
Keterangan : Q D Cp Qa To Ti : Laju pengurangan Panas (w) : Masa Jenis
udara kg/m 90,0013 kg/m : Panas Jenis Udara, konstanta (1004,65J/kg°k) :
Jumlah aliran udara m²/detik : Temperatur udara luar (°C) : Temperatur
udara dalam (°C)
Untuk memudahkan analisis, maka pembayangan tiap fasade bangunan disusun
ringkas dengan keterangan sebagai berikut: SV SH Az TM P : Sudut
vertikal : Sudut Horizontal : Sudut Azimuth : Tinggi Matahari/altitude :
Pembayangan
Hamah Sagrim
59
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN 1. Hasil Penelitian Daerah Permukiman Penelitian
daerah permukiman dengan menentukan dua titik pengukuran, yaitu; ruang
luar, dan ruang dalam. Ruang luar yang dimaksud adalah ruang yang
terlindung dari sinar matahari langsung, namun masih berhubungan dengan
ruang luar. 2. Hasil Perekaman dan Pemotretan Pemotretan wajah bangunan,
elemen-elemen bangunan seperti; dinding, tangga, penyangga, tiang,
lantai, kisi-kisi, atap, jaringan pergerakan, dan kondisi lingkungan.
Perekaman dilakukan untuk mendapatkan data tentang; Dimensi Ruang,
dimensi bukaan/kisi-kisi. Pencatatan juga dilakukan untuk
mengidentifikasikan warna, bahan, dan dimensi dari elemen-elemen
tersebut. Disamping juga data klimatologi daerah setempat dan lokasi
yang dibuat dalam tabel pengamatan berupa koloum, jenis-jenis elemen
bangunan, bahan, ukuran, dan warna. 3. Hasil Wawancara (interview) Dalam
kesempatan wawancara (interview) ini, yang diwawancarai adalah Kepala
suku, Petuah, Kepala kampung, Tokoh Masyarakat, dengan menyajikan 3
topik a. Sejarah perkembangan rumah tinggal halit-mbol chalit b. Proses
mendirikan bangunan ruamah halit-mbol chalit c. Waktu dan persiapan
tahapan kerja dalam mendirikan bangunan. 4. Hasil Pengukuran dan
Analisis Kenyamanan Thermal Dalam kesempatan Pengukuran dan Analisis
Kenyamanan Thermal ini didapati beberapa faktor yang mempengaruhi
kenyamanan thermal dalam ruang, yaitu: a. Faktor Iklim (eksternal) b.
Faktor Ruang dalam (Interior) c. Faktor Bahan d. Faktor Warna Hamah
Sagrim 60
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
B. PEMBAHASAN B.1. Pembahasan Umum Tentang Suku Bangsa di Papua - Studi
Etnografis Papua terdiri dari kurang lebih 251 suku bagsa atau etnis
(termasuk
didalamnya suku Maybrat, Imian, Sawiat) yang memiliki keanekaragaman
kebudayaan, dimana setiap suku bangsa mempunyai ciri khas tersendiri.
Ciri khas tersebut dapat membedakan kebudayaan satu kelompok etnis yang
satu dengan etnis yang lain. Untuk membedakan ciri khas budaya pada
setiap etnis yang ada,
Gambar : Orang Papua dengan Busana dan kelengkapan tarian tradisional
maka
perlu
kita
mengetahui
dan
memahami apa yang dimaksud dengan kebudayaan.
‡
Kebudayaan menurut seorang Antropolog yang bernama E.B. Taylor
mengatakan
kebudayaan adalah suatu keseluruhan komleks yang meliputi pengetahuan,
kepercayaan, seni, kesusasteraan, hukum,adapt istiadat serta kesanggupan
dan kebiasaan lainnya yang dipeljari oleh manusia sebagai anggota suatu
masyarakat. ‡ Selanjutnya juga menurut Ralp Linton bahwa kebudayaan
adalah keseluruhan dari pengetahuan, sikap, dan pola prilaku yang
merupakan kebiasaan yang di miliki dan diwariskan oleh anggota suatu
masyarakat tertentu. Pada umumnya semua kebudayaan dari setiap suku
bangsa diatas muka bumi ini terdapat 7 (tujuh) unsur universal yaitu :
1. Bahasa 2. Sistim pengetahuan 3. Organisasi sosial dan kekerabatan 4.
Sistim Teknologi 5. Sistim mata pencaharian hidup Hamah Sagrim 61
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
6. Sistim Religi 7. Kesenian. A. Pengertian Etnografi Papua Etnografi
papua yaitu suatu studi deskriptif mengenai masyarakat-masyarakat
sederhana. Atau suatu gambaran tentang kebudayaan-kebudayaan suku bangsa
yang hidup serta Etnografi adalah ilmu yang melukiskan tentang
suku-suku bagsa yang tersebar di muka bumi ini dan secara khusus di
Papua. B. Tujuan Tujuan daripada Judul ini adalah Agar supaya pembaca
dapat mendeskripsikan, melukiskan atau mengambarkan kondisi sosial
budaya dan juga kondisi alam di Papua. C. Kondisi Lingkungan Alam 1.
Letak, Luas dan Batas Wilayah. 2. Pulau Papua yang tampak berbentuk
seekor burung raksasa yang mirip seekor dinosaurus yaitu binatang dari
kala mezoikum yang kini telah punah. 3. Sekitar 47 % bagian dari wilayah
pulau ini yang berada di sebelah barat dan merupakan bagian kepala,
tengkuk, punggung,leher, dada dan perut dinosaurus tadi adalah wilayah
4. Papua dan 53 % sisanya adalah wilayah Negara tetangga kita, Papua new
Guinea. Pulau Papua memiliki luas wilayah sebesar kurang lebih 416.800
Km2 yang batas wilayahnya sebagai berikut : a. Sebelah utara berbatasan
dengan lautan teduh dan laut Halmahera b. Sebelah Timur berbatasan
langsung dengan Negara tetangga Papua New Guinea c. Sebelah selatan
berbatasan dengan laut Arafura dan benua Australia d. Sebelah Barat
berbatasan dengan laut Seram, laut Banda atau propinsi Maluku. e. Bagian
utara pulau Papua terdapat banyak pulau yaitu antara lain ; pulau
Yapen, Pulau Numfor,Supiori, Padaido, dan pulau Roon yang berada di
teluk Cenderawasih.Selain itu dibagian utara kepala burung terdapat
pulau Batanta, Salawati, Doom Wigeo, dan pulau
Hamah Sagrim
62
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Misol. Sedangkan dibagian Selatan terdapat pulau-pulau, seperti; pulau
Adi, pulau Aiduma, Naurio, Yosudarso(Kimam) dan pulau Komoran. f. Selain
Pulau-pulau di Papua juga terdapat beberapa teluk dan sungai yang cukup
besar dan mempunyai potensi sumber daya alam (SDA). Teluk-teluk
tersebut terdapat di bagian utara, diantaranya ; Teluk Yosudarso,teluk
Cenderawasih,reluk Wandamen, teluk Berau/Bintuni, dan di bagian selatan
terdapat diantaranya teluk Arguni, teluk Triton dll. Sedangkan
sungai-sungai yang terdapat di Papua antara lain; Sungai Membramo,sungai
grime,sungai Tami, dan sungai-sungai di pantai selatan pulau papua
antara lain; sungai Kais, sungai Kamundan, sungai Balim, sungai Digul
dan lain-lainnya yang bermuara ke laut Arafura. g. Sedangkan daerah
pegunungan di Papua antara lain; pegunungan
Tamrau,Arfak,Sudirman,Nasauw, Jayawijaya dengan puncak-puncaknya yang
tertinggi yaitu; Puncak Jaya (5.030 m), puncak Trikora( 4.750 m), puncak
Yamin. Puncak Jaya memiliki keajaiban sendiri di dunia karena walaupun
terletak di daerah tropis namun, puncak tersebut diselimuti salju abadi
sepanjang tahun. h. Pulau Papua berada di dekat khatulistiwa dan
beriklim tropic. Suhu udara pada ketinggian permukaan air laut hamper
seragam bagi seluruh propinsi yaitu rata-rata 26 derajat Celsius.
Variasi suhu terjadi karena ketinggian daerah yang berbeda-beda. Setiap
ketinggian 100 meter terjadi penurunan suhu sebanyak kurang lebih 0.6
derajat Celsius. Karena itu tanah pegunungan yang mencapai ketinggian
lebih dari 4,400 meter senantiasa tertutup salju abadi. Kecuali oleh
ketinggian suatu daerah, suhu juga ditentukan oleh factor-faktor lain,
seperti banyak angina naik menyebabkan penurunan suhu dan banyak angina
turun menyebabkan kenaikan suhu. i. Curah hujan bagi sebagian besar
pulau Papua cukup tinggi rata-rata 2,000-3000 milimeter tiap tahun,
dibeberapa tempat di pegunungan tengah curah hujan kadang-kadang
melebihi 4000 milimeter setahun. j. Adapun perbedaan antara musim-musim
pada umumnya tidak terlalu besar kecuali di daerah dataran rendah utara,
tempat hujan selama bulan juli hingga September mencapai 200 milimeter
tiap bulan. Pada umumnya tidak terdapat musim-musim yang terlampau
kering.
Hamah Sagrim
63
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
-
Ada 4 (empat) zone ekologis utama, yaitu : 1. Zone rawa, pantai dan
sepanjang aliran sungai, meliputi daerah Asmat, Jagai, Awyu, Yagai
Citak, Marind Anim,Mimika/Kamoro dan Waropen 2. Zone dataran tinggi,
meliputi orang Dani, Yali, Ngalum, Amungme, Nduga, Damal,Moni dan orang
Ekari/ Mee 3. Zone Kaki gunung dan lembah-lembah kecil, meliputi daerah
Sentani, Nimboran, Ayamaru dan orang Muyu 4. Zone dataran rendah dan
pesisir, meliputi Sorong samapai Nabire, Biak dan Yapen.
D. Menelusuri Asal Usul Nama Papua. a. Orang Belanda meyebut pulau Irian
atau Papua sekarang yaiti Niew Guinea oleh seorang pelaut Spanyol yakni
Ynigo Ortez de Retes (1545) yang menyebut ³Neuva Guinea´ ( Guinea
Baru). b. Sebutan lain juga adalah ³Papua´ yang mula-mula dipakai oleh
pelaut Portugis Antonio d¶ Arbreu yang mengunjungi pantai Papua pada
tahun 1551. Nama itu sebelumnya dipakai oleh Antonio Pigafetta pada
waktu berada dilaut Maluku pada tahun 1521. kata Papua berasal dari kata
³ Pua-pua´ yang berarti keriting.( Stirling, 1943;4, dalam
Koentjaraningrat, 1993). c. Dalam konferensi Malino 1964 nama ³Iryan´
diusulkan oleh F. Kaisepo, Kata itu berasal dari bahasa Biak yang
artinya ³ Sinar matahari yang menghalau kabut dilaut, sehingga ada
harapan bagi para nelayan biak untuk mencapai tanah daratan Irian´.
Pengertian lain dari kata ini juga pada orang Biak, bahwa Irian itu
berasal dari dua kata yaitu ³iri´ dan Ryan´ Iri berarti ³dia´ ( dia yang
dimaksud disini adalah Tanah) dan Ryan berarti ³panas´. d. Jadi arti
dari kata Irian ini adalah Tanah yang Panas. Lain juga masyarakat
Marind-anim di pantai selatan mengatakan kata Irian berarti Iri berarti
Tanah dan An berarti air jadi Irian artinya ³tanah air´. e. Akhirnya
Presiden Soekarno mempopulerkan kata Irian sebagai kata yang pertama
dari singkatan Ikut Republik Indonesia Anti Nederland.(Koentjaraningrat,
1993). E. Pemetaan Suku-Suku Bangsa Di Papua 1. Dalam uraian ini akan
membahas kategori-kategori kebudayaan papua yang pernah dibuat oleh
ahli-ahli Antropologi dan Linguistik. Manurut SIL ( Sumer Institute of
Hamah Sagrim 64
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
language) bahwa kebudayaan Papua, jika dikategori berdasarkan bahasa
maka di Papua terdapat 251 bahasa (Peter J.Zilzer & H.H Clouse,
1991). 2. Menurut Koentjaraningrat (1994) kebudayaan di Papua
menunjukkan corak yang beraneka ragam yang disebut sebagai kebhinekaan
masyarakat tradisional Papua. 3. Menurut Tim peneliti Uncen (1991) telah
diidentifikasi adanya 44 suku bangsa yang masing-masing merupakan
satuan masyarakat, kebudayaan dan bahasa yang berdiri sendiri. Sebagian
besar dari 44 suku bangsa itu terpecah lagi menjadi 177 suku. 4. Menurut
Held (1951,1953) dan Van Bal (1954), cirri-ciri yang mencolok dari
Papua adalah keanekaragaman kebudayaannya, namun dibalik keanekaragamn
tersebut terdapat kesamaan cirri-ciri kebudayaan mereka. F. Ciri dan
Identitas Orang Papua Orang Papua tidak pernah diteliti oleh para ahli
mengenai cri-ciri ras. Hanya beberapa orang dokter dan ahli antropologi
ragawi saja yang telah melakukan pengukuran tinggi badan dan indeks
ukuran tengkorak pada beberapa individu dibeberapa tempat yang
terpencar. Bahanbahan itu belum cukup untuk mendapatkan gambaran yang
menyeluruh tentang ciri-ciri fisik masyarakat di Papua. Menurut H.J.T.
Bijlmer (1923: 335-488; 1926:2390-2396, dalam Koentjaraningrat, 1993).
1. Ada kecenderungan bahwa orang Papua makin jauh dari pantai makin
pendek tubuhnya, demikian pula bentuk tengkorak penduduk pantai umumnya
lonjong dan makin kearah pedalaman bentuknya menjadi sedang. Indeks
ukuran bagian-bagian muka pada beberapa penduduk pantai ada yang lebar,
namun tidak jarang pula ada orang pantai yang panjang bentuk mukanya,
dan didaerah pedalaman keadaannyapun sama (Bijlmer, 1956, lihat
Koentjaraningrat, 1993). 2. Kebinekaan ciri-ciri ras pada berbagai
penduduk asli Papua lebih jelas terlihat melalui ciriciri ras fenotip
mereka, yaitu warna dan bentuk rambut, walaupun dalam hal ini tidak ada
keseragaman. Warna rambut orang papua hampir semuanya hitam tetapi tidak
semuanya keriting. Penduduk yang tinggal di sepanjang sungai Mamberamo,
rambutnya banyak yang berombak dan bahkan ada pula yang lurus
(Moszkowski, 1911: 317-318), sedang ada pula yang lurus dan kejur
(Neuhauss, 1911:280,dalam Koentjaraningrat, 1993). Hamah Sagrim 65
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
G. Persebaran Orang Papua Uraian yang menggambarkanbagaimana sebaran dan
komposisi penduduk Papua secara umum, dimana termasuk didalamnya
penduduk dari luar yang berada di Papua berdasarkan sebaran suku bangsa
melalui sensus belum dapat dilakukan secara terperinci, sehingga jumlah
yang pasti tentang berapa banyaknya orang Papua (penduduk asli) tidak
dapat disajikan secara lengkap. Namun untuk dapat mengetahui sebaran
orang Papua berdasarkan suku bangsa, di Papua khususnya orang asli
dapatlah disajikan berdasarkan Kabupaten dan sebaran kelompok suku
bangsanya. Untuk itu data sementara yang masih perlu dilengkapi lagi
melalui suatu kajian lapangan (penelitian) antropologi, sehingga dapat
dijabarkan secara lengkap sebaran suku bangsa- suku bangsa berdasarkan
daerah kebudayaannya. NO 01 KABUPATEN/ KEC. - Jayapura -J - Jayapura
Selatan -Jayapura Utara -Abepura -Arso -Depapre -Bonggo -Nimboran
-Kemtuk Gresi SUKU BANGSA Teluk Humboldt/Teluk Imbi (Yos Sudarso) Teluk
Imbi Teluk Imbi Taiget/Kerom Tanah Merah Pantai Timur Nimboran/Nambling
Kemtuk Gresi SUB SUKU BANGSA Enjros, Tobati, Injerau, Metu, Debi
Meterau, Kayu Injau, Kayu Batu Nafri, Skou (Jambe, Sai, Mabo) Abrab,
Manem, Merep, Awi(Beibwo) Ormu, Tabla/Tepra, Munggei Bonggo,, Yarsum,
Betaf, Bgu
(Bgufinti, Kaptiau, Tarfia), pulaupulau (Wakde, Masi-masi, Jamna,
Podena, Anus, Jarsum) Namblong, Kwanzu
Hamah Sagrim
66
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
-Demta -Kaureh -Tor Atas -Sarmi -Senggi
Demta Lereh Tor Sarmi Senggi
Kemtuk, Gresi Sifari (Tarfia, Sou, Ambora, Muris Kecil, Yakari Muris
Besar, Yauhapsa); Meukisi,
(Bukisi,
Kamtumilena, Soroyena, Demoi) Kaure, Sause, Kasu, Takana Foya, Mandes,
Subar, Bonerif, Biyu, Daranto, Segar, Bora-bora, Waf, Berik, Kwersupen
Airoran, Samarokena, Kwerba,
Sabori, Sobei Find, Warlef, Waina, Molof -Waris -Web -Unurum -Mamberamo
Hilir -Mamberamo Tengah -Mamberamo Hulu -Pantai Barat -Sentani Walsa
Ubrub Unurum Guay Unurum, Guay Bauzi Warembori, Pauwe, Warewek Bauzi
Bauzi, Nopuk Dabra Nisa, Karama Pantai Barat Kwesten (Keder, Dabe,
Mengke, Sentani Takar); Mawesdai) Mawes (Maweswares, Walsa, Mii
(Fermanggam) Dra, Dubu, Emum, Nemnenda,
Jibela-Yafanda
Hamah Sagrim
67
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Sentani
(Timur,
Barat,
Tengah),
Dosai, Maribu
Foya uta 02 Yapen Selatan/ Barat/ Timur Waropen atas/ Bawah Yapen
Waropen Kurudu
Foya uta Woriasi, Ambai, Serui laut, Busamui, Ansus, Pom, Woi, Munggui,
Marau, Pupui, Tamakuri, Kerema, Sarobi, Siromi, Baudi, Kai, Taru,
Demisa, Serui, Kurudu.
03 04
-
Biak Numfor
Biak - Numfor Ekari (Mee) Timorini
Biak Numfor Windesi, Mor, Yaur, Mer, Yeretuar, Dou, Eguay, Mogopia,
Iyatuma,
Paniai Nabire, Napan, Yaur, Aradide, Homeyo,
Wodatuma, Makituma, Moi, Kiri-kiri, Turu, Taori-key, Fayu
Kamu,Mapia,Paniai Barat/Timur, Tigu,
Uwapa, Sugapa, Beoga
Hamah Sagrim
68
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
05
Manokwari Warmare,
Arfak, Anggi, Amberbaken/Mansubaber,
Mantion,
Hatam,
Meyah,
Sough, Karon
Amberbaken, Orans bari, Ransiki, Wandamen, Bintuni/Wamesan Merdey,
Manokwari, Amberbaken Babo, Windesi, Kebar,
Saukorem,
Pantai, Tanah Merah, Babo, Arandai, Kemberano, Meninggo, Kaburi, Roon,
Mioswar, Kuri Rumberpon, Wandamen,
Bintuni, Wasior 06 Sorong Sausapor Beraur,Seget, Makbon, Morait,
Salawati, 07 Waigeo Utara/selatan, Misol Teminabuan Inanwatan Tehit,
Matbat, Gemna, Ogit, Syaifi, Sawiat, Bira, Metemani, Kokoda, Raja Ampat
Moi Raja Ampat (Biak) Arfak, Moi-Dial (seget), Moi-Klasen, Moi-kalabra,
Moi, Morait, As maya, Amber, Kawe, Batol, Fiawat, Mocu, Suruan, Sautrop,
Biser, Matbat, Gebe, Sopen
Sorong Selatan
Ogit/Yahadian
08
Maybrat Aifat, Ayamaru, Utara Aitinyo, Ayamaru
-
Meybrat/Ayamaru, Karon, Ayamaru (ra Maru), Aifat (rae brat), Yeden,
Aitinyo (ra te) Mare (Ra mare), Sawiat (ra sawiat), Sufari (Tarfia,
Karon Sou, Pantai,
Amboras,
Muris).
Karondori, Marei, Madik, Meyah, Hatam, Arfak
Hamah Sagrim
69
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
09
Fakfak Fakfak, Kokas Teluk Arguni Kaimana Teluk Etna
Fakfak Arguni Kaimana Kaimana
Onon, Iha, Karas, Baham, Buruwai, Kamberau, Irarutu, Mairasi, Semini,
Koiwai, Panuku, Guenora
10
Mimika Mimika Agimuga
Kamoro Amungme
Kamoro Amungme
11
Merauke Agats,
Asmat Sawaermas, Awyu/yagi, Kimaam, Marind-
Kayagar,
Kaugat,
Sawi,
Airo,
Sumaghage, Bapian, Pisa, Tamnin . (Kakero, Riantama, Ndom, Koneraw,
Awyu, Yagai, Yah¶ray Wadaghang). Kimaghama, Moembun. Pantai Kasuari,
Citak Anim, Mitak, Asgon Edera, Bapai Kimaam Merauke, Muting Jair,
Mandobo, Kouh Waroko, Mindiptanah Okaba, Mandobo/Mandup/Wambon,
Nambiaomen Muyu
Yab-anim, Bian-Anim, Jee-Marind, Maklew-anim, Wambon, Genemtak, Anyum,
Lagailuk, Kanum-anim, Kaitumdik, Mandup
(okpari), Kamindip, Kakaip, Janggom, Are, Kataut, Kapom (Okpari),
Kamindip, Kakaip, Jonggom, Are, Kataut, Kapom, Okpari
Hamah Sagrim
70
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
12
Jayawijaya Wamena,
Dani/Lani Aslogaima, Mek Ngalum
Dani Induk, DaniWodo, Dani Kimim, Dani Wosi, DaniBele, Dani Aikhe, Dani
Jurag Kosarek, Endoman, Bime, Epomek, Nalcan,
Bokondini, Karubaga, Kelila, Kurulu, Makki, Tiom, Kurima, Kiwirok,
Okbibab Oksibil Tanime, Una (Langda,
Bomela, Sontamon), Ketengban kupla, Morop, Oktawat, Kusumkim, Oksibil,
Walapkubun, Dabolding,
(Mabilabon), Yapimakot, Bulangkop.
Sumber : Walker Malcon dkk 1987. Region development planing for irian
jaya Anthropology sector report
H. Bahasa Dan Sistem Pengetahuan Kebinekaan sukubangsa tercermin dalam
berbagai unsur budaya seperti bahasa, struktur organisasi sosial, sistem
kepemimpinan, agama, dan sistem mata pencaharian hidup
berdasarakan ekologi daerah tersebut. Masyarakat yang bersifat plural
societies yang multi etnik, multi kultural, multi kedaerahan, dan multi
keagamaan itu membawa implikasi beragam dan spesifiknya institusi
menyebabkan hubungan dan jaringan sosial kelompok-kelompok masyarakat
lebih banyak bersifat homophily dibanding heterophily. Penduduknya
diklasifikasi sesuai spesifikasi geografis, ekologi, kewilayahan,
sosial, budaya, dan ekonomi. Apakah bahasa itu ? Bahasa adalah suatu
sistem bunyi, yang kalau digabungkan menurut aturan tertentu menimbulkan
arti, yang dapat ditangkap oleh semua orang yang berbicara dalam bahasa
itu. Meskipun manusia pertama-tama bersandar pada bahasa untuk saling
berkomunikasi satu sama lain, tetapi bahasa bukanlah satu-satunya sarana
komunikasi. Sarana-sarana lain itu adalah para bahasa (para language)
yaitu suatu sistem bunyi yang menyertai bahasa, dan kinesika (kinesics)
yaitu sistem gerakan tubuh yang digunakan untuk menyampaikan pesan
(Haviland, 1988: 359). Kalau dilihat dari konsep tersebut di atas, maka
orang Papua juga mempunyai suatu sistem bunyi yang dapat menimbulkan
arti berdasarakan kebudayaan mereka masing-masing.
Hamah Sagrim
71
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Orang Papua secara umum dibagi kedalam dua kelompok besar menurut
pembagian bahasa yang digunakan. Kedua bahasa tersebut adalah bahasa
Austronesia dan bahasa Non
Austronesia. Adapun bahasa-bahasa yang masuk dalam kelompok Austronesia
disebut dengan nama bahasa-bahasa Papua. Dua bahasa ini merupakan bahasa
induk yang kedalamnya tergolong bahasa-bahasa lokal yang kurang lebih
250 buah bahasa (Silzer, 1986; Penelitian Program Bahasa, Uncen, 2001)
Bahasa sebagai wahana berkomunikasi antara warga, maka tiap kelompok
etnik mengujar bahasa tertentu selalu membedakan diri mereka dari
kelompok pengujar bahasa lain. Ini berarti dari segi kebahasaan terdapat
kurang lebih 250 kelompok etnik yang masing-masing merasa dirinya
berbeda dari kelompok-kelompok lainnya. I. Sistem Pengetahuan Nilai
budaya yang bermanifestasi dalam bentuk etika, norma, peraturan, hukum
dan aturanaturan khusus yang menjadi pedoman bagi manusia itu berbeda
dari satu masyarakat
kebudayaan dengan masyarakat kebudayaan lainnya. Apa yang dianggap
bernilai tinggi oleh masyarakat kebudayaan A belum tentu dianggap baik
oleh masyarakat kebudayaan B. Apa yang dianggap patut dipatuhi oleh
masyarakat kebudayaan C belum tentu dianggap penting untuk dipatuhi oleh
masyarakat kebudayaan D. Demikian seterusnya. a. Kluckhohn dan Stodbeck
(1961), secara universal bersumber dari konsepsi yang berbeda teradap
lima hal atau prinsip dasar. Kelima prinsip dasar itu adalah: Konsepsi
terhadap hakekat hidup (MH). Semua kebudayaan di dunia ini, niscaya
memiliki konsep tentang apa yang disebut hidup. Apa arti hidup ini, apa
tujuannya dan bagaimana menjalankannya. Biasanya agama-agama memberikan
tuntunan terhadap seseorang sehingga terbentuk persepsinya terhadap
hakekat hidup itu. Terhadap hakekat hidup terdapat bermacam-macam
tanggapan, ada yang memandang dan menanggapi hidup itu sebagai
kesengsaraan yang harus diterima sebagai ketentuan yang tak dapat
dihindari: sebagai hidup untuk menebus suatu dosa; sebagai kesempatan
untuk menggembirakan diri; menerima sebagaimana adanya; dan berbagai
tanggapan lainnya. Konsepsi terhadap karya manusia (MK). Tanggapan
tentang arti karya terdapat banyak variasi yang ditampilkan oleh
berbagai kebudayaan. Ada yang memandang karya atau bekerja itu sebagai
sesuatu yang memberikan suatu kedudukan yang terhormat dalam Hamah
Sagrim 72
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
masyarakat atau mempunyai arti bagi kehidupan; bekerja itu adalah
pernyataan tentang kehidupan; bekerja adalah intensifikasi dari
kehidupan untuk menghasilkan lebih banyak kerja lagi; dan berbagai macam
konsepsi lainnya yang menunjukkan bagaimana manusia hidup dalam
kebudayaan tertentu memandang dan menghargai karya itu. Konsepsi
terhadap alam (MA). Bagaimana manusia harus menghadapi alam, juga
terdapat persepsi yang berbeda-beda menurut tiap-tiap kebudayaan. Ada
yang memandang alam ini sebagai sesuatu yang potensial dapat memberikan
kehidupan yang bahagia bagi manusia dengan mengolahnya; ada yang
memandang alam ini sebagai suatu yang harus dipelihara keseimbangannya
sehingga harus diikuti saja hukum-hukumnya; ada yang memandang alam ini
sebagai sesuatu yang sakral dan maha dahsyat sehingga manusia itu pada
hakekatnya hanya bisa bersifat menyerah saja dan orang harus menerima
sebagaimana adanya tanpa berbuat banyak untuk mengolah alam; dan
berbagai tanggapan lainnya. Tanggapan terhadap waktu (MW). Ada berbagai
tanggapan tentang soal waktu menurut masing-masing kebudayaan. Ada
tanggapan bahwa yang sebaik-baiknya adalah masa lalu yang memberikan
pedoman kebijaksanaan dalam hidupnya; ada yang beranggapan bahwa
orientasi ke masa depan itulah yang terbaik untuk kehidupan ini. Dalam
kebudayaan serupa itu perencanaan hidup menjadi suatu hal yang amat
penting. Sebaliknya ada pula kebudayaan-kebudayaan yang hanya mempunyai
suatu pandangan waktu yang sempit, mereka memandang waktu sekarang
adalah waktu yang terpenting. Warga dari kebudayaan serupa itu tidak
akan memusingkan diri dengan memikirkan zaman yang lampau maupun masa
akan datang. Mereka hidup menurut keadaan yang ada pada masa sekarang
ini. Tanggapan terhadap sesama manusia (MM). Ada kebudayaan-kebudayaan
yang
menanamkan pada warga masyarakatnya pandangan-pandangan terhadap sesama
manusia bahwa hubungan vertikal antara manusia dengan sesamanya adalah
amat penting. Dalam pola kelakuannya, manusia yang hidup dalam
kebudayaan serupa itu akan berpedoman kepada tokoh-tokoh pemimpin dan
orang-orang senior, sehingga orang atasan selalu dijadikan panutan bagi
warganya. Ada yang menanamkan pandangan bahwa hubungan horizontal antara
manusia dengan sesamanya sebagai yang terbaik. Orang dalam suatu
kebudayaan serupa itu akan merasa amat tergantung kepada sesamanya, dan
usaha untuk memelihara hubungan baik dengan tetangganya dan sesama kaum
kerabat dianggap amat penting dalam hidup. Sebaliknya ada kebudayaan
yang berorientasi bahwa menggantungkan Hamah Sagrim 73
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
diri pada orang lain adalah bukan hal yang baik. Dalam kebudayaan serupa
itu individualisme amat dipentingkan dan sangat menghargai orang yang
mencapai banyak tujuan dalam hidupnya dengan hanya sedikit bantuan dari
orang lain. Koentjaraningrat mencatat bahwa nilai budaya yang dianggap
penting karena merupakan asset baudaya yang dapat dipakai untuk
menunjang pembangunan adalah: (1) nilai budaya yang berorientasi ke masa
depan; (2) nilai budaya yang berhasrat untuk mengeksplorasi lingkungan
alam; (3) nilai budaya yang menilai tinggi hasil dari karya manusia; (4)
nilai budaya tentang pandangan terhadap sesama manusia
(Koentjaraningrat, 1974:38-42). J. Sistem Mata Pencaharian Hidup dan
Sistem Kepemimpinan Tradisional Papua 1. Sistem Mata Pencaharian Hidup
Pulau Papua yang luasnya kurang lebih 3,5 kali pulau Jawa secara
ekologis itu terdiri atas empat zona yang masing-masing menunjukkan
diversifikasi terhadap system mata pencaharian mereka berdasarkan
kebudayaan dan sebaran suku bangsa-suku bangsanya. Menurut Malcoln dan
Mansoben(1987; 1990), kelompok etnik yang beraneka ragam di Papua
tersebar pada empat zona ekologi yaitu: (1) Zona Ekologi Rawa atau
Swampy Areas, Daerah Pantai dan Muara Sungai atau Coastal &
Riverine, (2) Zona Ekologi Daerah Pantai atau Coastal Lowland Areas, (3)
Zona Ekologi Kaki-Kaki Gunung serta Lembah-Lembah Kecil atau Foothills
and Small Valleys, dan (4) Zona Ekologi Pegunungan Tinggi atau
Highlands. Orang-orang Papua yang hidup pada mitakat atau zona ekologi
yang berbedabeda ini mewujudkan pola-pola kehidupan yang bervariasi
sampai kepada berbeda satu sama lainnya. Penduduk yang hidup di wilayah
zona ekologi rawa, daerah pantai dan muara sungai sebagaimana terdapat
di: 1. Jayapura ( teluk Humboldt: Skou, Yotefa, Imbi; Tanah Merah: Ormu,
Tabla, Demta; Pantai Utara: Bonggo, Podena, Yarsum, Betaf; Tor: Mander,
Berik, Kwersupen; Sarmi:Kwerba, Isirawa, Sobei, Samarokena, Masep;
Mamberamo:Warembori, Pauwe, Warewek, Bauzi, Nopuk; Sentani: Sentani,
Dosai, Maribu), Kelompok suku bangsa-suku
Hamah Sagrim
74
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
bangsa ini semuanya mempunyai mata pencaharian utama sebagai peramu sagu
dan sebagai pendamping kebun kecil, menangkap ikan (sungai dan laut).
2. Yapen Waropen (Mamberamo Barat: Karema, Nita; Waropen: Sauri,
Waropen, Kofei, Tefaro, Siromi, Baropasi, Bonefa; kelompok suku bangsa
ini semua mempunyai mata pencaharian sebagai peramu sagu, kebun kecil,
menangkap ikan di sungai dan laut. Krudu: Krudu; Yapen: Woriasi, Ambai,
Serui Laut, Yawe, Busami, Ansus, Pom, Woi, Munggui, Marau, Pupui;
kelompok suku bangsa-suku bangsa ini mempunyai mata pencaharian utama
sebagai peramu sagu, ditambah dengan kebun kecil, menangkap ikan di
sungai dan laut sebagai pendamping. 3. Biak Numfor; dengan mata
pencaharian sebagai peramu sagu, ladang berpindah dan menangkap ikan di
laut dan sungai sebagai pendamping. 4. Paniai; Nabire: Windesi, Mor,
Yaur, Mer, Yeretuar, kelompok ini bermata pencaharian utama ladang
berpindah dengan pendamping meramu sagu, menangkap ikan di sungai dan
laut. 5. Manokwari; Wandamen: Roon, Mioswar, Rumberpon, Wandamen; Arfak:
Mantion, Hatam, Borai; Amberbaken, kelompok ini bermata pencaharian
utama ladang berpindahpindah, dan pendamping menangkap ikan di sungai
dan laut. Sedangkan Bintuni: Tanah Merah, Babo, Arandai, Kemberano,
Meninggo, Kaburi, kelompok ini bermata pencaharian utama meramu sagu,
ladang berpindah, menangkap ikan di laut dan sungai sebagai pendamping.
6. Sorong: Karon bermata pencaharian utama ladang berpindah, menangkap
ikan di sungai dan laut sebagai pendamping; Moi: bermata pencaharian
utama ladang berpindah-
pindah, meramu sagu dan menangkap ikan di sungai sebagai pendamping.
Raja Ampat: Kawe, bermata pencaharian utama meramu sagu dan menangkap
ikan di laut dan sungai serta kebun kecil sebagai pendamping. Sedangkan
orang Maya, Beser/Biak, Matbat bermata pencaharian utama meramu sagu,
ladang berpindah-pindah serta menangkap ikan di laut dan sungai sebagai
pendamping. Seget; Teminabuan: Kalabra, Tehit, Kon, Yahadian, Kais;
Inanwatan: Suabau, Puragi, Kokoda, kelompok ini bermata pencaharian
utama meramu sagu, kebun kecil serta menangkap ikan di sungai dan laut
sebagai pendamping. Hamah Sagrim 75
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
7. Fakfak: Onin, Iha, Karas, Baham, Buruwai; Kaimana: Mairasi, Semini,
Koiwai bermata pencaharian utama ladang berpindah-pindah, meramu sagu,
menangkap ikan di sungai dan laut sebagai pendamping; Arguni: Kamberau,
Irarutu, Mairasi bermata pencaharian utama meramu sagu, berkebun kecil
serta menangkap ikan di laut dan sungai sebagai pendamping. Mimika:
Kamoro bermata pencaharian utama, meramu sagu, berkebun kecil, menangkap
ikan di laut dan sungai sebagai pendamping. 8. Merauke; Asmat, Awyu,
Yagai Citak bermata pencaharian utama meramu sagu dan berkebun kecil
serta menangkap ikan di laut dan sungai sebagai pendamping. Kimaam:
Riantana, Kimaghama, Koneraw; Marind-anim: Yab-anim, Maklew-anim,
Kanum-anim, Bian-anim bermata pencaharian utama meramu sagu dan kebun
kecil, serta menangkap ikan di sungai dan laut sebagai pendamping. 9.
Adapun wilayah yang masuk dalam zona kaki gunung dan lembah-lembah kecil
di (1) Jayapura, Nimboran: Genyem, Nimboran, Kemtuk Gresi; Arso;
Waris,; Foya dan Uta bermata pencaharian utama ladang berpindah-pindah
serta menangkap ikan di sungai dan berburu sebagai pendamping. (2)
Paniai dengan suku bangsa Timorini: Dou, Kirikiri, Turu, Taori-Kei Fayu
bermata pencaharian utama ladang berpindah-pindah serta menangkap ikan
di sungai dan berburu sebagai pendamping. (3) Manokwari dengan suku
bangsanya Arfak: Hatam, Meyah, Mantion/Sough; Amberbaken bermata
pencaharian utama ladang berpindah-pindah serta menangkap ikan di sungai
dan berburu serta beternak babi sebagai pendamping. (4) Sorong dengan
suku bangsa Karon, Madik, Maibrat, Moraid bermata pencaharian utama
ladang berpindah-pindah serta ternak babi, menangkap ikan di sungai dan
berburu sebagai pendamping. (5) Fakfak dengan suku bangsa Fakfak: Baham,
Irarutu, Amungme, bermata pencaharian utama berladang berpindah,
beternak babi dan menangkap ikan di sungai serta berburu sebagai
pendamping. (6) Merauke dengan suku bangsa Muyu, Mandobo bermata
pencaharian utama berladang berpindah, beternak babi dan berburu serta
menangkap ikan di sungai sebagai pendamping. Adapun wilayah yang
penduduknya berada pada zona daerah pantai umumnya bermata pencaharian
utama meramu sagu dan menangkap ikan di laut serta berkebun kecil dan
berburu sebagai pendamping. Disamping itu pula ada upaya lain berupa
berdagang.
Hamah Sagrim
76
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
2. Sistem Politik Tradisional Dalam setiap komunitas selalu dijumpai
dengan berbagai proses ³politik´, di mana ada orang yang memimpin,
menyusun organisasi, memperoleh dan menggunakan kekuasaan. Dalam
masyarakat sebagai suatu sistem kita melihat adanya berbagai
permasalahan tertentu yang harus dipecahkan melalui organisasi politik
formal tertentu, misalnya memelihara ketertiban intern, mengalokasikan
kekuasaan dalam membuat keputusan tentang kegiatan kelompok. Jadi
dapatlah dikatakan bahwa organisasi politik suatu masyarakat adalah
peraturan-peraturan dan tugas-tugas apa saja yang digunakan untuk
memecahkan masalah-masalah tersebut, tanpa memperhatikan apakah ada
organisasi pemerintahan yang formal atau tidak (Keesing, 1992:38-39).
Orang Papua mengenal sistem yang mengatur hubungan atau relasi antar
warga dalam berbagai aktivitas hidupnya sehari-hari berdasarkan
kebudayaan mereka masing-masing. Orang Papua mengenal sistem politik
atau sistem kepemimpinan politik tradisional, Menurut Sahlins(1963) dan
Mansoben(1995) terdapat empat sistem atau tipe politik di Papua yaitu:
1. Sistem Big man atau pria wibawa: diperoleh terletak melalui
pencapaian. Sumber kekuasaan
pada kemampuan individual, kekayaan material, kepandaian
berdiplomasi/pidato,
keberanian memimpin perang, fisik tubuh yang besar, sifat bermurah hati
(Sahlins, 1963; Koentjaraningrat, 1970; Mansoben, 1995). Pelaksanaan
kekuasaan biasanya dijalankan oleh satu orang. Adapun etnik yang
menganut sistem ini adalah Meibrat, Muyu. (Mansoben, 1995). orang Dani,
Asmat, Mee,
2. Sistem Politik Kerajaan: sistem ini adalah pewarisan berdasarkan
senioritas kelahiran dan klen. Weber (1972:126) mengatakan sebagai
birokrasi patrimonial atau birokrasi tradisional . Birokrasi tradisional
terdapat pada cara merekrut orang untuk duduk dalam birokrasi. Biasanya
mereka yang direkrut mempunyai hubungan tertentu dengan penguasa,
misalnya hubungan keluarga atau hubungan pertemanan. Di sini terdapat
pembagian kewenangan tugas yang jelas, pusat orientasi adalah
perdagangan. Tipe ini terdapat di Raja Ampat, Semenanjung Onin, Teluk
MacCluer (teluk Beraur) dan Kaimana. (Mansoben, 1995: 48).
Hamah Sagrim
77
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
3. Sistem Politik Ondoafi: sistem ini merupakan pewarisan kedudukan dan
birokrasi tradisional. Wilayah/teritorial kekuasaan seseorang pemimpin
hanya terbatas pada satu kampung dan kesatuan sosialnya terdiri dari
golongan atau sub golongan etnik saja dan pusat orientasi adalah religi.
Terdapat di bagian timur Papua; Nimboran, Teluk Humboldt, Tabla, Yaona,
Skou, Arso, Waris (Mansoben, 1995: 201-220). 4. Sistem Kepemimpinan
Campuran. Menurut Mansoben (1985) terdapat juga sistem lain yang
menampakkan ciri pencapaian dan pewarisan yang disebut sistem campuran.
Sedangkan menurut Sahlins, sistem kepemimpinan yang berciri pewarisan
(chief) dibedakan atas dua tipe yaitu sistem kerajaan dan sistem
ondoafi. Perbedaan pokok kedua sistem politik tersebut terletak pada
unsur luas jangkauan kekuasaan dan orientasi politiknya. Sistem
Kepemimpinan Campuran, kedudukan pemimpin diperoleh melalui pewarisan
dan pencapaian atau berdasarkan kemampuan individualnya (prestasi dan
keturunan). Tipe ini terdapat pada penduduk teluk Cenderawasih, Biak,
Wandamen, Waropen, Yawa, dan Maya (Mansoben, 1995:263-307). 3.
Organisasi Sosial dan Sistem Kekerabatan di Papua Bila berbicara tentang
³struktur sosial´ atau ³organisasi sosial´ suatu masyarakat ini berarti
bahwa kita menganggap suatu sistem sosial terdiri dari berbagai
kelompok, memandang hubungan sosial berdasarkan posisi dan peranan yang
saling berkaitan. Untuk memudahkan pemahaman struktur sosial, kita harus
mulai dengan hubungan sosial, yaitu cara mereka berinteraksi, hal-hal
yang mereka katakan dan lakukan dalam hubungan mereka satu sama lain.
Tetapi terdapat juga gagasan mereka tentang hubungan mereka, konsepsi
masing-masing tentang pihak yang lain, pemahaman dan strategi serta
pengharapan yang
menuntun perilaku mereka. Baik pola perilaku maupun sistem konseptual
mempunyai struktur, dalam arti tidak kacau balau atau sembarangan,
tetapi kedua hal tersebut merupakan struktur yang berbeda jenis
(Keesing, 1989:208-209). Pouwer (1966) berdasarkan studi antropologinya,
menunjukkan bahwa dalam pengelompokan orang Papua paling sedikit dapat
dibagi kedalam empat golongan berdasarkan sistem kekerabatan:
Hamah Sagrim
78
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
a. Kelompok kekerabatan menurut tipe Iroquois. Sistem ini
mengklasifikasikan anggota kerabat saudara sepupu paralel dengan istilah
yang sama dengan saudara kandung. Juga untuk menyebut istilah yang sama
untuk ayah maupun sesama saudara laki ayah dan saudara laki ibu. Adapun
kelompok etnik papua yang tergolong dalam tipe ini adalah: orang Biak,
Iha, Waropen, Senggi, Marind-anim, Teluk Humboldt, dan orang Mee. b.
Kelompok kekerabatan menurut tipe Hawaian. Sistem pengelompokkan yang
menggunakan istilah yang sama untuk menyebut saudara-saudara sekandung
dan semua saudara-saudara sepupu silang dan paralel. Adapun kelompok
etnik yang tergolong tipe ini adalah: orang Hatam-Manikion, Mairsai,
Mimika, Asmat, dan Pantai Timur Sarmi. c. Kelompok kekerabatan menurut
tipe Omaha. Sistem ini mengklasifikasikan saudara-
saudara sepupu silang matrilateral dan patrilateral dengan istilah yang
berbeda dan untuk saudara sepupu silang dipengaruhi oleh tingkat
generasi dan bersifat tidak simetris. Sebutan untuk anak laki-laki
saudara laki ibu (MBS) adalah sama dengan saudara laki-laki ibu (MB).
Istilah untuk anak laki-laki saudara perempuan ayah (FZS) adalah sama
untuk anak laki-laki saudara perempuan (ZS). Adapun etnik yang tergolong
dalam kelompok ini adalah orang Awyu, Dani, Meibrat, Mek dipegunungan
Bintang, dan Muyu. d. Kelompok kekerabatan menurut tipe
Iroquois-Hawaian. Tipe ini adalah tipe campuran. Kelompok yang tergolong
dalam tipe ini adalah orang Bintuni, Tor, dan Pantai Barat Sarmi.
Kecuali penggolongan berdasarkan istilah kekerabatan, orang Papua juga
dibedakan berdasarkan prisip pewarisan. Ada dua prinsip pewarisan
keturunan yaitu: (a) melalui garis keturunan ayah atau patrilineal, dan
terdapat pada orang Meibrat, Mee, Dani, Biak, Waropen, Wandamen,
Sentani, Marind-anim dan Nimboran). (b) melalui prinsip bilateral yaitu
melalui garis keturunan ayah dan ibu, terdapat pada orang dipedalaman
Sarmi. (c) masyarakat berdasarkan struktur ambilateral atau ambilineal,
dimana kadang-kadang diatur menurut garis keturunan pihak ibu atau ayah.
Terdapat pada orang Yagai, Manikion, Mimika (De Brijn, 1959:11 of van
der Leeden, 1954, Pouwer, 1966). Orang Papua juga mengenal pembagian
masyarakat kedalam phratry atau moiety yang terbagi atas dua paroh
masyarakat. Terdapat pada orang Asmat (aipmu-aipem), Dani (Waita-Waya),
Waropen (buriworaiburiferai) dalam (Mansoben, 1974, 1995; Held, 1947;
Kamma, 1972; Schoorl, 1957; Heider, 1979-1980).
Hamah Sagrim
79
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
e. Sistem Kekerabatan Diagram Kekerabatan Tanda-Tanda yang digunakan
untuk diagram kekerabatan: Untuk Laki-laki Untuk Perempuan Untuk
Individu yang jenis kelaminnya tidak ditentukan
/ Untuk Perkawinan Untuk Perceraian Untuk Meninggal Untuk keturunan
Untuk Saudara Kembar Untuk Garis Bersilangan
Untuk Garis Bersilangan
Untuk perkawinan diluar nikah
Hamah Sagrim
80
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Contoh Menggunakan Tanda-tanda Dalam Diagram Kekerabatan : Contoh 1
Dalam diagram 1, laki-laki A mengawini perempuan B yang tidak ada
hubungan
kekerabatan denganya, sebagai istri ke2 ia mengawini perempuan C, yaitu
janda saudara laki-laki ibunya, sebagai istri ke3 ia kawin dengan
perempuan D, yaitu anak saudara laki-laki isteri pertamanya. Keturunan
dari ketiga perkawinan ini yaitu saudara kandung tiri diletakkan pada
level yang sama. Hubungan saudara kandung dapat ditelusuri dengan
mengikuti garis-garis keturunan vertikal ke pasangan perkawinan dari
orang tua mereka. Akronim Kekerabatan Dalam bahasa Inggris : E F M Z B S
D H W P SI = Ego = Father = Mother = Zister = Brother = Son = Daughter =
Husband = Wife = Parent = Sibling E Ay Ib Sdr.Pr. Sdr.Lk. An.Lk An.Pr.
Su. Is. Or.Tu. Sdr.Kn. Dalam bahasa Indonesia : Ego Ayah Ibu Saudara
Perempuan Saudara Laki-laki Anak Laki-laki Anak Perempuan Suami Isteri
Orang Tua Saudara Kandung Hamah Sagrim 81
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
C Sp La sF sM eB eZ yB yZ CC PC Ne Ni GP GF GM GS GD
= Child = Spouse = In Laws = step Father = step Mother = elder Brother =
elder Sister = younger Brother = younger Sister = Cross Cousin =
Parallel Cousin = Nephew = Niece = Grand Parent = Grand Father = Grand
Mother = Grand Son = Grand Daughter
An. Ps.Su.Is Sn.Sdr.Is atau Su Ay.Tr Ib.Tr Kk.Lk. Kk.Pr. Ad.Lk Ad.Pr.
Sdr.Spp.Sil Sdr.Spp.Sej Ke.Lk Ke.Pr Kek.Nek Kek Nek Cu.Lk. Cu.Pr.
Anak Pasangan Suami Isteri Sanak Saudara Isteri atau Suami Ayah Tiri Ibu
Tiri Kakak Laki-laki Kakak Perampuan Adik Laki-laki Adik Perempuan
Saudara Sepupu Silang Saudara Sepupu Sejajar Kemenakan Laki-laki
Kemenakan Perempuan Kakek Nenek Kakek Nenek Cucu Laki-laki Cucu
Perempuan
Hamah Sagrim
82
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
PPC . PCC
= Patrilateral
Sdr.Spp.Sej.Ay
Saudara Sepupu Parallel Cousin Sejajar dari pihak Ayah
= Patrilateral Cross
Sdr.Spp.Sej.Ib.
Saudara Sepupu Cousin sejajar dari Pihak Ibu
MPC = Matrilateral . MCC = Matrilateral . U
Sdr.Spp.Sil.Ay
Saudara Sepupu Parallel Cousin Silang dari Pihak Ayah
Sdr.Spp.Sil.Ib
Saudara Sepupu Cross Cousin Silang dari Pihak ibu
= Unknown;individu T .D. .
Individu Tidak Diketahui Namanya yang tidak diketahui
Contoh Penggunaan Akronim Kekerabatan Dalam Diagram. 1. Keluarga inti.
Keluarga inti adalah kelompok kekerabatan yang terkecil yang terdiri
dari orang tua (suami istri) dan anak-anak mereka yang belum kawin.
Keluarga inti ada dua macam, yaitu keluarga inti prokreasi dan
orientasi. Dalam keluarga prokreasi, ego sebagai orang tua yang
menghasilkan anak, sedangkan dalam keluarga orientasi, Ego sebagai anak
yang beroreintasi kepada orang tua. 2. Keluarga Luas. Keluarga luas
adalah kelompok kekerabatan yang terdiri dari lebih dari satu keluarga
inti, yang merupakan suatu kesatuan sosial yang amat erat biasanya hidup
disuatu tempat. 3. Ada tiga macam keluarga luas, yaitu : Keluarga luas
utrolokal terdiri dari keluarga inti senior dan keluarga inti dari anak
laki-laki dan anak perempuan, Keluarga luas virilokal, terdiri dari
keluarga senior dan keluarga inti dari anak-anak, Keluarga uxorilokal ,
terdiri dari keluarga inti senior dan keluarga inti dari anak perempuan.
Pedoman untuk pembuatan diagram kekerabatan. Diagram kekerabatan dibuat
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Hamah Sagrim
83
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
1. Generasi. ± ± ± ± ± ± Individu-individu yang segenerasi harus
dicantumkan sejajar. Generasi ego adalah generasi nol, ditulis
denganakronim G 0. Generasi F dan M adalah generasi plus 1, ditulis
dengan akronim G+1. Generasi FF dan MM adalah generasi plus 2, ditulis
dengan akronim G+2 dan seterusnya. Generasi S dan D adalah generasi
minus 1, ditulis dengan akronim G-1. Generasi SS dan DD adalah generasi
minus 2, ditulis dengan akronim G-2 dan seterusnya. 2. Penomoran. ‡
Setiap individu dalam diagram harus di nomori. Penomoran dimaksudkan
untuk membedakan individu yang satu dengan individu yang lainnya.
Penomoran dimulai dari generasi tertua dan diakhiri pada generasi
termuda. Dengan demikian penomoran dimulai pada genrasi tertua pada
individu yang terletak paling kiri dan diakhiri pada generasi termuda
yang terletak paling kanan. 3. Kerabat ayah dan kerabat ibu. ‡ Semua
kerabat ayah diletakkan disebelah kiri ayah. Semua kerabat ibu
diletakkan disebelah kanan ibu. Dalam diagram ayah diletakkan disebelah
kiri Ego dan ibu diletakkan disebelah kanan ego. 4. Umur
Individu-individu yang bersaudara di deretkan dari individu tertua ke
individu termuda. Individu yang lebih tua diletakkan disebelah kiri dari
individu yang lebih muda. 5. Ego Huruf kapital E dicantumkan untuk
menandai individu Ego Individu-individu dalam diagram FZ-27 :
Hamah Sagrim
84
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
6. G+2 7. 1. FF 8. 2. FM ‡ ‡
G+1 3. FZ 4. FZH 5. F 6. M ‡ 9. FZD
G0 7. FZS 8. FZSW
G-1 12. FZSS 13. FZSSW
G-2 20. FZSSS 21. FZSSD
14. FZSD 15. FZSDH 16. FZDS ‡ ‡ ‡ 17. FZDSW
22. FZSDS 23. FZSDD 24. FZDSS 25. FZDSD
10 .FZDH 11. E
18. FZDD 26. FZDDS 19. FZDDH 27. FZDDD
f. Sistem Religi Dan kesenian 1. Sistem Religi Kita harus memperhatikan
sistem kepercayaan dari sudut pandang, mengapa manusia mendiami alam
semesta dengan keberadaan dan kekuatan yang terlihat, mendongeng tentang
kejadian-kejadian dahulu kala dan kejadian-kejadian menakjubkan,
menciptakan ritus yang rinci dan harus benar, agar kehidupan manusia itu
berhasil baik. Taylor, satu abad yang lalu telah mendefenisikan agama
sebagai satu kepercayaan dalam bentuk spiritual. Sejumlah ahli
antropologi sosial moderen sudah kembali ke suatu perluasan defenisi
agama dalam pengembangan kehidupan sosial masyarakat terhadap manusia
biasa atau kekuatannya. Ahli lainnya mengakui Durkheim, telah berusaha
menemukan beberapa nilai
khusus tentang kesucian yang membatasi agama dan kepercayaan duniawi.
Agama sangat bervariasi dalam peranannya di alam semesta ini dan
cara-cara manusia berhubungan dengan agama tersebut. Dalam hal ini bisa
terjadi kelompok-kelompok dewa-dewi, satu dewa atau sama sekali tidak
ada, roh atau bahkan mahluk dan kekuatan yang berlebihan. Kelompok ini
secara konstan dapat menghalangi kegiatan manusia atau tanpa terlihat
dan jauh. Kelompok ini bersifat hukum atau bersifat positif. Berhubungan
dengan ini maka manusia dapat merasa kagum/hormat atau dapat merasa
takut; tetapi juga mereka dapat membangkitkan kekuatan gaib atau
berusaha memperdayakannya. Agama kepercayaan juga dapat mengatur moral
manusia melakukan atau melanggar moral, jadi agama memberikan
keterangan; Hamah Sagrim 85
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
memberikan pengesahan; menambah kemampuan manusia untuk mengahadapi
kelemahan kehidupannya-kematian, penyakit kelaparan, banjir, dan
kegagalan. (Keesing,1992:92-94) Bagaimana sistem kepercayaan dan agama
pada suku bangsa Papua? Sebelum agama-agama besar Kristen, Islam masuk
di Papua, tiap suku bangsa mempunyai sistem kepercayaan tradisi.
Masing-masing suku bangsa mempunyai kepercayaan tradisi yang percaya
akan adanya satu dewa atau tuhan yang berkuasa diatas dewa-dewa.
Misalnya pada orang Biak Numfor, dewa tertingginya ³Manseren Nanggi´;
orang Moi menyebut ³Fun Nah´; orang Seget menyebut ³Naninggi´; orang
Wandamen menyebut ³Syen Allah´. Orang Marind-anim menyebut ³Dema´; orang
Asmat menyebut ³Mbiwiripitsy´ dan orang Mee menyebutnya ³Ugatame´.
Semua dewa atau Tuhan diakui dan dihormati karena dianggap dewa pencipta
yang mempunyai kekuasaan mutlak atas nasib kehidupan manusia, mahluk
yang tidak nampak, juga dalam unsur alam tertentu (angin, hujan, petir,
pohon besar, sungai, pusaran air, dasar laut, tanjung tertentu). 2.
Kesenian Kesenian merupakan salah satu dari tujuh unsur kebudayaan.
Setiap suku bangsa yang mendiami muka bumi ini memiliki unsur tersebut,
namun unsur kesenian bagi setiap suku bangsa tidak ( satu suku berbeda
dengan lainnya). Haviland mengemukakan Seni adalah penggunaan kreatif
imajinasi manusia manusia untuk menerangkan, memahami, dan menikmati
kehidupan. Dalam beberapa kebudayaan suku bangsa Seni di gunakan untuk
keperluan yang dianggap penting dan praktis. Kesenian itu sendiri
terdiri dari beberapa sub, yaitu antara lain : seni rupa (seni lukis,
seni pahat, seni bangunan (artistektur), seni suara/seni musik, seni
tari, seni sastra dan darmatik. Semuanya ini selalu menonjolkan sifat
dan ciri khas kebudayaan suatu etnik /suku bangsa atau suatu negara.
Kesenian di Papua dapat itu dibedakan berdasarkan fungsi dan coraknya.
Yang dimaksud adala dipendensi (ketergantungan) dari fakta bahwa
perwatakan atau karakter menampakkan sebuah lingkungan (Guepin, 1973)
Hamah Sagrim
86
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Fungsi kesenian bagi kelompok etnik ini adala sebagai media komunikasi
dan media ekspresi kehidupan yang dihayati dengan kolektif (sosialisasi)
seperti nampak diwujudkan dalam upacaraupacara magis, pemujaan,
penciptaan, bahkan nampak pada kehidupan keseharian seperti makan,
minum, tidur, bernapas, bersin, terantuk dan sebagainya. Dalam
melahirkan produk estetis melalui media dan dimensi sperti menggubah
lagu, merancang tari, melukis, mengukir, membuat serta memainkan alat
musik, dan tindak artistik lainya, sekali lagi bukanlah intherentitas
(seniman) dalam kerja serta produk material yang dihasilkan melainkan
kompleksitas kesepakatan (konvensi) itulah.
Hamah Sagrim
87
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
B.2. Tinjauan Historis Dari asal ± usulnya? Para tetuah suku Maybrat,
Imian, Sawiat, turun temurun mempunyai ceritera tentang rumah
tradisional halit-mblo chalit. Riwayat menceriterakan bahwa arsitektur
halit-mbol halit, pertama kali dibangun oleh dua orang moyang pada
beberapa abad tahun silam yang tidak diketahui. Kedua orang tersebut
adalah too dan sur. Too dikenal dengan sebutan untuk tali dan sur
dikenal dengan sebutan untuk kayu. Dari ceriteranya halit-bol chalit
dibangun dengan mengikuti cara burung membuat sarangnya (chlen-ru habe)
yaitu ketika itu µsur¶ duduk mengamati burung tersebut dengan cekatan
membawa dahan ± dahan kayu untuk membuat sarangnya diatas pohon yang
rindang, lalu muncullah sebuah frasa bahwa µmasa, burung saja bisa
membuat rumah untuk dia lalu kenapa saya tidak¶? pertanyaan ini muncul
karena kehidupan awalnya orang Maybrat, Imian, Sawiat, mereka
menggunakan gua-gua sebagai tempat tinggal utama. Ketika lama
memperhatikan burung tersebut maka ia (sur) bertekad ingin membuat
rumah, lalu ia mulai menebang kayu untuk digunakan dalam membuat rumah,
setelah menebang kayu ia mencoba untuk membuatnya setelah ia (sur)
meletakannya pada pohon yang digunakan sebagai koloum dengan pemikiran
bahwa akan kuat sehingga ia melepaskannya untuk mengangkat sebelahnya
lagi namun ketika dilepas ternyata jatuh, tetapi ia mencobanya berulang
kali sampai-sampai ia (sur) berusaha untuk memanjat pohon dengan tujuan
untuk melihat secara dekat dengan teliti bagaimana cara burung meletakan
ranting kayu hingga menjadi kuat. Ketika ia (sur) memanjati pohon itu
dan mencobanya berulang kali namun hasilnya tidak sempurna maka
datanglah saudaranya yang bernama ³too´ dan memberi masukan bahwa anda
tidak bisa meletakkannya dengan begitu saja melainkan harus menggunakan
tali yang saya bawa agar bisa kuat, namun usulannya tidak diterima atau
di abaikan oleh sur dengan keyakinan bahwa ia bisa membangunnya tanpa
tali (pengikat). Namun dengan segala macam cara yang digunakannya tak
ada satupun yang berhasil lalu ia memutuskan untuk menerima usulan
saudaranya tadi, dan ketika ia menggunakan talinya sebagai pengikat
ternyata berhasil, lalu ia mengajak saudaranya (too) bahwa saudara mari
kita berdua harus buat suatu rumah bagi kita seperti burung itu, sur
menawarkan kepada too sambil menunjukkan sarang burung yang berada
diatas dahan pohon, dan too pun menerimanya lalu mereka berdua mulai
membuat rumah bagi mereka untuk pertama kalinya. Disinilah sejarah asal
usul rumah tradisional suku Maybrat Imian Sawiat dibangun. Tidak ada
orang yang mengetahui dengan pasti tempat sebenarnya dimana pertamakali
kejadian itu (pertamakali membuat rumah), namun secara menyeluruh
diungkapkan adalah Hamah Sagrim 88
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
diantara wilayah Maybrat atau Imian atau Sawiat, namun disini kita bisa
menebak wilayahnya adalah diwilayah Maybrat, alasannya karena nama kedua
orang pencetus atau pembuat rumah ini menggunakan bahasa maybrat
sehingga dapat disimpulkan bahwa kejadiannya terjadi di wilayah Maybrat.
Menurut ungkapan para tetua bahwa rumah tradisional orang Maybrat Imian
Sawiat sudah ada berabad tahun yang lalu. Sebagaimana ceritera tentang
rumah halit-mbol chalit bahwa rumah tersebut yang biasa dibangun dengan
bahan kayu dan rota dan telah dibangun pada beberapa abad yang lalu
sebelum masukknya injil Kristiani di Mansinam untuk mempersatukan
orang-orang yang hidupnya menyendiri dan bermusuhan. Sekitar beberapa
abad sebelum masuknya injil Kristiani di Mansinam, suku Maybrat Imian
Sawiat belum mengenal adanya suku, atau kampung namun dikenal dengan
Margais-klen-keret yang masing-masing mendiami wilayah atau tanah
adatnya sendiri-sendiri. Kehidupan orang Maybrat, Imian, Sawiat, pada
waktu itu adalah kehidupan pribadi yang tak kenal kompromi, mereka hidup
didasari ego, alam pikiran mereka yang cenderung untuk berpikir
bagaimana memiliki kekuasaan atas klen atau keret lain di suatu wilayah,
dengan berperang untuk memperolehnya, dan bagaimana sebagai orang yang
mampu menaklukan suatu marga atau keret-klen ke marga atau keret-klen
yang lainnya. Setelah masuknya injil Kristiani di pulau mansinam pada
1855 dengan penyebaran agama yang semakin cepat hingga ke wilayah
Maybrat Imian Sawiat yang dibawa oleh para penginjil Tuhan, sebetulnya
orang Maybrat, Imian, Sawiat, sudah mengenal kehidupan bersahabat.
Kehidupan bersahabat ini dikatakan bahwa bermula dari perang itu
sendiri, yang mana ketika satu marga mampu mengalahkan marga yang satu
maka istiri dari orang-orang yang dibunuhnya menjadi istri baginya,
begitupula untuk anak yang ditinggal terlantar oleh orangorang tua yang
terbunuh di angkat sebagai anak asuh. Anak ± anak yang di angkat sebagai
anak asuh dari marga/keret yang dibunuh tidak bisa di ubah
marga/keretnya sehingga anak-anak atau istri dari para korban peperangan
sebagai orang yang bisa mampu dengan bahasa mereka untuk memanggil
marga-marga/keret-keret mereka yang ditinggal untuk kumpul menjadi satu
kelompok yang terdiri dari dua marga, tiga marga dan seterusnya demikian
banyak. Persatuan dan kekerabatan orang Maybrat, Imian, Sawiat, menjadi
lebih akrab ketika mereka mulai mengenal Pendidikan Inisiasi atau
teologi wiyon-wofle. Pemikiran orang Maybrat Imian Sawiat menjadi lebih
dewasa dengan sentuhan wawasan literal moderen dengan masuknya Injil
kristiani yang mengajarkan kasih sebagaimana mengharuskan setiap manusia
agar mau tidak mau harus mengasihi musuh-musuhnya, Hamah Sagrim 89
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
sebagaimana yang telah mereka terima dari pendidikan wiyon-wofle, maka
pada waktu itulah terbentuklah suatu perkumpulan yang mana dikenal
dengan nama dusun dimana dusun itu di kepalai oleh seorang kepala dusun.
Yang dipercayakan sebagai kepala dusun adalah seseorang yang stratanya
adalah orang terhormat atau yang disebut µbobot¶, seseorang dikatakan
bobot karena memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut; Ia adalah
keturunan bangsawan, memiliki hak wilayah tanah yang luas,
berkepribadian, memiliki kemampuan dalam dunia perang, berburu, memiliki
kekuatan alamiah, memiliki hubungan relasi dengan kepala dusun yang
lain, berjiwa besar, mampu melakukan pesta-pesta besar seperti inisiasi
wiyon-wofle dan siap menanggung segala persoalan yang dibuat rakyatnya.
1. Bagaimana Tempat Tinggal Nenek Moyang Suku Maybrat Imian Sawiat
Papua. Diatas telah disebutkan bahwa rumah leluhur Suku Maybrat Imian
Sawiat dibuat dari bahan kayu dan rotan. Hal itu memang dibenarkan
dengan suatu pembuktian adanya bukti ± bukti otentik serta dengan
sebutan nama too (rotan) dan sur (kayu), dan bila dikaji secara jauh
kebelakang pada zaman sebelumnya orang-orang Maybrat Imian Sawiat
membutuhkan tempat tinggal untuk menanggulangi diri dan keluarga, baik
dari hujan, binantan buas, maupun dari para musuh. Mau tidak mau mereka
harus berpikir secara praktis dengan berbagai cara telah dilalui guna
bertahan hidup, maka pada zaman kuno/prasejarah orang ± orang maybrat
imian sawiat memanfaatkan gua ± gua (isra) sebagai tempat tinggal dimana
gua ± gua itu membentuk ceruk ± ceruk didalam batu karang yang dapat
dipakai untuk berteduh. Hingga saat ini belum adanya penelitian tentang
gua ± gua yang dahulu digunakan sebagai tempat melindungi diri tersebut.
Disamping gua ± gua, ada pula benda-benda pusaka lainnya yang
diwariskan nenekmoyang mereka yang hingga kini masih disimpan. Barang ±
barang warisan tersebut adalah : parang µhlambra¶, parang ini menurut
ceritera tetuah Ceritera merupakan tetuah pemberian bahwa dari
Gambar: Hlambra (Parang) Gambar: Wai (Taring Naga)
alam µtagi¶ dan hingga kini tidak diketahui siapa pembuat parang
tersebut. Berikut taring naga µsafah¶, taring naga yang di jumpai
membentuk lingkaran cyrus, dan taring babi µway¶, taring
Hamah Sagrim
90
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
babi membentuk huruf C. Peninggalan ± peninggalan tersebut dipercaya
mempunyai nilai-nilai yang sangat tinggi menurut pandangan tradisi.
Farokh, merupakan sejenis selokhy yang fungsinya sebagai tempayang atau
cangkir minuman saguer Selokhy ini terbuat dari
Gambar: Farok/Hawereh (seloki)
bahan kayu serta diwarnai dengan tanah, arang dan air yang mana setelah
di warnai, seloki yang sudah diwarnai lalu dikeringkan pada api yang
biasanya
diletakan diatas bubungan yangberhubungan langsung dengan udara dan
panas dari tungku api melalui asap. Setelah di keringkan selama dua
sampai tiga bulan, selokhy tersebut bisa diambil selanjutnya dicuci
dengan air yang bersih untuk dipakai sebagai alat penuangan minuman.
Berikut beberapa peninggalan yang dianggap sebagai harta karun yang
begitu berharga oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat, Papua adalah: Bagi
suku Maybrat, Imian dan Sawiat, peninggalan ± peninggalan ini merupakan
harta karun turun ± temurun yang dipercaya memiliki nilai ± nilai
tersendiri. Dianggap sebagai barang ± barang antik dan merupakan harta
karun karena barang ± barang tersebut tidak pernah dijual dan hanya
diperoleh dari hasil peninggalan.
Gambar: Tin (Antin)
Gambar: Haban (Manik)
Gambar: Haban (Manik)
Gambar: Heger dan Timponan
Peninggalan ± peninggalan tersebut merupakan bahan
Gambar: Beberapa peninggalan lainnya
± bahan kelengkapan busana dalam menghiasi tubuh ketika menghadiri
upacara ± upacara terhormat. Pada waktu ± waktu terdahulu, bagi Suku
Maybrat, Imian dan Sawiat, orang ± orang yang berhak masuk dalam
Rumah suci
atau sekolah tradisional wiyon-wofle pada zaman itu, baik seorang Guru
besar
(kepala sekolah -pendeta) ³raa bam ± na tmah´, guru bantu ³Raa Wyion -
Na wofle´ maupun Hamah Sagrim 91
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
seorang murid yang baru menamatkan belajarnya ³wyion tna - na wofle´,
diharuskan untuk mengenakan pusaka ± pusaka tersebut sebagai busana atau
pakaian. Untuk seorang murid yang telah berhasil dari pendidikan
tradisional tersebut, sebelum meninggalkan ruang sekolah, ia dipakaikan
pakaian ± pakaian khusus yang menandakan bahwa ia telah lulus atau dalam
kepercayaan orang Maybrat, Imian dan Sawiat ia adalah orang suci (Raa
Wiyon-Na wofle), karena ketika seorang anak yang disekolahkan disana, ia
diharuskan untuk berpuasa dan makanannya hanyalah sebongkahan keladi
(ketala) dan minumannya adalah pucuk tebu yang paling muda. Aturan
makannya adalah sehari sekali dan itupun bilamana diperbolehkan oleh
seorang guru besar. Selain murid berpuasa, dari seorang keluarganya
harus berpuasa juga, misalnya seorang ayah, ibu, atau keluarga dekat
yang diutus untuk berpuasa selama demu keselamatan anak mereka selama
mengikuti pendidikan. Kadang dibagi untuk seorang laki-laki atau
perempuan berpuasa makan dan seorang laki-laki atau perempuan lagi
berpuasa air minum. Kepercayaan akan pendidikan tradisional itu tidak
lain adalah didikan tentang theology natural yang disebut wiyon-wofle,
yang mana didalamnya diajarkan suatu kepercayaan tradisional yang penuh
dengan kekuatan ghaib, dan untuk memperoleh kekuatan ± kekuatan
tersebut, seorang murid diharuskan untuk meninggalkan dan melepaskan
segala sesuatu yang berkaitan dengan pemikiran ± pemikiran yang jahat,
pemikiran akan hal ± hal lampau yang pernah ia laluinya, melepaskan diri
dari kedagingan (keduniawian) fana dan sepenuhnya bersedia untuk
menyerahkan dirinya secar bersih untuk dididik. Dengan demikian, maka
murid tersebut
menjadi murid yang suci dan yang paling termulia kelak. Begitulah
perkenalan singkat tentang sejarah perkembangan arsitektur tradisional
Maybrat Imian Sawiat yang disebut µHalit-mbol¶. 2. Perkembangan Rumah
Tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat Perubahan dalam bentuk arsitektur
rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, terjadi karena perkembangan,
bentuk arsitektur ini tidak ditemukan seketika, namun terbentuk melalui
suatu proses. Yaitu ; proses mencoba (trial and error) yang mana
merupakan bentuk intervensi manusia dalam suatu waktu yang cukup
panjang. Oleh karena kompleksitas linear dengan waktu, maka dalam
perkembangannya terjadi interaksi yang berkelanjutan antara rancangan
yang tumbuh (growing design) dan lingkungan. Adapun analisa perkembangan
rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, sebagai berikut : 1. Tempat
pertama orang Maybrat Imian Sawiat dan manusia umumnya berlindung dari
kondisi iklim dan gangguan binatang buas yaitu pohon. Hamah Sagrim 92
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
2. Sama dengan diatas, Gua digunakan sebagai tempat untuk berlindung
dari gangguan alam luar. 3. Perkembangan selanjutnya adalah mulai
dikenalnya suatu konstruksi kaku dari ranting ± ranting kayu yang
membentuk suatu rumah atau shelter/tenda. 4. Perkembangan berikutnya
dengan meninggalkan bangunan rumah panggung untuk keamanan diri dari
binatan dan juga dari musuh serta kenyamanan kelembaban. 5. Bentuk
berikutnya masih menyerupai bentuk sebelumnya, peningkatan kualitas dan
variasi elemen bangunan. 6. Bentuk yang mengikuti perkembangan dan
kecanggihan. Skematik Perkembangan Bentuk Rumah namun ditambah dengan
Gambar: Manusia dan Pohon
Gambar: Manusia dan Gua
Gambar: Manusia dan shelter Radiasi matahari+hujan dengan
alang-alang/dedaunan
Gambar: Hunian panggung dengan pembayangan tanpa dinding
Gambar: Penghambatan panas dengan ruang udara dan pembayangan
Gambar: Penghambatan panas tanpa bayangan
Faktor ± faktor yang mempengaruhi rumah tinggal Tradisional Suku Maybrat
Imian Sawiat (halit-mbol khalit) yaitu : 1. Pengaruh iklim terhadap
ciptaan bangunan. 2. Pengruh situasi lingkungan berkaitan dengan ancaman
baik hewan dan manusia. 3. Larangan religi yang ditemukan pada elemen ±
elemen dan ruang-ruang tertentu.
Hamah Sagrim
93
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
4. Simbolisasi kegunaannya, bahan : konstruksi dan teknologi sebagai
faktor pengubah, tidak menentukan bentuk arsitektur tradisional
mula-mula. 5. Perekonomian tidak mempunyai dampak yang menentukan bentuk
rumah 6. Pengaruh agama terhadap bentuk, rancangan, tujuan dan
orientasi, khususnya rumah suci atau rumah sekolah tradisional
k¶wiyon-mbol wofle - tabernakel. Wujud dan struktur rumah Tradisional
Suku Maybrat Imian Sawiat merupakan bangunan tradisional yang mana dapat
dipakai sebagai cermin akan tingkat teknologi, cermin akan gaya hidup
(wav of life) serta nilai ± nilai Masyarakat Maybrat Imian Sawiat. Rumah
tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat baik struktur maupun bahan lainya
menunjukkan kondisi lingkungan serta bahan seperti bangunan rumah dari
kayu, bambu, dan gaba ± gaba. Bahan ± bahan ini membatasi fariasi bentuk
atau struktur bangunan, terutama bila dikerjakan dengan teknologi
sederhana. Orang ± orang di wilayah Maybrat Imian Sawiat Kabupaten
Sorong Selatan dan Kabupaten Maybrat yang juga termasuk dalam hutan
tropis, hanya berpikir membuat atap rumah agar memperlancar jatuhnya air
hujan dan sebagai penghambat sinar matahari. Demikian juga ditemukan di
daerah rawa ± rawa atau perairan (pesisir) yang juga mendirikan rumah
dengan kecenderungan menggunakan tiang pancang yang tinggi agar
menghindar dari pasang surutnya air payau (air laut).
b. Arsitektur Rumah Tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat Rumah tinggal Suku
Maybrat Imian Sawiat merupakan salah satu Rumah Tinggal tradisional
yang ada di Indonesia. Rumah Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat
adalah sebuah bangunan rumah panggung dari tiang ± tiang kayu yang
ukurannya panjang. Tiang yang dipergunakan adalah kayu yang
dikategorikan sebagai jenis kayu yang kuat pada daerah tropis, yang mana
disambung dari satu struktur ke struktur yang lain dengan saling
berkaitan serta berpegangan kuat sehingga membentuk rumah. Dari segi
organisasi ruang, rumah tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat dibagi dalam
dua bagian utama yaitu : Isit (teras) dan Samu Mato (ruang
dalam/interior). Sedangkan untuk K¶wiyon-bol wofle (Rumah
Suci/Sekolah/kemah) memiliki : Bohra mne atau disebut kre finya (Halaman
Luar), kre ra sme (Ruang Suci), dan samu mato ro mbaouw toni (Ruang
Maha Suci).
Hamah Sagrim
94
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Bentuk asli rumah tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat Terdiri dari tiga
bagian struktur yaitu : bagian kaki, bagian badan dan bagian kepala.
Bagian kaki adalah Hafot ± Sur (Koloum - Tiang) dan Barit (tangga).
Bagian badan adalah samu mato (ruang dalam/interior) sebagai ruang
aktifitas, kriras (dinding). Bagian kepala adalah afi (Atap). Koloum
berbentuk segi empat dan ada pula yang berbentuk bulat. Tiang berbentuk
bulat. Koloum dan tiang bertumpu langsung pada tanah untuk rumah gantung
yang dibangun pada permukaan tanah, sedangkan tiang bertumpu pada badan
pohon, bagi rumah gantung atau rumah pohon yang di bangun diatas pohon
rindang. Bagian kepala atau atap umumnya berbentuk pelana, dengan
kemiringan 45° dengan sudut jatuh atap menutup dinding bangunan. Pada
ujung atapnya dibiarkan ukuran kayu yang kelebihan sebagai penggantungan
rahang Babi atau rusa, yang mana rahang-rahang ini sebagai sebuah
simbol yang menunjukkan kemampuan berburu seorang laki ± laki. Dalam
aliran membangun rumah, bentuk bangunan dalam strata/kasta tidak
ditonjolkan. Rumah tradisional Maybrat Imian Sawiat tidak memiliki
jendela, namun untuk penghawaan dalam ruang, Orang ± Orang Maybrat Imian
Sawiat cenderung membuat ukuran ventilase/kisi ± kisi sangat besar
tanpa ditutup sehingga udara yang masuk mampu memberi hawa kenyamanan
udara yang baik. Masyarakat Maybrat Imian Sawiat mendirikan rumah dengan
tidak adanya ukuran namun dengan metode memperkirakan yang mana
disesuaikan dengan ukuran bahan ± bahan bangunan seperti kayu. Baik
dinding, tangga, bahkan ukuran tinggi bangunan sedangkan atap diukur
dengan bentuk pola Daun dan Swastika. Ukuran daun dan swastika ini
dikenal oleh penduduk di tionghoa yang dalam bahasa Tionghoa dikenal
dengan Banji. Pada jaman perunggu Eropa Barat juga dikenal Swastika
sebagai lambang peredaran bintang utamanya matahari dan digambarkan
sebagai lambang pembawa tuan. Perkembangan bentuk rumah tinggal Suku
Maybrat Imian Sawiat mengalami empat tingkatan / fase yaitu :
Hamah Sagrim
95
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
1. Fase
Pertama,
mereka
hanya
bertempat tinggal di Bandar pohon (ara mair) dan gua ± gua (isra).
Adakalanya gua ± gua tersebut sebagai tempat tinggal dalam waktu yang
begitu lama dan adakalanya hanya sebagai perjalanan tempat jauh
persinggahan maupun dalam dalam
Gambar: Gua sebagai tempat hunian mula-mula orang maybrat, imian,
sawiat, Papua
Gambar: Bandar pohon sebagai tempat hunian mula-mula
menyelesaikan pekerjaan seperti berkebun, dan berburu. Hingga abad ke-19
tempattempat ini sangat berguna, kadang sampai pada waktu saat ini gua -
gua
dan bandar - bandar kayu atau pohon - pohon masih sering
digunakan sebagai tempat persinggahan sementara orang Maybrat, Imian,
Sawiat, dalam perjalanan jauh mereka. Misalnya dalam perjalanan jarak
tempuh dengan waktu 2 hari berjalan, maka mereka harus bermalam di
perjalanan. 2. Fase Kedua, mereka mulai mendirikan
rumah tempat tinggal yang berukuran tinggi maupun diatas pohon ± pohon
besar guna menghindari bahaya dari binatang buas, dan musuh. Pada fase
ini mereka sudah tentang dan
Gambar: Rumah pertama orang Maybrat, imian, sawiat yang dibangun dengan
tumpuan diatas pohon (halit myi-mbol ara)
Gambar: Bentuk rumah pertama orang Maybrat, Imian, Sawiat, Papua yang
dibangun dengan tumpuan diatas permukaan tana (halit myi-mbol halit)
memikirkan keselamatan
kenyamanan diri.
Hamah Sagrim
96
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
3. 3. Fase Ketiga, pada fase ini mereka sudah mengalami kemajuan, dan
dapat dikatakan sebagai fase pendekatan kearah semi moderen. Bentuk
rumahnya ada yang menyamai rumah moderen yang ada, bila dilihat dari
segi modelnya, namun masih dengan bahan ± bahan alami. 4. 4. Fase
Keempat, pada fase ini merupakan fase yang
Gambar: Rumah tinggal semi moderen
sudah dipengaruhi oleh moderenisasi dan teknologi . Perabot sudah serba
moderen, dan perdagangan sudah sangat meluas
menelusuri dan
menyusup masuk ke seluruh perkampungan Maybrat Imian Sawiat di wilayah
Maybrat Province Papua, dan manusianya
Kabupaten Sorong Selatan dan Kabupaten
sudah menjadi orang-orang yang berhasil. Bagi masyarakat Maybrat Imian
Sawiat, pendidikan sangat penting bagi mereka, karena pendidikan
menandakan bahwa masa depan itu ada. Pembangunan rumah tinggal suku
Maybrat Imian Sawiat ini tidak lepas dari budaya yang berkembang di
Masyarakatnya. Sebagai Masyarakat yang asal usulnya dikenal dengan
manusia Nelayan, Petani dan Pemburu, maka tak herang kalau mereka
mengenal budaya Appabolang. Appabolang itu sendiri adalah faktor ±
faktor yang menjadi pertimbangan Masyarakat Suku Maybrat, Imian, Sawiat,
untuk mendirikan rumah. Faktor ± faktor tersebut adalah Pola hidup,
mata pencaharian, pengetahuan akan lingkungan alam, Agama dan
kepercayaan. Sampai sekarang pola rumah ini cenderung tetap bertahan,
namun adanya keraguan akan keeksistensiannya hingga tahun 2025, karena
suku Maybrat, Imian, Sawiat, cenderung mengembangkan arsitektur barat
ketimbang arsitektur tradisional mereka, walau sebagai masyarakat petani
dan pemburu yang masih lekat dengan kebudayaan mereka yang pasti dalam
mempertahankan nilai ± nilai dan bentuk ± bentuk tradisionalnya, karena
secara keseluruhan masyarakat, alam dan bangunan telah menyatu dalam
nilai budaya yang utuh namun hanya sebatas mengetahui, karena hingga
kini kecenderungan orang Maybrat Imian Sawiat dalam mengembang
moderenkan arsitektur tradisional mereka tidak terlihat (kurang adanya
pengeksplorasian). Perlu diketahui bahwa perumahan suku Maybrat Imian
Sawit ini berada di wilayah alam hutan dengan kondisi alam yang sangat
keras. Dalam hal ini dapat digambarkan bahwa alam Papua umumnya dan alam
sekitar perumahan suku Maybrat Imian Sawiat dikenal dengan alam yang
penuh dengan gunung - gunung, lembah, tebing terjal, hutan, semak
belukar dan lereng perbukitan. Hal ini akan menjadi tantangan bagi rumah
yang berhubungan langsung Hamah Sagrim 97
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
dengan alam homogen untuk tetap bertahan, karena disamping menyesuaikan
diri dengan pengaruh alam sekitar, juga masalah kelembaban yang
ditimbulkan dari alam. Kencangnya angin yang bertiup dari daratan pada
malam hari dapat merubah suhu udara menjadi sangat dingin dan curah
hujan didaerah ini terjadi sepanjang tahun. Hal ini tentunya
mendatangkan masalah tersendiri yang sangat penting untuk diperhatikan
bagi para petani yang berkebun dan pemburu. Keberhasilan atau
kelanggengan perumahan ini untuk tetap bertahan hingga kini, berarti
membuktikan bahwa keterujiannya untuk mengantisipasi kondisi iklim
lingkungannya. Ketangguhan rumah tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat
beserta nilai ± nilai budaya masyarakatnya terhadap pengaruh iklim
lingkungannya hingga kenyamanan thermal dalam ruang dan keselamatan dari
serangan ± serangan dapat tercapai, hingga terasa perlu untuk
dipertahankan dan menarik untuk ditulis. B.3. Pola Hunian Ada tiga macam
pola hunian yang popular di gunakan dalam penataan suatu hunian kota
(urban space) yaitu; pola linear, grid dan polar. Orang Maybrat, Imian,
Sawiat, cenderung mengembangkan pola hunian memanjang (polar) yang mana
cenderung mengikuti jalan, aliran sungai, pesisir pantai dan lereng
perbukitan. 1. Pola Hunian Wilayah Pesisir Pola hunian di lingkungan
pesisir ini berada pada pantai yang cukup terlindungi dari gelombang,
Karena daerah hunian terlindungi dari teluk ± teluk dan kepulauan
sebagai penahan gelombang laut. Tata letak bangunan di daerah pesisir
ini, umumnya memanjang sejajar dengan garis pantai, dan terdiri atas
beberapa lapisan, baik ke arah darat maupun kearah perairan sesuai
dengan jumlah penduduk dan ruang yang tersedia. Pola jejer berlapis
disertai jejeran jaringan jalan darat untuk tiap rumah yang berada di
jalan itu. Tipologi hunian seperti begini termasuk kategori tipe : the
line village.
Gambar: Lay Out zonasi dan Visualisasi hunian penduduk daerah pesisir
pantai. (Rivers Line Village Communiti). Sumber Hasil Survey Peneliti
Hamah Sagrim
98
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Gambar: Over Vew Zonasi dan Vissualisasi Pertapakan hunian wilayah
pesisir pantai (Rivers Line Village community ). Sumber hasil survey
Peneliti.
Pertapakan bangunan hunian rumah pesisir di kelompokkan dalam dua
tapakan, yaitu : a. Peralihan tanah darat dan perairan, yaitu: Bangunan
rumahnya dipengaruhi oleh pasang surut air laut (payau) dan situasi
lingkungan sekitarnya. ³sea Set and withdraw line´. b. Di hamparan tepi
pantai, yaitu: Bangunan rumahnya dipengaruhi oleh pasang surut air laut
dan bentuk bangunannya disesuaikan dengan pengalaman warga setempat agar
luapan pasang air laut tidak masuk ke dalam rumah. 2. Pengamatan
Pengembangan Ruang Publik Ditepi Danau Ayamaru Dari Beberapa Kampung
disekitar Danau Melalui Aspek ³Tropis Lembab´. Kata Kunci: Tropis
Lembab, Kota Pantai, Kearifan Lokal. Sebagai danau yang di sepanjang
sisinya terdapat beberapa perkampungan bahkan 3 distrik yang juga
terletak sepanjang terpi danau Ayamaru, yaitu Distrik, Ayamaru, Distrik
Aitinyo, dan distrik Ayamaru utara . dengan keberadaan kampung dan
distrik-distrik sekitarnya, diharapkan agar mencoba secara kreatif
mengekplorasi dan mengekspresikan, potensi, keunikan kawasan danau dalam
perencanaan dan perancangan ruang terbuka publik yang sesuai dengan
karakteristik iklim tropis lembab. Usaha tersebut, bisa ditiru/dilihat
beberapa kawasan pinggiran danau sebagai contoh seperti antara lain di
kawasan pesisir Kamali kota Bau Bau Sulawesi Tenggara, pesisir Losari
Makassar, pessir di kota Palu dsb. Sehingga kawasan tersebut merupakan
magnet yang dapat menarik perhatian masyarakat untuk datang dan
melaksanakan berbagai aktivitas rekreasi. Kawasan pesisir Danau Ayamaru
tersebut bisa di ciplak sekaligus menjadi Landmark Hamah Sagrim 99
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
kota. karena pada Dana Ayamaru, potensi kawasan pesisir belum di
ekplorasi dengan maksimal. Sehingga perlu adanya pengungkapan strategi
khusus untuk mengembangkan kawasan pesisir Danau Ayamaru, sebagai ruang
terbuka publik sesuai dengan potensi fisik, sosial, ekonomi serta
kondisi iklim tropis lembab. Usaha yang dapat dilakukan antara lain
melaksanakan analisis sekitar kawasan Danau Ayamaru secara komprehensif,
mengembangkan infrastructur yang memadai, mensinergikan elemen landskap
baik soft maupun hard material, mengangkat nilai nilai kearifan lokal
yang ada. Nilai nilai kearifan lokal dapat berupa karakteristik
arsitektur setempat, tradisi masyarakat dalam mengantisipasi
permasalahan dan memanfaatkan potensi iklim tropis lembab. yang dapat di
ekspresikan sebagai citra kawasan. Realisasi perencanaan dan
perancangan ruang publik secara ekspresif dan kreatif di sekitar pesisir
Danau Ayamaru, dapat memberikan kontribusi yang sangat positif bagi
perwujudan Distrik Ayamaru yang tergolongkan sebagai kota tropis yang
asri. Pada dasarnya semua kota, Distrik, atau Kampung, yang bagian
tepinya berbatasan langsung dengan perairan seperti; sungai danau dan
laut memiliki potensi menjadi waterfront city. Namun predikat ini secara
faktual tidak begitu saja dapat diberikan. Beberapa kota di Indonesia
saat ini belum maksimal mengeksplorasi dan mengeksploitasi potensinya
sebagai waterfront city. Bahkan ada lahan pada kawasan tepian yang
berbatasan dengan wilayah air diberikan hak pengelolaannya pada hotel
atau perorangan sehingga wilayah antara daratan dan perairan tersebut
tidak bersifat publik melainkan eksklusif untuk masyarakat tertentu.
Sebagai negara bahari beberapa kota pantai di Indonesia menyadari
pentingnya untuk memperhatikan perencanaan sebagai waterfront city.
Apalagi mengingat wajah Distrik Ayamaru acapkali justru terlihat dari
wilayah Danau saat pengunjung datang melalui Darat dan Udara. Elemen
untuk kesuksesan ³project waterfront city ³menurut Torre.1989. adalah:
Thema, image, Authenticity, Function, Publicperception of need,
Financial feasibility, environmental approvals, construction technology,
Effective management. Disamping elemen tersebut dalam pembahasan ini
pengamatan diutamakan pada penyesuaian dengan iklim Lokasi (iklim di
Wilayah Distik Ayamaru) yang merupakan iklim tropis lembab. Hamah Sagrim
100
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
a) Karakteristik Kota Pesisir Ditinjau Dari Aspek Iklim Tropis Lembab.
Daerah dengan iklim tropis dibentuk oleh garis isotherm berdasarkan
kondisi temperatur udara rata rata tahunan 200 C. Sedangkan wilayah
khusus ´tropis lembab´ secara kasar terbentuk antara garis lintang utara
150 dan garis lintang selatan 150. Kekayaan vegetasi di daerah tropis
lembab merupakan fenomena alam yang luar biasa. didaerah tropis lembab,
kondisi vegetasi konstan sepanjang masa dan dapat tumbuh dimana - mana.
Di tepi pantai bahkan di tepi lautpun dapat tumbuh tanaman; antara lain:
Bakau (Rhizopora apiculata; Bruguiera sp). Api-api (Avicennia lanata),
atau bermacammacam variasi vegetasi pepohonan yang banyak tumbuh di
pesisir Danau Ayamaru merupakan kekayaan alam tersedia. Fungsi tanaman
di daerah pesisir Danau Ayamaru lain untuk perlindungan terhadap panas
terik matahari. Selain itu untuk memproduksi O2, mengurangi debu yang
meliputi kota (urban dust dome), mengurangi panas lingkungan (untuk foto
sintesa menyerap panas matahari 1%, pohon berdaun lebat dapat
merefleksikan panas matahari sampai 75%) Dalam kaitannya dengan ruang
publik vegetasi memiliki berbagai fungsi antara lain untuk keindahan dan
kenyamanan. b) Kearifan Lokal Karakteristik arsitektur yang berakar
dari budaya setempat dapat diangkat eksistensinya pada perencanaan ruang
terbuka publik di pesisir Danau Ayamaru. Terutama yang berkaitan dengan
antisipasi terhadap permasalahan iklim tropis lembab. Misal bentuk dan
bahan bangunan arsitektur tradisional Halit-mbol chalit yang secara
evolusi sudah merespon permasalahan seperti menahan panas terik
matahari, perlindungan air hujan, optimalisasi penghawaan alami,
pemanfaatan sumber daya alam dari lingkungan sekitar obyek. Simbol
karakter yang termasuk dalam arsitektur semiotik serta legenda yang ada
pada lingkungan setempat dapat pula diangkat dan divisualisasikan pada
ruang terbuka publik. Kearifan lokal dapat menciptakan citra, ciri khas,
keaslian, kesesuaian dengan lingkungan fisik dan sosial. Kearifan lokal
dapat pula berupa kebiasaan masyarakat Maybrat dalam kehidupan sehari
hari antara lain sebagai masyarakat nelayan dengan sistem penataan
lingkungan pantai Hamah Sagrim 101
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
yang dilaksanakan berdasarkan kearifan yang diturunkan dari leluhur
mereka. Acapkali perpaduan antara tradisi sebagai kearifan lokal dengan
sistem perencanaan lingkungan berdasarkan keperluan masyarakat modern
dapat dipadukan dengan harmonis. c) Ruang Publik Pesisir Danau Ayamaru
di Distrik Ayamaru Kondisi pesisir danau di distirik Ayamaru dengan
danau yang jernih dan memiliki tempat-tempat rekreasi merupakan kondisi
geologis daratan pantai yang relatif stabil, merupakan potensi alam yang
sangat menunjang untuk dikembangkan. Demikian pula Pesisir Danau
Ayamaru di sekitar beberapa kampung dan dua distrik lainnya. Saat ini
kawasan pesisir Danau Ayamaru di Distrik Ayamaru merupakan bagian
wilayah Ayamaru yang bisa dijadikan berfungsi sebagai magnet untuk
menarik pengunjung dari dalam dan luar kota. Pesisir Danau di kota kota
tersebut bisa berfungsi sebagai ruang terbuka publik. Hanya saja kondisi
dan situasi sarana dan prasarananya dan respon terhadap kondisi tropis
lembab sangat beragam masing masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Pengadaan ruang terbuka publik merupakan tanggung jawab pemerintah
daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan pada masyarakat dan untuk
meningkatkan kualitas kehidupan perkotaan. Penanganan Pesisir kota yang
berbatasan Danau itu rata - rata belum menonjol dibandingkan dengan kota
kota di pulau Sumatera, Kalimantan dan Jawa. d) Kesimpulan. Citra kota
Pesisir sangat ditentukan oleh berbagai aspek yang berkaitan dengan
daerah daratan Distrik Ayamaru yang berbatasan dengan Danau Ayamaru.
Dipandang dari arah Danau, Udara dan bagian-bag tertentu daratan
Ayamaru, maka bagian kota Ayamaru yang berbatasan dengan pesisir Danau
Ayamaru diibaratkan sebagai wajah kota atau etalase kota. Perpaduan
antara Danau dan daratan merupakan potensi alam yang harus diperhatikan
dan diutamakan dalam penataan dan pengembangannya baik dari segi fisik,
sosial dan ekonomi. Berdasarkan pengamatan dan analisis dari berbagai
kota pesisir Danau seperti Tangkubang Perahu, dan Sungai Musi di
pontianak Kalimantan yang di sebut juga dengan nama lain Seribu Satu
Sungai, ditarik kesimpulan bahwa berbagai aktifitas dapat dilaksanakan
pada kawasan pesisir Danau Ayamaru, antara lain: Aktifitas masyarakat
Nelayan dalam bermukim, mencari ikan dan menjual hasil tangkapan ikan,
membuat perahu dsb. Dermaga, penumpang, rekreasi. Kendaraan yang
berjalan melalui jalan dipinggir pantai akan Hamah Sagrim 102
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
mendapatkan pemandangan yang indah ³scenic beauty´. Konservasi tanaman
Danau yang dapat mendukung karakteristik Pesisir Danau antara lain
Pepohonan. Berbagai macam macam aktifitas yang berlangsung di pesisir
Danau harus dikaitkan dengan kondisi lingkungan alam di sekitar Danau
Ayamaru dan iklim tropis lembab, kebutuhan masyarakat serta kemampuan
pemerintah daerah setempat. Beberapa pengelola Kabupaten Sorong Selatan
masih belum mengutamakan pembangunan di kawasan Pesisir Danau Ayamaru,
sehingga wilayah pesisir danau di distrik Ayamaru masih dimanfaatkan
untuk keperluan permukiman nelayan . Kondisi Pesisir Danau Ayamaru,
masih didominir pohon liar dengan varietas jenis yang bermacam-macam
sehingga sebagian masih nampak alami dan pemanfaatan Pesisir Danau dalam
kota untuk permukiman nelayan, belum ada pengembangan yang memadai
untuk rekreasi, namun kondisi tersebut ternyata masih dapat menarik
minat warga untuk datang ke pesisir Danau Ayamaru seperti Framu, Korom,
Ela, Semtu, dll. daya tarik tersebut akan semakin kuat apabila ada
pengembangan dengan perencanaan dan perancangan yang khusus. Pesisir
Danau Di distrik Ayamaru memiliki landskap alam yang sangat mempesona
sehingga kondisi alam tersebut sudah bisa merupakan daya tarik yang luar
biasa, apabila diadakan peningkatan kualitas lingkungan dengan sarana
dan prasarana yang memadai maka kondisi lingkungan akan semakin menarik.
Bila ditata dengan baik, pesisir Danau Ayamaru dimalam hari akan sangat
indah karena bentuk pantai seperti huruf O dengan teluk yang luas
terlebih bila dengan adanya jembatan dari kampung yang satu menuju
kampung lain yang berdekatan di sekitar pesisir Danau. Yang dapat
dilihat dari segala penjuru pesisir. Telah terdapat sarana dan prasarana
berupa kios di Setiap Kampung-kampung dan Distrik-distrik. Kelebihan
dan kekurangan dari masing - masing pesisir Danau pada beberapa kota
seperti Tangkubang Perahu, dan Sungai Musi di Kalimantan, dapat menjadi
masukan bagi Distrik Ayamaru. Mengutamakan perencanaan berdasarkan aspek
iklim tropis lembab antara lain memperhatikan vegetasi di daratan
maupun ditepi danau pepohonan memperhatikan fasilitas peneduh dan
kearifan lokal yang sesuai untuk mengantisipasi permasalahan iklim
tropis lembab seperti intensitas matahari, curah hujan yang tinggi dsb.
Memanfatkan semaksimal mungkin potensi di daerah tropis lembab antara
lain aneka flora dan fauna. Hamah Sagrim 103
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Sehingga perencanaan waterfront city harus memperhatikan pula konsep bio
climatic design. Pertapakan bangunan hunian rumah pesisir di
kelompokkan dalam yaitu : c. Peralihan tanah darat dan perairan Bangunan
rumahnya dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan situasi lingkungan
sekitarnya. d. Di hamparan tepi pantai, Bangunan rumahnya dipengaruhi
oleh pasang surut air laut dan bentuk bangunannya disesuaikan dengan
pengalaman warga setempat agar luapan pasang air laut tidak masuk ke
dalam rumah. 3. Pola Hunian Wilayah Daratan Pusat permukiman di daratan
wilayah Maybrat Imian Sawiat ini berada pada lereng perbukitan yang
cenderung menjulang dengan hamparan bangunan yang cenderung mengikuti
jalan. Tata letak perkampungan di wilayah daratan ini, umumnya mengikuti
jalanan dan lereng perbukitan yang mana terlihat layak untuk didirikan
bangunan dan perhunian. Pertapakan bangunan rumah masyarakat Maybrat
Imian Sawiat wilayah daratan ini dikelompokan dalam tiga kategori yaitu :
a. Di tanah darat Bangunan rumahnya tidak dipengaruhi, atau merupakan
pola hunian yang sudah berkembang moderen. b. Peralihan tanah darat
Bangunan rumahnya dipengaruhi oleh lereng perbukitan yang menjulang c.
Di hamparan Jalan Bangunan rumahnya dipengaruhi oleh alur jalan dan
bentuk bangunannya disesuaikan dengan perkembangan tata ruang.
Hamah Sagrim
104
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Gambar: Lay Out zonasi pertapakan Pola Hunian wilayah Pegunungan dengan
mengikuti lereng gunung (lay out valley line village community). Sumber
hasil analisis Peneliti
Gambar: Over Vew Pertapakan pola hunian penduduk wilayah pegunungan
dengan megikuti lereng gunung (over vew line valley village community).
Sumber hasil analisis Peneliti
4. Jaringan Pergerakan Prasarana perhubungan utama Warga Maybrat Imian
Sawiat adalah Jalan setapak, Kendaraan roda empat (angkutan pedesaan),
kendaraan roda dua (ojek), Pesawat, Kapal Laut, dan perahu sampang.
Lihat gambar jenis-jenis perahu yang digunakan sebagai transportasi
diwilayah pesisir adalah sebagai berikut:
Gambar: jenis perahu sampan dengan seman, dan perahu kajang sebagai
transportasi daerah pesisir. Sumber dokumentasi peneliti
Pengetahuan atau konsepsi Suku Maybrat Imian Sawiat yang berkaitan
dengan daratan dan perairan adalah sebagai sarana kehidupan dan
perhubungan bahkan sebagai ruang produksi.
B.4. Kondisi Hunian 1. Kondisi Fisik Lahan Secara umum, struktur tanah
di Distrik Ayamaru, Aitinyo, Aifat, Kabupaten Maybrat, Sawiat dan
Teminabuan Kabupaten Sorong Selatan, terdiri dari beberapa jenis antara
lain; jenis Hamah Sagrim 105
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
alluvial, mediterania, padzoik, latosol, organosol, litosol dan gambut.
Sedangkan jenis tanah yang ada secara umum antara lain tanah kemerahan,
tanah endapan alluvial, dan tanah alluvial muda. 2. Kondisi Permukiman
Pusat permukiman di wilayah Maybrat Imian Sawiat berada pada lingkungan
dataran rendah (Pesisir pantai), dataran datar (daratan datar), dataran
Tinggi (pegunungan) yang disebut Plato Ayamaru. Tata letak perkampungan
di Wilayah, Maybrat, Imian Sawiat, umumnya memanjang sejajar (polar) ada
yang mengikuti Jalan, sungai, dan alur perbukitan dan gunung. Bentuk
permukiman Masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, dikenal dengan permukiman
Marga atau Keret ± klen dan berkembang menjadi komplek. Yang mana bila
disatu marga keluarga yang tinggal di salah satu sudut kampung disana
akan berkumpul keluarga dan marga atau keret yang sama. Permukaan
perkampungan wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, berupa banguan panggung
dengan bahan konstruksi utama kayu sebagai struktur utama dan rotan
sebagai pengikat. Umumnya masyarakat di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat,
mengenal jenis kayu yang daya tahannya cukup besar baik terhadap
pengaruh air laut dan daratan. Biasanya untuk kayu yang mempunyai
kualitas terbaik, digunakan pada bangunan yang sering terrendam air,
khusus untuk bangunan pada areal pesisir dan untuk jenis kayu pada
daerah daratan adalah kayu yang daya tahannya kuat terhadap rayap (fom).
Orang Maybrat, Imian, Sawiat, sangat jeli dalam memilih bahan-bahan
karena kekuatan suatu bangunan dipengaruhi oleh jenis ± jenis kayu yang
digunakan dalam mendirikan suatu bangunan rumah hunian tersebut. Untuk
matahari, dinding umumnya menggunakan kayu, gaba ± gaba, dan kulit kayu.
Untuk lantai umumnya memakai gagar dan palem. Sedangkan untuk material
atap rumah, sesuai dengan sumber daya alam setempat adalah dedaunan yang
dianyam/diraut atau diramu menjadi atap, yaitu seperti daun sagu, daun
tikar (pandanus), dan daun nipa. Selain mudah didapat, lebih tahan
terhadap pengaruh iklim sekitar dan dapat meredam panas matahari
sehingga ruang dalam rumah tetap sejuk. Sebaliknya atap seng menurut
pengalaman mereka, selain mahal juga mudah berkarat dan ruang dalam
rumah lebih panas pada siang hari. Sungguhpun demikian, cukup banyak
rumah telah beratap seng. Tampaknya penggunaan bahan ini lebih
mencerminkan kemampuan ekonomi pemilik rumah bersangkutan.
Hamah Sagrim
106
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Secara sederhana Suku Maybrat, Imian, Sawiat, adalah merupakan
masyarakat yang mendiami daerah pesisir dan pegunungan yang berkumpul
sekelompok orang yang kehidupan mereka tergantung pada laut bagi
kelompok yang mendiami daerah pesisir, dan tergantung pada pertanian
bagi kelompok yang mendiami daerah pegunungan. Yang mana terungkap bahwa
Suku Maybrat, Imian, Sawiat, berada dalam kehidupan budaya bertani dan
nelayan atau kehidupan yang mendapatkan inspirasi dan kreativitas dari
suasana lautan dan daratan. Pengetahuan atau konsepsi Suku Maybrat,
Imian, Sawiat, yang berkaitan dengan daratan dan perairan adalah sebagai
sarana kehidupan dan perhubungan bahkan sebagai ruang produksi, yang
keduanya akan diuraikan sebagai berikut : a. Peranan Laut sebagai
Prasarana Perhubungan Pesisir Hubungan antar tempat dipantai lebih
lancar daripada hubungan antar pantai dengan pedalaman darat di zaman
kuno, bahkan bagi Suku Maybrat, Imian, Sawiat, masih nampak yang mana
permukiman penduduk mereka pada mulanya berada di pantai, dan perairan
laut yang telah memperoleh peran sebagai prasarana perhubungan, sebagai
gerak - gerik laut telah menjadi pengetahuan warga yang menggunakannya.
Pengetahuan diturunkan dari generasi ke generasi baik melalui ajaran
maupun melalui semacam permagangan. Contoh pemagangan adalah orang tua
mengajak anaknya untuk melaut atau orang tua mengajak anaknya untuk
berkebun dan berburu. Pengetahuan Suku Maybrat, Imian, Sawiat, tersebut
diatas ada yang langsung dan ada yang tidak langsung mengenai perairan
laut. Pengetahuan langsung, antara lain berkenaan dengan pasang surut,
arus, gelombang, dan kedalaman. Pengetahuan tidak langsung adalah gejala
diluar perairan laut, tetapi diketahui dan disadari dapat mempengaruhi
gerak - gerik laut, seperti per-awanan, angin, kedudukan bulan dan
bintang. Pengetahuan itu mereka gunakan benar ± benar dengan maksud
menyelesaikan pelayaran dengan selamat dan cepat. Mereka mampu antara
lain mengubah arah dalam penggalan ± penggalan pelayaran mereka sesuai
dengan jenis alat angkut yang mereka gunakan dengan kondisi perairan. b.
Peranan Daratan Sebagai Areal Kehidupan Walau diketahui peran laut
sebagai prasarana daerah pesisir yang lebih lancar, namun orang ± orang
Maybrat, Imian, Sawiat, juga membutuhkan daratan sebagai areal
kehidupan. Daratan sebagai areal kehidupan yang mana menyediakan bahan
hasil perkebunan. Karena Hamah Sagrim 107
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
walaupun mereka yang hidupnya di daerah pesisir yang mata pencahariannya
adalah nelayan namun membutuhkan makanan berat seperti keladi, petatas,
sagu dll. Daratan merupakan tempat bercocok tanam bagi Suku Maybrat,
Imian, Sawiat, walau ia seorang nelayan sekalipun. c. Daratan dan Laut
Sebagai Ruang Produksi Penggunaan daratan dan laut sebagai ruang
produksi sudah sejak zaman kuno dikenal oleh Suku Maybrat, Imian,
Sawiat, baik yang sebagai petani bahkan nelayan. Bagi para nelayan
sering mengembara jauh dari permukimannya. Jangkauan jauh seperti ini
antara lain dituntun oleh pengalaman para pelaut berpengalaman tentang
musim ± musim penangkapan ikan tertentu dikawasan tertentu. Bagi para
petani, untuk mencapai suatu lahan terluas dalam berkebun, membutuhkan
tenaga dan energi yang semangat, petani sering bekerja dengan kerajinan
dan tenaga yang ia miliki. Bagi seorang calon petani hendaknya diajari
tentang bagaimana memegang alat ± alat kerja, karena jika sudah
berpengalaman, maka ia akan sebagai orang yang berhasil dalam
memprodusksikan hasil pertanian yang berlimpah. Kehidupan Suku Maybrat,
Imian, Sawiat, yang berprofesi sebagai nelayan umumnya terisolasi dari
kehidupan masyarakat didaratan. Namun demikian masyarakat Maybrat,
Imian, Sawiat, pada umumnya antara nelayan dan non nelayan hidup dalam
satu wilayah kampung, namun ada kecenderungan pengelompokan permukiman
menurut marga atau keret-klen (familly) dan jenis pekerjaan mereka.
Pergaulan para nelayan penangkap ikan cenderung terbatas dengan
persediaan logistik. Pola makan para nelayan biasanya sangat sederhana,
karena mereka terbiasa dengan persediaan logistik terbatas ketika mereka
berlayar bila dibanding dengan pola makan para petani yang biasanya
sangat banyak akan makanannya. d. Mata Pencaharian Salah satu sistem
budaya appabolang yang mempengaruhi bentuk rumah tinggal Suku Maybrat,
Imian, Sawiat, adalah mata pencaharian dan situasi lingkungan. Umumnya
mata pencaharian yang mendominasi penduduk Maybrat, Imian, Sawiat,
adalah Bertani dan Memburu, sedangkan berikutnya adalah nelayan, yang
setiap hari waktunya di kebun, hutan dan laut. Untuk petani berkebun,
untuk pemburu di hutan untuk memburu Babi, Rusa, Kanguru dan Tikus
sedangkan untuk nelayan berada di laut untuk Hamah Sagrim 108
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
mencari ikan dan hasil perikanan lainnya. Sebagai petani, pemburu dan
nelayan, hidup merekapun tidak jauh dari hutan dan laut bahkan huniannya
berhubungan langsung dengan hutan bagi mereka yang matapencahariannya
pemburu dan petani, dan bagi para nelayan huniannya berhubungan dengan
laut. Hal ini tercermin pada bentuk tatanan huniannya ke arah laut bagi
para nelayan yang berbaris disepanjang garis pantai, begitupun mereka
yang di daratan yang mana bangunannya berorientasi pada arah jalan dan
berhubungan langsung dengan alam bebas. Bentuk tampilan seperti rumah
gantung atau rumah panggung, juga mempunyai hubungan erat dengan mata
pencaharian mereka sebagai petani, pemburu dan nelayan. Dapat dilihat
pada kolong rumah yang difungsikan sebagai tempat penyimpanan alat ±
alat perburuan bagi para petani dan pemburu sedangkan bagi para nelayan
dapat dilihat bahwa kolong rumahnya difungsikan sebagai tempat
penyimpanan alat ± alat perikanan seperti pukat, jaring dan lain ± lain.
Sedangkan bagian hunian yang berada di hamparan air, kolong rumahnya
difungsikan sebagai sandaran atau parkiran perahu yang mereka gunakan
sebagai alat transportasi. e. Pola Hidup Salah satu sistem budaya
appabolang yang mempengaruhi bentuk rumah tinggal Suku Maybrat, Imian,
Sawiat, adalah pola hidup. Pola hidup di ekspresikan melalui tingkah
laku manusia. Bahwa membangun sebuah rumah merupakan gejala budaya, maka
bentuk pengaturan ini dipengaruhi oleh budaya lingkungan pergaulan
dimana bangunan itu berada dan bentuk rumah bukan merupakan hasil
kekuatan faktor atau faktor tunggal lainnya, tetapi merupakan
konsekwensi dan cakupan faktor ± faktor budaya dalam pengertian yang
luas. Budaya yang menyangkut perilaku manusia dalam kehidupan keseharian
yang mewarnai kehidupan masyarakat Suku Maybrat, Imian, Sawiat, adalah
kebiasan masyarakat dalam menampung kayu bakar untuk keperluan masak dan
penghangat tubuh. Keperluan akan suhu penghangat tubuh mempengaruhi
bentuk dan kemiringan atap rumah tinggal yang cenderung sangat miring
hingga bisa menutup dinding. Kebiasaan masyarakat untuk mencuci, mandi,
dan buang air didaratan hutan sehingga pada huniannya tidak tersedia
KM/WC. Sertamerta perilaku anak- anak dalam bermain seperti kebiasaan
bermain di hutan (memburu burung, tikus, babi, rusa dan telor maleo)
yang mana dijumpai pada anak ± anak yang hidup di daerah pegunungan
sedangkan bagi anak ± Hamah Sagrim 109
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
anak di daerah pesisir pantai dalam bermain kebiasaannya bermain di laut
(berenang, menyelam, memancing, mencari kerang dan lain - lain),
sehingga mengakibatkan tidak tersediannya open space di darat. Kebiasaan
dan perilaku masyarakat tersebut secara tidak langsung akan
mempengaruhi bentuk arsitektur di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat. f.
Lingkungan Alam Kerasnya lingkungan alam dan situasi kehidupan yang
serba saling membunuh (perangperangan), dapat menjadi tantangan utama
yang menantang suku Maybra,t Imian, Sawiat, untuk bertahan hidup.
Sebagai masyarakat petani di daerah pegunungan yang seluruh hidupnya
dihabiskan di kebun dan hutan, dan untuk masyarakt pantai yang
menghabiskan hidupnya di laut, suku Maybrat, Imian, Sawiat, mampu
mengatasi dan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Untuk merespon
keadaan alam dan situasi lingkungannya seperti terpaan gelombang, angin
kencang, kelembaban yang tinggi, dan tekanan musuh, masyarakat suku
Maybrat, Imian, Sawiat, mengatasi dengan cara dan pengetahuan yang
dimiliki oleh mereka. Untuk mengatasi terpaan angin kencang sudah
menjadi gejala alam di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat. Untuk mengatasi
hal tersebut, suku Maybrat, Imian, Sawiat, membangun rumah dengan
konstruksi dari kayu dan antara elemen satu dengan lainnya dikaitkan
membentuk suatu struktur yang kaku, namun cukup elastis dan fleksibel,
Sehingga apabila terjadi terpaan angin kencang, rumah dengan konstruksi
kayu ini tidak akan roboh tapi hanya melenggang saja. Angin kencang yang
bertiup dari arah laut pada dini hari dan pagi hari, memaksa warga suku
Maybrat, Imian, Sawiat, khusunya dalam peralihan bentuk dan tampilan
bangunan yang relatif tertutup. Bukaan ± bukaan dibuat relatif kecil,
dan jendela (bukaan) diganti dengan kisi ± kisi untuk penghawaan dalam
ruang. Untuk mengatasi kelembaban yang cukup tinggi, berdasarkan
pengalaman para warga, membuat tungku api dalam ruang tidur, karena
dengan membuat tungku api ruangan tidur maka adanya transformasi panas
perapian yang dapat menghangatkan. didalam
Hamah Sagrim
110
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
B.5. Geofisik Wilayah a) Aspek geofisik wilayah. 1. Geofisik wilayah
pesisir Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara daratan dan laut,
dengan batas kearah darat meliputi bagian daratan baik yang kering
bahkan yang terendam air, yang masih mendapat pengaruh sifat ± sifat
laut dan pegunungan seperti angin, pasang surut laut, perembesan air
laut, kekeringan, dan hutan belantara yang mana ciri ± ciri
heterogenitas alam masih dipengaruhi oleh alam seperti sedimentasi dan
aliran air tawar maupun proses yang disebabkan oleh kegiatan manusia di
darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran. Dinamika wilayah
pesisir secara fisik depengaruhi oleh parameter lingkungan ± lingkungan
fisik yang menyebabkan wilayah pesisir terutama berbentuk pantai yang
selalu berubah ± ubah sepanjang waktu. Karakteristik wilayah pesisir ini
dibentuk oleh parameter lingkungan fisik seperti pasang surut, arus
laut, gelombang, angin,salinitasi, suhu dan perubahan muka air. Fenomena
ini memberi kekhasan karakteristik pada kawasan pesisir dan laut
sehingga menyebabkan terjadinya kondisi fisik perairan yang berbeda ±
beda sebagaimana berikut : a. Pasang Surut air laut pasang surut adalah
proses naik turunnya muka air laut secara hampir periodik karena gaya
tarik benda ± benda angkasa terutama bulan dan matahari. Naik turunya
air laut dapat terjadi sekali sehari (pasang ± surut tunggal), atau dua
kali sehari (pasang surut ganda), sedangkan pasang surut yang
berperilaku diantara keduanya disebut sebagai pasang surut campuran.
Para nelayan Suku Maybrat Imian Sawiat Pada wilayah pesisir Teminabuan
mengenal adanya pasang surut campuran, condong ke harian ganda (mixed
diuarnal tide) terjadi duakali pasang dan duakali surut dalam sehari.
Catatan arus pasang surut terkuat pada daerah air laut Kabupaten Sorong
Selatan dapat mencapai 1,5 - 2,5 m/detik, pada saat pasang purnama dan
dilaut terbuka kekuatan pasang surut kurang dari 1,5 m/detik. b.
Gelombang Laut Gelombang ditemukan dipermukaan laut pada umumnya
terbentuk karena adanya proses alih energi dari angin ke permukaan laut,
atau pada saat ± saat tertentu disebabkan oleh gempa dasar laut.
Gelombang ini merambat ke segala arah membawa energi tersebut yang
kemudian dilepaskannya ke pantai dalam bentuk hempasan ombak. Rambatan
gelombang ini Hamah Sagrim 111
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
dapat menempuh jarak ribuan kilometer sebelum mencapai satu pantai akan
mengalami satu pembiasan (refraction), dan akan memusat (comvergence)
jika mendekati semenanjung, akan menyebar (divergence) jika menemui
cekungan. Disamping itu gelombang yang menuju ke perairan dangkal akan
mengalami spilling, plunging, collapsing atau surging. Semua fenomena
yang dialami gelombang tersebut pada hakekatnya desebabkan oleh keadaan
topografi dasar lautannya (see bottom topography). c. Suhu Air Suhu
suatu perairan dipengaruhi oleh radiasi matahari, posisi matahari, letak
geografis, musim, kondisi awan, serta proses interaksi antara air dan
udara, seperti alih panas (hot), penguapan dan hembusan angin. Suhu air
laut di Indonesia secara umum berkisar antara 26 19°c karena perairan
Indonesia dipengaruhi angina musim, maka sebaran permukaan lautnya pun
mengikuti perubahan musim. Di kawasan pesisir Kabupaten Sorong Selatan,
suhu berkisar 28 - 29°c, musim timur berkisar antara 26 - 28°c. d. Angin
Angin merupakan parameter lingkungan terpenting sebagai gaya penggerak
dari aliran skala besar yang terdapat baik di atmosfer maupun lautan.
Gelombang merupakan produk penting yang dihasilkan oleh angin. Demikian
juga deretan bukit pasir (sand dones) yang ditemui dipantai ± pantai
yang penting bagi perlindungan pantai. Angin merupakan gerakan udara
dari tempat bertekanan udara tinggi ketempat yang bertekanan udara
rendah. Di wilayah pesisir pantai, angin lokal yang dikenal dengan angin
darat dan angin laut kadang dimanfaatkan oleh para nelayan untuk melaut
untuk menangkap ikan dan ke darat. Berhembusan angin darat, (dari darat
ke laut) pada malam hari dan angin laut (dari laut ke darat) pada siang
hari disebabkan oleh perbedaan panas antara daratan dan laut. Pada
siang hari permukaan daratan lebih cepat panas akibat udara diatas
permukaan daratan menjadi panas dan memuai serta mudah naik keatas.
Kekosongan udara didekat daratan akan diisi oleh udara dari laut yang
suhunya lebih rendah. Angin laut pada jam 9.00 ± 1.00 pagi, sedangkan
angin barat terjadi sekitar jam 17.00 ± 19.00 sore, dengan kekuatan rata
± rata 2,5 ± 3,5 m/detik. Lihat gambar tiupan angin berikut ini:
Hamah Sagrim
112
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Pergerakan
angin
pada
malam hari bertiup dari daratan ke laut, atau juga disebut angin gunung
yang bertiup pada malam hari, liaht pada gambar disamping
Gambar: Angin laut terjadi pada malam hari
kanan angin laut
Gambar: Angin darat terjadi pada siang hari
sedangkan
bertiup pada siang hari dari laut ke daratan atau disebut angin laut
yang bertiup lihat gambar di sebelah kiri. 2. Geofisik wilayah
pegunungan
Wilayah daratan adalah daerah yang meliputi daratan kering bahkan yang
terrendam air sungai, yang mana mendapat pengaruh sifat ± sifat dataran
tinggi seperti angin, curah hujan, panas matahari dan kemiringan lereng
perbukitan. Dinamika wilayah pegunungan Maybrat Imian Sawiat dipengaruhi
oleh parameter manusia yang menyebabkan wilayah pegunungan yang dengan
heterogenitas hutannya yang utuh menjadi rusak (gundul) dan tercemar
karena ulah manusia. Karakteristik wilayah pegunungan ini dibentuk oleh
parameter lingkungan fisik dan makhluk yang ada, seperti burung dan
hewan lainnya yang setelah memakan buah pohon setelah melewati daerah
pegunungan yang begitu terbakar dan gundul tanpa pohon, ia meninggalkan
kortoran biji pohon yang mana bertumbuh kembali, angin, tanah yang
menyimpang akar sehingga bertumbuh kembali suatu saat.
3. Geografi Dan Fisik Wilayah 3.a. Letak geografi Suku Maybrat Imian
Sawiat adalah suku yang berada di wilayah Kabupaten Sorong Selatan
Papua. Kabupaten Sorong Selatan terletak dibagian barat pulau papua.
Secara geografis, Kabupaten Sorong Selatan terletak pada posisi 131° 42¹
0´BT - 132° 58¹ 12´BT dan 0° 55¹ 22´ LS - 2° 17¹ 24´ LS. Kabupaten
Sorong Selatan yang luasnya sekitar 1.321.189,39 ha (berdasarkan peta),
berbatasan dengan wilayah : a. Sebelah utara berbatasan dengan Distrik
Moraid dan Distrik Fef (Kabupaten Sorong) Hamah Sagrim 113
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Distrik Kebar (Kabupaten Manokwari),
Distrik Moskona Utara, Distrik Moskona Selatan dan Distrik Aranday
(Kabupaten Teluk Bintuni) c. Sebelah Selatan Berbatasan Dengan Teluk
Bintuni dan Laut Sram d. Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Seram,
Distrik Beraur dan Diastrik Makbon Kabupaten Sorong. 3.b. Administrasi
Wilayah Luas kabupaten Sorong Selatan tercatat 29.810 km², saat ini
terbagi menjadi 14 distrik yang sebelumnya 10 distrik. Wilayah distrik
terluas adalah distrik Inanwatan, yaitu seluas 4.234 km² (14,2%),
sedangkan wilayah terkecil adalah distrik Ayamaru utara, yaitu seluas
1.071 km² atau 3,59% dari luas kabupaten Sorong Selatan. Luas masing ±
masing distrik di Kabupaten Sorong Selatan termuat dalam table berikut:
Tabel Luas Wilayah Kabupaten Sorong Selatan Per Distrik tahun 2004
No Distrik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Inanwatan Kokoda Aifat Timur
Aifat Aitinyo Moswaren Teminabuan Ayamaru Sawiat Mare Matemani Kais
Wayer Seremuk Ayamaru Utara Kabupaten Sorong Selatan
Luas Area (km²) 82.986,56 115.534,54 193.930,38 262.499,01 71.768,71
88.438,76 90.604,40 58.549,30 102.688,53 51.133,00 94.889,92 29.121,30
48.737,14 31.307,85 1.321189,39
Persentase (%) 6,28 8,74 14,60 19,87 5,43 6,69 6,86 4,43 7,77 3,87 7,18
2,20 3,69 2,37 100,00
Sumber data : Laporan Fakta Tata ruang Kabupaten Sorong Selatan 2008 ±
2007
Kabupaten sorong selatan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi
Papua Barat dengan ibukota Teminabuan. Kabupaten ini bersama Kabupaten
Raja Ampat merupakan hasil pemekaran kabupaten Sorong berdasarkan UU No
26 tahun 2002. secara administrative,
Hamah Sagrim
114
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
pemerintahan Kabupaten Sorong Selatan terbagi dalam 14 Distrik, 3
Kelurahan dan 210 kampung atau desa. Distrik Aitinyo mempunyai jumlah
Desa atau Kampung yang paling banyak, yaitu 26 desa atau kampong.
Sedangkan distrik Moswaren merupakan distrik yang mempunyai jumlah
kampung paling sedikit, yaitu sebanyak 6 Kampung. Berikut lihat tabel
pembagian administrasi dan ibukota serta banyaknya kampong dalam distrik
masing ± masing :
Hamah Sagrim
115
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Tabel pembagian wilayah administrasi kabuaten Sorong Selatan tahun 2006
Banyaknya Desa/Kelurahan Desa kelurahan
N o
Distrik
Ibukota
Ju mla h
Nama kampung
13 1 Inanwatan Inanwatan 13
2
Kokoda
Kokoda 20
-
20
Mate, Saga, Mugim, Nogibi, Wadoi, Solta baru, Isogo, Sibae, Serkos,
Nusa, Puragi, Tawanggire, Bedare Migori, Siwatori, Tarof, Tambani,
NegeriBesar, Kasuweri, Udagaga, Benawa II, Atori/Kambur, Korewatara,
Daubak, Topdan, Arbasina, Kayubiro, Adona, Migirito, Totona, Birawaku,
Nayakore, Tapas Aisa, Ayata, Kamat, Aikrer, Aitrem, Sawin, Ainesra,
Sabah, Warmu, Fuog, Womba, Aifam, Tahsimara Kumurkek, Kisor, Susmuk,
Kokas, Ayawasi, Konja, Sori, Kocuwer, Bori, Mosum, Yarat, Ayawasi
Selatan, Wer jaya, Aisyo, Fonatu, Maan, Waine, Tahahite, Ayawasi timur,
Imsun, Fatmayap, Faton, Susai Aitinyo, Korom, Soraya, Tehak kecil, Sris,
Karsu, Irohe, Sumanis, Kamro, Asmuruf, Yaksoro, Sira, Awit, Kambufatem,
Kambufatem utara, Fetase, Jitmau, Ikuf, Isir, Fategomi, Faan, Tehak
besar, Gohsames, Mirafan, Ewai, Jitmau timur Moswaren, Johsiro, Hararo,
Bumiajo, Hasik Jaya, Kamisabe
3
Aifat timur
Aisa 13
-
13
4
Aifat
Kumurkek 23
-
23
5
Aitinyo
Aitinyo
26 -
26
6
Moswaren
Moswaren
6
-
6
Sumber data: Laporan Fakta tata ruang Sorong Selatan 2008 - 2007 Hamah
Sagrim 116
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Lanjutan Tabel pembagian wilayah administrasi kabuaten Sorong Selatan
tahun 2006
N o
Distrik
Ibukota
Banyaknya Desa/Kelurahan Desa kelurahan
Jumlah
Nama kampung Konda, Wersar, Wehali, Aibobor, Wamargege, Bariat, Manelek,
Magis, Seribau, Tegirolo, Seyolo, Nakna, Gorolo, Namro, Tapiri, Keyen,
Wermith, Wernas, Kohoin, Kaibus Sauf, Kanisabar, Komakoma, Soroan,
Sembaro, Kartapura, Arus, Kambuaya, Kambuskato, Fiane, Men, Kofait,
Huberita, Kambuwifa, Faitmajin, Framu, Mefkajim II, Sosian, Temel, Adoh,
Isnum, Chaliat, Fanse, Fraharoh Klamit, Tapuri, Safkyo, Eles,
Sodrofoyo, Sasnek, Wendi, Sawiat, Wen, Wenslolo, Kafalit, Wensoug, Pasir
putih, Wandum, Welek, Bemus Suswa, Seya, Seni, Sire, Wabam, Kombif,
Renis Kais, Tapuri, Yahadian, Benawa I, Sumamo, Makaroro, Siranggo,
Haimaran, Mukamat, Ikana, Onimsefa, Mogotemin Sungguer, Boldon, Sesor,
Waigo, Bagoraga, Wardik, Unggi, Wayer
18 7 Teminabuan Teminabuan 2 20
8
Ayamaru
Ayamaru
24 1
25
9
Sawiat
Wenslolo
16 -
16
10
Mare
Suswa
7
-
7
11
Matemani Kais
Kais 12 8 12 8
12
Wayer
Sungguer
Sumber data: Laporan Fakta tata ruang Sorong Selatan 2008 - 2007
Hamah Sagrim
117
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Lanjutan Tabel pembagian wilayah administrasi kabuaten Sorong Selatan
tahun 2006
N o
Distrik
Ibukota
Banyaknya Desa/Kelurahan Desa Kelurahan Klaogin, Knaya, Jumlah Nama
kampung
Komonggaret, Sisir, Kayabo, Seremuk, Sayal, Sira,
Mlaswat, Srer, Sbir, Tofot, 13 Seremuk Haha 16 Ayamaru 14 Utara Yukase 8
Kab. Sorong Selatan Sumber data: Laporan Fakta tata ruang Sorong
Selatan 2008 ± 2007 210 213 8 16 Haha, Manggroholo, Woloin, Kamaro
Karetubun, Yubiah, Mapura, Suwiam, Segiyor Setta, Hohoyar,
3.c. Potensi dan Daya Dukung Lingkungan a. Topografi Topografi Kabupaten
Sorong Selatan cukup bervariasi, terdiri dari dataran tinggi yang
merupakan daerah pegunungan dan lereng ± lereng (pedalaman ± 65%),
dataran rendah, air payau dan pantai (35%). Secara garis besar,
penyebaran wilayah tersebut adalah sebagai berikut : 1. dataran tinggi
(Plato) meliputi Distrik Ayamaru, Ayamaru Utara, Mare, Aifat Timmur,
Sawiat dan sebagian Aitinyo 2. dataran rendah (rendah) meliputi Distrik
Teminabuan, Seremuk, Wayer, Moswaren dan sebagian Aitinyo 3. Dataran
payau meliputi Distrik Inanwatan, Kais, Kokoda, dan sebagian seremuk.
Hamah Sagrim
118
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Sebagian besar daerah Kabupaten Sorong Selatan merupakan daerah dataran
rendah dengan kemiringan lereng berkisar dari 0 ± 8%. Daerah dataran
rendah ini membujur dari arah barat laut ke selatan yang berbatasan
langsung dengan laut banda. Daerah dataran rendah tersebut meliputi
Distrik Seremuk, Distrik Teminabuan, Distrik Kais, Distrik Inanwatan dan
Distrik Kokoda. Keunggulan dari factor fisik ini menyebabkan sebagian
besar kegiatan penduduk berkembang di dataran rendah ini. Luas wilayah
Kabupaten Sorong Selatan yang merupakan daerah dengan topografi
pegunungan (kemiringan lereng >40%) adalah seluas 84.624,72 ha.
Sedangkan luas wilayah kabupaten tersebut yang merupakan daerah
perbukitan adalah seluas 19.916,05 ha. Sebelah utara kabupaten Sorong
Selatan merupakan daerah pegunungan karst yang dikenal dengan nama
pegunungan Bukamadah. Distrik di Kabupaten sorong selatan yang mempunyai
topografi dominan pegunungan adalah Distrik Sawiat, Distrik Mare,
Distrik Wayer, Distrik Ayamaru, dan Distrik Moswaren. Karakteristik
topografi kabupaten Sorong selatan yang sebaian besar merupakandaerah
dataran rendah menyebabkan sebagian besar kegiatan ekonomi maupun
perkotaan berkembang di dataran rendah tersebut. Hal tersebut akan
sedikit banyak mempengaruhi tingkat perkembangan distrik ± distrik yang
ada di kabupaten Sorong Selatan. Topografi wilayah sorong selatan
berkisar antara 0 ± 1668 m dpal (di atas permukaan air laut). Puncak
tertinggi yaitu daerah faumai, dengan ketinggian 1668 m dpal, terletak
di bagian barat laut teminabuan. Untuk lebih jelasnya, topografis
seluruh Kabupaten Sorong Selatan dan perdistrik di Kabupaten Sorong
Selatan dapat di lihat pada tabel berikut :
Hamah Sagrim
119
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Kemiringan Lereng Kabupaten Sorong Selatan Per Distrik
N o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Distrik Inanwatan Kokoda Aifat timur Aifat Aitimyo Moswaren Teminabua n
Ayamaru Sawiat Mare Matemani kais Wayer Seremuk Ayamaru utara jumlah
0±3% 79.623,88 105.746,6 2 57.024,09 69.456,16 36.631,88 55.387,09
69.374,75 9418,73 12.963,43 8.211,35 83.958,23 36.313,91 4.777,58
628.887,7 0
3 ± 8% 2.779,08 9.196,48 51.653,98 109.399,9 2 28.841,25 27.593,18
17.381,04 49.423,28 49.423,28 9.808,71 16.345,22 10.407,52 17.963,27
400.216,2 1
8 ± 15 % 8,49 21.190,03 25.055,58 5.399,23 4.696,48 2.687,43 29.012,31
29.012,31 5,95 3.664,84 908,33 7.343,26
15 ± 25 25 ± 40 40 ± 60 > 60 % % % % 20.241,4 7 21.354,4 5 860,30
705,00 323,76 2.642,13 8.615,28 8.615,28 420,54 1.153,60 26.366,9 4
25.691,7 8 36,32 57,16 15,33 2.082,88 2.082,88 221,38 65,76 15.318,4 7
11.144,8 0 216,96 216,96 4,25 855,87 246,98 1.102,8 5
128.984,2 64.931,8 56.620,4 26.901,4 4 1 3 4 Sumber data: Laporan Fakta
tata ruang Sorong Selatan 2008 ± 2007
b. Morfologi Berdasarkan data kemiringan lereng diatas, Kabupten Sorong
Selatan terbagi menjadi 3 jenis satuan morfologi yaitu dataran rendah,
dataran tinggi, dan pegunungan. Berdasarkan buku geologi Lembar
Teminabuan, Irian Jaya, dataran rendah tersebut terdiri dari estuari,
dataran alluvium, sisa dataran alluvium, undakan alluvium, pegunungan
pantai dan swell. Estuari atau muara yang lebar selama proses
pembentukan, telah menyatu dan membentuk hampir seluruh pantai di barat
daya Teminabuan. Sedangkan pegunungan pantai dan sawel hanya ada di dua
daerah yaitu di tanjung Semeboy (distrik Seremuk) dan tanjung Saibabu
(distrik Teminabuan). Distrik di Kabupaten Sorong Selatan yang berada di
dataran rendah adalah Distrik Seremuk, Teminabuan, Kais, Inanwatan dan
Kokoda. Dataran tinggi di Kabupaten Sorong Selatan terdiri dari Plato
Ayamaru, sisa kipas alluvium dan sisa dataran alluvium. Distrik yang
berada di dataran tinggi adalah Distrik Wayer, Distrik Hamah Sagrim 120
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Moswaren, Distrik Aifat, dan Distrik Aifat timur. Distrik Mare, Distrik
Sawiat, Distrik Ayamaru, Distrik Ayamaru Utara, Distrik Aifat dan
Distrik Aifat timur berada disatuan morfologi pegunungan. Pegunungan
tersebut ada dua jenis yaitu pegunungan dan lembah berbentuk µV¶ yang
mempunyai ciri bertonjolan tinggi, mempunyai pematang sempit, lembah
berbentuk µV¶, lereng yang tajam (20 - 30°) dan timbulan melebihi 300 m.
di pegunungan dengan ciri tersebut banyak ditemukan anak sungai yang
mengalir berbelok ± belok tajam. Sedangkan pegunungan homoklin yang ada
di Kabupaten Sorong Selatan ada pada formasi batuan endapan Paleozoikum
atas sampai Eosen. Beberapa relief tinggi yang terkenal di Kabupaten
Sorong Selatan diantaranya adalah Gunung Bormalit, Gunung Athabu, Gunung
Fomaya, Tanjakan Fansaraf, Tanjakan Dkun Taftik, Gunung kemar, dan
tanjakan Aduh Mama. Berdasarkan buku geologi lembar Teminabuan, Irian
Jaya (1989 : 5), sebagian besar wilayah Distrik Sawiat, Distrik Ayamaru,
Distrik Wayer, Distrik Mare dan Distrik Aifat berada pada Plato
Ayamaru. Sedangkan distrik ± distrik lainnya berada didaerah pegunungan,
kars dan dataran. Berdasarkan analisis Bakosurtanal, 2007, bentuk lahan
kabupaten Sorong Selatan terdiri dari blok pegunungan, dataran
alluvial, dataran alluvial karst, dataran banjir, dataran alluvial antar
perbukitan, endapan kolluvium, jalur kelokan sungai, kipas alluvial,
lembah kering karst, pegunungan karst, pegunungan karst dengan puncak
pipih memanjang, perbukitan karst dengan puncak pipih membulat,
perbukitan denudasional rendah miring, perbukitan denudasional lereng
miring terkikis ringan, perbukitan denudasional lereng miring terkikis
berat, perbukitan karst dengan puncak pipih dan runcing. Untuk lebih
jelasnya morfologi berdasarkan analisis dari Bakosurtanal, 2007 terdapat
dalam peta berikut.
Hamah Sagrim
121
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Gambar: Peta morfologi
c. Hidrologi dan Sumberdaya Air 1. Curah hujan Berdasarkan tabel di
bawah ini, rata ± rata curah hujan tahunan tertinggi adalah 236,37 mm
per bulan pada tahun 2003. sedangkan rata ± rata hari hujan tertinggi
dalam setahun adalah 19 hari pada tahun 2005. menurut klasifikasi iklim
Schimidt dan Fergusson, tipe iklim di wilayah Kabupaten Sorong Selatan
termasuk tipe iklim A yaitu daerah beriklim tropis basah. Untuk lebih
jelasnya data curah hujan dan hari hujan di Kabupaten Sorong Selatan
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Hamah Sagrim
122
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Hujan, Kelembaban udara, dan Penyinaran matahari Kabupaten Sorong
Selaran Curah hujan, Rata ± rata hari
Curah hujan (mm) Bulan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Hari hujan 200 1
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober
Nopember Desember Jumlah 305 216 157 111 325 418 343 26 476 134 289 111
2.911 248,2 70,6 156,8 220,3 336,4 304,4 14,4 29 18 44,7 126,2 186,2
1.755,2 77,2 107,4 294,3 29,9 163,6 431,3 510,8 313,6 182,9 236,6 74,9
223,9 2.836, 4 Rata ± rata 243 146 236 201 157 149 272 142 93 189 24 339
64 161 257 2.04 8 171 55 75 132 266 239 395 228 136 113 370 186 342
2.53 7 211 213,91 287,18 283,27 268,65 197,73 157,27 122,18 153,09
127,36 122,7 182,3 330,5 2.446,1 4 204 17 10 16 18 19 14 21 15 17 15 16
22 14 9 27 13 16 16 201 200 2 15 6 18 17 10 18 4 6 3 3 12 12 124 200 3 7
14 24 17 12 18 27 16 18 16 9 14 192 200 4 24 18 14 20 16 19 29 8 24 9
15 24 220 200 5 17 15 15 23 21 25 20 14 15 22 20 23 230 14,91 15,36
18,36 15,82 13 12,45 11,18 10,82 10,09 11,8 13,3 19,1 166,2 2006
Sumber data: Laporan Fakta tata ruang Sorong Selatan 2008 ± 2007
2. Air permukaan Potensi hidrologi di kabupaten Sorong Selatan terdiri
dari potensi air permukaan tanah (fresh water) dan air tanah (ground
water). Potensi aliran air permukaan terdiri dari air rawa, air danau
dan air sungai yang mengalir. y Sungai Terdapat 3 Daerah Aliran Sungai
(DAS) utama di wilayah Sorong Selatan yaitu DAS Seremuk, DAS Kaibus dan
DAS Waromge. Masing ± masing DAS mempunyai banyak anak sungai. Semua
anak sungai umumnya mengalir kearah Barat daya hingga Barat Laut dan
bermuara di sungai utama yaitu sungai Kaibus, Sungai Seremuk dan Sungai
Waromge. Hamah Sagrim 123
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Berdasarkan peta Rupa Bumi Digitasi Bakosurtanal terdapat 14 DAS yang
teridengtifikasi yaitu DAS Aninmaru, Kaibus, Kais, Kamundan, Karabra,
Matemani, Sajem, Sebar, Sekak, Seremuk, Sigeroi, Tarof, Wariagrar dan
Waromage. Untuk lebih jelasnya lokasi dan cakupan DAS masing ± masing
terlihat dalam peta berikut. DAS kaibus terdiri dari sungai Kohoin,
Sungai Wermit, dan Sungai Sayal. Sungai sayal memiliki anak sungai yang
relative sedikit, umumnya merupakan sungai ± sungai kecil di daerah
hulu. Terdapat 6 anak sungai yang cukup besar alirannya yang mengalir ke
Sungai Kaibus. DAS Waromge terdiri dari sungai Keyen, Sungai Sungguer,
sungai Waigo dan sungai Waren. Cukup banyak anak sungai yang mengalir di
DAS Waromge, misalnya sungai keyen yang terdiri dari 12 anak sungai.
Sungai ± sungai utama dan anak ± anak sungai yang cukup besar sebagian
aliran dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Sungai ± sungai yang
berada di kabupaten Sorong Selatan berfungsi sebagai sumber air sehari ±
hari bagi penduduk setempat, tempat wisata dan juga sebagai prasarana
transportasi. Contoh sungai di Kabupaten Sorong Selatan yang berfungsi
sebagai tempat wisata adalah sungai Sembra, sungai Kohoin, kali Korom,
sungai Wermit, dan kali Framu. Selain itu sungai yang ada di Kabupaten
Sorong Selatan juga merupakan sumber air PAM. Sebagai contoh air PAM di
distrik Ayamaru bersumber dari sungai Mos dan distrik Ayamaru utara
menggunakan sungai Imsun sebagai sumber air PAM. Kerusakan lingkungan
telah terjadi di beberapa sungai di Kabupaten Sorong Selatan. Salah
satunya adalah sedimentasi yang terjadi di sungai Hilang di distrik
Sawiat. Pendangkalan sungai tersebut menyebabkan air menggerus badan
jalan di sisi sungai dan juga menyebabkan banjir yang dapat memutus
jalur transportasi. y Danau Danau merupakan salah satu potensi air
permukaan yang banyak terdapat di kabupaten Sorong Selatan. Setidaknya
ada 5 danau terdapat di Kabupaten Sorong Selatan yaitu : Danau Uter di
Distrik Aitinyo, Danau Ayamaru di Distrik Ayamaru, Danau Sembra di
Distrik Teminabuan, Danau Tanimut (makiri) dan Nawewafom di Distrik
Aifat timur. Danau ± danau tersebut merupakan sumber air sehari ± hari
bagi penduduk yang bertempat tinggal di sekitar danau tersebut. Selain
itu danau ± danau tersebut menyimpan
Hamah Sagrim
124
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
potensi sebagai obyek wisata di kabupaten sorong selatan seperti Danau
Ayamaru di Distrik Ayamaru, dan danau Uter di Distrik Aitinyo. Danau
Aayamaru merupakan salah satu danau yang ada di Kabupaten Sorong Selatan
yang terletak di distrik Ayamaru. Luas danau Ayamaru sekitar 2500 ha,
termasuk tipe seri oligotropik-eutropik yang produktifitasnya tergantung
nutrisi yang diterimanya dan pengairan regional pada usia geologis dan
kedalaman kelimpahan plankton kurang karena laju sedimentasi yang tinggi
mengakibatkan tipisnya penetrasi cahaya. Danau Ayamaru juga merupakan
salah satu danau yang dijadikan sebagai obyek wisata, oleh sebab itu, di
sekitar danau tersebut telah dikembangkan fasilitas ± fasilitas
pendukung tempat wisata seperti tempat istirahat dan dermaga. Selain
digunakan sebagai obyek wisata, danau Ayamaru juga digunakan sebagai
tempat pemancingan dan tempat pemijahan ikan sehingga danau tersebut
banyak ditemukan keramba ikan milik penduduk. Hanya saat ini, danau
tersebut telah mengalami pendangkalan karena penebangan diperbukitan
sekitar danau. Danau Uter di distrik Aitinyo juga merupakan salah satu
danau di Kabupaten Sorong Selatan yang dikembangkan menjadi obyek wisata
dan juga sebagai sumber air sehari ± hari bagi penduduk setempat.
d. Klimatologi Letak Kabupaten Sorong Selatan pada posisi normal
(khatulistiwa) sehingga tidak langsung mendapat pengaruh udara kering
dari Australia ataupun sebaliknya mendapat pengaruh udara basah dari
daratan Benua Asia. Iklim wilayah Kabupaten Sorong Selatan tergolong
iklim tropis monsoon. Musim hujan terjadi saat berlaku monsoon tenggara,
yaitu pada bulan mei ± oktober. Daerah dataran rendah di Kabupaten
Sorong Selatan mempunyai intensitas hujan yang lebih banyak karena
adanya proses hujan orografis dimana angin yang membawa uap air laut
terhambat pegunungan yang berada diebelah utara Kabupaten Sorong Selatan
sehingga terjadilah hujan lokal di daerah yang terletak dibawah
pegunungan tersebut (dataran rendah). Suhu udara rata ± rata berkisar
antara 20°C ± 38°C dengan fluktuasi suhu rata ± rata pertahun tidak
lebih dari 2°C. kecepatan angin berkisar dari lambat hingga sedang
mencapai (8 m/dt), dengan frekuensi kejadian kurang dari 2%. Kecepatan
angin umumnya bertiup dari arah barat Hamah Sagrim 125
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
daya (>15 m/dt). Tekanan udara barometric berkisar dari 998,6 mb ±
1113 mb dengan tekanan udara rata ± rata 1006,1 mb. Kelembaban udara
rata ± rata 84,7% dan intensitas penyinaran matahari sekitar 54,3%.
e. Kendala Fisik dan Potensi Bencana 1. Kendala Fisik a. Topografi
Wilayah Kabupaten Sorong Selatan adalah Wilayah dengan topografi yang
cukup berfariasi. Wilayah sebelah utara merupakan daerah pegunungan,
sedangkan sebelah selatan merupakan daerah datar dan bagian - bagian di
bagian tengah merupakan dataran luas yang berada diketinggian yang biasa
disebut dengan Plato Ayamaru. Berdasarkan hasil perhitungan kemiringan
lereng, lebih dari 30% dari luas wilayah Kabupaten Sorong Selatan
merupakan pegunungan. Kondisi alami tersebut merupakan salah satu
kendala fisik yang menghambat perkembangan Kabupaten Sorong Selatan
khususnya menghambat
perkembangan fisik perkotaan maupun aksesibilitas antar Kabupaten dan
distrik, bahkan sampai ke perkampungan. Ibukota Kabupaten Sorong Selatan
yaitu Kota Teminabuan, berada di bagian selatan Kabupaten tersebut atau
tepatnya di tepi sungai Seremuk. Secara fisik, letak kota teminabuan
mudah untuk diakses bagi distrik ± distrik disekitarnya yang relatif
mempunyai topografi datar. Sedangkan untuk distrik yang berada di bagian
utara yang merupakan daerah pegunungan aksesibiliti untuk menuju
ibukota kabupaten sangat sulit karena adanya pegunungan sehingga untuk
menuju ibukota kabupaten harus memakai jalan laut yang kadang memakan
waktu sangat lama. Saat ini arah perkembangan permukiman maupun sarana ±
prasarananya lebih dominan berkembang di bagian selatan Kabupaten
Sorong Selatan yang merupakan daerah dataran rendah dan di bagian tengah
Kabupaten Sorong Selatan yang merupakan Plato. b. Cuaca Cuaca merupakan
salah satu kendala fisik yang dihadapi Kabupaten Sorong Selatan.
Kabupaten Sorong Selatan terletak di pesisir pantai sehingga kemungkinan
terjadinya hujan orografis lebih sering dibandigkan wilayah lainnya.
Hujan tersebut di satu pihak membawa keuntungan tapi di pihak lain
membawa kerugian. Apabila terjadi hujan maka akan terjadi Hamah Sagrim
126
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
banjir di jalan yang menghubungkan antar kota Sorong dengan Kabupten
Sorong Selatan. Peristiwa tersebut akan menghambat aksesibilitas antara
kedua Kabupaten tersebut. Selain itu kondisi cuaca yang tidak menentu
juga dapat menghambat aksesibilitas laut. Apabila kondisi cuaca tidak
memungkinkan seperti ombak besar, angin besar, hujan deras, maka
perjalanan kapal dari kota Teminabuan ke Kota Sorong atau wilayah lain
yang hanya dapat ditempuh degan perjalanan laut akan mengalami kendala.
c. Potensi Bencana Berdasarkan peta geologi Kabupaten Sorong Selatan,
peta seisomotektonik Indonesia dan peta wilayah bencana gempa bumi
Indonesia, maka di Kabupaten Sorong Selatan tepat potensi bencana alam
yang berupa gempa tektonik, gerakan tanah/batu ± tanah longsor, dan
amblesan.
B.6. Kependudukan Dan Sosial Budaya Masyarakat Maybrat Imian Sawiat
Zaman Prasejarah ± Zaman Sejarah a. Kependudukan 1. Jumlah dan Sebaran
Penduduk Penduduk sebagai salah satu komponen dalam suatu sistem wilayah
memiliki peranan yang penting sebagai subyek pelaku perubahan
pemanfaatan ruang melalui berbagai kegiatan dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidupnya. Selain sebagai pelaku perubahan ruang, penduduk juga
merupakan pihak yang akan memperoleh manfaat dari upaya ± upaya
penataan ruang. Dengan demikian dinamika kependudukan memiliki peranan
yang penting sebagai obyek maupun dalam dinamika perkembangan suatu
wilayah. Sebagai subyek pembangunan, potensi sumberdaya manusia di Suku
Maybrat Imian Sawiat digunakan sebagai ujung tombak untuk mempercepat
peningkatan ke arah kehidupan yang lebih baik. Semakin tinggi kualitas
sumberdaya manusia yang ada di wilayah Maybrat Imian Sawiat, yang mana
sebagai motor penggerak yang mampu dengan cepat dalam proses peningkatan
pengembangan pembangunan. Penduduk asli Kabupaten Sorong Selatan
terdiri dari 3 (tiga) suku besar dengan beberapa anak Suku, yaitu Suku
Maybrat, beranak suku; May brat, May Ithe, meyah, dan May Maka. Suku
Tehit, dengan anak suku; Imian, Sawiat, Saifi, Gemna, Nakna, Afsya dan
Ogin. Suku Imeko, dengan anak suku; Inanwatan, Matemani, Kokoda.
Hamah Sagrim
127
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Sampai dengan tahun 2006, penduduk Kabupaten Sorong Selatan berjumlah
51.514 jiwa yang tersebar di 14 distrik. Sebanyak 90% dari total jumlah
penduduk Kabupaten Sorong Selatan adalah penduduk asli orang Papua,
sedangakan sisanya 10% adalah penduduk non papua, antara lain etnis yang
berasal dari Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi dan
Maluku. Distrik ± distrik yang memiliki penduduk paling banyak adalah
distrik Kokoda yang merupakan daerah pantai dengan jumlah penduduk 8.158
jiwa yang merupakan 15,84%, dari total penduduk Kabupaten Sorong
Selatan, kemudian distrik Teminabuan yang merupakan dataran rendah
dengan jumlah penduduk 7.660 jiwa yang merupakan 14,87% dan distrik
Ayamaru yang merupakan daerah dataran tinggi dengan jumlah penduduk
6.356 jiwa yang merupakan 12,34%. Sedangkan distrik yang memiliki
penduduk paling sedikit adalah distrik Wayer dengan jumlah penduduk
sebanyak 1.237 jiwa yang merupakan 2,40% dari total jumlah penduduk
Kabupatn Sorong Selatan. Distrik Wayer merupakan pemekaran wilayah dari
Distrik Teminabuan.
Jumlah Penduduk Kabupaten Sorong Selatan tahun 2004 ± 2006 2004 Jiwa
3.858 7.036 1.896 2.808 3.976 1.703 7.742 6.214 2.962 1.712 1.845 1.582
2.718 3.059 2005 % Jiwa 7,86 3.970 14,33 7.242 3,86 1.952 5,72 2.890
8,10 4.092 3,47 1.752 15,76 7.969 12,65 6.394 6,03 3.048 3,49 1.761 3,76
1.899 3,22 1.629 5,53 2.798 6,23 3.148 2006 % Jiwa 7,85 4.030 24,33
8.158 3,86 1.562 5,72 4.392 8,10 3.404 3,47 1.683 15,77 7.660 12,65
6.356 6,03 2.593 3,48 1.859 3,76 2.523 3,22 1.237 5,54 3.048 6,23 3.009
No Distrik 1 Inanwatan 2 Kokoda 3 Aifat Timur 3 Aifat 4 Aitinyo 5
Moswaren 6 Teminabuan 7 Ayamaru 8 Sawiat 10 Mare 11 Matemani Kais 12
Wayer 13 Seremuk 14 Ayamaru Utara Kabupaten Sorong Selatan
% 7,82 15,84 3,03 8,53 6,61 3,27 14,87 12,34 5,03 3,61 4,90 2,40 5,92
5,84 100
Sumber data: Laporan Fakta tata ruang Sorong Selatan 2008 ± 2007
2. Kepadatan penduduk Kepadatan penduduk merupakan perbandingan antara
jumlah penduduk dengan luas wilayah Kabupaten Sorong Selatan yang
meliputi area daratan seluas 29.910 km², sampai dengan tahun Hamah
Sagrim 128
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
2006, memiliki kepadatan penduduk rata ± rata sebesar 1,73 jiwa/km² yang
artinya setiap kilometer persegi rata ± rata dihuni 1,73 atau 2 jiwa.
Kepadatan tertinggi dimiliki oleh Distrik Teminabuan sebesar 4,18
jiwa/km², sedangakan kepadatan terendah dimiliki oleh Distrik Wayer
sebesar 0,88 jiwa/km². Dengan demikian secara keseluruhan kepadatan
penduduk diwilayah ini dapat dikatakan masih sangat rendah. Untuk lebih
jelas mengenai sebaran penduduk dapat dilihat pada peta berikut.
Gambar: Peta sebaran penduduk kabupaten Sorong Selatan
Gambar : Peta Kepadatan Penduduk (Sumber: Laporan Fakta Tata Ruang Kab.
Sorong Selatan 2008 - 2007)
b. Sistem Sosial Zaman Prasejarah ± Zaman Sejarah. 1. Karakteristik
Sosial Budaya Awal perkembangan wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, dimulai
dari Teminabuan, yaitu Kota yang terletak di tepi sungai Kaibus, yang
mana sudah berkembang sebagai salah satu pusat Hamah Sagrim 129
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
perdagangan sejak zaman kesultanan Ternate ± Tidore yang mana menelusuri
daerah tersebut melalui wilayah Fak-Fak dengan mencari barang-barang
komoditi. Komoditi yang
diperdagangkan adalah hasil alam dari Papua seperti hasil hutan, sagu
dan bulu burung. Sebelum kedatangan Belanda, perdagangan dengan sistem
barter telah terjadi antara pedagang dari kerajaan ternate ± Tidore
tersebut menukarkan kain dan porselen untuk mendapatkan kayu, bulu
burung dan sagu. Kerajaan Ternate dan Tidore selain berdagang juga
mendapatkan hasil hutan dan budak dari daerah muara sungai Kaibus dan
Waromge. Kerajaan Ternate dan Tidore menyisiri Wilayah Sorong Selatan
dengan orang ± orang VOC yang berpusat di Fak ± fak, dan selanjutnya ke
Teminabuan-Tehit dengan menggunakan jalur tradisional yang awalnya
digunakan oleh orang Teminabuan dan Fak ± fak dalam perdagangan anak.
Ketika tiba di Teminabuan, mereka selanjutnya ke Distrik Ayamaru,
Aitinyo dan Aifat, disitulah awal orang Maybrat Imian Sawiat mengenal
barang ± barang pecah ± belah (barang industri). Pada saat pencarian
kayu, bulu burung dan sagu, VOC mempercayakan dua orang utusan yang
pertamakali ke Teminabuan-Tehit, mereka adalah : Taman Kiri dan
Waranewi, mereka disebut sebagai orang Patipi. Catatan ini membuktikan
bahwa Orang Patipi yang pertamakali membawa team ekspedisi ke
Teminabuan, Ayamaru, Aitinyo dan Aifat. Penyisiran dari daerah
Teminabuan ke Ayamaru, Aitinyo dan Aifat menggunakan dua jalan yang
berbeda yang mana Taman Kiri menyisiri lewat Sungai Kaibus
Teminabuan-Tehit dan Waranewi menyisiri lewat Sungai Waranggei (sekarang
disebut Sungai Waigo). Setelah tiba di Teminabuan-Tehit, Taman Kiri
mengangkat Frans Bessy sebagai Raja Teminabuan, Taman Kiri selanjutnya
dari Teminabuan ke Ayamaru melalui jalan Mbolmalit dan tiba di kampung
wehali bertemu dengan Srarar sesa, yang mana di beri pangkat Kapitan
Wehali (Kaptein Wehali), dan selanjutnya ke Kampung Sere bertemu dengan
Hayafi Sagrim, yang mana diberi pangkat Kapitan Hamah (Kaptain Hamah),
selanjutnya ke kampung Semogum bertemu dengan Bleskadit, yang diberi
pangkat Kapitan simnyah (kaptain Siminyah) yang selanjutnya diserahkan
kepada Lama Safkaur sebagai Kapitan Sauf (Kaptain Sauf), selanjutnya ke
kampung Semasim bertemu dengan Wohreh Lemauk, yang diberi pangkat
Kapitan Koma Koma (Kaptain Koma - koma). Selanjutnya ke kampung Ayamaru
bertemu dengan marga solossa yang diberi pangkat Raja Framu. Sedangkan
satu jalur dilalui oleh Waranewi, yang mana Warenewi ke Ayamaru melalui
jalan Waigo dan ia pertamakali bertemu dengan marga Smur yang mana orang
dari marga itu yang Hamah Sagrim 130
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
pertamakali diberi pangkat raja, yaitu kepada Usiah Tuan, karena ia
sebagai orang pertama yang berjasa bertemu dan mampu berkomunikasi
dengan Warenewi serta menuntun Waranewi dalam perjalanannya. Selanjutnya
kepada Nati siri diberi pangkat raja waigo, selanjutnya ke kampung Arus
bertemu dengan marga Kambu yang diberi pangkat Myor Arus (Mayor Arus),
selanjutnya ke kampung kambuskato bertemu dengan marga Kambu yang diberi
pangkat Myor Kambu (Mayor Kambu) selanjutnya ke kampung Kambuaya
bertemu dengan marga Kambuaya yang diberi pangkat Raja Kambuaya dan
selanjutnya ke Ayamaru bertemu dengan temannya Taman Kiri. Masyarakat
asli Papua pada waktu itu menganggap kerajaan Ternate ± Tidore sebagai
pusat kekayaan, sehingga kain dan porselen yang mereka peroleh dianggap
sebagai lambang kekayaan, sebagai tanda status sosial yang tinggi bagi
suku Maybrat Imian Sawiat yang di sebut (bobot). Bahkan sampai saat ini
masih dapat ditemui dibebrapa wilayah. Pemerintah Hindia belanda masuk
ke Teminabuan pada tahun 1917, hingga 1920. pada tanggal; 27 Januari
1927, Agama Kristen Masuk ke Teminabuan-Tehit, yang mana Kristen dibawa
oleh dua orang penginjil dari Kepulauan Maluku yaitu : Matatula dan
Yotlely, didampingi oleh pendeta J. Wetstein. Pemerintah Hindia Belanda
membangun lembaga pendidikan tingkat SD pada tahun 1930. Pada tahun
inilah berakhirnya zaman prasejarah orang Maybrat, Imian, Sawiat, dengan
memasuki babak baru zaman sejarah, dimana mereka mulai mengenal baca
dan tulis. pada massa Kependudukkan Jepang, Jepang mengambil alih
sekolah ± sekolah tersebut. Ketika Pemerintah Belanda merebutnya kembali
pada tahun; 1950, berturut ± turut didirikan sekolah YVVS pada tahun
1950, dan sekolah gadis MVVS pada tahun 1956 ± 1957. sekitar tahun 1954 ±
1955, Belanda Memindahkan pusat pemerintahan untuk wilayah kepala
burung bagian selatan dari Ayamaru ke Teminabuan yang mana hingga saat
ini masih dapt ditemui sisa ± sisa bangunan Arsitektur Kolonial yang
digunakan oleh pemerintahan Belanda di wilayah Ayamaru dan Teminabuan.
2. Etnis Suku asli yang mendiami Kabupaten Sorong Selatan termasuk
rumpun atau ras melanesoit yang sub bangsanya adalah Bonberai yang
terbagi menjadi 3 (tiga) suku yang juga terdiri dari beberapa anak suku.
Pertama, suku Maybrat, dengan anak suku May Yah, May Ithe, dan May
Maka, yang mendiami daerah bagian tengah, utara, timur yaitu Mare,
Ayamaru Utara, Ayamaru, Aifat, Aifat Timur, Moswaren dan Aitinyo. Hamah
Sagrim 131
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Kedua, Suku Tehit, dengan anak suku Sawiat, Imian, Saifi, Gemna, Nagna,
Afsya dan Ogin, yang mendiami daerah tengah dan barat yaitu; Sawiat,
Seremuk, Teminabuan, dan Wayer. Ketiga, suku Imekko, dengan anak suku
Inanwatan, Matemani, Kokoda dan Ras yang mendiami daerah selatan yaitu;
Kais, Inanwatan dan Kokoda. Dari ketiga suku berikut, suku Maybrat
adalah Suku terbesar dengan Sebaran paling luas di Kabupaten Sorong
Selatan. Keragaman suku di Kabupaten Sorong Selatan mengakibatkan banyak
ragam budaya dan kesenian seperti seni dan bahasa, yang dalam langgam,
sebutan, dan arti yang berbeda ± beda menjadi khasanah citra
masing-masing. Masyarakat suku Maybrat Imian Sawiat mengenai
stratifikasi strukturnya dapat diidentifikasi dengan stratifikasi sosial
secara tradisional semenjak zaman prasejarah hingga zaman sejarah masih
tetap digunakan, yaitu : y Bobot adalah orang terhormat ditengah
masyarakat, sekaligus merupakan strata sosial teratas. Mereka inilah
bangsawan ± bangsawan Suku Maybrat Imian Sawiat. y Raja adalah pimpinan
tertinggi masyarakat sekaligus merupakan strata sosial teratas,
bersamaan dengan Bobot. Mereka ini diangkat dari keturunan Bobot dan
mereka ini juga adalah bangsawan ± bangsawan Suku Maybrat Imian Sawiat. y
Raa win - Na wofle, adalah Guru ± Guru atau Penginjil Theolog
tradisional. Mereka yang dianggap sebagai penyelamat atau tabib, mereka
dianggap sebagai orang terhormat dan suci yang termasuk dalam
stratifikasi dibawah Bobot dan Raja. y Raa kinyah, adalah golongan rayat
biasa. Dewasa ini suku Maybrat, Imian, Sawiat, banyak berasimilasi
melalui perkawinan antara suku Maybrat dengan Suku Imian dan Suku Sawiat
bahkan Sebaliknya dan juga dengan Suku dan Bangsa lain di luar Suku
mereka seperti : Manado, Jawa, Jayapura, Merauke, Serui, Batak, Kupang,
Flores, Manokwari, Biak dll. Kebudayaan lahir dan berkembang sebagai
hasil proses adaptasi manusia terhadap linkungan, baik sekitarnya, baik
dalam arti biologi maupun bentang alam dan kondisi sosial tertentu. Ini
berarti kebudayaan manusia dapat berbeda ± beda sesuai dengan perbedaan
lingkungan sekitar dimana manusia itu sendiri turut berperan. Dalam
ratusan tahun, Suku Maybrat Imian Sawiat mendiami daerah pegunungan dan
pesisir pantai Kabupaten Sorong Selatan. Kemudia berkembang serta
menyebar hampir keseluruhan Papua dan Nusantara bahkan keluar negeri.
Hamah Sagrim 132
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Dalam hubungan dengan kapitan ± kapitan atau raja dan bobot serta kepala
suku pada masa lampau, mereka sangat mengagumi, patuh dan taat kepada
pemimpin mereka. Oleh karena itulah Suku Maybrat Imian Sawiat memiliki
Sosial Budaya Masyarakat yang kelihatan semakin ramah, aman dan serasi
dengan persebaran mereka ketimbang kehidupan mula ± mula mereka. Untuk
lebih jelasnya mengenai persebaran etnis, berikut dapat lihat pada peta
sebaran etnis berikut :
Gambar: Peta sebaran etnis kabupaten Sorong Selatan Laporan fakta:
tataruang Kab. Sorong Selatan 2008 - 2007
c.
Sistem Religi/Kepercayaan. Bagi suku Maybrat, Imian, Sawiat, merupakan
suatu Etnik (ras) yang penduduknya
mayoritas beragama Kristen Protestan yang berkisar antara 81,95%,
kemudian agama Muslim berkisar antara 12,04% sedangkan agama Kristen
Katolik berkisar 5,97%. Proporsi tersebut terkait dengan penyediaan
fasilitas peribadatan yang ada. Berikut lihat tabel persentase penduduk
menurut agama tahun 2006.
Hamah Sagrim
133
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Porsentase Penduduk Menurut Agama tahun 2006 No 1 2 3 4 5 6 7 Agama
Islam Kristen Protestan Kristen Katolik Hindu Budha Konghucu Lainnya
Jumlah 12,04 81,95 5,97 0,02 0,01 0,01 0
Bagi suku Maybrat, Imian, Sawiat, umumnya memiliki kepercayaan akan
Allah Injili Moderen, namun dalam pra-kehidupan moderen pada zaman
prasejrah mereka masih menyimpan adanya kepercayaan akan Allah ilmiah,
dimana proses pendidikannya diterapkan dalam sekolah theologia natural
yang disebut Wyion ± Wofle . Suku Bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, umumnya
percaya bahwa Wyion ± Wofle adalah Allah mereka, yang mempunyai
kemampuan supranatural atas alam semesta. Mereka percaya bahwa Allah
ilmiah mereka memiliki rahasia ± rahasia dan dalam berhubungan ataupun
mengetahui serta memanfaatkan rahasia ± rahasia atau lebih tepat
dikatakan seperti syariat. Masyarakat Maybrat Imian Sawiat harus
menyerahkan dirinya untuk dididik dalam ajaran theology natural mereka
yang disebut wiyon-wofle, sehingga mereka mampu mengetahui bahasa ±
bahasa atau etik ± etik tertentu dalam berhubungan langsung dengan Allah
ilmiah mereka. Bagi mereka yang telah menyerahkan diri untuk diajar
akan dipanggil dengan nama Raa wyion ± Na Wofle yang berarti Guru
theology Natural, sedangkan seorang guru besar atau guru kepala adalah
Raa bam ± na tmah. Pada zaman prasejarah, kehidupan suku Maybrat, Imian,
dan Sawiat masih cenderung dengan kepercayaan tradisional dan
pendidikan tradisional. Dalam agama tradisional (Natural theology) atau
sekolah tradisional (traditional study). Apabila seorang murid yang
dibawa ke rumah sekolah (k¶wiyon-mbol wofla), maka sebagaimana telah
menjadi tradisi bagi keluarganya bahwa mereka harus membawa persembahan
berupa : makanan Keladi, pisang, tebu dan harta benda yang lain
sebagainya untuk dipersembahkan kepada guru didiknya sebagai imbalan dan
makanan selama proses pendidikan berjalan.
Hamah Sagrim
134
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Dalam proses pendidikan, para guru dan seorang murid dilarang untuk
melakukan hal ± hal najis seperti membicarakan hal ± hal kotor,
mengomel, ribut serta tidak taat terhadap aturan ± aturan yang ada.
Dalam proses berpendidikan, semuanya berpuasa dalam suasana belajar
hingga waktu yang sudah ditentukan. Setelah selesai menjalani pendidikan
selama 3 bulan, murid ± murid tersebut akan di bawa ke lingkungan
mereka untuk di uji (sana win) oleh guru mereka, jika murid yang mampu
menyelesaikan ujian-ujian yang diberikan dengan baik, maka mereka sah
sebagai murid yang lulus ( disebut ³wyion tna´). Jika semua aturan yang
diterapkan tidak di jalankan maka murid tersebut tidak lulus bahkan
dianggap tidak berguna lagi (ytah k n). Setelah itu murid ± murid
tersebut akan dijemput oleh keluarga mereka masing ± masing dengan
upacara dan arak ± arakan dalam merayakan kesuksesan anak mereka. 1.
Teologi Tradisional suku Maybrat Imian Sawiat Wiyon-Wofle antara fakta
dan mitos yang dilupakan. Masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, cukup
kental dengan nuansa spiritualitas yang berhubungan dengan leluhur.
Tidak salah memang, walaupun di dalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat,
sendiri sudah banyak menganut agama-agama yang diakui oleh pemerintah.
Melihat kembali beberapa ratus tahun yang lalu, bahwa kehidupan
masyarakat tidak lepas dari kepercayaan kepada leluhur. Dari kepercayaan
leluhur ini, masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, khususnya secara
gamblang membangun kehidupan keagamaan mereka. Leluhur, bagi masyarakat
Maybrat, Imian, Sawiat, dianggap sebagai yang bercikal bakal. Artinya
leluhur dipercayai sebagai wujud dari sebuah komunitas masyarakat yang
sedang berkembang sampai terbentuknya sistem di dalamnya. Proses
berkembangnya komunitas sampai pada kehidupan masyarakat yang paling
mendasar, yaitu kepercayaan. Masyarakat membutuhkan sarana untuk sampai
pada yang memberikan hidup dan segala alamnya (sumber realitas
tertinggi). Terbangunnya kepercayaan ini, tidak lepas dari peran leluhur
yang dipercayai memberikan kenyamanan dan kehidupan yang lebih baik.
Agama apapun yang dianut, termasuk yang dianut oleh masyarakat Maybrat,
Imian, Sawiat, Papua sekarang ini, tidak akan pernah lepas dari unsur
kepercayaan terhadap leluhur. Kemudian apa hubungannya dengan judul di
atas? Di kawasan Maybrat, Imian, Sawiat, kabupaten Sorong Selatan dan
Kabupaten Maybrat, ada sebuah kepercayaan yang berkembang di masyarakat
sekitar. Di wilayah ini, ada kepercayaan yang di anut oleh penduduk
setempat sebagai Religi, dan juga terdapat lokasi-lokasi tertentu dimana
Hamah Sagrim 135
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Wiyon-Wofle berdiam diri. Di tempat ini pula para Theolog tradisional
suku Maybrat, Imian, Sawiat, menjadikannya sebagai sarana pemusatan
pemujaan atau disebut maut hdan, mber wiyon, maut shafla. Aktifitas ini
berkembang selama bertahun-tahun tanpa terganggu. Setelah memasuki abad
ke-18 dan ke-19 yang mana bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat, dianggap
sebagai abad transisi iman dan kepercayaan. Dari ceritera atau mitologi
ini tentunya bisa ditarik kesimpulan bahwa, sejarah theologi tradisional
wiyon-wofle (agama suku) di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, bisa
dipercaya, dan merupakan suatu kepercayaan tradisional. Berkembang pula
sebuah keyakinan mengenai cikal bakal dari masyarakat Maybrat, Imian,
Sawiat, Papua. Memang untuk membuktikan mitos atau ceritera yang
berkembang di masyarakat ini tidak begitu sulit karena masih bisa
dilakukan suatu saat bila diminta (dilakukan secara tersembunyi di
perkampungan terpencil), dan masyarakat setempat sangat percaya dengan
teologi Wiyon-Wofle secara turun temurun. Mereka mendengar dari para
leluhur dahulu. Sebuah ceritera yang berkembang di masyarakat bisa
dipercaya sebagai fakta ataupun hanya mitos, tergantung dari sudut
pandang kita menganalisa. Sebagai contoh , faktanya bahwa ceritera ini
berkembang dengan sangat kuat dan terpendam cukup lama di tengah
masyarakat. Terlepas dari ditambah ataupun dikuranginya ceritera
mengenai kehadiran agama suku di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat,
Wiyon-Wofle. Kedua ceritera ini bisa saling dikaitkan dari latar
belakang Agama Kristen moderen dan Tuhan sebagai realitas tertinggi.
Pertama, bisa saja sebagai sebuah ceritera bahwa masyarakat Maybrat,
Imian, Sawiat, adalah Umat Tuhan yang mana Tuhan datang kepada mereka
sebagai Wiyon-Wofle. Kedua, cukup banyak masyarakat Maybrat, Imian,
Sawiat, yang beragama Wiyon-Wofle. Masyarakat Wiyon-Wofle ini disebut
Raa wiyon-Na wofle, kebanyakan mereka ditemukan di daerah perkampungan-
perkampungan terpencil Maybrat, Imian, Sawiat, Papua (kebanyakan
terdapat di pedalaman Desa/Kampung). Dengan bukti kongkret, masyarakat
secara luas kiranya bisa memberi persepsi yang berbeda. Dengan adanya
bangunan keagamaan seperti k'wiyon-mbol wofle dan kepercayaan di
Wilayah-Wilayah ini, bolehlah kita memberi penghargaan yang luar biasa.
Sebab ada hal yang bisa dipelajari dari sebuah multikulturalisme. Yaitu
keterbukaan akan sebuah perbedaan serta menghormati. Namun apapun itu,
kiranya kita harus menghargai ceritera yang berkembang sebagai wujud
penghormatan akan nilai-nilai religiusitas di tengah suku bangsa
Maybrat, Imian, Sawiat, Papua Barat ini. Hamah Sagrim 136
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
2. Antara teologi wiyon-wofle dan pendidikan inisiasi orang Maybrat,
Imian, Sawiat Teologi wiyon-wofle ini bisa disebut teologi dan
pendidikan inisiasi orang Maybrat, Imian, Sawiat, sesuai dengan
aktifitas, sifat dan tujuannya. Pendidikan inisiasi dalam ilmu teologi
natural suku Maybrat, Imian, Sawiat, dapat disebut sebagai pendidikan
inisiasi obyektif dan subyektif, yaitu: Ilmu teologi obyektif
____________ Teologi yang historis Ilmu teologi subyektif ____________
Teologi yang dogmatis dan praktis. Teologi wiyon-wofle juga dibagi
sebagai berikut : 1. Teologi historis ____ Mengungkapkan sejarah
kebesaran wiyon-wofle 2. Teologi sistematis ____ Semua yang dijalankan
dalam aktifitas wiyon-wofle bersifat sistematis, tidak terubahkan. 3.
Teologi Praktis ____ Teologi wiyon-wofle dilakukan dengan metode yang
praktis. Dalam pendidikan inisiasi teologi wiyon-wofle, terdapat bagian
teologi yang lain yaitu; sistematika dan praktika yang masing-masing
bagian mempunyai butir-butir pokok teologia yang sesuai dengan
pembidangannya yang diajarkan. Adapun pembagian itu dapat dibuat sebagai
berikut: SISTEMATIKA /DOGMA WIYON-WOFLE 1. Dogmatic wiyon-wofle ± bo
snyuk 2. Etika wiyon-wofle ± safo wiyon-wofle 3. Apologi (pengampunan) ±
maut wlah PRAKTIKA WIYON-WOFLE 4. Missiologi wiyon-wofle (pengutusan) ±
raa bis 5. Kateketik (pelajaran) ± watum, vito, botgif, bo snyuk 6.
Homiletik (pengasramaan) ±
k¶wiyon-bol wofle 7. Pastoral (kependetaan) ± raa wiyonna wofle 8.
Inisiasi Wiyon-Wofle ± mber wiyon
Dengan demikian maka pendidikan inisiasi teologi wiyon-wofle termasuk
dalam kelompok teologi praktis.
Hamah Sagrim
137
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
1) Teologi Wiyon-Wofle dan Inisiasi Sesuai dengan tugasnya, maka
pendidikan inisiasi adalah aliran pendidikan tradisional orang Maybrat,
Imian, Sawiat, yang disebut wiyon-wofle yang menghantarkan dan
mempersiapkan orang-orang yang bertanggungjawab serta berwawasan
inisiasi wiyon-wofle, dan guna mencapai tujuan itu, maka dilaksanakanlah
kegiatan belajar mengajar inisiasi sistem asrama dan tertutup sebagai
bentuk pelayanannya. Kesungguhan dan kerja keras sangat diperlukan agar
tujuan inisiasi wiyon-wofle tercapai dan panggilan suci dapat terpenuhi.
Oleh karena itulah penyelenggaraan dan penataan kemah-gedung sekolah -
tabernakel didukung oleh perangkat-perangkat - perkakas-perkakas yang
komplit. Tatalaksana pendidikan inisiasi teologi wiyon-wofle biasanya
berjalan dengan waktu maksimal 12 bulan dan minimal 9 bulan. Perangkat
yang mendukung pelaksanaan pendidikan inisiasi wiyon-wofle adalah : y y y
y y y y Metode kuliah/sekolah Metode penasehatan Metode gabungan
kuliah/sekolah dan penasehatan Metode pengujian Metode Penyempurnaan
Metode Puasa Metode penyendirian sebagai peningkatan spiritualitas.
Materi pendidikan inisiasi teologi wiyon-wofle meliputi pokok-pokok bo
tgif-firman, wiyonwofle, penjadian, manusia, dan pokok-pokok ajaran
agama wiyon-wofle. Lihat skema berikut:
Pendidikan Inisiasi Wiyon-Wofle
Bo tgif -Bo snyuk Watumfirman Wiyon-wofle Allah Penjadian Manusia
Poko-pokok ajaran inisiasi wiyon-wofle
Pendidikan inisiasi teologi wiyon-wofle diperinci pada bagian dan
butir-butirnya sebagai beriikut: Hamah Sagrim 138
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
1. Tentang wiyon-wofle y Siapa yang dimaksud dengan wiyon-wofle dari
segi tata bahasa Maybrat, Imian, Sawiat. y y y Penyataan dan
penyataannya seperti kesaksian Raa wiyon-Na wofle Pengakuan percaya
kepada wiyon-wofle Tanggungjawab berdasarkan pengakuan kepada
wiyon-wofle
2. Tentang Penjadian y y y Ungkapan botgif-bo snyuk-watum (firman)
tentang penjadian Berita inti tentang penjadian Arti kekhalikan
wiyon-wofle
3. Tentang bo tgif ± bo snyuk ± watum (firman) y y y y y Etimologi bo
tgif ± bo snyuk ± watum (firman) Isi bo tgif ± bo snyuk ± watum (firman)
Kononisasi Cara yang tepat dalam menggunakan bo tgif ± bo snyuk ± watum
(firman) K¶wiyon-mbol wofle ± Tabernakel ± kemah ± sekolah ± gereja.
4. Tentang manusia 1. Perbedaannya manusia dengan ciptaan lain 2.
Manusia sebagai Raa wiyon-Na wofle 3. Amanat dan tugas dari wiyon-wofle
kepada Raa wiyon-Na wofle 5. Pokok-pokok ajaran inisiasi wiyon-wofle
1. Hal dosa ± iro
-
Manusia Berdosa ± fana Raa iin ± Na iin Hukuman atas dosa iro
2. Pengampunan dosa miyon iro ± tgif iro ± maut wlah
-
Pengantara sejati Hidup baik
3. Hal tolong ± menolong
Orang Maybrat, Imian, Sawiat, sebagai makhluk sosial yang dalam
tindakan-tindakannya melangsungkan pendidikan inisiasi teologi
wiyon-wofle merupakan suatu penjurusan pada kepentingan tentang
spiritualitas mereka. Hamah Sagrim 139
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Konsep hubungan sosial dan agama orang Maybrat, Imian, Sawiat
A B C E F D
G
Keterangan gambar:
H
I
J
A. Wadah seluruh hubungan sosial dan agama masyarakat Maybrat, Imian,
Sawiat. Seluruh jaringannya dalam arti umum/luas tanpa memperlihatkan
batas-batas hubungan tertentu antara sosial bebas dan beragama. B. Suatu
jaringan hubungan sosial dan agama yang memperlihatkan corak dan sikap
yang berbeda dari kelompok sosial bebas dan agama. C. Group; kelompok
sosial bebas dan agama yang memiliki hubungan sosial yang nyata dengan
struktur yang begitu menonjol nyata. D. Quasi group sosial bebas dan
agama E. Kelompok dengan antar hubungan langsung F. Kelompok dengan
antar hubungan tidak langsung luas G. Kelompok dengan antar hubungan
langsung terbatas H. Kelompok dengan antar hubungan tidak langsung
terbatas I. Kelompok dengan antar hubungan tidak langsung luas. 2)
Ciri-ciri Raa Wiyon-Na Wofle
Hamah Sagrim
140
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Raa wiyon-na wofle adalah kelompok dan perkumpulan yang menamakan diri
mereka sebagai abdi wiyon-wofle (Allah). Perkumpulan atau group Raa
wiyon-Na wofle juga merupakan masyarakat yang mana mereka juga memiliki
ciri-ciri syarat sebagai masyarakat. Ciri-ciri masyarakat yang tergolong
dalam perkumpulan Raa wiyon-Na wofle adalah: a. Ada interaksi antara
Raa wiyon-Na wofle dengan para warga. b. Memiliki tata, aturan, adat,
dan norma yang mengatur interaksi c. Adanya kontinuitas antara sesama
Raa wiyon-Na wofle dan dengan warga d. Adanya identitas yang mempusatkan
Raa wiyon-Na wofle dan warga. Selain itu ada dua ciri tambahan yaitu;
4. Memiliki organisasi dan sistem pimpinan 5. Anggota kelompok suatu
saat berkumpul kemudian bubar lagi Di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat,
kedua ciri ini dimiliki oleh kesatuan warga masyarakat sebagai ciri
kesatuan sosial dan kesatuan jemaat (Raa wiyon ± Na wofle) disebutjuga
kesatuan religi. Kedua kelompok kesatuan ini mempunyai unsur lokasi
tertentu yang jelas dan walaupun kelompok Raa wiyon-Na wofle memiliki
kelompok yang sakral, namun mereka tidak langsung melepaskan diri dari
kelompok warga, karena Raa wiyon-Na wofle adalah bagian kelompok
kekerabatan yang bertalian klen di tengah warga. Dari sifat organisasi
dan sistem pimpinannya masing-masing dengan perbedaan ikatan, yaitu
berisikan adat istiadat dan sistem norma yang sudah ada sejak dulu dan
bisa disebut kekerabatan untuk sistem kelompok warga.
3) Adakah Masadepan Bagi Wiyon-Wofle?
Menjelang akhir millenium kedua, orang Maybrat, Imian, Sawiat, bahkan
kita semua menlihat dengan jelas bahwa dunia yang kita kenal sedang
sekarat. Selama beberapa dekade, kita hidup dengan pengetahuan bahwa
kita telah sukses menciptakan segala sesuatu yang brilian. Perang dingin
dan wabah kelaparan serta penyebaran virus AIDS mengancam menyebabkan
proporsi penyakit yang tidak dapat dikendalikan. Dalam dua atau tiga
generasi mendatang, jumlah penduduk akan menjadi terlalu besar bagi
planet bumi. Ribuan orang berada diambang ajal karena kelaparan dan
kekeringan. Generasi-generasi sebelum kita telah merasakan bahwa akhir
dunia sudah dekat, tetapi kita tampaknya sedang menghadapi masa depan
yang tak terbayangkan. Bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat, apakah gagasan
tentang wiyon-wofle akan muncul dalam tahun-tahun mendatang? Selama
abad kedelapanbelas hingga ketujuhbelas Hamah Sagrim 141
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
kebawah, gagasan ± gagasan itu telah mampu menjawab pada tuntutan zaman
tersebut, tetapi pada abad kesembilanbelas hingga abad saat ini, semakin
banyak orang Maybrat, Imian, Sawiat merasakannya tak lagi ada (hilang -
lose), dan ketika sebuah gagasan keagamaan kehilangan fungsi, iapun
akan terlupakan, demikian yang terjadi pada wiyon-wofle. Wiyon-wofle
memang merupakan gagasan masa silam orang Maybrat, Imian, Sawiat. Para
penulis kitab perjanjian baru menganggap terjangkiti kesadaran keliru
yang berakar pada masa mereka, tetapi para analis menganggap kesadaran
masanya sebagai karunia intelektual yang murni. Orang Maybrat, Imian,
Sawiat, memandang wiyon-wofle sebagai kondisi ketuhanan yang tidak dapat
dihapus begitusaja pada era apapun. Sebenarnya setiap suku bangsa
mempertahankan agama dan Tuhan mereka tanpa harus dipengaruhi oleh agama
lain, karena ketika ia beribadah menurut agamanya, ia akan merasakan
sesuatu yang luarbiasa tentang Tuhan dan nilai keilahiannya lebih tinggi
atau boleh dikatakan sangat sempurna. Akan tetapi, seseorang melepaskan
agamanya yang telah ia sembah dan ia lebih mengerti, ia telah mencapai
nilai tidak sempurna, karena dia tidak begitu mengerti tentang agama
baru dengan Tuhan yang disembahnya itu. Karena dalam kitab perjanjian
baru telah mengatakan demikian; ambillah bagianmu dan jangan mengambil
bagian orang, karena bagimu akan dikurangi. Allah sudah memberi kepada
setiap suku bangsa bagian-bagiannya, baik itu budaya, bahasa, laut,
tanah, agama dan sebagainya bagi mereka masing-masing dan Ia berdiam
didalamnya secara rahasia melalui perbagian keilahianNya yang berbeda
itu. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, telah kehilangan bagian mereka,
karena mereka memaksakan untuk mengambil bagian daripada milik Israel
dengan berkeinginan sebagai umat Kristus, padahal telah jelas-jelas
dalam kitab injil menyebutkan bahwa kaum Yahudi adalah zaitun asli
sedangkan yang lainnya adalah zaitun liar. Pengajaran Kristen
mengharuskan setiap umat yang bukan orang Israel bertekuk lutut dan
mendoakan orang Israel agar mereka juga diberkati dan Allah Abraham,
Ihak, dan Yakub mau menerima orang bukan keturunan Israel sebagai
anakNya. Bagian milik orang Maybrat, Imian, Sawiat, telah terbuang jauh,
ibarat seseorang yang menjual seluruh pakaiannya yang telah dipakainya
dan ia berjalan dengan telanjang untuk meminta pakaian milik saudaranya
yang lain dengan memohon; padahal keduanya mempunyai bagian yang sama.
Sebenarnya yang dipersoalkan disini adalah keberadaan Tuhan itu, dan
sebenarnya gagasan tentang Tuhan wiyon-wofle mempunyai makna yang
koheren. Pernyataan tentang Tuhan wiyon-wofle begitu bermakna karena
penyataan Hamah Sagrim 142
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
tentang Allah yang bisa diferifikasi atau dibuktikan kekeliruan
tentangNya dalam k¶wiyon-bol wofle. Raa wiyon-Na wofle berkata bahwa
ALLAH bapa, atau ORON yabi bertahta didalam k¶wiyon-bol wofle, merupakan
pernyataan bermakna karena suatu interaksi yang transendensial antara
manusia awam dan Raa wiyon-Na wofle dan ORON YABI atau ALLAH.
Demikianpula pernyataan lain yang dikatakan oleh Raa wiyon-Na wofle
dalam keimanan mereka membuat pernyataan yang bermakna taatkala berkata :
aku percaya kepada wiyon-wofle (Tuhan), sebab setelah mati, kita tentu
bisa melihat kebenaran tersebut. Bagi Raa wiyon-Na wofle berpengertian
yang lebih luas lagi bahwa, wiyon-wofle (TUHAN) selalu berada dalam
pengertian apapun yang bisa kita pahami (Ait yhar bonout wanu beta).
Pernyataan ini begitu fantasi; karena teologi wiyon-wofle sangat sakral
dan kata-kata firman (bo tgif) yang diterima oleh Raa wiyon-Na wofle
mengandung isi yang bermakna kesucian, dan kalimat-kalimat yang
mengandung Tuhan wiyonwofle begitu sangat koheren, dan memiliki
ferifikasi ± pembuktian kekeliruan sehingga berbicara tentang
wiyon-wofle mempunyai makna yang logis, karena bagi orang Maybrat,
Imian, Sawiat, tak ada sesuatupun didalam konsep tentang wiyon-wofle
yang ditolak atau diragukan. Akantetapi dapat kita saksikan pula bahwa
tidak semua orang beragama berpaling kepada Tuhan, untuk memperoleh
penjelasan tentang alam. Banyak yang memandang dalil-dalil itu sebagai
pengalih perhatian. Kini orang Maybrat, Imian, Sawiat, telah menciptakan
kebiasaan baru dengan membaca kitab suci secara harafiah dan
menafsirkannya secara spesifik tentang doktrin yang seakan-akan doktrin
itu merupakan fakta objektif. Kebanyakan orang Maybrat, Imian, Sawiat,
menganggapnya sebagai sebuah fakta objektif karena doktrin dalam kitab
suci selalu diparalelkan atau diaplikasikan dengan doktrin dalam
wiyon-wofle. Bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat, Tuhan yang subyektif
tidak mungkin dibuktikan dan seakan-akan Dia merupakan fakta obyektif
sebagaimana yang mereka temui didalam k¶wiyon-bol wofle. Raa wiyon-Na
wofle telah meninggalkan kesendirian mereka dan berangkat menuju dunia.
Dengan cara yang sama, Raa wiyon-Na wofle dan Kristen adalah manusia
secular yang teguh. Mereka telah meninggalkan tempat suci ³k¶wiyon-mbol
wofle´ yang biasa ditempati wiyon-wofle ³Tuhan´ untuk bertemu dengan Raa
wiyon-Na wofle dilingkungan sekitar k¶wiyon-bol wofle dalam dunia baru
atau alam Tuhan. Saya setuju dengan kata-kata seorang teolog kulit hitam
semacam James H. Cone, yang bertanya ³bagaimana mungkin orang kulit
putih merasa berhak untuk menegakkan kebebasan manusia melalui kematian
Tuhan? Sementara mereka memperbudak manusia atas nama Tuhan´. Para
teolog tradisional Maybrat, Imian, Sawiat, merasa mustahil jika seorang
manusia hidup Hamah Sagrim 143
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
tanpa wiyon-wofle (Tuhan). Mereka sendiri juga telah menyadari bahwa
wiyon-wofle (Tuhan) telah dimatikan oleh Kristen. Teologi wiyon-wofle
mampu membuat orang Maybrat, Imian, Sawiat, menemukan ketenteraman baru
didalam k¶wiyon-mbol wofle. Semua orang Maybrat, Imian, Sawiat,
memandang wiyon-wofle (Tuhan) sebagai yang besar, yang darinya manusia
berasal dan kepadanya manusia akan kembali, dan wiyon-wofle (Tuhan)
dianggap lebih agung bagi manusia, ia lebih suci dari manusia, Ia maha
tau daripada manusia, Ia maha ada (omni present) daripada manusia, Ia
tidak terbatasi oleh apapun. Sebagai gantinya, kita mesti menemukan
³Tuhan´ diatas Tuhan personal ini. Tak ada yang baru dalam hal ini,
semenjak abad kesembilanbelas orang Maybrat, Imian, Sawiat, mulai
beradabtasi dengan kitab suci. Zaman ini boleh dikatakan sebagai zaman
new biblikal bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat. Raa Wiyon-Na wofle telah
menyadari watak paradoks Tuhan yang mereka sembah, menyadari bahwa
Tuhan dipersonalisasikan dalam wiyon-wofle, ini diseimbangkan oleh
keilahian yang transpersonali. Bagi kaum Kristen, setiap pendoa
merupakan kontradiksi, karena Allah berbicara dengan seseorang yang
sedang berbincang denganNya justru mustahil bertatap langsung secara
nyata dan mustahil suaraNya mustahil frontal terdengar. Selama
berabad-abad, symbol-simbol wiyonwofle pelindung dan keabadian telah
membuat orang Maybrat, Imian, Sawiat, bersabar
menanggung nestapa kehidupan dan horror kematian, namun ketika muncul
ketakutan dan keraguan, simbol-sibol ini kehilangan. Bagi orang Maybrat,
Imian, Sawiat, yang mengalami ketakutan dan kecemasan in, biasanya
mereka harus mencari Raa wiyon-Na wofle untuk terapi dengan pergi kepada
wiyon-wofle (Tuhan). Pengalaman orang Maybrat, Imian, Sawiat, dan Raa
wiyon-Na wofle mempercayai Tuhan yang dikonsepsikan sebagai wiyon-wofle
diatas Tuhan, ini bukanlah keadaan yang ganjil yang dapat dibedakan dari
pengalaman emosional atau intelektual lain. Orang Maybrat, Imian,
Sawiat, boleh berkata bahwa ³mereka memiliki pengalaman khusus dalam
teologi wiyon-wofle, sebab wiyon-wofle (Tuhan) dalam k¶wiyon-mbol wofle
yang berwujud itu mendahului dan fundamental bagi semua emosi, semangat,
harapan dan keputusasaan manusia´. Bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat,
ini merupakan pengalaman tersendiri mereka, akan tetapi
pengalaman-pengalaman semacam ini sering dialami oleh setiap penganut
agama yang mempercayai Tuhan diatas Tuhan. Oleh karena itu, keadaan
semacam ini bukanlah suatu keadaan yang dinamakan tersendiri, namun
meliputi setiap pengalaman kemanusiaan yang normal. Tuhan yang diimani
telah beringkarnasi didunia yang telah menjadi sakramen kehadiranNya,
baik ia hadir didalam kabbalah, gereja, k¶wiyon-bol wolfe dan diri Hamah
Sagrim 144
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
pribadi setiap orang. Alih-alih berkonsentrasi pada Yesus kristus, orang
Kristen mesti menumbuhkan potret klimaksn proses evaluasi ketika Tuhan
menjadi segala didalam segala. Kitab suci mengatakan kepada kita bahwa
Tuhan adalah cinta, dan sains menunjukkan bahwa dunia alamiah berkembang
menjadi kompleksitas yang lebih tinggi dan kesatuan yang lebih besar
dalam keragaman ini. Kesatuan ± dalam perbedaan ini merupakan cara Tuhan
mengungkapkan cintaNya yang menggerakkan seluruh ciptaanNya. Tuhan
tidakboleh disamakan dengan dunia ini, karena akan menghilangkan
transendensialNya, tetapi teologi wiyon-wofle merupakan pemberi
perubahan bagus terhadap orang Maybrat, Imian, Sawiat Papua, yang
mencirikan spiritualitas wiyon-wofle. Orang Maybrat, Imian, Sawiat,
melukiskan Tuhan wiyonwofle sebagai Allah, Dia tidak digambarkan sebagai
sahabat dunia, atau Dia tidak digambarkan sebagai teman sependerita
yang mengerti manusia. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, tidak begitu keliru
dalam menempatkan Tuhan wiyon-wofle sebagai tatanan adialami. Dalam
konsepsi orang Maybrat, Imian, Sawiat, tentang Tuhan wiyon-wofle yang
alamiah ini, mereka memasukkan semua aspirasi, dan potensi yang
dipandang mukjizat (bo tohõ). Hal ini mencakup pula ³pengalaman
keagamaan´ orang Maybrat, Imian, Sawiat, tentang wiyon-wofle. Raa
wiyon-Na wofle bilamana ditanya ³apakah anda pikir wiyon-wofle
terpisahkan dari alam?´ mereka pasti menjawab bahwa wiyon-wofle itu maha
berada (omni present). Dalam teologi wiyon-wofle, manusia diarahkan
oleh dorongan yang sama; menjadi cerdas, bertanggungjawab, bernalar,
mencintai dan harus berubah sebagai anak Tuhan Raa wiyon-Na wofle.
Olehkarena itu, watak dasar manusia menuntut Raa wiyon-Na wofle untuk
mentransendensikan dirinya dan persepsi mereka pada saat berada didalam
k¶wiyon-bil wofle yang kealahan, dan prinsip ini mengindikasikan apa
yang disebut sebagai wiyon-wofle (Tuhan) didalam hakikat dasar seluruh
persoalan kemanusiaan. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, terutama Raa
wiyon-Na wofle telah ³melihat´ Tuhan yang dikonsepsikan sebagai
wiyon-wofle didalam k¶wiyon-bol wofle, ia dilihat dalam bentuk yang
penuh bersinar kealahan dan wajahnya begitu sulit untuk terlihat.
Penekanan Raa wiyon-Na wofle terhadap keberadaan wiyon-wofle menunjukkan
bahwa wiyon-wofle ditemukan melalui indera dan tidak hanya melalui
nakal dan bagian diri manusia yang lebih abstraksi. Kesemuanya ini hanya
akan berlangsung didalam k¶wiyon-mbol wofle. Bagi Raa
wiyon-Na wofle, wiyon-wofle (Tuhan) tidakbisa diperbandingkan dengan
hal-hal lain. Mereka juga menekankan bahwa wiyon-wofle sebagai
satu-satunya realitas, aka yang ada hanyalah Dia dan dunia itu pada
dasarnya ilahiah. Hal ini merupakan suatu kebenaran esoterik yang hanya
bisa Hamah Sagrim 145
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
dipahami dalam konteks disiplin teologi wiyon-wofle. Dalam
pengalaman-pengalaman Raa wiyon-Na wofle yang mengungkapkan tentang
wiyon-wofle lebih terjangkau oleh manusia melalui k¶wiyon-bol wofle
sebagai tahta. Disimpulkan bahwa agama wiyon-wofle dan k¶wiyonmbol wofle
merupakan tempat perjumpaan dengan wiyon-wofle (Tuhan). Dalam
k¶wiyon-mbol wofle, ada tiga wilayah ruang; pertama; wilayah ruang luar,
sebagai tempat dimana Raa wiyonNa wofle bisa bertemu dengan orang awam
(Raa iin-Na iin), kedua; wilayah ruang suci, sebagai ruang wilayah
dengan ruang dan waktu tempat Raa wiyon-Na wofle berhubungan dengan
wujud lain sebagai subjek dan objek, sebagai Aku ± Dia ³manusia Raa
wiyon-Na wofle ± Tuhan wiyonwofle´. Ketiga, wilayah ruang maha suci,
dimana Raa wiyon-Na wofle berhubungan dengan yang lain sebagai sumber
realitas tertinggi sebagaimana adanya, memandangnya sebagai tujuan
pokok. Inilah wilayah atau ruang Aku ± Engkau, yang mengungkapkan
keberadaan wiyon-wofle (Tuhan) yaitu tahta Allah. Dalam teologi
wiyon-wofle ³mber wiyon´ adalah berdialog dengan wiyon-wofle yang tidak
membinasakan kebebasan atau kreativitas Raa wiyon-Na wofle, karena bagi
Raa wiyon-Na wofle, wiyon-wofle (Tuhan) tidakpernah menyatakan kepada
mereka apa yang ditentukannya atas diri mereka. Mereka mengalaminya
hanya sebagai kehadiran dan dorongan. Raa wiyon-Na wofle selalu
mengetahui dan mengerti akan makna-maknanya. Perlu disadari bahwa bagi
orang Maybrat, Imian, Sawiat, k¶wiyon-mbol wofle merupakan bait suci
bagi mereka yang mana didalamnya berdiam wiyon-wofle (Tuhan) pada
tahtanya. K¶wiyonmbol wofle melukiskan realitas keberadaan wiyon-wofle,
k¶wiyon-mbol wofle memikul makna yang terlalu agung dan kompleks, dan
mempunyai asosiasi sakral yang begitu suci. Dalam pendidikan inisiasi
wiyon-wofle, Raa wiyon-Na wofle diharuskan melawan kedagingan dan
dehumanisasi moderenis. Bagi Raa wiyon-Na wofle, menganggap tindakan ini
lebih memenuhi kebutuhan wiyon-wofle daripada kebutuhan mereka sendiri
sebagai manusia. Raa wiyon-Na wofle menganggap bahwa kehidupan moderen
ditandai oleh depersonalisasi dan eksploitasi; bahkan wiyon-wofle akan
direduksi menjadi sesuatu untuk dimanipulasi dan melayani tujuantujuan
manusia. Akibatnya, agama wiyon-wofle akan menjadi suram dan
membosankan; kita membutuhkan teologi kedalaman tentang wiyon-wofle ini,
untuk masuk kebawah strukturstruktur dan memulihkan kekaguman, misteri,
dan ketakjuban semula. Suatu nilai tersendiri dalam membuktikan
keeksistensian wiyon-wofle secara logis dan realistis. Iman orang
Maybrat, Imian, Sawiat, kepada wiyon-wofle memancar dari pemahaman
langsung yang tidak ada
kaitannya dengan konsep-konsep kemanusiawian dan rasionalitas.
Wiyon-wofle harus Hamah Sagrim 146
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
ditafsirkan dengan baik agar melahirkan kepekaan tentang yang maha
kuasa. K¶wiyon-bol wofle juga mesti dipandang sebagai gerak simbolik
yang melatih Raa wiyon-Na wofle atau manusia untuk hidup dalam kehadiran
wiyon-wofle (Tuhan). Setiap bilik dalam k¶wiyon-bol wofle, memiliki
daya keilahian, dan alam dalam ruang bilik k¶wiyon-mbol wofle memiliki
daya keilahian kuasa wiyon-wofle yang mana memiliki ritem dan logikanya
sendiri. Diatas segalanya, orang Maybrat, Imian, Sawiat, menyadari bahwa
wiyon-wofle membutuhkan manusia. Wiyonwofle bukanlah Tuhan yang jauh
sebagaimana yang dikonsepsikan oleh para filosof, namun yang peduli
terhadap penderitaan manusia sebagaimana digambarkan oleh Raa wiyon-Na
wofle. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, memandang wiyon-wofle sebagai
cita-cita penting dengan cara yang mengatakan kepada Raa wiyon-Na wofle.
Mereka memandangnya sebagai Tuhan yang ada, walaupun hanya bisa dilihat
dengan mata yang sudah dicelikkan (Raa mber), bagi orang Maybrat,
Imian, Sawiat, itu bukanlah merupakan persoalan. Bila orang Maybrat,
Imian, Sawiat, hidup tanpa ide tentang wiyon-wofle, makan tak ada makna
hidup tentang kebenaran, atau moralitas mutlak; etika, mungkin hanya
soal selera, rasa atau perilaku. Kita tarik kesimpulan persepsi ini pada
dunia moderen, bahwa tanpa ide tentang ³Tuhan´, politik dan moralitas
akan menjadi pragmatic dan licik, tidak bijak. Jika tidak ada yang
mutlak, tak ada alas an untuk tidak bermusuhan atau bahwa perang lebih
buruk daripada damai. Agama pada dasarnya merupakan perasaan batin bahwa
ada Tuhan. Salahsatu impian kita yang palling awal adalah kerinduan
akan keadilan (betapa sering kita mendengar seseorang memprotes; ³itu
tidak adil!!´). agama merekam aspirasi dan gugatan manusia dihadapan
penderitaan dan kekeliruan. Agama membuat kita sadar akan keterbatasan
kita; kita semua berharap ketidak adilan didunia segera berakhir. Orang
yang tidak memiliki kepercayaan keagamaan, dia akan berjalan menurut
egonya sendiri. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, menemukan Tuhan sebagai
wiyon-wofle, kedengarannya asing, tetapi tidaklah seasing yang kita
bayangkan, karena semuanya berfokus kepada Tuhan, dan Tuhan bukanlah
sesuatu yang baru. Sebagimana yang telah kita saksikan, kitabsuci Yahudi
yang oleh orang Kristen disebut perjanjian ³lama´ mereka,
memperlihatkan proses yang serupa; alQuran sejak awal menyebut Allah
dalam istilah yang kurang personal dibandingkan tradisi Yudeo Kristen.
Doktrin semacam trinitas dan mitologi serta simbolisme system istikal
semuanya berupaya menunjukkan bahwa Tuhan melebihi personalitas. Namun
ini tidak menjadi jelas dengan sendirinya bagi kebanyakkan orang
beriman.
Hamah Sagrim
147
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Ketika orang Maybrat, Imian, Sawiat, dan Raa wiyon-Na wofle dikecewakan
awalnya oleh Kristen, yang tidak memberi ruang untuk wiyon-wofle didalam
kosmologinya, mereka masih berpikir tentang Tuhan dalam terma
wiyon-wofle, sebagai wujud yang telah menciptakan alam sebagaimana
layaknya kita, manusia membuatu sesuatu. Namun kisah penciptaan sejak
awal tidak begitu diungkapkan secara rinci oleh Raa wiyon-Na wofle untuk
dipahami secara harafiah. Seperti pengertian tentang Yahweh sebagai
pencipta belum masuk kedalam Yudaime hingga pengusiran kebabilonia. Ini
adalah sebuah konsepsi yang asing bagi alam pikiran Yunani: penciptaan
dari ketiadaan (ex nihilo) dianggap bukanlah doktrin resmi Kristen
sebelum Konsil Nicaea pada tahun 341. penciptaan merupakan ajaran inti
Al-Quran, namun sebagaimana seua ungkapan Al-Quran tentang Tuhan, ini
juga merupakan ³kiasan´ atau ³tanda´ (ayat - verse) dari suatu kebenaran
yang tak tercampakan. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, dan kaum rasionalis
uslim dan Yahudi merasakannya sebagai sebuah doktrin sulit dan
problematika dan sulit diungkapkan secara rinci. Pendek kata, kosmologi
bukanlah penjelasan ilmiah tentang asal usul alam, namun pada dasarnya
merupakan ungkapan simbolik tentang kebenaran spiritual dan psikologis.
Sebagaimana telah kita saksikan bahwa peristiwa-peristiwa baru yang
mensabotase wilayah agama-agama lain tanpa menyisakan ruang bagi mereka
sebagaimana agama wiyonwofle diwilayah Maybrat, Imian, Sawiat. Peristiwa
historis terbaru seperti Kristen diwilayah Maybrat, Imian, Sawiat,
dirasakan sebagai ancaman terhadap konsepsi ketuhanan tradisional
wiyon-wofle disbanding penemuan sains. Akan tetapi di Barat, pemahaman
harafiah tentang kitabsuci telah tertanam sejak lama. Ketika beberapa
orang Kristen barat merasa keimanan mereka kepada Tuhan digoyahkan oleh
sains baru, mereka mungkin membayangkan Tuhan sebagai mekanik agung yang
dikonsepsikan Newton, sebuah pandangan ketuhanan personalistik yang
harus di tolak atas dasar alas an-alasan keagamaan maupun ilmiah.
Tantangan sains mungkin akan membawa gereja kepada apresiasi baru
terhadap watak simbolik narasi kitab suci. Wiyon-wofle tampaknya
menampilkan sebuah alternatif yang mungkin lebih dapat diterima. Raa
wiyon-Na wofle telah sejak lama menegaskan bahwa wiyon-wofle bukanlah
wujud lain; mereka mengklaim bahwa Dia adalah Tuhan yang sungguh-sungguh
bereksistensi dan lebih baik menyebutnya ada. Tuhan ini cocok dengan
selera Raa wiyon-Na wofle yang menolak pemberian gambaran yang tidak
layak tentang yang mutlak terhadap wiyon-wofle (Tuhan). Alih-alih
memandang Tuhan sebagai fakta objektif dalam k¶wiyon-mbol wofle yang
dapat
didemonstrasikan melalui dalil-dalil teologi wiyon-wofle yang dianggap
ilmiah, Raa wiyon-Na Hamah Sagrim 148
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Wofle justru mengklaim bahwa Tuhan wiyon-wofle merupakan pengalaman
objektif yang secara misterius didekati melalui inisiasi (mber
wiyon-wofle) dan dapat dilihat sebagai aktivitas gerejani yang
tradisional untuk mengungkapkan realitas Tuhan. Raa wiyon-Na wofle
membutuhkan kecerdasan, disiplin dan swakritik sebagai benteng terhadap
emosionalisme dan proyeksi yang etis. Wiyon-wofle tidak memuaskan kaum
feminisme, karena Raa wiyon-Na wofle semenjaknya tidakpernah memasukkan
unsur-unsur kewanitaan kedalam k¶wiyon-mbol wofle yang dianggap sakral
dan ilahiah itu. Demikian beberapa sikap Raa wiyon-Na wofle mungkin
dapat diraih. Sekalipun kita takmampu mencapai derajat kesadaran lebih
tertinggi yang telah dicapai oleh Raa wiyon-Na wofle, kita bisa belajar
bahwa wiyon-wofle tidak mengada dalam pengertian yang sederhana,
misalnya atau bahwa kata ³wiyon-wofle´ itu sendiri merupakan symbol
suatu realitas yang terucap dengan berbagaimacam nama yang dikonsepsikan
setiap agama suku kepada Tuhan. Teologi wiyon-wofle tidak mengekangkan
umatnya untuk mendesakkan persoalan rumit tentang realitas wiyon-wofle
kedalam dogma yang kaku. Namun, jika pemahaman ini tidak dapat dirasakan
denyutnya di nadi dan diartikan secara personal, semuanya akan tampak
sebagai abstraksi takbermakna. Telah kita saksikan bahwa wiyon-wofle
sering dianggap sebagai sebuah disiplin esoteric, bukan karena Raa
wiyon-Na wofle ingin membuang yang fulgar, tetapi karena
kebenaran-kebenaran ini hanya bisa dipersepsi oleh akal intuitif setelah
Raa wiyon-Na wofle melakukan latihan keimanan khusus didalam
k¶wiyon-bol wofle. Artinya menjadi berbeda setelah didekati melalui
jalan ini ± mber wiyon-wofle adalah suatu aktivitas keagamaan yang
sangat sacral ketika didekati melalui jalan ini, jalan yang tidak dapat
terjangkau oleh daya nalar kemanusiaan logis. Semenjak Raa wiyon-Na
wofle, mereka mulai menisbahkan perasaan dan pengalaman ereka sendiri
kepada wiyon-wofle. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, telah mengenal Tuhan
yang mereka kenal sebagai Wiyon-Wofle. Wiyon-wofle dipandang sebagai
sebuah fakta nyata yang bisa dijumpai sebagai eksistensi objektif. Pada
masa sekarang, orang Maybrat, Imian, Sawiat, telah kehilangan
wiyon-wofle dan mereka ingin kembali menempuh upaya inisiasi wiyon-wofle
ini. Hal ini tidak perlu menjadi sebuah bencana, tetapi ketika ide-ide
agama wiyon-wofle kehilangan validasinya, ide-ide itu biasanya memudar
tanpa terasa. Jika pemikiran orang Maybrat, Imian, Sawiat, tentang
wiyon-wofle begitu sesuai bagi mereka di zaman empiric ini, maka
wiyon-wofle harus dihidupkan kembali sebagai fokus spiritualitas yang
mutlak. Orang
Hamah Sagrim
149
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Maybrat, Imian, Sawiat, telah menciptakan keyakinan untuk diri mereka,
untuk rasa kagum dan meraih makna kehidupan didalam wiyon-wofle yang
terkatakan. Seratus persen orang di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat,
Papua Barat, mengaku beriman kepada Tuhan dalam injil bibel, namun
didalam hati dan pikiran orang Maybrat, Imian, Sawiat, tertidur
wiyon-wofle (Tuhan) yang selalu terdengar gemanya mendenting dikedalaman
hati nurani. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, tidak bisa menanggung beban
penyesalan akan kehilangan wiyon-wofle yang merupakan beban kehampaan
dan kesepian; kini orang Maybrat, Imian, Sawiat, harus mengisi
kekosongan itu dengan menghidupkan kembali wiyon-wofle yang sebagai
fokus untuk meraih hidup yang bermakna. Kristen tang telah gemilang di
wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, bukanlah pengganti, akan tetapi yang
disembah oleh Kristen adalah Tuhan ± yang dalam konsepsi orang Maybrat,
Imian, Sawiat, disebut wiyon-wofle, atau juga dikatakan dengan
pengertian bahwa Tuhan adalah wiyon-wofle dan wiyon-wofle adalah Tuhan.
Orang Maybrat, Imian, Sawiat, harus mengangkat kembali wiyon-wofle dari
keterbuangannya dan menghidupkannya kembali. Karena menyembah
wiyon-wofle samasaja dengan menyembah kepada Tuhan. Bangkitlah Raa
wiyon-Na wofle Bangkitlah orang Maybrat, Imian, Sawiat Dirikanlah bait
suci ± tabernakel (k¶wiyon-mbol wofle) bagi wiyon-wofle ALLAH yang telah
engkau kenal itu, karena Dia Allah. Wiyon-wofle yang memerintahkanya
kepadamu melalui MBOUK. Pergilah kepadanya, segala kekayaan yang
berupakan bagianmu ada bersamanya, bawakanlah sesukahatimu karena itu
adalah milikmu.
Hamah Sagrim
150
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
A. Strategi dan Metode Pembinaan Kepada Raa Wiyon ±Na Wofle Dalam
K¶wiyon ±
Mbol Wofle. 1. Pengertian Kata Wiyon-Wofle Istilah kata yang
dipergunakan dalam teologi wiyon-wofle, menjelaskan bahwa kata
³wiyonwofle´ adalah ³suatu perjanjian abadi dan kekal antara Raa
wiyon-Na wofle dengan WiyonWofle (Tuhan) yang mana terjalin dalam
k¶wiyon-mbol wofle´. Kata ³wiyon´ berasal dari bahasa Maybrat yang
berarti ³Allah´ dan ³Wofle´ berasal dari bahasa Imian dan Sawiat, yang
juga berarti ³Allah´. Dari kata ³wiyon´ dapat dirincikan maknanya
menjadi tiga makna kata dengan makna yang berbeda tetapi memiliki satu
inti pengertian yang suci, sebagai berikut:
WIYON ALLAH
WI, WAIN, RIWAIN Tadi, beberapa menit atau beberapa jam yang lalu
(berkaitan dengan penjadian)
YON ± ON Janjian, jadwal pertemuan yang berdasarkan janji suci antara
yang kekal dan manusia (kultus rohania) YRON Kekal, abadi, selamanya,
aam, keilahian, keabadian, kesucian, kebesaran, kekuasaan, kekudusan.
(keAllahan)
WI = WIYO Sebagai Kata Panggilan Bahwa segera datang karena ada sesuatu
yang sangat penting (Penyataan Allah)
Dari uraian makna kata diatas, maka ditemukan bahwa makna kata
wiyon-wofle atau mber wiyon-wofle adalah ³suatu perjanjian abadi antara
Raa wiyon-Na wofle dengan wiyon-wofle yang terjalin dalam k¶wiyon-bol
wofle untuk melakukan sesuatu yang kultus´. Hamah Sagrim 151
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Aktivitas teologi wiyon-wofle yang mana menghimpun orang Maybrat, Imian,
Sawiat, dalam jumlah yang lebih dari tiga orang dan banyak sehingga
disebut ³Jemaat ± sidang´ atau dalam bahasa Maybrat, ³Raa wiyon-Na wofle
± mber wiyon´. Istilah Jemaat dan Sidang, diambil dari bahasa Yunani
³Eklesia´ yang berarti perkumpulan. Tetapi Eklesia bukan mempunyai arti
sakral seperti dalam istilah wiyon-wofle atau istilah keagamaan
(Religi), Eklesia mempunyai arti Perkumpulan biasa dan bukan perkumpulan
kultus. Agaknya istilah Eklesia mempunyai latarbelakang pengertian yang
sama dengan istilah mber wiyon-wofle yang merupakan suatu aktivitas
yang berarti ³Pendidikan inisiasi ± bersama´, maka istilah ini kemudian
kita hubungkan dengan masalah mber wiyon-wofle dalam lingkungan suku
bangsa Maybrat, Imian, Sawiat. Maksudnya suku bangsa Maybrat, Imian,
Sawiat, berkumpul untuk mendengar didikan ³watum´ atau ³Firman-bo tgif´
dan berinteraksi dengan wiyon-wofle ± Tuhan dalam k¶wiyon-bol wofle ±
Tabernakel. Oleh karena itu, dalam mber wiyon-wofle atau perkumpulan Raa
wiyon-Na wofle, kita bisa gunakan kata ³Eklesia wiyon-wofle´, dan kita
bisa menyebutnya ³Raa wiyon-Na wofle´ yang berhimpun dan bersatu dalam
k¶wiyon-bol wofle yang dihimpun oleh wiyon-wofle serta dipersatukannya
pula.
b. Pembentukan Raa wiyon-Na wofle Menjadi Sebuah Jemat Jemat wiyon-wofle
atau Raa wiyon-Na wofle, secara resmi dibentuk pada waktu pewahyuan
wiyon-wofle kepada Mbouk. Pada saat itu, Mbouk dianggap sebagai seorang
Nabi, akan tetapi ia menjalankan tugas sebagai Raa bam-Na tmah (Imam)
karena dia secara langsung melakukan perintah dari wiyon-wofle dan para
Rasul ± adalah Raa wiyon-Na wofle yang mana mendapat tugas untuk
menyampaikan berita tentang wiyon-wofle ³ber wiyon-wofle´, kepada suku
bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, dan dan keseluruh dunia. Hasilnya, jemaat
wiyon-wofle atau Raa wiyon-Na wofle dibentuk dan dibangun pada pelosok
Maybrat, Imian, Sawiat. Melalui uraian diatas, jelaslah bahwa jemaat itu
bukan didirikan atas inisiatif MBOUK sebagai manusia yang juga
dipandang sebagai Nabi Wiyon-Wofle sendiri, tetapi jemaat itu ada karena
dibentuk oleh Tuhan yang disebut sebagai wiyon-wofle oleh orang
Maybrat, Imian, Sawiat, sebagai Allah mereka. Wiyon-wofle adalah sang
ilahi yang menjadi dasar serta kepala dari jemaat Raa wiyon-Na wofle,
karena itu setiap jemaatnya disebut Jemaat wiyon-wofle ± Allah atau Raa
wiyon-Na wofle yang disucikan oleh waif sebagai cawannya. Diwilayah
Maybrat, Imian, Sawiat, hanya ada satu eklesia wiyoh-wofle saja tetapi
memiliki beberapa aliran seperti; Hamah Sagrim 152
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
wiyon-wofle U, wiyon-wofle TOHMI, wiyon-wofle SOHORO, wiyon-wofle BRAT.
Dikatakan demikian karena jemaat atau Raa wiyon-Na wofle bersumber dari
wiyon-wofle dan kita dapat mengatakan bahwa Raa wiyon-Na wofle jemaat
itu adalah tubuh wiyon-wofle. Ungkapan tubuh ³wiyon-wofle´ hendak
ditegas bahwa wiyon-wofle sendiri adalah kepalanya. Dengan katalain,
jemaat wiyon-wofle ± Raa wiyon-Na wofle tetap ditempatkan dibawah
wiyon-wofle sebagai kepalanya. Karena itu, jemaat-jemaat wiyon-wofle
yang berada diwilayah Maybrat, Imian, Sawiat, yang banyak itu diikat
menjadi satu dalam pelayanan ³mber wiyon´.
c. Ciri-Ciri Ilmu Didikan Pada Teologia Wiyon-Wofle.
Dalam ilmu didikan pada teologi wiyon-wofle, ilmu didikannya merupakan
kumpulan pengetahuan-pengetahuan tentang wiyon-wofle dengan metode yang
begitu ilmiah dan disusun dalam suatu sistem pendidikan inisiasi
wiyon-wofle. Pengetahuan-pengetahuan dari ilmu teologia wiyon-wofle itu
terdiri dari perumusan-perumusan umum dan khusus tentang kausalitas yang
menyatakan atau merujuk pada hubungan-hubungan kausal antara
spiritualitas manusia dengan sang realitas tertinggi yang dikonsepsikan
sebagai wiyon-wofle atau Tuhan. Perumusan ilmu teologi wiyon-wofle itu,
menghasilkan generalisasi dalam genggaman teologisnya yang khusus dan
sacral itu. Dalam ilmu teologi wiyon-wofle yang dipelajari dalam
inisiasi wiyonwofle yang merupakan pusat perhatian penganut wiyon-wofle
adalah merupakan kekhususan atau sebagaimana dikatakan bahwa kekhususan
itu disebut dengan bo snyuk, atau hukum kausal yang memiliki keunikan
tersendiri dan kudus. Kultus semacam ini berkaitan dengan focus
pendidikan yang begitu khusus, tertutup dan transenden. Kekhususan ilmu
wiyon-wofle yang diterima secara tertutup itu sebagai bekal utama yang
memberikan kesanggupan kepada penganut Raa wiyon-Na wofle untuk
mengendalikan situasi dan kejadian-kejadian dalam kehidupan bahkan
dengan ilmu itu mereka mampu membuat semacam prakiraan yang tepat
mengenai apa yang terjadi. Oleh karena dalam ilmu wiyon-wofle itu
menyelidiki kejadian-kejadian yang terlihat meiliki kaitan-kaitannya
atau dengan pengertian lain tidak berdiri sendiri-sendiri, melainkan
merupakan hubungan timbalbalik dari ilmu ilmu wiyon-wofle itu sendiri
sebagai rujukan menuju hal-hal dari suatu corak atau kategori tertentu
yang mana Raa wiyon-Na wofle terbawa oleh ilmu-ilmu itu yang mana
wawasan dan pikiran mereka juga terhisap dan tenggelam kedalamnya,
sebagaimana ilmu itu mampu melampaui batas-batas pengalaman pikiran dan
ide-ide manusia yang langsung dan abstrak sehingga Raa Hamah Sagrim 153
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
wiyon-Na wofle dapat mengetahui hal-hal yang akan terjadi bahkan juga
hal-hal yang sedang berlangsung, bahkan dengan demikian pula Raa
wiyon-Na wolfe dapat mengendalikan fenomena kejadian yang dianggap
berhubungan pada kausal, bahkan mungkinjuga mereka dapat mengawasi
hal-hal yang akan terjadi. Ilmu khusus atau hal-hal yang non
generalisasi yang mana telah dilakukan dalam teologi wiyon-wofle itu,
memungkinkan Raa wiyon-Na wofle sehingga dapat membuat
prakiraan-prakiraan (prediction), seperti misalnya; akan terjadi banjir,
atau akan terjadi kelaparan dan lain sebagainya. Prakiraan yang
diperkirakan ini didasarkan atas gejalagejala alam yang selanjutnya
diamati dengan predikat tertentu sehingga terjadilah prakiraanprakiraan
itu. Sebenarnya prakiraan-prakiraan itu selalu akan terjadi dan semua
itu menyangkut sesuatu yang faktuil. Ilmu teilogi wiyon-wofle merupakan
ilmu yang objektif, karena kebenarannya telah mendapat pengakuan secara
umum oleh masyarakat setempat. Pembuktian-pembuktian tentang sesuatu
telah diterima secara universal, karena menyatakan bukti-bukti yang
factual yang selalu dibenarkan, walaupun hal ini begitu mistik bagi
pandangan orang awam. Ilmu wiyon-wofle menuntut seorang Raa wiyon-Na
wofle dengan prisnsip ketiadaan sifat perseorangan yang impersonal itu.
Subjek pribadinya diubah. Pengetahuan dari syarat-syarat tersebut
memampukan dan mepersatukan Raa wiyon-Na wofle menjadi berkompeten
sehingga dapt memperoleh bekal yang sama dalam transformasi wiyon-wofle
itu. Kebenaran-kebenaran yang selalu ditampilkan itu bersifat
kebenaran-kebenaran yang apriori, yang mana keraguan-keraguan manusia
dapat dibuktikan dengan objektifitas yang mana kebenaran-kebenarannya
begitu faktuil. Kebenaran faktuil itu sebagai alat untuki mengukur
kebenarannya, sehingga ilmu wiyon-wofle ini tetap diperlakukan dalam
kehidupan. Ilmu wiyon-wofle berfungsi sebagai pengetahuan yang membantu
Raa wiyon-Na wofle dalam mencapai tujuan yang berfokus pada
spiritualitas manusia dan Tuhan semesta alam, atau dengan pengertian
lain disebut (Roh dan Jiwa). Karakteristik ilmu teologia wiyon-wofle
memiliki sifat-sifat yang suci dan murni. Penjelasan tentang pengetahuan
atau konsep ilmu teologia wiyon-wofle pada umumnya tentu berkaitan
dengan pendekatan atau cara pandang wiyon-wofle yang diterapkan. Sesuai
cakupannya, ilmu teologia wiyon-wofle merupakan sesuatu yang mempelajari
dan membimbing serta menghantarkan jiwa seorang Raa wiyon-Na wofle
untuk mengenal dan menyebut
Hamah Sagrim
154
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
pengetahuan tentang wiyon-wofle atau Tuhan dengan manusia dengan
pendekatan positifis yang dipandang sebagai satu kebulatan unsur
rasionalitas. Ilmu teologia wiyon-wofle juga merujuk pada masing-masing
permasalahan tertentu, yaitu seperti; permasalahan kesehatan, ilmu
teologia wiyon-wofle memiliki suatu rujukannya yang dipelajari. Jadi
ilmu wiyon-wofle mencakup didalamnya terdiri dari ilmu kesehatan, ilmu
alamiah atau supranatural dan ilmu nujum, bahkan masih banyak lagi.
Dalam ilmu teologia wiyon-wofle tidak pernah menyebutkan sains science,
karena merupakan istilah yang dipakai dalam arti pengetahuan sistematis
tentang dunia fisikal atau material. Sains menunjukkan pada gugusan
ilmu-ilmu kealaman material (natural science of material). Dari segi
maknanya, ilmu teologi wiyon-wofle merujuk pada dua hal, yaitu; Pertama,
dengan proses inisiasi atau aktivitas belajar dengan serangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh Raa wiyon-Na wofle sebagai penganutnya
(science of theology wiyon-wofle is the process which makes cnowledge),
yang kedua adalah; ilmu teologi wiyon-wofle sebagai suatu metode guna
memperoleh pengetahuan objektif dan dapat menyatakan kebenarannya
(science of theology wiyon-wofle is a method of obtaining cnowledge).
Ilmu wiyon-wofle dipandang sebagai suatu sistem dan cara yang teratur
(dicipline cnowledge) yang digunakan sebagai suatu perolehan pengetahuan
(an organized way of obtaining cnowledge). Berikut lihat pengertiannya
dalam bagang beriktu dibawah:
AKTIVITAS TEOLOGIA WIYON-WOFLE
ILMU TEOLOGIA WIYON-WOFLE METODE Gambar: PENGETAHUAN
Interelasi Aktivitas Teologia Wiyon-Wofle dan Pengetahuan wiyon-wofle
Hamah Sagrim
155
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Pemahaman yang tertib tentang ilmu teologia wiyon-wofle ini mungkin
lebih jelas dengan pemaparan dua ciri pokok sebagai rangkaian kegiatan
inisiasi wiyon-wofle atau proses belajar mengajar (mber wiyon-wofle)
sebagai keharusan dan tata cara pengarahan pikiran, dan jiwa Raa
wiyon-na wofle sebagai suatu kultus yang mengisyaratkan prosedur dalam
tindakan pikiran dan akan menuju pada penciptaan yang baik. Ilmu
teologia wiyon-wofle bersifat dinamis karena dipahami sebagai aktivitas
belajar, memiliki metode kerja, dan juga manyatakan hasil yang faktuil.
Jadi ilmu wiyon-wofle mencakup didalamnya aktivitas, metode wiyon-wofle,
dan pengetahuan sistematis wiyon-wofle. Inherensi pada ilmu wiyon-wofle
adalah adanya benda atau kejadian atau perbuatan tertentu sebagai objek
formal dan juga sebagai objek yang materiil inisiasi, ilmu wiyon-wofle
memiliki batasannya dalam wilayah aktivitasnya, memiliki metode kerja
atau dogmatika dengan proses pemikiran yang sistematis, kritis, suci,
sacral dan kreatif dalam kajian yang bersangkutan atau disebut dengan
(disciplined inquiry of teology wiyon-wofle). Ilmu wiyon-wofle telah
berhasil menciptakan istilah-istilahnya dengan pengertian suci dan
khusus yang mana mampu menemukan bentuk-bentuk konsepsi, dalil,
paradigma dan hukum serta dogmatika yang berlaku secara intersubjektif
yang khusus dan akur atau tidak ada kontradiksi. Gambaran batang tubuh
ilmu teologia wiyon-wofle didapati bahwa memiliki adanya objektivitas
dan dengan pembuktian atau dengan falsifikasi yang logis serta konsep
ilmu teologi wiyon-wofle itu mempunyai kekuatan supranatural sebagai
dasar dan alat pegangan oleh Raa wiyon-na wofle dalam pijakkan bernubuat
atau bernuju (berfirman) dan mengidentifikasikan persoalan atau
kejadian dengan spesifikasi yang tepat dan nyata. Ilmu pengetahuan
teologia wiyon-wofle yang nongeneralisasi itu telah mempunyai kekuatan
sebagai dasar atau alat pijakan bagi teologi dan pelaksanaan ekaristinya
yang mana mampu menjelaskan tentang adanya hubungan-hubungan kausalitas
itu dengan baik dan bermakna serta konsep dalilnya telah mempunyai
kekuatan yang terdoktrin kepada Raa wiyon-na wofle untuk dipakai dalam
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi bahkan diterapkan sebagai
pengendali alam semesta dan sebagai pengelolaan spiritualitas yang
efektif.
Hamah Sagrim
156
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Gambar Struktur Batang Tubuh Ilmu Pengetahuan Teologia Wiyon-Wofle (a
Body of Teology Wiyon-Wofle cnowledge )
Ilmu teologia wiyon-wofle A cnowledge of teology wiyon-wofle Watum &
Bo tgif
Secara Induktif (khusus dan kongkrit)
Non Generalisasi Kekhususan Basic Concept Bo tgif, Watum, Bo Snyuk
Konsep Concept Watum, Bo tgif dan Bo snyuk
Fakta - faktuil Fact Bo Snyuk, dan Makaän
Secara deduktif Umum dan Abstrak
Bukti Apriori Appriory Tgif bo
d. Menggali Nilai-Nilai Pendidikan Inisiasi Teologia Wiyon-Wofle
Ditengah kondisi dan situasi dunia pendidikan keagamaan yang cenderung
liberal dan terasing dari lingkungan masyarakatnya, nilai-nilai yang
bersumber dari kebudayaan lokal bisa menjadi acuan. Salah satunya adalah
inisiasi teologia wiyon-wofle yang berkembang dari kebudayaan orang
Maybrat, Imian, Sawiat, Papua. Nilai-nilai inisiasi teologia wiyon-wofle
sebagai kebudayaan Maybrat, Imian, Sawiat, Papua, merupakan wujud
harmoni kebudayaan daripada wiyon-wofle yang berorientasi pada
spiritualitas dan merupakan kebudayaan orang Maybrat, Imian, Sawiat,
yang hormat kepada teologia dan dogmatika. Kebudayaan wiyon-wofle adalah
kebudayaan orang Maybrat, Imian, Sawiat, Papua berdasarkan roh Maybrat,
Imian,
Hamah Sagrim
157
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Sawiat, yang diimani sebagai suatu sarana yang menghubungkan mereka
dengan Tuhan sebagai sang realitas tertinggi yang singular. Kitapun bisa
menggali dan mengembangkan nilai-nilai inisiasi teologia wiyon-wofle
dari metode-metode yang dikembangkan dalam pengembangan pendidikan
inisiasi teologia wiyonwofle. Nilai-nilai wiyon-wofle ini, terdiri dari
nilai-nilai yang bersumber pada peradaban ³asli´. Sebagai suatu hasil
dari konvergensi peradaban akan keimanan yang telah berlangsung
dikembangkan pada berabad-abad tahun ditengah perjalanan hidup suku
Maybra, Imian, Sawiat Papua, yang mana dipertahankan sebagai suatu
aktivitas kerohanian dan spiritualitas bahkan sebagai suatu aktivitas
pendidikan inisiasi tradisional orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang
dikembangkan kian lama dan terlihat melembaga pada zamannya. Pendidikan
inisiasi teologi wiyon-wofle ini, kini disubtitusikan dengan pendidikan
nasional dan teologi Kristen yang mana berhasil menyusup kedalam jantung
kehidupan orang Maybrat, Imian, Sawiat, sebagai suatu pendidikan
moderen yang monopolis bahkan Kristen juga sebagai teologia yang
dianggap monopoli dengan cara pemaksaan sebagaimana mereka melakukan
pembongkaran serta membakar sekolah-sekolah inisiasi wiyon-wofle pada
tahun 1982 secara brutal dan adanya ancaman terhadap kaum teolog
wiyon-wofle. Pendidikan modern dan teologia Kristen merupakan sesuatu
yang memiliki nilai-nilai kontemporer yang mana
bertumbuh dan bersumber dari peradaban yang kebudayaannya asing bagi
kebudayaan maybrat, imian, sawiat, Papua dan bertumbuh sebagai suatu
hasil objektif dalam proses assosiasi, asimilasi dan akulturasi dalam
lokalitas orang Maybrat, Imian, Sawiat, Papua, dan nilai-nilai
kekristenan sebagai suatu nilai kontemporer yang telah mampu bertumbuh
secara gemilang diwilayah
Maybrat, Imian, Sawiat, Papua, berkat pergaulan yang intensif dalam
mengubah pola hidup orang Maybrat, Imian, Sawiat, Papua serta menyusup
secara global dengan pola ilmu pengetahuan moderen, teknologi dan seni,
juga sebagai bagian perubahan objektif dalam lokalitas Maybrat, Imian,
Sawiat Papua. Pendidikan inisiasi teologia wiyon-wofle begitu mengalami
suatu kemunduran yang drastis dalam kehidupan orang Maybrat, Imian,
Sawiat, pasca penerimaan injil Kristen sebagai teologia baru dari waktu -
kewaktu. Kemunduran pendidikan inisiasi teologia wiyon-wofle ini
diakibatkan oleh dogmatika Kristen, yang mana mendoktrin atau
menghipnotiskan para abdi wiyon-wofle (raa wiyon-na wofle) sehingga
pendidikan inisiasi teologia wiyon-wofle dianggap sebagai sesuatu yang
nilai-nilainya tidak sesuai dengan tuntutan kehidupan Kristen dari masa
Hamah Sagrim 158
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
kemasa yang mana tidak diberikan suatu pilihan yang tepat kepada kaum
wiyon-wofle untuk melestarikan nilai-niali yang baik dan melepaskan yang
kurang baik atau memberikan suatu kesempatan agar supaya nilai-nilainya
diperbaiki. Inilah suatu sifat monopoli dan diskriminasi budaya yang
telah diperlihatkan yang mengakibatkan pendidikan inisiasi teologia
wiyon-wofle menjadi stagnan. 1) Kontinuum Pendidikan Inisiasi
Wiyon-Wofle. Pendidikan inisiasi teologi tradisional woyon-wofle jika
dimapankan dengan baik, maka akan menentukan warna dan corak peradaban
orang maybrat,imian,sawiat. Namun,dengan dogmatika Kristen yang canggih,
pendidikan inisiasi teologi wiyon-wofle dapat disingkirkan sehingga
orang Maybrat, Imian, Sawiat,dapat meninggalkan pendidikan inisiasi
teologi wiyon-wofle sarana imanen mereka semenjak Allah menghendakinya
untuk Ia melakukan hubungan yang intim dengan mereka. Dalam hal
ini,pendidikan inisiasi teologi woyon-wofle mampu menjamin keberlanjutan
iman orang maybrat, imian,sawiat,pada zaman wiyon-wofle.sedangkan
pendidikan inisiasi teologi wiyon-wofle pada zamannya terus menjaga agar
pengajaran dan dogmanya tidak menghasilkan para teologi(Raa wiyon- Na
wofle) yang tercerabut dari kehidupan sucinya sendiri (ytah k n). Secara
objektif, pendidikan inisiasi teologia wiyon-wofle merupakan pendidikan
inisiasi teologi tradisionalnya orang Maybrat, Imian, Sawiat, Papua,
yang beridentiti. Namun dalam kondisi yang direncanakan secara
artificial, continuum pendidikan inisiasi teologia wiyon-wofle tidak
berlaku pada makna yang terselubung dalam gemanya yang sesungguhnya yang
mana tidur diam didalam perubahan masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat,
sebagai penganut dan ahli waris yang telah dipercayai oleh Tuhan dalam
mewariskan wiyon-wofle kepada mereka. Mungkin karena nilai-nilai
kekristenan yang begitu member suatu nuansa yang baru sehingga menjadi
faktor pengubah iman kepercayaan orang Maybrat, Imian, Sawiat, sebagai
kaum yang beriman kepada wiyon-wofle yang mereka konsepsikan sebagai
Tuhan yang singular. Hal ini berhubungan erat dari suatu sistem dan
ideologi teologia Kristen dan pendidikan inisiasi teologia wiyon-wofle
yang begitu berseberangan. Antara sistem dan ideologi biasanya sangat
erat kaitannya. Ideologi tanpa nilai akan menjadi ideologi yang ³liar´
dan tidak meiliki orientasi pada tempat berpijak. Sebaliknya sistem
nilai yang steril akan menjadi staknan dan tidak memiliki perspektif
pengembangannya.
Hamah Sagrim
159
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Ideologi berbasis sistem nilai yang hidup dimasyarakat, merupakan
ideologi yang sangat dekat dengan peradaban dan kebudayaan para
masyarakat itu sendiri. Ideologi pendidikan inisiasi teologia
wiyon-wofle, merupakan ideologi yang digali dari khasanah-khasanah
peradaban dan kebudayaan orang Maybrat, Imian, Sawiat, Papua yang
dikembangkan sebagai ruh dalam kehidupan akan keimanan mereka. Ideologi
pendidikan inisiasi teologia wiyon-wofle dan sistem politik tradisional
orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang merupakan dasar dan praktik
pendidikan inisiasi teologia wiyonwofle dimaybrat, imian, sawiat, yang
telah berkembang selaras dengan nafas penghidupan dan kehidupan
masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, Papua karena masih melekat dengan
pendidikan inisiasi teologia wiyon-wofle. Penyimpangan yang telah
dilakukan oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat, Papua, ini membuat mereka
keluar dari kadah pendidikan inisiasi teologia wiyon-wofle yang mana
menghasilkan mereka sebagai orang yang terasing (tercerabut dari aktor
budaya mereka), dan menjadi aktor perusak budaya mereka sendiri.
Pendidikan inisiasi teologia wiyon-wofle semulanya dijadikan tuntunan
bagi berbagai kebijakan dan praktik ditengah kehidupan faktuil dan alam
kausalitas. Tentu didasari atas ideologi pendidikan inisiasi wiyon-wofle
itu sendiri yang mengandung fleksibilitas yang sesuai dengan pluralitas
orang Maybrat, Imian, Sawiat. Semua itu merupakan sumber kekuatan dan
manifestasi dalam pendidikan inisiasi teologia wiyon-wofle.
2) Menggali Nilai-Nilai Wiyon-Wofle yang Koheren Dalam Pendidikan
Inisiasi Koherensi nilai dan sistem nilai wiyon-wofle lahir dari rahim
peradaban dan aktivitas wiyon-wofle sebagai suatu aksiomatika yang
premis kemanusiaan yang fana atau transiensi. Koherensi nilai dan sistem
nilai wiyon-wofle, bersumber dari wiyon-wofle dan dikembangkan dalam
pewahyuannya dan berkembang ditengah-tengah kehidupan suku bangsa
Maybrat, Imian, Sawiat, Papua yang telah dipersatukan sebagai para
penganutnya ³ Raa wiyonNa wofle´ yang tersebar diwilayah Maybrat, Imian,
Sawiat, Papua. Eksistensi wiyon-wofle telah ada sebelum Kristen yang
mana menyusup kewilayah kehidupan suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat,
pada abad ke-18 dan telah menjadi faktor penting sebagai subjek agama
moderen. Ia adalah pengisi dan pengganti serta pendukung tidak
mengandung dalih-dalih dalam premis-
perubahan akan iman dari tradisi menuju moderen bagi terbentuknya
kekristenan di Maybrat, Hamah Sagrim 160
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Imian, Sawiat. Teologia wiyon-wofle adalah aktivitas keagamaan yang
memiliki asal- usul leluhur yang jelas dalam kehidupan orang Maybrat,
Imian, Sawiat Papua, secara turun temurun diwilayah geografis mereka,
serta memiliki sistem nilai, ideology/dogmatika, ekonomi, politik,
budaya, sosial, dan teritorianya sendiri. Akibat dari wilayah Maybrat,
Imian, Sawiat Papua yang begitu membuka diri secara terbuka sehingga
nilai-nilai kehidupan mereka bertemu dengan proses yang menyatukan diri
mereka (konvergensi) dengan berbagai nilai kontemporer, baik yang datang
dari luar, maupun yang bertumbuh dari dalam diri mereka, karena
disebabkan atas inisiatif perorangan dan kelompok masyarakat Maybrat,
Imian, Sawiat itu sendiri. Tentu ini dengan berbagai cara dan proses
yang berbeda. Nilai-nilai teologia wiyon-wofle yang merupakan suatu
sumber peradaban dan kebudayaan serta agamanya suku bangsa Maybrat,
Imian, Sawiat, Papua yang telah mantap (estabilished) ini mejadi
tergantikan dengan nilai-nilai baru dengan pola pensubstitusian melalui
dogmatika Kristen yang terdengar asing pada telinga orang Maybrat,
Imian, Sawiat, pada zaman itu. Nilai-nilai teologia wiyon-wofle yang
sama kuatnya dengan nilai-nilai teologia Kristen ini telah tergantikan
dengan Kristen sebagai suatu nilai yang pada akhirnya mempressingdownkan
gema daripada wiyon-wofle yang mana melalui proses mula-mula yang
disebut polis assimilasi. Nilai-nilai teologia wiyon-wofle yang begitu
tertutup dan penuh dengan rahasia kausalitasnya, kini ditinggalkan
begitu saja oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat. Kaum wiyon-wofle yang
begitu terbuka, telah menerima nilai-nilai kristiani sebagai suatu nilai
yang baru dengan pola assosiasi yang begitu signifikan tanpa suatu
pemberian akan pemahaman yang mempertimbangkan keberadaan teologia
wiyon-wofle sebagai suatu sarana spiritualitas orang Maybrat, Imian,
Sawiat, dalam melakukan hubungan mereka dengan Tuhan sang realitas
tertinggi yang aam. Nilai daripada teologia wiyon-wofle dalam tafsiran
para teolog wiyon-wofle dan para penginjil lokal selalu mengatakan bahwa
memiliki nilai-nilai yang sama kuatnya dengan nilai-nilai kristiani
yang mana bila ditelaah kembali pada zaman Kristen mula-mula memiliki
kemiriban yang begitu signifikan dengan Kristen pada mula-mula YHWH
dalam sejarah perjalanan bangsa Yahudi melalui Nabi Musa. 3) Menggali
Inkusivitas Nilai-Nilai Pendidikan Inisiasi Wiyon-Wofle Pada prinsipnya,
nilai-nilai kausalitas yang bersumber dari wiyon-wofle, mempunyai pokok
yang merujuk pada Allah sebagai sang realitas tertinggi. Alkisah
wiyon-wofle dalam Hamah Sagrim 161
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
aktiviats teologianya, dikonsepsikan sebagai sosok Tuhan, Ia seorang
pribadi yang singular. Wiyon-wofle dikonsepsikan sebagai sosok yang esa,
ia memiliki sifat-sifat keallahan, yaitu ia maha berada (omni
pressent), maha kuasa (omni potence), maha tahu (omni science), ia kekal
dan abadi (aam dan imortaly). Teologi wiyon-wofle telah melahirkan
nilai-nilai yang begitu aam dan sangat prinsipil dalam keimanan. Paling
tidak teologia wiyon-wofle sebagai suatu agama suku yang mempunyai
nilai-nilai lokal dan begitu arif (local indegeneus) untuk melindungi
suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, semenjak zaman keberadaan mereka.
Dalam aksiomatika teologi wiyon-wofle ini, mempunyai suatu doktrin bahwa
wiyon-wofle telah berada semenjak zaman keabadiannya dan segala sesuatu
itu bersumber darinya. Proses pensubtitusian wiyon-wofle dengan Kristen
pada abad ke-18 ini, menyisakan sebuah bara panas yang begitu mengekang
dalam hati dan pemikiran orang Maybrat, Imian, Sawiat, terutama para
teolog wiyon-wofle (raa wiyon-na wofle). Dalil-dalil sekitar
singularitas antara Tuhan dalam bibel dan wiyon-wofle, sama-sama
memiliki suatu konsepsi dengan artikulasi yang koheren dan merujuk
kepada sang abadi (Tuhan) sebagai sosok yang esa. Sebagian pada
nilai-nilai tersebut terdapat ungkapan-ungkapan yang padat dan sarat
makna kausalitasnya dalam isi firman masing-masing yang begitu terkafer
dalam pesan-pesan suci dan begitu memutih serta tidur dengan penuh
kekuatan manivestasinya. Pernilaian yang telah dilakukan oleh kalangan
Kristen terhadap teologia wiyon-wofle pada abad ke-18 dan 19 in,
dianggap sebagai sesuatu pernilaian yang cenderung mengabaikan
nilai-nilai wiyon-wofle. Umumnya terjadi karena tidak cukup pemahaman
yang baik tentang sisi koherensi daripada teologia wiyon-wofle secara
tersistem. Sebenarnya dibutuhkan kajian mendalam untuk menggali dan
memanfaatkan nilai-nilai teologia wiyon-wofle sebagai sesuatu yang bukan
sekedar abstraktif, akan tetapi ada. Nilai-nilai teologia wiyon-wofle
yang bersumber dari teologianya yang begitu sacral, lebih banyak
mengandung nilai-nilai kausalitas yang mampu menolong manusia sebagai
sesuatu yang diimani. Sebagai nilai-nilai wiyon-wofle ini bisa diurai
menjadi elaborasi yang rasional, yang mudah dimengerti dan dilakukan
dalam kehidupan seharihari dalam kehidupan suku bangsa Maybrat, Imian,
Sawiat, sezaman, sedangkan sebagian lainnya telah diformulasikan menjadi
ajaran atau dogmatika yang mendogmatikan penganutnya serta dapat
dijadikan pesan pengajaran atau (watum, bo tgif, bo snyuk dan vito).
Nilai-nilai teologi wiyon-wofle dikatakan sebagai humaniora kerohanian
dan orang maybrat, imian, sawiat(yang berorientasi pada spiritualitas
dan keimanan) dan teologi yang Hamah Sagrim 162
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
menyatu dan hormat kepada kehidupan orang maybrat, imian, sawiat.
Teologi wiyon-wofle dianggap sebagai agama dan merupakan agamanya suku
bangsa Maybrat, imian, sawiat, papua. Nilai-nilai yang tergali dari
khasanah witon-wofle ini telah menjadi bukti empirik bahwa sesungguhnya
teologi wiyon-wofle bukan suatu ilusi atau imajinasi, tetapi memang
sesuatu yang terdiri atas proposisi dan aksiomatika yang koheren tentang
singularity pada citra sang realitas tertinggi(Tuhan) itu sendiri.
Dengan analogi pemikiran yang sama,perlu dikembangkan penafsiran dan
pengkajian terhadap nilai-nilai wiyon-wofle. Diperkirakan tidak akan
jauh dari kenyataan-kenyataan tersebut diatas, walaupun dalam kadar
kenyataan yang berbeda(karena ekaristi yang berbeda). 4) Praktik
Pendidikan Berbasis Wiyon-Wofle. Keistimewaan-keistimewaan pendidikan
berbasis wiyon-wofle di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat Papua, ditopang
oleh tiga pilar utama, yaitu meliputi; raa wiyon-nawofle (guru), bobot
(raja), raa kinyah (rayat), dan yang memiliki potensi terbesar dalam
melakukan praktik pendidikan berbasis wiyon-wofle adalah ³Raa wiyon-Na
wofle´ sebagai guru. Para pendidik ³Raa wiyon-Na wofle´ secara resmi
melakukan aktivitas Pendidikan berbasis wiyon-wofle sebagai dasar
pembentukan dan pemuridan. Dalam praktik pendidian wiyon-wofle (mber
wiyon) dituntut oleh tujuh (7) azaz keberpijakan praktika, yaitu; 1)
Tertib dan Damai, 2) Nasehat, Firman, dan Petunjuk khusus (watum, vito,
dan bo¶snyuk), 3) Kemanusiaan dan Kemasyarakatan, 4) Non Diskriminatif,
5) Tidak ada bantuan yang mengikat, 6) Beriman dan Lembut, 7)
berorientasi kepada ajaran dan pemuridan. Raa wiyon-na wofle atau
pendidik dalam sistem pendidikan wiyon-wofle (mber wiyon), adalah guru
yang memberikan bimbingan selalu dalam proses pendidikan berbasis
wiyon-wofle dengan kepemimpinan yang spiritual dan terfokus kepada
wiyon-wofle. Dalam pola pengajaran, adanya pola kerjasama dan garis
komando serta batas-batas kerja dan batas-batas pergerakan akan ekaristi
didalam ruang kemah atau sekolah (k¶wiyon-bol wofle) antara guru bantu
(raa wiyon-na wofle) dan guru kepala (raa bam-na tmah) yang selaras dan
harmonis dalam penyelenggaraan pendidikan inisiasi. Dalam
penyelengaraannya, biasanya dilakukan dengan tiga (3) elemen utama
sebagai pusat pendidikan inisiasi wiyon-wofle ini, yakni; 1. Lingkungan
keluarga (raa mabi); keluarga memiliki peranan utama dalam pembentukan
karakter seorang anak (raa iin-na iin) sebelum akan menjadi murid (wiyon
Hamah Sagrim
163
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
tna). Keluarga sebagaimana layaknya, bahwa seorang anak sebagai murid,
sedangkan ayah dan ibu adalah guru. 2. Lingkungan Perguruan
(k¶wiyon-mbol wofle); perguruan memiliki peranan kedua dalam membentuk
seorang anak (wiyon tna) menjadi orang yang arif, penuh tanggung jawab,
beriman, takut akan kefanaan. Dipersiapkan sebagai orang-orang yang akan
bertumbuh sebagai seorang pemimpin besar, penolong dan utusan Tuhan
ditengahtengah masyarakat. 3. Lingkungan Masyarakat (rayat); lingkungan
masyarakat memiliki peranan ketiga dalam membentuk seorang anak (wiyon
tna), lingkungan masyarakat sebagai lingkungan dimana semua pengajaran
yang diterima akan diterapkan atau tersalurkan. Ketiga pusat ini
dilakukan berdasarkan azaz, ciri, dan dasar pendidikan inisiasi
wiyon-wofle yang begitu prinsipil. Praktik pendidikan inisiasi berbasis
wiyon-wofle ini sebagai suatu praktik pendidikan yang membentuk karakter
dasar serta memerdekakan batin ini lebih banyak dilakukan dalam
keluarga (raa mabi), sedangkan pengajaran yang memerdekakan pikiran,
lebih banyak terjadi dalam perguruan/sekolah (k¶wiyon-mbol wofle), dan
budi pekerti atau budi pekerja sebagai suatu target tujuan pendidikan
yang dominan dalam inisiasi wiyon-wofle. Untuk lingkungan masyarakat,
sebagai pusat penyaluran semua yang diterimanya. Penyelenggaraan
pendidikan berbasis inisiasi wiyon-wofle ini berpola pengasramaan. Hal
ini dimaksudkan untuk mendekatkan fungsi keluarga dengan perguruan
tinggi/sekolah (k¶wiyonmbol wofle) walau didalamnya terdapat
aturan-aturan yang dianggap sakral dan begitu memiliki sifat-sifat yang
sangat inheren dan tidak boleh dilanggar, baik oleh keluarga maupun
seorang murid dari keluarga tersebut. Dengan menempatkan para guru (raa
wiyon-na wofle) sebagai guru bantu dan guru kepala (raa bam-na tmah)
sebagai guru kepala bersama siswa didalam asrama (k¶wiyon-mbol wofle).
Tak ada pilar ³keistimewaan´ pendidikan lain pada saat ini yang
berpotensi menyelenggarakan pendidikan berdasarkan pendidikan pola
inisiasi wiyon-wofle pada perkembangan saat ini. Misalnya seperti
pendidikan nasional yang mana menggelar pendidikan yang cenderung
menggunakan ideologe liberalisme, yang menyebabkan diskriminasi terhadap
nilai-nilai pendidikan lokal yang ada.
Hamah Sagrim
164
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
5) Inisiasi
Wiyon-Wofle
Sebagai
Pendidikan
Karakter
dan
Kepribadian
Seorang Murid (Wiyon Tna). Inisiasi wiyon-wofle sebagai salah satu
aktivitas pendidikan tradisional orang Maybrat, Imian, Sawiat, Papua,
yang berguna untuk membangun sumberdaya manusia diwilayah Maybrat,
Imian, Sawiat, yang mana dalam pendidikan inisiasi wiyon-wofle ini mampu
membentuk manusia sehingga menjadi orang yang berwawasan luas.
Pendidikan inisiasi wiyon-wofle ini menyangkut seluruh aspek kehidupan
orang Maybrat, Imian, Sawiat, baik dalam pemikiran, pengalaman, maupun
perilaku serta iman percaya. Pendidikan inisiasi wiyon-wofke ini secara
kuantitatif bertujuan mendidik, mencerdaskan dan mendogmatikkan setiap
murid (wiyon tna). Sedangkan secara kualitatif bertujuan membangun
jemaat atau pengikut wiyon-wofle seutuhnya, yaitu membangun keimanan,
kepribadian, budipekerti, pengetahuan, keterampilan, dan membangun suatu
tanggungjawab yang besar serta kekudusan kaum wiyon-wofle (raa wiyon-na
wofle). Tujuan utama pendidikan inisiasi wiyon-wofle ini adalah untuk
pemuridan, demi keberlanjutan akan pekabaran tentang wiyon-wofle, serta
membentuk seorang murid (wiyon tna) sebagai anak didik yang dibentuk
menjadi para abdi atau teolog (raa wiyon-na wofle) yang merdeka
batinnya, merdeka pikirannya, serta merdeka dalam kesuciannya.
Pendidikan inisiasi wiyon-wofle, merupakan pendidikan yang berhasil
member kemajuan akan bertumbuhnya budipekerti (kekuatan batin, dan
karakter), pikiran (intelektualitas) dan iman serta tubuh, baik secara
jasmaniah maupun sekular. Dalam pengertian pendidikan inisiasi
pendidikan wiyon-wofle, aspek-aspek tersebut tidak boleh
dipisah-pisahkan bagian-bagiannya, agar seorang murid (wiyon tna) dapat
memajukan kesemurnaan hidupnya, yakni kehidupan dan penghidupan mereka
yang selaras dengan dogmatika dalam pendidikan inisiasi wiyon-wofle.
Pendidikan inisiasi wiyon-wofle menurut fahamnya adalah pendidikan yang
berdasarkan garis hidup dari teologianya dan ditunjukkan untuk keperluan
perikehidupan manusia yang mana setiap mata akan tertuju kepada
wiyon-wofle sebagai Tuhan yang singular, sehingga dapat menerima berkah
dengan kemuliaan. Pendidikan karakter dan kepribadian ini mempergunakan
syarat-syarat yang selaras dengan ekaristi dan dogmatika wiyon-wofle
untuk menuju kepada kesucian, serta ketertiban dan kedamaian secara
jasmaniah dan rohaniah. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebtu, maka
pendidikan karakter dan
kepribadian seorang murid (wiyon tna) dilaksanakan dari lingkungan
keluarga (raa mabi), Hamah Sagrim 165
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
sebagai intervensi dan pembentukan karakter awal, sekolah/perguruan
(k¶wiyon-mbol wofle), sebagai pendidik, dan masyarakat (rayat) sebagai
pusat pertunjukkan akhir (sana wiyon). Pendidikan karakter dan budi
pekerti oleh orang melalui pembiasan-pembiasan dalam kehidupan
sehari-hari, sedangkan disekolah (k¶wiyon-bol wofle) dilakukan oleh guru
(raa wiyon-na wofle) sebagai pendidik melalui budipekerti (watum),
dengan focus utamanya pada metode mendidik karakteristik. ³Watum´
sebagai suatu penasehatan itu sendiri yang bertujuan untuk membentuk
karakteristik seorang murid (wiyon tna) secara terintegrasi dalam setiap
pertemuan (maut aken). Pada saat subu sebelum menerima sarapan,
otomatis seorang raa wiyon-na wofle atau guru terlebih dahulu
menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan karakter dan
kepribadian melalui penasehatan dan rahasia (watum dan bo¶snyuk).
Tujuannya agar supaya seorang murid (wiyon tna) tidak hanya pintar, akan
tetapi juga berkarakter dan mempunyai kepribadian yang baik sehingga ia
tidak gagal dalam pendidikannya (ytah k n). ³watum´ ini bertujuan untuk
mengarahkan seorang murid sehingga terbentuk sebagai manusia yang
berpengertian tinggi, pintar, sopan, santun, hormat kepada orang tua,
berdisiplin, dan yang terutama adalah menjaga kesucian dan tidak akan
keluar dari jajnji-janji khususnya (bo¶snyuk) dengan Tuhan
(wiyon-wofle). Sedangkan ditengah kehidupan bermasyarakat, seorang murid
(wiyon tna) diajarkan untuk dapat memberikan pertolongan, mengusir roh
jahat, menyembuhkan orang sakit, menangkal racun dari pagutan ular dan
lain sebagainya. 6) Karakter dan Identitas Pendidikan inisiasi
wiyon-wofle, merupakan manifestasi dari falsafah atau kepercayaan suku
bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, Papua yang mengandung sistem nilai, dan
norma-norma atau dogmatika dalam teologia yang berwujud kepercayaan,
imanen, dogmatika dan ekaristi. Tujuan pendidikan inisiasi wiyon-wofle
ini adalah untuk memberikan nilai-nilai outonomia, equity, dan survival.
Outonomia; artinya: Pendidikan inisiasi wiyon-wofle ini memberikan
suatu kesadaran akan pengetahuan dan kemampuan kepada para murid (wiyon
tna) secara individu mandiri dan hidup dalam suatu kehidupan yang lebih
baik. Equity; artinya: tujuan Pendidikan inisiasi wiyon-wofle emberikan
suatu kesempatan kepada suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, untuk dapat
menjada serta melanjutkan pendidikan inisiasi wiyon-wofle sebagai sebuah
sarana yang memberikan kebahagiaan dan ketenangan. Hamah Sagrim 166
untuk dapat
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Survival; artinya: Pendidikan inisiasi wiyon-wofle ini akan menjamin
pewarisan wiyonwofle dari suatu generasi ke generasi berikutnya.
Berdasarkan ketiga nilai tersebut, pendidikan inisiasi wiyon-wofle
mengembangkan tugas untuk menghasilkan seorang anusia yang lebih baik,
yaitu manusia (raa wiyon-na wofle) yang beriman, hidup dalam kekudusan,
berkebudayaan, berperadaban mandiri, bertanggung jawab, dan mampu
memahami serta bertanggung jawab serta memberikan pertolongan kepada
orang lain, memelihara anak-anak terlantar (ytos gu awe) serta yang
terutama memberikan noma moral dalam kehidupan. Wiyon-wofle sebagai
pokok teofani Raa wiyon-na wofle, yang mana merupakan dasar sekaligus
jalan menuju keselamatan sebagai tujuan utama dalam perjalanan
pengajaran dan dogmatika wiyon-wofle yang dikerjakan dalam hidup seorang
abdi wiyon-wofle (raa wiyon-na wofle). Merujuk kepada tujuan pendidikan
inisiasi wiyon-wofle, aktivitas ini telah mampu membentuk seorang
manusia fana menjadi manusia sekular, menjadikannya berkarakter sekular,
cinta dan berbakti kepada ekaristi dan dogmatika wiyon-wofle sebagai
dasar pijakan iman mereka. Mempunyai kemampuan, kesucian dan beriman
teguh sehingga sanggup bekerja keras untuk membangun kejayaan
wiyon-wofle demi keberlanjutnannya. Peran pendidikan inisiasi
wiyon-wofle, khususnya melalui metode didikan karakter dan kepribadian
ini, sangat diperlukan dalam kehidupan orang Maybrat, Imian, Sawiat,
saat ini untuk mengembalikan jatidiri suku bangsa mereka, sehingga rasa
percaya diri serta rasa takut terhadap kejahatan yang dilakukan oleh
mereka akan adanya suatu kesadaran tinggi serta mau bekerja keras dan
mengenal akan jatidiri mereka serta mengenali bangsanya demi kejayaan
dan masa depan wiyon-wofle sebagai bentuk warisan dari Tuhan sebagai
sarana yang menghubungkan mereka dengan Tuhan. 7) Implementasi Inisiasi
Wiyon-Wofle Sebagai Pendidikan Karakter dan Kepribadian Dalam pendidikan
diruah sebagai intervensi awal pembentukkan karakter yang berlangsung
sehari-hari, orang tua hendaknya selalu menanamkan nilai-nilai kehidupan
yang diperlukan kepada anak-anaknya, terutama kepada seorang anak
laki-laki. Pendidikan jenis ini menyangkut nilai-nilai moral, sosial,
budaya, ekonomi dan etika/etiket. Karena criteria seorang anak yang
dapat lolos sebagai murid (wiyon tna) adalah yang telah diseleksi dan
memiliki criteria-kriteria tersebut diatas, dan terutama menyangkut
kedewasaan berpikirnya dalam kehidupan dikeluarganya bahkan dikalangan
masyarakat sekitar, sehingga karakter anak sudah terbentuk sejak awal.
Bahkan pendidikan dalam keluarga dapat dimulai semenjak anak ada dalam
Hamah Sagrim 167
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
kandungan ibu. Melalui pembiasan-pembiasan kehidupan ibu yang teratur
dan baik pada saat mengandung akan mempengaruhi karakter seorang bayi
juga, karena demikian akan berpengaruh pada janin yang sedang dikandung
(psikologi pertumbuhan). Pendidikan disekolah (mber wiyon) dapat
dilaksanakan dengan salah satu pola pendidikan yaitu pendidikan
budipekerti (watum) atau nasehat, yang terintegrasi langsung dalam
setiap prosesi pengajarannya (raa mber). Saat guru (raa wiyon-na wofle)
mengajarkan materi pelajaran, otomatis para guru ³raa wiyon-na wofle´
menamkan nilai-nilai yang terkandung dalam mata pelajaran (bo tgif, dan
vito) tersebut, sehingga murid (wiyon tna) dapat menguasai materi
pelajaran sekaligus menghayati serta menginternalisasikan nilai-nilai
yang terkandung dalam mata pelajaran sebagai sesuatu yang rahasia (bo
snyuk) yang mana menjadikan seorang murid (wiyon tna) mampu
mengamalkannya didalam kehidupannya sehari-hari sepanjang alhayatnya. B.
Keprcayaan Tradisional Wiyon-Wofle VS Kepercayaan Injili Prologue Orang
Maybrat, Imian, Sawiat, pada zaman lampau telah menjalankan suatu
aktivitas kepercayaan mereka yang disebut wiyon-wofle. Ketika pada abad
pertengahan ke-18, mereka akan memasuki abad perkenalan yang mana
merupakan masa transisi kepercayaan bagi mereka yang mana Kristen telah
merasuki wilayah mereka sehingga kebanyakan pemimpin-pemimpin agama suku
ini menjadi sasaran terror pembawa injil yang cenderung dengan
mendeskritkan mereka dengan kata (kafir), penyembah berhala, penyembah
setan. Pertanyaan Raa wiyon-Na wofle bahwa ³dapatkah Tuhan diberikan
definisinya?´ hendaknya dijawab secara positif bahwa semua hal didunia
ini dapat diberikan suatu definisi. Demikian juga kepada wiyon-wofle
(Tuhan). Bahkan definisi tentang Tuhan, sebagaimana yang diberikan
kepada Tuhan injili yang banyak diberikan oleh para ahli teologia
kristiani. Makna dari definisi Tuhan, sebagai pengungkapan iman percaya
setiap umat manusia dalam kepercayaan mereka kepadaNya. Iman percaya
tradisional atau imanen adalah suatu makna yang luas, dan adalah
merupakan suatu penggunaan budipikiran dan keyakinan untuk menghasilkan
suatu keteguhan bagi Roh manusia. Ini meliputi pengungkapan harapan yang
jelas mengenai keteguhan iman percaya manusia mengenai Tuhan,
sebagaimana orang Maybrat, Imian, Sawiat, seperti keimanan mereka kepada
wiyon-wofle (Tuhan). Tetapi keteguhan iman percaya orang Maybrat,
Imian, Sawiat, juga menerima Tuhan injil Kristen sebagai sosok yang
diimani; daftar iman ini dapat diperpanjang. Karena keimanan terhadap
Tuhan yang abstrak terlihat dalam setiap aktivitas gerejani, baik
gereja-gereja injili Kristen dan gereja-gereja natural. Dalam
melaksanakan Hamah Sagrim 168
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
peribadatan, teologi Kristen mengharuskan adanya suatu ruang atau gedung
gereja sebagai tempat peribadatan yang formal bagi umat Kristen di
seluruh dunia. Dalam teologi wiyon-wofle juga mengharuskan adanya suatu
bait suci (gereja atau k¶wiyon-bol wofle) yang berdiri sebagai tempat
atau ruang peribadatan dan pengajaran Raa wiyon-Na wofle (mber
wiyon-wofle). Peribadatan atau kegiatan penyembahan yang dilakukan
setiap umat manusia adalah sebuah kegiatan yang menjelajahi dan
menciptakan pertumbuhan rohani yang baru dalam cara mendengar akan
pengajaran tentang firman Tuhan dan merupakan suatu cara pengetahuan
baru yang melebihi akal pikiran yang disajikan secara perlambangan
kepada Tuhan yang dipercaya sebagai suatu kebulatan iman yang
mencerminkan keteguhan iman itu. Ketegasan Raa wiyon-Na wofle dalam
teologia wiyon-wofle¶ disini disebut kepercayaan tradisional sebagai
Tuhan mereka (wiyon-wofle) yang maha suci dan maha kuasa. Wiyon-wofle
sebagaimana yang dikatakan oleh para teolog wiyon-wofle ± Raa wiyon-Na
wofle ± adalah Tuhan yang tidak bisa dibatasi, Ia memiliki cakupan ruang
yang tanpa batasannya dan wiyon-wofle mampu menjelma dan merasuki alam
pikiran manusia sampai pada bagian-bagian tertentu. Ferifikasi dalam
keimanan itu tidak mudah untuk di eareserkan begitu saja oleh kalangan
tertentu manapun, karena suatu alasan bahwa Tuhan tradisional atau Tuhan
moderen adalah Tuhan yang benar-benar ada bersama-sama manusia, dan
kedua Tuhan dalam persepsi tradisional dan moderen sama-sama
dipertahankan sebagai sang maha suci oleh masing-masing penganutnya. Ia
tumbuh dan berkembang bersama setiap suku bangsa pada wilayah mereka
masing-masing tanpa mengalami kekurangan apapun Ia sebagai Tuhan yang
utuh, dan Ia lebih dahulu mengenal setiap suku bangsa dibumi dan suku
bangsa telah mengenal Dia sebelum Nama Tuhan dari bahasa lain memasuki
wilayah mereka. Suatu Entitas yang tampak bahwa Tuhan tradisional dapat
mampu dipercaya dan selalu dipertahankan oleh setiap suku, walaupun cara
yang mereka gunakan dalam mengetahui Tuhan tidak melalui suatu catatan
kitab suci yang dituliskan, namun Tuhan telah mengunjungi semua suku
bangsa di dunia dengan meninggalkan pesan-pesan singkat dan suci melalui
manusia pilihanNya bahkan juga melalui tulisan pada benda yang
selanjutnya sebagai pegangan dan dogmatika teologi. Teologi wiyon-wofle
adalah suatu teologia yang penerapannya menyangkut aktivitas gerejani
tradisional orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang menjelajahi setiap
penganut dan selanjutnya menciptakan suatu kenyataan iman yang baru
dalam keteguhan iman mereka yang mungkinsaja melebihi akal dan
menyajikannya secara perlambangan dalam suatu kebulatan iman yang
mencerminkan keyakinan kepada Tuhan mereka (wiyon-wofle). Teologi Hamah
Sagrim 169
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
wiyon-wofle merupakan suatu pengajaran yang dikenal oleh orang Maybrat,
Imian, Sawiat, sebagai suatu manifesto kekuasaan daripada wiyon-wofle
(Tuhan) yang mana bukan merupakan suatu teologi yang dianggap sederhana
atau gampang atau tidak rumit, namun teologi wiyonwofle adalah suatu
aktivitas yang melibatkan manusia dan unsur ilahiah dan kemanusiaan
untuk tenggelam kedalam alur dan pengajaran teologia wiyon-wofle itu.
Aktivitas keimanan suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, ini menunjukkan
bahwa para teolog wiyon-wofle secara sadar dengan perantara para imam
besar mereka dibimbing dan diajarkan tentang dogmatikadogmatika yang
dilekatkan dalam teologi wiyon-wofle tentang wiyon-wofle (Tuhan) yang
mereka sembah. Mungkinsaja iman percaya suku bangsa Maybrat, Imian,
Sawiat, memberikan suatu harapan yang signifikan tentang jalan
keselamatan dalam perjalanan melalui kepercayaan mereka. Kali ini
merupakan suatu pengungkapan alasan iman percaya orang Maybrat, Imian,
Sawiat, terhadap wiyon-wofle yang mungkin memberikan harapan abadi yang
begitu mandiri dan berdiri sendiri. Gagasan serupa akan di akui oleh
umat Kristen tentang kepercayaan mereka kepada Tuhan injili. Merupakan
suatu gagasan iman kristiani yang mengharukan. Iman percaya merupakan
suatu kebulatan hati yang secara relatif terpisah dan saling berkaitan
sendiri, yang dihasilkan oleh keteguhan dan penyerahan diri yang
diharuskan mengikuti firman-firman terhadap Tuhan tunggal. Hal ini
merupakan suatu kebulatan iman yang terkafer dalam kepercayaan itu. Iman
itu tersusun dari pengharapan akan Tuhan yang disembah. Mengenai
keimanan bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat, hal keimanan telah ada
semenjak kepercayaan mereka akan wiyon-wofle dan mungkinsaja memiliki
artikulasi sebutan kata iman yang berbeda, namun memiliki suatu
kesamaan. Secara logis, hal iman mempunyai suatu arti yang sama dengan
kepercayaan dan keimanan seseorang akan semakin sungguh-sungguh karena
benar-benar ia mempercayai akan Tuhan. Bagi suku bangsa Maybrat, Imian,
Sawait, iman percaya mereka kepada Dia yang maha kuasa, telah ada dan
berkembangnya iman percaya mereka berkaitan dengan hubungan antara
wiyon-wofle. Karena segala sesuatu dalam iman, adalah ekspresif dari
kepercayaan dan pengimanan akan Tuhan. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa iman adalah suatu jawaban terakhir dari orang percaya. Demikian
sebagaimana orang Maybrat, Imian, Sawiat, dalam ungkapan mereka bahwa
mereka percaya kepada wiyon-wofle, berarti dapat disimpulkan bahwa orang
Maybrat, Imian, Sawiat, adalah orang yang beriman atau orang-orang yang
sudah mempunyai iman. Hamah Sagrim 170
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Menurut kami, bahwa iman setiap orang memiliki kekuatan yang luarbiasa
dan hal itu perlu dihargai. Bentuk ini bukan suatu cirri objektif iman
akan tetapi merupakan sesuatu hal yang melibatkan hari, jiwa, raga dan
roh, seseorang, Secara terus menerus dalam mengekspresikan keimanannya.
Suatu contoh, misalnyasaja seorang teisme kuno yang ditanyakan dengan
pertanyaan ³apakah anda percaya Tuhan?´ bisa saja ia menjawab ³Ya!, saya
percaya´, dan jawabannya belum tentu mengarah kepada Tuhan injili atau
Tuhan dalam agama moderen lainnya, akan tetapi mungkin jawaban kepada
Tuhan tradisionalnya. Karena sebutan Tuhan bukan saja digunakan khusus
oleh satu agama tertentu, namun ia dikenal dan dipercaya serta
disebut-sebut oleh berbagai agama yang ada, baik agama moderen bahkan
agama suku, karena yang dipercayai itu dianggap sebagai Tuhan mereka.
C. Difusi Ajaran dan Pemikiran Kristen dalam Sejarah Kristiani di
Maybrat Imian Sawiat-Tehit Papua. Bagian ini mendiskusikan sejarah fusi
antara ajaran injil kristen dengan nila-inilai lokal di Maybrat Imian
Sawiat-Tehit dan peran agamawan dalam menciptakannya. Melalui telaah
histories, penulis mengungkapkan bahwa di awal sejarah kristen dan kurun
moderen terbagi dalam sikap mereka terhadap tradisi lokal menjadi dua
kelompok: konservatif dan inklusif. Kelompok konservatif berupaya
mengkristenkan tradisitradisi lokal, sementara
kelompok inklusif mengharmonikan ajaran Kirsten dengan nilai-nilai
lokal. Gagasan seperti ini sering dibicarakan di ruang publki seperti
Gereja. Disamping itu, issu tentang modernisasi sistem pengajaran
Kristen juga menjadi topik bahasan dalam paper ini. Kesemuanya memainkan
peran signifikan dalam penyebaran kristen di wilayah Maybrat Imian
Sawiat-Tehit Papua. Kata Kunci : difusi, ajaran Kristen, nilai-nilai
lokal, agamawan, konservatif, inklusif. Maybrat, Imian, Sawiat merupakan
tiga sub suku bangsa dari suku bangsa bonberai, yaitu suku bangsa yang
memiliki sistem kekerabatan patrilineal.1) Suku bangsa ini, mempunyai
alur sejarah penyebaran penduduk yang unik dan ³agak´ mistik atau penuh
dengan cerita dan mitologi tua. 2) Wilayah Maybrat, Imian, Sawiat-Tehit
Papua awalnya merupakan daerah yang homogen eksklusif, dengan daerah
yang sangat kecil, namun karena proses alamiah yang ditandai dengan
sistem kekerabatan dan perkawinan serta sistem bermain kain timur, maka
terbentuklah wilayah yang luas seperti sekarang ini, dengan wilayah
kekuasaan atau jajahan yang dibedakan berdasarkan jejak penggunaan
bahasa. Misalnya daerah Maybrat merupakan daerah Hamah Sagrim 171
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
jajakan atau jajahan bahasa Maybrat, daerah Imian merupakan daerah
jajakan atau jajahan bahasa Imaian, dan daerah Sawiat-Tehit merupakan
daerah jajakan atau jajahan bahsa SawiatTehit . Berikut dibawah ini
adalah sistemm kekerabatan tradisional yang dianut oleh orang Maybrat,
Imian, Sawiat: 1. Sistem kekerabatan Patrilineal masuk ke dalam
kekerabatan Maybrat Imian Sawiat tidak dapat dilepaskan dari faktor
sejarah Patrilineal Portugis yang masuk ke wilayah ini. Sistem ini
dibawa oleh Pencari rempah-rempah pada masa Penjelajahan Bangsa
Portugis, kemudian para pedagang ini menggunakan orang Papua sebagai
opas suruhan mereka yaitu orang FakFak. 2. Ada bomna adat dan ada bomna
sejarah, bomna adat menceritakan seputar masalah adat Maybrat, Imian,
Sawiat-Tehit, sedangkan bomna sejarah menceritakan masalah sejarah yang
berkaitan dengan ke-Maybratan, Ke-Imianan dan Ke-Sawiatan-Tehit. Hunian
yang pertama di huni oleh klen atau keret adalah dusun, dan sampai saat
ini diakui sebagai hak ulayat budaya mereka. Pada awalnya kekerabatan
klen menjalankan kehidupan secara alamiah, kemudian akibat perkembangan
jumlah individu dan terbentuknya daerah-daerah kampong yang baru, maka
dideklarasikan kampung sebagai sistem pemerintahan. Menurut penelusuran
sejarah yang telah kami lakukan, pada awalnya kampung terbentuk akibat
akumulasi dari tiga proses pemukiman yang dibentuk dalam masyarakat
Maybrat, Imian, Sawiat-Tehit, yakni keret, dusun, dan kampong. Dalam
pemukiman keret, orang Maybrat, Imian, SawiatTehit hidup secara
sederhana dan belum hidup berkelompok dengan kelen lain sebagai kerabat
klen atau kerabat keret, yang mana baru setelah pada masyarakat dusun
terbentuklah kelompok kecil yang terdiri dari kerabat klen dekat.
Masyarakat dusun yang terdiri sekurangkurangnya dari tiga kelompok klen
dinamakan dengan pemukiman dusun kerabat klen dengan kepemimpinan
dipimpin oleh seorang tuan tanah (ra tabam-bobot) yang adalah pemilik
hak ulayat tersebut yang pemimpinnya adalah bobot-kapitan, dan setelah
itu barulah Kampung. Kampong merupakan kelompok sosial terkecil
masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat-Tehit, yang mempunyai sistem dan
struktur kepemimpinan tersendiri, yaitu kepala kampong. Seseorang yang
sebagai kepala kampong pada waktu itu adalah orang yang mengerti akan
beberapa bahasa, dan cerdik pandai, di mana kekuasaan yang satu sama
lain terintegrasi dalam musyawarah dan mufakat. Hamah Sagrim 172
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Eksistensi pemerintahan kampung ini tidak berfungsi akibat digantikan
oleh sistem pemerintahan desa melalui UU no 5 tahun 1979. Sistem otonomi
daerah di era reformasi meenghidupkan kembali konsep berkampong melalui
Perda No 9 tahun 2000. Akan tetapi, berbagai hambatan dan masalah
muncul ke permukaan disebabkan oleh ketidakjelasan konsep dalam
menghidupkan kampong itu. Ditinjau dari aspek adat istiadat, orang
Maybrat, Imian, Sawiat dipisahkan oleh dua kubu, yaitu kubu yang satu di
bawah kekuasaan bobot (Raja) dan kubu yang satu di bawah kekuasaan
Tuan. Bobot (raja) cenderung menjalankan sistem adat agak konservatif,
sementara itu Tuan lebih demokratis. Kedua adat ini lahir akibat konflik
dalam dinamika keadatan, Pemerintah dan agama dalam masyarakat Maybrat,
Imian, Sawiat. Walaupun demikian, kedua kubu ini tetap dalam satu
kesatuan Maybrat, Imian, Sawiat, dan sebagai formulasi Maybrat, Imian,
Sawiat pluralitas dalam praktik sosio kultural. 1. Sejarah Kristen di
Maybrat, Imian, Sawiat. Maybrat, Imian, Sawiat, berdasarkan sosiografis
terdiri dari dua wilayah yakni, Tehit dan Sfa, masing-masing mempunyai
tipologi dan struktur bahasa yang berbeda-beda tetapi agama yang sama.
Wilayah Tehit merupakan wilayah geologis yang terletak di pesisir pantai
dengan matapencaharian penduduk adalah nelayan, sedangkan Sfa terletak
di pegunungan dan merupakan wilayah pertanian yang subur dengan penduduk
bermata pencahariannya sebagai petani. 2. Tehit dalam Konstelasi Agama
di Maybrat, Imian, Sawiat. Dalam penyebaran Kristen di Maybrat, Imian,
Sawiat, wilayah Pantai mempunyai arti penting untuk dikaji dan dijadikan
pijakan sejarah, karena datangnya Kristen di Maybrat, Imian, Sawiat,
tidak lepas dari proses interaksi ekonomi antara pedagang Portugis yang
datang melalui Fak-Fak dengan mencari rempah-rempah dan burung
cenderawasih sehingga memperkenalkan beberapa bahan pecah belah sebagai
peningkatan terhadap ekonom pribumi (Tehit 1958) Selain itu, wilayah
pesisir termasuk daerah metropolis karena menjadi jalur perlintasan
transportasi dan persinggahan para ekonom asing. Kontak budaya dan agama
lebih cepat diakses dan diakumulasi oleh masyarakat Tehit. Dalam
penyebaran Kristen di Maybrat, Imian, Sawiat, wilayah pesisir atau Tehit
menjadi wilayah sentral perkembangan Kristen. Informasi sejarah tentang
ini dapat dilacak melalui pembawa agama yang datang melalui sungai
kaibus Tehit oleh penginjil yang bernama Yotley, Matatula dan didampingi
oleh Pdt. J. Wetstein, yang mana mereka menyisiri Hamah Sagrim 173
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
wilayah Maybrat, Imian, Sawiat-Tehit, melalui sungai kaibus di pesisir
pantai Tehit, mereka menyebarkan Kristen dengan tradisi Maybrat, Imian,
Sawiat -Tehit, yakni sebuah tradisi yang mana membutuhkan waktu untuk
mempelajarinya dengan baik. Yang terutama dipelajari adalah bahasa
daerah, yaitu dipelajari dengan cara dua arah yakni pribumi dididik
untuki mengerti bahasa Belanda, dan disamping itu mereka juga
mempelajari bahasa asli pribumi setempat. Penyebaran Kristen dengan
metode langsung berhadapan dengan pribumi. Ev. Yotley, Matatula dan
Pdt.Wetstein melakukan pendekatan persuasif dan dengan hati-hati mencoba
menerapkan Kristen dalam kehidupan pribumi di wilayah Maybrat, Imian,
Sawiat. Misalnya-Tehit, Ev.Yotley, Matatula dan Pdt.Wetstein pernah
mengajar injil kepada Silla Safkaur yang tidak pernah mendengarkan
injil, yang mana didogmatisasi dengan teologi Kristen bahwa manusia
berkewajiban mengawali pekerjaan dengan mengucapkan nama Tuhan Yesus
Kristus sebagai penuntun demikian seorang awam dalam kekristenan ini
terus menang, kemudian Yesus Kristus dijelaskan sebagai Sang Penyelamat
dan Bapa segala berkat dan rahmat yang dari padanya segala kegiatan
harus memohon tuntunan dan restu dariNya dalam mengerjakan sesuatu.
Pendekatan persuasif ini berkembang dan direspon oleh masyarakat
Maybrat, Imian, Sawiat-Tehit, menjadikan Ev.Yotley, Matatula dan Pdt.
Wetstein lebih leluasa menyebarkan agama Kristen dengan ditandai
mendirikan gereja untuk menyebarkan ilmu keagamaannya lebih lanjut.
Inilah pada awalnya agama Kristen mulai mendirikan lebaga pendidikan
formal seperti SD YPK, sebagai media transformasi pendidikan masyarakat
Maybrat, Imian, Sawiat. Di antara SD YPK, banyak mengubah orang Maybrat,
Imian, Sawiat, menjadi orang yang terpelajar, yang mana dari berbagai
kalangan masyarakat yang menuntut ilmu pendidikan formal. Kristen telah
membuat sebuah perubahan yang mempunyai pengaruh besar di wilayah
Maybrat, Imian,
Sawiat Papua, walaupun lembaga pendidikan didirikan oleh Kristen dengan
berdiri pada visi misi Kristen yang mana diikuti oleh masyarakat
Maybrat, Imian, Sawiat, terhadap kekristenan di wilayah mereka. Jejak
dan kiprah Kristen masih dapat dilihat di wilayah setempat seperti SD
YPK Bethel Sauf yang mana sampai sekarang tetap digunakan sebagai
lembaga pendidikan formil. Di daerah Maybrat, Imian, Sawiat, banyak
berjejer sekolah-sekolah dasar yang diberi nama YPK plus nama yang
sesuai dengan asal daerah yang membangunnya. Dalam praktek keseharian,
Sekolah-sekolah dan gereja-gereja tesebut diisi dengan kegiatan
sembahyang (ibadah ekaristi) oleh penginil dan guru sekolah minggu.
Setiap bulan Desember, perkampungan ini terlihat begitu Hamah Sagrim 174
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
ramai dikunjungi oleh penduduk setempat yang merantau jauh untuk
melakukan ritual atau natalan bersama yang mana telah mentradisi. 3.
Peran Penginjil Dalam Penyebaran Kristen. a. Tahap Awal Kristen di
Maybrat, Imian, Sawiat, Papua Kami mengamati bahwa penyebaran Kristen di
dalam masyarakat manapun, termasuk di Maybrat, Imian, Sawiat, melalui
tiga tahap penyebaran, yaitu; melalui perdagangan sebagai tahap pertama,
dan sending, (Katolik) sebagai tahapan kedua dan Penyebaran Murni oleh
utusan penginjil (tahapan ketiga). Tahap pertama adalah, melalui para
pedagang. Tahapan ini, injil Kristen tidak begitu diperkenalkan secara
terbuka kepada orang Maybrat, Imian, Sawiat, tentang dasardasar Kristen
sebagai agama yang dianut. Karena pada waktu itu, para pencari
rempahrempah dan pedagang VOC melakukan doa-doa yang sifatnya tertutup
antara pribadi mereka dan melibatkan tuan rumah yang mempunyai rumah
yang telah mereka nginap sementara. Walaupun tahapan ini sangat tertutup
dan pribadi, namun setidaknya telah melibatkan keluarga dalam rumah
sehingga dianggap bahwa Kristen sudah terdengar diwilayah Maybrat,
Imian, Sawiat, Pada abad itu. Tahapan kedua adalah tahap dimana Katolik
mulai pengutus misionarismisionarisnya untuk menjangkaui wilayah
Maybrat, Imian, Sawiat. Tahapan ini telah berhasil menyusup dengan
terbuka bagi masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, dengan ekaristi dan
peribadatan yang jelas. Tahapan kedua ini merupakan tahapan pertama
dimana Katolik berhasil menjangkaui wilayah Maybrat, walaupun kini yang
menganut agama Katolik hanyalah beberapa orang saja yaitu yang berasal
dari daerah Aifat, Mare, Karon, Snopi dan sekitarnya. Mereka ini dari
suku Meyah dan Meymaka. Suku ini adalah anak suku dari suku bangsa
Maybrat. Tahap ketiga adalah tahap dimana GKI mulai memetakan wilayah
jangkauan untuk pewartaan injil Kristen. Tahapan ini dilakukan dengan
baik dan berhasil hingga saat ini. GKI begitu mampu menyusup
ke-pedalaman wilayah Maybrat, Imian, Sawiat. Pada tahapan inilah Kristen
dikenal secara umum oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat, yaitu pada abad
pertengahan ke-18. penginjil yang telah berhasil menyebarkan ajaran
Kristen ini adalah Ev.Yotlei, Ev. Matatula dan Pdt. J. Wetstein. Pada
akhir abad ke-18 orang Maybrat, Imian, Sawiat, mulai rukun dalam iman
dan rukun Kristen.Dalam tahap Hamah Sagrim 175
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
ini, dominasi perkenalan ajaran Kristen mulai merasuki pikiran orang
Maybrat, Imian, Sawiat, seperti gempuran bombaridir yang menghantam
suatu benteng pertahanan yang rapuh yang mana Kristen dengan tegas
mengatakan bahwa perbuatan jahat adalah dosa hal itu merupakan larangan
yang adalah masalah hukuman dan balasan Tuhan terhadap perbuatan yang
dilakukan manusia. Pendeta atau penginjil memperkenalkan hukum ibadah
terhadap pengikutnya. Pada tahap ini, proses ekaristi gereja mulai
berkembang dan menjadi trend eksklusif bagi penganutnya. Sementara itu,
kajian terhadap penyebaran Kristen sebagai ajaran yang holistik dan
sudah begitu menjadi perhatian, termasuk dalam pengembangan pendidikan.
sebelum terjadi pembaruan di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, banyak
orang Maybrat, Imian, Sawiat, terfokus pada tradisi teologi tradisional
mereka yaitu wiyon-wofle yang dianggap oleh Kristen sebagai hal klasik
dan berhala, yang mana fokus pengajarannya seperti menghafal sifat
ajaran-ajaran dan berpuasa serta tertutup dan sacral dalam
pendidikannya. praktik Kristen dan adat kebiasaan pada
wiyon-wofle abad itu sangat kuat pengaruh wiyon-wofle yang begitu secara
tegas sehingga masih terjadi sinkretisme dan pengejaran serta Kristen
mulai mendogmatik penganutnya dengan strategi mempengaruhi para bobot
yang ada guna melepaskan wiyon-wofle. Kondisi ini terjadi karena kristen
datang dengan lunak. Di samping itu, literasi Kristen lebih banyak
dipergunakan oleh penginjil, sedangkan wiyon-wofle
menggunakan literasinya sebagai magis yang mana juga digunakan oleh
pemimpinpemimpinnya, (raa wiyon-na wofle). Memang demikian bahwa dalam
dokrin wiyonwofle ditekankan pentingnya literasi dalam botgif
wiyon-wofle dipergunakan untuk kepentingan-kepentingan magis ketimbang
kepentingan ke ilmuan moderen pada waktu itu. Singkatnya bo tgif
wiyon-wofle lebih menekankan magis dari pada Ilmu; ekstasi daripada
pengalaman ketentuan-ketentuan hukum wiyon-wofle. Institusi terpenting
wiyon-wofle adalah perikatan-perikatan longgar, tetapi eksklusif yang
berpusat dari seorang individu yang nyaris dipandang suci, sehingga
sering menciptakan kultus indvidu. Kondisi hukum wiyon-wofle ini
menyebabkan Ra wiyon-Na wofle atau Raa bam-Na tmah sering memainkan
multi peran. Disamping sebagai tokoh agama (tradisi), ra wiyon-na wofle
juga diyakini sebagai tabib, peramal dan seterusnya. Para pengikut
meyakini bahwa literasi yang dikuasai oleh Raa wiyon-Na wofle dapat
digunakan sebagai kekuatan magis. Raa wiyon-Na wofle sering didatangi
pengikutnya tidak hanya berkaitan Hamah Sagrim 176
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
dengan masalah keagamaan saja, melainkan juga menyangkut masalah
kemagisan. Dengan peran tersebut Raa wiyon-Na wofle itu dikultuskan,
sebagaimana yang terjadi pada saat itu dan hingga sekarang hal ini masih
tersimpan dan walaupun masih dilakukan secara tertutup. Seorang Raa
wiyon-Na wofle mempunyai otoritas dalam suatu upacara inisiasi dan
biasanya dikultuskan sebagai orang ³suci´ dalam wiyon-wofle tersebut.
Berhubungan dengan masuknya Krisren. Pada akhir abad ke-18 ini bisa
disebut dengan gerakan penjangkauan jiwa-jiwa Kristen di kalangan
Maybrat, Imian, Sawiat. Kelompok penjangkau jiwa yang disebut penginjil
dikenal dengan misionaris, atau lebih baik disebut sebagai missionaris
konservatif. Kelompok konservatif melihat bahwa kristen di kalangan
masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, masih bercampur antara adat kebiasaan
yang sinkretis dengan ajaran Kristen. Untuk itu diperlukan pemurnian
ajaran Kristen yang disebut dengan puritan. Gerakan puritan secara
langsung atau tidak langsung menjadi cikal bakal pergerakan nasionalis
Kristen, yang mana hingga abad 19 terjadi aliran-aliran Kristen
pertobatan yang menyebutkan dirinya orang-orang bertobat. Orang- orang
bertobat ini mungkin mereka yang telah melepaskan segala ekaristi
tradisional mereka dan memfokuskan pikiran hati jiwa mereka pada injil
Kristen. b. Puritanisasi Digerakkan oleh GKI dan Kristen pertobatan ini
dalam catatan pengamatan sejarah kami tentang Kristen di Maybrat, Imian,
Sawiat, menjadi embrio gerakan
nasionalisme yang tergabung dalam gerakan Penginjilan. Kelompok puritan
GKI pada abad ke-18 mulai menjadi trend akan ekaristi gerejani sebelum
Papua bergabung dengan NKRI. Peran missionaris mempunyai double legal,
yakni sebagai penginjil yang menyempurnakan pemahaman dan penyebaran
ajaran Kristen di tengah umatnya ketika hendak melakukan puritanisasi di
Maybrat, Imian, Sawiat. Gereja juga mempunyai peranan besar dalam ikut
menentukan nasip rakyat Papua dalam PEPERA 1969.
c. Tahap Modernisasi Modern bukan diartikan sebagai ³komponen Barat´
tetapi lebih dimaknai sebagai seting keilmuan dan kemajuan sains yang
berakar dari nilai-nilai agama. Max Weber, Robert N. Bellah dan Clifford
Geertz, melihat agama sebagai inspirator dari sebuah gerakan
humanisasi, sain, budaya dan seterusnya. Durkheim juga mengungkapkan
agama Hamah Sagrim 177
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
itu sui generis, oleh Richardson disebutnya sebagai felt whole ³perasaan
menyeluruh´ yang dibangun oleh agama, sehingga agama hadir dalam
konteks apa pun, dan dijadikan sebagai inspirator oleh manusia sebagai
makhluk Tuhan yang berakal untuk mencerahkan peradaban. (Richardson
1967) Weber melihat modernisasi ekonomi lahir dari etika Protestan.
Bellah juga menemukan bahwa kemajuan politik dan budaya di Jepang tidak
dapat dilepaskan dari sprit Tokugawa. Di Nusantara, kata Geertz, agama
telah memberikan move perjuangan menuju kemerdekaan. Proses modernisasi
dilakukan melalui dua cara; Pertama, melalui injection motivation, dan
kedua melalui revolusi think tank. Cara pertama lebih dimotivasi oleh
kemajuan dunia luar. Di Maybrat, Imian, Sawiat, modernisasi dalam
institusi pendidikan sangat dipengaruhi oleh sistem pendidikan diluar
pada abad itu, yaitu terutama sistem pendidikan Kolonial Belanda. Sistem
ini dibawa oleh Pemerintah Belanda dan diterapkan dalam sistem
pendidikan formal orang Maybrat, Imian, Sawiat. Akhirnya, terjadi
pembaruan dalam isntitusi pendidikan Kristen menjadi Yayasan Pendidikan
Kristen (YPK dan YPPK), yang klasikal, namun selalu mengikuti perubahan
sistem pendidikan, walaupun terjadi perombakan-perombakan kurikulum
pendidikan dari Kolonial menjadi keindonesiaan. Cara kedua adalah
mengilhami modernisasi melalui revolusi think tank, yakni gagasan
pembaruan Gereja yang datang dari pemikir-pemikir Gereja yang tidak siap
menerima ketertinggalan dalam percaturan dunia. Menurut kelompok ini,
ketertinggalan itu bisa diatasi melalui pengoptimalan pemahaman ajaran
Kristen dan Pengoptimalan Pendidikan Manusia. Dalam pandangan kalangan
modernisasi Kristen ini, ketertinggalan umat Kristen di Papua merupakan
kesalahan Kristen juga, itu karena memahami agama tidak secara rohaniah
saja tetapi jasmaniah harus diperhatikan juga. Disamping itu, keengganan
menerima pluralitas sebagai khazanah dan fitrah budaya, dan menjadikan
perbedaan sebagai metode konfrontatif yang melelahkan. Akibatnya adalah
terjadi pembongkaran terhadap bangunan inisiasi tradisional wiyon-wofle.
Setting kelompok modernis ini tidak terjebak dalam pemikiran
wiyon-wofle yang sempit, biasanya lebih mementingkan keseimbangan
pemahaman wiyon-wofle dengan bo snyuk. Wiyon-wofle merupakan pemahan
keagaman tradisional yang menuju kekayaan tradisional, sedangkan Kristen
adalah hukum yang didekonstruksi oleh Kristen dalam kehidupan orang
Maybrat, Imian, Sawiat. kedua ini tidak memiliki keseimbangan yang Hamah
Sagrim 178
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
ditemukan baik secara eksotorik dengan esotorik. Dalam hal ini, yang
lebih tegas dilakukan oleh kelompok modernis Kristen adalah meletakkan
Kristen sebagai ideologi atau paradigma dalam transformasi social
ditengah masyarakat. Tugas inilah yang
akhirnya dilakukan oleh agamawan atau penginjil, tetapi tidak semua
Penginjil dapat menjalankan missi tersebut, sehingga tugas tersebut
banyak diambil alih oleh kelompok akademisi yang terdidik dan menaruh
perhatian terhadap Kristen. Era ini di Maybrat, Imian, Sawiat terlihat
pada Modernisasi Kristen yang dipahami sebagai perubahan paradigma
pemikiran umat Kristen, bukan membangun definisi Kristen yang baru
melainkan dianggap sebagai suatu penginjilan. Dilihat dari alur
pemikiran, lahirnya paradigma ini disebabkan ³ketidakrelaan´ kelompok
pemikir Kristen terhadap ketertinggalan umat Kristen dalam ³merancah´
dunia sosialnya, serta pandangan sempit penginjil tentang Kristen yang
hanya ditarik dari satu sisi yaitu iman dan roh sehingga pemikiran umat
Kristen dalam mentransfer literasinya ke dalam dunia nyata cenderung
terhambat. Di Maybrat, Imian, Sawiat, paradigma pemikiran modernisasi
Kristen ini sebenarnya sudah muncul semenjak lahirnya puritanisasi
sebagai pendobrak pemurnian pemahaman Ktisten orang Maybrat, Imian,
Sawiat yang masih kental dengan budaya inisiasi. Namun, modernisasi
Kristen lebih berkembang ketika akhir abad ke-18 seiring dengan
bergeraknya kaum agama mendirikan Yayasan Pendidikan Kristen (YPK, YPPK)
membangun sekolah-sekolah agama modern di Maybrat, Imian, Sawiat.
Modernisasi Kristen lebih menekankan pada pembentukan karakteristik umat
Kristen untuk memanifestasikan hidup dalam konteks keberagamaan yang
sesungguhnya. Oleh sebab itu, diperlukan pengajaran dan sisitem
pendidikan agama yang signifikan terhadap tujuan tersebut. Maka dalam
modernisasi awal ini, sangat kentara terjadinya pembaharuanpembaharuan
institusi dan organisasi keKristenan, seperti lahirnya SD YPK, YPPK, SMP
YPK,YPPK, SMA YPK, YPPK, dengan pola moderen dan munculnya organisasi
platform Kristen. Di Maybrat, Imian, Sawiat, modernisasi dimulai dengan
mengubah sistem Pendidikan yang tradisional dengan sistem pendidikan
modern yang klasikal, berijazah dan memiliki kurikulum. Di Teminabuan
misalnya, Sekolah Rakyat dengan tenaga pengajar yakni Guru-Guru didikan
Belanda yang menjadi cikal bakal sekolah dasar (SD). Sekolah ini sangat
berpengaruh di Maybrat, Imian, Sawiat. Pada masa ini, ada dua Hamah
Sagrim 179
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
pendekatan yang dilakukan Penginjil untuk membangun umat kristen, yakni
pendekatan pendidikan dan pendekatan pergerakan. Pendekatan pendidikan
lebih tertuju pada perubahan ideational dalam generasi muda, sedangkan
pendekatan pergerakan mencakup pembentukan Jemaat dan institusi Kristen
yang progresif. Pendidikan yang dikelola oleh Penginjil atau missionaris
konservatif setidaknya telah melahirkan peta pemikiran ke-Kristenan di
Maybrat, Imian, Sawiat sekaligus terjadinya pergeseran pemikiran Kristen
dari wiyon-wofle ke modernisasi Kristen. Lahirnya sekolah-sekolah
moderen ini secara langsung mampu menjadikan Maybrat, Imian, Sawiat,
eksellent, dan tidak mengalami kekosongan sistem pemikiran inisiasi
wiyon-wofle. Sementara itu, Penginjil pada masa modernisasi Kristen ini
terbagi menjadi dua kutub, yakni Penginjil kaum muda dan kaum tua.
Penginjil kaum muda yakni Penginil-penginjil moderen dan konservatif,
biasanya Penginjil-Penginjil punya view oriented, dan mereka terpengaruh
oleh konsep-konsep pembaruan dari luar. Sementara kaum tua adalah
Penginjil-Penginil yang masih bertahan dengan konsep-konsep
Penginjilan masa lalu dan mereka juga masih sering mengkaitkan ideology
inisiasi wiyon-wofle dengan ideology injil, serta masih mempertahankan
tradisi ritualisasiritualisasi dan ritus keguruan tradisional
wiyon-wofle. Penginjil muda adalah; mereka yang berbicara dengan
runtutan terhadap penggunaan literasi kitab suci pada konteks
kehididupan yang lebih luas, dimana ayat-ayat Alkitab tidak ³dikurung
dalam pemahaman´ yang picik dan sempit. Bagi kelompok penginjil moderen
kristen, agama diaplikasikan secara realistis. Agama ditujukan untuk
pemberdayaan umat secara keseluruhan. Harus diakui bahwa dalam tahap
awal, konsep modernisasi pendidikan belum sepenuhnya terkembangkan,
karena masih terkendala oleh sistem penjajahan yang hanya memberikan
kesempatan kepada keturunan-keturunan bobot saja yang mengenyamnya.
Sekolahsekolah pada pemerintahan Kolonial Belanda yang dikembangkan baru
bergerak dengan sistem pendidikan yang teoritik dan belum dilengkapi
dengan skill education. Akibatnya, ketika terjadi perubahan terutama
berkembangnya pasar dalam sistem ekonomi, masyarakat Maybrat, Imian,
Sawiat, para alumni SR sulit mengikut perkembangan ini. d. Tahap
Perubahan
Hamah Sagrim
180
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Sekolah-sekolah yang didirikan oleh kristen konservatif secara langsung
atau tidak memiliki pengaruh terhadap mentalitas masyarakat Maybrat,
Imian, Sawiat. Pertama, pengaruh terhadap pendidikan keagamaan yang
melahirkan kaum Penginjil dan Pendeta. Kedua, pengaruh terhadap
mentalitas yang berimplikasi terhadap gaya hidup (life style) dan cara
berfikir. Pengaruh tersebut menjiwai lahirnya sebuah pergerakan yang
kemudian menjadi cikal bakal lahirnya kaum terpelajar. Di Maybrat,
Imian, Sawat, banyak kaum terpelajar yang lahir dari sekolah-sekolah
yang ada. Pergerakannya tidak saja beraikatan dengan keagamaan saja atau
disebut dengan ortodoksi skriptual penginjilan. Ortodoksi skriptual
ini, berlangsung sekitar akhir abad ke-18 diwilayah Maybrat, Imian,
Sawiat. Pada masa pergerakan inilah muncul kegamangan dari kaum Terdidik
dalam melilihat perubahan sosial, ekonomi, dan politik, terlebih lagi
semakin diterimanya sekolah-sekolah modern dengan kurikulum Indonesia
oleh masyarakat. Kondisi ini semakin meminggirkan pendidikan Kristen
mula-mula. Kristen turut ambil bagian dalam kancah sosial dan politik,
pada saat sekarang ini. Setelah itu, kaum Kristen banyak mengenal
organsisasi-organisasi sosial nasional lainnya, dan melibatkan diri
lebih jauh. Ada yang tidak puas dengan keilmuannya, maka kaum Pendeta
mencari jalan untuk berorganisasi agar ilmunya dapat dikembangkan lebih
luas. Maka terlibatlah kaum Pendeta dalam organisasi-orgnisasi yang
tidak lagi platform-nya Kristen, tetapi sudah nasionalis. YPK dengan
semakin banyaknya menamatkan para murid dengan sistem sekolah modern
mendapatkan kerja yang mapan. Di sisi lain, sistem pendidikan YPK masih
bertahan dengan sistem yang ada, masih terpaut dengan kajian-kajian
tekstualitas (skriptualisme) dan belum menjauh ke arah
pengembangan-penjabaran tekstualitas menuju kontekstual. Sistem
pendidikan seperti ini sebenarnya cukup lama berlangsung dalam peradaban
Kristen di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, dan Papua pada umumnya,
bahkan pada masa peradaban konsevatif Papua-pun tidak terjadi perubahan
dalam sistem pendidikan Kristen.Kecenderungan konservatif (ortodoksi
spiritual) dalam sistem pendidikan menekankan pada moralitas dan
literasi dan kurang menerima pemikiran yang radikal. Hal ini terjadi
karena pada kurikulum Penjajahan Kolonial Belanda Kebanyak pendidikan
saat itu hanya berupa hafalan, sehingga tidak mendorong orisinalitas.
Para siswa tidak diajarkan untuk memahami gagasan baru secara radikal,
karena masyarakat
Hamah Sagrim
181
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
luas tidak dapat menerimanya. Gagasan baru dianggap mengganggu tatanan
sosial dan membahayakan masyarakat. Pada masyarakat konservatif
stabilitas dan keteraturan sosial dianggap lebih penting dari kebebasan
berekspresi. Pergeseran cara pandang ini terus berlanjut. YPK dengan
sistem kurikulum pendidikan keindonesiaan melakukan terobosan baru yang
berbeda dari sistem pendidikan Kristen Kolonial Belanda. Sekolah-sekolah
yang didirikan dengan nama YPK atau YPPK mampu membaharui pemikiran
masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat. Pada masa ini, kaum Penginjil atau
misionaris mendapat tantangan yang signifikan dari Pendeta-pendeta
modern. Pemikiran-pemikiran kekristenan mulai bergeser dari pemikiran
klasik kepada kontemporer, karena perubahan sosial telah melahirkan
fenomena-realita yang baru. Untuk menjelaskan fenomena baru tersebut
dibutuhkan keterpaduan antara ilmu reliji dengan Semangat kekristenan
yang kuat. Perubahan-perubahan yang begitu cepat kurang terakses oleh
wilayah agama, dan kontrol masyarakat pun tidak banyak memainkan
peranan. Kondisi ini tidak saja dirasakan dalam masyarakat Maybrat,
Imian, Sawiat, tetapi seluruh Papua pun mengalami kondisi yang sama:
Keunggulan Penginjil dan Missionaris adalah kemampuan untuk hadir di
tengahtengah masyarakat luas, mampu mengkombinasikan pikiran
keilmuwannya dalam bahasa jelata, serta sanggup membangun kekuatan
jemaat yang real dan kohesif. Tapi sayang belum diperlengkapi dengan
perangkat teologis yang lebih transformatif. Kondisi tersebut
menyebabkan eksisitensi gerejani kurang diminati masyarakat, karena
keilmuwan kekristenannya belum transformatif. Akibatnya, Sekolah-Sekolah
YPK,YPPK lebih banyak bertahan di kalangan masyarakat pedesaan.
Sementara itu di perkotaan, sekolahsekolah moderen diakses dengan cepat
oleh masyarakat, seiring dengan bergulirnya sistem ekonomi pasar yang
menghendaki manusia sebagai ³mesin´ pencetak uang, dan keterampilan
untuk mencetak uang itu lebih terkonsentrasi pada sekolah moderen.
Wibawa YPK,YPPK mulai terpinggirkan. Kebanggaan terhadap generasi yang
mempunyai ilmu agama yang tinggi mulai dikalahkan oleh kalangan terdidik
dan mempunyai penghasilan-jabatan yang memadai. Inilah fenomena
traumatik sosial yang terlihat pada masa-masa perubahan di Maybrat,
Imian, Sawiat dan Papua umumnya.
Hamah Sagrim
182
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Seiring dengan fenomena tersebut, tradisi pemikiran kekristenan terpecah
menjadi dua kubu, yakni tradisi pemahaman keagamaan kaum pertobatan dan
GKI ± Katolik. Pertobatan dan GKI ± Katolik lebih banyak berkembang di
pedesaan Maybrat, Imian, Sawiat dengan mempertahankan sistem pendidikan
kristen, sementara pemahaman modern kekristenan berkembang di perkotaan,
dijabarkan oleh Pendeta yang mampu mengakses pembaharuan dan perubahan.
Dalam perpektif sosiologi, menjelaskan perubahan itu harus tahu dengan
konteks perubahan, sebab perubahan dan kondisi sebelum terjadinya
perubahan. Mau tidak mau, aktor transformatif harus memiliki pengetahuan
yang holistik dalam permasalahan itu. Pada tahap ini, perubahan
pemikiran pun tidak bisa dipisahkan dari proses modernisasi. Pemikiran
ke-Kristenan tidak lagi berada dalam otoritas Penginjil klasik, tetapi
mulai berpindah pada intelektual akademisi. Transformasi pemikiran ini
telah membangun dua komunitas pemikiran keagamaan, yakni komunitas
pemikiran klasik dan modern. Komunitas pemikiran klasik lebih berkembang
dan diterapkan oleh penginjil klasik, di gereja pada pedesaan oleh
penginjil klasik. Semenatara kelompok intelektual, lebih berkembang di
perkotaan. e. Teologi Transformatif Teologi transformatif menyatakan
bahwa realita tidak hanya dibaca dengan kacamata Kristen, tetapi juga
dilihat dari sisi praksisnya. Esensinya, ada hubungan dialektis antara
Kristen ideal dengan realita. Tujuannya untuk merubah fakta sesuai
dengan cita-cita Kristen. Teologi transformatif mencoba memahami
ortodoksi secara holistik. Realita, fenomena dan fakta harus
diselesaikan atau dibawa pada kancah ide-ide Kristen. Dalam konteks yang
sama. Namun, ketidakmampuan menjabarkan ortodoksi tersebut telah
membuat Kristen terpetiemaskan dalam hingar bingar realita sosial,
sehingga Kristen hadir ke hadapan kita bagaikan ³monumen batu´ yang
sudah selesai dipahat, hanya sebagai fakta sejarah yang sangat
menumental. Kecenderungan tersebut hendaknya dipahami dan dihayati oleh
umat Kristen, sehingga umat Kristen tidak terkungkung dalam kepicikan
dan kesempitan dalam memahami Kristen itu sendiri. Literasi Kristen
harus dijabarkan ke dalam realita, tidak disimpan dalam ³rumah kaca´
pemahaman yang sempit itu. Ketika umat Kristen mengapung literasi dalam
pemahaman yang sempit, Kristen akan terlihat dalam
Hamah Sagrim
183
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
kepercayaan dan pemahaman yang ekslusif, yang kemudian rentan
diterjemahkan oleh dunia luar sebagai kelompok fundamentalisme. Dalam
teologi transformatif, umat Kristen diharapkan mampu mendialogkan
teologis ke dalam realita. Hal ini sangat membutuhkan rasionalisasi
pemahaman terhadap ajaran Kristen. Menurut kami, rasionalisasi mungkin
sangat erat kaitannya dengan modernisasi, oleh sebab itu modernisasi itu
merupakan keharusan bagi umat Kristen, karena modern sangat erat dengan
ilmu pengetahuan. Mugkin Injil sebagai paradigma, dengan maksud mode of
thought, mode of inquiry yang diharapkan bisa menghasilkan mode of
knowing, di mana alkitab sebagai konstruksi dari pengetahuan.
Berdasarkan paradigma tersebut, keterbelakangan dan ketertinggalan umat
Kristen dari segi peradaban disebabkan oleh kesalahan umat Kristen dalam
meletakan Injil sebagai sumber paradigma yang luas. Cara pandang di
atas telah melahirkan dua pemikiran keKristenan, yakni; Mereka yang
berlatar belakang tradisi ilmu keKristenan konvensional dan mereka yang
terlatih dalam tradisi Barat (modernis). Keduanya tidak berbeda dalam
mengupas teologi. Bagi kalangan keKristenan konvensional, teologi
sebagai ilmu kalam dengan artian suatu disiplin ilmu yang mempelajari
ilmu ketuhanan, bersifat abstrak, normatif, dan skolastik. Sedangkan
bagi aliran kedua lebih melihat teologi sebagai penafsiran terhadap
realita dalam perspektif ketuhanan, lebih berupa refleksi empiris.
Berdasarkan konstelasi paradigma ini, pemikiran teologi transformatif
umat Kristen terpecah menjadi dua pula, pertama pemikiran yang tidak
menerima kenyataan luar, moderenisasi selalu diidentikan dengan Barat,
sehingga menahan diri dari mainstream moderen tersebut. Kedua,
intelektual yang dapat menerima moderenisasi sebagai suatu realita yang
harus dicerahkan dengan teologi transformatif, yang dibangun melalui
pengokohan paradigma Kristen. Untuk memahami injil; pertama, mengkaji
dan memahami seting situasi atau problem historis, baik yang spesifik
maunpun yang makro. Kedua, menjeneralisasi jawaban-jawaban yang
ditemukan, sehingga menjadi paradigma yang sering dinyatakan. Di sinilah
letaknya, keterujian intelektualitas Kristen dalam menjabarkan Kristen
sebagai agama peradaban. Sayangnya, keterujian itu belum banyak
dibuktikan, sehingga umat Kristen masih saja berada dalam warna yang
redup dari kemajuan. Perbenturan-perbenturan pun tidak dapat dielakan,
karena antara yang satu dengan yang lainnya saling menganggap
pemikirannya yang benar. Aliran - aliran Hamah Sagrim 184
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
teologis yang dipahami oleh umat Kristen sangat rentan dengan konflik
pembenaran. Inilah agaknya menjadi penyebab lambannya teologis
transformatif untuk diadopsi. Umat Kristen di Papua masih terseret dalam
pertentangan klaim-klaim aliran pembenaran. Hal ini, sangat
³melelahkan´ umat Kristen di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, Papua itu
sendiri dalam menatap masa depannya. Perbedaan aliran dan organisasi
misalnya, menyebabkan mereka terpecah dalam membangun peradaban sistemp
ekaristi peribadatan. Sementara perubahan begitu cepat menawarkan
beragam realita dan fenomena. Di Nusantara, keterlambatan
mengartikulasikan teologis transformatif ini disamping dipengaruhi oleh
faktor di atas juga sangat dipengaruhi oleh orientasi dominan hukum yang
dibangun dan saingan akan tetangga agama yang lain. Hukum yang dibangun
kadang belum seimbang antara pemberdayaan akal pikiran dengan batiniah,
lebih banyak mengambil kapling dalam rutinitas ibadah mingguan,
sementara ibadah sosial secara luas terkesampingkan, sehingga umat
Kristen tertinggal dalam ekonomi, politik, pendidikan dan budaya. Di
saat yang sama, terjadi pemisahan antara ibadah dengan realita
kehidupan. Ibadah dipahami penyembahan, puasa, pujian dan syukur,
sementara menata ekonomi, politik, budaya, pendidikan dan seterusnya
agak dipisahkan dari arti ibadah yang lebih luas. f. Revivalisme
Pemikiran Kristen di Maybrat, Imian, Sawiat. 1. Tradisi lokal Tradisi
lokal sering dijadikan media dalam peribadatan Kristen, seperti Tifa,
Suling bamboo yang mana sebagai media yang dijadikan alat penyembahan di
Papua dan Maybrat, Imian, Sawiat oleh Penginjil klasik lokal. 2. Bahasa
dan Seni Sejarah perkembangan bahasa Maybrat, bahasa Sawiat, bahasa
Imian, tidak begitu diketahui keberadaannya semenjak kapan, akan tetapi
untuk bahasa tubuh, sudah ada atau telah digunakan oleh manusia Maybrat,
Imian, Sawiat, pada Zaman primitif ketika jumlah keanggotaan mereka
lebih dari satu orang. Bahasa tubuh merupakan bahasa komunikasi pertama
yang telah dipakai oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat. Bahasa (lisan)
yang dipergunakan tampaknya mempunyai gaya tersendiri karena tidak
memadukan sistem tata bahasa dari etnis lain. Hal tersebut dapat
dimengerti mengingat suku Maybrat Imian Hamah Sagrim 185
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Sawiat merupakan suku bangsa yang bukan pengembara jarak jauh (long
leave), namun pengembaraan mereka hanya merupakan pengembaraan jarak
pendek (short leave). Pengembaraan jarak pendek yang dimaksud adalah
pengembaraan dalam mengejar nafkah, sehingga segala sesuatu yang
dimiliki termasuk bahasa mereka tidak berupa bahasa campuran yang
tercipta secara efohesi. Dari segi aksara, tetap mengikuti aksara bahasa
masing ± masing, yaitu Bahasa Maybrat, tetap mengikuti aksara Suku
Maybrat, Suku Sawiat, tetap mengikuti aksara Suku Sawiat, Suku Imian,
tetap mengikuti aksara Suku Imian. Namun dalam bahasa Maybrat memiliki
tiga langgam bahasa yang masing ± masing memiliki dialek yang berbeda,
yaitu untuk sub suku Maybrat seperti May Yah, langgam bahasanya
terdengar halus dan lambat, dan untuk sub suku Maybrat seperti may Ithe,
langgam bahasanya terdengar agak setengah tegas, sedangkan untuk suku
May brat (May uu), langgam bahasanya terdengar sangat tegas. Namun untuk
bahasa Imian dan bahasa Sawiat, masing ± masing dengan langgam bahasa
dan sebutan serta arti yang berbeda ± beda baik antara suku Imian dan
suku Sawiat bahkan dengan suku Maybrat. Tidak disangkal bahwa manusia
ikut dibentuk oleh situasi sekelilingnya. Demikian unsur seni Suku
Maybrat, Imian, Sawiat, pada umumnya terbentuk seirama dengan
lingkungannya sebagai kelompok yang hidup didaratan dan pesisir. Nada
suara umumnya tegas dan tinggi, mengingat keengganan mereka yang selalu
dalam mejelajahi hutan dan laut yang homogen dan sangat luas sehingga
sering memisahkan jarak antara anggota yang satu dengan anggota lainnya
menjadi berjauhan, kadang juga bisa hilang karena kurang menguasai
lokasi perburuan mereka. Kesenian yang ditonjolkan adalah :
Hamah Sagrim
186
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
-
Seni
musik,
diantaranya
adalah
Biola
(krombi), tebuat dari bahan Bambu yang kulitnya di gunakan sebagai
String atau snar dan sumpit yang dililitkan dengan kain sebagai alat
gesek atau dawai (tref). Alat musik ini telah dikenal oleh orang
Maybrat,
Gambar: Biola tradisional (krombi) dan alat gesek (tref)
Imian, Sawiat pada abad yang tidak diketahui.
-
Suling atau seruling , terbuat dari bamboo orang Maybrat, Imian, Sawiat
berkenalan dengan suling pada abad kedelapanbelas. Tifa, (ain dan toke)
terbuat dari bahan Kayu dan kulit Rusa. Tifa dikenal pada tahun yang
tidak diketahui. Gambar: Suling atau seruling Gambar: Tifa besar (ain)
dan tifa kecil (toke)
Element teater, juga sekaligus dapat menjadi tempat pertunjukkan adalah
panggung hiburan (Taro). Bentuk Panggung hiburan atau Taro yang dimiliki
oleh Suku Maybrat Imian Sawiat biasanya dibangun dengan kemiriban
stadion, yang mana pada bagian- bagian sisinya lebih tinggi sebagai
tempat duduk para pengunjung dan penonton daripada areal melakukan
pertunjukkan. Bangunan theater atau arena pertunjukkan ini biasanya
tidak dibangun menetap namun biasanya dibangun bilamana adanya kegiatan ±
kegiatan tertentu yang berkaitan dengan seni tari seperti : Berdansa
(B¶sioh), Serar, yosim dan menari (mwi bowi). Kesemuanya disertai dengan
pertunjukkan gerakan tubuh serta dengan sifat tarian tersebut. Berikut
lihat gambar : berbusana tarian sesuai
Hamah Sagrim
187
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Gambar: Tampak atas Teater atau panggung hiburan (taro)
Gambar: Vew teater atau panggung hiburan (taro)
-
Seni suara, umumnya disertai dengan suara. Seni suara dikenal secara
moderen oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat pada akhir abad ke-delapan
belas yang mana diperkenalkan oleh penginjil Kristen, setelah masukknya
injil Kristen di wilayah Maybrat. Imian, Sawiat. Populernya seni suara
pada waktu itu ketika ekaristi dalam peribadatan Kristen yang
menggunakan nyanian dan pujian sehingga orang Maybrat, Imian, Sawiat,
terinspirasi dan membentuk kelompok-kelompok menyanyi atau group seni
suara yang terdiri dari satu orang (solo), dua orang (duet) tiga orang
(trio) dan lebih dari tiga orang (group). Pada abad inipula awal mula
Orang Maybrat, Imian, Sawiat, mulai bersentuhan dengan alat musik aliran
moderen seperti harmonika, guitar string, seruling dan vokal group yang
mana selalu dilakukan dengan cara berlatih atau olah vokal.
4. Kelengkapan Hidup Sejarah kehidupan manusia telah mencatat bahwa,
manusia pertama, nenek moyang kita; hidup sebagai pengembara atau
manusia yang hanya mencari nafkah secara terus-menerus dan
berpindah-pindah dari satu tempat ketempat yang lain. Pada zaman ini,
manusia tidak memiliki kelengkapan hidupnya seperti; api, kapak, dan
busana. Hal ini diakibatkan karena mereka belum memiliki kemampuan
mencipta (non Undagi). Sejarah orang Maybrat, Imian, Sawiat telah memuat
catatan perjalanan hidup mereka semenjak nenek moyang. Catatan ini juga
sama dengan catatan sejarah perjalanan nenekmoyang manusia dari
herbagai belahan dunia lainnya. Manusia Maybrat, Imian, Sawiat,
mula-mula juga Hamah Sagrim 188
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
tidak memiliki kelengkapan hidup pada zaman ini, dan mereka sebagai
manusia pengembara atau pencari nafkah dengan berpindah-pindah tempat.
Dalam penelusuran sejarah dan penelitian kami dibeberapa kampong pada
tahun 2000 ± 2001, yaitu dikampong; Udagaga, Makaroro, Mogatemin, Mugim,
Keyen, Sengguer, Moswaren, dan selanjutnya pada tahun 2004 dan 2007
dari wilayah; Ayamaru, Sosian, Temel, Mapura, Suwiam, Yukase, Segior,
Kartapura, Sauf, Sembaro, Soroan, Koma-koma, Kanisabar, Welek, Pasir
putih, Mlabolo, Klamit, Kladut, Kambuaya, Jitmau, Kartapura, Arus,
Kambufatem, Susmuk, Aifat, Mare, Karon, dan menyusuri sungai Kamundan,
Mukamat, Ayata, Kamro, TehitTeminabuan, Wehali, Serbau, Serer, Tofot,
Haha, Woloin, Imian, dan Wainslolo, ditemukan beberapa laporan tentang
kelengkapan hidup manusia Maybrat Imian Sawiat yaitu; a. Kapak Batu.
Orang Maybrat, Imian, Sawiat, mula-mula atau disebut manusia primitif,
dalam kehidupan mereka, kelengkapan hidup yang pertamakali dikenal oleh
orang Maybrat, Imian, Sawiat adalah kapak batu (stone axe) ³fra maãn´
dalam sebutan bahasa Maybrat. Data yang diambil tentang kapak batu
(stone axe) sebagai kelengkapan hidup manusia primitif
Maybrat, Imian, Sawiat ini telah dikenal pada zaman batu. Sayangnya
kapak batu (stone axe) ini tidak ditemukan wujudnya, karena telah
dibuang dan dimusnahakan oleh pemerintahan Hindia Belanda pada tahun
1950 yang lalu dan lokasi atau kampong-kampong yang dihuni juga
dibubarkan untuk digabungkan kekampong-kampong sekitarnya guna perluasan
kampong. Mungkin sebaiknya kita kembali untuk membongkar lokasi-lokasi
bekas kampong yang dibubarkan untuk pencarian benda-benda prasejarah
yang dibuang. Manusia primitif Maybrat, Imian, Sawiat, pertama yang
membawa kapak batu (stone axe) adalah Tit Srowy di Tehit-Teminabuan,
kemudian diambil oleh seorang manusia primitif yang bernama Woroh
Simian, dan membawanya ke daerah Fayoh. Ketika itu woroh simian bertemu
dengan seorang manusia primitif yang bernama Fhour Dyaman yang mana
selanjutnya menggunakan kapak ini bersama-sama. Disinilah awal mula
nenekmoyang orang maybrat imian sawiat mengenal kapak batu (stone axe).
Dari uraian ini, jelaslah bahwa manusia maybrat imian sawiat pertama
yang mengenal dan memperkenalkan kapak batu
Hamah Sagrim
189
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
(stone axe) adalah Ti t Srowy yang adalah manusia primitive/nenekmoyang
yang hidup didaerah tehit (kini Teminabuan). b. Api ± Tafoh ± Sala
(flame) Orang maybrat imian sawait primitive kemudian mengenal api
µtafoh-sala¶ (flame), yang mana diperkirakan pada zaman batu. Api,
pertamakali dikenal didaerah maybrat, api yang mana dikenal melalui
fenomena alam, yaitu ketika terjadi gesekan antara pepohonan yang satu
dengan pohon yang lainnya, dan menimbulkan percikan api sehingga menjadi
bara api. Nama api (flame) yang pertama dikenal dalam bahasa primitive
orang maybrat adalah; SSS, dan FUF. Ini adalah nama api yang dikenal
pertama kali di zaman itu, karena ketika penemunya yang bernama tafoh
yang kini namanya digunakan dalam sebutan api, (dalam bhs. maybrat).
Ketika itu dia (tafoh) melihat percikan api yang timbul ketika gesekan
pohon lalu menjadi bara api, dia (tafoh) lalu mendekatinya dan
menyentuhnya dengan tangan, tetapi karena tangannya terbakar sehingga ia
meringis kesakitan dengan mengeluarkan kata SSS, setelah itu, tafoh
mendekatinya untuk keduakalinya dengan keinginan memadamkannya dengn
cara meniupnya. Ketika ia mencoba untuk meniupnya dan bunyi nafas
tiupannya yang terdengar FUF, oleh kerabat-kerabatnya yang bersama
dengan dia, sehingga mereka menyebut api dengan nama FUF dengan
menggunakan bahasa tubuh untuk mengatakan kepada kerabat yang lain
tentang api. Dari penemuan ini, dipertahankan dan berkembang hingga
zaman megalitik, yang mana manusia maybrat imian sawiat primitive mulai
mengembangkan teknologi sederhana penghasil api (flame tecnology). Pada
zaman ini, manusia maybrat imian sawiat yang begitu primitive, sedikit
demi sedikit mulai mengalami perubahan. Pada zaman ini pula mereka mulai
mencoba untuk meramu bahan-bahan untuk menciptakan api. Bahan-bahan
yang digunakan pertamakali untuk pembuatan api adalah: a. Rotan (to atu)
b. Kayu (ara) c. Ampas dedaunan kering (hita gat)
Hamah Sagrim
190
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
d. Cara kerjanya adalah; Rotan dililitkan pada batan kayu dan ampas
dedaunan kering diletakan dibawah dan selanjutnya tali rotan ditarik
kekiri dan kekanan dengan bergesekan pada dinding kayu secara bergantian
selama beberapa menit dan ketika kayunya panas, maka menimbulkan
percikan api yang jatuh pada ampas dedaunan kering sehingga menjadi bara
api. Bahan yang digunakan kedua atau model kedua: a. Bambu (tbil/bron)
b. Pecahan batu (fra habah) c. Ampas dedaunan kering (hita gat) Cara
kerjanya adalah: pecahan batu digesekan pada dinding bamboo kering
secara teratur berulang kali pada lokasi gesekan yang sama, sedangkan
dibagian bawah disiapkan ampas dedaunan kering, setelah gesekan tersebut
menghasilkan percikan api, yang jatuh pada ampas dedaunan kering itu
sehingga menghasilkan bara api dalam beberapa menit. Bahan yang
digunakan ketiga, atau model ketiga: a. Pecahan kaca/beling botol (kusia
habah) b. Bamboo (tbil/bron) c. Ampas kayu/dedaunan kering (ara
magi/hita gaat) Cara kerjanya adalah: pecahan kaca/beling digesekan pada
kulit bamboo kering secara teratur berulang kali kepada tempat gesekan
yang sama dan beling dilapisi dengan ampas kayu, sehingga ketika
percikan api keluar langsung pada ampas kayu yang ada dan menghasilkan
bara api. Model teknologi pembuatan api yang ketiga dengan bahan
kaca/beling, semenjak abad 16, ketika VOC masuk ke wilayah Maybrat,
Imian, Sawiat. Pada abad ini pula orang Maybrat, Imian, Sawiat, mengenal
barang-barang pecah belah dan korek api.
Gambar: Bamboo sebagai bahan penghasil api tradisional
Hamah Sagrim
191
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Skematika perkembangan Manusia Maybrat, Imian, Sawiat, Papua dan Api
Orang Maybrat, Imian, Sawiat, tanpa api
Orang Maybrat, Imian, Sawiat mengenal api dari fenomena alam
Orang Maybrt, Imian, Sawiat, menciptakan bahan api dari bahan kayu dan
api
Orang Maybrat, Imian, Sawiat, menciptakan api dari bamboo dan beling /
pecahan batu dan kaca
Orangg Maybrat, Imian, Sawiat, mengenal korek api / matches
c. Busana Orang Maybrat, Imian, Sawiat, dalam proses hidupnya, ia baru
mengenal busana kemudian setelah kelengkapan yang lain seperti kapak
batu (stone axe), dan api (flame) dikenal. Sejarah orang Maybrat, Imian,
Sawiat, mengungkapkan bahwa nenekmoyang mereka pada mulanya hidup dalam
ketelanjangan tanpa busana. Akantetapi sedikit demi sedikit waktu
memproses mereka dengan diimbangi otak dan nalar yang kian mulai
berpikir untuk berkembang menjadi manusia moderen, sehingga mereka
mencoba untuk meramu segala sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhan
hidup mereka yang mana ikut merubah hidup mereka dari kehidupan
primitive hingga menjadi manusia moderen sekarang ini. Nenekmoyang orang
Maybrat, Imian, Sawiat, yang pertama memakai busana cawat/cedaku
(gitaut) adalah Hafra Hafuk. Kemudian diperkenalkan kepada anaknya yaitu
Hefy Hafuk, dan selanjutnya Hefy Hafuk, memperkenalkannya kepada
anaknya Saf Haafuk, (kini sesa dumufle). Bahan yang digunakan sebgai
busana adalah kulit kayu (fijoh malak), yang berwarna Putih. Akan tetapi
busana dari kulit kayu tersebut kemudian digantikan dengan bahan kain,
pada abad ke-16, dimana orang Maybrat imian sawiat mengenalnya Hamah
Sagrim 192
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
melalui para pedagang VOC. Sejarah orang maybrat imian sawiat dalam
mengenal busana ini pada zaman dan tahun yang tidak diketahui. 5.
Pengaruh Wanita Maybrat Imian Sawiat Terhadap Lingkungannya a. Wanita
Maybrat Imian Sawiat (bakit, ku ano, nangli) Seperti halnya wanita
±wanita lain, wanita Maybrat, Imian, Sawiat juga memiliki sifat-sifat
kejiwaan wanita. Ciri khas kewanitaan yang banyak disoroti orang adalah
sifat memelihara. Ini disebabkan karena kodarat wanita secara fisik
bertugas mengandung, memelihara, dan menyusui. Namun sayangnya, sifat
memlihara ini dalam perkembangannya lalu menjadi tuntutan ethis.
Tuntutan ini yang mendorong wanita maybrat imian sawiat untuk memberikan
cinta kasih mereka tanpa pamrih, disertai dengan pengorbanan diri dan
penyerahan diri. Maka tepatlah jika kita menamakan: wanita itu merupakan
asas dari cinta kasih. Dengan sifatnya yang bersifat memelihara itu,
wanita menjadi lebih bersifat heterosentris, mengarahkan aku-nya kepada
aku yang lain lebih-lebih mepada yang dicintainya. Sifat ini akan
terungkap pada sikap memelihara, melindungi, bersahabat, mengalah,
menetap dain sebangsanya. Sifat kewanitaan seperti terurai diatas juga
dimiliki oleh wanita maybrat imian sawiat, bedanya terletak pada adat
dan kebudayaan yang membentuk setiap wanita dari suku bangsa
sendiri-sendiri. Wanita Maybrat Imian Sawiat Dapat Kita Golongkan
Menjadi :
1. Wanita kampong, yang berasal dari keluarga petani dan nelayan, atau
wanita yang belum menikmati pendidikan yang cukup. 2. Wanita kampong dan
kota, yang berasal dari keluarga ekonomi menengah atau wanita yang juga
menikmati pendidikan yang cukup 3. Wanita kota, yang berasal dari
kalangan keluarga atas atau wanita yang telah menikmati pendidikan cukup
dan menikmati pendidikan cukup dan lebih Tipe dari 3 golongan wanita
tersebut juga tidak sama kadarnya. Untuk tipe golongan wanita kota atau
yang sudah berpendidikan tinggi, penampilan dan pengaruhnya dalam
masyarakat sengat berfariasi, namun ada anggapan orang mengenai wanita
Maybrat, Imian, Sawiat yang mana anggapan ini merupakan stereotip wanita
Maybrat, Imian, Sawiat. Stereotif ini lalu menjadi suatu ideal bagi
wanita Maybrat, Imian, Sawiat. Dalam hal ini, yang membuat wanita
maybrat imian sawiat begitu ideal pada masanya. Walaupun sebenarnya
kalau kita mendalami kepribadian dari wanita maybrat imian sawiat akan
kita temui tipe-tipe yang telah berontak Hamah Sagrim 193
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
terhadap adat, seperti dalam adat maybrat imian sawait sekarang ini.
Menurut budaya merek, mengatakan bahwa seorang wanita harus ; tenang,
penurut, tunduk dan yang lebih lagi adalah menjaga virginelitasnya
hingga pinangan. Jadi pemberontakan yang melawan etika adat, tersebut
hingga kini telah banyak dilakukan oleh wanita maybrat imian sawiat yang
telah terbawa pengaruh new zaman. Stereotif bahwa wanita maybrt imian
sawiat itu bersifat; narimo, pasrah, sabar, halus, bakti dan sedikit
tegas, akan tetapi sifat-sifat tersebut yang merupakan stereotif wanita
maybrat imian sawiat yang ideal tidak terbina dengan baik dan wanita
maybrat imian sawiat new zaman cenderung bergaya hidup dengan mengadopsi
sifat-sifat baru seperti; ingin bergerak bebas, tidak begitu penurut,
dan tidak sabar. Akan tetapi tidak semua sifat nampak dalam setiap
pribadi wanita Maybrat, Imian, Sawiat. Hal ini juga disebabkan karena
wanita maybrat imian sawiat mendapat pengaruh dari pendidikan dan
perkembangan zaman yang baru new zaman. Pendidikan, baik formal maupun
informal sangat berperan penting dalam membina pengembangan pribadi
wanita maybrat imian sawiat. Wanita maybrat imian sawiat banyak mendapat
pengaruh pendidikan yang mana membentuk cirri-ciri kepribadian seperti;
cerdas, paham/tahu mengenai bakatnya, bersikap kritis terhadap
masalah-masalah social disekitar lingkungannya, berani menyimpang dari
kebiaan yang berlaku, menunjukkan sikap independent, berperasaan halus
serta tidak menyerah dalam menghadapi rintangan, namun didalam mengambil
keputusan-keputusan, tetap mendahulukan keharmonisan dengan orang-orang
sekelilingnya. Walau cirri tersebut bagi wanita maybrat imian sawit
juga relatif baik, namun pendidikan keluarga maybrat imian sawiat sangat
besar andilnya dalam pembentukan cirri-ciri wanita tersebut guna
menghindari broken house, atau adanya kecolongan keluarga dalam
membentuk karakter anak. Tugas membina anak dominan bagi seorang ibu
(ibuism), merupakan Suatu pernyataan yang dating dari orang maybrat
imian sawiat, sebab mereka mempunyai suatu keyakinan bahwa kekuatan
seorang ibu (mama) sangat besar dalam keluarga, seorang ayah (bapa)
kerapkali tidak begitu memperhatikan anak-anak pada umur tertentu,
disinilah peran ibu (mama) sangat dibutuhkan. Ibu (mama), sebagai tabir
kedewasaan seseorang anak, ibu (ibu) sebagai manager bagi keluarga,
sebagai penggerak dalam kelompoknya tanpa meminta kekuasaan atau pujian.
Itu adalah paham kaum ibuism yang memang sifat kodratnya sebgai
pemelihara.
Hamah Sagrim
194
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Paham ibu, (ibuism) seolah-olah memberi kekuasaan dan prestige tetap
yang kepada bapak/pria. Dari segi kebudayaan orang maybrat imian sawait,
wanita (finya) memperoleh kesempatan untuk aktif mengatur dan membagi
pekerjaan kepada anggota keluarganya atau kelompoknya. Pria/bapak,
berada ± ditempatkan di depan, dan di luar, sedangkan wanita/ibu
melaksanakannya didalam dan di belakang, hasil yang di olah atau
dikerjakan oleh wanita/ibu, dikomunikasikan, dipromosikan keluar oleh
pria/bapak. Maka dengan sendirinya pria/bapak-lah yang mendapatkan
prestige, mendapatkan pujian. Wanita maybrat imian sawiat dengan rela
membiarkan situasi ini terjadi secara sinergis dengan aman. Bagi wanita
maybrat imian sawiat, paham ibuism ini merasuk sekali kedalam batinnya
sehingga setiap wanita maybrat imian sawiat seperti sudah miliknya.
Tetapi justrus hal inilah yang menyebabkan wanita maybrat imian sawiat
mendapatkan perlakuan yang kurang adil dari pria. Paham inilah yang
justru menjadi faktor kelestarian ketidak adilan di kalangan wanita
maybrat imian sawiat, yang mana akibatnya mereka berontak terhadap
pria/bapak, menimbulkan persoalan dan timbullah smasalah yang mana
melibatkan kerabat klen dari kaum wanita dengan tuntutan-tuntutan yang
harus disepakati oleh kepala klen (bapak). Hal ini membuat wanita
maybrat imian sawiat sangat sadar dan makin tahu akan kekuatan yang ada
padanya. Kebudayaan atau adat orang maybrat imain sawiat yang memberi
kesempatan kepada wanita untuk aktif dalam keluarga, merupakan suatu
pelatihan yang mana membina wanita maybrat imian sawiat untuk mampu
aktif juga diluar keluarga. Aktifitas ini merupakan proses permagangan
keluarga. Walaupun situasi ini banyak nampak pada wanita maybrat imian
sawiat golongan bawah dan menengah. Bagi golongan elit, lebih banyak
menunjukkan sifat feodalisme yaitu memperbudak orang lain. Bagaimanapun
juga, aktifitas wanita maybrat imian sawiat di dalam masyarakat sangat
besar dipengaruhi oleh kekuatan wanita, yang sumbernya dari dalam
keluarganya. Dalam kebudayaan maybrat imian sawiat, kita kenal konsep
³kekuatan´. Menurut pandangan orang Belanda, ³kekuatan ´ ini besar
pengaruhnya dibidang sosial dan juga berpengaruh dalam budaya orang
maybrat imian sawiat. Analisis kami dalam penelitian terhadap hal ini,
kekuatan wanita maybrat imian sawiat, juga sudah diperhitungkan dalam
fenomena sosial dan budaya. Hal ini dapat dibuktikan dalam sejarah
dimana peranan kekuatan wanita sangat menentukan dalam penyelesaian
fenomena sosial dan budaya (³mban ra sme´ - dalam bahasa maybrat).
Menurut hemat kami, kekuatan wanita maybrt imian sawiat sangat konkrit
dan menggema dalam pribadi Hamah Sagrim 195
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
yang mempunyainya. Kekuatan yang dimaksud disini adalah sumber yang
berasal dari pribadi wanita maybrat imian sawiat. Kekuatan diekspresikan
dalam tindakan pesan, kedamaian, keikutsertaan dalam menopang seorang
laki-laki dalam menyelesaikan masalah, perkembangan, dan kebahagiaan.
Walaupun kekuatan ini berasal dari kaum wanita yang seringpula terasa
halus, sebab bersumber dari konsentrasi batin wanita, namun kekuatannya
luarbiasa. Wanita maybrat imian sawiat akan kekuarangan kekuatannya
kalau kebanyakan pamrih, ini merupakan keyakinan yang terbangun oleh
wanita maybrat imian sawiat. Oleh karena ibu/isteri ditugaskan
melaksanakan apasaja yang penting untuk kelangsungan hidup keluarga di
dapur, maka wanita maybrt imian sawiat dipersiapkan untuk mempunyai
kekuatan batin serta dikombinasikan dengan fisik fisik dan dihindarkan
dari pamrih (mengalah). Wanita maybrat imian sawiat yang fisik dan
batinnya kuat serta beretika, dipercaya sebagai penakluk dan pembawa
pesan tentang hal-hal yang baik, pembawa perdamaian dan pembawa
kesejahteraan keluarga dan masyarakat. b. Wanita Maybrat Imian Sawiat
dan Maskawin (boyi) Dalam sejarah perkembangan hidup orang Maybrat Imian
Sawiat mencatat kenyataan bahwa wanita Maybrat (finya-gu ano), wanitia
Imian Sawiat (nangli) adalah wanita dengan nilai maskawin paling
termahal, mungkin termahal di dunia. Wanita Maybrat Imian Sawiat
mempunyai harga harga tersendiri dalam maskawin, bila dibandingkan
dengan wanita dari suku bangsa lainnya dibelahan dunia. Harga wanita
Maybrat Imian Sawiat menjadi suatu penekanan nilai tersendiri karena
dalam budaya Maybrat Imian Sawiat mempunyai catatan nilai-nilai khusus
yang terkafer dalam penentuan harga maskawin. Beberapa hal mendasar yang
mempengaruhi besar kecilnya penentuan harga maskawin adalah ; 1.Tinggi
rendahnya maskawin awal yang telah dibayar oleh kerabat klen laki-laki
(suami) kepada kerabat klen perempuan (istri). 2. Berdasarkan jenjang
pendidikan 3.Berdasarkan kelas atau kasta keluarga Adapun nilai budaya
yang juga ikut mempengaruhi besr kecilnya maskawin adalah; a. Pembayaran
pusat (gu mbit), dilaksanakan pada waktu anak berumur 2 minggu. b.
Pembayaran rumah bersalin (samu kre), dilaksanakan ketika ibu dan bayi
diperbolehkan untuk keluar. Kegiatan ini dilakukan oleh keluarga klen
laki-laki dan keluarga kerabat perempuan c. Pembayaran ketika memberi
nama (bofan), dilaksanakan dengan cara upacara dan doa. Hamah Sagrim 196
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
d. Pembayaran ketika di caci-maki (bohlat). Dilakukan oleh keluarga
pelaku yang mencaci maki kepada keluarga korban. e. Pembayaran ketika
kena musibah kecelakaan atas dasar ajakan teman (isti). Dilakukan oleh
keluarga klen dari yang mengajak korban dan menyerahkan kepada keluarga
klen korban f. Pembayaran ketika pelecehan seksual muda-mudi, (boke).
Dilakukan oleh keluarga klen laki-laki dan menyerahkan kepada keluarga
klen perempuan g. Pembayaran ketika meninggal dunia ± bayar tulang (mfou
yu taa). Dilakukan oleh keluarga dan kerabat keluarga kepada kerabat
klen ibu yangmelahirkandia yang meninggal tersebut. h. Pembayaran minang
(finya migiar ± mfot bofot). Dilakukan oleh keluarga kelen laki ± laki
kepada ± mempelai pria kepada kerabat klen perempuan ± mempelai wanita.
Dalam penentuan nilai maskawin wanita Maybrat Imian Sawiat yang sering
dilakukan paling rendah dengan nilai uang Rp. 50juta+kain ternama
(wansafe, bokek, sarim, toba) yang nilainya bila diuangkan Rp.100 ±
200juta maksimal 2potong atau minimal 1potong+kain biasa lainnya 25
potong. Karena tingginya nilai maskawin wanita Maybrat, Imian, Sawiat,
dan sebagaimana kenyataan yang terjadi bahwa kebanyakan kaum pemuda dari
Suku Maybrat Imian Sawiat terpaksa menikahi gadis-gadis dari suku
bangsa yang dari luar wanita Maybrat Imian Sawiat. Alasannya karena
ketidakmampuan keluarganya untuk menyelesaikan beban maskawin yang
ditangguhkan oleh kerabat klen wanita kepada keluarganya. Kadang
terdengar nada-nada sumbang oleh orang Maybrat Imian Sawiat yang
mengatakan bahwa laki ± laki Maybrat Imian Sawiat yang menikah dengn
wanita bukan dari Maybrat Imian Sawiat adalah laki ± laki yang tidak
mampu, dia dianggap orang murahan, tidak ternilai, berbicarapun tidak
dihargai dalam kelas budaya, dan mereka dianggap sebagai pria yang
memberontak terhadap budaya atau tergolong pria yang tidak berwibawa. c.
Pengaruh Lingkungan Terhadap Pola Pengembangan Pribadi Wanita Maybrat
Imian Sawiat. Wanita Maybrat, Imian, Sawiat, sesuai dengan adat dan
harapan terhadap dirinya, dipersiapkan sebagai pribadi yang memiliki
kekuatan batin (invisible power). Berdasarkan pengalaman pengamatan kami
dan hasil diskusi/tukar pengalaman terhadap wanita Maybrat, Hamah
Sagrim 197
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Imian, Sawiat, bahwa pola perkembangan wanita maybrat imian sawiat
tumbuh dalam berbagaimacam variasi. Variasi ini disebabkan karena pola
pengembangan pribadi wanita maybrat imian sawiat itu sendiri, tidak
hanya dipengaruhi oleh adat atau tradisi saja, tetapi juga dipengaruhi
oleh banyak faktor seperti misalnya; latar belakang pendidikan orangtua,
pendidikan sekolah, pendidikan agama, dan pendidikan lingkungan atau
kelas dalam strata ditengah kehidupan mereka dalam masyarakat. Sebagai
contoh, teman saya; ia dilahirkan dari kedua orang tua maybrat imian
sawiat yang asalnya dari golongan berbeda. Ibunya dari golongan bobot
dan bapaknya dari golongan biasa. Latar belakang keluarga mereka
berbeda, tetapi kedua-duanya mendapatkan pendidikan sekolah Belanda dan
pendidikan agama Kristen. Didalam keluarga, mereka merasakan proses
pencampuran dari factor-faktor pengaruh tersebut, sehingga pola
perkembangan pribadi wanita maybrat imian sawiat seperti dia dapat
digambarkan sebagai berikut; 1. perkembangan yang asalnya dari diri
pribadi sendiri, atau kita pinjam kata yang tepat dari Sahlins, yang
mengatakan bahwa kepemimpinan pribadi (big woman). Faktor ini merupakan
faktor dasar, sebab ³warna´ sifat manusia yang sebenarnya ada disini.
Dalam diri pribadi ini pulalah manusia akan menggambarkan perkembangan
pribadinya secara tidak sama. 2. perkembangan yang sumbernya dari luar
pribadi (external), pengaruh luar ini dapat diperinci lagi : a. pengaruh
dari adat/latar belakang dari keluarga ayah b. pengaruh dari adat/latar
belakang dari keluarga ibu c. pengaruh dari ajaran agama yang dianut d.
Pengaruh dari pendidikan sekolah yang diperoleh e. Pengaruh dari
pergaulan dengan teman-teman didekatnya f. Pengaruh dari pendidikan atau
pengalamannya bermasyarakat g. Pengaruh dari lingkungan/daerah asal
seperti daerah gunung dan daerah pesisir pantai. Apabila sumber internal
(yang dapat juga bersumber dari turunan dan bakat manusiawinya) dari
wanita maybrat imian sawiat itu menjadi kuat, maka ia akan mudah,
³mengunyah´ sumber ± sember pengembangan pribadi wanita itu, makin
suburlah perkembangan pribadinya. Lebihlebih sebagai wanita yang siftnya
lebih hetero-wentris, maka proses sosialisasi pada wanita lebih Hamah
Sagrim 198
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
menonjol. Wanita juga (Wanita Maybrat, Imian, Sawiat) akan subur
perkembangan pribadinya apabila mau membuka diri bagi yang lain dan
dapat membahagiakan orang lain. Sikap membuka diri ini bagi wanita
Maybrat, Imian, Sawiat adalah merupakan suatu budaya yang didasarkan
atas kasih secara temurun, sebab adat mengnggap hal itu sangat baik,
tetapi pada umumnya orang tua Maybrat, Imian, Sawiat, lebihn keras
menuntut dari anak-anak gadisnya agar mau bersikap dan mau berbuat
sesuai dengan apa yang dilakukan oleh seorang gadis, yaitu; diam,
mengalah, narimo, pasrah dan penurut. Nasehat-nasehat semacam ini
biasanya diberikan kepada seorang Gadis Maybrat, Imian, Sawiat, yang
memasuki masa-masa yang siap untuk kawing melalui pendidikan wanita yang
disebut dengan (finya mgiar). Inilah yang menyebabkan wanita
maybrat imian sawiat menjadi tertutup pribadinya, namun jika ditemukan
bahwa wanita Maybrat, Imian, Sawiat, ada yang dirinya tida narimo, suka
mengomel, tidak menjaga citranya, dan terutama keperawannannya maka
mereka itu tergolong sebagai wanita yang memberontak terhadap budayanya.
Karena budaya Maybrat, Imian, Sawiat, mengajarkan bahwa, seorang wanita
Maybrat, Imian, Sawiat, dipandang terhormat jika melakukan proses
perkawinan sesuai dengan adat mereka, yaitu seorang wanita sudah
seharusnya diminang oleh laki-laki baru sah menikah dan berhak memiliki
keturunan, jika memiliki keturunan diluar daripada aturan ini, maka
sudah pasti dibilang sebagai wanita yang tidak layang dipandang sebagai
wanita terhormat (keir). Ungkapan perasaan atau pendapatnya kurang
bahkan tidak jelas juga tidak boleh
dilakukan oleh seorang wanita Maybrat, Imian, Sawiat. Hal ini disebabkan
karena adat menilai wanita Maybrat, Imian, Sawiat, yang baik itu;
Halus, Harus Tegas dan Aktif. Wanita Maybrat, Imian, Sawiat, yang
terhormat dan utuh adalah wanita yang menjaga dirinya hingga diminang
oleh laki-laki secara adat dan dididik dalam didikan tradisional yang
disebut dengan (finya mgiar), harga diri wanita Maybrat, Imian, Sawiat,
diukur melalui pembayaran maskawin, keturunan keluarga bobot, dan
kedudukan status dalam pemerintahan. Wanita Maybrat Imian Sawiat adalah
wanita yang aktif dan tegas, namun semakin meluasnya kesempatan
pendidikan bagi wanita maybrat imian sawiat, maka penampilan diri dan
sifat-sifat khas mereka makin bervariasi. d. Peranan Wanita Maybrat
Imian Sawiat Terhadap Lingkungan Dalam perkembangan dari tiap-tiap
pribadi wanita maybrat imian sawiat, kedewasaan sangat menggambarkan
kekuatan batin yang ada dalam diri mereka. Seterti sudah diuraikan
dimuka bahwa, kekuatan kekuatan yang berasal dari dalam diri manusia
maybrat imian sawiat, asalnya Hamah Sagrim 199
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
dari kekuatan batin yang ada dalam diri ibunya. Peranan ibu sangat besar
dalam mempengaruhi perkembangan jiwa anak-anaknya. Sifat-sifat khas
wanita maybrat imian sawiat; narimo, pasrah, penurut, sabar dan tegas,
ternyata apabila berkembang konstruktif dalam dirinya dapat merupakan
kekuatan yang luarbiasa. Sifat-sifat tersebut dapat memperkuat iman
wanita maybrat imian sawiat, dalam beriman kepada Tuhan. Iman ini
mengalahkan segalanya, dengan iman yang kuat inilah wanita maybrt imian
sawiat, dapat menjadi lebih berani. Sifat-sifat sabar, setia, tegas dan
bakti pada suami dan orang tua, ternyata terwujud menkadi kekuatan besar
yang dapat mempengaruhi orang lain. Perkembangan sifat-sifat wanita
maybrat imian sawiat masa kini membuat mereka menjadi ingin, bersedia,
boleh, dan malahan diharapkan dapat mengisi dua peranan ganda dalam
masyarakat. Peranan ganda ini, oleh wanita maybrat imian sawiat, dialami
membawa kewajiban dan tanggungjawab ganda pula. Factor ini dalam wanita
maybrat imian sawiat menimbulkan suatu loyalitas ganda. Maka jelaslah
bahwa wanita maybrat imian sawiat, disatu pihak loyal dan tanggungjawab
kepada suami dan anak-anaknya, dan dilain pihak loyal terhadap tugas dan
pekerjaannya dalam masyarakat. Wanita maybrat imian sawiat akan merasa
damai kalau kedua loyalitas tersebut saling menyambung atau saling
mendukung. Faktor loyalitas inipula yang juga dapat menjadikan sebab
konflik pribadi atau konflik social bagi wanita maybrat imian sawiat.
Seperti juga wanita yang lain, perkembangan wanita maybrat imian sawiat
juga membutuhkan kontak dengan manusia (aku) yang lain, sebagai makhluk
sosial, mereka akan bisa menikmati kesempurnaannya atau kelengkapannya
apabila berada bersama subyek lain. Padahal makin subur perkembangan
pribadi wanita maybrat imian sawiat, yang pribadinya matang, mempunyai
kekuatan kekuatan yang besar dalam menyelesaikan masalah pribadinya dan
masalah sosial. Peranan kekuatan batin (invisible) dari wanita maybrat
imian sawiat, sungguh-sungguh akan mempunyai akibat perdamaian dan
kesejahteraan wanita maybrat imian sawiat, yang matang kekuatan
batinnya, teguh imannya, percaya diri, pasti akan disebut wanita
perkasa. Tetapi apabila wanita maybrat imian sawiat itu terikat oleh
material dan sosialn, maka konsekwensinya dalam diri manusia. Maka
dengan hadirnya pamrih yang berkembang dalam diri manusia. Maka dengan
hadirnya pamrih yang berkembang dalam diri pribadi, pribadi, kekuatan
batin akan dapat berkurang, bahkan dapat musnah. Itulah sebabnya wanita
maybrat imian sawiat, selalu melaksanakan ³perilaku prihatin´ apabila
menginginkan kekuatan batinnya bekerja. Perilaku Hamah Sagrim 200
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
prihatin, atau doa ini adalah kekuatan yang dimaksudkan untuk memperkuat
diri sendiri atau mendukung orang lain supaya kuat. Misalnya seorang
ibu turut mendoakan suaminya jika suaminya memerlukan dukungan kekuatan
batin untuk permasalahan yang dihadapi. Kerelaan ibu yang bersedia
dengan kekuatan inilah yang sangat besar pengaruhnya terhadap
lingkungan. e. Proto Tipe Pola Hidup Wanita Maybrat Imian Sawiat. Wanita
Maybrat, Imian, Sawiat Sebagaimana yang Telah Diuraikan, Mereka Juga
Memiliki 3 Proto Tipe Pola Hidup yaitu; 1. Proto Tipe Pola Hidup Wanita
Maybrat Imian Sawiat Tempo Dulu. Wanita maybrat imian sawiat yang
disebut wanita tempo dulu adalah wanita yang hidup pada tahun 1947
kebawah. Wanita maybrat imian sawiat tempo dulu adalah wanita yang
hidupnya masih terikat dengan budaya maybrat imian sawiat yang kental
dan mereka termasuk pelaku budaya, dan tidak mengenal pendidikan. 2.
Proto Tipe Pola Hidup Wanita Maybrat Imian Sawiat Berpendidikan. Wanita
maybrat imian sawiat berpendidikan adalah mereka yang sudah merasakan
pendidikan. Mereka adalah wanita-wanita maybrat imian sawiat yang hidup
pada tahun 1950 keatas. Wanita yang hidup pada masa ini adalah wanita
yang bertumbuh besar serta dibentuk oleh budaya maybrat imian sawiat dan
merekalah wanita ±wanita pertama yang mengenal dan mengenyam pendidikan
pada sekolah rakyat (SR), sekolah guru belanda (SGB). Pada zaman
penjajahan pemerintah Hindia Belanda, wanita maybrat imian sawiat secara
berkelanjutan mengalami suatu perubahan di dunia dengan masuknya
pemerintah Indonesia yang mana membangun sekolah-sekolah seperti; SD,
SMP, SLTA, dan perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta.
Wanita maybrat imian sawiat massa pendidikan masih menjunjung tinggi
nilai-nilai budaya mereka secara baik dan mereka mampu mengenal dan
menguasai budaya-budaya mereka secara mendalam seperti budaya bahasa,
tarian, busana dan lainnya. Budaya ± budaya ini sangat mereka hargai
sebagai jatidiri mereka yang begitu sederhana dan mulia. 3. Proto Tipe
Pola Hidup Wanita Maybrat Imian Sawiat Massa Reformer. Wanita maybrat
imian sawiat yang hidup pada tahun 1998 keatas, tergolong sebagai wanita
reformer. Mereka yang hidup pada massa reformer adalah mereka yang
begitu mengenyam pendidikannya hingga tahapan akademik. Mereka yang
hidup pada masa reformer selain wanita yang merasakan pendidikan cukup,
tetapi juga mereka adalah Hamah Sagrim 201
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
wanita yang sudah tidak begitu mengenal dan menghargai budayanya.
Misalnya kebanyakan wanita maybrat, imian, sawiat, yang hidup pada massa
reformer ini dijumpai tidak begitu mengetahui bahasa ibu (bahasa
daerahnya) secara fasih. Kadan ada yang sedikit bisa mengucapnya
sepotong-sepotong, ada yang hanya mendengar dan mengerti, tetapi tidak
bisa mengucapkannya, dan ada yang samasekali tidak mengenal dan mengerti
bahasa serta budayanya. Wanita maybrat imian sawiat massa ini adalah
mereka yang tergolong sebagai wanita yang memberontak terhadap budaya
dan kecenderungan ingin menyamai hidup mereka dengan gaya hidup
wanita-wanita moderen lain dengan melepaskan khasanah budayanya sebagai
miliknya yang original. Wanita ± wanita maybrat imian sawiat reformer
yang tidak mengenal budaya mereka adalah terutama mereka yang hidup
diperkotaan semenjak lahir hingga dewasa, adapula terjadi karena
perkawinan silang antara klen laki-laki maybrat dengan wanita diluar
suku maybrat imian sawiat (outrolokal). Sebab-sebab ini yang membuat
keturunan orang maybrat imian sawiat semakin menjauh dari adat dan
budaya mereka secara langsung.
f. Perempuan
Maybrat
Imian
Sawiat
dan
Kepemimpinannya
Pada
Birokrasi
Pemerintahan Saat ini Telah kita uraikan bersama bahwa wanita maybrat
imian sawiat di bedakan atas tiga prototipe, yaitu proto tipe wanita
maybrat imian sawiat tempo dulu, yang mana belum mengenal pendidikan,
sedangkan proto tipe kedua adalah wanita maybrat imian sawiat masa
berpendidikan atau mengenal pendidikan tetapi belum mampu sebagai
pemimpin karena pendidikannya masih sangat minim atau belum mendapat
pendidikan secara baik. Sedangkan prototipe ketiga adalah wanita maybrat
imian sawiat zaman reformer, atau wanita yang memperoleh pendidikan
yang cukup atau mencapai gelar Dr, Ir, Master. Berkaitan dengan program
pemerintah indonesia dengan Pembangunan yang menyeluruh telah, Dewasa
ini sudah banyak perempuan maybrat imian sawiat yang terlibat dalam
pelaksanaan kegiatan pembangunan diberbagai bidang, walau Pada umumnya
perempuan maybrat imian sawiat belum diikutsertakan secara menyeluruh
dalam perumusan, perencanaan dan pengambilan keputusan kebijaksanaan
pembangunan. Sering terjadi aspirasi kaum perempuan maybrat imian sawiat
kurang mendapat perhatian.
Walaupun banyak perempuan maybrat imian sawiat yang sudah mampu memegang
jabatan Hamah Sagrim 202
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
pimpinan, tetapi data statistik belum menunjukkan hal-hal yang di
harapkan. Contoh : Pendidikan Perempuan Maybrat, Imian, Sawiat, dalam
Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Menurut Pendidikan Tertinggi
yang ditamatkan dan Jenis Kelamin, 1999 Perkotaan Pedesaan. Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan Perempuan dibawah Laki-laki dengan pencapain
tertinggi di bandingkan perempuan. Data pendidikan 1999 juga menyebutkan
bahwa perempuan Maybrat, Imian, Sawiat, yang mampu menyelesaikan
jenjang studi dari perguruan tinggi pada tahun tersebut bukannya
meningkat, akan tetapi semakin menurun secara drastis.
g. Perempuan Maybrat Imian Sawiat dalam Lembaga Tertinggi dan Tinggi
(DPA, DPR-MPR).
Negara
Dari contoh diatas jelas bahwa makin tinggi jenjang pendidikan, makin
sedikit jumlah perempuan maybrat imian sawiat yang menamatkan nya, makin
tinggi jabatan, makin sedikit perempuan yang menjabatnya. Untuk
memegang suatu jabatan di pendidikannya di perguruan tinggi walupun
dalam pemerintahan ada syarat-syarat yang perlu dipenuhi. Persyaratan
secara formal dari tingkat Presiden RI sampai Kepala Desa tidak
membedakan antara laki-laki dan perempuan. Meskipun demikian, pada
kenyataannya hanya sedikit jumlah perempuan maybrat imian sawiat yang
memegang jabatan dalam pemerintahan dan badan tertinggi maupun tinggi
negara kalau dibandingkan dengan laki-laki. Hal yang demikian itu
disebabkan karena berbagai hal seperti berikut : 1. Tingkat pendidikan
perempuan maybrat imian sawiat pada umumnya lebih rendah dari laki-laki.
2. Masih ada peraturan perundang-undangan nilai sosial budaya sekitar
serta pengaruh lingkungan sekitar mensyaratkan dan belum sepenuhnya
mendukung peningkatan kedudukan perempuan maybrat imian sawiat pada
umumnya dan penempatannya mereka pada khususnya. 3. Perempuan maybrat
imian sawiat sendiri sering belum siap secara mental psikologis walaupun
mereka kadang-kadang sudah memenuhi persyaratan kemampuan profesional.
Disamping itu, masih tampak jelas kecenderungan bahwa laki-laki dianggap
sebagai pencari nafkah keluarganya, padahal dewasa ini sudah banyak
perempuan yang bekerja sebagai Hamah Sagrim 203
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
pencari nafkah utama maupun tambahan. Adapula pertimbangan lain yang
seorang perempuan secara biologis lebih banyak memerlukan cuti daripada
laki-laki, yang akan mengurangi produktivitas pekerjaannya sehingga
dianggap kurang menguntungkan. Seorang perempuan harus memperlihatkan
kemampuan yang jauh lebih tinggi dari laki-laki, untuk dapat memperoleh
kesempatan tumbuh kembang dan menduduki jabatan pimpinan dalam
pemerintahan. Dengan mengajukan kemampuan sesuai dengan tujuan GBHN.
Dengan kemampuan profesional dan manajemen kepemimpinan yang mencukupi
serta ketahanan mental spiritual yang tinggi, perempuan akan dapat lebih
berperan sebagai pemimpin yang mempunyai kemampuan menggerakkan orang
lain, serta memprakarsai kegiatan yang dapat memenuhi kebutuhan rakyat
banyak. Sehubungan dengan hal tersebut, baik organisasi maupun
orang-orang yang dipimpinnya memperoleh manfaat akan kehadirannya.
Dengan kemampuan kepemimpinannya perempuan dapat pula berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan dan perumusan kebijaksanaan pembangunan.
Pengembangan diri sebagai pemimpin merupakan suatu proses yang berjalan
terus menerus, sesuai perkembangan nilai-nilai dalam lingkungan
sekitarnya. Oleh karena itu, perempuan maybrat imian sawiat sendiri
sering merasa terpanggil dan bertekad untuk mengembangkan dirinya.
Pengembangan diri tersebut selalu mereka gali dan memulai dari diri
mereka sendiri dan lingkungan mereka. Pada hakekatnya pengembangan
kepemimpinan perempuan maybrat imian sawiat dewasa ini merupakan
pengembangan diri pribadi mereka untuk membentuk kepercayaan pada diri
sendiri dan memupuk harga diri mereka. Perempuan maybrat imian sawiat
telah menjadi dewasa dalam dunia pendidikan mereka sehingga mereka
menganggap bahwa pemimpin harus sanggup mengembangkan diri setiap orang
yang dipimpinnya. Perasaan bahwa ia mempunyai kemampuan tersebut dengan
nilai pribadinya dapat mengatasi hambatan yang dihadapinya. Bukan
sebaliknya, dengan menakut-nakuti atau mendramatisasi keadaan, orang
merasa dirinya kecil dan tidak berani melakukan sesuatu. Adakalanya
perempuan tidak tahu bersikap dan berprilkau dalam menjalankan fungsi
kepemimpinan, mungkinjuga sebagian perempuan maybrat imian sawiat
memiliki karakter ini. Hal ini disebabkan karena ia khawatir dianggap
"tidak feminim" bila melakukan fungsi kepemimpinan (ketegasan, disiplin
dan sebagainya), juga karena ia belum berlatih untuk menjadi pemimpin.
Oleh karena itu, perempuan maybrat imian sawiat yang menjadi pemimpin,
sering Hamah Sagrim 204
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
berkewajiban membagi dan meneruskan pengetahuan, keterampilan dan
pengalamannya kepada perempuan lain, sebagaimana halnya seperti
perempuan di dunia lainnya. sejarah telah membuktikan bahwa perempuan
mampu menduduki jabatan-jabatan pengambil keputusan/ pimpinan seperti
Ratu Sima, Ratu Elisabeth, Laddy Diana, Bundo Kandung, Mega wati,
Margareth Thatcher, Indira Gandhi dan lain-lain. Sesungguhnya perempuan
tidak perlu ragu-ragu menjalankan kepemimpinannya. Fakta membuktikan
bahwa banyak perempuan menjadi pemimpin yang baik dan disegani.
Perempuan tidak perlu bertingkah laku seperti laki-laki untuk
menjadipemimpin yang baik, sebaliknya juga tidak usah ragu-ragu
menggunakan pandangan dan pertimbangannya sendiri dalam menjalankan
kepemimpinannya. Ciri-ciri pemimpin dalam teori-teori organisasi
sebagian besar dihubungkan dengan sifat kejantanan : tegas, keras, tidak
kenal kompromi, rasional, mandiri dan sebagainya. Sifat ± sifat
tersebut juga dimiliki oleh perempuan maybrat imian sawiat secara
heterogen, sehingga tampak dari perempuan maybrat imian sawit yang
memiliki kewibawaan dalam kepemimpinan. Akan tetapi kebanyakan wanita
tidak memiliki sifat ± sifat yang dimiliki oleh laki ± laki, Hal ini
disebabkan karena yang mengembangkan ilmu manajemen umumnya adalah
laki-laki, sehingga hanya ciri-ciri prialah yang dikenal sebagai
ciri-ciri pimpinan yang baik.
6. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, dan Keindahan (bo mof) 1. Pengertian
Keindahan (Bo Mof) Keindahan berasal dari kata indah yang artinya bagus,
cantik, elok, molek, dan sebagainya. Benda yang mempunyai sifat indah,
bisa dari hasil seni, pemandangan alam, manusia, rumah, sara, warna dan
sebagainya. Kawasan keindahan bagi manusia sangat luas dan sesuai dengan
perkembangan teknologi, sosial, dan budaya. Karena itu dapat dikatakan
bahwa keindahan merupakan bagian dari kehidupan manusia dan merupakan
dambaan manusia, karena dengan keindahan itu, manusia merasa nyaman
hudupnya, dan perasaan kemanusiaannya tidak terganggu. Orang maybrat
imian sawiat secara turun temurun mengenal keindahan ± keindahan yang
dapat menyenangkan atau memuaskan indera mereka yaitu baik secara indera
pendengaran (mari) maupun indera penglihatan (m¶mat). Orang maybrat
imian sawiat juga mengenal adanya keindahan yang bersifat rohani (har),
sebagaimana tampak pada sistem kepercayaan tradisional Hamah Sagrim 205
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
(wiyon-wofle) yang mana keindahan rihani ini di maksudkan oleh orang
maybrat imian sawiat, sebagai keindahan yang dapat menyenangkan atau
meuaskan batin mereka. Walaupun keindahan itu secara materiil dibedakan,
namun secara esensial keindahan jasmani dan keindahan rohani tidak di
pisakan karena pada akhirnya unsur kemanusiaan yang menjadikan
penentunya. Kodrat orang maybrat imian sawiat, selalu mendambakan
sesuatu yang baik yang dapat menyempurnakan kemanusiaan mereka, karena
itu, keindahan bagi orang maybrat, imian, sawiat, sebenarnya bukan
sekedar sesuatu yang menjadi harapan mereka, melainkan merupakan sesuatu
yang harus mereka usahakan. Persepsi orang maybrat imian sawiat
terhadapa keindahan antara yang satu dengan yang lain juga tidak sama,
karena ditentukan oleh daya penggerak yang menjadi sumber timbulnnya
kehendak atau keindahan terhadap keindahan itu sendiri. Persepsi
keindahan yang muncul dari akal budi orang maybrat imian sawiat, dapat
kita sebut sebagai keindahan dalam arti sebenarnya, dan keindahan yang
muncul dari dorongan nafsu bagi orang maybrat imian sawiat merupakan
keindahan semu. Selain itu, bagi orang maybrat imian sawit, keindahan
tidak lepas dari pengertian objektif, maupun subjektif, artinya orang
maybrat imian sawiat mengenal adanya keindahan objektif dan keindahan
subjektif. Keindahan objektif sendiri sebenarnya ada pada suatu benda
atau barang yang sifatnya abadi dan universal. Sedangkan orang maybrat
imian sawiat juga mengenal adanya suatu keindahan abadi (har ro mron),
yang mana tidak terikat oleh waktu dan perkembangan, disenangi atau
tidak, ia tetap ada dan tidak tergantung pada asas kegunaan (manfaat)
lahiriah atay yang bersifat material. Sedangkan bagi orang maybrat,
imian, sawiat, keindahan subyektif bergantung pada selera perorangan dan
bersifat relatif dan bersumber dari asas kegunaan. Menurut John Kets,
keindahan objektif disamakan dengan kebenaran. Keindahan adalah
kebenaran dan kebenaran adalah keindahan, sebab, keduanya memiliki nilai
yang sama yaitu universal dan abadi dan mempunyai daya tarik yang
selalu bertambah. Jelasnya, tidak ada keindahan jika tidak mengandung
kebenaran dan yang tidak mengandung kebenaran tidak indah. Dalam
pemikiran orang maybrat imian sawiat, keindahan sering menghasilkan
suatu seni melalui proses perenungan. Renungan atau pemikiran yang
berhubungan dengan keindahan atau penciptaan keindahan. Keindahan sering
juga identik dengan keserasian karena sesuatu yang serasi tampak indah
dan nampak dalam kehalusan.
Hamah Sagrim
206
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
2. Renungan (Bonout) Menurut orang maybrat imian sawiat, renungan
(Bonout), merupakan hasil perenung yaitu dengan memikirkan sesuatu
secara mendalam dan dalam keadaan diam. Yang terlintas dalam pemikiran
orang maybrat imian sawiat, merenung merupakan peroses berfikir manusia
yang terjasi dalam otak dan dalam merenung, bagi orang Maybrat, Imian,
Sawiat, memerlukan suatu objek yang dipikirkan (bo ro n¶nout), yang
kemudian di olah dalam otak mereka dan akhirnya di peroleh hasil
emikiran yang diperoleh yang di sebut renungan (bo n¶nout). Menurut
orang Maybrat, Imian, Sawiat, mengatakan bahwa setiap orang dalam
hidupnya pasti pernah merenung (m¶nout) dan hanya kadar renungannya yang
berbeda ± beda (bonot aro hahayah), meskipun objek yang direncanakan
sama. Jadi apa yang direnungkan dan hasil renungan dalam diri seseorang
tergantung kepada subjek dan objek yang di renungkan. Setiap kegiatan
untuk merenungkan (m¶nout) atau mengevaluasi (misioh) segenap
pengetahuan yang dimiliki dapat disebut berfilsafat, atau yang menurut
orang Maybrat, Imian, Sawiat, (flet bo). Bo flet, atau
filosofi-filosofinya orang Maybrat, Imian, Sawiat, mempunyai 3 ciri
yaitu: 1. Filsafat yang menyeluruh, artinya memiliki pemikiran yang luas
(bo nout ro myi) 2. Filosofi yang mendasar, artinya pemikiran yang
dalam sampai kepada hasil yang fundamental (bo nout ro mof). 3. Filosofi
yang spekulatif, artinya hasil pemikiran yang dapat dijadikan dasar
pemikiran ± pemikiran selanjutnya (bo nout ro Kaket) Renungan (bo nout),
yang dimaksudkan oleh orang maybrat imian sawit di sini adalah renungan
atau pemikiran (bo nout) yang berhubungan dengan keindahan atau
penciptaan keindahan yang di dasarkan pada 3 teori, yaitu; teori
pengungkapan, teori metafisik dan teori psikologis, yang masing ± masing
teori itu ada tokohnya. Teori pengungkapan menurut Bendetto Croce,
bahwa seni adalah pengungkapan kesan ± kesan dalam teori metafisika,
plato mendalilkan dunia ide pada taraf yang tertinggi sebagai realitas
ilahi itu. Karya seni yang di buat manusia hanyalah merupakan minemia
(tiruan) dari realita dunia. Sedangkan teori psikologi dinyatakan bahwa
proses penciptaan merupakan pemenuhan keinginan bawah sadar seorang
seniman. Adapun karya seninya merupakan bentuk terselubung yang
diwujudkan keluar dari keinginan ± keinginan itu. Bila kita lihat dari
orang maybrat imian sawiat, sebagaimana tampak dalam proses jiwa seni
mereka, pada waktu mereka merenung dalam rangka menciptakan seni mereka,
seiring diliputi Hamah Sagrim 207
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
perasaan rasa ragu ± ragu, takut, gugup, ketidak tentuan, dan misterius,
tetapi justru karena mereka memiliki kemapuan yang negatif, sehingga
mereka mampu mencipta keindahan, yang mana keindahan yang diciptakan ini
akan membuat suatu perubahan, maupun keindahan itu akan membawa mereka
berdiri sebagai pemimpin dan pelaku ± pelaku yang berwibawa sehingga
kemampuan negatif itu mempu membawa mereka menduduki peringkat-peringkat
keberhasilan di berbagai bidang. Kemampuan negatif yang dimiliki oleh
orang maybrat imian sawiat, ini, merupakan suatu kemampuan genoid, yang
dari keturunan, yang mana identik membawa mereka dengan proses mencari
atau berusaha. Mencari atau berusaha disini salah satunya adalah mencari
atau berusaha disini salah sarunya adalah mencari atau berusaha
menemukan atau membuat suatu keindahan karena sebagai orang maybrat
imian sawiat, suatu keindahanatau hasil, belum bisa di katakan baik
sebelum orang lain yang harus mengatakan baik atau indah, terutama bagi
mereka juga tidak akan merasa puas jikalau hasil yang mereka peroleh
belum di akui orang lain, oleh karena kecenderungan ini membuat orang
maybrat, imian, sawiat, selalu berusaha sebaik mungkin untuk mencapai
sesuatu yang ia impikan atau ia harus berusaha
mempertanggungjawabkan hasil kerjanya kepada orang yang mempercayakan
dia secara baik. Ideologi orang maybrat, imian, sawiat, yang membuat
mereka selalu berpikir positif adalah memikirkan ´Nama Besar´ dalam
filosofi maybrat (n¶nout nasum), atau mereka yang berjiwa seperti ini,
di sebut sebagai ´Big Name´. 3. Keserasian (Riof Kanya) Prinsip orang
maybrat imian sawiat yang tampak dalam kinerja mereka, baik di dalam
keluarga klen, bahkan kerabat klen, mereka selalu mengutamakan
keserasian, hal ini sangat tampak jelas terlihat dari ciri mereka
mengambil suatu peutusan yang bijaksana, yang mana tidak memojokkan atau
mendeskritkan satu sama yang lain. Karena peikiran positif yang
merupakan sesuatu yang genoit, sehingga tidak begitu udah bagi orang
maybrat imian sawiat untuk di interfensi atau di goyahkan. Orang maybrat
imian sawit juga memiliki sistem kekompakan yang mana terbangun dari
klen, kerabat, dan jalur keturunan dari klen kerabat dan jalur keturunan
yang selalu di jaga kekerabatannya. Dalam keserasian orang maybrat
imian sawiat, biasanya ditemukan adanya kecocokan, kesesuaian, dan
keharmonisan. Kecocokan yang tampak dalam kehidupan orang maybrat imian
sawiat yang realistik baik di wilayah mereka bahkan ke wilayah mana saja
mereka berada, mereka selalu bersatu padu, dan saling mendukung
sehingga terlihat seimbang. Hamah Sagrim 208
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Sebuah contoh kesatu paduan yang terbangun oleh orang maybrat imian
sawiat, adalah kekompakan yang saling mendukung dalam menyelesaikan
suatu persoalan yang mana terllihat dalam semboyang mereka ´anu beta
tubat´ yang di terjemahkan menjadi ´kita angkat bersama´. Bagi orang
maybrat imian sawiat, yang terungkap dala filosofi (n¶nout nasum) atau
nama besar ± Big Name, bukan hanya merujuk kepada person manusia atau
klen tertentu, tetapi bisa membawa nama besar klen, kampong, istrik,
kabupaten, propinsi, Negara dan bisa menebus dunia. 4. Kehalusan (Sneh)
Kehalusan mengandung arti sebagai sesuatu yang tidak kasar, lembut,
sopan, baik budi bahasanya atau beradab. Uraian tersebut bukan berarti
orang maybrat imian sawiat, tidak keras atau tegas akan tetapi orang
maybrat imian sawiat, memiliki sifat tegas dan keras yang mana tidur
diam dalam pribadi mereka masing- masing. Sebagai mana dalam filosofi
mereka, terungkap dalam bahasa maybrat (N¶awe N¶ait to, N¶ait N¶warah
ma, kbe Raa M¶ikabuk fooh, N¶ait bnee sei afo N¶hou keit) yang di
terjemahkan (kalo menyala, jangan terlalu membara, karena api yang
membara akan cepat di padamkan, tetapi menyala seperti pelita/lilin
biasa, maka orang tidak cepat memadamkan). Filosofi api, di filsafatkan
oleh orang maybrat imian sawiat, sebagai lambang kekerasan, ketegasan,
kekuatan bahkan kejahatan. Isi pengertian dari filosofi ini,
menggariskan tentang ambisi seseorang, yang mana bagi orang maybrat
imian sawiat mengatakan bahwa yang baik adalah bukan kemarahan yang di
tunjukkan secara brutal, melainkan yang di lakukan sesuai dengan aturan.
Orang maybrat imian sawiat berpendapat bahwa, kekuatan yang terbesar
bukan di lihat dari besar kecilnya tubuh seseorang, bukan di lihat dari
suara seseorang, atau kekekaran, atau kasta, melainkan siapa yang besar
dari dalam dirinya, sehingga mereka selalu mengatakan bahwa segala
sesuatu yang di lakukan atau menyangkut ambisi, jangan di perlihatkan
dari luar melainkan di tanamkan diam di dalam hati sehingga tidak di
halangi oleh pengaruh ± pengaruh dari luar. Bagi orang maybrat imian
sawiat, mereka memiliki sifat ± sifat keras dan tegas, akan tetapi sifat
± sifat tersebut harus ditunjukkan pada waktu dan tempat yang tepat,
dan kalau saja sifat ± sifat ini muncul, berarti karena mereka terpaksa.
Sifat ± sifat orang maybrat imian sawiat yang berpegang pada filosofi
mereka, membuat tatanan hidup mereka tertata menjadi orang ± orang yang
memiliki nama besar ´Big Name´. Filosofi mereka yang lain juga
mengatakan bahwa ´ro sie to yros yari´, yang di terjemahkan ´siapa yang
memulai suatu persoalan, dia harus bertanggung jawab menyelesaikannya´.
Hamah Sagrim 209
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Adapun sifat ± sifat orang maybrat imian sawiat, yang mana tampak bahwa
siapa yang baik kepada mereka, mereka lebih menunjukkan kebaikan mereka
2X lebih baik kepada orang itu sebagai balas kebaikan, tetapi siapa yang
menunjukkan ketidak baikan kepada mereka, maka mereka akan membalasnya
lebih tidak baik daripada yang dilakukan kepada mereka. Dua sifat ini
selalu melibatkan klen, keluarga klen, kerabat klen, kampong, dan juga
terbawa ke tingkatan tertentu dimana saja mereka tersebar. Orang maybrat
imian sawiat, adalah orang yang memiliki etos hidup, dan etos kerja
(mes bobot) yang di terjemahkan (berdarah biru). Etos hidup dan etos
kerja mereka bukanlah suatu pengetahuan polesan yang di peroleh setelah
berpendidikan, tetapi merupakan budaya mereka yang terbawa dalam
kelahiran mereka (genoit) keturunan, sehingga ketika mereka berkembang,
tampaklah kepemimpinan yang berwibawa. Etos ini di lengkapi dengan
filosofi mereka yang begitu arif dalam memacu semangat hidup mereka.
5. Kehidupan Sosial Budaya Zaman Prasejarah ± Zaman Sejarah. a. Budaya
Berbahasa. 1) Untuk Suku Maybrat berbahasa Maybrat Suku ini Mendiami
Distrik Ayamaru, Aitinyo, Aifat, Teminabuan dan sebagian Sawiat. Berikut
kita akan berkenalan dengan tata bahasa Maybrat yang mana disusun dalam
tiga bahasa yaitu bahasa Maybrat, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Lihat dihalaman Lampiran. 2) Untuk Suku Imian berbahasa Imian Suku Ini
mendiami distrik Imian Sawiat, Teminabuan. Untuk bahasa Imian memiliki
perbedaan yang signifikan baik pelafalan, ucapan dan makna dengan bahasa
Maybrat, dan Sawiat, walaupun ada beberapa kata yang sama yang mana
diadopsi dari bahasa Maybrat dan Sawiat sebagai pelengkap, demikian
sebaliknya bagi pengguna bahasa Sawiat dan Maybrat. 3) Untuk Suku Sawiat
berbahasa Sawiat Suku Ini Mendiami Distrik Imian Sawiat, Teminabuan dan
sebagian Maybrat. Untuk budaya penggunaan bahasa, bagi masing ± masing
suku tersebut memiliki perbedaan bahasa begitu mencolok, misalnya dari
sebutannya, dialeknya dan artinya. Bagi kehidupan sosial dalam
berhubungan inter-relasi antar mereka, yang bisa secara gamblang Hamah
Sagrim 210
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
mampu menggunakan dua bahasa adalah mereka yang hidupnya tepat pada
perkampungan yang letaknya berbatasan antara satu distrik dengan bahasa
berbeda dengan distrik yang lain. Seperti kampung Sauf, Soroan, Mahajan,
Segior, Sengguer, Keyen, Moswaren dan boldon yang mana letak kampungnya
berbatasan langsung antara Suku Maybrat yang menggunakan bahasa Maybrat
dan Suku Sawiat yang menggunakan Bahasa Sawiat. Penduduk kampong inilah
yang bisa menguasai kedua bahasa tersebut. Sedangkan Kampung Wehali,
Tehit, Imian, Sawiat berbatasan langsung dengan Suku Maybrat yang
berbahasa Maybrat dan Suku Imian yang menggunakan bahasa Imian dan Suku
Sawiat yang menggunakan bahasa Sawiat. Secara sederhana Suku Maybrat
Imian Sawiat adalah merupakan manusia yang mendiami daerah pesisir dan
pegunungan yang berkumpul sekelompok orang yang kehidupan mereka
tergantung pada laut bagi kelompok yang mendiami daerah pesisir, dan
tergantung pada pertanian bagi kelompok yang mendiami daerah pegunungan.
Yang mana terungkap bahwa Suku Maybrat Imian Sawiat berada dalam
kehidupan budaya bertani dan nelayan atau kehidupan yang mendapatkan
inspirasi dan kreativitas dari suasana lautan dan daratan. Selain
kehidupan yang sederhana, masyarakat maybrat imian sawiat mampu
menciptakan berbagai macam kelengkapan kebutuhan hidupnya antara lain
adalah : b. Buday Berbusana Kehidupan mula ± mula orang maybrat imian
sawiat, sudah mengenal adanya busana, yang mana busana ± busana tersebut
memiliki perbedaan ± perbedaan antara busana kaum laki ± laki dan
busana kaum perempuan. Bagi kaum perempuan, busananya terbuat dari bahan
rerumputan (biyait) + kain selendang (boyan). Sedangkan untuk kaum laki
± laki, busananya terbuat dari kulit kayu yang di gunakan sebagai
cawat/cedaku (git mboh) + kain/selendsng yang juga sebagai cawat atau
cedaku (git boyan). Lihat lampiran gambar orang Maybrat, Imian, Sawiat,
dengan berpakaian busana tradisional mereka berikut:
Hamah Sagrim
211
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Bentuk lengkap
busana
orang
Maybrat, Imian, Sawiat dengan cara
pemakaiannya. Sebagaimana wanita lihat untuk pada
gambar disamping kiri dan untuk kau laki-laki.
Gambar: perempuan dengan busana tradisional
Lihat pada gambar.
Gambar: laki-laki dengan busana tradisional
Khusus kaum pria atau laki-laki, biasanya hanya mengenakan pakaian atau
kain atau cawatcedaku dibagian bawah saja tanpa tutup bagian atas atau
baju, selanutnya tubuh mereka dilengkapi dengan manik-manik atau haban
dan bulu burung, dan perhiasan lainnya. c. Budaya Mencipta 1) Sero -
(wata) Sero atau wata adalah salah satu jenis alat tradisional yang
digunakan dalam menangkap ikan, udang serta hewan ± hewan yang hidup di
sungai. Sero (wata) terbuat dari bahan gagar / palem hutan yang mana
diramu sedemikian hingga menjadi sebuah alat penangkapan yang cukup
sederhana dan memuaskan dalam kehidupan mereka.
Gambar: Sero (wata), alat penangkap ikan, udang dll di air tawar. Hasil
ciptaan teknologi sederhana orang Maybrat, Imian, Sawiat.
Hamah Sagrim
212
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
d. Ukiran Dalam perkembangan sejarah manusia, bahwa kehidupan manusia
pertama itu berkembang dengan menggunakan naluri masing ± masing yang
tidak jauh dari lingkungan kehidupannya. Mungkinsaja pikiran pokok
mereka pada waktu itu adalah ³bagaimana ia mendapat makanan dan bertahan
hidup´. Manusia Maybrat, Imian, Sawiat, berkembang dalam pola demikian,
bagi orang maybrat imian sawiat tidak hanya ia berpikir dinamis tetapi
statis, pemikiran mereka selalu mengalami perubahan sejalan dengan
perkembangan akan waktu dan tempat. Pemikiran dan daya pikat manusia
pertama yang berkembang dari nol hingga menjadi pemikiran akan
kemenangan yang menjadikannya menjadi kuat dan menang terhadap alamnya
yang buas. Bagaimanapun perkembangan akal pikiran manusia pertama bisa
dibilang terbentuk oleh situasi sekitarnya, misalnya seperti : ketika
manusia itu menemukan alat pemotong seperti kapak batu, mungkin saja
kita berpikir itu mrupakan cara kebetulan dimana dengan secara tidak
sengaja ia memecahkan batu yang menjadi tajam yang selanjutnya ia
jadikan sebagai kapak. Namun bila ditelaah seksama, manusia pertama itu
terpaksa menciptakan kapak dari batu agar difungsikan sebagai alat yang
mampu memotong pohon, kayu dan tumbuh ± tumbuhan yang tidak mungkin bisa
dipatahkan dengan menggunakan tangan biasa. Atau juga pentungan dan
tombak, merupakan hasil karya manusia itu sendiri karena ia
diperhadapkan dengan hewan ± hewan buruan yang mana tidak mungking
dihadapai dengan menggunakan tangan kosong. Mau atau tidakmau mereka
harus mampu berpikir bagaimana harus mampu mnciptakan sesuatu yang bisa
membantu dalam menghadapi kesulitan ± kesulitan yang ada, sehingga dapat
disimpulkan bahwa manusia itu berkembang dari yang tidak memiliki apa ±
apa menjadi s manusia yang kuat dan menang (from sero to herro).
Gambar: Ukiran kuno pada kayu oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat, Papua
Hamah Sagrim
213
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Orang Maybrat Imian Sawiat tidak
hanya
memikirkan bagaimana ia bisa makan dan bertahan untuk hibup, tetapi
mereka juga mampu menciptakan sesuatu yang berkaitan dengan
kehidupan mereka seperti: busana, Bahasa, rumah, ukiran dan lain
sebagainya. Berikut sebagai hasil seni manusia Maybrat Iman Sawiat itu
sendiri
Gambar: Ukiran kuno pada kayu yang diukir orang Maybrat, Imian,Sawiat,
Papua
berikut pada gambar yang terlampir.
e. Payung Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat Koba ± Koba - (A¶am -
Hatik) Payung tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat (A¶am - Hatik),
adalah salah satu alat kelengkapan hidup yang dimiliki oleh orang ±
orang Maybrat Imian Sawiat. Payung tradisional ini terbuat dari bahan
alami yaitu ; Daun koba ± koba (a¶am) sejenis tumbuhan pandanus, yang
mana disulam menjadi koba - koba ± payung. Dari ceritera para tetuah,
ibu ± ibu dan nenek, mengatakan bahwa payung tradisional orang maybrat
imian sawiat (aam - hatik) atau lazimnya disebut koba ± koba terbuat
dari daun koba ± koba atau sejenis pandanus yang berbentuk buah merah
dan bertumbuh di hutan belantara. Payung tradisional atau koba ± koba
merupakan hasil ramuan dari beberapa daun pandanus / koba ±koba yang
dijahit dengan menggunakan tali yang mana tali tersebut diambil dari
serat kulit kayu tertentu yang dala bahasa tradisional disebut dengan
halelem, yang dikupas dan diawetkan sehingga menjadi tali (Bo kaín) dan
digunakan untuk menjahit koba-koba sehingga akhirnya menjadi payung /
koba ± koba (aam / hatik). Bentuk ukuran koba ± koba tidak selalu pada
satu ukuran saja, melainkan berfariasi tergantung pada sipemakainya. Ada
yang ukuran besar bilamana orang yang memakainnya berukuran badan
besar, namun koba ± koba itu akan berukuran sedang dan kecil bilamana
pemakainya orang yang sedang dan kecil. Bila koba ± kobanya besar, maka
dedaunan yang dibutuhkan sangat banyak, namun kalau ukuran koba ±
kobanya kecil dan sedang, maka dedaunan yang dibutuhkan sedikit. Dalam
meramu koba ± koba, biasanya merupakan pekerjaan ibu dan anak perempuan.
Setiap ruas koba ± koba biasanya dilapisi dua daun yang dijahit
bersesuaian yang mana masing ± masing dibagian dalam dan bagian luar.
Dalam proses pembuatan payung tradisional / koba ± koba ini pertama ±
tama seorang ibu atau seorang permpuan ke hutan belantara untuk mencari
pohon pandanus, (aam ± Hamah Sagrim 214
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
hatik mara), setelah di temukan, pandanus tersebut dipotong dedaunannya
yang di anggap bagus dan pantas untuk di pake sebagai koba ± koba.
Setelah proses pengambilan dedaunan, selanjutnya daun tersebut
dibersihkan (m¶bon aam), setelah dibersihkan duri ± durinya, selanjutnya
daun ± daun tersebut dijemur (koti) dalam waktu 2 ± 3 jam, sesudah di
jemur, selanjutnya daun koba ± koba dipanaskan dalam bara api dalam 100
C° (miwiyah aam). Tujuan daripada proses pemanasan daun koba ± koba
adalah agar mudah dibentuk ± dilipat ± dan digulung, kuat dan tidak
mudah sobek karena adanya suatu bentuk kekebalan kulit yang terbentuk
ketika dipanaskan. Setelah proses pemanasan, dedaunan tersebut
selanjutnya dibuat ukiran dengan menggunakan keterampilan jari (m¶biji
aam), proses pembauatan ukiran ini melibatkan ayah, ibu, anak laki ±
laki, anak perempuan, nenek, tete. Setelah proses pembentukan ukiran,
selanjutnya dijahit (sbis aam) , dalam proses menjahit koba ± koba ini,
biasanya membutuhkan ekstra konsentrasi, karena jika ada terjadi
kesalahan, maka hasil yang diperoleh adalah kurang baik (sre sbis).
Contoh dari hasil yang tidak baik tersebut biasanya terihat pada
penyusunan bagis jahitan yang tidak lurus dan berkelok dan tidak
bersesuaian (sahrorot). Setelah proses menjahit pertama atau bisa juga
dibilang desain awal atau proses pembentukkan, selanjutnya proses
terakhir, yaitu proses jahit bervariasi (mame aam). Tujuan proses ini
adalah untuk membuat estetika, karena bahan benang yang diambil dari
kain kasuban yang berwarna merah, dan han yang berwarna hitam dan biru.
Ketiga warna kain tersebut merupakan bahan utama yang dibunakan dalam
membentuk estetika pada koba ± koba. Fungsi koba ± koba adalah sebagai
paying, ketika ada hujan dan panas, sebagai tikar pada waktu tidur,
sebagai tastangan pada waktu melakukan perjalanan jauh atau bepergiam,
sebagai pengalas gendongan anak kecil balita/bay pada waktu anak
digendong di belakang punggung (mbin gu mam yu taa.). lihat gambar
berkut:
Hamah Sagrim
215
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Dari sejarah, para tetuah dan ibu ± ibu bahwa
menceriterakan
pada jaman dahulu ibu ± ibu menjahit koba ± koba dengan
Gambar: koba-koba, bentuk ketika sedang tidak dipakai
menggunakan sayap kelelawar
tulang
(calon) yanhg berukuran kecil (wafu maim). tulang sayap kelelawar ini
yang mula jarum ± mula sebagai sebelum
jahit
orang ± orang maybrat imian sawiat
Gambar: bentuk ketika dipakai sebagai pengganti tas atau noken dengan
tali pegangannya Gambar: koba-koba dengan bentuk ketika dipakai pada
waktu hujan
mengenal
adanya jarum besi yang moderen. Demikian
proses pembuatan koba. ± koba. Fungsi koba ± koba adalah sebagai payung,
ketika ada hujan dan panas, sebagai tikar pada waktu tidur, sebagai
tastangan pada waktu melakukan perjalanan jauh atau bepergia, sebagai
pengalas gendongan anak kecil balita/bayi pada waktu anak digendong di
belakang punggung (mbin gu mam yu taa.). lihat gambar yang terlampir
diatas dan berkut:
Hamah Sagrim
216
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Gambar: bentuk yang dipakai ketika bepergian (krek aam)
Gambar: bentuk ketika dipakai oleh ibu untuk menggendong bayi (mbin gu)
Gambar: bentuk ketika dipakai pada waktu tidur sebagai alas/tikar (tom
am)
6. Kebudayaan Zaman Prasejarah Orang Maybrat, Imian Sawiat.
Kebudayaan-kebudayaan prasejarah yang dibedakan menurut bahan
alat-alatnya dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu zaman batu dan zaman
logam. Zaman logam bukan berarti
berakhirnya zaman batu, karena pada zaman logam pun alat-alat dari batu
terus berkembang bahkan sampai sekarang. Sesungguhnya nama zaman logam
hanyalah untuk menyatakan bahwa pada zaman tersebut alat-alat dari logam
telah dikenal dan dipergunakan secara dominan. Zaman logam disebut juga
dengan zaman perundagian. Di Indonesia khususnya dan Asia Tenggara
umumnya tidak mengalami zaman tembaga tetapi langsung memasuki zaman
perunggu dan besi. Kepandaian mempergunakan bahan baru tentu saja
disertai dengan cara kerja yang baru. Sehinga muncul orang-orang
terampil (undagi). Selain itu perkembangan orang Maybrat, Imian, Sawiat
yang mengarah pada kemajuan di alami dalam berbagai aspek kehidupan
mereka. Bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat, alat-alat dari logam tidak
hanya digunakan untuk keperluan sehari-hari, akan tetapi alat-alat yang
terbuat dari logampun dilibatkan dalam upacara-upacara tertentu misalnya
maut hdan, mber wiyon dll. Untuk itu perlu adanya pembahasan lebih
lanjut khususnya mengenai masa perundagian di wilayah Maybrat, Imian,
Sawiat secara jelas.
Hamah Sagrim
217
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
a. Orang Maybrat, Imian, Sawiat dan Pembabakan Zaman Logam Pada zaman
Logam orang-orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping
alat-alat dari batu. Logam tidak dapat dipukul atau di pecah seperti
batu yang dapat dibentuk sesuai dengan apa yang diharapkan, selain itu
logam tidak dapat dengan mudah diperoleh seperti batu yang banyak
terdapat di berbagai tempat. Semakin berkembangnya pengetahuan sehingga
orang Maybrat, Imian, Sawiat, mengenal bahan dari logam dan mengenal
teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang dihendaki
sesuai dengan keperluan. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam,
yaitu dengan cetakan batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan tanah
liat dan lilin yang disebut a cire perdue. Periode ini juga disebut masa
perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang
terampil melakukan pekerjaan tangan. Zaman logam ini dibagi menjadi tiga
zaman diantaranya : 1) Zaman Tembaga Orang menggunakan tembaga sebagai
alat kebudayaan. Alat kebudayaan ini hanya
dikenal di beberapa bagian dunia saja. Di Asia Tenggara (termasuk
Maybrat, Imian, Sawiat, Papua Indonesia) tidak dikenal istilah zaman
tembaga. 2) Zaman Perunggu Pada zaman ini orang sudah dapat mencampur
tembaga dengan timah dengan perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam
yang lebih keras. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, mungkin sampai saat ini
belum mampu mengolahnya. 3) Zaman Besi Pada zaman ini orang sudah dapat
melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alatalat yang
diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan
tembaga maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat
tinggi, yaitu 3500°C. Zaman logam di wilah Maybrat, Imian, Sawiat,
Papua Indonesia di dominasi oleh alat-alat dari perunggu sehingga zaman
logam juga disebut zaman perunggu. Alat-alat besi yang ditemukan pada
zaman logam jumlahnya sedikit dan bentuknya seperti alat-alat Hamah
Sagrim 218
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
perunggu, sebab kebanyakan alat-alat besi, ditemukan pada zaman sejarah.
Antara zaman neolitikum dan zaman logam telah berkembang kebudayaan
megalithicum, yaitu kebudayaan yang mengunakan media batu-batu besar
sebagai alatnya, bahkan puncak kebudayaan megalitikum justru pada zaman
logam. b. Corak Kehidupan Masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat Pada Zaman
Perundagian. Kebudayaan dan masyarakat merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan. Masyarakat dapat bertahan hidup karena
menghasilkan kebudayaan, kebudayaan itu ada karena dihasilkan oleh
masyarakat. Dan melalui kebudayaanlah segala corak kehidupan masyarakat
dapat diketahui. Kebudayaan perungggu Asia Tenggara bisa dinamakan
kebudayaan Dongson menurut nama tempat penyelidikan pertama di daerah
Tonkin. Disana ditemukan segala macam alat-alat dari perunggu dan
nekara, alat-alat dari besi dan kuburankuburan zaman itu. 1) Sistem
Kepercayaan Orang Maybrat, Imian, Sawiat Zaman Prasejarah. Sistem
kepercayaan prasejarah orang Maybrat, Imian, Sawiat, diperkirakan mulai
tumbuh pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut atau
disebut dengan masa bermukim dan berladang yang terjadi pada zaman
Mesolitikum. Mengenai bukti adanya kepercayaan orang Maybrat, Imian,
Sawiat, pada zaman Mesolitikum dan beberapa bukti lain yang turut
memperkuat adanya corak kepercayaan mereka pada zaman prasejarah adalah
ditemukannya bekas kaki pada batu prasasti di sungai Weremayis Kampong
Sauf, Kbupaten Maybrat. Bekas kaki tersebut menggambarkan langkah
perjalanan yang akan mengantarkan roh seseorang ke alam baka. Hal ini
berarti pada masa tersebut orang Maybrat, Imian, Sawiat, sudah
mempercayai akan adanya roh. Kepercayaan terhadap roh terus berkembang
pada zaman prasejarah hal ini tampak dari kompleksnya bentuk-bentuk
upacara penghormatan, penguburan dan pemberian upeti atau sesajen.
Kepercayaan terhadap roh inilah dikenal dengan istilah Aninisme yang
disebut dengan wiyon-wofle. Aninisme berasal dari kata Anima artinya
jiwa atau roh, sedangkan isme artinya paham atau kepercayaan. Di samping
adanya kepercayaan animisme, juga terdapat kepercayaan dinamisme.
Dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda-benda tertentu yang dianggap
memiliki kekuatan gaib.
Hamah Sagrim
219
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Contohnya yaitu pohon-pohon besar atau bukit dan pegunungan serta sungai
tertentu yang dianggap memiliki kekuatan diwilayah Mereka. Dengan
demikian kepercayaan masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, zaman prasejarah
adalah animisme dan dinamisme c. Kemasyarakatan Orang Maybrat, Imian,
Sawiat, Zaman Prasejaarah. Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan,
orang Maybrat, Imian, Sawiat, hidup berkelompok dalam jumlah yang kecil.
Tetapi hubungan antar kelompok sudah mulai erat karena mereka harus
bersama-sama menghadapi kondisi alam yang kejam dan berat, sehingga
sistem kemasyarakatan yang muncul pada masa tersebut sangat sederhana.
Tetapi pada masa bercocok tanam, kehidupan masyarakat yang sudah menetap
semakin mengalami perkembangan dan hal inilah yang mendorong masyarakat
untuk membentuk keteraturan hidup. Dan aturan hidup dapat terlaksana
dengan baik karena adanya seorang pemimpin yang mereka pilih atas dasar
musyawarah. Pemilihan pemimpin tentunya tidak dapat dipilih dengan
sembarangan, seseorang yang dipilih sebagai pemimpin adalah seseorang
yang memiliki kemampuan untuk melakukan hubungan dengan roh-roh atau
arwah nenek moyang demi keselamatan desa setempat, serta
keahlian-keahlian yang lebih. Selanjutnya sistem kemasyarakatan terus
mengalami perkembangan khususnya pada masa perundagian. Karena pada masa
ini kehidupan masyarakat lebih kompleks. Masyarakat terbagi-bagi
menjadi kelompok-kelompok sesuai dengan bidang keahliannya.
Masing-masing kelompok memiliki aturan-aturan sendiri, dan di samping
adanya aturan yang umum yang menjamin keharmonisan hubungan
masing-masing kelompok. Aturan yang umum dibuat atas dasar kesepakatan
bersama atau musyawarah dalam kehidupan yang demokratis. Dengan demikian
sistem kemasyarakatan pada masa prasejarah di Indonesia telah dilandasi
dengan musyawarah dan gotong royong. d. Pola Pertanian Orang Maybrat,
Imian, Sawiat, Zaman Prasejarah. Sistem pertanian yang dikenal oleh
orang Maybrat, Imian, Sawat, prasejarah pada awalnya adalah perladangan,
yang hanya mengandalkan pada humus, sehingga bentuk pertanian ini
wujudnya berpindah tempat sesuai dengan tingkat kesuburan tanah. Apabila
mereka menilai tanah sudah tidak lagi subur atau tidak ada humus, maka
mereka akan
Hamah Sagrim
220
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
berpindah atau mencari tempat yang dianggap subur atau dapat di tanami
tanam-tanaman. Selanjutnya mereka mulai mengembangkan sistem mencari
makanan dan menyimpannya (food and carering), sehingga tidak lagi
berpindah-pindah dengan cepat, dan berusaha
mengatasi pola makanannya dengan baik. Sistem ini dikenal oleh orang
Maybrat, Imian, Sawiat, prasejarah pada masa neolithikum, karena pada
masa tersebut kehidupan mereka sudah menetap dan teratur. Pada masa
perundagian sistem pertanian mengalami perkembangan mengingat adanya
spesialisasi atau pembagian tugas antara laki-laki dan perempuan,
Sehingga orang Maybrat, Imian, Sawiat, saman prasejarah semakin mahir
dalam persaudaraan. e. Sosial ± Ekonomi Orang Maybrat, Imian, Sawiat
Zaman Prasejarah. Perkembangan kondisi sosial ekonomi orang Maybrat,
Imian, Sawiat, masa Prasejarah sebenarnya mulai terlihat pada masa
berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut atau zaman Mesolitik.
Pada masa ini orang Maybrat, Imian, Sawiat mulai menyadari pentingnya
pola kehidupan menetap pada suatu tempat. Hal ini disebabkan adanya
kemajuan dan perkembangan pengetahuan orang Maybrat, Imian, Sawiat, pada
masa itu dalam berusaha mengolah alam lingkungan untuk pemenuhan
kebutuhan hidup. Pada kehidupan menetap ini kemudian memunculkan
bentuk-bentuk rumah yang sangat sederhana sebagai tempat tinggal, tempat
berlindung terhadap iklim dan cuaca, serta terhadap gangguan binatang
buas. Berdasarkan penelitian kami tentang rumah hunian pertama orang
Maybrat, Imian, Sawiat, bisa diperkirakan bahwa bentuk rumah tinggal
awal sekali adalah berukuran kecil, berbentuk segi panjang dan
kebulat-bulatan mengikuti saran burun dengan atap yang dibuat dari
daun-daunan. Bentuk rumah semacam ini merupakan bentuk awal rumah
wilayah Maybrat, Imian Sawiat, dan sampai saat ini masih dijumpai di
daerah-daerah perkampungan terpencil di kebun. Berawal dari adanya
kelompok-kelompok masyarakat dalam suatu daerah tertentu, dan mengalami
perubahan yang mengarah kepada sistem komunual. Di samping itu teknologi
pembuatan perkakas juga semakin maju. Hal ini terbukti dengan mulai
ditemukannya alat-alat batu yang diasah secara halus, yaitu yang dikenal
dengan beliung persegi. Kemajuan pada aspek teknologi ini selanjutnya
memunculkan adanya stratifikasi sosial tertentu dalam komunitas mereka.
misalnya muncul golongan-golongan yang pandai dalam membuat beliung
persegi, mulai dari pembuatan bentuk dasar (plank) hingga menjadi Hamah
Sagrim 221
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
beliung persegi yang siap pakai. Selanjutnya dikenal pula teknologi
pembuatan tastangan sebagi salah satu sarana kebutuhan hidup sehari-hari
yang sangat penting. Di sinipun akan memunculkan golongan-golongan
tertentu dalam komunitas mereka yang memiliki kepandaian dalam pembuatan
tastangan. Perkembangan lainnya yang sangat mendasar pada masa ini
adalah mulai dikenalnya bercocok tanam sederhana, yaitu dengan Sistem
TebasBakar. Pada masa perundagian ini pola kehidupan perkampungan
mengalami perkembangan dan semakin besar, hal ini disebabkan dengan
mulai bersatunya kampung- kampung, atau terjadinya sebuah desa yang
besar. Munculnya desa-desa besar ini salah satunya disebabkan semakin
tinggi frekuensi perdagangan antar perkampungan dalam bentuk tukar
menukar barang (barter) dan juga salah satu pengaruh utamanya adalah
perdagangan atau bermain kain timur. Perpindahan penduduk melalui jalur
perkawinan juga menjadi penyebab semakin padatnya populasi penduduk
dalam suatu perkampungan. Dengan semakin luasnya hubungan antar wilayah
maka kegiatan perdagangan pada masa perundagianpun menjadi semakin
berkembang. Jenis-jenis barang daganganpun semakin kompleks karena
hubungan-hubungan tersebut telah mencakup wilayah yang sangat luas. Hal
ini dapat dibuktikan dengan adanya temuan benda-benda perunggu yang
tersebar hampir di seluruh wilayah Papua khususnya wilayah Maybrat,
Imian, Sawiat, yang berasal dari kebudayaan Dong Son di Vietnam Utara.
Dalam kehidupan perkampungan ini mata pencaharian pokok orang Maybrat,
Imian, Sawiat, adalah pertanian yang mulai dilakukan secara lebih
teratur dan maju, yaitu dengan sistem tebas bakar. Hal ini juga didukung
dengan semakin majunya sistem teknologi cetak peralatan dari logam
(khususnya perunggu) untuk keperluan mengolah kebun. Usaha-usaha
domestikasi hewanpun semakin memperlihatkan kemajuannya. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya temuan-temuan tulang-tulang hewan seperti
anjing, dan beberapa jenis unggas pemukiman. Kemungkinan dilakukan untuk
persediaan bahan makanan hewani, meskipun kegiatan perburuan masih
dilakukan walau dengan jumlah yang lebih berkurang. Salah satu benda
perunggu yang memiliki nilai estetika dan ekonomis sangat tinggi, dan
ditemukan hampir di seluruh wilayah Asia Tenggara adalah nekara. Nekara
tersebut merupakan hasil kebudayaan Dongson di Vietnam Utara yang
kemudian menyebar hampir Hamah Sagrim 222
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
seluruh wilayah Asia Tenggara hingga kewilayah Maybrat, Imian, Sawiat
Papua. Hal ini sekali lagi telah membuktikan adanya hubungan secara
sosial-ekonomis antara wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, melalui
kesultanan Ternate-Tidore dengan wilayah Asia Tenggara lainnya cukup
lancar pada zaman itu. Kegiatan ekonomis dalam bentuk perdagangan
didorong oleh adanya temuan alat-alat transportasi air, yaitu perahu
sampan. Bentuk-bentuk perdagangan pada umumnya dilakukan dengan sistem
tukar barang dengan barang. Kelangsungan hubungan perdagangan yang
secara terus menerus dan cenderung semakin kompleks tersebut pada
akhirnya memunculkan apa yang disebut dengan pasar dalam cakupan arti
yang sederhana. F Sosial ± Budaya Orang Maybrat, Imian, Sawiat, Zaman
Prasejarah. Seni ukir yang diterapkan oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat,
pada benda-benda masa megalitikum dan seni hias pada benda-benda
perunggu menggunakan pola-pola geometrik sebagai pola hias utama. Hal
ini terlihat dari temuan pada ukiran cangkir minuman (hawereh) di
kampung Sauf yang menggambarkan bintang, perahu dan melukis unsur-unsur
dalam kehidupan yang dianggap penting.
Gambar: ukiran pada tempayang minuman pada zaman megalitikum.
Pahatan-pahatan pada kayu untuk menggambarkan orang atau binatang
menghasilkan bentuk yang bergaya dinamis dan memperlihatkan gerak.
Terdapat pula kecenderungan untuk melukiskan hal-hal yang bersifat
simbolis dan abstrak-stelistis, seperti yang tampak pada gambar-gambar
manusia yang diukir sebagai bulu burung bermata lingkaran pada hulu
kampak, seloki minuman (hawereh), dan bambu yang dipakai sebagai minuman
(tbil). Hamah Sagrim 223
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Berbagai benda diciptakan guna keperluan religius.pola mata kalung yang
dipakai dan pada beberapa jenis heger berfungsi magis sebagai penolak
bahaya. Yang sangat menonjol pada masa perundagian ini adalah segi
kepercayaan kepada pengaruh arwah (roh) nenek moyang terhadap perjalanan
hidup manusia dan masyarakatnya. Dengan demikian pula kepada
orang-orang yang meninggal diberikan penghormatan dan persajian
selengkap mungkin dengan maksud mengantar arwah dengan sebaik-baiknya
ketempat tujuanya, yaitu dunia arwah. Kehidupan dalam masyarakat
Maybrat, Imian, Sawiat, pada masa perundagian memperlihatkan rasa
solidaritas yang kuat. Peranan solidaritas ini tertanan dalam hati
setiap orang sebagai warisan yang telah berlaku sejak nenek moyang. Adat
kebiasaan dan kepercayaan merupakan pengikat yang kuat dalam mewujudkan
sifat itu. Akibatnya, kebebasan individu agak terbatas karena adanya
aturan-atauran yang apabila dilanggar akan membahayakan masyarakat. Pada
masa ini sudah ada kalkus kepemimpinan dan pemujaan kepada sesuatu yang
suci diluar diri manusia yang tidak mungkin disaingi serta berada
diluar batas kemampuan manusia yang disebut wiyon-wofle. Dalam
masyarakat ini mulai jelas mulai tampak perbedaan golongan-golongan
tertentu seperti golongan big man - bobot, pengatur upacara-upacara (raa
wiyon-na wofle) yang berhubungan dengan kepercayaan, petani, pedagang
dan pembuat benda-benda dari kayu (pemahat). 9. Kemajuan Teknologi Pada
bidang teknologi, di samping berusaha menciptakan perkakas untuk
keperluan seharihari, kemudian mengalami kemajuan dengan mulai
diciptakannya benda-benda yang tidak saja bernilai profan tetapi yang
bernilai estetika dan ekonomis. Pada teknologi pembuatan tastangan
misalnya, ternyata di samping membuat untuk keperluan sehari-hari, mulai
dilakukan juga pembuatan tastangan yang bernilai seni dan ekonomis. Hal
ini dapat dilihat bahwa selain membuat benda-benda berupa cawan,
seloki, juga mulai dibuat bentuk-bentuk tastangan dengan aneka motif
hiasan. Keragaman bentuk dan motif hias cawan oleh orang Maybrat, Imian,
Sawiat,
Hamah Sagrim
224
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
ini kemudian memunculkan beberapa kompleks pembuatan barang-barang lain
yang sangat menonjol, antara lain kompleks tas tangan (yu kom). Pada
teknologi pembuatan benda-benda logam (khusus perunggu) kemudian juga
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Di samping membuat perkakas
untuk keperluan sehari-hari (misalnya kapak, corong, tajak dan
sebagainya) mulai dikembangkan pula pembuatan bendabenda yang memiliki
nilai estetika dan ekonomis, misalnya nekara, gelang, cincin, bandul
kalung, dan sebagainya. Benda-benda tersebut ternyata menjadi salah satu
komoditi dalam hubungan perdagangan antara Indonesia dengan wilayah
Asia Tenggara lainnya. 10. Kemahiran Membuat Alat Dalam masa perundagian
ini, teknologi berkembang dengan pesat. Di pihak lain, terjadi
peningkatan usaha perdaganganyang mengalami kemajuan. Teknologi
pelayaran juga menentukan perkembangan teknologi secara umum. Hal
tersebut berpengaruh pula pada sistem sosial yang telah
mengklasifikasikan dari dalam segmen-segmen sosial-ekonomi karena
polapolanya telah terbentuk. Pada masa ini merupakan awal dari kemajuan,
karena di zaman perundagian ini sudah mulai menganal teknik peleburan,
percampuran, penempaan dan pencetakan jenis-jenis logam seperti tembaga,
perunggu dan besi. Di Asia Tenggara logam mulai dikenal kia-kira
3000-2000 S.M. Di Indonesia penggunaan logam diketahui pada masa
beberapa abad sebelum masehi, hal ini berdasarkan temuan-temuan
arkeologis. Indonesia hanya menganal alat-alat yang dibuat dari perunggu
dan besi, sedangkan perhiasan telah mengenal emas. Penggunaan logam
tidak seketika menyeluruh di Indonesia, tetapi berjalan setahap demi
setahap. Sedangkan beliung dan kampak batu masih digunakan. Benda-benda
perunggu yang ditemukan di Indonesia menunjukan persamaan dengan
temuan-temuan di Deng Son (Vietnam) diperkirakan adanya hubungan budaya.
Hamah Sagrim
225
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat terdapat Jenis-jenis perhiasan yang
beraneka ragam berupa gelang, cincin, bandul, kalung dan sebagainya yang
terbuat dari perunggu, kulit kerang, tulang, batu dan kaca. a. Benda ±
Benda Perunggu Jenis benda perunggu yang dikenal di Indonesia ialah
nekara, kapak, bejana, boneka atau patung, perhiasan dan senjata. Namaun
yang menarikperhatian adalah nekara. Bendabenda lain sebenarnya telah
mendapatkan perhatian sejak abad ke-19, misalnya kapak corong, cincin,
mata tombak, kapak upacara (candrasa). Dari penyelidikan dalam zaman
perundagian pula orang-orang telah pandai membuat dan menuang kaca.
Hanya saja tekniknya masih sederhana kadang masih tercampur pasir. b.
Kapak Perunggu Secara tipologi, kapak perunggu dapat dibagi menjadi dua
golongan, yaitu kapak corong dan kapak upacara. Kapak corong disebut
juga kapak sepatu, maksudnya kapak yang bagian atasnya berbentuk corong
yang sembirnya belah, sedangkan dalam corong itulah dimasukan tangkai
kayunya yang menyiku kepada bidang kapak. Jadi seolah-olah kapak
disamakan dengan sepatu dan tangkainya diibaratkan sebagai kaki orang.
Van Heekeren mengklasifikasikan menjadi kapak corong, kapak upacara dan
kalak tembilang (tajak). Soejono membagi kapak perunggu menjadi delapan
yaitu : 1. Tipe I (tipe umum). Bentuknya lebar dengan panjang yang
lonjong, garis puncak (pangka), tangkainya cekung dan bagian tajam
cembung. 2. Tipe II (tipe ekor burung seriti). Bentuk tangkai dengan
ujung yang membelah seperti ekor burung seriti, ujung tajam cembung,
belahan pada ujung ada yang dalam dan ada yang dangkal.
Hamah Sagrim
226
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
3. Tipe III (tipe pahat). Bentuk tangkai menyempit dan lurus ada yang
pendek dan lebar. Bentuk tajam cembung dan lurus, kapak terbesar
berukuran 12,2 x 5,8 x 1,7 cm dan terkecil 5,4 x 3,6 x 1,3 cm. 4. Tipe
IV (tipe tembilang). Bentuk tangkai pendek, mata kapak gepeng, bagian
bahu lurus kea rah sisinya. Ukuran terbesar 15,7 x 9,6 x 2 cm dan
terkecil 13,4 x 6,5 cm. 5. Tipe IV (tipe tembilang). Bentuk tangkai
pendek, mata kapak gepeng, bagian bahu lurus kea rah sisinya. Ukuran
terbesar 15,7 x 9,6 x 2 cm dan terkecil 13,4 x 6,5 x 1,6 cm. 6. Tipe V
(tipe bulan sabit). Mata kapak berbentuk bulan sabit. Bagian tengah
lebar dan menyempit, tangkai lebar dan bagian tajamnya menyempit. Jenis
terbesar berukuran 16,5 x 15,6 x 3,4 cm dan terkecil 7,2 x 5,2 x 4,5 cm.
7. Tipe VI (tipe jantung). Bentuk tangkai panjang dengan pangkal
cekung, bagian bahu melengkung. Ukuran terbesar 39,7 x 16,2 x 1,5 cm dan
terkecil 13 x 7,2 x 0,6 cm. 8. Tipe VII (candrasa). Tangkai pendek dan
melebar pada pangkalnya, mata kapak tipis dengan kedua ujungnya lebar.
Kapak ini sangat besar dan pipih yang terbesar 133,7 cm dan terkecil 37
cm. 9. Tipe VIII (tipe kapak roti). Keseluruhannya gepeng berukuran 90
cm. pangkal tangkai cakram. Cakram ini dihiasi dengan pola roda atau
pusaran (whirl). Kapak corong ditemukan di Sumatra Selatan, Jawa, Bali,
Sulawesi Tengah dan Selatan, Pulau Selayar dan di Papua dekat danau
Sentani. Tidak semua kapak dipergunakan sebagai kapak. Yang kecil
umpamanya mungkin sebagai tugal, sedangkan yang indah dan candrasa
dipergunakan sebagai tanda kebesaran dan alat upacara saja. Di Bandung
ditemukan cetakancetakan dari tanah baker untuk menuangkan kapak corong.
Hamah Sagrim
227
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
c. Perhiasan Orang Maybrat, Imian, Sawiat, Biasanya membuat perhiasan
yang mana berupa gelang, cincin, kalung dan hiasan lainnya. Gelang yang
berhias pada umumnya besar dan tebal. Pola hias pada gelang-gelang
berupa pola tumpal, garis tangga, mata burung dan duri ikan. Lihat
contoh bebrapa gambar disamping:
Gambar: Pola aliran ukiran pada hiasan orang Maybrat, Imian Sawiat
d. Benda ± Benda Besi di Wilayah Maybrat, Imian, Sawit Jenis-jenis benda
besi dapat digolongkan sebagai alat keperluan sehari-hari dan senjata.
Benda-benda besi yang banyak ditemukan di wilayah Maybrat, Imian,
Sawiat, berupa : Mata kapak atau sejenis beliung yang diikat secara
melintang pada tangkai kayu Alat bermata panjang dan gepeng dan mungkin
digunakan untuk merapatkan benang-banang kain tenun Mata pisau Parang
Mata tombak Dalam masa bercocok tanam, orang Maybrat, Imian, Sawiat
sudah mulai bertempat tinggal secara menetap dan berkelompok. Berbagai
upaya dilakukan oleh mereka untuk menuju penyempurnaan, misalnya dalam
bidang pertanian, peternakan, pembuatan alat-alat kebutuhan dan
lain-lain. Hal-hal barupun telah ditemukan diantaranya pembuatan
alat-alat dari biji besi. Sejalan dengan kemajuan yang dicapai, sehingga
taraf penghidupannya dan tata-susunan orang Maybrat, Imian, Sawiat,
menjadi makin kompleks. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, mulai hidup secara
teratur, sehingga muncul golongan undagi (golongan orang-orang
terampil). Hamah Sagrim 228
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Di zaman perundagian ini banyak kemajuan-kemajuaan dalam berbagai bidang
kehidupan mereka seperti; kepercayaan, sosial, ekonomi dan sebagainya.
Sehingga diketahui bahwa sejak masa ini sudah adanya jalur hubungan
dengan daerah-daerah yang ada di Asia Tenggara melalui kesultanan
ternate tidore. Hal ini di perkuat dengan ditemukannya kesamaan
benda-benda yang ditemukan di Maybrat, Imian, Sawiat dengan benda yang
berada si Asia Tenggara yang lain seperti Vietnam. B.7. Arsitektur dan
budaya adat istiadat zaman prasejarah ± zaman sejarah. 1. Pengertian
Budaya Kebudayaan berasal dari bahasa sangsekerta ³buddhayah´ bentuk
jamak dari ³budhi´ dengan arti budhi atau akal, karenanya kebudayaan
dapat diartikan dengan segala hal yang bersangkutan dengan akal. Budaya
dapat pula berarti sebagai hasil pengembangan dari kata majemuk budi dan
daya, yang berarti daya dari budi yang berupa cipta, rasa dan karsa.
Selanjutnya kebudayaan bila ditinjau dari ilmu Antropologi, adalah
keseluruhan dari sistem gagasan, tindakan pola hidup manusia dan karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan sebagai pemilik
dari manusia dengan belajar. hampir keseluruhan tindakan manusia adalah
kebudayaan. Menurut ilmu Arsitektur, manusia yang memiliki budaya
membangun adalah manusia yang berbudaya mencipta, orang yang berjiwa
seni, orang yang berjiwa merancang, orang yang berjiwa perencana. Hanya
sedikit tindakan manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang tidak
perlu dibiasakan dengan belajar, antara lain yang berupa tindakan
naluriah, beberapa refleksi, beberapa tindakan akibat proses psikologi,
tindakan dalam kondisi tidak sadar, tindakan dalam membabi buta, bahkan
berbagai tindakan manusia yang merupakan kemampuan naluri yang dibawa
oleh manusia dalam genetik semenjak lahirnya juga telah dirombak olehnya
menjadi tindakan kebudayaan. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan
yang dipunyai oleh manusia sebagai makhluk sosial, yang isinya adalah
perangkat model ± model pengetahuan yang secara efektif dapat digunakan
untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan yang dihadapi dan
untuk mendorong dan menciptakan tindakan ± tindakannya. Dalam pengertian
ini kebudayaan adalah suatu kumpulan pedoman atau pegangan yang
kegunaan operasionalnya dalam hal ini adalah
Hamah Sagrim
229
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
manusia mengadaptasi diri dengan menghadapi lingkungan ± lingkungan
tertentu (fisik, alam, sosial dan kebudayaan) untuk mereka dapat tetap
melangsungkan kehidupannya, yaitu memenuhi kebutuhan ± kebutuhan dan
untuk dapat hidup secara lebih baik lagi. Karena itu seringkali
kebudayaan juga dinamakan sebagai ³blueprint´ atau desain menyeluruh dan
kehidupan.
2. Wujud Arsitektur Tradisional Maybrat, Imian, Sawiat, dan Kebudayaan.
Pada hakekatnya Arsitektur Tradisional Maybrat Imian Sawiat merupakan
pencerminan kehidupan yang mana menggambarkan jati diri manusia Maybrat
Imian Sawiat yang ditampilkan dalam meramu rumah mereka, termasuk
didalamnya antara lain : kehidupannya, sosialnya, ekonomi ± spiritual
dan budayanya. Dengan demikian Arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian
Sawiat merupakan salah satu artefak dari jejak perjalanan hidup Suku
Maybrat Imian Sawiat. Arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat
merupakan suatu ciri (idea), konsep, kaidah, prinsip, yang merupakan
dasar pengolahan batin pikiran dan perasaan mereka dalam mencipta dan
berkarya. Pada dasarnya arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat
sudah mampu memenuhi tuntutan kebutuhan akan Arsitektur yaitu : y y y
Menjaga kelangsungan hidup dan kehidupan Manusia. Mengembangkan
kehidupan Manusia untuk lebih bermakna Membuat kehidupan Penghuni lebih
nyaman
Dapat dikatakan bahwa Suku Maybrat Imian Sawiat juga memiliki lima
jenjang kebutuhan terpenting dalam hidup mereka yaitu : f. Physiological
needs atau survival needs, adalah kebutuhan yang menduduki peringkat
terbawah yang merupaka kebutuhan dasar manusia. Jenjang kebutuhan ini
berisi kebutuhan ± kebutuhan orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang
berkaitan dengan alam dan keberadaannya sebagai manusia, yaitu kebutuhan
akan makanan, kebutuhan akan tempat tinggal, dan teks. g. Safety needs
atau security needs, adalah jenjang kebutuhan yang kedua berisi
kebutuhan ± kebutuhan yang berkaitan dengan keamanan, agar dirinya
merasa aman dan terlindung dari setiap gangguan.
Hamah Sagrim
230
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
h. Social needs, atau belonginess needs, adalah jenjang kebutuhan yang
ketiga yang berisi kebutuhan ± kebutuhan orang Maybrat, Imian, Sawiat,
berkaitan dengan kedudukannya sebagai anggota masyarakat, sebagai
makhluk sosial yang akan berinteraksi ± interelasi dan berinapendensi
dengan anggota masyarakat lainnya. i. Esteem needs atau ego needs,
adalah jenjang kebutuhan yang keempat yang berisikan kebutuhan ±
kebutuhan orang Maybrat, Imian, Sawiat, akan penghargaan yang didasarkan
pada keinginan untuk mendapat kekuasaan (power needs). Pada dasarnya
ingin dihargai dan keinginan inilah yang menghasilkan kebutuhan orang
Maybrat, Imian, Sawiat, akan penghargaan tersebut yang disebut dengan
³Bobot´. j. Self actualization needs atau self Fulfillment needs,
jenjang kebutuhan ini berisikan kebutuhan orang Maybrat, Imian, Sawiat,
sehingga menreka dapat mengembangkan bakat dan kemampuannya dengan
sepenuhnya. Kebutuhan ini merupakan ciri hakiki manusia umumnya.
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat mempunyai peranan
penting dalam pemenuhan kebutuhan ± kebutuhan mereka, oleh karena itu
arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat bukan hanya menyngkut
masalah fungsionalitas saja, bukan hanya diperuntukan sebagai wadah
kegiatan mereka belaka, dan tidak hanya sebagai sarana pemenuhan
kebutuhan fisiologik. Perwujudan arsitektur Tradisional Suku Maybrat
Imian Sawiat tidak hanya berlandaskan pada asas fungsionalitas atau
kegunaan saja, walaupun asas ini cukup dominan, akan tetapi tidak akan
menjadi asas satu ± satunya ataupun penentuan didalam perwujudan hasil ±
hasil karya arsitektur. Perwujudan Arsitektur Tradisional Suku Maybrat
Imian Sawiat tidak hanya menyangkut aspek ± aspek fungional saja,
melainkan menyangkut seluruh aspek kebutuhan didalam kebutuhan Manusia
Maybrat Imian Sawiat. Perwujudan arsitektur yang mengandung nilai ±
nilai manusiawi. Arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat
merupakan manifestasi dari nilai ±nilai budaya, yang mana ditentukan
oleh lima masalah didalam kehidupan mereka yaitu : hakekat hidup,
hakekat karya, persepsi mereka tentang waktu, pandangan mereka tentang
alam dan hakekat mereka dengan sesamannya. Kelima masalah dasar ini
banyak berkaitan dengan lingkungan, baik lingkungan alami maupun
lingkungan fisik mereka yang mana terbangun dengan lingkungan sosial.
Dua masalah Hamah Sagrim 231
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
yang berkaitan dengan masalah lingkungan mereka yaitu pandangan mereka
tentang alam, dan hakekat mereka dengan sesamanya. Kedua masalah ini
akan menentukan orientasi nilai budaya mereka terhadap alam dan sesama
mereka, yang kemudian direfleksikan kedalam wujud arsitekturalnya.
Berkaitan dengan sikap dan orientasi Suku Maybrat Imian Sawiat terhadap
alamnya, mereka telah mengalami peradaban dalam kebudayaan mereka yaitu :
y Pancosmism, merupakan fase dimana Suku Maybrat Imian Sawiat tunduk
kepada Alam dan Merasa mereka adalah bagian dari alam. Hal ini merupakan
kecenderungan kehidupan mula ± mula nenek moyang mereka yang mana tidak
mampu dalam mencipta segala sesuatu bagi mereka, termasuk membangun
suatu tempat tinggal (rumah) bagi mereka. Hal ini cenderung mendorong
nenek moyang mereka menjadi bersikap pasrah terhadap kondisi alam. y
Anthropocentries, merupakan fase dimana Suku Maybrat Imian Sawiat dengan
kemampuannya menguasai alam dan merasa berkuasa atas alam sekitar
mereka. Eksploitasi alam ini mendorong terjadinya kerusakan ± kerusakan
lingkungan alam disekitar permukiman mereka. y Holism, merupakan tahapan
atau fase dimana Suku Maybrat Imian Sawiat mampu menyelaraskan
kehidupan dan aktifitasnya dengan alam sekitar. Dalam mendaya gunakan
lingkungan alamny, Suku Maybrat Imian Sawiat juga mampu memperhatikan
daya dukung akan alam sekitar mereka sehingga kelangsungan aktifitas
mereka tetap berlangsung. Pandangan ± pandangan Suku Maybrat Imian
Sawiat terhadap situasi dan alamnya memiliki pengaruh yang sangat besar
bagi wujud Arsitektural mereka. Ketergantungan Suku Maybrat Imian Sawiat
terhadap situasi dan alam termanifestasi kedalam wujud arsitekturnya
yang sangat tergantung pada karakter ± karakter alam dan situasi
lingkungan sekitar. Hasil karya Arsitektur Tradisional mereka cenderung
mengandung makna ketakutan mereka akan alam dan kehidupan mereka dan
terhadap alamnya yang berkaitan dengan masalah ± masalah mistis ataupun
kekuatan ± kekuatan ghaib dan kekuatan musuh yang berada diluar diri
mereka. Keinginan mereka untuk menguasai alam membuat mereka cenderung
berupaya untuk mengeksploitasi alam sekitar. Hasil ± hasil karya
Arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat menjadi sangat jauh
dari lingkungannya lepas dari lingkungan alamiahnya. Keselarasan dengan
alam, Suku Maybrat Hamah Sagrim 232
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Imian Sawiat cenderung mencari pertautan dengan lingkungan mereka.
Kekuatan ± kekuatan lingkungan dan alam sekitar tidak lagi dikaitkan
dengan kekuatan Theologi moderen atau yang dikenal pada wilayah mereka
adalah theology kristiani. Alam merupakan faktor ± faktor yang
dipertimbangkan bagi usaha ± usaha mereka.
3. Aspek Sosial Budaya Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Pesisir dan
Pegunungan. Suku Maybrat Imian Sawiat melengkapi diri mereka dengan
kebudayaan, yaitu perangkat pengendali berupa rencana, aturan, resep dan
instruksi yang digunakan oleh mereka untuk mengatur terwujudnya tingkah
laku dan tindakan tertentu. Dalam pengertian ini, kebudayaan mereka
berfungsi sebagai ³alat´ yang paling efektif dan efisien dalam
menghadapi lingkungan. Kebudayaan Suku Maybrat Imian Sawiat yang
cenderung adalah bukanlah sesuatu yang
dibawah bersama semenjak kelahiran, melainkan diperoleh melalui sosial
kehidupan sehari ± hari mereka. Berikut beberapa aspek budaya yang
sangat kental dimiliki Suku Maybrat Imian Sawiat adalah : 1. Budaya
Perkawinan Orang Maybrat, Imian, Sawiat. a) Pembayaran Maskawin ³Boyi´
Masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat dikenal sebagai masyarakat yang
berpegang erat pada pusat keluarga inti (marga-fam-keret) dan juga
berpegang pada silsiah keturunan antara marga yang satu dengan marga
yang lain sehingga membentuk rumah tangga yang luas utrolokal.
Selanjutnya dalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat ada pula kesatuan
keluarga kindred, ada larangan yang terlalu ketat terhadap perbuatan
sumbang, yaitu hubungan kelamin antara dua saudara sepupu silang maupun
saudara satu marga sejajar berjarak 2 derajat. Untuk perkawinan orang
Maybrat, Imian, Sawiat diperlukan maskawin yang besar (boyi) atau
diadakan pertukaran pengantin wanita (finya migiar) secara langsung.
Walaupun ada kasus-kasus poligini, perkawinan monogami adalah yang
paling umum. Poligini ³migi´ sering juga terjadi dalam genealogi yang
terhimpun, dan hubunga levirat juga ada. Pola tunggal bagi pasangan
suami-istri yang baru kawin adalah utrolokal dan juga avunkolokal. b)
Istilah Kekerabatan dan Hubungan Kekerabatan ± Mafoh Orang Maybrat,
Imian, Sawiat sangat peduli dan memegang erat kaum kerabatnya (mafoh)
yang telah lama saling kenal walaupun berbeda marga/karet/fam. Selain
itu, mereka juga sangat peduli dan memegang erat kekerabatan berdasarkan
perkawinan antara keturunan Hamah Sagrim 233
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
perketurunan dan silsilah sampai kakek-nenek dan lebih dari dua angkatan
di atasnya dan lebih dari dua derajat ke samping. Untuk silsilah
tersebut, bagi orang Maybrat, Imian, Ssawiat selalu mengenal semua
kekerabatan orang tua sebelumnya dan silsilah keturunan perorang tua
akan tetapi setelah pada tahun 1980an garis keturunan ini semakin
berkurang untuk dipertahankan karena pengaruh perkawinan silang atau
perkawinan keluar. Sehingga mereka sudah tidak lagi mengena semua kaum
kerabatnya yang seangkatan dengan kakeknenek mereka. Istilah-istilahnya
adalah : a. Kerabat dari kakek-nenek b. Kerabat dari ibu c. Kerabat dari
ayah d. Kerabat dari kita Tatat ana mafoh
Tme mafoh Taja yafoh Anu b¶foh
Sedangkan istilah dalam silsilah keturunan adalah : A. Ayahnya
kakek-nenek B. Kakek-nenek Hohos Tatat sme ± tatat ano Hohos mao ± hohos
mano ± hohos mamu ± hohos mati ± hohos matat ± hohos anya D. Saudaranya
kakek-nenek Tatat mao ± Tatat mano ±Tatat matat ± Tatat mati ± Tatat
m¶hohos-Tatat Mati-Tatat Mamu-Tatat m¶tmo. E. Ayah-ibu F. Saudaranya
ayah G. Saudara dari Ibu Taja ± tme Tati ± taja yabi ± taja yaku ± taja
tmo ±taja yamu. Tme mabi ± tme magu ± tamu
C. Saudara dari ayahnya kakek-nenek
Istilah-istilah dalam bahasa Maybrat, Imian, Sawiat selalu dipakai dan
bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat istilah kekerabatan ini sangat
penting. Ciri-ciri khas dari sistem peristilahan orang Maybrat, Imian,
Sawiat adalah sifatnya yang klasifikatoris, penekanan terhadap prinsip
generasi dan langkahnya istilah-istilah yang jelas. Maka adanya suatu
istilah yang khusus bagi saudara/saudari se-marga/famili yang sangat
mencolok dan lebih akrab. 2. Maskawin ± Boyi Maskawin (Boyi) yang
mempunyai nilai kekayaan yang sangat besar, sangat penting dalam
hubungan kekerabatan orang Maybrat, Imian, Sawiat untuk mengumpulkan
unsurHamah Sagrim 234
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
unsur maskawin (Boyi) biasanya diperlukan waktu yang sangat lama.
Menurut adat istiadat orang Maybrat, Imian, Sawiat, maskawin terdiri
dari: Kain timur (Boo) barang-barang persen (bain) kain timur (Boo) yang
dipakai sebagai alat pertukaran resmi orang Maybrat, Imian, Sawiat,
memiliki beberapa bobot nilai, untuk wan safe, merupakan kain berkelas
satu dengan bobot nilai bila di uangkan mencapai ratusan juta rupiah.
Hal ini demikian karena menurut mitologi orang Maybrat, Imian, Sawit.
Menurut orang Maybrat, Imian, Sawiat, wan safe bukanlah benda biasa yang
diperoleh melalui produksi manusia, namun diperoleh dari pemberian alam
(Tagio) ³Bokek´, termasuk kain yang berkelas satu namun memiliki nilai
bobot di bawah ratusan juta, Bokek juga merupakan kain pusaka dan
pemberian alam. Sarim merupakan kain berkelas satu namun memiliki bobot
dibawa Bokek dan Waan harganya bisa mencapai puluhan juta dan yang
lainnya adalah kasuban, Han, Bainoke, Boirim, Serenta, harga-harga
masing-masing Boo tersebut tercatat pada 1999, dan bukan merupakan harga
resmi. Seorang biasanya bersama-sama keluarganya menghimpun
keluarga-keluarga mereka sesuai dengan garis kekerabatan dan silsilah
keturunan untuk bersatu membayar maskawin, dan hal ini terjadi secra
terus-menerus antara kekerabatan yang satu dengan kekerabatan yang lain
dengan kompak. Karena kebersamaan, kekompakan dalam membayar maskawin
inilah yang membuat waktu penyelesaian lazim ditunda beberapa bulan
bahkan sampai lebih dari setahun. Sementara itu ayah pengantin pria,
dibantu para kerabatnya dari pihak ibunya, neneknya, iparnya, tantenya
dan terutama saudara-saudara kandung pria yang lebih berupaya
mengumpulkan maskawin itu. Paling sedikit satu unsur barang seperti kain
Waan dan kain Bokek diupayakan untuk melengkapi maskawin itu, karena
hal itu makin menaikkan gengsi kaum pengantin laki-laki. Penyerahan
maskawin dilakukan dengan suatu upacara di kompleks/koot kerabat
pengantin pria. Maksud utama dari upacara ini adalah untuk
memperlihatkan benda-benda yang diserahkan kepada keluarga pengantin
perempuan dan tamu yang diundang. Selanjutnya di sertai dengan
pesta-pesta. Pesta yang berlangsung sesudah upacara penyerahan maskawin
mulai sekitar jam 3,4,5 sore. Tamu-tamu yang datang, duduk di dalam
maupun di luar rumah, mereka biasanya di jamu oleh kerabat dari keluarga
pengantin perempuan. Jamuan ini disebut (bain). Kalau maskawin tidak di
bayar, maka pengantin lakilaki harus tinggal dengan keluarga kerabat
pengatin perempuan dan selalu bekerja kepada
Hamah Sagrim
235
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
mereka sebagai ganti dari pembayaran maskawin, ini sering di sebut ³kro
finya´, karena tidak mampu membayar maskawin.
3.
Bohlat ± Boke - Denda Boke ± Bohlat ± Denda, merupakan salah satu cara
yang lazim dipakai oleh orang
Maybrat, Imian, Sawiat dalam menyelesaikan masalah muda mudi (seksual),
dan zinah, pemukulan terhadap orang hingga babak belur, fitnahan atau
caci-maki yang menjatuhkan pamor orang lain tanpa adanya suatu bukti
masalah yang benar, pembunuhan dan pemerkosaan. Dalam persoalan Bohlat ±
Boke ± Denda, biasanya diberikan beban sesuai dengan perbuatan, yaitu
tentang muda-mudi (seksual) jika hal ini terjadi atas dasar suka sama
suka antara pria dan wanita maka beban yang diberikan tidak begitu
besar, namun biayanya berkisar ± 50.000.000,- ke bawah. Biaya
50.000.00,-berlaku untuk seorang wanita yang statusnya sarjana,
sedangkan di bawah harga dari itu berlaku untuk wanita yang statusnya
mahasiswa, dan yang berikut di bawah lagiberlaku bagi wanita status
siswi atau tamatan SMA, SMP, SD dan yang tidak sekolah, akan tetapi
untuk persoalan selingkuhan zinah terhadap istri orang (safo finya mabi)
lebih tinggi biayanya dan persoalan ini tergolong krusial, bisa
mengakibatkan korban jiwa terutama pria yang berhubungan dengan istri
orang. Bohlat Boke Denda untuk persoalan pemukulan, akan dilihat
bilamana korban
mengalami cedera fatal, maka besar harga yang diberikan akan tinggi dan
biayanya bisa mencapai Rp. 70.000.000,- ke bawah jikalau korbannya tidak
fatal, maka biayanya kurang dari 70 juta. Sedangkan untuk kasus
fitnahan atau caci maki, akan diberi beban setimpal dengan katakata
fitnahan, bilamana kata-katanya cukup memalukan atau menjatuhkan harga
diri, citra, rasa dan karsa maka beban yang diberikan mencapai Rp.
30.000.000,- ke bawah .
lihat Disertasi Mansoben, Leden University 1982, tentang sistem
kepemimpinan tradisional dan sistem perkawinan orang Maybrat, Imian,
Sawiat. Lihat juga tulisan µHamah Sagrim¶ sistem sosial budaya suku
Maybrat, Imian, Sawiat, Papua................................
Hamah Sagrim
236
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
jikalau Fitnahan dan caci maki itu mengakibatkan korban jiwa, maka
persoalannya semakin parah dan dendanya bisa mencapai miliaran rupiah.
Seperti halnya pembunuhan, dan inijuga bisa mengakibatkan korban nyawa
ganti nyawa. Besar beban yang dibebani akan mencapai miliaran rupiah.
Untuk kasus pemerkosaan, biaya yang dibebani seratus juta ke bawah. Rp.
100.000.000,-
4. Sistem Perdagangan tradisional ³Sistem bermain kain timur/sistem
ekonomi tradisional ± feah boo ± m¶fou gu ano. Perdagangan tradisional
antara klen, gabungan klen, atau suku bangsa merupakan aktivias yang
umum dalam hampir semua masyarakat suku bangsa papua, bakan di Papua
Newguinea, dalam masyarakat di kedua daerah tersebut, berdagang hanya
berarti tukarmenukar barang yang kurang diperlukan dengan benda-benda
kain yang sangat diperlukan, atau kemudian pertukaran barang yang sangat
diperlukan dengan benda-benda yang melambangkan ukuran nilai tertentu,
seperti kerang-kerang yang indah, batu-batuan yang berwarna atu diasah
indah, perhiasan yang terbuat dari tulang, manik-manik dan lain-lain,
tetapi di dorong oleh keinginan untuk memperoleh rasa solidaritas antara
orang-orang yang saling bertukar-tukaran, atau karena keinginan kedua
belah pihak untuk menaikkan gengsi dengan memberikan benda yang lebih
berharga dari pada yang diterimanya. Gejala pertukaran barnag atau
perdagangan tradisional seperti itu diketahui para ahli sudah
berlangsung sekitar 100 tahun yang lalu. Perdagangan kain tmur yang
merupakan aktivitas orang Maybrat, (meibrat, mejbrat), orang Imian,
orang Sawiat, orang Tehit, orang Madik dan orang Karon dengan materi
perdagangan kain timur sebagai jenis barang yang dipertukarkan dalam
aktivitas sehari-hari orang Maybrat, Imian, Sawiat, pria maupun wanita
suka dan memang pandai berdagang, seperti juga halnya orang Karon. Pada
tahun 1950an, mereka biasanya mengambil hasil hutan seperti rotan dan
damar yang mereka jual kepada tengkulak China atau Bugis yang datang
dari Sorong atau Bintuni. Selain menanam tumbuh-tumbuhan yang hanya
menghasilkan makanan saja, orang maybrat dan Karon pada umumnya menanam
tumbuh-tumbuhan yang dapat merek ajual di pasar, seperti bawang, cengkeh
dan berbagai macam buah-buahan. Karena tanah di sekitar danau Ayamaru
rupa-rupanya kurang subur maka penduduk biasanya hanya dapat memungut
hasil dari ladang mereka satu kali saja, dan kemudian Hamah Sagrim 237
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
meninggalkan ladang tersebut. Mereka lalu membuka sebuah ladang baru,
sehingga dalam waktu satu tahun saja mereka seringkali harus berpindah
tempat 2 ± 3 kali. Oleh karena itu, rumah orang Maibrat (secefra ±
halit) sangat sederhana dan mudah dibongkar untuk dipindahkan ke lokasi
yang baru. Kadang-kdang mereka membangun rumah ladang di atas sebuah
beranda yang mereka biat diatas pohon dan ada yang langsung dari bawah
tanah (halit) untuk mengawasi binatang-binatang perusak kebun atau
melindungi diri dari gangguan akan sekitar serta serangan musuh. Di
samping rumah sederhana di ladang, orang Maybrat, Imian, Sawiat juga
memiliki rumah tetap di desa induk. Setiap kali mereka kembali ke desa
induk setelah selesai musim panen, untuk melaksanakan berbagai macam
upacra dan pesta yang berkenaan dengan daur hidup, seperti misalnya
pesta perkawinan, bersama warga-warga keluarga patrilineal mereka yang
lain. Rumah di desa induk yang juga mereka sebut samu yang mana lebih
besar dari pada rumah di ladang halit, dibangun lebih kokoh dan diatas
tiang-tiang, dengan bahan bangunan yang lebih kuat. Pesta-pesta dan
upacara-upacara adat yang keramat, yang dilaksanakan dalam rangka
solidaritas klen, seperti misalnya upacara inisiasi (m¶ber wiyon) dan
dulu pertemuan untuk merencanakan serangan pengayauan (mhoh bioh). Di
waktu yang lampau, pertemuan semacam ini diselenggarakan dalam balai
pertemuan umum (samu siret) yang dianggapkeramat. Namun menjelang zaman
perang pasifik, ketika pemerintah HindiaBelanda berusaha memantapkan
administrasi pemerintahannya di daerah Maybrat, Imian, Sawiat bersama
dengan upaya penyiaran Agama Kristen, banyak upacara adat terutama yang
berkaitan dengan cara membongkar dan membakar balai (samu siret) dan
klwiyon-bol watle yang nama digantikan dengan balai desa atau gereja,
yang dibangun sesuai dengan contoh yang diberikan oleh pemerintah
Hindia-Belanda. Orang Karon juga tetap mengalami perubahan sosial yang
sama, walaupun perkampungan tempat tinggal mereka kecil-kecil dan saling
berjauhan letaknya ditengah atau dekat ladang mereka masing-masing,
lebih mantap sifatnya, dan tidak hanya merka gunakan untuk berkemas
saja, kecuali itu upaya untuk menggabungkan perkampungan kecil menjadi
desa yang lebih besar, dan mantap guna memudahkan urusan administrasi,
sudah dimulai sebelum hal yang sama dilakukan oleh pemerintah
Hindia-Belanda, dikalangan orang
Hamah Sagrim
238
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Maybrat, Imian, Sawiat
upaya yang kemudian dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia,
berhasil membentuk 7 desa pada tahun 1969. Adat pertukaran kain timur
ini juga menonjol dalam pesta dan upacara perkawinan, perlu suatu uraian
mengenai adat-istiadat perkawinan dan sistem kekerabatan orang maybrat,
Imian, Swiat dan Karon yang melatar belakangi adat-adat itu. Dalam
sistem kekerabatan orang Maybrat, Imian, Sawiat, keluarga Karon seperti
pada banyak masyarakat manusia di dunia, keluarga inti juga merupakan
kesatuan kekerabatan yang paling dasar. Namun walaupun pola perkampungan
orang Maybrat, Imian, Sawiat dan karon tidak kompak pada tahun 1950an,
tetapi keluarga inti orang Maybrat, Imian, Sawiat dan Karon tidak lepas
dari jaringan. Kekerabatan yang lebih luas, yang mengikat para
anggotanya, melalui hubungan keturunan yang mengacu ke para warga pria
(patrilineal). Istilah antorpologi sosial untuk kesatuan sosial semacam
itu adalah ³klen patrilineal´. Dalam bahasa Maybrat, istilah asli bagi
kesatuan sosial semacam itu sudah tidak dikenal lagi, tetapi diganti
dengan istilah perkenalan fam/marga yang berasal dari Maluku, yang masuk
kedaerah kepala burung bersama-sama dengan para penginjil yang
menyebarkan Agama Kristen. Dalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat dan
Karon, sistem perkawinan didasarkan pada exogami klen kecil patrilineal
(ra kinyah dalam bahasa Maybrat atau rae sawan dalam bahasa Karon).
Karena dalam kedua masyarakat itu merupakan klen-klen kecil mengelompok
menjadi satu dalam desa, maka exogami klen kecil dapat diartikan sebagai
exogami, kalau seorang pria Maybrat, Imian, Sawiat atau Karon kawin
dengan gadis dari klen kecil yang tinggal mengelompok di desa lain,
tetapi dianggap endogami apabila ia kawin dengan garis dari klen kecil
lain tetapi tetap tinggal mengelompok didesa yang sama. Perkawinan dalam
kedua masyarakat itu masih banyak diatur dan ditentukan oleh orang tua
dan keluarga kedua belah pihak, terutama dalam penentuan maskawin. Hal
itu bahkan juga masih terjadi hingga sekarang ini, yang tampaknya
merupakan suatu pandangan dinamikal orang Maybrat, Imian, Sawiat dan
Karon karena orang tua atau keluarga yang dituakan adalah mereka yang
lebih dahulu dan lebih banyak berpengalaman salah satu akibat dari
perkawinan yang diatur orang tua, peristiwa kawin lari (betak finya),
bila dibandingkan dengan orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang umumnya
masih menerima penentuan jodoh antar seorang pemuda dan pemudi serta
yang dijodohkan oleh orang tua. Hamah Sagrim 239
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Adat orang Maybrat, Imian, Sawiat, maupun orang Karon, adalah bahwa
sesuadah menikah, istri turut tinggal di desa kaum kerabat suaminya.
Adat yang pada dasarnya virilokal ini jarang diganti menjadi uxorilokal
(suami tinggal di desa kaum kerabat isterinya). Apabila si isteri
berasal dari desa yang sama, maka untuk melaksanakan adat virilokal
tidak ada persoalan, tetapi apabila dia berasal dari desa lain maka ia
harus tinggal terpisah jauh dari keluarganya. Adat uxorilokal seringkali
merupakan akibat dari tak mampunya kaum kerabat pria untuk
menyelesaikan harta maskawin (Mayi Boyi). Yang tidak terdiri dari barang
yang ber nilai tinggi, tetapi yang juga langka dan juga sulit untuk
diperoleh. Selain itu, suami wajib pula bekerja untuk keluarga isterinya
(kro finya), seperti membantu bercocok tanam di ladang (ykah wora) atau
melakukan hal-hal dalam bidang-bidang lain bagi keluarga isterinya yang
sesuai dengan kemampuannya. Apabila suatu perkawinan disetujui oleh
kerabat pria dan wanita, maka pihak kerabat pria harus membayar maskawin
sesuai dengan nilai yang telah disepakati oleh kerabat orang tua pria
dan wanita. Dulu, inti dari maskawin adalah kain-kain pusaka yang
disebut ³wan safe´, namun sekarang karena benda atau wan safe sudah
sulit didapat, maka nilainya menjadi sangat tinggi. Pembayaran maskawin
kini dengan kain timur dan uang, karena pada saat ini konsumsi uang
semakin tinggi, maka maskawinpun semakin tinggi harganya. Di saat
sebelum zaman perang pasifik, orang Maybrat, Imian, Sawiat, dan Karon
baru mengenal suatu benda baru yang kemudian sebagai salah satu unsur
baru dalam maskawin setelah sebelumnya hanya menggunakan kerang laut,
heger, timponan dan perhiasan manik, unsur bahan yang baru tersebut
adalah tekstil kain timur (Boo dalam bahasa Maybrat) untuk menggantikan
benda-benda perhiasan tradisional yang waktu itupun sudah hampir hilang
serta di anggap sebagai benda yang menyimpan majik. Sampai sekarang
tekstil tersebut (Boo) masih tetap menajdi unsur pokok dalam pembayaran
maskawin yang mana dilakukan oleh kerabat pria kepada kerabat wanita
sebagai tanda bahwa kerabat wanita telah resmi menjadi isteri seorang
pria yang telah dibayar lunas.
5.
Sistem Perkawinan Orang Maybrat, Imian, Sawiat Dalam masyarakat orang
Maybrat, Imian, Sawiat, sistem perkawinan didasarkan pada exogami klen
kecil patrilineal (raa kinyah atau raa sou su dalam bahasa Maybrat) atau
(rae sawan dalam bahasa Karon). Karena kedua masyarakat itu warga
klen-klen kecil Hamah Sagrim 240
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
mengelompok menjadi satu dalam desa, maka exogami klen kecil dapat
diartikan sebagai exogami desa, tetapi dapat pula endogami desa.
Dianggap sebagai exogami kalau seorang pria Maybrat, Imian, Sawiat kawin
dengan gadis dari klen kecil lain yang tinggal mengelompk di desa lain,
tetapi dianggap endogami apabila ia kawin dengan garis dari klen kecil
lain tetapi tinggal mengelompok di desa yang sama. Dalam sistem
kekerabatan orang Maybrat, Imian, Sawiat seperti banyak masyarakat di
dunia, keluarga inti merupakan kesatuan kekerabatan yang paling mendasar
(margais). Walaupun keberadaan keluarga inti (margais) yang
berbeda-beda dan tersebar di mana-mana tetapi tetap memegang kekompakan
ini. Misalnya saja seorang yang bermarga Sagrim tinggal di Sauf, bertemu
dengan klen satu marga Sagrim di Jayapura, atau di Jawa, atau di
Amerika ataupun di negara mana saja, maka keutuhan klen Sagrim akan di
eratkan walau sudah berjauhan dari asal desa mereka. Pola perkampungan
orang Maybrat, Imian, Sawiat pada tahun 1940 belum padat, namun kelaurga
inti orang Maybrat, Imian, Sawiat tidak melepaskan jaringan kekerabatan
mereka dan hingga sekarang ini, jaringan kekerabatan tersebut menjadi
luas, dan mengikat pada anggotanya melalui hubungan keturunan yang
mengacu ke marga pria (patrilineal). Istilah antorpologi ± sosial utnuk
kesatuan sosial semacam itu adalah ³klen patrilineal´. Dalam bahasa
Maybrat, Imian, Sawiat istilah asli kesatuan sosial semacam itu adalah
³keret´, yang kemudian berkembang menjadi ³fam´ dan selanjutnya ³marga´.
Sistem perkawinan dalam kedua mempelai dalam masyarakat Maybrat, Imian,
Sawiat itu masih banyak diatur dan ditentuakan oleh orang tua dan
keluarga kedua belah pihak (raa mabi). Hal itu bahkan sampai sekarang
kadang masih tetap dipertahankan oleh beberapa orang tanpa melibatkan
satu keret tetap tergantung pada keluarga inti tertentu dan juga masih
tampak sekarang ini hal itu terjadi pad orang Maybrat, Imian, Sawiat
hingga sekarang, yang tampaknya mempunyai pandangan yang lebih dinamikal
karena mereka sudah lebih dahulu dan lebih banyak memiliki pengalaman.
Adat pada orang Maybrat, Imian, Sawiat adalah bahwa sesudah menikah
istri turut tinggal di desa kaum kerabat suaminya. Adat yang pada
dasarnya virilokal ini tak jarang digantikan menjadi uxorilokal (suami
tinggal di desa kaum kerabat isterinya) apabila si istri berasal dari
desa yang sama, maka untuk melaksanakan adat virilokal tidak ada
persoalan, tetapi apabila ia berasal dari desa lain, maka adat virilokal
mengalami persoalan karena Hamah Sagrim 241
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
tinggalnya berjauhan. Adat uxorilokal seringkali merupakan akibat dari
takmampunya kaum kerabat pria untuk mengumpulkan harta maskawin (Boyi)
pada sebutan orang maybrat, yang tidak hanya terdiri dari barang yang
bernilai tinggi tetapi yang juga langka dan sulit diperoleh. Selain itu
si suami wajib pula bekerja untuk keluarga isterinya, seperti membantu
bercocok tanam di ladang, atau melakukan hal-hal dalam bidang-bidang
lain bagi keluarga iterinya yang sesuai dengan kemampuannya. Apabila
suatu perkawinan di setujui oleh kerabat pria dan kerabat wanita, maka
pihak kearbat pria harus membayar maskawin (Mayi Boyi). Dulu inti dari
maskawin adalah benda-benda tradisional yang terbuat dari kain (boo)
akan tetapi sekarang sistem pembayarannya dengan menggunakan kain timur
(boo) sebagai benda pusaka dan uang (pitis). Namun karena benda-benda
pusaka itu sekarang sudah sukar di dapat, sehingga nilainya menjadi
sangat tinggi. Disamping benda-benda tradisional itu, maskawin juga
terdiri dari uang. Uang yang dibayarkan seringkali di beri dalam jumlah
banyak.
6. Kain Timur ± Boo ± Dalam Perkawinan Dalam maskawin orang Maybrat,
Imian, Sawiat sejumlah kain timur yang ternama dan berbobot nilai tinggi
(wansafe, bokek, sarim) menjadi unsur yang pokok di samping sejumlah
benda yang bernilai seperti uang. Sewaktu berkunjung ke rumah calon
pengantin (samu finya mgiar) untuk melamar, keluarga pihak wanita
biasanya menentukan jumlah serta ragam benda maskawin yang harus di
serahkan oleh keluarga pihak pria, yang antara lain terdiri dari kain
timur (boo) dari golongan yang mereka kehendaki dan uang (pitis) sebagai
bagian penting dari pembayaran maskawin wanita, keluarga wanita
biasanya meminta jenis kain yang bergengsi seperti wansafe, bokek,
sarim, pihak keluarga calon pengantin pria jarang dapat menolak
permintaan tersebut untuk menghindari malu karena kehilangan martabat
(bobot). Apabila maskawin yang diminta tidak dapat di sediakan oleh
pihak keluarga inti pria, maka keluarga inti pria, mereka akan segera
meminta bantuan dari semua kerabat untuk mendapatkannya. Seorang kerabat
yang berkuasa dan mempunyai hubungan yang luas tentu mudah mendapatkan
benda-benda langka. Dengan demikian pihak keluarga calon pengantin pria
sekaligus betapa tinggi dan luasnya kekuasaan kerabat mereka.
Sebaliknya, pihak keluarga calon pengantin wanita juga tidak tinggal
diam, karena mereka juga akan Hamah Sagrim 242
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
mengusahakan barang-barang bernilai seperti makanan, babi, minuman enao
(saguer) sebagai persen (mbar) kepada keluarga mempelai laki-laki atas
porsen terhadap pembayaran maskawin. Kalau pemberian mereka tidak
seimbang merekapun akan mendapat malu besar. Pertukaran kain timur bagi
orang Maybrat, Imian, Sawiat memang mengandung unsur martabat dan
gengsi, walaupun disamping itu adat pertukaran kain timur juga
memperdalam rasa solidaritas antara pihak-pihak yang bersangkutan.
Kegagalan untuk membayar maskawin, seperti yang telah dijanjikan tidak
hanya menimbulkan rasa malu yang mendalam pada pihak keluarga mempelai
pria tetapi mereka juga akan memberikan anak yang kelak lahir dari
perkawinan itu kepada keluarga mempelai wanita untuk diadopsi, kalau
pasangan itu tidak mempunyai anak, maka si suami harus bekerja untuk
keluarga isterinya sampai hutangnya lunas. Di samping itu, pada pesta
perkawinan diundang juga warga klen-klen lain yang biasanya datang ke
pesta yang merupakan kesempatan untuk memamerkan kain timur (matir boo)
dan saling menukarkannya. Pihak-pihak yang kalah tidak jarang menderita
hutang besar dan kalau ia tidak membayarnya, ia wajib bekerja sebagai
budak pada pihak yang menang.
7. Kain Timur ± Boo ± Untuk Membayar Denda Pelanggaran janji yang
dianggap paling serius dalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat dan yang
karena itu menurut adat harus dihukum dengan denda-denda adalah
perzinahan. Denda yang dituntut dapat dilakukan oleh isteri mapun oleh
suami, apabila zinah itu dilakukan oleh isteri maka suami biasanya
menceraikan isterinya, yangh berakibat bahwa keluarga isteri harus
mengembalikan maskawin, termasuk kain timur yang telah mereka terima
sebagai (Boyi), serta beberapa ekor babi semua pasangan itu diambil oleh
suami. Sebaliknya apabila zinah dilakukan oleh suami, kadang-kadang
juga bisa terjadi perceraian, tetapi kadang-kadang juga tidak. Walaupun
demikian karena perbuatan itu dianggap sebagai suatu pelanggaran janji,
kerabat suami dikenakan denda dengan mengembalikan kain timur (boyi)
yang telah mereka terima dari kerabat isteri, ditambah dengan sejumlah
kain timur yang golongannya di tentukan oleh kerabat isteri juga,
disertai dengan beberapa ekor babi. Apa bila si suami ingin menikah
dengan wanita yang digaulinya itu, maka kerabatnya tentau juga harus
membayar boyi kepada kaum kerabat isteri yang baru. Hamah Sagrim 243
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
8. Kain Timur ± Boo ± Dalam Upacara Kematian Orang Maybrat, Imian,
Sawiat membedakan antara orang mati karena umur tua, karena sakit,
karena kecelakaan dan karena guna-guna. Dalam semua upacara diperlukan
kain timur sebagai salah satu unsur. Apabila harta orang yang meninggal
itu banyak dan kekuasaannya besar, maka kain-kain yang dipakai untuk
menutup jenazah, atau yang diikatkan pada pohon-pohon dengan jumlah yang
lebih banyak plus yang di sobek-sobek dengan kualitas kainnya pun
terbaik, tetapi apabila orang meninggal itu miskin, maka sudah cukup
sehelai kain yang tidak sangat mahal ditutupi jenazahnya, atau
dipotong-potong atau di sobek untuk diikatkan pada beberapa pohon
sekitar halaman. Kekayaan dan kekuasaan orang meninggal itupun tampak
dari jenis makanan yang tersedia. Apabila kematian seseorang oleh
kerabatnya di duga akibat guna-guna, maka para kerabat itu akan meneliti
serta melacak orang yang melakukan atau menyuruh melakukan guna-guna
tersebut. Apabila orang-orang tersebut telah ditemukan, dan dakwaan
terhadap mereka dibenarkan oleh orang-orang terdakwa dengan menggunakan
alat uji (fnor) oleh para ahli di bidang itu dan disaksikan oleh para
keluarga korban dengan menghadirkan pemimpin masyarakat, maka biasanya
orang-orang terdakwa tersebut sulit untuk ingkar. Sebagaimana halnya
orang yang melanggar adat, mereka di tuntut bayar denda kepada kerabat
orang yang meninggal, yang selalu beruapa sejumlah kain timur. Hingga
sekarang ini pembayaran atas kematian ini terus dipertahankan oleh orang
Maybrat, Imian, Sawiat. Karena mencari, mengumpulkan dan membeli kain
timur memerlukan banyak biaya, dan waktu, hal itu seringkali dapt
menggangu konsentrasi orang pada pekerjaan mereka yang lebih produktif
dan berguna, sehingga upaya berkembang baikpun terganggu.
9. Kain Timur ± boo ± Dalam Transaksi Perdagangan Fungsi kain timur ±
boo ± sebagai alat pembayaran dalam perdagangan sebenarnya sudah ada
sejak dahulu, ketika para pemburu burung cenderawasih membawa kain-kain
tekstil sebagai pengganti peralatan untuk berburu, jasa pemandu, serta
bahan makanan selama berburu, dari produk asli. Samapai sekarang pun
penggunaan kain timur ± boo ± sebagai alat pembayaran dalam perdagangan
masih terlihat, walaupun alat pembayaran perdagangan modern seperti uang
telah berhasil mendominasi dunia, walaupun orang Maybrat, Imian, Sawiat
sudah sejak 5 ± 6 dasa warsa yang lalu (yaitu masih dalam zaman Hamah
Sagrim 244
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
pemerintahan Hindia ± Belanda) mengenal uang. Banyak hal, seperti
berbagai peralatan masa kini, makanan dan minuman dalam kaleng, dan
tembakau, telah merka beli dengan uang. Namun daging yang mereka beli
dari produk (jadi tidak di toko atau kedai) seringkali masing-masing
dibayar denagn kain timur, dan upah pun kadang-kadang dibayar dengan
uang, walau sebelumnya selalu dibayar upah dengan kain timur ± boo.
Dalam pertemuan-pertemuan antar pedagang di pasar, di tempat-tempat lain
di Indonesia, kita sering melihat kegiatan bermain judi. Di daerah
Maybrat, Imian, Sawiat, berjudi dengan kain timur ± boo ± sebagai
taruhannya, tak jarang menimbulkan akibat-akibat yang negatif seperti
yang terurai diatas.
10. Larangan dan Munculnya Kembali Pertukaran Kain Timur ± samiya boo ±
di Daerah Maybrat, Imian, Sawiat. Ketika pemerintah Hindia ± Belanda
kembali ke Manokwari seusai perang pasifik, dan menguasai penduduk
daerah kepala burung, muncul gagasan pada penguasa untuk menghapuskan
aktivitas pertukaran kain timur ± semya boo ± yang dalam zaman jepang
meningkat secra ekstrem dan mengganggu keamanan serta menghambat laju
pembangunan di daerah kepala burung, terutama daerah Maybrat, Imian,
Sawiat. Setelah pemerintah Hindia-Belanda menelitinya dengan seksama,
dan laporan-laporan mengenai aktivitas tersebut di laporkan (Galis 1955 ±
56; Bruyn 1957; Dubois 1960), suatu kampanye penerangan yang
menggunakan seuab ceritera keramat dalam mitologi penduduk asli yang
mengisahkan bahwa zaman bahagia yang sesungguhnya bagi umat manusia akan
segera tiba, apabila mereka dapat mengundang kembali nenek moyang itu
kembali apabila manusia sanggup menahan diri, terhadap keserakahan serta
godaan nafsu, mau menang sendiri dan merugikan orang lain. Maka untuk
memudahkan kembalinya nenek moyang segala benda dan harta kekayaan
sebaiknya dibuang. Sambutan penduduk asli, terutama golongan kaum muda,
di daerah Ayamaru, Aitinyo, Aifat, Tehit, dan Sedorfayo terhadap anjuran
pemerintah itu sangat baik sehingga ketika pemerintah Hindi ± Belanda
dalam tahun 1957 memberi perintah untuk mengumpulkan semua kain timur ±
boo ± yang ada untuk didaftar atau disita, banyak orang Maybrat, aktif
turut mencari dan membujuk dan bahkan memaksa golongan tua serta
orang-orang yang kaya untuk menyerahkan kain timur ± boo ± mereka.
Sebenarnya ini merupakan suatu pelanggaran besar yang dilakukan oleh
pemerintah Hindia Belanda Hamah Sagrim 245
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Pada waktu itu, karena mereka berusaha menghapuskan warisan budaya orang
Maybrat, Imian, Sawiat, dengan cara memusnahkan atau membakar semua
kain timur ± boo- yang merupakan nilai adat tertinggi bagi orang
Maybrat, Imian, Sawiat. Hal ini merupakan penjajahan yang memilukan
serta sangat mematikan karakter budaya orang lain. Sebenarnya saat ini
orang Maybrat, Imian, Sawiat, harus menuntut kompensasi sebagai ganti
rugi kepada pemerintah Hindia Belanda atas pemusnahan budaya mereka pada
waktu itu. Walaupun dengan ceritera itu, beribu lembar kain timur ± boo
- berhasil disita, dan kemudian dibakar, masih banyak orang Maybrat,
Imian, Sawiat yang masih
menyembunyikannya. Setelah peristiwa itu, selama beberapa waktu, yaitu
sampai akhir pemerintah Hindia ± Belanda dalam tahun 1962, aktivitas
pertukaran kain timur ± boo ± yang mana tidak hanya masyarakat Maybrat,
Imian, Sawiat, yang dimusnahkan habis, melainkan juga diseluruh daerah
kepala burung seakan-akan semuanya menjadi hilang hampir musnah
seluruhnya, akan tetapi secara terbatas masih ada pada upacara-upacara
tertentu, seperti perkawinan dan kematian, karena benda-benda itu
dianggap sebagai benda-benda keramat yang mengandung kekuatan sakti yang
berfungsi dalam upacara-upacara keagamaan. Dalam hubungan itu
pemerintah Belanda mengizinkan penggunaan kain timur ± boo ± yang telah
didaftar dan dicap terlebih dahulu, setelah pihak-pihak yang
bersangkutan mengajukan permohonan khusus. Sayangnya setelah
pemerintahan di Papua yang sebelumnya Irian Jaya di ambil alih oleh
pemerintah Indonesia, aktivitas-aktivitas sosial budaya penduduk pada
umumnya dan penduduk Maybrat, Imian, Sawiat pada khususnya tidak
difahami, dan didorong keinginan untuk mengeruk untung dengan cara yang
mudah, beberapa pedangang yang berasal dari Makasar, Bugis, dan Jawa
mengimpor kain timur ± boo ± kelas ³C´ seperti boerim, bain, kasuban,
han dan lain-lain ke daerah Maybrat, Imian, Sawiat yang mereka jual
dengan harga yang cukup tinggi. Dengan demikian kain timur ± boo ± mulai
beredar lagi di daerah Maybrat, Imian, Sawait dan beberapa perdagangan
kain timur ± boo ± yang bernilai tinggi. Sebenarnya upaya pemberantasa
peredaran kain timur ± boo ± bila dipandang dari ilmu psikologi,
merupakan penurunan harkat martabat orang Maybrat, Imian, Sawiat, karena
motivasi orang turut dalam perdagangan dan peredaran kain timur ± boo ±
dalam kebudayaan penduduk daerah Maybrat, Imian, Sawiat yang merupakan
suatu hasrat manusia untuk menaikkan martabat dan gengsi atau motivasi
manusia untuk berspekulasi untuk menjadi Hamah Sagrim 246
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
kaya dengan berjudi kain menjadi runtut dengan merujuk pada orang kecil
(raa kinyah), yang mana hal itu terjadi karena seorang bobot adalah
orang yang memiliki banyak kain timur (boo) akan tetapi seorang bobot
itu akan menjadi rakyat kecil (raa kinyah) karena sudah tidak memiliki
kain (boo) yang berkelas. Hal semacam ini dapat disamakan dengan istilah
ekonomi dengan meminjamkan istilah kata dalam ilmu ekonomi yang disebut
(bangkrut), yaitu seseorang yang tadinya dianggap kaya dengan harta
sebagai tolok ukur atau barometernya akan dipandang sebagai orang jelata
atau orang kecil ketika ia jatuh bangkrut. Demikian seorang bobot akan
menjadi seperti seorang kaya yang bangkrut. Walaupun hingga kini
banyaknya kain timur ± boo ± tenunan, orang Maybrat, Imian, Sawiat
menganggapnya sebagai bahan yang nilainya kecil (bo ro tna sei), dan
mereka lebih menerima kain timur ± boo ± yang semenjak dulu sudah di
pakai yaitu dengan pengertian mereka bahwa kain timur ±boo- yang umurnya
tua mempunyai nilai lebih tinggi ketimbang yang berumur muda, karena
untuk boo yang walaupun sudah berabat tahun, tetapi umurnya itulah yang
memberikan suatu nilai tertinggi dan semakin menjadi tolok ukur utama
nilainya. Berikut lihat gambar jenis kain timur:
Gambar: jenis kain timur kelas 2 (boo toba)
Hamah Sagrim
247
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
11. Perdaganagan Kain Timur ± feyah boo ± rura ± m¶fou gu ano
1. Perdagangan tradisional di daerah maybrat imian sawiat. Perdagangan
tradisional antar klen orang Maybrat, Imian, Sawiat (Feah Boo, Rura,
Mfou Guano) merupakan aktivitas yang umum dalam kehidupan mereka. Dalam
masyarakat-masyarakat di daerah maybrat, Imian, Sawiat, berdagang tidak
hanya berarti tukar menukar barang yang kurang diperlukan dengan
benda-benda lain yang tidak diperlukan (Guwiat) atau kemudian pertukaran
barang yang sangat diperlukan dengan benda-benda yang melambangkan
ukuran nilai tertentu, tetapi didorong oleh keinginan untuk memperbesar
rasa solidaritas antara orang-orang yang saling bertukar-tukaran kain
timur (feah Boo) atau karena keinginan kedua belah pihak untuk menaikkan
gengsi dengan memberikan kain timur yang lebih berharga daripada yang
diterimanya. Gejala pertukaran kain timur seperti itu dibedakan atas 3
bagian besar sebagaimana yang lazim dilakukan, yaitu : 2. Feah Boo Feah
boo adalah pemberian kain timur kepada saudara atau saudari untuk
menyelesaikan persoalan seperti denda masalah (Bo hlat, Boke) atau
membayar maskawing (Boyi). Pemberian atau pertukaran kain timur seperti
ini feah boo selalu diadakan suatu kesepakatan bahwa yang dibantu akan
bertanggung jawab untuk mengembalikan kain timur (Boo) yang serupa plus
ditambahkan dengan beberapa kain timur (Boo) sebagai bunga. Pengembalian
ini biasa disebut Tho Boo atau masi bah, atau juga Me Fe Too,
bergantung besar kecilnya keterlibatan klen yang ikut merasakan
pertukaran kain timur itu. 3. mfou gu ano Mfou gu ano merupakan
aktivitas orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang mana mfou gu ano berarti
kerabat dari mempelai perempuan memberi bantuan kain timur kepada
kerabat mempelai laki-laki melalui isteri mempelai laki-laki dengan
perjanian tertentu atau sebagai suatu pinjaman yang mana suatu saat
nanti akan dikembalikan dengan porsen beberapa kain sebagai imbalan dan
ucapan terima kasih. Model ini sangat lazim dilakukan oleh orang
Maybrat, Imian, Sawiat, semenjak dulu hingga saat ini. Tho Boo
pengembalian kain dalam jumlah klen kecil sebagai penghargaan.
Hamah Sagrim
248
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Masibah Me fe too
pengembalian kain timur dalam jumlah klen yang besar pengembalian kain
timur dalam jumlah klen yang lebih dari besar (melibatkan semua klen).
B.8. Pemimpin Tradisional Pria Berwibawa Bobot ± Big Man 1. Konsep Besar
Pria Berwibawa - bobot a. Asal-usul Perkembangan Konsep Konsep pria
berwibawa atau Big Man yang di gunakan oleh para ahli antropologi untuk
menamakan para pemimpin politik tradisional di daerah ± daerah
kebudayaan Oseania, khususnya di Melanesia, sesungguhnya berasal dari
terjemahan bebas terhadap istilah-istilah lokal yang digunakan oleh
penduduk setempat untuk menamakan orang-orang penting dalam
masyarakatnya sendiri. Karangan yang membahas sejarah pemakaian konsep
tersebut, di tulis oleh L. Lindstrom (1981:900-905), menunjukkan bahwa
sejarah perkembangan kata Big Man dari vokabuleri sehari-hari menjadi
konsep ilmiah mengalami suatu peoses yang lama. Selama abad ke-19 dan
sampai pertengahan abad ke-20, para peneliti di daerah kepulauan
Melanesia selalu menggunakan konsep chief, penghulu atau kepala suku,
untuk menamakan para pemimpin pada masyarakat yang mereka deskripsikan.
Konsep chief itu kemudian tidak digunakan lagi oleh karena makna yang
terkandung di dalam konsep tersebut tidak tercermin dalam system
kepemimpinan banyak masyarakat di Melanesia dan di gantikan dengan
berbagai konsep lain, misalnya influential man (Powdermarker 1944:41),
Head Man (Williams 1936:236; Hogbin 1952: Index; 1964:62; Belshaw 1954:
108; Pospisil 1963:48), Center Man (Hogbin 1939:62), strong Man (Bendt
1969:335; Du Toit 1975:385), manager (Burridge 1969:38, 1975; Scheffler
1965:22), magnate (Chowing and Goodenough 1965-66:454), Direktor atau
executive (Salisbury 1964:236), dan tentusaja big man. Pada tahun
1950-an dan 1960-an, terjadi persaingan antara istilah-istilah tersebut
untuk mendapat tempat dalam khazanah istilah ahli antropologi dan dalam
situasi persaingan itulah lambat laun muncul istilah big man sebagai
konsep tipikal antropologi yang diterima secara luas untuk menandakan
suatu tipe atau sistem kepemimpinan yang ciri-ciri dasarnya berlawanan
dengan ciri-ciri dasar pada sistem kepemimpinan chief.
Hamah Sagrim
249
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Konsep big man sendiri sebenarnya sudah digunakan lama sebelumnya,
misalnya oleh M. Mead, dalam karyanya, sex and Temperament in Three
Primitive Societies (1935:326), namun peralihannya dari bahasa umum
(common parlance) menjadi bahasa antropologi sangat lamban. Konsep
tersebut baru menjadi konsep resmi dan dimuat dalam lexikon antropologi
melalui karya M.D. Sahlins, yang terkenal dan selalu dikutip itu, ³Por
Man, Rich Man, Big Man, Chief´ (1963) dan kemudian diperkuat oleh K.
Burridge, melalui karyanya, ³The Melanesian Manager´, yang
dipersembahkan untuk mengenang seorang tokoh antropologi politik E.E.
Evans-Pritchard (1975:86-104). b. Sistem Kepemimpinan Tradisional Orang
Maybrat Imian Sawiat Dengan Tipe Sistem Kepemimpinan. Dalam kebinekaan
kebudayaan di Maybrat, Imian, Sawiat terdapat pula kebinekaan dalam
organisasi sosial dan khususnya dalam sistem-sistem kepemimpinannya.
Dari karangankarangan etnografi mengenai kebudayaan suku-suku bangsa di
Maybrat, Imian, Sawiat dapat disusun suatu tipologi mengenai sistem
kepemimpinan tradisional yang dapat dibagi kedalam 2 tipe, yaitu 1) tipe
pria berwibawa dan 2) tipe raja. Untuk menyusun suatu tipologi, penulis
meminjam model tipologi yang dikembangkan oleh M.D. Saklins dalam
karangannya big man, chief man (1963). Dalam karangan itu, Saklins
mengajukan suatu model analisis politik tradisional di daerah kepulauan
Oseania, yang berbentuk suatu kontinuum dengan dua kutub, pada satu
kutub terdapat sistem kepemimpinan yang disebut big man, yang dalam
bahasan Indonesia sebainya kita terjemahkan dengan pria berwibawa, dan
pada ujung kutub yang lain, terdapat sistem kepemimpinan yang disebut
chief atau ³raja´. Menurut Saklins perbedaan pokok dari kedua sistem,
kepemimpinan tersebut terletak pada cara memperoleh kekuasaan. Jika pada
sistem kepemimpinan pria berwibawa posisi atau kedudukan pemimpin
diperoleh melalui achievement, atau upaya pencapaian maka penduduk
pemimpin pada sistem kepemimpinan raja diperoleh melalui aseribement,
atau pewarisan. Selanjutnya, dalam karangan yang sama, Saklins
berpendapat bahwa penduduk daerah kebudayaan Melanesia hanya mempunyai
satu sistem kepemimpinan tradisional saja, yaitu tipe kepemimpinan pria
berwibawa. Sebaliknya, penduduk daerah polinesia hanya mengenal tipe
kepemimpinan raja. Pernyataan Saklins ini tentu saja tidak benar, karena
dari hasil-hasil studi para ahli antorpologi lain di daerah Oseania,
terbukti di daerah kebudayaan Melanesia Hamah Sagrim 250 Tipologi 2
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
kepemimpinan raja seperti (orang Brokol, orang Mekeo, orang Buin, dan
orang Trobriand di Papua Newguini) ada juga sementaradi Papua barat,
yaitu orang Kaimana, orang Fak-fak, penduduk kepulauan Raja ampat dan
orang Ayamaru. Apabila kita menerapkan model kontinuum yang diajukan
oleh Saklins, terdapat data etnografi tentang penduduk Papua barat,
khususnya data tentang sistem kepemimpinan tradisionalnya, maka penduduk
Papua barat khususnya orang Maybrat, orang Imian, orang Sawiat, dapat
kita golongkan kedalam 2 tipe masyarakat seperti yang tersebut di atas.
Di bawah ini akan dibuat suatu deskripsi umum tentang 2 tipe
kepemimpinan tersebut dan masyarakat penduduknya. c. Sistem Kepemimpinan
Pria Berwibawa ± bobot Ciri umum dari tipe masyarakat dengan sistem
kepemimpinan pria berwibawa seperti telah disebutkan di atas adalah
kedudukan pemimpin yang diperoleh melalui upaya pencapaian. Sumber
kekuasaan dalam tipe kepemimpinan ini adalah kepemimpinan pribadi
seseorang yang berwujud nyata dalam keberhasilan ekonomi (kaya-bobot).
Kepandaian berdiplomasi, dan berpidato, keberanian memimpin perang,
memiliki tubuh yang cukup dan tegap, serta memiliki sifat murah hati.
Ciri lain tipe kepemimpinan ini ialah bahwa seluruh kekuasaan dijalankan
oleh pemimpin sejati itu secara otonomi tunggal yesait kar dalam bahasa
Maybrat. Orang-orang yang termasuk dalam tipe ini adalah orang Maybrat,
rang Imian, orang Sawiat, orang Muyu, orang Naglum, orang Dani, orang
Asmat, orang Mek. d. Sistem Kepemimpinan Raja Tipe masyarakat yang
kedua, yaitu yang termasuk mendukung sistem kepemimpinan raja,
bercirikan pewarisan kedudukan pemimpin dari orang tua pada anak pria
yang sulung, akan tetapi bila anak sulung itu tidak mampu mewarisinya
karena ia tidak memenuhi syarat-syarat yang ditunjuk untuk jabatan
tersebut, maka salah seorang adiknya atau seorang saudara ayahnya yang
memenuhi syarat-syarat kepemimpinannya dapat memperoleh kedudukan
tersebut. Dengan demikian hak kekuasaan selalu dipertahankan dan
diwariska di dalam rangka kelompok kekerabatan besar, seperti klen,
melalui sistem pewarisan. Ciri lain yang sangat penting dalam sistem
kepemimpinan raja adalah adanya birokrasi. Bentuk dari birokrasi ini
adalah seperti yang oleh Max Weber disebut birokrasi tradisional, yang
berperan sebagai mesin politik, di dalamnya terdapat pegawai tiap
pegawai mempunyai tugas Hamah Sagrim 251
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
tertentu, seperti mengurus masalah-masalah yang berkaitan dengan upacara
ritual, atau yang mengurus masalah keamanan. Masyarakat tipe
kepemimpinan raja di Papua terdapat di Ayamaru, Tehit, kepulauan Raja
Amapat, daerah semenanjung Onim (Fak-fak) dan di daerah Kaimana. Kalau
kita perhatikan letak daerah-daerah itu, merupakan daerah lintas budaya
antara kebudayaan Maluku di satu pihak dan kebudayaan-kebudayaan Papua
di pihak lain. Penduduk di daerah lintas budaya tersebut dalam sejarah,
telah lama mempunyai hubungan perdagangan dengan penduduk di kepulauan
Maluku, yang terletak di sebelah baratnya. Melalui hubungan itu,
terjadilah proses pengambil alihan unsur-unsur kebudayaan tertentu,
termasuk unsur sistem kepemimpinan oleh penduduk lintas budaya itu dari
penduduk kepulauan Maluku. Unsur-unsur kebudayaan yang diambil alih itu
kemudian diolah sesuai dengan kebudayaan setempat, dan dibudayakan
menjadi pranata sendiri, seperti yang diuraikan dalam karangan-karangan
etnografi (Pouwer 1955; Lochem 1963; Cator 1942; Mansoben 1982). Itulah
sebabnya kerajaan-kerajaan di Papua mirip benar dengan bentuk susunan
dari beberapa kesultanan di kepulauan Maluku, terutama di Ternate dan
Tidore (Fraassen 1980; Mansoben 1982). e. Konsep Pria Berwibawa ± bobot
Konsep pria berwibawa atau Big Man yang di gunakan oleh para ahli
antropologi untuk menamakan para pemimpin politik tradisional di daerah ±
daerah kebudayaan Oseania, khususnya di Melanesia, sesungguhnya berasal
dari terjemahan bebas terhadap istilah-istilah lokal yang digunakan
oleh penduduk setempat untuk menamakan orang-orang penting dalam
masyarakatnya sendiri. Karangan yang membahas sejarah pemakaian konsep
tersebut, di tulis oleh L. Lindstrom (1981:900-905), menunjukkan bahwa
sejarah perkembangan kata Big Man dari vokabuleri sehari-hari menjadi
konsep ilmiah mengalami suatu peoses yang lama. Selama abad ke-19 dan
sampai pertengahan abad ke-20, para peneliti di daerah kepulauan
Melanesia selalu menggunakan konsep chief, penghulu atau kepala suku,
untuk menamakan para pemimpin pada masyarakat yang mereka deskripsikan.
Kemudian kita akan menggunakannya untuk mendeskripsikan pria berwibawa
di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, Papua yang disebut bobot.
Hamah Sagrim
252
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Konsep chief tidak digunakan dalam konsepe pria berwibawa di wilayah
Maybrat, Imian, Sawiat, oleh karena makna yang terkandung di dalam
konsep tersebut tidak tercermin dalam system kepemimpinan banyak
masyarakat di Maybrat, Imian, Sawiat dan di gantikan dengan konsep
bobota atau big man, seperti konsep lain yang digunakan untuk penamaan
diwilayah Melanesia misalnya influential man (Powdermarker 1944:41),
Head Man (Williams 1936:236; Hogbin 1952: Index; 1964:62; Belshaw 1954:
108; Pospisil 1963:48), Center Man (Hogbin 1939:62), strong Man (Bendt
1969:335; Du Toit 1975:385), manager (Burridge 1969:38, 1975; Scheffler
1965:22), magnate (Chowing and Goodenough 1965-66:454), Direktor atau
executive (Salisbury 1964:236), dan tentusaja big man. Pada tahun
1950-an dan 1960-an, terjadi persaingan antara istilah-istilah tersebut
untuk mendapat tempat dalam khazanah istilah ahli antropologi dan dalam
situasi persaingan itulah lambat laun muncul istilah big man sebagai
konsep tipikal antropologi yang diterima secara luas untuk menandakan
suatu tipe atau system kepemimpinan yang cirri-ciri dasarnya berlawanan
dengan cirri-ciri dasar pada system kepemimpinan chief. Konsep big man
sendiri sebenarnya sudah digunakan lama sebelumnya, misalnya oleh M.
Mead, dalam karyanya, sex and Temperament in Three Primitive Societies
(1935:326), namun peralihannya dari bahasa umum (common parlance)
menjadi bahasa antropologi sangat lamban. Konsep tersebut baru menjadi
konsep resmi dan dimuat dalam lexikon antropologi melalui karya M.D.
Sahlins, yang terkenal dan selalu dikutip itu, ³Por Man, Rich Man, Big
Man, Chief´ (1963) dan kemudian diperkuat oleh K. Burridge, melalui
karyanya, ³The Melanesian Manager´, yang dipersembahkan untuk mengenang
seorang tokoh antropologi politik E.E. Evans-Pritchard (1975:86-104). f.
Ciri-ciri Pria Berwibawa ± bobot Konsep Big Man atau pria berwibawa -
bobot, digunakan untuk satu bentuk tipe kepemimpinan politik yang diciri
oleh kewibawaan (authority) atas dasar kemampuan pribadi seseorang
untuk mengalokasi dan merealokasi sumber ± sumber daya yang penting
untuk umum (Sahlins 1963; Claessen 1984 dalam Van Bakel et al; 1986:1).
Sifat pencapaian demikian menyebabkan adanya pendapat bahwa ciri
terpenting dari seseorang yang menjadi Big Man adalah seseorang yang
dengan kecakapannya memanipulasi orang-orang dengan sifat pencapaian
Hamah Sagrim 253
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
(achievement) system ini merupakan ciri ketidak stabilannya, seperti
yang selalu dikhawatirkan apakah berasal dari dalam atau luar (Van Bakel
et al. 1986:3). Implikasi ketidak stabilan system yang didasarkan pada
prinsip pencapaian ini yang dikemukakan oleh Van Bakel et al. ialah
terbukanya kesempatan yang samabagi setiap anggota masyarakat, terutama
kaum pria yang sudah dewasa menurut ukuran masyarakat yang bersangkutan,
untuk bersaing merebut kedudukan pemimpin. Pria berwibawa merupakan
mikrokosmos dari masyarakatnya dan oleh karena itu status pria berwibawa
menjadi pokok perhatian dari setiap orang dalam masyarakat. Menurut A.
stratheren (1979:214) ada dua arena yang digunakan untuk merebut
kedudukan pria berwibawa. Dua arena itu adalah hubungan intern dan
hubungan eksteren. Hal yang dimaksudkan dengan hubungan interen adalah
usaha seseorang untuk memperoleh dan meningkatkan pengaruh serta
keunggulannya di dalam klen sendiri. Sedangkan hubungan eksteren
diartikan sebagai keberhasilan seseorang untuk menjalani hubungan dengan
pihak-pihak luar yang terdiri dari sekutu,bekas musuh dan hubungan
antara pria berwibawa. Pada umumnya individu ± individu yang berhasil di
dua arena tersebut diakui sebagai pria berwibawa utama dan yang dapt
menduduki posisi superior untuk bertahun-tahun lamanya. Ciri umum lain
yang biasanya digunakan untuk membedakan system politik pria berwibawa
dari system-sistem politik yang lain adalah bahwa pada system pria
berwibawa tidak terdapat organisasi kerja dengan pembagian tugas di
antara para pembantu pemimpin. Bahwa penduduk di Melanesia terbentuk
dari kesatuan-kesatuan social itu secara politik maupun ekonomi berdiri
sendiri-sendiri. Kondisi semacam itu, menurut K.E. Read (1959:425),
rupanya tidak memberikan peluang bagi tumbuhnya prinsip birokrasi pada
system pria berwibawa di Melanesia. Ciri ± ciri kepemimpinan pada system
pria berwibawa seperti tersebut diatas menyebabkan S. Epstein,
menamakan orang yang berhasil untuk masuk dan berperan sebagai pemimpin
dalam arena kepemimpinan pria berwibawa, ³a well-rounded political
expertise man´ atau ahli politik sejati (1972:42) dan D. Riesman, (1950)
serta K.E. Read (1959:425), menamakan orang demikian autonomous leader
atau pemimpin tunggal. Telah dikemukakan di atas bahwa prinsip dasar
dari system pria berwibawa adalah achievement berdasarkan kwalitas
kemampuan perorangan. Studi ± studi etnografi tentang pria berwibawa
menunjukkan bahwa atribut-atribut yang digunakan sebagai tolok ukur
untuk Hamah Sagrim 254
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
mengukur kemampuan seseorang agar menjadi pemimpin, menurut kebanyakan
penulis dan seperti yang disimpulkan oleh A. Chowing (1979:71), adalah
kekayaan, suatu wujud nyata kemampuan di bidang ekonomi. Sungguhpun
kekayaan merupakan atribut yang sangat penting, namun kedudukan pemimpin
tidak dapat dicapai melalui kekayaan saja. Atribut lain yang harus
dimiliki pula ialah sikap bermurah hati. Sikap tersebut harus dinyatakan
melalui tindakan nyata, seperti misalnya membagi-bagi kekayaan kepada
orang lain (redisitribusi), lewat sumbangansumbangan dan hadiah-hadiah
pada saat adanya pesta perkawinan, upacara ritual atau pesta adat
lainnya. Di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, Papua, terkenal dengan
istilah bobot-big manseoragn bobot memiliki atribut-atribut yang telah
diuraikan sebelumnya diatas. Perbuatan memberikan sumbangan atau hadiah
kepada orang lain disebut oleh M. Mauss, adalah gift. Gift atau
pemberian itu secara tidak langsung membentuk suatu ikatan antara dua
pihak, ialah pihak pemberi dan pihak penerima. Mauss, selanjutnya
berpendapat bahwa pemberian itu mengandung apa yang disebut olehnya
sendiri total presentation (1924:227), bahkan menurut kami perbuatan
memberi ini adalah suatau metode yang digunakan oleh seseorang dengan
tujuan mengangkat gengsi atau dengan melakukannya demikian maka ia akan
dihormati, orang seperti ini bagi kami disebut dengan respect man.
Seorang respect man memiliki latar belakang yang sama dengan seorang
bobot atau big man. Seorang respect man adalah seseorang yang pada
awalnya menjual diri melalui cara memberi, melayani dan menolong
sesamanya hingga semakin lama ia semakin dihargai sebagai orang yang
berwibawa. Respect man tidak diperoleh melalui cara pemberian materiil,
tetapi ia secara baik memberikan kesan hidup, sifat, berdiri sebagai
seorang figure, atau dikenal sebagai pemimpin terhormat diwilayahnya
dengan ekonomi atau kekayaannya yang begitu besar. Hal ini serupa dengan
yang dimaksud Mauss, dengan total ptestation, adalah bahwa selain
bentuk nyata dari benda (objek) yang diberikan, terkandung pula di
dalamnya unsure-unsur lain berupa unsur ekonomi, unsur religi, unsur
hokum, unsur keindahan dan unsur politik. Secara keseluruhan semuanya
itu membentuk kekuatan pengikat dan sekaligus merupakan kekuatan
pendorong bagi pihak penerima untuk melakukan sesuatu kembali secara
langsing atau tidak langsung dalam bentuk benda atau jasa kepada pihak
pemberi. Dilihat dari segi politik, pemberian dalam bentuk apapun
merupakan modal bagi pihak pemberi untuk meningkatkan pendukung,
supporters, guna mencapai tujuan politiknya. Makin Hamah Sagrim 255
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
banyak orang yang diberikan hadiah dan makin banyak yang mendapat
bantuan, semakin kuat pula kedudukan politik pihak pemberi. Pemberian
yang digunakan untuk kepentingan politik tertentu itulah yang
menyebabkan F.G. Bailey (1971) menamakan pemberian sebagai ³racun´ bagi
pihak penerima dan J. Van Baal, mengkontatir pemberian sebagai sesuatu
yang kadangkadang berbahaya bagi masyarakat (1975:23). Perbuatan
memberikan terus menerus hadiah atau sumbangan secara sepihak dapat
menyebabkan terbentuknya suatu hubungan ketergantungan yang bersifat
asymetrik, menyerupai hubungan patron-klien, dimana pihak pemberi
berperan sebagai patron, sedangkan pihak penerima adalah kliennya. Dalam
system kepemimpinan pria berwibawa, hubungan semacam ini sangat
penting, sebab seorang pria berwibawa dapat memanipulai kekayaan dan
keunggulan-keunggulan lain yang dimilikinya untuk memperoleh dukungan
dan simpati dari para peneima bantuan. Kekayaan dalam system
kepemimpinan pria berwibawa sekaligus mempunyai nilai simbolik dan nilai
nyata. Nilai simbolik melambangkan kekuasaan yang terkandung di
dalamnya dan nilai nyata mengacu pada benda atau harta itu sendiri.
Itulah sebabnya kekayaan digunakan sebagai alat pengabsahan kekuasaan
(Cohrance 1970:5). Syarat-syarat lain yang harus dipenuhi oleh seorang
pemimpin pria berwibawa agar para pendukung setia kepadanya menurut
Sahlins (1968:164), ialah bahwa ia harus menunjukkan kecakapan-kecakapan
tertentu, misalnya pandai bertani, panda berburu, pandai berdiplomasi
dan panda berpidato, memiliki kekuatan magis, panda memimpin
upacara-upacara ritual dan berani memimpin perang. Berbagai atribut yang
diberikan kepada seorang pria berwibawa seperti tersebut diatas
seringkali menyebabkan adanya kesamaan umum, seolah-oalah seorang big
man harus memiliki semua atribut tersebut. Banyak contoh etnografi
menunjukkan pula bahwa tidak mutlak semua atribut tersebut harus
dimiliki oleh seseorang agar menjadi pemimpin di dalam system pria
berwibawa. Di samping itu, data etnografi menunjukkan pula bahwa ada
perbedaan penekanan pada atribut-atribut tertentu yang dianggap penting
antara masyarakat satu dan masyarakat yang lain. Dengan perkataan lain
ada perbedaan dalam tata urut hierarkis dari atribut-atribut tersebut,
Hamah Sagrim
256
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
misalnya dalam masyarakat A atribut X menduduki tempat pertama dalam
urutan hierarkis sedangkan dalam masyarakat B bukan atribut X tetapi
atribut Y yang paling penting. Demikian secara empiris, unsur-unsur yang
merupakan atribut bagi pemimpin pria berwibawa itu berkaitan sangat
erat satu sama lain sehingga sulit untuk dipisah-pisahkan, namun secara
analisis pembagian berdasarkan urutan pentingnya atribut-atribut itu
dapat dilakukan. Menurut hemat kami, pembagian tersebut penting, sebab
memberikan pengertian yang lebih tajan tentang corak-corak khas dalam
system kepemimpinan pria berwibawa. Sepanjang pengetahuan penulis, hal
ini belum perna dilakukan oleh para ahli antropologi sehingga timbul
pendapat bahwa tipe kepemimpinan pria berwibawa itu sama dalam
masyarakat yang berbedabeda. Pendapat demikian tentu saja selain
mengaburkan pengetahuan kita tentang system kepemimpinan tersebut, juga
menyebabkan tumbuhnya sikap ³sudah tahu´ pada diri kita dan menyebabkan
kita tidak berminat untuk mencari lebih jauh tentang mekanisme-mekanisme
yang mendasarinya. Sebaliknya jika kita membuat suatu para digma
tentang sifat-sifat yang merupakan sifat pokok pada
masyarakat-masyarakat yang berbeda, maka akan terbukalah perspektif baru
bagi kita untuk bertanya apa yang menjadi dasar persamaan atau
perbedaan itu dan sekaligus kita berusaha untuk mncari jawabannya. g.
Tipe-tipe Pemimpin Pria Berwibawa ± bobot . Betolak dari dasar pemikiran
tersebut diatas dan atas dasar pengamatan penulis sendri di lapangan
maupun kajian-kajian sendii mengena studi tentang kerangan-karangan
etnografi yang membicarakan sistem kepemimpinan pria berwibawa di Wes
Papua, maka sistem kepemimpinan ini dapat dibagi menurut dua bentuk.
Bentuk pertama adalah pemimpin yang di dasarkan atas kekayaan harta,
pemimpinnya disebut pemimpin pandai berwiraswasta, dan bentuk kedua
adalah kepemimpinan yang didasarkan atas keberanian memimpin perang,
pemimpinnya disebut pemimpin perang. h. Pemimpin Pria Berwibawa
Berdasarkan Kemampuan Berwiraswasta. Sub-bab ini diberi judul demikian
berdasarkan dua alasan. Alasan pertama ialah alasan yang didasarkan atas
pendapat sejumlah ahli antropologi, sedangkan alasan kedua didasarkan
atas pendangan pendukung sistem kepemimpinan tersebut itu sendiri. Hamah
Sagrim 257
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Alasan pertama, pendapat dari pihak ahli antropologi, contohnya, berasal
dari F. Barth (1963:6) yang berpendapat, bahwa tindakan-tindakan
seorang pemimpin pria berwibawa dapat disamakan dengan seorang
enterpreneur atau sorang wiraswasta. Seorang pria berwibawa dapat
mengakumulasi sumber-sumber daya tertentu dan memanipulasi orang-orang
utnuk mencapai tujuannya. Menurut Barth, tujuan di sini dapat berupa
kekayaan, kedudukan, dan prestise. Pendapat lain berasal dari Thoden Van
Velsen. Menurut ahli ini, sifat interaksi antara para pemimpin pria
berwibawa adalah sama dengan interaksi antara para pengusaha, sebab
sering terjadi tawar-menawar antara mereka bahkan kadang-kadang mereka
sengaja untuk saling mengalahkan atau menghancurkan midal pihak
lawannya. Interaksi tersebut menentukan struktur dari pollitical field
(Thoden van Velsen 1973:597). Pollitical field di sini adalah para
pemeran yang secara langsung terlibat di dalam proses politik. Kecuali
dua pendapat tersebut, terdapat pula beberapa pendapat lain yang berasal
dari ahli-ahli antropologi yang secara langsung melakukan penelitian di
derah kebudayaan Melanesia. Tempat terdapatnya sistem pemimpin pria
berwibawa. Pada umumnya para peneliti itu menyamakan seorang pria
berwibawa dengan seorang pengusaha wiraswasta (lihatlah misalnya
karangan-karangan dari strathern 1974:255; Burrigde, 1975:86; Sheffler
1965:22; Elmberg 1968; Pouwer 1957). Selanjutnya dibawah ini saya muat
dua buah contoh alasan berdasarkan pendapat masyarakat pendukung sistem
itu sendiri. Contoh pertama berasal dari orang Me (Kapauku).¹ dalam
studinya tentang orang Me (Kapauku), L. Pospisil mencatat kata-kata yang
diucapkan oleh para informannya terhadap seorang warganya yang
mempunyai potensi untuk menjadi pemimpin pria berwibawa, tetapi tidak
berhasil, sebagai berikut: ´dia adalah salah satu dari orang-orang bodoh
yang tidak mengerti urusan dagang, sebab ia dapat menjadi tonowoi,
pemimpin, tetapi karena ketolololannya ia tidak meningkatkan kekayaannya
melainkan ia memboroskannya´ (1958:79). Contoh kedua berasal dari orang
Maybrat. Seorang informan dari J. Pouwer mengatakan bahwa seorang yang
dapat menjadi pemimpin politik pada orang maybrat adalah orang yang
pandai berdagang. Ucapan di atas ini kemudian dilukiskan dengan contoh
berikut: ´dia menjual sauger (tuak)-nya dengan harga setalen, uang
setalen itu diberikan kepada ipar-ipar-nya. Ia Hamah Sagrim 258
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
menerima kembali dari ipar-nya dua talen (50 sen). Uang 50 sen itu
diberikan kepada ipar-nya yang lain. Darinya ia menerima ´ Kembali satu
rupiah. Demikian uang setalen itu berdar terus sampai mencapai 25
rupiah. Jika ada orang yang berhasil seperti ini, maka ia dapat di sebut
bobot, ´pemimpin´ (Pouwer 1957:312). Lebih lanjut sikap mencari
keuntungan yang biasanya terdapat pada seorang pengusaha pada umumnya,
dikenal juga oleh orang maybrat seperti yang terungkap di dalam
kata-kata berikut: ´seorang pemimpin adalah orang yang pandai
memperlakukan barang dagangan, dalam hal ini kain timur jenis ru-ra,
seperti burung yang terbang dai dahan ke dahan untuk membawa keuntungan´
(Elmberg 1968; Kamma 1970; Schoorl 1979:178, 208; Miedema 1986:31).
Contohcontoh diatas kiranya cukup memberikan penjelasan mengapa saya
menyamakan seorang pemimpin politik pria berwibawa ata big man dengan
seorang yang mempunyai keterampilan berwiraswasta. Deskripsi-deskripsi
tentang orang Maybrat, orang Me dan orang Muyu di bawah memberikan
penjelasan yang lebih terinci tentang seorang pemimpin yang menggunakan
kekayaan sebagai sumber kekuasaannya. i. Pemimpin Pria Berwibawa
Berdasarkan Kemampuan Memimpin Perang Sub-sub ini diberi judul demikian
karena pada kelompok-kelompok etnik tertentu di west Papua yang
mendukung sistem politik pria berwibawa aktivitas perang meupakan fokus
kebudayaannya sehingga selalu dibutuhkan orang-orang tertentu yang
memiliki keberanian untuk menjadi pemimpin masyarakat. Sifat berani ini
mengandung dua unsur agresif dan unsur orator. Kedua unsur tersebut
berkaitan erat satu dengan yang lain. Unsur agresif terwujud dalam
bentuk pernah membunuh orang lain, biasanya dari pihak musuh pada waktu
perang, atau pada waktu ekspedisi pengayauan kepala manusia.
Kadang-kadang terjadi juga bahwa tindakan membunuh . Kecuali unsur
agresif, unsur itu terjadi di dalam kelompok sendirirator atau pandai
berpidato adalah juga merupakan syarat penting. Seorang pemimpin pada
masyarakat yang berkebudayaan perang, harus memiliki pengetahuan dalam
berbagai hal yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk disampaikan dalam
Hamah Sagrim 259
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
pidato- Politik serta kadang-kadang sebagai pemimpin upacara-upacara
keagamaan dibahas secara lebih luas pada sub-sub bab dibawah yang
berjudul ´sistem kepemimpinan bobot´. Orangorang Eropa pertama
mengunjungi daerah Maybrat, terdiri dari suatu tim ekspedisi pemetaan
Belanda pada tahun 1908. walaupun sudah ada kontak pada waktu itu, namun
Pemerintahan Belanda baru melaksanakan pemerintahan administratifnya
atas daerah itu pada tahun 1924. sepuluh tahun kemudian yaitu pada tahun
1934, terbentuklah kampong-kampung yang pertama yang secara permanent
didiami oleh orang Maybrat ataas usaha pemerintahan Hindia Belanda.
Sebelumnya itu, orang Maybrat hidup secara terpencar dalam
kelompok-kelompok kekerabatan kecil dan sering berpindah-pindah dari
satu tempat ke tempat lainnya mengikuti pola perladangan mereka yang
berpindah-pindah. Pada tahun 1935, dibuka pusat pemerintahan Belanda
yang pertama di Aitinyo dan di sekitar pusat pemerintahan tersebut,
dibentuk beberapa kampung. Pembentukkan kampungkampung di sekitar danau,
terjadi pada tahun 1950, dan tiga tahun kemudian (1953) kampungkampung
terbesar diantara kampung-kampung yang telah dibentuk itu mendapat guru
dan sekolah.
__________________________________________
¹Nama Me adalah nama yang sekarang di pakai untuk menggantikan nama
kapauku yang digunakan oleh Leopold Pospisil, untuk menamakan golongan
etnik yang mendiami di sekitar danau Paniai. Nama kapauku yang telah di
kenal secara luas di kalangan ilmuwan lewat karangan Pospisil itu tidak
di sukai oleh penduduk Me sendiri. Perasaan tidak suka pada nama Kapauku
dinyatakan secara langsung dan tidak langsung melalui berbagai media
dan kesempatan antara lain dalam seminar pemerintahan Desa di West
Papua, yang diselenggarakan pada tahun 1986 di holandia (sekarang
Jayapura). Penduduk sekitar danau paniai lebih senang menggunakan nama
Me yang berarti manusia sejati untuk menamakan golongan etnik mereka.
Itulah sebabnya dalam karangan ini penulis menggunakan nama Me sebagai
pengganti nama Kapauku (lihat makalah sdr. R. Gobay, 1986). Penjelasan
lebih lanjut lihat butir 3 bab III di bawah. ²istilah ipar adalah
sebutan saudara laki2 isteri. Pemakaian istilah tersebut kadang
digunakan juga untuk semua kerabat dari pihak isteri pada generasi Ego.
Hamah Sagrim
260
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
j. Sistem Politik ± bobot Sebelum nama bobot muncul sebagai orang
berwibawa di tengah-tengah kehidupan orang Maybrat, walaupun sudah ada
semenjak keberadaan mereka, dikonstatir bahwa orang Maybrat mengenal
sistem politik yang didasarkan pada gerontocrocy atau kepemimpinan orang
tua, dan merupakan sistem politik yang didasarkan atas kekuasaan satu
orang. Sistem kekuasaan yang bersifat gerontocracy itu hanya terbatas di
dalam lineage atau cabang klen sendiri, kadangkadang dapat meluas
sampai ke klen. Sistem kepemimpinan gerontocracy tersebut kemudian
menjadi hilang ketika meunculnya nama bobot yang mana diberikan kepada
para gerontocracy. Menurut Kamma (1970:138), mengatakan bahwa kelompok
sosial baru yang disebut bobot itu mucul sebagai akibat makin pentingnya
peranan kain timur dalam kebudayaan orang Maybrat. Pada mulanya kain
timur hanya mempunyai fungsi sosial, yaitu untuk mempertahankan kelompok
dan interes kelompok. Fungsi tersebut kemudian secara lambat laun
berubah menjadi kepentingan individu sebgai akibat faktor-faktor sosial
ekonomi. Denikinlah muncul suatu sebutan baru (bobot) di dalam
masyarakat yang lebih bersifat kelompok ekonomi, yang walaupun ikatan
klen dan king group-nya masih terjalin, namun lebih mendasarkan diri
pada perjuangan yang bersifat individu untuk memperoleh kekuasaan dan
prestise pribadi. Apabila seseorang melalui kemampuan pribadinya
berhasil mengumpulkan banyak boõ atau kain timur, maka ia mendapat
pengikut dan disebut bobot, berarti sangat kuat, atau arti harafiahnya
adalah perebut kain timur (Kamma 1970:134). Disamping itu, istilah bobot
mengandung pula tiga arti yang lain, seperti yang terdapat di bagian
barat Maybrat, ialah pertama bobot, berarti pemimpin, khususnya seorang
pemimpin dari serangkaian upacara ritual yang disebut orang asing
(pendatang) pesta bobot. Arti kedua adalah seorang yang mempunyai banyak
pengikut atau anak buah, yang disebut kusme; orang yang mempunyai
kekuasaan dan kemampuan dalam melaksanakan upacara tukar-menukar kain
dan memberikan banyak ´pemberian kain´ kepada orang lain. Arti ketiga
adalah seseorang yang berhasil menyelenggarakan pesta-pesta penukaran
kain yang diadakan dalam rangka upacara-upacara sekitar lingkungan hidup
orang Maybrat (Elmberg 1955:34). Pada waktu lampau dalam zaman
prasejarah, nama tersebut juga diberikan kepada seseorang yang pernah
membunuh orang lain, (musuh) (Elmberg, 1955:34). PenjelasanHamah Sagrim
261
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
penjelasan diatas ini menunjukkan kepada kita bahwa nama atau gelar
bobot terutama diberikan kepadan dan dipakai oleh orang yang mampu
menyelenggarakan upacara tukar-menukar kain yang disebut pesta bobot,
(masi bah), karena memiliki kain timur. Sebaliknya penggunaan gelar
bobot karena alasan pernah membunuh orang lain, tetapi konsep semacam
ini kurang penting. Seperti terlihat nanti dalam uraian-uraian
selanjutnya di bawah ini, bahwa alasan pertama merupakan faktor yang
paling penting untuk mencapai posisi bobot, sedangkan alasan kedua
merupakan faktor pelengkap saja. Secara teori, setiap pria dewasa dapat
menjadi bobot, jika syarat-syarat tertentu dipenuhi. Menurut orang
Maybrat, orang yang ideal untuk disebut bobot adalah orang yang
mempunyai pengetahuan yang baik tentang bisnis, disamping itu telah
bersedia untuk membantu orang lain dalam masalah-masalah ekonomi
(berjiwa loyal, berjiwa besar), memiliki kepribadian etos kerja yang
baik, berjiwa pelayan, memperhatikan anak yatim, janda dan duda. Atau
dengan kata lain seorang bobot adalah orang kaya yang bermurah hati.
(data kajian dan penelitian pribadi, Hamah Sagrim, 2006-2007). Tentang
syaraat pertama, pengetahuan bisnis menurut ukuran dan pengertian orang
Maybrat, dapat kita lihat pada penjelasan-penjelasan berikut. Ukuran
yang digunakan oleh orang Maybrat untuk menentukan apakah seseorang itu
mempunyai kemampuan bisnis atau tidak terlihat pada pengetahuan
memanipulasi sirkulai kain timur. Orang Maybrat berpendapat bahwa kain
timur harus selalu bergerak, artinya harus secara ters menerus beredar
dari satu orang kepada orang lain dan dalam peredaran itu harus membawa
keuntungan. Keuntungan di sini mengandung dua makna, ialah makna materi
dan makna prestise (non-materi). Prinsip keuntungan yang mengandung dua
makna tersebut diatas ditegaskan oleh orang Maubrat dalam ungkapan
berikut ; to boõ sou, tesia m¶beri tefo ´artinya, saya ambil satu, akan
saya kembalikan lagi dengan yang sayapunya menjadi banyak´.
______________________________________
. Istilah perang disini diartikan menurut definisi yang dikemukakan oleh
R. Berndt (1962:232), yang berarti
tindakan kekerasan berencana yang dilakukan oleh anggota-anggota dari
suatu kelompok sosial tertentu atas nama kelompok sosialnya terhadap
anggota-anggota dari kelompok sosial yang lain . Fokus kebudayaan adalah
aspek tertentu di dalam suatu kebudayaan yang lebih jauh berkembang
dari aspek-aspek lainnya dan yang banyak mempengaruhi . Pola kebudayaan
atau struktur kebudayaan itu (Herskovits, 1948:542) Sifat agresif dapat
ditunjukkan juga pada tindakan membunuh isteri atau saudara kandung
sendiri seperti yang pernah terjadi pada orang Asmat (Mansoben,
1974:32).
Hamah Sagrim
262
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Untuk memahami prinsip keuntungan yang terkandung di dalam ungkapan di
atas, maka sebaiknya saya jelaskan lebih dahulu secara singkat bahwa ini
sistem tukar-menukar kain timur pada orang Maybrat. Dalam sistem
tukar-menukar kain timur orang Maybrat, para bobot merupakan titik pusat
dari segala aktivitas transaksi. Setiap bobot mempunyai jumlah partner
dagang yang bervariasi antara 8 samapi 60 orang. Pandangan orang Maybrat
untuk selalu memberikan lebih banyak kepada pihak kreditor atau pemberi
seperti terurai diatas menimbulkan semacam persaingan yang terus
menerus berlangsung antara para bobot. Persaingan tersebut menyebabkan
sistem tukar-menukar kain timur bersifat ekonomi prestise. Jadi tujuan
tukar menukar kain timur pada orang Maybrat adalah ´bukan untuk mencapai
kesejahteraan sosial, melainkan untuk mendapatkan prestise´, atau
dengan kata lain tujuan tukar menukar kain timur pada orang Maybrat
adalah untuk menciptakan kedudukan terpandang dalam masyarakat. Menjadi
orang terpandang di dalam masyarakat oleh karena kekayaan ± memiliki
banyak kain timur ± menyebabkan seseorang mempunyai pengikut dan berhak
untuk membuat keputusan. Disinilah letak hubungan antara aspek ekonomi
dengan aspek Politik . Melalui kemampuan dalam bidang ekonomi prestise,
seorang bobot dapat menciptakan hubunganhubungan sosial tertentu dengan
warga masyarakat yang lain, hubungan-hubungan yang terwujud itu dapat
bersifat hubungan simertis maupun hubungan asimetris. Hubungan simetris
adalah hubungan yang terjadi antara para bobot yang mempunyai kedudukan
dan peran yang relatif sama. Sebaliknya hubungan asimetris adalah
hubungan yang terjadi antara seorang bobot dengan anggota-anggota
masyarakat lainnya yang tidak berstatus bobot. Hubungan ini menyerupai
hubungan patron-klien. Seorang bobot, berperan sebagai klien. Disini
peran dan kedudukan kedua belah pihak tidak sama. Pada hakekatnya
seorang bobot yang mempunyai kedudukan dan peran yang lebih penting
dalam hubungannya dengan seorang warga biasa, dapat menggunakan wewenang
yang diperoleh melalui kedudukannya untuk ´memaksakan´ kehendaknya pada
orang lain. Walaupun secata teori, setiap pria dewasa mempunyai hak
yang sama untuk saling menjadi bobot, namun hanya sedikit yang dapat
berhasil mencapai kedudukan tersebut. Mereka yang berhasil menduduki
status tersebut adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan untuk
berdagang. Suatu contoh yang amat bagus yang dapat digunakan untuk
melukiskan hal tersebut
Hamah Sagrim
263
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
adalah seperti yang dilaporkan oleh Power tentang bagaimana menjadikan
duapuluh lima rupiah dari duapuluhlima sen. Orang-orang yang mempunyai
kemampuan (pengetahuan) seperti yang dilukiskan pada contoh tersebut
diatas sajalah yang mampu untuk menyelenggarakan transaksi-transaksi
kain timur. Biasanya transaksi-transaksi itu diadakan pada tempat-tempat
khusus dan pada kesempatan-kesempatan tertentu, bukan pada sembarangan
tempat dan waktu. Tempat-tempat transaksi berclangsung berupa
bangunan-bangunan rumah yang disiapkan khusus untuk maksud tersebut
dinamakan sachefra - sehafla, atau rumah pesta pesta tengkorak
(schedelfeesthuizen).
Dan juga sabiach bach atau sebiah atau rumah pesta pertandingan
(spelhuis). Waktu-waktu yang biasanya ditetapkan untuk melasanakan
transaksi itu biasanya terjadi pada saat adanya suatu upacara atau pesta
tertentu, misalnya pada upacara pembayaran tulang orang yang telah
meninggal dunia, pada upacara inisiasi atau pada pesta pernikahan. Dua
rumah tempat berlangsungnya upacara transaksi seperti tersebut diatas
merupakan dua kutub, dan diantara kedua kutub tersebut terjadilah
sirkulasi kain timur. Rumah pesta sachefra, dibangun di atas bukit
sedangkan rumah pesta sebiach bach- sbiah yang berbentuk rumah panjang
polos, dibangun di kaki bukit. Rumah pertama bersifat sakral sedangkan
rumah kedua bersifat profan. Kedua rumah tersebut sagat penting karena
di dalamnya terjadi transaksi kain timur. Menurut orang Maybrat,
kehebatan seseorang dapat dilihat pada kemampuannya untuk mengatur
pembangunan rumah-rumah upacara tersebut serta pengaturan
upacara-upacara ritus dan pesta yang dilanjutkan dengan transaksi kain
timur di dalamnya. Oeleh karena tempat upacara ini merupakan arena
perebutan kekuasaan, maka sebaiknya saya uraikan di bawah ini garis
besar dari proses berjalannya upacara-upacara tersebut.
Tentang munculnya nama pemimpin bobot tidak berkaitan dengan masuknya
kain timur di daerah Maybrat, tetapi sudah ada dan sangat berkaitan
dengan kemampuan dan keuletan serta kecakapan seseorang yang mana bila
dilihat dari finansial ok, kepribadian ok, sifat ok, dan berjiwa besar
serta mampu menghidupkan anak-anak yatim, janda, duda serta
menyelamatkan nyawa orang yang rencana dibunuh oleh musuh, bahkan
mengambil alih masalah orang lain untuk diselesaikannya. (data kajian
dan penelitian pribadi Hamah Sagrim 2006-2007).
Hamah Sagrim
264
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Tipe rumah pertama yang bersifat sakral itu disebut tengkorak
sachefra-sehafla. Penamaan demikian disebabkan oleh karena rumah
tersebut memang dibangun untuk kegunaan upacara pembagian dan pembayaran
tengkorank dari seseorang yang telah meninggal dunia. Alasan lain untuk
membangun rumah upacara guna terselenggaranya transaksi kain timur,
ialah karena salah seorang kerabat sakit, mati atau karena terjadi
kegagalan panen. Peristiwa-peristiwa ´buruk´ seperti tersebut diatas
dianggap oleh orang Maybrat sebagai tindakan penghukuman atau tindakan
pembalasan dendam dari kerabat yang meninggal dunia sebab ketidak
pedulian terhadap dirinya oleh kerabat-kerabat yang masih hidup.
Anggapan demikian biasanya diperkuat oleh pesan-pesan yang disampaikan
oleh orang dukun atau shaman atau raã wiyon. Di samping kedua alasan
tersebut, alasan lain lagi adalah karena adanya kewajiban dari seorang
suami terhadap pihak isterinya untuk menbangun sebuah rumah upacara
sechafra-sehafla, guna kepentingan transaksi kain timur. Tiga alasan
tersebut dapat disifatkan kedalam dua sifat, ialah sifat sakral dan
sifat profan. Kedalam sifat sakral termasuk dua alasan pertama,
sedangkan alasan terakhir bersifat profan. Rumah upacara
sechafra-sehafla, biasanya dibangun diatas prakarsa seorang bobot atau
raã wiyon, dan dibantu oleh kerabat-kerabatnya. Apabila rumah tersebut
sudah selesai dibangun, maka sekali lagi atas prakarsa bobot dan raã
wiyon dikumpulkan makanan dan kain timur bersama kaum kerabat dekat lalu
disimpan di dalam rumah upacara itu. Jika semua persiapan yang
dibutuhkan untuk menyelenggarakan upacara sudah siap, maka pemermarsa
mengundang semua kerabat yang dekat dan jauh, juga kerabat-kerabat dari
pihak isterinya, untuk menghadiri upacara pembayaran tulang. Apabila
pemerkarsa adalah anak laki-laki dari orang yang telah meninggal dunia,
maka pembayaran tulang dilakukan orang yang bersangkutan kepada saudara
laki-laki ibu ayahnya (yatat) (FaMoBr ) atau kepada anak-anak dari
saudara ibu ayahnya (yaja yamu ana-yatat) (FaMoBrSo).
Secara prinsip, kedudukan bobot merupakan kedudukan pencapaian, namun
demikian status tersebut dapat diwariskan juga oleh ayah kepada anak.
Hal ini terjadi jika ayah meninggalkan banyak kain timur kepada anaknya;
di samping itu anak harus memiliki kwalitas-kwalitas yang dituntut dari
seorang bobot, seperti misalnya panda dalam usaha bisnis dan bermurah
hati.
Hamah Sagrim
265
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Pembayaran tersebut didasarkan atas pandangan di bawah ibu ayahlah yang
membesarkan ayah yang telah banyak berjasa kepada ego, sedangkan saudara
laki-laki ibunya atau anak-anaknya adalah wakil dari ibu ayahnya.
Upacara pembayaran tulang berupa pemberian sejumlah kain timur oleh
pemerkarsa (ego) kepada pihak ibunya yang disaksikan oleh kaum kerabat
dari pihak ayah dan pihak ibu itu dilanjutkan dengan penyerahan
pemberian dari pihak isteri kepada ego. Pemberian itu di dalam bahasa
Maybrat disebut ru-ra berupa kain timur, diserahkan oleh ayah ibu isteri
(yatat)
(FaMoBr), saudara laki-laki isteri (yaja yamu-yatat) (FaMoBr) kepada
ego. Tahap pertama dari upacara ini yang terdiri dari dua mata acara,
yaitu pembayaran tulang kepada pihak ibu oleh ego yang bertindak sebagai
pemerkarsa dan penyerahan ri-ra dari pihak isteri kepada ego. Sebelum
tahap pertama yang bersifat sakral dari upacara ini ditutup dengan acara
makan bersama, pemerkarsa memanggil orang yang telah meninggal dunia
itu untuk menyaksikan pemberian kain timur yang sakral yang diserakan
olehnya kepada ibu atau saudara laki-laki ibu dari orang yang meninggal.
Apabila tahap pertama upacara sudah selesai, maka tahapan kedua dari
upacara itu yang bersifat profan dimulai. Acaranya ialah membagian ru-ra
atau pemberian yang diterima dari pihak isteri oleh pemrkarsa kepada
hadirin yang terdiri dari kerabat-kerabat ayah, kerabat ibu, suami-suami
dari saudara-saudara perempuan, kerabat-kerabat dari klen sendiri serta
temanteman dari klen-klen lain, tidak termasuk disini kerabat-kerabat
atau anggota-anggota dari kelen pihak isteri. Dengan demikian ru-ra
masuk dalam sirkulasi. Setiap penerima ru-ra, berhak penuh atas
penggunaannya, misalnya digunakan sebagai alat bayar maskawin, untuk
membayar denda atau untuk membeli makanan. Setelah beberapa waktu
berselang, satu sampai dua tahun, pemerkarsa upacara mengundang para
debitor-nya untuk mengembalikan utang-utangnya. Pembayaran kembali itu
biasanya disertai dengan suatu tgief bo, suatu pemberian tambahan, yang
disebut dalam bahasa Maybrat boõ-war. Pemberian tambahan itu
kadangkadang dua kali lipat lebih banyak daripada apa yang pernah
diterima. Pelaksanaan pembayaran kembali utang basanya dilakukan di
rumah upacara lain yang sementara itu dibangun oleh pemerkarsa, disebut
sabiach bach-sbiah, atau rumah pesta pertandingan, spelhuis. Situasi
pada saat pelaksanaan pengembalian utang sebagai saat yang menegangkan,
sebab terjadi tawar menawar antara pemberi dan penerima. Semua barang
(dalam hal ini kain timur Hamah Sagrim 266
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
jenis ru-ra) yang digunakan sebagai tegenggift atau alat pembayaran
utang yang di sebut boõrumaru boõ, dan yang diberikan sebagai pemberian
tambahan diperiksa penerima dengan amat teliti. Jika penerima tidak puas
dengan nilai atau kwalitas dari benda yang digunakan untuk membayar
utang, maka kepada debitornya diberikan lagi makanan dan minuman.
Tindakan seperti ini segera dimengerti oleh pihak debitor sehingga
kembalisekali atau beberapa kali ke tempat menyimpan barang untuk
mengambil tambahan barang atau pengganti guna melengkapi dan atau
mengganti yang sudah ada. Apabila pemerkarsa sudah puas dengan
pembayaran kembali, maka dipotonglah seekor babilalu dibagikan dagingnya
kepada para debitornya (tamunya) sebelum mereka ini kembali ke
tempatnya masing-masing. Semua kaintimur yang diterima oleh pemerkarsa
dari para debitornya seperti yang telah dijelaskan diatas, kemudian
disimpan oleh isterinya di rumah upacara pesta tengkorak,
sachefrasehafla. Sesudah itu, pemerkarsa mengirim berita kepada
kerabat-kerabatnya dari pihak isterinya tentang telah terjadinya
pembayaran utang. Mereka ini segera membangun sebuah rumah pertandingan
baru, sebiach bach-sbiah. Apabila rumah itu sudah siap dibangun, maka
ditentukannlah suatu hari tertentu untuk berkumpul disana dalam rangka
pengembalian ru-ra yang diterima oleh pemerkarsa pada waktu pembayaran
tengkorak kepada pihak isterinya. Upacara pengembalian ru-ra ini
dihadiri oleh semua pihak, baik dari pihak pria (suami) maupun dari
pihak wanita (isteri). Kain timur jenis ru-ra yang dibawa oleh pihak
pria itu dijejerkan berbentuk garis panjang di atas tanah. Barang-barang
tersebut kemudian diperiksa secara seksama oleh pihak wanita. Barang
yang kurang baik diantara barang-barang itu segera dipisahkan dan harus
diganti dengan yang lebih baik. Situasi pada saat ini tegang, sebab
pihak pria seringkali menyembunyikan ru-ra yang berkwalitas lebih baik
di belakang tangannya. Barang yang berkwalitas baik ini, diberikan
setelah terjadi pemeriksaan, boo-woar. Pemberian tambahan itu biasanya
selain terdiri dari kain timur jenis ru-ra juga berupa kain toko dan
kain sarung. Ongkos makan dan minum untuk semua peserta ditanggung oeleh
pihak isteri. Pertemuan tukar menukar ini kemudian diakhiri dengan
pemotongan seekor babi yang di sembunyikan oleh pihak wanita. Gambaran
peristiwa tukar menukar kain timur berupacara pada uraian diatas
menunjukkan bahwa perkarsa berperan sebagai titik sentral, titik
pertemuan, antara golongangolongan yang berbeda asalnya. Mereka itu
sendiri dari kaum kerabat pihak pria (suami), kaum Hamah Sagrim 267
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
kerabat dari pihak wanita (isteri), dan teman-teman yang berasal dari
cabang-cabang klen dan klen-klen kecil. Juga dari uraian diatas kita
melihat bahwa pertemuan antara golongan-golongan yang berbeda dapat
terjadi atas perantaraan di sini sebagai media pertemuan untuk
kepentingan ekonomi prestise (tukar menukar kain tumur) dalam rangka
mencapai prestise sosial yang menunjukkan dengan jelas, bahwa religi
orang Maybrat adalah sesuatu yang konkrit, nyata dan bukan transendent.
Secara sosiologis upacara tukar-menukar yang dilakukan oleh orang
Maybrat mangandung tida dimensi: dimensi religi, dimensi ekonomi dan
dimensi politik. Tida dimensi tersebut terjalin erat satu sama lain
dalam suatu bentuk hubungan sibernetrik. Bagan III.1, di bawah ini
menunjukkan hubungan tersebut. Hubungan sibernetik dalam tata urut
hierarkis pada bigian tersebut dibuat demikian bedasarkan asumsi bahwa
aspek religi merupakan mekanisme pendorong untuk orang berprestasi dalam
bidang ekonomi. Selanjutnya keberhasilan ekonomi mendatangkan prestise
atau kekuasaan politik bagi seseorang. Kekuasaan tersebut menjadi mantap
karena mendapat pengabsahan religi. Sebaliknya kekuasaan politik yang
mantap memungkinkan bertambah banyaknya keberhasilan dalam bidan ekonomi
yang merupakan syarat mutlak bagi intensifikasi upacara-upacara
keagamaan. Perlu ditegaskan pula disini bahwa upacara transaksi kain
timur tidak hanya terjadi pada kesempatan adanya upacara ritual yang
diadakan berhubungan dengan pembayaran tengkorak seperti yang sudah
disebutkan di atas, tetapi juga terdjadi pada upacara inisiasi, pesta
perkawinan dan pesta-pesta lainnya. Itulah sebabnya ditegaskan bahwa
pada umumnya upacara-upacara pesta lebih diarahkan pada tujuan tukar
menukar dari pada tujuan umumnya:
Sering terjadi bahwa mereka tidak membangun rumah pertandingan yang
baru, sebab boleh menggunakan yang sudah ada dari iparnya. Pelaksanaan
upacar-upacara ini, minuman saguer (tuak), merupakan sesuatu yang sangat
penting dalam upacara-upacara pemgayaran, memiliki nilai tersendiri.
Ada ungkapan dari orang Maybrat bahwa, tuak merupakan penggerak, artinya
ketika seorang perserta yang terlibat minum, maka ia akan mengaku bahwa
dia siap membantu kerabatnya menyelesaikan persoalan yang dihadapinya,
ada juga yang mengatakan dia siap memberikan kain timur jenis yang
dibutuhkan oleh kerabatnya. Dan masih banyak lagi kelebihan daripada
tuak ketika diminum. Tuak bagi orang Maybrat, merupakan sesuatu yang
membudaya, dimana di jadikan sebagai minuman permersatu, pembuka tabir,
dan.y.l.
Hamah Sagrim
268
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Banyak
menyelenggarakan
pesta
(ritual) adalah pertanda penghormatan terhadap
orang-orang yang telah meninggal dunia. Penghormatan denikian
menyebabkan orang mati menjadi senang sehingga tidak menimbulkan
kesulitan bagi kaum kerabatnya yang masih hidup.
Hubungan sibernitas antara Religi, Ekonomi, dan Politik
Gambar: bagan III.1. Hubungan sibernetik antara Religi, Ekonomi dan
Politik
Selain syarat-syarat yang sudah dibicarakan di atas memiliki pengetahuan
bisnis dan pandai mengatur penyelenggaraan upacara-upacara ritual serta
transaksi kain timur, syarat-syarat lain yang harus dipenuhi oleh
seseorang agar ia menjadi bobot atau pemimpin, ialah sifat bermurah hati
dan pandai berdiplomasi. Elmberg, melaporkan bahwa syarat ideal bagi
seorang bobot ialah kesediaannya untuk membantu orang lain, terutama
kerabat-kerabatnya yang mengalami kesulitan ekonomi. Ditegaskan lagi
bahwa, seorang bobot adalah orang yang berbudi baik, selalu membantu
para pengikutnya dengan banyak barang. Lebih lanjut Elmberg berpendapat
bahwa para bobot atau bangkir-bangkir orang Maybrat tidak selalu
menggunakan posisinya untuk menekan orang lain
Hamah Sagrim
269
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
secara semena-mena. Sebaliknya kekuasaannya itu dibatasi pada sifat
realistik seperti pada orang biasa Raa kinyah. Sifat bermurah hati
seorang bobot yang terwujud dalam bentuk nyata adalah pemberian bantuan
kepada orang lain. Orang yang menerima bantuan, secara otomatis menjadi
pengikut atau anakbuah bobot, mereka itu disebut ra kinyah yang berarti
orang kecil atau pengikut atau rakyat. Elmberg menamakan pengikut
seorang bobot, partner bebas, atau menurut saya mereka adalah rayat atau
rakyat. Sebab walaupun mereka bekerja untuk bobot tetapi mereka masih
memiliki kebebasan untuk meningkatkan kedudukan sendiri menjadi bobot
dikemudian hari. Hanya sedikit saja yang biasanya mencapai kedudukan
tersebut. Sifat lain yang menjadi syarat bagi seorang bobot adalah
kepandaian berdiplomasi. Sifat tersebut dapat dilihat dari kemampuan
seseorang untuk menawarkan maksudnya dengan katakata yang menarik agar
tawarannya dapat diterima di depan umum secara konsensus. Elmberg
menemukan prinsip tersebut pada orang Maybrat sehingga menyamakan para
bobot di Maybrat dengan pemimpin big man pada orang Gahuku Gama (Papua
New Gunea). Seperti yang dilaporkan oleh Read (Elmberg 1968: 199-200).
Pengaruh kekuasaan seorang bobot biasanya terbatas pada lingkungan
tempat tinggalnya sendiri. Agar pengaruhnya dapat meluas sampai di
batas-batas wilayah kekuasaannya, maka seorang bobot harus memperkokoh
hubungannya dengan pihak luar. Salah satu cara yang biasanya dipakai
untuk memperkokoh hubungan dengan pihak luar adalah melalui perkawinan.
Oleh karena itu seorang bobot sering melakukan perkawinan-perkawinan
dengan pihak luar. Dengan demikian seorang bobot yang besar pengaruhnya,
kawing lebih dari satu perempuan, atau dengan kata lain berpoligami.
Poligami sering dilakukan oleh orang Maybrat pada umumnya dan bobot pada
khususnya adalah simbol kekayaan dan kekuasaan. Disatu pihak, poligami
adalah simbol kekayaan, sebab orang kaya saja yang mampu membayar
maskawin untuk banyak isteri. Banyak isteri berarti banyak tenaga kerja
yang dapat menghasilkan makanan yang dibutuhkan sebagai konsumsi
pesta-pesta atau upacara-upacara ritual. Poligami dipihak yang lain
mempunyai arti politik atau kekuasaan, sebab melalui isteriisteri
terjalin hubungan dengan pihak luar (pihak isteri) atau dengan perkataan
lain banyak isteri berarti banyak pula relasi. Relasi amat penting bagi
seorang bobot karena para relasi adalah pendukung dan juga partner atau
rekanan dagang potensial dalam transaksi tukar menukar kain timur.
Hamah Sagrim 270
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Beberapa implikasi sosial sistem politik bobot yang berlandaskan
kompleks kain timur pada orang Maybrat, adalah kecenderungan untuk kawin
diantara anak-anak bobot, atau dengan kata lain terjadinya endogami
golongan dan timbulnya kerenggangan kohesi sosial antara
seorang bobot dengan anggota-anggota klennya sendiri. Hal ini disebabkan
oleh karena seorang bobot lebih banyak memberikan perhatian kepada
rekanan dagangnya daripada warga klennya sendiri. Sebaliknya, kompleks
kain timur yang melibatkan kelompok-kelompok kerabat consaguineal atau
yang seketurunan, mengakibatkan tumbuhnya solidaritas yang kuat baik
diantara kelompok-kelompok kekerabatan itu sendiri maupun diantara
mereka dengan kelompok-kelompok kekerabatan lain yang merupakan partner
dagangnya. Disamping itu kompleks kain timur yang diintensifisasikan
oleh sistem politik bobot merupakan tempat konsumsi bagi barang-barang
yang tidak bertahan lama, seperti makanan dan minuman.
k. Analisa Komparatif Sistem Politik Orang Maybrat, Orang Me dan Orang
Muyu Analisa komparatif diadakan dalam rangka memperoleh suatu
pengertian yang bersifat komperehensif, tepat dan jelas tentang sistem
politik pria berwibawa di Maybrat west Papua. Ada dua alasan pokok untuk
melakukan hal tersebut, pertama, bahwa unsur kebudayaan, dalam hal ini
sistem politik pria berwibawa yang nampak secara lahiriah sama dan
terdapat pada golongan-golongan suku-bangsa yang berbeda itu belum tentu
disebabkan oleh mekanisme atau daya-daya penggerak yang sama. Kedua,
apabila memang ada daya penggeraknya yang sama, itu belum berarti bahwa
proses yang dilalui untuk mencapai wujud yang nampak dan sama itu sama
pula, mengingat latar belakang kebudayaan dan meningkatnya ekologi yang
berbeda-beda dari suku-suku bangsa penduduk dalam sistem tersebut. Untuk
mencapai tujuan tersebut diatas, ditempuh dua tahap analisis. Analisis
pertama (butir 3.1 di bawah), membandingkan apa yang menjadi public
goals atau cita-cita umum pada masing-masing suku bangsa yang menjadi
objek penelitian dan penulisan buku ini. Tahap analisis kedua di bawah,
mencari dan membandingkan mekanisme-mekanisme atau daya-daya penggerak
yang mendasari cita-cita umum itu. Cita-cita umum (public goals) dipilih
sebagai tolok ukur perbandingan atas dasar pertimbangan bahwa pada
masyarakat manapun tolok ukur inilah yang menjadi dasar pranata politik,
sungguhpun bentuk dan cara untuk mencapainya berbeda dari satu
masyarakat dengan masyarakat lainnya. Selanjutnya perlu diingatkan di
sini
Hamah Sagrim
271
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
bahwa pada tingkat analisis pertama akan diperhatikan variabel-variabel
ekonomi dan variabel religi. Prosedur analisis komperehensif yang
ditempuh dalam kajian ini, ialah pertama-tama membandingkan cita-cita
umum yang menjadi tujuan tindakan politik dan cara-cara yang digunakan
untuk mencapai cita-cita tersebut pada lima suku bangsa yang akan
dibicarakan pada kajian ini. Untuk itu pertama akan dilakukan suatu
analisis perbandingan antara suku-suku bangsa yang mempunyai cita-cita
umum yang sama, kemudian langkah berikut ialah membandingkan suku-suku
bangsa dengan cita-cita umum yang berbeda. Demikianlah pada bagian sub
dibawah ini akan dilakukan perbandingan secara berturut-turut, mulai
dengan sistem kepemimpinan pria berwibawa yang terdapat pada masyarakat
Maybrat, masyarakat Me, masyarakat Muyu (saya sebut mereka ini golongan
pertama). Yang menurut data etnografi seperti yang dimuat dalam bagian
buku ini mempunyai cita-cita umum yang sama ialah kekayaan. Perbandingan
berikut adalah tentang sistem kepemimpinan pria berwibawa yang ada pada
masyarakat Asmat, dan masyarakat Dani seperti pada masyarakat Maybrat
(saya sebut mereka ini golongan kedua) yang mempunyai cita-cita umum
yang sama, ilah keberanian memimpin perang. Perbandingan pada tingkat
berikut adalah membandingkan golongan pertama dengan golongan kedua.
Apabila tahap analisis pertama telah dilakukan, maka pada tahap analisis
kedua perbandingan akan dilakukan terhadap mekanisme-mekanisme atau
daya-daya penggerak yang mendasari cita-cita umum pada kelima suku
bangsa secara keseluruhan. l. Realistis dan Analisis Komparatif Sistem
Politik Orang Maybrat, orang Me dan orang Muyu. Lingkungan ekologi pada
ketiga suku-bangsa yang dibahas pada bagian ini pada satu pihak
memperlihatkan kesamaan-kesamaan tertentu dan pada pihak yang lain
menampakan pula perbedaan-perbedaan. Kesamaan yang ada adalah bahwa
ketiga lingkungan ekologi yang didiami oleh tiga suku-bangsa tersebut di
atas terletak di daerah pedalaman bagian barat West Papua. Perbedaannya
ialah, bahwa orang Maybrat mendiami daerah pedalaman bagian barat West
Papua (kepala burung), orang Me mendiami daerah pedalaman yang merupakan
daerah peralihan antara pegunungan tengah dengan daerah dataran rendah
di bagian selatan dan orang Muyu, terletak pada perbatasan west Papua
dan negara Papua New Guinea.
Hamah Sagrim
272
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Ciri ekologi lain yang menunjukkan persamaan tetapi juga perbedaan
antara keiga wilayah yang didiami oleh tiga suku-bangsa tersebut ialah
bahwa orang Maybrat dan orang Me mendiami daerh-daerah yang merupakan
daerah interlaukstrin atau daerah berdanau-danau, sedangkan orang Muyu
mendiami daerah yang tidak berdanau. Dari segi sistem mata pencaharian
hidup, ketiga suku-bangsa itu dapat digolongkan pada tingkat ekonomi
yang sama, ialah subsistensi; mereka sama-sama hidup sebagai petani
ladang berpindah-pindah, walaupun perladangan pada orang Me bersifat
pertanian yang kompleks intensif (Pospisil, 1978:8), bila dibandingkan
dengan dua suku-bangsa lainnya. Di samping itu, orang Muyu kecuali hidup
sebagai petani berladang, juga hidup dari meramu sagu, hal yang disebut
akhir ini tidak dikenal orang Maybrat maupun orang Me, kecuali hidup
sebagai petani ladang berpindah-pindah, orang Maybrat, orang Me dan
orang Muyu juga mengenal mata pencaharian lain; yaitu perdagangan.
Perbedaan yang terdapat pada sistem perdagangan antara mereka, pertama
terletak pada benda yang digunakan sebagai alat ukur (bojek dagang ±
remarcable objec). Orang Me dan orang Muyu menggunakan kulit kerang,
cyprae maneta, sebagai alat tukar, jadi kulit kerang pada dua
suku-bangsa ini berfungsi sebagai uang (orang Me menyebutnya mege dan
orang Muyu menyebutnya ot), sedangkan orang Maybrat menggunakan kain
timur, sebagai alat tukar maupun sebagai benda yang diperdagangkan dalam
sistem perdagangannya. Membandingkan ketiga suku-bangsa itu dalam hal
aktivitas perdagangan, maka orang Maybrat memperlihakan suatu sistem
yang amat kompleks, melibatkan klen-klen lain yang tersebar luas di
seluruh wilayah yang menjadi tempat tinggal orang Maybrat. Juga sifat
kompleksitas perdagangan seperti yang terdapat pada orang Maybrat,
merupakan suatu siklus perdagangan yang melalui tiga tahap dimana tidak
terdapat pada orang Me maupun orang suku Muyu. Sungguhpun tingkat
kompleksitas berbeda, namun orang-orang yang berhasil sebagai pedagang
dalam tiga suku bangsa itu mendapat status sosial tinggi dalam
masing-masing
masyarakatnya. Dengan pengertian lain, mereka yang berhasil sebagai
pedagang sejati sajalah yang mempunyai kekuasaan dan pengaruh dalam
masyarakatnya. Kesamaan lain antara mereka ialah, penggunaan suatu
upacara ritual sebagai arena perdagangan dan sekaligus arena perebutan
gengsi atau status sosial. Baik pada orang Maybrat, orang Me maupun
orang Muyu, puncak transaksi perdagangan terjadi pada kesempatan adanya
Hamah Sagrim 273
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
suatu upacara pesta ritual. Bedanya adalah bahwa bagi orang Maybrat
perdagangan merupakan tujuan pokok tetapi selalu terselubung dalam suatu
pesta perkawinan, upacara inisiasi atau ritual pembayaran tulang orang
yang telah meninggal dunia. Sebaliknya pada orang Muyu, tujuan pokok
yang terselubung dalam transaksi perdagangan yang terjadi pada suatu
pesta babi adalah penguburan kedua dari seseorang terhormat yang telah
meninggal dunia. Bagi orang Me, transaksi perdagangan yang terjadi pada
satu pesta babi terutama bertujuan untuk memperkokoh solidaritas
kelompok (kampung atau konfederasi). Peranan babi dalam kehidupan ketiga
suku-bangsa tersebut diatas amat penting, namun pada orang Muyu dan
orang Me, peranan babi jauh lebih penting bila dibandingkan dengan orang
Maybrat. Sebab pada dua suku-bangsa yang disebut pertama disamping babi
merupakan komoditi perdagangan umum, juga karena mereka hanya dapat
menyelenggarakan suatu upacara pesta babi yang menjadi arena transaksi
perdagangan jikalau tersedia cukup banyak babi, sedangkan orang Maybrat
dapat menyelenggarakan suatu upacara atau ritual yang menjadi arena
transaksi perdagangan tanpa banyak babi. Dilihat dari segi struktur
sosial, maka orang Maybrat, orang Me dan orang Muyu, bukan saja
memperlihatkan kesamaan-kesamaan tertentu, tetapi juga
perbedaan-perbedaan diantara mereka. Persamaannya ialah bahwa
ketiga-tiganya menganut prinsip eksogami patrilineal. Sebaliknya
perbedaannya ialah bahwa kesatuan sosial orang Maybrat dan orang Muyu
berdasarkan lokalitas, sedangkan kesatuan sosial orang Me, berdasarkan
klen. Kecuali orang Me mengenal kesatuan sosial yang jauh lebih besar
dari klen, yang mana ialah konfederasi. Orang Muyu dan orang Maybrat
tidak mengenal konfederasi dalam sisitem sosialnya, walaupun orang
Maybrat juga mengenal konfederasi dalam kelompok kecil yang berdasar
atas asas klen dan kerabat klen yang tergabung didalam konfederasi itu.
Bagi suku Maybrat, pemimpin konfederasi ini dipanggil dengan nama Ra
sien, atau panglima perang yang memiliki kemahiran dalam berperang atau
dalam mengayau musuh. Berlatar belakang persamaan-persamaan dan
perbedaan-perbedaan seperti yang digambarkan diatas maka, dibawah ini
dibandingkan sistem politik pria berwibawa pada tiga suku-bangsa
tersebut. Di dalam analisis perbandingan itu tidak dibandingkan struktur
organisasi politik sebab hal tersebut tidak terdapat pada tiga
suku-bangsa ini, mereka hanya mengenal kepemimpinan yang bersifat
autonomous dan kedudukan pemimpin diperoleh melalui pencapaian. Jadi
tolok Hamah Sagrim 274
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
ukur yang digunakan dalam analisis ini, seperti yang sudah dikemukakan
sebelumnya pada awal sub-sub ini, ialah public goals atau cita-cita
umum. Hal ini penting sebab berkaitan erat dengan komponen kekuasaan.
Perhatian dalam perbandingan tidak diberikan hanya pada apa yang menjadi
cita-cita umum dalam tiga suku-bangsa itu saja, tetapi lebih penting
dari itu penekanan akan diberikan terutama kepada proses pencapaian
cita-cita umum itu. Apa yang dimaksud dengan proses mencapai cita-cita
umum disini adalah bentuk-bentuk tindakan yang digunakan untuk mencapai
tujuan tersebut. Bentuk-bentuk tindakan bermanifestasi dalam
tindakan-tindakan nyata seperti misalnya sifat bermurah hati (sifat ini
bermanifestasi dalam tindakan memberikan bantuan kepada orang lain) dan
sifat rajin (bermanifestasi dalam keberhasilan bertani, beternak dll).
Perlu diperhatikan bahwa analisis perbandingan yang dilakukan disini
adalah perbandingan antar suku-bangsa yang berbeda, sehingga dalam
perbandingan selalu akan dicari untuk disampaikan tindakan apa yang
lebih menonjol pada satu suku-bangsa dan tidak pada suku-bangsa lain.
Hal ini lain daripada jika kita mempelajari proses penguasaan cita-cita
umum oleh para pemeran politik pada masyarakat yang sama. Jika hal
tersebut terakhir ini yang dilakukan maka tentu perhatian harus
diberikan kepada upaya-upaya para pemeran politik untuk saling
berkompetisi dalam merebut penguasaan terhadap cita-cita umum. Perhatian
dalam analisis perbandingan ini adalah usaha mencari unsur-unsur yang
sama dan yang tidak sama antara tiga suku-bangsa itu dan selanjutnya
berusaha memberikan jawaban terhadap pertanyaan, faktor-faktor apakah
yang mendasari persamaan atau perbedaan itu. Jadi kompetisi antar
individu-individu pada suku-bangsa yang sama untuk merebut kekuasaan
secara eksplesit tidak akan di kemukakan dalam analisis perbandingan
ini. Data etnografi tentang tiga suku-bangsa itu, seperti yang termuat
dalam kajian ini, menunjukkan bahwa cita-cita umum yang dikejar oleh
pria dewasa dan yang menjadi idaman warga masyarakat adalah kekayaan.
Bagi ketiga suku-bangsa itu, gagasan atau ide kekayaan memang sangat
dinilai tinggi sebab melalui kekayaan seorang dapat membangun
kekuasaannya. Atau dengan pengertian lain kekayaan mendatangkan
kekuasaan. Jadi bagi mereka, konsep kekayaan adalah identik dengan
konsep kekuasaan. Jika kita membandingkan wujud kekayaan yang menjadi
landasan kekuasaan dalam tiga suku-bangsa itu, maka akan nampak hal-hal
sebagai berikut; seorang kaya pada orang Maybrat adalah orang yang
memiliki banyak kain timur, sedangkan orang Me dan orang Muyu yang Hamah
Sagrim 275
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
disebut orang kaya adalah orang yang memiiki banyak kulit kerang.
Walaupun wujud benda yang mempunyai nilai tinggi itu berbeda antara
orang Maybrat di satu pihak dengan orang Me dan orang Muyu di pihak yang
lain, namun gagasan atau ide pokok tentang nilai yang terkandung dalam
benda-benda yang berbeda itu sama. Persamaan lain yang terdapat pada dua
benda yang berbeda wujud tetapi mempunyai kedudukan nilai yang sama
adalah bahwa keduanya berasal dari luar, bukan hasil produksi lokal.
Kulit kerang yang bernilai sangat tinggi bagi orang Me dan orang Muyu
berasal dari daerah pantai dan melalui rute pedagangan (yang belum
banyak kita ketahui) dapat sampai kepada orang Me dan orang Muyu.
Demikian pula halnya dengan kain timur yang bernilai sangat tinggi bagi
orang Maybrat berasal dari alam dan daerah kepulauan Nusa Tenggara Timur
dan dari kepulauan Maluku, melalui rute perdagangan yang berliku-liku
akhirnya sampai ke daerah Maybrat. Orang-orang kaya itu di daerah
Maybrat disebut bobot, di Me disebut tonowi dan di Muyu disebut kayepak.
Pada umumnya selain memiliki banyak kain timur (untuk orang Maybrat)
atau kulit kerang (untuk orang Me dan Muyu), atribut lain yang
memperlihatkan kekayaan seseorang adalah mempunyai banyak isteri, maka
semakin banyak pula partner dagang yang akan terlibat dalam transaksi
penukaran kain timur. Keterlibatan banyak orang sebagai rekanan dagang
dalam transaksi kain timur yang berkesinambungan sangat berpengaruh
terhadap gengsi seorang bobot. Jadi melalui poligami terbentuklah
partner-partner dagang yang pada gilirannya menyebabkan gengsi seorang
bobot menjadi lebih tinggi. Dilihat dari segi produktivitas ekonomi,
isteri adalah tenaga kerja yang amat produktif, sebab isteri turut aktif
dalam pekerjaan perladangan dan peternakan babi. Hal itu berarti makin
banyak isteri, semakin banyak pula ladang yang dapat digarap dan banyak
babi yang dapat dipelihara. Dengan perkataan lain banyak isteri berarti
banyak hasil kebun yang dapat diproduksi dan banyak babi yang dapat
dipelihara. Dua produk ini ± babi dan hasil kebun ± adalah sangat
penting sebab memudahkan terselenggaranya suatu upacara pesta atau
ritual yang sering dijadikan arena perdagangan yang memang sangat
membutuhkan konsumsi hasil kebun dan babi yang banyak. Jika kita
membandingkan prisip poligami yang berimplikasikan jaringan partner
dagang seperti yang terdapat pada orang Maybrat dengan orang Me dan
orang Muyu, maka data etnografi menunjukkan bahwa walaupun implikasi
tersebut penting juga dalam dua suku-bangsa yang disebut akhir, namun
peranannya pada orang Maybrat jauh lebih penting. Hamah Sagrim 276
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Sebaliknya peranan poligami sebagai alat penada produktif dalam
perladangan dan khususnya peternakan babi, sangat memainkan peranan
penting pada orang Me dan orang Muyu bila dibandingkan dengan orang
Maybrat. Selanjutnya dibawah ini akan diperbandingkan beberapa hal yang
dijadikan sebagai syarat bagi seorang pemimpin pria berwibawa pada
ketiga suku-bangsa tersebut. Tata urut syarat seperti yang dimuat di
bawah ini tidak didasarkan atas pertimbangan prioritas, sebab hal itu
sangat sulit untuk menentukan syarat mana yang menduduki urutan pertama
dan yang mana kemudian. Semua syarat itu berkaitan erat satu sama lain.
Walaupun seorang itu kaya-memiliki banyak kain timur atau kulit kerang,
banyak babi dan banyak isteri, namun ia belum dapat menjadi pemimpin
jika tidah memenuhi syarat bermurah hati. Sikap bermurah hati
selanjutnya bermanifestasi dalam kehidupan orang Maybrat saat ini. Sikap
bermurah hati disini mengandung dua makna; pada satu pihak mengandung
makna politik, dan pada pihak yang lain mengandung makna moral. Sikap
bermurah hati dalam bentuk memberikan bantuan secara material maupun
imaterial bermakna politik, sebab melalui pemberian atau bantuan
terciptalah suatu kesepakatan secara nyata atau tidak nyata antara pihak
pemberi dengan pihak penerima, dimana pihak penerima secata moral
tunduk dan taat kepada pihak pemberi. Atau dengan perkataan lain,
melalui pemberian seseorang itu terikat untuk menjadi pendukung bagi
pihak pemberi. Kedua, sikap bermurah hati bermakna moral, sebab dalam
banyak masyarakat di dunia ini, seperti misalnya orang Me, seorang kaya
berkewajiban untuk memberi bantuan kepada orang lain yang membutuhkan
bantuan. Kekayaan tidak boleh digunakan untuk memperkaya diri sendiri.
Penilaian terhadap kewajiban moral tersebut begitu tinggi dijunjung
sehingga orang kaya yang bermurah hati sajalah yang dapat diakui sebagai
pemimpin. Jika kita membandingkan syarat bermurah hati yang bermakna
politik antara tiga sukubangsa yang dibandingkan dalam bagian penulisan
buku ini, maka nampak bahwa makna tersebut hadir secara positif pada
ketiga-tiganya. Sebaliknya makna moral dari syarat tersebut jauh lebih
berperan pada orang Maybrat dan Orang Me, bila dibandingkan dengan orang
Muyu. Secara keseluruhan, syarat bermurah hati dalam pengertian
berganda diatas digunakan baik oleh orang Maybrat, orang Me maupun orang
Muyu, sebagai alat untuk merekrut pengikut (pendukung). Bedanya ialah,
bahwa pengikut seorang bobot di orang Maybrat dan seorang tonowi di
orang Me, melembaga, masing-masing disebut kesema-raã bobot (untuk orang
Hamah Sagrim 277
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Maybrat), dan ani yokaani (untuk orang Me), sedangkan para pengikut
seorang kayepak pada orang Muyu tidak melembaga. Kedudukan serta
prestise seorang bobot atau tonowi menjadi mantap karena dukungan dari
sistem pendukung yang melembaga, sebaliknya kedudukan dan prestise
seorang kayepak menjadi mantap terutama bukan karena dukungan dari suatu
sistem pendukung yang melembaga melainkan oleh dukungan dari kaum
kerabat. Itulah sebabnya faktor demografi dalam pengertian banyak atau
sedikit jumlah warga kerabat turut menentukan besar kecilnya kekuasaan
dan pengaruh seorang kayepak. Selain syarat bermurah hati yang telah
dibicarakan diatas, syarat-syarat lain yang harus dipenuhi pula oleh
seseorang agar menjadi pemimpin adalah memiliki kecakapan-kecakapan
tertentu seperti kepandaian bertani, kepandaian berburu, kemahiran
berpidato dan berdiplomasi, kepandaian berdagang dan kesanggupan
menyelenggarakan upacara intensifikasi. Membandingkan
kecakapan-kecakapan yang merupakan syarat tersebut di atas antara tiga
suku-bangsa itu, maka nampak hal-hal berikut; pertama, bahwa seluruh
kecakapan itu tidak merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh
seorang pemimpin. Data etnografi menunjukkan bahwa pengutamaan
kecakapan-kecakapan tertentu bebeda dari satu masyarakat dengan
masyarakat lainnya. Demikianlah dapat dilihat misalnya, kecakapan
berdagang dan berdiplomasi merupakan syarat utama yang dituntut dari
seorang bobot atau pemimpin pada orang Maybrat, sedangkan kecakapan
bertani dan berburu hanya merupakan syarat pelengkap saja. Bagi orang
Me, kecakapan bertani dan memelihara babi merupakan syarat utama, sebab
suatu pesta babi yang merupakan arena perdagangan atau pasar tempat jual
beli daging babi dengan kulit kerang, hanya dapat dilakukan apabila
tersedia banyak babi. Memelihara banyak babi membutuhkan banyak makanan
yang terdiri dari hasil kebun (ubi manis). Oleh karena itu, mereka yang
berhasil dalam kebun sajalah yang dapat memelihara banyak babi. Seperti
halnya orang Me, kecakapan bertani dan memelihara babi, bagi orang Muyu
adalah syarat yang penting untuk seorang pemimpin. Sebabnya ialah bahwa
keberhasilan memelihara babi sangat penting bagi terselenggaranya suatu
pesta babi yang merupakan hasil penting dalam kehidupan orng Muyu. Untuk
kepentingan penyelenggaraan pesta babi pada orang Muyu selalu dipotong
sejumlah besar ekor babi. Kecakapan lain yang dituntut dari seorang
pemimpin adalah kemampuannya menyelenggarakan suatu upacara
intensifikasi. Kemampuan tersebut meliputi keberhasilan ekonomi, banyak
babi dan banyak hasil kebun, juga meliputi pengetahuan seseorang dalam
hal mengatur pelaksanaan upacara intesifikasi. Hamah Sagrim 278
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Bagi orang Muyu, kecakapan penyelenggaraan pesta babi atau atatbon,
bukan suatu hal yang gampang, sebab menuntut pengetahuan berorganisasi
dan pengetahuan religius. Pengetahuan berorganisasi dalam pesta babi
penting sebab menyangkut pengaturan macammacam aktivitas menjelang pada
waktu berlangsungnya dan pada waktu penutupan pesta babi. Pada waktu
menjelang pesta babi, harus ditentukan tempat (lokasi) dan menyiapkan
bangunanbangunan (pondok-pondok) bagi para peserta pesta, membangun
rumah pesta (atatbon), dan mengumpulkan makanan dan minuman yang cukup
serta menyiapkan babi yang cukup banyak untuk dipotong dalam pesta.
Selain itu, harus disiapkan juga sejumlah babi suci yang diperuntukkan
bagi kekuatan-kekuatan alam agar pesta yang akan diselenggarakan dapat
berjalan dengan baik dan membawa hasil yang banyak bagi pemerkarsa
pesta. Demikian pula pada waktu pesta sedang berlangsung diperlukan
pengetahuan untuk mengatur konsumsi bagi para peserta pesta yang terdiri
dari dua sampai tiga ribu orang. Selain itu, diperlukan pula
pengetahuan untuk mengatur keamanan antara peserta yang berasal dari
kelompok-kelompok yang biasanya
bermusuhan. Juga pengetahuan tentang aturan-aturan yang menyangkut cara
pemotongan babi dan penjualan daging babi yang merupakan acara puncak
pesta tersebut harus dikuasai oleh pemerkarsa upacara. Pengetahuan
religius juga sangat diperlukan oleh seorang pemimpin, terutama
pengetahuan tentang penyelenggaraan suatu pesta babi. Berbagai upacara
religius harus dilakukan demi suksesnya pesta, misalnya upacara
yawarawon yang dilaksanakan pada waktu persiapan pesta. Pada upacara
ini, ditanami pohon sakral yang merupakan pusat dari tempat pesta babi;
juga upacara yawarawon menyangkut pembuatan kandang-kandang untuk
menampung babi-babi yang akan dipotong dalam pesta. Pantangan-pantangan
tertentu seperti misalnya, seorang yang berperan sebagai orang yang
memotong babi pertama pada waktu pesta, selama masa persiapan tidak
boleh makan makanan yang di masak oleh perempuan. Tujuan utama dari
upacara-upacara religius dan pantangan-pantang itu adalah agar
penyelenggaraan pesta mendapat bantuan dari kekuatan-kekuatan alam atas
untuk memperoleh banyak kulit kerang, ot, dalam pesta babi yang memang
berfungsi sebagai tempat jual beli daging babi dengan kulit kerang.
Seperti halnya orang Muyu, orang Maybrat juga menuntut kepandaian
berorganisasi dari seorang pemimpin atau bobot. Kepandaian atau
kemampuan berorganisasi itu dapat dilihat terutama pada penyelenggaraan
suatu pesta bobot. Kepandaian berorganisasi pada seorang pemimpin
Maybrat bukan saja menuntut pengetahuan yang bersifat profan saja tetapi
juga pengetahuan religius (sakral). Pengetahuan profan terwujud dalam
keberhasilan seorang bobot Hamah Sagrim 279
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
untuk mengatur pelaksanaan pesta bobot, meliputi pengorganisasian
membangun rumah-rumah pesta, pengumpulan bahan konsumsi yang dibutuhkan
selama upacara pesta berlangsung dan pengumpulan kain timur serta
pengaturan kelompok-kelompok yang terlibat dalam pertukaran kain timur
pada waktu pesta. Orang Maybrat telah mengembangkan inisisasi
(pendidikan tradisional yang disebut wiyon), setiap anak muda yang
dianggap memiliki sifat berwibawa bobot di bawa untuk di didik dalam
pendidikan tradisional wiyon. Dalam melakukan pendidikan inisiasi itu,
semua murid tidak diperbolehkan keluar dari rumah sekolah (k¶wiyon) yang
mana sangat tertutup dan sakral, bilaman merasa buang air, mereka
digendong oleh guru pembimbingnya menuju tempat yang sudah di siapkan
(wc). Setiap murid memiliki seorang pembimbing yang disebut raa wiyon
dan seorang guru besar yang disebut raa bam. Dalam perencanaan
penyelenggaraan inisiasi, seorang guru pembimbing bahkan guru besr harus
menjaga kesucian mereka yaitu tidak mendekati isteri, atau wanita,
tidak diperbolehkan memakan daging, dalam waktu 2 minggu menjelang
pelaksanaan inisiasi. Bangunan sekolah atau juga dibilang tabernakel
mempunyai aturan dan kegunaan fungsi ruang, dimana ruang luar biasanya
di perbolehkan kepada semua orang baik wanita dan pria, dewasa bahkan
anak-anak untuk melewatinya, sedangkan runga suci, tidak diperbolehkan
untuk wanita, anak-anak, bahkan seorang guru raa wiyon yang melakukan
pelanggaran aturan dilarang masuk, ruang maha suci, merupakan ruang yang
sakaral dan mereka yang pantas memasukinya adalah seorang guru besar
raa bam-imam untuk membawa korban persembaha. Dalam melaksanakan
inisiasi tersebut, biasanya sudah ditentukan waktu, yaitu 6-9 bulan
untuk yang bersedia dididik sebagai raa wiyon atau guru biasa atau
rasul, sedangkan 9-12 bulan untuk murid yang dipersiapkan sebagai buru
besar raa bam atau imam. Setelah dididikan dalam waktu yang sudah
ditentukan, maka yang terakhir di lakukan untuk mengetahui keberhasilan
setiap murid adalah menguji mereka atau disebut sana wiyon, dalam
pelaksanaan sana wiyon disini akan dilihat, diantara murid kalo yang
berhasil dan mampu mampu misalnya menyembuhkan orang, atau menghentikan
hujan, maka ia lolos dan dikatakan sebagai wiyon tna sebaliknya untuk
murid yang tidak berhasil dalam semua perintah tersebut, ia di nyatakan
gugur atau jatuh ujian atau yatah koõn. Selain itu, pengetahuan religius
penting juga sebab segala aktivitas sekitar pesta bobot selalu disertai
dengan tindakan-tindakan religius yang harus dipatuhi. Disampingnya
kepandaian berorganisasi seorang bobot dapat dilihat pada
keberhasilannya untuk memimpin kelompoknya (in-group) ± terdiri dari
bobot sendiri dan anak-anak buahnya, raa kinyah- untuk melakukan Hamah
Sagrim 280
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
ekspedisi-ekspedisi penukaran kain timur dengan rekanan dagangannya yang
tersebar hampir diseluruh daerah pedalaman kepala burung. Bagi orang
Me, kepandaian berorganisasi seperti yang tereapat pada orang Muyu dan
orang Maybrat, juga penting, sebab penyelenggaraan suatu pesta babi yang
biasanya menelan biaya konsumsi yang besar dan yang melibatkan banyak
pihak, tentu menuntut pengetahuan berorganisasi dari seorang guna
mengatur terselenggaranya pesta babi. Perbedaan antara orang Me di satu
pihak dengan orang Maybrat dan orang Muyu pada pihak yang lain dalam hal
pengetahuan berorganisasi ialah bahwa orang Me tidak menggunakan
kekuatan magis dalam acara-acara sekitar suatu pesta babi utnk mencapai
keberhasilannya seperti halnya orang Maybrat dan orang Muyu. Orang Me
percaya bahwa keberhasilan untuk menyelenggarakan suatu pesta babi
semata-mata tergantung dari kemampuan berorganisasi penyelenggara, bukan
campur tangan alam gaib (pospisil 1978:92). Nuansa dapat ditangkap dari
penjelasan diatas ialah bahwa pada orang Muyu dan orang Maybrat syarat
memiliki kekuatan magis bagi seorang pemimpin dianggap penting,
sedangkan bagi orang Me kurang penting. Syarat-syarat lain yang dituntut
pula dari seorang pemimpin pada tiga suku-bangsa tersebut adalah
kemahiran berpidato dan kepandaian berdiplomasi. Data etnografi
menunjukkan bahwa syarat-syarat tersebut secara positif terdapat pada
tiga suku-bangsa tersebut, namun bukan merupakan syarat mutlak melainkan
syarat pelengkap. Dengan demikian disimpulkan bahwa kekuasaan konsensus
merupakan unsur paling penting yang digunakan dalam sistem politik pria
berwibawa pada orang Maybrat, orang Me dan orang Muyu, sedangkan
kekuasaan coesif atau koersif hanya merupakan unsur pelengkap saja.
Orang Maybrat, Imian, Sawiat, Mengatakan Inisiasi selain mendidik dan
membentuk seseorang sebagai pria berwibawa, juga merupakan tempat
berinteraksi antara manusia dan Allah dalam kemuliannya di dalam
tabernakel (K¶wiyon-mblo wofle). Baca dalam HISTORI OF GOD IN TRIBAL
RELIGIONS ³TEOLOGI TRADISIONAL SUKU MAYBRAT IMIAN SAWIAT YANG
DIPARALELKAN DENGAN ALKITAB´ (karya Hamah Sagrim, 2008). Bandingkanlah
antara k¶wiyon dengan tabernakel musa. Bentuk babi suci adalah babi yang
berasal dari keturunan babi pertama yang merupakan hasil perkawinan
antar bagian tubuh tokoh mite kamberap yang di sembelih (Den Haan,
1955:163) tradisi orang Muyu.
Hamah Sagrim
281
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Persamaan serta perbedaan dari hasil analisis komparatif terhadap
syarat-syarat kepemimpinan pada tiga suku-bangsa diatas dapat
ditunjukkan secara sederhana dalam paradigma dibawah ini. Hasil
perbandingan dari sistem politik pria berwibawa dengan keterampilan
berwira swasta antara ketiga suku-bangsa seperti yang dimuat dalam
penjelasan-penjelasan diatas menunjukkan bahwa walaupun orientasi hidup
mereka sama, yakni mencari kekayaan, namun cara yang ditempuh
masing-masing tipe pemimpin untuk mncapai dan mengalokasi cita-cita umum
tersebut demi kepentingan politiknya menampakan ciri-ciri khas tertentu
yang dapat membedakan mereka antara satu sama lain.
Hamah Sagrim
282
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Paradigma Kepemimpinan pria berwibawa Orang Maybrat
TUJUAN/CIRI
ORANG MAYBRAT
ORANG ME
ORANG MUYU
I. ORIENTASI HIDUP Kekayaan I. CIRI-CIRI I. Brmurah hati I.1. Implikasi
Politik I.2 Implikasi Moral 2. Kemampuan berusaha 2.1. Bertani 2.2.
Beternak Babi 2.3. Berdagang 3. Kepandaian berorganisasi 3.1.
Pengetahuan Praktis 3.2. Pengetahuan Magis 3.3. Kemahiran berpidato/
berdiplomasi 3.4. Pengikut melembaga 4. Kemampuan melaksanakan ritual
dan berdagang 5. Kemampuan melaksanakan syamanisme 6. Kemampuan memimpin
perang 7. Berpoligini 7.1. Keluarga isteri sebagai partner dagang 7.2.
Isteri sebagai tenaga produktif +++ +++ + +++ +++ +++ +++ ++ ++ ++ +++
++ +++ + +++ +++ +++ +++ +++ + +++ +++ +++ +++ + +++ +++ +++ ++ +++ +++
+++ ++ +++ +++ ++ +++ +++ +++ +++ +++ ++ +++ +++ +++
Keterangan: +++ = sangat penting; ++ = penting; + = kurang penting
Hamah Sagrim
283
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
m. Wajah Sistem Kepemimpinan Pria Berwibawa Suku Maybrat, Imian, Sawiat,
dari Zaman Prasejarah - Kepemimpinan ± Kepemimpinan Mereka Sekarang,
(big man leadership ± bobot) Telah diuraikan bahwa sistem kepemimpinan
tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat, yang termasuk dalam sistem
kepemimpinan pria berwibawa memiliki kaitan-kaitan dengan tipe-tipe
kepemimpinan sebagai mana yang di lakukan oleh pemimpin-pemimpin moderen
saat ini. 1. Sistem Kepemimpinan big man Orang Maybrat, Imian, Sawiat,
Sebagai Leadership Sistem kepemimpinan pria berwibawa suku Maybrat,
Imian, Sawiat, Big Man yang mana cenderung menampilkan kemampuan atau
pengaruh interpersonal seorang bobot yang mampu menyebabkan seseorang
atau kelompok untuk melakukan apa yang seorang bobot inginkan, atau juga
kita bisa menyebut para bobot sebagai Leadership. 2. Operational Type
Big Man Leadership Tipe kerja kepemimpinan pria berwibawa suku Maybrat,
Imian, Sawiat, adalah mereka sangat antusias dan serius dalam
melaksanakan segala sesuatu yang mereka kerjakan. Nilainilai yang
terbangun dalam sistem kepemimpinan operational bobot ± Big Man
Leadership orang Maybrat adalah sebagai berikut : y y y y y y y y y y y y
Rajin - samioh Produktif ± mes bobot Orientasi kerja yang jelas (Action
Oriented) ± krek aam ase Transparansi (tidak melakukan sesuatu
dibelakang-belakang) Berani dan Aktif berdiplomasi Fleksibel Realistik
Ekspresif Inisiatif Tinggi Tegas Cepat Spontan
Hamah Sagrim
284
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
3. Promotion Type big man Leadership Tipe kepemimpinan pria berwibawa
suku Maybrat, Imian, Sawiat, dengan menggunakan metode kepemimpinan yang
suka mempromosikan kemampuannya dalam meraih banyak kain timur.
Nilai-nilai yang menonjol dalam promotion type bobot-big Man leadership
adalah: y y y y y Pemimpin bobot yang Lincah Pemimpin bobot yang berjiwa
Periang Pemimpin bobot yang romantis Pemimpin bobot yang penhibur
Pemimpin bobot yang promotional, memiliki relasi aktivitas bermain kain
timur ± Team Worker y y y y y y y y Pemimpin bobot yang terbuka Pemimpin
bobot yang Polos Pemimpin bobot yang Antusias Pemimpin bobot yang
Fleksibel Pemimpin bobot yang Luwes Pemimpin bobot yang Introvert
Pemimpin bobot yang penuh Perhatian Pemimpin bobot yang komunikatif dan
hangat
4. Negosiator Type big man Leadership Tipe kepemimpinan bobot ± big Man
Leadership dengan menggunakan kecenderungan Negosiasi, yang mana
memiliki beberapa nilai baik dalam kepemimpinannya adalah: y y y y y y y
y Sebagai pemimpin bobot yang sabar Negosiator Kepemimpinan yang sangat
efisien dan efektif Bertoleransi Sebagai pemimpin bobot yang tenang dan
tertib. Memiliki kemampuan strategis Analistis Sebagai pemimpin yang
berwibawa dan taat pada setiap kegiatan Hamah Sagrim 285
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
y
Sebagai pemimpin bobot yang Disiplin
5. Conceptual Type big man Leadership Tipe kepemimpinan bobot ± big Man
leadership yang memiliki kemampuan konseptual. Kepemimpinannya memiliki
beberapa kelebihan tertentu yang membawanya sukses adalah: y y y y y
Pemimpin bobot yang seleranya tinggi (perfectionist) Sebagai pemimpin
bobot yang teliti dan juga sebagai pengamat jitu Sebagai pemimpin bobot
yang Konseptual, analitis dan Mandiri serta serius Pemimpin bobot yang
tertib Orientasi pada Tugas dan sebagai pemimpin bobot yang responsif
terhadap feeling rendah y y y Sebagai pemimpin bobot yang ramah,
pendengar, menyimak. Sebagai pemimpin bobot yang tenang dan terukur
Sebagai pemimpin bobot yang suka berdiplomatis, pemikir dan selalu
hati-hati.
6. Grid Type big man Leadership Tipe kepemimpinan bobot yang selalu
berkonsentrasi terhadap rakyat dan penghasilan, lebih cenderung pada
pola manajemen kepemimpinan. Type ini memiliki beberapa faktor pendukung
antara lain sebagai mana berikut adalah: y Klen management ± klen
manajemen. (kelompok yang terdiri dari keluarga-keret atau marga, mereka
memiliki manajemen baik tetapi tidak memanfaatkannya dengan baik
³hura-hura´) perbandingan poin 9:1 y Team management ± team manajemen.
(kelompok yang terdiri dari Team, mereka cenderung memanfaatkan peluang
dengan memanajemnnya secara efektif sehingga mereka berhasil),
perbandingan pon 9:9. y Midle of the road management ± kelompok
manajemen sedang. (kelompok ini cenderung berada di tengah antara klen
management, team manajemen dan improve manajemen serta task manajemen).
Kepemimpinan Big Man ± Bobot Leadership Grid orang ayamaru dapat di ukur
dari dua variabel, yaitu orientasi pada kerabat atau orang (concern for
people) dan orientasi pada hasil kain Timur (concern for production).
Kemudian hasilnya disusun dalam 9 poin/kriteria. Dari dua variabel
kepemimpinan big man ± bobot ini maka, akan ada 5 kategori kepemimpinan,
yaitu:
Gambar: tipe kepemimpinan yang selalu berkonsentrasi terhadap rakyat dan
penghasilan
Hamah Sagrim
286
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Tipe kepemimpinan bobot pada grid 1.1. adalah kepemimpinan bobot yang
sangat buruk, tidak memiliki kepedulian kepada produktifitas/hasil
permainan kain timur dan juga tidak berorientasi pada rakyatnya (raã
kinyah). Pada pemimpin bobot dengan grid 9.1 adalah tipe pemimpin big
Man ± bobot ³country ± club´ yang berorientasi/mementingkan rakyatnya
lebih daripada memperhatikan hasil bisnis kain timur. Sebaliknya
pemimpin Big Man - Bobot pada grid 1.9 adalah pemimpin bobot ± Big Man
yang terlalu berorientasi pada hasil permainan kain timur tetapi
melanggar prinsip-pronsip kekerabatan klen (human relation). Orientasi
pada sistem permainan kain timur dan hasil permainan kain timur yang
tinggi, tetapi keprihatinan pada rakyat rendah. Sedangkan yang ideal,
dimana pemimpin Big man ± bobot dapat memobilisasi pengikutnya dengan
hasil yang optimal adalah 9.9 yaitu organisasi sangat produktif dan
relasi interpersonal pemimpin dengan yang dipimpin sangat solid. Hamah
Sagrim 287
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
7. Gaya Kepemimpinan big man ± Bobot yang Situasional Gaya kepemimpinan
big man ± bobot ini cenderung berdasarkan pada tingkat kedewasaan
(maturity) dan kesiapan (readynes) orang yang dipimpinnya/rakyatnya.
Kedewasaan dan kesiapan adalah tingkat kemampuan (willingnes) rakyat
yang dipimpinnya dalam menjalankan tugas tersebut. Lihat diagram
berikut;
Gambar : Diagram gaya kepemimpinan Big Man ± Bobot situasional
Hamah Sagrim
288
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Gambar: Tabel kesiapan orang Maybrat yang dipimpin oleh Bobot
8. Transactional Leadership ± Gaya Kepemimpinan Bobot yang
Transaksional. Gaya kepemimpinan pria berwibawa bobot dimana selalu
melakukan pertukaranpertukaran/transaksi-transaksi dengan rakyat yang
dipimpinnya utnuk mencapai sesuatu yang diinginkannya (transactional
leadership). Selain itu, bobot juga memberikan hadiah-hadiah secara
timbal balik dengan kesepakatan untuk mencapai tujuan tertentu dalam
bermain kain timur(contingen rewards). Bobot juga selalu melakukan
pengawasan atas penyimpanganpenyimpangan yang dilakukan oleh
kerabat-kerabatnya dari peraturan atau standard serta mengambil
tindakan-tindakan korektif (active management by exception). Seorang
bobot akan melakukan intervensi terhadap kerabat-kerabat/rakyat yang
dipimpinnya jika peraturan/standard yang telah ditetapkan tidak dapat
dilaksanakan, dalam proses ini hanya sebatas intervensi dan seorang
bobot tidak melakukan penekanan (massive management by exception). 9.
Transformational Leadership ± Gaya Kepemimpinan Bobot yang
Bertransformasi. Gaya kepemimpinan bobot yang bertransformasi merupakan
gaya kepemimpinan bobot dimana target atau tujuan-tujuan para klen atau
pengikut-pengikutnya diperluas kekerabatannya atau
ditingkatkan/ditransformasikan sehingga pada akhirnya tumbuhlah rasa
percaya diri untuk mencapai yang lebih dari apa yang ditargetkan. Hamah
Sagrim 289
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
10. Charisma Leadership ± Pemimpin Bobot yang Berkarisma Bobot adalah
seorang pemimpin atau seorang pria berwibawa yang sangat dihormati di
suku Maybrat yang mana bobot merupakan pemimpin yang selain memiliki
banyak harta kekayaan kain timur juga ada bobot yang memiliki karisma,
mereka adalah pemimpinpemimpin berkarisma. Bobot yang berkarisma
memiliki dimensi-dimensi kepemimpinan yang memberikan visi dan misi
serta menanamkan rasa bangga, respek dan kepercayaan dalam diri kerabat
klen yang mengikutinya. Selain itu, bobot juga memiliki kemampuan
menginspirasikan mengkomunikasikan kerabat-kerabat klen pengikutnya,
agung, yaitu ia berkemampuan simbol-simbol,
harapan-harapan
yang
penggunaan
mengekspresikan tujuan yang penting dan cara yang dapat dilaksanakan
untuk mencapai tujuan (inspirationalized). Selain itu, bobot juga
memiliki kemampuan yang mana mampu memimpin dan mengembangkan
rasionalitas, intelegensi, maupun pemecahan masalah secara kreatif
(intelectual stimulation). Bobot memiliki kemampuan tersendiri dalam
memberikan perhatian dan perlakuan personal kepada setiap kerabat klen
pengikutnya secara pribadi sehingga mereka juga mampu bertumbuh untuk
menjadi orang-orang yang berwibawa. Berikut ini adalah tabel penilaian
diri bobot-big man yang diklasifikasikan menurut karakteristik yang
paling sesuai menyatakan diri seorang bobot. Poin 1 menyatakan pribadi
seorang bobot yang paling tidak sesuai dan 5 menyatakan pribadi seorang
bobot yang paling sesuai.
Hamah Sagrim
290
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Gambar: Tabel penilaian Bobot
Gambar: Tabel Penilaian Bobot
Hamah Sagrim
291
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Hamah Sagrim
292
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Skor 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10
O
P
N
C
54 49 45
59
Gambar: skors keterangan diagram penilaian
KETERANGAN TIPE PEMIMPIN BOBOT
TYPE OPERATIONAL O Orientasi pada hasil Irama cepat, aktif berbicara,
fleksibel, realistik, langsung, inisiatif tinggi, tegas, terbuka, cepat,
spontan
TYPE PROMOTIONAL P Orientasi pada orang, respon terhadap feellng tinggi,
cepat akrab, komunikasi pribadi hangat, intuitif, ekspresif, terbuka,
polos, antusias, fleksibel, luwes, team worker
TYPE CONCEPTIONAL C Orientasi pada ketepatan, irama rendah menjaga
jarak, komunikasi faktual, analistis, terukur, pandai menahan diri,
berwibawa, disiplin, taat pada agenda
TYPE NEGOSIATION N Orientasi pada tugas, respon terhadap feeling rendah,
mendengar, menyimak, taat terhadap peraturan, tenang, terukur, tak
langsung mendahulukan orang lain tenggang rasa, halus diplomaatis,
hati-hati, senag berpikir
Hamah Sagrim
293
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
11. House¶s Path ± Goal Big Man Leadership Penekanan pada motivasi
seorang pemimpin suku maybrat bobot - Big Man yang
mampu mempengaruhi persepsi ± persepsi orang ± orangnya, baik tujuan
pribadi dan pekerjaannya, serta jalan yang mempertemukan kedua tujuan
tersebut.
n. Dalam Kepemimpinan Bobot ± Big Man, Memiliki 4 Kecenderungan Gaya
Pokok Dalam Kepemimpinan Mereka : 1. Big Man Directve Leadership
Kecenderungan ini merupakan gaya kepemimpinan politik bobot ± big man
yang mengarahkan tentang apa dan bagaimana melaksanakan tugas atau
sistem bermain kain timur itu berjalan dengan lancar. 2. Big man
Supportive Leadership Merupakan gaya kepemimpinan politik bobot ± big
man yang berfokus pada kebutuhan dan kenyamanan rakyatnya dan
menciptakan sistem kekerabatan ya ng nyaman. 3. Big Man Achievement and
Oriented Leadership Kecenderungan kepemimpinan politik bobot-big man
dengan gaya kepemimpinan yang menekankan pada target ± target
keberhasilan dan meyakinkan keluarga kerabat tentang kemampuannya. 4.
Participative Big Man Leadership Gaya kepemimpinan politik bobot ± big
man yang suka mengkonsultasikan, menunjukkan sarang atau ide ± ide pada
keluarga klen sebelum mengambil keputusan.
Hamah Sagrim
294
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Gambar: Piramida Keseimbangan hidup Bobot ± Big Man
Gambar: Piramida Kepemimpinan seorang Bobot ± Big Man
Hamah Sagrim
295
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Gambar: Piramida makna pekerjaan dan sistem politik seorang Bobot ± Big
man
7. Pola dan Sistem Penerapan Politik Kekuasaan Terbatas Seorang Bobot
(Big Man) Melalu Perdagangan Kain Timur dan Perkawinan Keluar. Inti pola
penerapan kekuasaan terbatas oleh seorang bobot (big man) adalah
sebagai berikut: a. Orang Maybrat, Imian, sawiat, hidup pada awalnya
adalah dalam kondisi alamiah (state of nature), yaitu kondisi hidup
merka mulai dari system klen, atau marga, atau keret, dan setelah itu
melalui perkawinan keluar sehingga terbentuklah kekerabatan patrilineal
yang mana pada akhirnya mereka menjadi hidup bersama. Dalam kondisi
alamiah mereka, yaitu kondisi hidup mereka di bawah bimbingan akal tanpa
ada kekuasaan tertinggi dalam kehidupan mereka yang menghakimi mereka
untuk berada dalam keadaan Hamah Sagrim 296
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
alamiah. Ini disebut sebagai kehidupan pada masa prapolitik, yang mana
orang Maybrat, Imian, Sawiat, merasa bebas, sederajat, dan merdeka. b.
Setiap orang Maybrat, Imian, Sawiat, mula-mula merasa bahwa mereka
memiliki kemerdekaan alamiah untuk bebas dari setiap kekuasaan superior
di dalam kehidupan mereka dan tidak berada di bawah kehendak atau
otoritas legislatif tertentu. c. Meskipun keadaan alamiah adalah keadaan
kemerdekaan, orang Maybrat, Imian, Sawiat, namun mereka bukan berada
pada keadaan kebebasan penuh. Merekka pun juga bukan masyarakat yang
tidak beradab, tetapi mereka adalah masyarakat anarki yang beradab dan
rasional. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, tidak memiliki kemerdekaan untuk
menghancurkan diri mereka atau apa yang menjadi milik mereka. Tetapi
pada akhirnya prinsip ego yang membuatnya merasa dirinya gengsi sehingga
mengakibatkan pemikiran bersaing yang pada akhirnya menjadikannya
timbul konflik. d. Untuk menanggulangi kelemahan dalam hukum alam,
terdapat kebutuhan hukum yang mapan yang diketahui, diterima, dan
disetujui oleh kesepakatan bersama untuk menjadi standar benar dan
salah. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, telah menetapkan aturan-aturan pada
Teologia Wiyon-wofle sebagai penyeleksi dosa (iro) yang biasanya akan
diadakan setiap saat untuk pengakuan dosa. Ini disebut dengan (tgif iro)
atau upacara pengakuan dosa. Dan salah satu aturan lainnya adalah hokum
isti, yang sangat begitu keras dengan aturan-aturannya. e. Setiap orang
Maybrat, Imian, Sawiat, tidak menyerahkan kepada komunitas lain tentang
hak-hak alamiahnya yang substansial, tetapi mereka akan tetap dengan
menjalankan hakhak untuk melaksanakan hukum alam. f. Hak yang diserahkan
oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat, secara individu kadang kala
diberikan kepada orang sebagai individu, adajuga yang diberikan kepada
kelompok tertentu, bahkan kepada seluruh komunitas. g. Perdagangan kain
timur dan Perkawinan keluar adalah jalinan untuk membentuk suatu
masyarakat politik. Ketika masyarakat itu telah terbentuk, kemudian
harus membentuk system kekerabatan patrilineal yang dilanjutkan dengan
membentuk suatu sistem strata sosial yang tepercaya sehingga sosok yang
begitu terlihat berwibawa dan terkaya
diantara mereka akan diangkat secara otomatis sebagai seorang bobot (big
man) sesuai dengan criteria yang telah dilihat untuk memimpin kelompok
sosial masyarakat tertentu Hamah Sagrim 297
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
guna mencapai sasaran tertentu. h. Seorang bobot (bigman) adalah
pemimpin tertinggi dilingkungan masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat,
mula-mula. Seorang bobot ini kemudian bermain kain timur dan melakukan
perkawinan keluar yang mana didalamnya terselubung maksud dan tujuan
tertentu yang akan dicapai kemudian. Ini merupakan awalan orang Maybrat,
Imian, Sawiat, mengenal bermain politik. Permainan politik melalui
bermain kain timur dan perkawinan keluar sebagai suatu strategi
menghimpun kekerabatan yang banyak dan kerabat-kerabat tersebut
dijadikan sebagai pengikut sehingga dengan sendirinya pelaku akan
dikatakan sebagai seorang pemimpin atau bobot. Sistem ini dalam
kehidupan tradisional orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang mana seorang
bobot (big man) adalah pembuat sekaligus pewaris keputusan tersebut.
Sebagai pembuat ia menetapkan batasbatas kekuasaan, sedangkan sebagai
pewaris ia adalah penerima manfaat yang berasal dari pelaksanaan
kekuasaan tersebut. Inilah pola dan sistem kekuasaan terbatas yang
dilakukan oleh seorang bobot (big man).
o. Terjadinya Stratifikasi Sosial Masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat.
Secara teoritis, semua manusia dianggap sederajat, tidak ada yang lebih
tinggi antara satu dengan yang lainnya. Akan tetapi dalam kehidupan dan
kenyataannya sehari-hari kita sering menjumpai adanya ketidak samaan.
Selalu adanya pembedaan status masyarakat berdasarkan status yang di
miliki oleh setiap orang, atau pembedaan penduduk atau masyarakat
kedalam kelas-kelas secara bertingkat (strata). 1) Terjadinya
stratifikasi sosial di dalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat
Stratifikasi yang terjadi didalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat,
Papua, dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan mereka,
dan selanjutnya disusun secara sistem kekerabatan keluarga untuk
mengejar prestise tertinggi dalam tujuan mereka. Stratifikasi yang
muncul dengan sendirinya pada orang Maybrat, Imian, Sawiat, adalah pada
tingkat kepandaian, kewibawaan, keturunan, kepandaian memimpin,
kepandaian berdiplomasi, kepandaian bermain kain timur dan ukuran harta
benda (ekonomi). Sedangkan stratifikasi yang disusun secara sistem
kekerabatan keluarga sebagai stratifikasi yang disusun berdasarkan garis
struktur keturunan dalam sistem Hamah Sagrim 298
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
perkawinan yang mana sengaja dimunculkan untuk tujuan bersama oleh
kerabat, dan sistem ini biasanya terjadi dalam sistem kekerabatan orang
Maybrat, Imian, Sawiat, secara formal dan menyeluruh pada setiap
keluarga yang telah kawin mengawin. Pembentukan stratifikasi ini akan
muncul didalamnya sosok penggerak utama yang mulai melakukan peminjaman
kain (feah bo) kepada kerabatnya yang lain. Proses ini serta merta
dengan sendirinya membuat adanya stratifikasi dalam sistem kekerabatan
mereka, dimana pemberi akan dianggap sebagai orang yang terhormat
(bobot- big man) oleh kerabat penerima. Selanjutnya kerabat penerima
akan dipandang sebagai orang terhormat (bobot ± big man) juga oleh
sesama kerabatnya yang lain ketika ia memberikan peminjaman kain (feah
bo) kepada mereka, walaupun dia juga telah meminjam kain dari kerabatnya
yang lain. Sistem ini saya sebut sebagai sistem ³pembaharuan´. Karena
melalui orang yang punya, sehingga membaharui mereka yang tidak punya,
dan seterusnya. 2) Sifat stratifikasi Masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat.
Sifat stratifikasi masyarakt Maybrat, Imian, Sawiat, Papua, terdiri
atas dua sifat stratifikasi, yaitu; pertama; sifat yang tertutup, dan
kedua; sifat yang terbuka. Pertama; stratifikasi yang tertutup, tidak
memungkinkan berpindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang
lain, baik yang merupakan gerak ke atas maupun gerak ke bawah. Yang
tergolong dalam stratifikasi ini adalah keturunan Raja dan bobot, namun
bobot tidak begitu bertahan lama jika tidak ada usaha untuk
mempertahankannya. Satusatunya jalan untuk menjadi anggota pada
stratifikasi tertentu dalam kehidupan masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat,
menurut sifat ini adalah ditentukan oleh garis keturunan keluarga,
yaitu keturunannya akan berada pada stratifikasi atas jikalau berasal
dari garis keturunan Bobot atau Raja, namun sebaliknya keturunannya akan
berada pada stratifikasi bawah jikalau berasal dari garis keturunan
rayat biasa. Berbeda dengan Sifat bobot, yang mana bisa berubah atau
sebut saja bahwa stratifikasi ini tidak selamanya baku seperti sifat
keturunan dari Raja, karena jikalau tidak ada usaha yang dilakukan oleh
seorang individu untuk mempertahankannya maka akan mengubah
stratifikasinya. Bisa saja yang teratas bisa turun ke bawah jika tidak
adanya usaha untuk mempertahankannya, begitupula yang terbawah akan
menjadi teratas jikalau ia selalu berusaha untuk berubah menjadi seorang
bobot. Hamah Sagrim 299
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Sistem stratifikasi kasta yang tertutup di dalam Masyarakat Maybrat,
Imian, Sawiat, Papua, ini dapat dilihat dari ciri-cirinya sebagai
beriktu; 1. Keanggotaan pada kasta diperoleh karena warisan atau
keturunan (bobot dan raja). 2. Keanggotaan yang diwariskan tersebut
berlaku untuk seumur hidup (khusus untuk bobot jikalau tetap
dipertahankan). 3. Kesadaran pada keanggotaan suatu kasta yang tertentu,
terutama nyata dari nama klen/keret/marga/famili, dan identifikasi
anggota kerabat, bahkan adanya penyesuaian diri yang terlihat ketat
terhadap norma-norma kastanya yang mana selalu dijaga oleh masyarakat
sekitar. 4. Kasta bobot terkait oleh kedudukan yang secara tradisional
dan kewibawaan seorang individu yang ditetapkan sebagai tolok ukur. 5.
Sangat memperhatikan prestise. Kedua; sifat yang terbuka. Sifat ini
memungkinkan setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan yang sama
untuk pindah ke lapisan teratas. Misalnya karena kecakapan, prestasi,
kemampuan dan kepandaian yang diperoleh sehingga setiap individu yang
selalu berusaha akan memiliki kesempatan untuk beralih ke lapisan atas.
Dalam kehidupan masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, dengan sifat yang
terbuka ini, terlihat dengan jelas pula dengan konsep mobilitas
pendidikan sebagai pengubah utama yang begitu vertikal sehingga membawa
suatu perpindahan status, baik ke atas maupun ke bawah melalui
stratifikasi pendidikan dan pencapaian dunia kerjanya. Dalam
stratifikasi masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, Papua, kedua sistem
stratifikasi ini terlihat begitu menonjol. Akan tetapi menurut analisa
kami, bahwa kecenderungan masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, mulai dari
abad ke-20 abad ke-21 dan seterusnya, cenderung
menggunakan sifat kedua. Walaupun kelihatannya sifat pertama masih
digunakan sebagai resep pencapaian prestise. Sistem stratifikasi
tertutup pada masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, telah terlihat jelas
karena masih adanya setiap anggota masyarakat yang tetap berada pada
status yang sama dari orang tuanya, yaitu status dari keturunan bobot
dan raja dan sistem stratifikasi terbuka juga terdapat pada masyarakat
Maybrat, Imian, Sawiat, karena adanya mobilitas persaingan yang
diperlihatkan oleh setiap individu dalam mengejar prestise tertentu
untuk mencapai stratifikasi teratas. Hal ini terlihat melalui status
masyarakatnya yang berbeda latarbelakang dari status Hamah Sagrim 300
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
orang tuanya (mereka dapat lebih tinggi maupun lebih rendah karena
ditentukan dari garis keturunan orang tuanya). Namun dalam kenyataannya
sekarang bahwa, masih adanya kolaborasi antara sifat tertutup dan sifat
terbuka. Sifat tertutup sangat jelas terlihat melalui tatapan budaya
lokal (seperti ketika membicarakan kain timur ± bo bahkan perkawinan pun
selalu dipertanyakan tentang garis keturunan oleh klen wanita).
Sedangkan sifat terbuka, akan terlihat jelas melalui sistem
pemerintahan. Kedua sifat ini selalu digunakan sebagai suatu pola
kolaborasi dalam pencapaian prestise. 3) Dasar-dasar stratifikasi dalam
masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat. Ukuran atau kriteria yang kami pakai
untuk menggolongkan anggota-anggota masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat,
kedalam lapisan-lapisan stratifikasi adalah: a. Ukuran kekayaan
(Ekonomi) Di tengah masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, barang siapa yang
memiliki kekayaan (ekonomi) paling banyak, akan masuk pada stratifikasi
atau lapisan atas (bobot) b. Ukuran kekuasaan Ditengah masyarakat
Maybrat, Imian, Sawiat, barang siapa yang memiliki kekuasaan atau
wewenang terbesar, maka dia akan menempati posisi yang atas (terhormat)
didalam masyarakat. c. Ukuran kehormatan atau kewibawaan, dan
kepandaian. Ukuran kehormatan, kewibawaan dan kepandaian ini mungkin
sekali dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan maupun ukuran
kekuasaan. Disini orang yang paling disegani atau dihormati karena
berwibawa, dan pandai maka dia akan mendapat tempat yang teratas dalam
masyarakat. Ukuran semacam ini ditemui pada
masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, yang tradisional. d. Ukuran ilmu
pengetahuan. Ukuran ilmu pengetahuan didalam masyarakat Maybrat, Imian,
Sawiat, dipakai karena kecenderungan mobilitas pengubah stratifikasi
mereka saat ini juga ditentukan oleh ilmu pengetahuan, baik ilmu
pengetahuan yang tradisional (inisiasi wiyon-wofle) dan pendidikan
moderen (pendidikan sekolah). 4) Unsur-unsur stratifikasi di dalam
masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat. Hal-hal yang menjadi unsur-unsur
stratifikasi dalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, adalah: kedudukan
(status) dan peranan (role). Hamah Sagrim 301
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
1. Status Status atau kedudukan bagi masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat,
merujuk pada tempat seseorang dalam pola tertentu. Dengan demikian bahwa
seorang bobot atau raja dapat menduduki beberapa kedudukan sekaligus,
dikarenakan seorang bobot atau raja biasanya ikut serta dalam berbagai
pola kehidupan. Pada umumnya masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat,
mengembangkan tiga macam status, yaitu; Big Man status (bobot), Ascribe
Man status (Raja) dan Achieved status. Big man status adalah kedudukan
dalam masyarakat yang diperoleh karena; keturunan, kewibawaan, dan
kepandaian, yang mana suatu waktu bisa hilang ketika tidak bisa
dipertahankan. Sebaliknya status big man juga bisa diperoleh oleh
individu yang bukan berasal dari keturunan orang tua yang memiliki
status big man, karena atas usaha dan kerja kerasnya dengan didukung
oleh kemampuan dan kewibawaannya. Sedangkan acribe man status adalah
kedudukan dalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, yang diperoleh
melalui keturunan (raja). Sedangkan Achieved status adalah kedudukan
seseorang yang diperoleh dengan usaha-usaha yang dilakukannya. Melalui
achieved status inilah status bigman (bobot) dapat tercapai. Ketiga
status tersebut masih begitu menonjol dan memiliki peranan penting,
serta masih digunakan oleh masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, walaupun
terlihat dengan jelas adanya perbedaan antara ketiga status ini dalam
pola stratifikasi di dalam masyarakat mereka. Terlihat bahwa
masingmasing penganut ketiga status ini selalu mengembangkannya
sendiri-sendiri pada status yang ada, sesuai dengan kedudukan yang
dikenal dengan assingned status, yang merupakan
kedudukan yang diberikan. Dalam ketiga status ini, yang merupakan status
yang tidak terubahkan adalah ascribe man status (status raja). 2.
Peranan (role) Peranan pada masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, memiliki
makna sebagai aspek dinamis dari status atau kedudukan. Apabila
seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban sesuai dengan
kedudukannya, maka dia selalu menjalankan suatu peranan yang tujuannya
untuk memperoleh prestise. Suatu peranan ini terdiri atas tiga hal,
yaitu; a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi
atau tempat seorang bobot atau raja di dalam masyarakat. b. Peranan
adalah suatu konsep tentang perihal apa yang dapat dengan mampu
dilakukan oleh seorang bobot atau raja ditengah masyarakat. Hamah Sagrim
302
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perikelakuan seorang bobot atau
raja yang sangat penting bagi struktur sosial guna mempertahankan
prestisenya.
C. ANALISIS
C.1. Analisa Fungsi Dan Konsep Rumah Tradisional Suku Maybrat Imian
Sawiat Dengan Pertimbangan Iklim Sebagai Faktor Yang Mempengaruhi
Kenyamanan Thermal a. Analisa Bentuk Yang Mempengaruhi Kenyamanan
Thermal Rumah Halit-Mbol Chalit Pada bagian ini, akan dicoba untuk
menganalisis bentuk arsitektur rumah halit-mbol chalit yang tercipta
dari hasil Appabolang untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kenyamanan
thermal yang terjadi. 1. Lokasi Penetapan lokasi bangunan adalah salah
satu unsur yang perlu mendapat perhatian. Lokasi bangunan adalah salah
satu faktor yang turut berperan dalam pencapaian kenyamanan thermal
bangunan. Misalnya lokasi didataran rendah khususnya di daerah pantai
kelembaban cukup mendatangkan masalah, disamping dampak-dampak negatif
yang disebabkan tingginya kadar garam. Untuk khusus rumah tinggal suku
Maybrat, Imian, Sawiat, lokasi bangunan cenderung mengikuti garis pantai
dan terpencar ke laut, sebagai konsekwensi dari mata pencaharian mereka
sebagai nelayan. Lagi pula ini telah menjadi aturan dan sudah membudaya
bahwa suku Maybrat, Imian, Sawiat, jauh dari laut karena merupakan
tempat penyelamatan mereka. Disamping itu, basis hunian suku Maybrat,
dan Imian, Sawiat, berada di daratan. Suku Maybrat, Imian, Sawiat,
mengenal pola perletakan hunian dalam tiga kelompok. Di darat, kelompok
hunian diperalihan darat dan perairan laut, di kelompok hunian
diperairan laut. Lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar fisual
berikut:
Hamah Sagrim
303
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Gambar: Lokasi perletakan tiap rumah halit-mbol chalit (sumber, analisis
peneliti. hasil survey, 2004)
Dari lokasi perletakan hunian suku Maybrat, Imian, Sawiat, diatas, maka
dapat dikatakan bahwa rumah dengan garis gelombang merupakan rumah yang
berada diatas perairan air laut, Hamah Sagrim 304
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan angin kencang. Air
laut merupakan penyumbang besar terhadap kelembaban yang terjadi.
Disamping itu, angin yang bertiup dari arah laut membawa kadar garam
yang sangat tinggi, sehingga bahan-bahan dari logam mudah
berkarat/korosi. Begitu pula dengan rumah dengan garis datar yang
menunjukkan bahwa perletakannya berada di peralihan daratan dan perairan
air laut, juga masih dipengaruhi oleh pasang-surut air laut dan angin
kencang. Kelembaban dan korosi/kerusakan bahan logam akibat tingginya
kadar garam merupakan konsekwensi yang harus diperhatikan untuk
mendirikan bangunan diatas perairan air laut maupun di peralihan antara
daratan dan perairan laut. Sedangkan untuk rumah yang perletakannya di
wilayah daratan, aman dari pengaruh pasang surut air laut. Namun kondisi
kelembaban masih tinggi sekitar 61% - 95%. Begitu pula dengan kadar
garam yang mendatangkan korosi, masih perlu diperhatikan jika lokasinya
masih berada di wilayah pesisir pantai dan masih dijangkaui oleh angin
laut. Sedangkan yang berada di wilayah pegunungan dan jauh dari air laut
dan angin laut telah diubahkan. Korosi akibat kadar garam di abaikan.
2. Orientasi Orientasi bangunan merupakan salah satu faktor yang harus
diperhatikan untuk menciptakan kenyamanan thermal dalam bangunan.
Pengaruh sinar matahari dan angin merupakan dua hal yang perlu
dipertimbangkan dalam penetapan orientasi bangunan yang akan
direncanakan. Namun untuk kasus rumah tinggal suku Maybrat, Imian,
Sawiat, orientasi bangun huniannya tidak merupakan pengejawantahan dari
hal-hal yang cenderung bersifat mistis. Namun secara etika sosial yang
terjadi, bagi suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, mengatakan bahwa
secara terhormat bangunan harus menghadap ke jalan. Dilarang atau tidak
terhormat membelakangi jalan karena dianggap sombong dan kurang ajar.
Untuk itu, jalan yang berfungsi sebagai sarana penghubung (kontak
sosial) secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap orientasi
bangunan. Begitu pula dengan bangunan yang berhubungan langsung dengan
air laut, memiliki larangan mistis, bahwa bangunan harus menghadap ke
laut, karena laut dipercaya sebagai tempat yang memberi penyelamatan.
Sebagaimana kepercayaan mereka bahwa daratan keras/jahat, dan laut
lembut/baik. Dari uraian diatas bahwa ternyata unsur iklim tidak menjadi
pertimbangan dalam penentuan orientasi arah angin dan posisi lintasan
matahari bukan merupakan hal yang penting. Jadi rumah-rumah yang sisi
panjang bangunannya tegak lurus dengan arah angin, dan sisi pendek Hamah
Sagrim 305
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
ditempatkan pada arah timur dan barat yang diketahui sebagai sisi yang
secara tidak disadari turut mewujudkan kenyamanan thermal yang
diperlukan.
Lintasan matahari
Rumah Menghadap ke jalan sebagai tanda penghormatan dan kesopanan
Arah Angin
Gambar: Posisi Pertapakan Rumah terhadap Orientasi Matahari dan arah
angin (sumber, hasil analisis peneliti)
3. Bentuk dan Denah Suku Maybrat, Imian, Sawiat, mempunyai ukuran-ukuran
tersendiri dalam menentukan bentuk bangunan. Ukuran-ukuran yang
digunakan dalam menempatkan tinggi, lebar, panjang, dipakai dasar ukuran
jengkalan jari disesuaikan dengan panjang kayu yang digunakan untuk
memperoleh ukuran yang serasi, yaitu berupa depan, hasta, siku dan
jengkal. Depan adalah panjang ujung tangan kiri ke ujung tangan kanan
jika direntangkan. Hasta adalah panjang dari unutng tangan ke ujung
pangkal bahu atau sebaliknya. Siku adalah panjang dari ujung tangan ke
Hamah Sagrim
306
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
siku. Jengkal adalah panjang dari ujung jari ke ujung tengah ujung ibu
jari jika tangan dilebarkan. Ukuran-ukuran tiap rumah halit-mbol chalit
adalah sebagai berikut: a. Jumlah tiang ke arah memanjang 6 buah, ke
arah lebar 4 buah pada bagian teras dan badan rumah. Jarak antara
tiang-tiang menurut pengukuran 2,6 m ke arah memanjang dan 2 m ke arah
melebar. Sulit menentukan berapa ukuran depan, hasta, siku atau
jengkalnya secara pasti setiap orang mempunyai ukuran yang berbeda-beda
sesuai jengkalan jari tangannya, lagipula tukan yang membangunnya sudah
tidak ada lagi. Untuk ukuran arah vertikal, tinggi kaki 5-6 m untuk
tupuan kolom pada tanah, sedangkan 9-10 m untuk tumpuan di atas pohon,
tinggi badan rumah berfariasi dari 1,70 m, 3,50 m, 2 m, tinggi kepala
1,90 m. Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa bentuk denah yang
tercipta dari hasil ukuranukuran tersebut adalah suatu bentuk denah yang
pipih, sehingga memungkinkan untuk diterapkan sistem cross ventilation
dan pemanfaatan cahaya matahari kedalam bangunan. Bentuk seperti ini
sangat cocok diterapkan pada daerah tropis lembab, khususnya di wilayah
pesisir pantai sekitar teminabuan, inanwatan, werisar dan sekitar
perkampungan dipesisir pantai lainnya yang kondisi kelembabannya sangat
tinggi, seperti di perairan pantai sekitar Sorong Selatan. Bentuk rumah
bagi suku Maybrat, Imian, Sawiat, harus memiliki tiga syarat, baik
bentuk ke arah vertikal maupun bentuk ke arah horizontal sesuai dengan
aturan budaya appabolang. Arah vertikal ditandai dengan hafot/sur
(kaki), kriras (badan), dan timanaf (kepala). Arah horizontal ditandai
dengan isit (teras), samu tkah (badan rumah), dan ohat (tungku
api/dapur). Syarat ini masing-masing mempunyai arti dan fungsi
tersendiri, yaitu hafot/sur (kaki) merupakan bagian kotor yang
dikelilingi oleh makhluk-makhluk jahat sehingga harus di tinggikan. Hal
ini tentunya bermanfaat untuk mengatasi kelembaban yang terjadi dibawah
kolong rumah dan juga bermanfaat untuk mengantisipasi luapan pasang
surut air laut. Sumanaf (kepala) yang dilambangkan sebagai yang maha
tinggi, suci, serta dipercaya sebagai tempat makhluk halus. Tentunya
keadaan seperti ini sangat baik untuk mengusir panas yang ada didalam
ruang. Samu tkah tkah (badan rumah) yang posisinya ditengah diapit oleh
isit (teras), dari arah horizontal, hafot/sur (kaki) dan timanaf (atap)
dari arah vertikal. Hal ini tentunya baik untuk melindungi ruang
aktivitas keluarga dari sinar matahari langsung, hujan, dan pasang surut
air laut. Disamping inti pengetahuan tentang kisaran pasang surut
tercermin dari ketinggian lantai dengan Hamah Sagrim 307
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
menentukan sekisar 1,5 ± 2 m. Lantai yang ditinggikan dapat memberikan
jalan untuk pergerakan udara bahwa lantai hal ini merupakan solusi yang
baik untuk mengatasi kelembaban. Bentuk rumah halit-mbol chalit dan
kaitannya dengan kenyamanan thermal, dapat diuraikan sebagai berikut:
Rumah halit-mbol chalit merupakan rumah yang berbentuk panggung yang
memiliki kaki, badan dan kepala sebagai konsekwensi dari aturan budaya
Appabolong. Tinggi kaki/kolong berukuran tinggi sekitar 1,70 m keatas
dari permukaan tanah. Kondisi ini memungkinkan untuk mengatasi
kelembaban yang terjadi dibawah lantai. Untuk lebih jelasnya dapt
dilihat pada gambar berikut:
Dapur
Kepala
Badan Badan Rumah Kaki
Teras
Tangga
Gambar: Rumah halit-mbol chalit berdasarkan budaya appabolang (Sumber,
hasil analisis peneliti)
Hamah Sagrim
308
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
4. Bukaan-Bukaan (sistem Penghawaan) Bukaan-bukaan sangat penting
peranannya untuk mendapat penghawaan dalam bangunan. Sistem penghawaan
perlu diperhatikan untuk menciptakan kenyamanan dalam bangunan, terutama
pada bangunan rumah tinggal yang menggunakan sistem pendinginan pasif.
Sistem penghawaan untuk pendingin positif perlu diperhatikan: orientasi
jendela, dimensi jendela, disain sistem daun jendela, dan waktu
pembukaan jendela. Untuk kasus penghawaan rumah tinggal suku Maybrat,
Imian, Sawiat, dapat dilihat contoh rumah halit-mbol chalit berikut: a.
Sistem penghawaan pada rumah halit-mbol chalit yang berada di sisi timur
dan barat, terdiri dari jendela, bukaan keluar yang terbuat dari
krepyak kayu dan kaca bening, ventilasi dan kisi-kisi kayu, bukaan pintu
dan kisi-kisi kayu pada batasan atas kearah atap dan kebawah. Ini tidak
searah dengan jalur angin, padahal arah angin dari utara. Jadi posisi
bukaan sejajar arah angin. Hal ini tentunya kurang menguntungkan apabila
tidak ditangani dengan sempurna. Pengontrolan dan pembelokan arah angin
ke bangunan sangat diperlukan supaya ventilasi silang atap tetap
terjadi. Yang menguntungkan pada rumah ini adalah ventilasi atap, yaitu
kisi-kisi sisa kayu diantara dinding dan atap yang tidak ditutup dan
bukaan sekitar 50,20% dari luas dinding pada sisi utara atau tegak lurus
arah datangnya angin. Namun kondisi ini belum mampu menghapus panas
untuk menurunkan temperatur dalam, khususnya sekitar jam 10.00 siang
sampai jam 16.00 sore, sehingga kondisi dalam ruang masih berada dalam
kondisi hangat yaitu sekitar 28°C ± 30,2°C. b. Sistem penghawaan pada
rumah yang berdiri pada sisi utara dan selatan terdiri dari jendela,
ventilasi dari kisi-kisi kayu. Orientasi bukaan terbesar berada disisi
utara dan selatan. Hal ini tentunya sangat menguntungkan karena arah
angin terbesar pada daerah ini adalah dari utara, jadi memungkinkan
adanya ventilasi silang. Disamping itu, didukung dengan bukaan sekitar
40,80% dari luas dinding. Namun kondisinya seperti halnya dengan rumah
yang posisi timur dan barat, belum mampu menghapus panas untuk
menurunkan temperatur dalam kasusnya sekitar jam 10.00 siang sampai jam
16.00 sore. Sehingga kondisi dalam ruang masih berada dalam kondisi
hangat, yaitu sekitar 28°C ± 29,5°C. 5. Atap dan Dinding Atap dan
dinding adalah unsur yang harus diperhatikan untuk melindungi bangunan
dari alam luar. Atap merupakan elemen yang paling banyak menerima
radiasi matahari secara
langsung. Untuk itu perlu adanya usaha penyekatan untuk mengurangi
pengaruh matahari Hamah Sagrim 309
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
terhadap ruang bawanya. Atap bangunan selain berfungsi sebagai pelindung
terhadap kebasahan/kelembaban dan hempasan. Untuk kasus rumah tinggal
suku Maybrat, Imian, Sawiat, atap selain berfungsi untuk melindungi
bangunan dan panas matahari dan kebasahan hujan, atap juga berpengaruh
terhadap kebiasaan mereka, terutama bagi yang berada disekitar laut
selalu memanfaatkan atap untuk menampung air hujan untuk keperluan minum
sehari-hari. Untuk itu kemiringan atap pada rumah tinggal suku Maybrat,
Imian, Sawiat, rata-rata 30° - 45°. Kemiringan ini tentu saja dapat
merupakan solusi yang baik untuk mempercepat turunnya air hujan dari
atap, sehingga dapat mengurangi kebocoran dan pembusukan pada bahan
atap, disamping dapat mengurangi kelembaban yang datang dari atap.
Kemiringan atap juga berpengaruh terhadap besarnya panas yang diterima.
Sebagaimana yang dikatakan Zokolay (1981) bahwa atap dasar lebih besar
50% menerima panas matahari daripada atap miring. Disamping atap
bangunan, dinding juga perlu mendapat perhatian untuk menciptakan
kondisi nyaman dalam bangunan. Dinding yang baik harus senantiasa
menjadi pelindung terhadap radiasi matahari, pelindung terhadap hempasan
hujan dan kelembaban dan pelindung terhadap arus angin luar, serta
harus senantiasa memelihara suhu yang diminta di dalam ruang. Untuk
mengurangi besarnya pengaruh radiasi pada bangunan maka dinding harus
dibayangi dan dihindari dari sinar matahari dan dihindari dari sinar
matahari langsung. Disamping itu, bahan dinding sebaiknya mempunyai time
lag yang besar namun kerapatan dinding harus diatur agar tetap memiliki
bagian-bagian yang berlubang sebagai ventilasi alami. Untuk khusus
rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, bahan dinding terdiri atas
beberapa bahan utama, yaitu Kulit kayu, Papan kayu, gaba-gaba/pelepah
sago, dedaunan. Namun yang masih digunakan hingga sekarang adalah papan
kayu yang mempunyai time lag yang kecil, sehingga panas yang ada
langsung diterima dan dipancarkan. Temperatur ruang luar dan ruang dalam
tidak mempunyai perbedaan yang signifikan. Untuk itu, dinding dan
bukaan-bukaan baru senantiasa dilindungi dari sinar matahari. 6.
Overstek Overstek atau pelindung seperti yang diuraikan didepan sangat
besar peranannya untuk menciptakan kenyamanan dalam bangunan.
Overstek-overstek yang lebar dan sudut jatur atap yang begitu memanjang
hingga badan bangunan sangat dibutuhkan untuk menghambat sinar
Hamah Sagrim
310
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
matahari yang masuk kedalam ruang secara langsung, memberi bayangan
peneduh dan melindungi hujan. Untuk kasus rumah tingga Maybrat, Imian,
Sawiat, overstek atau pelindung sangat dibutuhkan seperti sisi bangunan.
Hal ini tentunya untuk melindungai dinding terutama dari sinar matahari
langsung, mengingat bahan dinding yang digunakan dari papan dan kayu
dengan time lag yang kecil. Namun kenyataan penggunaan
overstek/pelindung pada rumah halit-mbol chalit yang diteliti hanya
bagian depan dan belakang yang mendapat perlindungan overstek, sedangkan
bagian sisi kiri dan kanan tidak, atau hanya menggunakan panjangnya
ukuran jatuh atap yang hingga menutup paruh dinding bagian atas.
Ukurannya sekitar 80-100 cm. 7. Material dan Warna Material dan warna
yang digunakan pada bangunan juga perlu mendapat perhatian, karena kedua
unsur ini sangat berpengaruh terhadap penambahan panas di dalam
bangunan. Color can influence of heat absorbed by the building surface
that affect internal temperature. Jika pendinginan fakor utama pada
perencanaan bangunan, maka kombinasi bidang dengan warnawarna muda dan
dinding yang mampu melawan panas perlu diperhatikan. Untuk kasus rumah
tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, penggunaan material dan warna pada
atap, dinding dan lantanya dapat diuraikan sebagai berikut: a. Atap Roof
design id the result of geographical condition, climate is the reason
for the ³slope´, while the local soil conditions explain the choise of
certain ³materials´. Pengertian ini sangat relevan bila melihat kondisi
tanah yang sangat lemah daya dukungnya, berupa tanah lempung dan tanah
lumpur sehingga pemilihan material atap bangunan sangat dipengaruhi oleh
daya dukung tanah. Penggunaan material atap dipermukiman kampung
Maybrat, Imian, Sawiat, hanya dijumpai dua jenis, yaitu atap daun dan
atap seng. Penggunaan atap daun bagi suku Maybrat, Imian, Sawiat,
didasarkan pada faktor ekonomi dalam ukuran sekarang ini, namun
merupakan bahan utama pada zaman lampau (prasejarah). Namun perlu
diketahui bahwa penggunaan atap daun sangat baik untuk meredam pengaruh
radiasi matahari karena tidak menyerap panas, pengudaraan baik, dan
warnanyapun merupakan warna alami. Atap daun ini dapat merefleksi panas
antara 20% 23%. Kekurangan/kendala penggunaan atap daun yaitu, atap ini
berongga sehingga mudah mengundang cendawan, lumut, serangga, dan hama
lain yang tidak menyedapkan, Hamah Sagrim 311
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
bahkan sering berbahaya. Atap ini juga mudah untuk terbakar. Namun untuk
pencegahan terhadap hama dan lain-lain dapat diatasi dengan pengawetan
atau difusi dengan cara mengawetkannya dibawah sinar matahari selama 1-2
bulan tergantung kekuatan bahan yang diawetkan, yang mana jika terlihat
pada bentuknya jika sudah awet baru difungsikan. Namun untuk penduduk
yang berada di pesisir air laut, biasanya mengawetkan dengan menggunakan
air garam, dan sinar matahari, hal ini tentunya menguntungkan untuk
penggunaan atap daun. Tapi disisi lain penggunaan atap seng tentu saja
air garam menjadi musuh dan sangat bertolak belakang, karena dapat
menyebabkan korosi sehingga mudah bocor. Penggunaan atap seng bagi suku
Maybrat, Imian, Sawiat, disamping karena pertimbangan konstruksi yang
ringan juga terhadap kebiasaan menampung air hujan, terutama mereka yang
berada di air laut. Air hujan dari cucuran atap seng lebih jernih dan
lebih bersih dibanding atap daun. Atap seng dapat merefleksi panas 90% -
70% akibat radiasi matahari. Pada rumah tingga suku Maybrat, Imian,
Sawiat, atap seng rata-rata tidak diberi warna. Warna ini dapat
merefleksi panas sekitar 40% - 35% walaupun demikian penggunaan material
ini cepat menjadi panas, sehingga berpengaruh pada kondisi comfort di
dalam ruangan. Untuk itu, guna dapat mengantisipasinya dengan pasangan
plafond dan bukaan jendela yang cukup. Disamping itu, diisi bawah atap
seng mudah menjadi kondensasi khususnya dipagi hari. Untuk itu,
konstruksi kayu yang berada dibawahnya harus terlindungi benar dari
kelembaban. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian cat atau ter dan
harus bisa bernafas, artinya hawa udara senantiasa mengalir berputar
dibawahnya. Pada rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, dapat
dikatakan telah merespon terhadap kondisi ini, dapat dilihat pada
pemasangan kisi-kisi kayu yang memungkinkan terjadinya pengalihan udara.
b. Dinding Material dinding yang digunakan pada rumah tinggal suku
Maybrat, Imian, Sawiat, umumnya dari Papan Kayu, dan ada yang diberi
cat/warna, ada yang memanfaatkan warna alami kayu, sehingga permukiman
kampung nampak ramai dengan warna-warni. Pemilihan material kayu untuk
bahan dinding didasarkan pada pengetahuan warga tentang lingkungan
alamnya, yaitu mereka cenderung memilih kayu yang permukaannya kasar
dengan jenis-jenis kayu tertentu yang sudah dikenal semenjak temurun
yang digolongkan sebagai kayu yang kuat. Dari rumah yang diteliti,
hampir keseluruhan rumah Hamah Sagrim 312
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
hunian suku Maybrat, Imian, Sawiat, hampir menggunakan jenis kayu yang
sama, yaitu kayu besi (ataf), Matoa, dan kayu ulin yang dianggap
berkualitas baik. Materi kayu mempunyai kemampuan pemantulan sekitar 60%
- 40% tahan terhadap angin, hujan dan mempunyai kemampuan pengisolasian
panas sedang, serta tingkat penyerapan sekitar 40% - 60% apabila dengan
perawatan yang baik dan konstruksi yang tepat. Penggunaan warna bagi
suku Maybrat, Imian, Sawiat, didasarkan pada pengetahuan tentang
tingginya kelembaban dilingkungan dengan mengikuti pola yang dilakukan
oleh orang Hindia Belanda terdahulu dan juga tentunya untuk memberi
nilai estetika. Menurut pengalaman mereka bahwa dengan memberi warna
atau cat pada dinding, lebih dapat bertahan terhadap basah/lembab
daripada tidak sama sekali. Pemakaian cat pada dinding tiap rumah
halit-mbol chalit, semuanya memakai warna yang memiliki daya serap
sekitar 20% - 60% atau daya daya pantul 80% - 35%. Hal ini tentunya
dapat membantu untuk mengurangi perolehan panas dalam bangunan. c.
Lantai Penggunaan material lantai sama dengan dinding, yaitu yang
memilih material kayu yang permukaannya licin. Terhadap pertimbangan
pengaruh iklim, pemakaian lantai kayu sangat mereduksi panas, lagi pula
lantai kayu hangat untuk malam hari yang begitu dingin. Sedangkan
kelembaban yang timbul akibat penguapan air dikolong lantai disiasati
dengan konstruksi penggung tampa penutup kolong, sehingga dapat mengalir
dengan baik. 8. Pola Penataan Hunian Pola penataan Hunian permukiman
ini bileh dikatakan masih serawut dan tidak teratur. Hanya barisan depan
menghadap jalan yang berbaris rapi, sedangkan hunian lainnya bersebaran
ke arah laut dan hutan tanpa keteraturan. Pola penataan hunian
dikampung agaknya menyimpang dari teori bahwa untuk daerah panas lembab,
pola penataan bangunan yang teratur dalam bentuk grid dan dengan pola
jalan yang saling memotong tegak lurus dengan bangunan sebagai pebatas
tepi akan sangat sesuai, dengan pola yang dimanfaatkan untuk ventilasi
dalam bangunan dan diharapkan menjadi lancar (Gideon S Golony, 1995). b.
Faktor ± faktor iklim tropis yang mempengaruhi kenyamanan thermal dalam
ruang. Penelitian mengenai kenyamanan thermal baik dari Szokolay
(1980), Egan (1975), maupun dari Santoso (1986), tidak disepakati suatu
besaran kenyamanan yang sama. Kenyamanan Hamah Sagrim 313
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
thermal tidak dapat diartikan sebagai suatu besaran tetap, tetapi
merupakan ambang batas relativ yang menunjukkan bahwa kondisi iklim
tertentu, lingkungan sekitar, jenis kelamin, kelompok usia, aktifitas
dan lain sebagainya. Hal ini diperjelas dengan memperhatikan faktor ±
faktor yang mendukung kenyamanan thermal adalah sebagaimana pada tabel
berikut :
Faktor ± Faktor Kenyamanan thermal FAKTOR FISIOLOGI Makanan Ras Bangsa
Umur Jenis Kelamin Kondisi Tubuh Situasi lingkungan FAKTOR PERANTARA
Pakaian Aktivitas Penyesuaian Musim Jumlah penghuni Psiko factor FAKTOR
FISIK Temperature Udara Temperature dinding Kelembaban Gerakan udara
Tekanan Udara Komposisi Udara Listrik Udara Pengaruh Akustik Pengaruh
Mata
Kehilangan panas pada manusia disebabkan oleh konveksi kondisi,
evaporasi dan radiasi. Konveksi sekitar 40%, evaporasi 20%, radiasi
matahari sekitar 40% dan konduksi biasanya memberi kontribusi sangat
kecil. Jumlah kehilangan panas ini akan menentukan respon seseorang
terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga ia akan mampu merasakan
kenyamanan thermal yang mana didukung oleh : temperatur udara, radiasi
penggerakan udara, dan kelembaban relatif. Kombinasi dan faktor ± faktor
ini akan menghasilkan suatu nilai kenyamanan thermal tertentu. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut:
Hamah Sagrim
314
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Diagram faktor ± faktor Kenyamanan Thermal.
KEHILANGAN PANAS PADA MANUSIA Konveksi (40 %) Evaporasi (20 %) Radiasi
(40 %)
Konduksi (Sangat Kecil)
Temperatur Udara
Radiasi
PergerakanUdara
Kelembaban Relatif
Elemen ± Elemen iklim yang mempengaruhi kenyamanan thermal adalah : a.
Radiasi (radiation) Kenyamanan radiasi (thermal comfort) merupakan hal
penting dalam menciptakan suatu kenyamanan dalam ruang. Walau hal ini
tergantung pada Radiasi matahari (sun rise). b. Temperatur udara (air
temperature) kenyamanan temperatur (thermal comfortable) juga merupakan
suatu hal penting dalam menciptakan suatu kenyamanan di dalam ruang,
walau hal ini tergantung dari perasaan pada bagian subjektiv (subjective
veeling state) dan perasaan kenyamanan (convortable veeling) namun ini
harus tetap diusahakan agar dapat tercipta, karena walaupun bagaimana
manusia mempunyai kemampuan adaptasi yang terbatas, dan bila hal ini
terlampaui maka bisa mengakibatkan gangguan. Penyelesaian dari masalah
ini adalah berkaitan sangat erat dengan faktor ± faktor kenyamanan
lainnya sehingga tidak dapat dipisahkan. Sesungguhnya sangat sukar
sekali dalam menentukan ukuran ± ukuran kenikmatan secara tepat oleh
karena kombinasi dan pergerakan udara dengan kecepatan 4,57m -7,63m
/menit, suhu udara 20,4°C dan kelembaban 20% - 70%, dan kecepatan
pergerakan udara sama Hamah Sagrim 315
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
seperti disebutkan di atas. Kombinasi temperature udara, kelembaban, dan
kecepatan angin yang membentuk temperature nyaman pada saat tersebut di
katakan sebagai temperatur efektif. Lihat tabel beikut:
Gambar : Diagram kenyamanan, menurut Olgyay (Sumber, Lippsmeier, 1994
c. Kelembaban dan Curah Hujan (evaporate and rain) Kelembaban udara
dapat mengalami fluktuasi yang tinggi, sangat tergantung terutama pada
perubahan temperatur udara. Semakin tinggi temperatur, semakin tinggi
pula kemampuan udara menyerap air. Kelembaban relativ menunjukkan
perbandingan antara tekanan uap air yang ada terhadap tekanan uap air
maksimum yang mungkin dalam kondisi temperatur udara tertentu yang di
nyatakan dalam porsen. Udara yang telah jenuh tidak dapat menyerap air
lagi karena tekanan air maksimum telah tercapai. Sedangkan kelembaban
absolut adalah kadar air dari udara yang dinyatakan dalam garam
perkilogram udara kering, dengan cara mengukur tekanan yang ada pada
udara dalam kilo pascal (Kpa) atau disebut juga tekanan uap air.
Hamah Sagrim
316
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Kelembaban udara yang nikmat untuk tubuh berkisar 40 ± 70%. Padahal
tempat ± tempat seperti ditepi pantai, berkisar 80%-98%. Untuk itu
diperlukan pengembangan lain demi rasa comfort tubuh. Dengan kata lain
proses penguapan harus dipercepat. Jika kelembaban udara sudah jenuh,
maka tubuh kita tidak bisa menguapkan keringat lagi. Khusus yang tinggal
di daerah pantai harus diingat bahwa angin laut selain membawa
kelembaban, jug membawa kadar garam yang tinggi, yang menyusup dan
merusak bahan ± bahan logam di mana ± mana. Pengaturan kelembaban dalam
ruang juga sangat penting karena kelembaban ruangan yang tinggi dapat
menyebabkan penggemburan permukaan kaca pada musim dingin dan kelembaban
rendah dapat mengakibatkan masalah listrik statis. Di daerah iklim
tropis yang bercurah hujan tinggi, faktor kelembaban harus mendapat
perhatian. Kelembaban dapat membawa bahaya dan kerugian ± kerugian.
Mengakibatkan dinding ± dinding menjadi basah yang mana bisa mengurangi
daya isolasi kalor, sedangkan penguapan kebasahan dinding juga membuat
ruang menjadi dingin, menambah kadar uap air didalamnya. Itu semua
mendorong uap air dalam ruangan untuk berkondensasi. Kelembaban yang
tidak ditiup pergi oleh angin dapat menjadi penyebab ketidaknyamanan di
dalam ruang. Pada kenyataannya orang dipantai tidak terlalu merasa kesal
terhadap suhu. Yang paling dirasakan sebagai penyebab ketidak enakan
bukan pertama suhu udara, melainkan kelembaban. Selain itu kelembaban
dapat menimbulkan pembusukan pada kayu, pengkaratan logam ± logam.
Gambar: Diagram Psikometerik (sumber, Lippsmeier, 1994 ) Hamah Sagrim
317
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
d. Penggerakan Udara (air wave) Penggerakan udara terjadi disebabkan
oleh pemanasan lapisan ± lapisan yang berbeda ± beda. Angin yang
diinginkan, angin lokal, sepoi ± sepoi yang memperbaiki iklim makro,
angin yang memiliki gerakan kuat tidak diharapkan sehingga pemecahan
harus diberikan. Gerakan udara didekat permukaan tanah dapat bersifat
sangat berbahaya dengan gerakan di tempat yang tinggi. Semakin kasar
permukaan yang dilalui, semakin tebal lapisan udara. Arah angin sangat
menentukan orientasi bangunan. Di daerah lembab diperlukan sirkulasi
udara yang terus ± menerus. Di daerah tropika basah, dainding ± dinding
luas sebuah bangunan terbuka untuk sirkulasi udara lebih besar daripada
yang dibutuhkan untuk pencahayaan. Sedangkan perbandingan untuk
kecepatan angin, dan akibat serta pengaruh yang ditimbulkan pada manusia
di lingkungannya. Lihat tabl :
Hamah Sagrim
318
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Tabel: Perbandingan untuk Kecepatan Angin, dan Akibat serta Pengaruh
yang ditimbulkan pada Manusia di Lingkungannya Beufort No 0 1 Asap
berhembus vertical Arah angin tampak dari serabut lepas dari asap, belum
dari kepulan 2 Asap yang condong menuju arah angin. Angin terasa
diwajah, menimbulkan desiran, kepulan 3 asap condong Menuju arah angin. 4
5 Ranting ± ranting kecil dan dedaunan bergerak terus, angin bisa
meningkatkan kibaran bendera Angin menghamburkan debu dab kertas, Kurang
dari 1.5 Indikasi / Gejala Kecepatan (kmph)
menggerakkan gerakan dahan- dahan kecil 6 Angin menggoyangkan pepohonan
kecil, terjadi riak ± riak kecil ombak / gelombang 7 Bergoyangnya dahan
besar, timbulnya bunyi kabel telegraph bersinggungan akibat tertiup
angin, paying 8 9 terbuka sulit dikuasai Seluruh pepohonan bergoyang,
gangguan melawan angin dirasakan oleh pejalan kaki 10 Ranting pohon
patah, kepayahan pejalan kaki di jalan Pepohonan bertumbangan, timbulnya
kerusakan kecil 11 12 pada bangunan, genteng ± genteng bangunan mulai
beterbangan. Terjadinya kerusakan lebih parah pada konstruksi bangunan,
pohon ± pohon ambruk Terjadinya kerusakan/malapetaka yang lebih luas
Angin ribut / badai tofan
Hamah Sagrim
319
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Untuk bangunan di daratan yang berdataran tinggi, harus memperhatikan
sifat angin yang kadang ± kadang kencang dan hal ini perlu dihindari.
Jadi kecuali mempelajari cepat dan lembabnya gerakan angin di suatu
daerah, dan sangat perlu juga diketahui arah angin setempat. Untuk
daerah panas lembab, pola penataan bangunan teratur dalam bentuk grid
dengan pola jalan yang saling memotong tegak lurus, namun di wilayah
Maybrat Imian Sawiat menggunakan pola linear, yang mana penataan
bangunan mengikuti alor gunung, sungai dan pantai. e. Mendefinisikan
Kembali Arsitektur Tropis di Indonesia Salah satu alasan mengapa manusia
membuat bangunan adalah karena kondisi alam iklim tempat manusia berada
tidak selalu baik menunjang aktivitas yang dilakukannya. Aktivitas
manusia yang bervariasi memerlukan kondisi iklim sekitar tertentu yang
bervariasi pula. Untuk melangsungkan aktivitas kantor, misalnya,
diperlukan ruang dengan kondisi visual yang baik dengan intensitas
cahaya yang cukup; kondisi termis yang mendukung dengan suhu udara pada
rentang-nyaman tertentu; dan kondisi audial dengan intensitas gangguan
bunyi rendah yang tidak mengganggu pengguna bangunan. Karena cukup
banyak aktivitas manusia yang tidak dapat diselenggarakan akibat
ketidaksesuaian kondisi iklim luar, manusia membuat bangunan. Dengan
bangunan, diharapkan iklim luar yang tidak menunjang aktivitas manusia
dapat dimodifikasidiubah menjadi iklim dalam (bangunan) yang lebih
sesuai. Usaha manusia untuk mengubah kondisi iklim luar yang tidak
sesuai menjadi iklim dalam (bangunan) yang sesuai seringkali tidak
seluruhnya tercapai. Dalam banyak kasus, manusia di daerah tropis
seringkali gagal menciptakan kondisi termis yang nyaman di dalam
bangunan. Ketika berada di dalam bangunan, pengguna bangunan justru
seringkali merasakan udara ruang yang panas, sehingga kerap mereka lebih
memilihberada di luar bangunan. Pada saat arsitek melakukan tindakan
untuk menanggulangi persoalan iklim dalam bangunan yang dirancangnya, ia
secara benar mengartikan bahwa bangunan adalah alat untuk memodifikasi
iklim. Iklim luar yang tidak sesuai dengan tuntutan penyelenggaraan
aktivitas manusia dicoba untuk diubah menjadi iklim dalam (bangunan)
yang sesuai. Para arsitek yang kebetulan hidup, belajar dan berprofesi
di negara beriklim sub-tropis, secara sadar atau tidakatau karena aturan
membangun setempatkerap melakukan tindakan yang benar. Karya Hamah
Sagrim 320
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
arsitektur yang mereka rancang selalu didasari pertimbangan untuk
memecahkan permasalahan iklim setempat yang bersuhu rendah. Bangunan
dibuat dengan dinding rangkap yang tebal, dengan penambahan bahan
isolasi panas di antara kedua lapisan dinding sehingga panas di dalam
bangunan tidak mudah dirambatkan ke udara luar. Meskipun mereka
melakukan tindakan perancangan guna mengatasi iklim sub-tropis setempat,
karya mereka tidak pernah disebut sebagai karya arsitektur sub-tropis,
melainkan sebagai arsitektur Victorian, Georgian dan Tudor; sementara
sebagian karya yang lain diklasifikasikan sebagai arsitektur modern
(modern architecture), arsitektur pasca-modern (post-modern
architecture), arsitektur modern baru (new modern architecture),
arsitektur teknologi tinggi (high-tech architecture), dan arsitektur
dekon. Di sini terlihat bahwa arsitektur yang dirancang guna mengatasi
masalah iklim setempat tidak selalu diberi sebutan arsitektur iklim
tersebut, karena pemecahan problematik iklim merupakan suatu tuntutan
mendasar yang 'wajib' dipenuhi oleh suatu karya arsitektur di manapun
dia dibangun. Sebutan tertentu pada suatu karya arsitektur hanya
diberikan terhadap ciri tertentu karya tersebut yang kehadirannya 'tidak
wajib', serta yang kemudian memberi warna atau corak pada arsitektur
tersebut. Sebut saja arsitektur yang 'bersih' tanpa embelembel dekorasi,
yang bentuknya tercipta akibat fungsi (form follows function) disebut
arsitektur modern. Arsitektur dengan penyelesaian estetika tertentuyang
antara lain menyangkut bentuk, ritme dan aksentuasidiklasifikasikan
(terutama oleh Charles Jencks) ke dalam berbagai nama, seperti halnya
arsitektur pasca-modern, modern baru dan dekonstruksi. Semua karya
arsitektur tersebut tidak pernah diberi julukan 'arsitektur sub-tropis'
meskipun karya tersebut dirancang di daerah iklim sub-tropis guna
mengantisipasi masalah iklim tersebut. Kemudian mengapa muncul sebutan
arsitektur tropis? Seolah-olah jenis arsitektur ini sepadan dengan
julukan bagi arsitektur modern, modern baru dan dekonstruksi. Jenis yang
disebut belakangan lebih mengarah pada pemecahan estetika seperti
bentuk, ritme dan hirarki ruang. Sementara arsitektur tropis,
sebagaimana arsitektur sub-tropis, adalah karya arsitektur yang mencoba
memecahkan problematik iklim setempat. Bagaimana problematik iklim
tropis tersebut dipecahkan secara desain atau rancangan arsitektur?
Jawabannya dapat seribu satu macam. Seperti halnya yang terjadi pada
arsitektur sub-tropis, arsitek dapat menjawab dengan warna pasca-modern,
dekonstruksi ataupun HighHamah Sagrim 321
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Tech, sehingga pemahaman tentang arsitektur tropis yang selalu beratap
lebar ataupun berteras menjadi tidak mutlak lagi. Yang penting apakah
rancangan tersebut sanggup mengatasi problematik iklim tropishujan
deras, terik radiasi matahari, suhu udara yang relatif tinggi,
kelembapan yang tinggi (untuk tropis basah) ataupun kecepatan angin yang
relatif rendahsehingga manusia yang semula tidak nyaman berada di alam
terbuka, menjadi nyaman ketika berada di dalam bangunan tropis itu.
Bangunan dengan atap lebar mungkin hanya mampu mencegah air hujan untuk
tidak masuk bangunan, namun belum tentu mampu menurunkan suhu udara yang
tinggi dalam bangunan tanpa disertai pemecahan rancangan lain yang
tepat. Dengan pemahaman semacam ini, kemungkinan bentuk arsitektur
tropis, sebagaimana arsitektur sub-tropis, menjadi sangat terbuka. Ia
dapat bercorak atau berwarna apa saja sepanjang bangunan tersebut dapat
mengubah kondisi iklim luar yang tidak nyaman, menjadi kondisi yang
nyaman bagi manusia yang berada di dalam bangunan itu. Dengan pemahaman
semacam ini pula, kriteria arsitektur tropis tidak perlu lagi hanya
dilihat dari sekedar 'bentuk' atau estetika bangunan beserta
elemen-elemennya, namun lebih kepada kualitas fisik ruang yang ada di
dalamnya: suhu ruang rendah, kelembapan relatif tidak terlalu tinggi,
pencahayaan alam cukup, pergerakan udara (angin) memadai, terhindar dari
hujan, dan terhindar dari terik matahari. Penilaian terhadap baik atau
buruknya sebuah karya arsitektur tropis harus diukur secara kuantitatif
menurut kriteria-kriteria fluktuasi suhu ruang (dalam unit derajat
Celcius); fluktuasi kelembapan (dalam unit persen); intensitas cahaya
(dalam unit lux); aliran atau kecepatan udara (dalam unit meter per
detik); adakah air hujan masuk bangunan; serta adakah terik matahari
mengganggu penghuni dalam bangunan. Dalam bangunan yang dirancang
menurut kriteria seperti ini, pengguna bangunan dapat merasakan kondisi
yang lebih nyaman dibanding ketika mereka berada di alam luar. Penulis
menganggap bahwa definisi atau pemahaman tentang arsitektur tropis di
Indonesia hingga saat ini cenderung keliru. Arsitektur tropis sering
sekali dibicarakan, didiskusikan, diseminarkan dan diperdebatkan oleh
mereka yang memiliki keahlian dalam bidang sejarah atau teori
arsitektur. Arsitektur tropis seringkali dilihat dari konteks 'budaya'.
Padahal kata 'tropis' tidak ada kaitannya dengan budaya atau kebudayaan,
melainkan berkaitan dengan 'iklim'. Pembahasan arsitektur tropis harus
didekati dari aspek iklim. Mereka yang mendalami persoalan iklim dalam
arsitekturpersoalan yang cenderung dipelajari oleh Hamah Sagrim 322
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
disiplin ilmu sains bangunan (fisika bangunan)akan dapat memberikan
jawaban yang lebih tepat dan terukur secara kuantitatif. Mereka yang
dianggap ahli dalam bidang arsitektur tropisKoenigsberger, Givoni,
Kukreja, Sodha, Lippsmeier dan Nick Bakermemiliki spesialisasi keilmuan
yang berkaitan dengan sains bangunan, bukan ilmu sejarah atau teori
arsitektur. Kekeliruan pemahaman mengenai arsitektur tropis di Indonesia
nampaknya dapat dipahami, karena pengertian arsitektur tropis sering
dicampuradukkan dengan pengertian 'arsitektur tradisional' di Indonesia,
yang memang secara menonjol selalu dipecahkan secara tropis. Pada
masyarakat tradisional, iklim sebagai bagian dari alam begitu dihormati
bahkan dikeramatkan, sehingga pertimbangan iklim amat menonjol pada
karya arsitektur tersebut. Manusia Indonesia cenderung akan membayangkan
bentuk-bentuk arsitektur tradisional Indonesia ketika mendengar istilah
arsitektur tropis. Dengan bayangan iniyang sebetulnya tidak seluruhnya
benarpembicaraan mengenai arsitektur tropis akan selalu diawali. Dari
sini pula pemahaman mengenai arsitektur tropis lalu memiliki konteks
dengan budaya, yakni kebudayaan tradisional Indonesia. Hanya mereka yang
mendalami ilmu sejarah dan teori arsitektur yang mampu berbicara banyak
mengenai budaya dalam kaitannya dengan arsitektur, sementara arsitektur
tropis (basah) tidak hanya terdapat di Indonesia, akan tetapi di
seluruh negara yang beriklim tropis (basah) dengan budaya yang
berbeda-beda, sehingga pendekatan arsitektur tropis dari aspek budaya
menjadi tidak relevan. Dari uraian di atas, perlu ditekankan kembali
bahwa pemecahan rancangan arsitektur tropis (basah) pada akhirnya
sangatlah terbuka. Arsitektur tropis dapat berbentuk apa sajatidak harus
serupa dengan bentuk-bentuk arsitektur tradisional yang banyak dijumpai
di wilayah Indonesia, sepanjang rancangan bangunan tersebut mengarah
pada pemecahan persoalan yang ditimbulkan oleh iklim tropis seperti
terik matahari, suhu tinggi, hujan dan kelembapan tinggi.
c. Analisis Pengaruh Iklim Terhadap Kenyamanan Thermal Rumah Halit-Mbol
Chalit Bentuk arsitektur rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, yang
tercipta berdasarkan budaya appabolang ternyata juga tidak lepas dari
pertimbangan ± pertimbangan kondisi iklim lingkungannya. Untuk itu pada
bab analisisi ini dicoba untuk membuktikan bahwa rumah tinggal
Hamah Sagrim
323
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
suku Maybrat, Imian, Sawiat, yang tercipta dari hasil budaya Appabolang
mampu mengantisipasi iklim untuk mencapai kenyamanan thermal dalam
bangunannya, sebagai berikut: 1. Pengaruh Sinar Matahari Secara umum,
sinar matahari dapat memberikan pengaruh baik, karena cahaya matahari
dapat digunakan sebagai pencahayaan alami. Namun, sinar matahari
terutama sinar matahari langsung, mengandung panas yang dapat
mempengaruhi kenyamanan, untuk itu masuknya panas kedalam bangunan perlu
dihindari. Letak georafis Kabupaten Sorong Selatan pada daerah
khatulistiwa berada pada posisi 131° 42¹ 0´BT - 132° 58¹ 12´BT dan 0°
55¹ 22´ LS - 2° 17¹ 24´ LS. Kabupaten Sorong Selatan yang luasnya
sekitar 1.321.189,39 ha (berdasarkan peta). Berdasarkan diagram posisi
matahari (sunpath diagram), waktu riil Kabupaten Sorong Selatan pada
pukul 12.00 (waktu matahari) adalah pukul 12.6. jadi jumlah panas
maksimum yang diterima apabila matahari mencapai titik kulminasi yaitu
pukul 12.6 siang. Untuk rumah tinggal, sinar matahari langsung yang
dirasakan mengganggu adalah pukul 10.00 ± 15.00. berdasarkan sun-path
diagram sudut pembayangan untuk setiap rumah sampel dapat ditentukan.
Berdasarkan diagram matahari yang sesuai untuk lokasi penelitian ini
dipilih 6° selatan. Kedalaman pembayangan setiap fasade bangunan pada
jam 10.00 jam 13.00 dan jam 15.00 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel sudut jatuh matahari pada fasade bangunan rumah halit ± mbol
chalit
Tampak Tgl/bln Bangunan Utara Selatan 22 Juni Timur Barat Utara Selatan
22 Des Timur Barat SV 59¹ 58¹ 72¹ 60¹ 119¹ 56¹ 49¹ 49¹ Jam 10.00 AH AZ
TM SV 62¹ 78¹ 75¹ 78¹ Jam 13.00 SH 24¹ 67¹ 37¹ 53¹ 217¹ 70¹ 338¹ 60¹ AZ
TM SV 55¹ 45¹ 70¹ 48¹ Jam 15.00 SH 56¹ 34¹ 56¹ 25¹ 245¹ 46¹ 316¹ 40¹ AZ
TM
Sumber: Hasil analisis Peneliti
Hamah Sagrim
324
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Berdasarkan sudut matahari pada tabel diatas, maka kedalaman pembayangan
matahari pada fasade dapat diketahui dengan menggunakan formula dari
persamaan (1) seperti terlihat dalam tabel berikut:
Tabel: Kedalaman Pembayangan Matahari Pada Fasade Bangunan rumah Halit -
mbol Chalit
PEMBAYANGAN MATAHARI (M)
Tgl/ bln 1 Ut Sel Tim Bar Ut Sel Tim Bar 7.2 Max 0.78 Max Max 3.69 1.51
Max 2 1.6 Max 6.3 Max Max 3.3 5.78 Max 3 1.4 Max 1.3 Max Max 13.7 1.2
Max 4 1.8 Max 6.4 Max Max 3.69 5.9 Max 5 5.2 Max 1.48 Max Max 3.3 1.37
Max 6 1.8 Max 6.27 Max Max 3.69 5.78 Max 1 6.3 Max Max 5.6 Max 2.88 Max 4
2 1.4 Max Max 5 Max 2.59 Max 3.7 3 1.2 Max Max 4.48 Max 10.7 Max 3.3 4
1.5 Max Max 5.6 Max 2.88 Max 4 5 4.9 Max Max 0.99 Max 2.59 Max 3.7 6 1.5
Max Max 0.89 Max 2.88 Max 4 1 7.3 Max Max 0.79 Max 3.85 Max 1 2 1.6 Max
Max 0.99 Max 3.47 Max 0.9 3 1.4 Max Max 0.79 Max 14.2 Max 0.8 4 1.8 Max
Max 0.99 Max 3.85 Max 1 5 5.3 Max Max 0.89 Max 3.47 Max 0.9 6 1.8 Max
Max 0.99 Max 3.85 Max 1 Tpk Bgn Jam 10.00 Jam 13.00 Jam 15.00
22 Juni
22 Des
Sumber: Hasil analisis Peneliti
Dari Tabel hasil analisis tersebut, maka dapat dikatakan bahwa untuk
rumah halit-mbol chalit pada bulan Juni dan desember Jam 10.00, dinding
dengan bukaan kaca disisi timur masih terkena sianr matahari langsung.
Untuk itu masih membutuhkan pematah sinar matahari sepanjang 1,4 ± 1,7
m. Begitu pula pada sisi barat Jam 13.00 dan 15.00 masih membutuhkan
pematah sinar matahari sepanjang 1,2 ± 1,5 m. Sedangkan yang lainnya
pada bulan Desember disisi timur jam 10.00, sisi barat Jam 13.00 dan jam
15.00, serta sisi selatan pada bulan Desember Jam 13.00 dan jam 15.00
masih membutuhkan pematah sinar matahari sepanjang masing-masing 1,4 ±
1,8 m, 1,5 -2 m dan 1,2 ± 1,5 m. Sedangkan pada bagian rumah yang lain,
pada bulan Juni jam 15.00 sisi utara dan pada bulan Juni dan Desember
sisi barat Jam 13.00 dan 15.00, masing-masing membutuhkan pematah sinar
matahari sepanjang 1,3 ± 1,5 m dan 1,5 ± 2 m. Bagian rumah yang lain,
pada bulan Juni dan Desember sisi selatan jam 10.00, 13.00, dan 15.00
masing-masing membutuhkan pematah sinar matahari sepanjang 1,5 ± 1,7 m,
1,5 ± 1,8 m, dan 1,3 ± 1,5 m. Hamah Sagrim 325
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Sedangkan untuk sisi rumah yang lain, pada bulan Desember sisi selatan
jam 10.00, bulan Juni sisi utara jam 10.00 dan bulan Juni dan Desember
sisi barat Jam 13.00, jam 15.00, masingmasing membutuhkan pematah sinar
matahari sepanjang 1,2 ± 1,5 m, 1,2 ± 1,4 m, dan 1,5 ± 1,7 m. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Kebutuhan Panjang Pematah Sinar Matahari (sumber, data anlisis peneliti)
Pnjng pemathn Rumah Fasade bangunan Bpk, Moses St. Bilbroun Ibu
Balandina Timur Barat Utara Selatan Timur Barat Utara Bpk, Harun Utara
Barat Timur 15.00 13.00 , 15.00 10.00 10.00 13.00 , 15.00 10.00 , 13.00
15.00 10.00 13.00 , 15.00 Des Juni Juni & Des Juni & Des Juni
Des Juni & Des Jam Bulan Sinar matahari Yg dibutuhkan 1.4m ± 1.7m
1.4m ± 1.8m 1.2m ± 1.5m 1.2m ± 1.3m 1.4m ± 1.8m 1.5m ± 2m 1.2m ± 1.5m
1.3m ± 1.5m 1.5m ± 2m 1.5m ± 1.7m 1.5m ± 1.8m Bpk, Yafet Barat Selatan
Selatan Bpk, Yefta Utara Barat 13.00 , 15.00 Juni & Des 1.5m ± 1.7m
13.00 , 15.00 10.00 , 13.00, 15.00 10.00 Juni Des 1.3m ± 1.5m 1.2m ±
1.5m 1.2m ± 1.4m
Sumber: Hasil Analisisi Peneliti
d. Hubungan Bentuk Arsitektur Rumah Tinggal dengan Kenyamanan Thermal.
Hamah Sagrim 326
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Iklim tropis lembab adalah jenis iklim yang sangat sulit ditangani untuk
mendapatkan tingkat rsponsibilitas yang maksimal. Tanpa pengkondisian
udara buatan, jelas sulit untuk mencapai kondisi internal yang nyaman
untuk dihuni (Szokoli 1981). Segala bentuk pendinginan pasif sulit untuk
dirancang secara arsitektur, hal ini disebabkan kondisi iklim yang
unik. Kelembaban radiasi inframerah. Demikian pula suhu udara malam hari
yang tidak terlalu rendah tidak mungkin untuk memanfaatkan pendinginan
secara konveksi. Kenyamanan hanya dapat dicapai apabila pada suatu
kondisi udara tertentu, hanya dapat dicapai apabila terdapat suatu
kecepatan angin tertentu yang mampu menghasilkan proses evaporasi tubuh
yang seimbang, dengan kata lain eksistensi angin dalam hal ini
diperlukan terutamauntuk perancangan ruang luar. Dalam rangkaian tatanan
ruang berhubungan erat dengan elemen rumah seperti: atap, dinding,
lantai dan sebagainya. Dari uraian ini maka dapat dikatakan bahwa rumah
tinggal (bangunan) beserta elemen ± elemen pembentukan dan tatanan
lingkungannya memberikan sumbangan terhadap kenyamanan didalam bangunan.
Berikut uraiannya : a. Faktor Pembentukan dan Elemen Bangunan Bentuk
dan elemen bangunan merupakan factor penting yang perlu dipertimbangkan
untuk mencapai kenyamanan thermal dalam bangunan. Bentuk bangunan yang
tepat adalah bentuk yang mampu memanfaatkan cahaya matahari untuk
pencahayaan alam dan menghindari panas yang timbul. Bentuk tersebut bisa
juga berpengaruh pada jalannya angin untuk mendapatkan pergantian udara
yang diperlukan. Bentuk dan elemen ± elemen bangunan yang dimaksudkan
meliputi : Bentuk dan denah, atap dan dinding, overstek, serta material
dan warna. 1) Bentuk dan Denah bentuk bangunan yang tepat adalah bentuk
bangunan yang mampu mendapatkan matahari pagi dengan menghindari panas
pada siang hari. Bentuk tersebut bisa juga berpengaruh pada jalannya
angin untuk mendapatkan pergantian udara yang diperlukan. Sehubungan
dengan pergantian udara didalam ruang, maka didalam ruang tersebut harus
diperbarui, misalnya untuk ruang yang bervolume 5 m /orang, bahwa udara
dapat diganti sebanyak 15 m /orang/jam. Bila volume kurang dari itu,
maka pergantian udara harus lebih cepat lagi yaitu 25 m /orang/jam. Pada
dasarnya bentuk Arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat
berdenah membentuk Empat Persegi. Hamah Sagrim 327
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
2) Bukaan Tidak dapat disangkal lagi didalam usaha untuk menghasilkan
suatu perencanaan yang baik, bukan saja luas dan sisi dari ruangan yang
harus mendapat perhatian, tetapi juga penempatan serta ukuran yang tepat
dari bukaan ± bukaan (Pintu, Jendela dan lubang ventilasi) perlu
mendapat kajian yang teliti, demi tercapainya kenyamanan. Ukuran dari
bukaan lebih tergantung pada pertimbangan keampuan menerima sinar
matahari, dan kemudian memeriksa daripada pertimbangan temperature. Dari
sisi menerima sinar matahari paling sedikitnya bukaan. Penempatan
bukaan juga dibuat pada sisi paling mudah untuk memeriksa. Untuk
ventilasi dari penerangan alami, dalam banyak kasus, suatu jendela
berupa 20% luasan dinding telah mencukupi. Jika kelebihan panas terjadi,
ventilasi silang perlu diberikan, tetapi pada beberapa bagian waktu,
hal itu turut menyumbang pada perasaan dinding yang tak nyaman sehingga
perlu disiapkan penutup bukaan ± bukaan, jendela dan pintu. Disisi lain,
jika tida ada angin yang kuat yang perlu dihindari, maka orientasi
bukaan tidak memperhatikan perlunya angin langsung, sehingga perolehan
panas matahari menjadi satu ± satunya factor dalam pengaturan orientasi
jendela.
3) Atap dan Dinding Atap dan dinding pada bangunan adalah bagian ±
bagian yang paling banyak menerima radiasi matahari secara langsung.
Radiasi tersebut melalui proses refleksi dan atau transmisi yang
dihantarkan masuk kedalam ruangan. Atap sampai sejauh ini merupakan
elemen yang sangat penting, karena menerima tadiasi terbesar. Hal ini
disebabkan kedudukannya yang langsung menghadap matahari, untuk itu
perlu adanya usaha penyekatan untuk mengurangi pengaruh matahari
terhadap ruang dibawahnya. Bangunan selain berfungsi sebagai pelindung
terhadap panas dan sinar matahari, juga terhadap hujan yaitu terhadap
kebasahan / kelembabannya dan hempasannya. Atap berfungsi sama dengan
dinding. Dinding bangunan harus menghadapi alam luar dan ruang dalam.
Untuk menghadapi alam luar, dinding harus menjadi pelindung terhadap
radiasi matahari, isolasi/penghalang kalor dari luar, pelindung terhadap
hempasan hujan dan kelembaban dari luar, serta pelindung terhadap arus
angin luar. Terhadap ruang dalam, dinding harus
Hamah Sagrim
328
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
senangtiasa memelihara suhu yang diminta dalam ruang, pengatur derajat
kelembaban dalam ruangan, dan mengatur ventilasi didalam ruangan.
Terhadap kenyamanan bangunan yang berkesinambungan/menerus ada beberapa
cara yang dilakukan untuk mengurangi besarnya pengaruh radiasi terhadap
bangunan, yaitu dengan cara pembayangan atap dan didalam ruangan,
kerapatan dinding harus diatur agar tetap memiliki bagian ± bagian yang
berhubungan sebagai ventilasi alami.
4) Overstek / Pelindung Pada daerah dengan iklim panas ± lembab,
overstek ± overstek yang lebar dan serambi yang luas sangat dibutuhkan
untuk menahan silau langit, melindungi dari hujan dan juga memberi
bayangan peneduh. Penahan matahari dan kisi ± kisi digunakan untuk
melindungi bukan ± bukan selama periode kemarau, dan juga memberi
keuntungan pada musim hujan, yaitu dapat melindungi dari hempasan air
hujan. System pemayungan atau penyaringan merupakan cara yang cukup
bermanfaat untuk mencapai kenikmatan terhadap sengatan dan silau
matahari. Pemayungan atau penyaringan sinar matahari selain bermaksud
mengurangi atau memperlunak sengatan dan silau, sekaligus juga
mengurangi kalor yang terpantul dari benda atau bidang ± bidang halaman.
Penggunaan overstek atau elemen ± elemen pematah sinar matahari harus
deperhitungkan terhadap arus ventilasi. Jika sesuatu bangunan akan
memanfaatkan semaksimal mungkin maka potensi alami elemen fisiknya harus
dipilih sedemikian rupa sehingga cocok sebagai alat pelindung matahari
tetapi sekaligus tetap untuk system ventilasinya.
5) Material dan Warna Material dan warna juga merupakan salah satu
unsure yang mempengaruhi panas dalam bangunan. Warna dapat mempengaruhi
terhadap jumlah panas yang berpengaruh terhadap suhu udara dalam
bangunan. Pemilihan warna, struktur dan material/bahan bangunan harus
benar ± benar dikombinasikan dengan cermat. Permukaan air / kulit
bangunan yang reflektif dapat digunakan sepenuhnya untuk mengurangi
beban panas. Warna putih atau permukaan terang sangat menguntungkan
untuk bangunan yang dihuni sepanjang siang hari. Dalam kasus bangunan
digunakan sepanjang hari, akan lebih baik kalau panas matahari bisa
disimpang untuk malam hari. Namun hal ini Hamah Sagrim 329
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
kurang tepat untuk daerah tropis di dataran rendah. Pada malam hari
temperature menjadi rendah tetapi kelembabannya tinggi. Karena itu bahan
terang yang lebih memantulkan panas bisa lebih cocok. Nilai ± nilai
pemantulan dan penyerapan cahaya untuk berbagai bahan dan jenis
permukaan tidak hanya penting berhubungan dengan kesilauan, tetapi juga
merupakan data ± data yang sangat penting untuk penggunaan bahan
bangunan yang tepat. Berikut lihat tabl nilai ± nilai pemantulan dan
penyerapan berbagai bahan jenis permukaan sebagai berikut :
Hamah Sagrim
330
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Tabel Nilai ± nilai Pemantulan dan Penyerapan Berbagai Bahan Jenis
Permukaan
Bahan Aluminium
Kondisi Permukaan Dipoles Foil Dioksida Perunggu Aluminium Kuning Abu ±
abu muda Hijau muda Merah muda Hitam Putih, berkilat Putih kapas Baru
putih Slate Lama
% Penyerapan 10 ± 30 35 ± 40 40 ± 65 50 ± 55 25 ± 55 50 70 ± 80 50 ± 60
65 ± 75 85 ± 95 20 ± 30 10 ± 20 40 ± 60 60 ± 95 70 ± 85 85 ± 95 60 - 70
60 ± 75 70 ± 85 80 40 ± 60 85 25 ± 30 65 40 ± 50 40 70 ± 90 75 ± 90 80 ±
85 90 ± 95 90 ± 95 60 ± 75
% Pemantulan 90 ± 70 65 ± 60 60 ± 36 50 ± 45 75 ± 45 50 30 ± 20 50 ± 40
35 ± 25 15 ± 5 80 ± 70 90 ± 80 60 ± 40 20 ± 5 30 ± 15 15 ± 5 40 ± 30 40 ±
35 30 -15 20 60 ± 40 15 73 ± 70 35 60 ± 50 60 30 ± 10 25 ± 10 20 ± 15
10 ± 5 10 ± 5 40 ± 25
Cat
Semen Asbes
Aspal / bitmen left Beton Genteng Merah Tanah lading Rumput Pinus atau
baru Kayu Kayu keras Kaleng Tembaga Marmer Pasir putih Baru Pudar Putih
Perak
Slate abu ± abu Batu±batu karang Danau atau Laut Pudar Air Bata merah
Sumber: Hasil Analisa Bahan Teknik Arsitektur
Hamah Sagrim
331
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
b. Kriteria Perancangan Kenyamanan Thermal Bangunan Dalam bangunan rumah
tinggal, yang dikehendaki adalah pendayagunaan alam natural untuk
proses pendinginan, maka salah satu cara mengurangi dampak panas ini
adalah dengan cara memberikan system control pada bangunan. System
kontrol dengan pendekatan semacam ini disebut sebagai system pendinginan
pasif. Pada dasarnya control thermal di dalam bangunan dilakukan dengan
pendekatan perancangan arsitektur yang beradaptasi optimal terhadap
kondisi alam. Penempatan bangunan dan konstruksi serta pemilihan bahan
yang sesuai, maka temperatur ruangan dapat diturunkan beberapa derajat
tanpa peralatan mekanis. Perbedaan temperature yang kecil saja terhadap
temperature luar atau gerakan udara labatpun suda dapat menciptakan
perasaan nyaman bagi manusia yang sedang berada di dalam ruang. Telaah
kenyamanan thermal bangunan tidak bisa berdiri sendiri pada suhu udara,
namun harus bersama dengan aspek iklim yang lain, yaitu kelembaban
relative, radiasi, matahari dan kecepatan angin yang ada. Proses
perancangan yang dapat mempengaruhi iklim interior adalah : y y y y y y
Orientasi bangunan Ventilasi Pelindung matahari Pelembaban udara
(tindakan pengurangan) Pengisolasian panas Vegetasi
Hal ini memang bahwa perancangan dengan tujuan mencapai tingkat
kenyamanan thermal optimal dalam ruang bisa ditinjau dengan
memperhatikan variabel ± variabel rancangan : Orientasi
bangunan Luas ruang / kebutuhan ruang Tinggi laingit ± langit / system
penghawaan Luas bukaan / system penghawaan Tipe insulasi pada atap dan
dinding Kemampuan isulasi atap dan dinding (material dan faktor
refleksi) System pembayangan radiasi matahari Kemampuan serap panas atap
dan dinding
Pada perancangan thermal terdapat tiga aspek utama yang menjadi inti
permasalahan yaitu : Hamah Sagrim 332
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
y
Iklim, (aspek panas dan terang matahari, aspek keberadaan dan kecepatan
angin dan aspek curah hujan)
y y
Kondisi dalam ruang, yang sesuai untuk aktivitas pemakai. Bangunan, yang
berlaku sebagai filter sekaligus modife.
Dalam skala lingkungan yang lebih besar, lingkungan luar membentuk
kondisi makro yang bisa berupa kondisi geometi, kepadatan bangunan,
serta kondisi permukaan pada lokasi bersangkutan.
Gambar: diagram pembetukan kondisi makro pada permukaan lokasi
Kondisi alam/makro Kontrol iklim mikro/lingkungan Kontrol structural
bangunan Variabel iklim Kontrol mekanis
Sumber: Hasil analisis Peneliti
Akhir dalam perancangan thermal ini adalah kondisi dalam ruang yang
langsung berhubungan dengan manusia. Akhirnya bahwa bangunan harus
berubah, sistem lingkungan diluar menjadi suatu lingkungn didalam yang
sesuai untuk habitasi manusia.
e. Analisis Lokasi dan Sistem Tatanan Lingkungan. 1. Lokasi Lokasi
adalah salah satu faktor yang harus dipertimbangkan untuk mendirikan
bangunan, khususnya bila ditinjau dari sisi kelembaban. Misalnya, daeraj
lembah pada pagi hari penuh dengan kabut yang mengandung kelembaban dan
begitu pula pada pembangunan rumah diatas sungai atau rawa ± rawa.
Khususnya yang tinggal didaerah pantai harus diingat, bahwa angin laut
selain membawa kelembaban, juga mengandung kadar garam yang tinggi
sehingga dapat merusak bahan dari logam dan besi.
Hamah Sagrim
333
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Dari sisi temperature, bidang daratan menjadi panas duakali lebih cepat
daripada bidang air dengan luas yang sama. Bidang air kehilangan
sebagaian energi panasnya karena penguapan, temperature udara sebagian
besar ditentukan oleh sentuhan udara dengan permukaan tanah, maka
temperature yang tinggi selalu berhubungan dengan permukaan tanah, maka
temperature yang tinggi selalu berhubungan dengan kelembaban udara yang
rendah, dan temperature yang sedang dengan kelembaban yang tinggi.
Akhirnya menjadi suatu gejala bahwa pada garislintang yang sama dan
waktu musim panas yang sama, temperature terrendah terjadi diatas
permukaan air dan temperature tertinggi diatas bentuk didalam musim
dingin terjadi kebalikan.
2. Kepadatan Bangunan Kepadatan bangunan adalah jarak antara bangunan
disuatu area yang akan membentuk temperature lingkungan. Area dengan
kepadatan tinggi secara umum akan memiliki temperatur lebih tinggi
daripada area yang kurang padat. Meskipun hal ini juga harus
memperhatikan kondisi lainnya seperti ; kecepatan angin, jenis dan
kerapatan vegetasi, ketinggian dan laut serta posisinya terhadap garis
edar matahari.
3. Geometri Tatanan Bentuk dan keteraturan tatanan lingkungan akan
banyak berpengaruh pada kecepatan angin. Dengan semakin banyak belokan ±
belokan maka kecepatan ini dapat dipertimbangkan apakah angin
diperlukan untuk menghembus lebih kuat ataukah sebaliknya angina harus
dikurangi kecepatannya.
f. Analisis Pengaruh Iklim Terhadap Kenyamanan Thermal Rumah hunian
halit - Mbol chalit Bentuk Arsitektur tradisional suku Maybrat Imian
Sawiat yang tercipta berdasarkan budaya appabolang ternyata juga tidak
lepas dari pertimbangan ± pertimbangan kondisi iklim lingkungannya.
Untuk itu pada bait analisa ini dicoba untuk membuktikan bahwa rumah
tinggal suku Maybrat Imian sawiat yang tercipta dari hasil budaya
appabolang, mampu mengantispasi iklim untuk mencapai kenyamanan thermal
dalam bangunannya.
Hamah Sagrim
334
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
a. Pengaruh Sinar Matahari Secara umum sinar matahari dapat memberikan
pengaruh baik, karena cahaya dapat digunakan sebagai pencahayaan alami.
Namun sinar matahari terutama sinar matahari langsung mengandung panas
yang dapat mempengaruhi kenyamanan, untuk itu masuknya panas kedalam
bangunan perlu dihindari. Letak geografis wilayah Maybrat, Imian,
Sawiat, Kabupaten Sorong Selatan pada daerah Khatulistiwa berada pada
pisisi 131° 42¹ 0´ BT - 132° 58¹ 12´ BT dan 0° 55¹ 12´ LS - 2° 17¹ 24´
LS. Berdasarkan posisi matahari (sun-path diagram), waktu riil Kabupaten
Sorong Selatan Pada pukul 12.00 (waktu matahari) adalah pukul 13.14.
jadi jumlah panas maksimum yang diterima apabila matahari mencapai titik
Kulminasi yaitu pukul 13.14. siang. Untuk rumah tinggal, sinar matahari
langsung yang dirasakan mengganggu adalah pukul 10.00 ± 15.00.
berdasarkan sun-path diagram sudut pembayangan untuk setiap rumah di
wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, dapat ditemukan. Berdasrkan diagram
matahari yang sesuai untuk lokasi ini dipilih dari 6° selatan. Kedalam
pembayangan setiap fasade bangunan pada jam 10.00 jam 13.00 dan jam
15.00 dapat dilihat pada table:
Tabel : Sudut Jatuh Matahari Pada Fasade Rumah tradisional Maybrat Imian
Sawiat (sumber, data analisis peneliti) Tampak Banguna n Utara Selatan
22 Jan Timur Barat Utara Selatan 22 Des Timur Barat 60¹ 28¹ Jam 10.00 SV
59¹ 58¹ 72¹ SH 47¹ 43¹ 61¹ 119¹ 56¹ 78¹ 53¹ 46¹ 49¹ AZ T M Jam 13.00 SV
62¹ 78¹ 75¹ SH 24¹ 67¹ 37¹ 217¹ 70¹ 48¹ 25¹ 338¹ 60¹ AZ T M Jam 15.00
SV 55¹ 45¹ 70¹ SH 56¹ 34¹ 66¹ 217¹ 46¹ 316¹ 40¹ AZ T M
Tgl/bl n
b. Pemanfaatan Cahaya Matahari Hamah Sagrim 335
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Pemanfaatan cahaya matahari untuk pencahayaan alami pada tiap rumah
tradisional Maybrat, dapat dikatakan hamper seluruhnya berfungsi dengan
baik karena ruang yang memiliki kedalaman dalam ukuran tertentu. Dari
lubang bukaan dan lubang kisi ± kisi yang mana memberi celah pada
pemasangan didnding. c. Pengaruh temperatur Udara Temperature udara pada
rumah tinggal suku Maybrat Imian Sawiat erat hubungannya dengan
pengaruh radiasi panas matahari dan asap api yang menimpa dalam rumah.
Pada permukaan hunian Suku Maybrat Imian Sawiat umumnya merupakan bidang
air dan daratan sehingga pada bidang air temperaturnya berkisar dari
temperatur sedang ke temperature rendah dan dengan kelembaban yang
tinggi. Hal ini berbeda dengan di daratan, yang mana temperature dari
tinggi dan kelembaban udara rendah. Hal ini disebabkan karena bidang
daratan lebih panas duakali lebih cepat daripada bidang air pada luas
yang sama. Dan bidang air kehilagan sebagai energi panasnya karena
penguapan. Temperatur udara dalam sehari rumah Maybrat Imian Sawiat juga
dipengaruhi oleh kepulan asap hasil pembakaran api dalam rumah. Namun
dalam pengukuran kenyamanan kepulan asap yang keluar merupakan salah
satu hasil energi panas yang menetralisir temperatur udara dalam rumah
yang sangat lembab di banding kalau tanpa membakar api, yang mana
kenyamanan dalam rumah sangat terasa lembab (dingin) terhitung pada
waktu jam 19.00 ± 07.00 pagi. Pada analisa ini menunjukan temperatur
ruang luar (Isit--teras) pada siang hari rara ± rata lebih rendah
daripada temperatur ruang dalam (samu mato), namun perbedaan rentang
temperaturenya kecil. Hal ini disebabkan karena material didnding yang
digunakan adalah Kulit kayu, papan Kayu, Gaba ± gaba yang dipasang
secara porus (bercekah), sehingga suhu dingin atau panas serta kepulan
asap akibat pembuangan dapat dengan mudah masuk keluar dalam rumah. Dari
nilai rentang temperature sepanjang hari, hanya pada jam 8.00 pagi dan
16.00 sore yang menunjukkan keadaan sebaliknya. Karena pada jam ± jam
ini sudut matahari mengecil (Ayio Hawer) sehingga bayangan yang terjadi
merupakan bayangan pendek mengakibatkan ruang dalam menerima sinar
matahari langsung. yang
d. Pengaruh Hujan dan Kelembaban Curah hujan di kabupaten Sorong Selatan
relative terjadi tiap tahun dan hujan yang terjadi di kabupaten sorong
selatan adalah jenis hujan orograsif. Hamah Sagrim 336
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Pengaruh hujan sangat berkaitan dengan elemen atap pada bangunan, atap
merupakan bagian penting suatu bangunan People have lived without walls
but never without roofs, manusia ditakdirkan sebagai makhluk yang
memerlukan perlindungan dan bentuk perlindungan awal adalah atap. Atap
merupakan elemen bangunan yang paling banyak menerima radiasi matahari.
Jadi dapat dikatakan bahwa iklim merupakan factor yang mempengaruhi
sudut kemiringan atap dalam perancangan tipe arsitekturnya. Untuk
mengurangi kondisi yang tidak nyaman akibat kelembaban yang terlalu
tinggi, dapat diatasi dengan adanya pembuatan tungku api dalam ruang dan
memberi gerakan udara melalui cros ventilasi dan tatanan massa yang
membantu mengarahkan jalannya angin, yang mana sebagai pengarah
keluarnya kepulan asap melalui cros ventilation dan lubang ± lubang
dalam tatanan massa bangunan. Usaha yang dilakukan oleh Suku Maybrat
Imian Sawiat untuk mengurangi kelebaban dan mencegah kepulan asap yang
mana merupakan sat yang mempengaruhi paru ± paru pernapasan, maka yang
pertama diperhatikan adalah ventilasi yang berfungsi mengarahkan angin
kedalam ruang dan tungku api, yang berfungsi sebagaui tempat pembakaran
kayu yang bisa memberi kehangatan pada malam hari yang terasa dingin
akibat kelembaban. Walau tidak disadari akan adanya tungku api pada
mulanya, yang mana mungkin dipikir hanya sebagai tempat memasak, namun
bermanfaat untuk mengusir kedinginan dan kelembaban yaitu dengan
membakar api.
e. Kenyamanan Thermal Rumah Hunian Suku Maybrat Imian Sawiat. Kenyamanan
thermal yang dirasakan oleh penghuni rumah tradisional Maybrat Imian
Sawiat, dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu : temperature Udara,
Kelembaban Udara, kecepatan aliran udara, pengapan asap api, dan radiasi
panas. Disamping itu aktivitas yang dilakukan, segala jenis simpanan
dan pakain yang dikenakan juga akan berpengaruh. Kondisi udara didalam
bangunan dikatakan nyaman (thermal), jika penghuni merasa tidak panas
dan tidak dingin, kondisi udara yang dirasakan nyaman mempunyai
kombinasi harga ± harga tertentu dari temperature, kelembaban dan
kecepatan aliran udara.
C.2. Nilai Bangunan Arsitektur Nmaybrat Imian Sawiat Nilai ± nilai yang
termuat dalam bangunan rumah tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat,
sangat berfariasi, yang mana di bedakan atas dua jenis utama yaitu nilai
± nilai yang Hamah Sagrim 337
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
terkandung dalam bangunan rumah hunian prolog dan nilai ± nilai sakral
yang termuat dalam bangunan sekolah tradisional / bangunan gereja
tradisional (k¶win ± mbol wofle) sebagai pembanding. 1. Nilai Rumah
Hunian Telah diungkapkan pada bab sebelumnya bahwa bentuk bangunan rumah
hunian Suku Maybrat, Imian, Sawiat, memiliki satu ruang serbaguna dan
teras, maka dapat disimpulkan bahwa rumah hunian Masyarakat Maybrat,
Imian, Sawiat, merupakan bangunan rumah hunian yang sederhana, namun
memuat beberapa nilai tertentu sebagai mana terurai brikut: a. Keakraban
Dilihat dari pembagian fungsi ruangnya maka dapat dikatakan bahwa
manusia Maybrat Imian dan Sawiat memiliki ikatan emosional keluarga yang
sangat akrab, yang mana menonjol dalam fungsi ruang. Dikatakan rumah
hunian tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat terlihat sangat akrab
karena segala sesuatu yang dilakukan dalam rumah hunian tidak
tersembunyi / terpisahkan, seperti untuk salah satu keluarga melakukan
aktifitas yang menyangkut kekeluargaan pribadi harus dalam ruang
keluarga yang tidak boleh diketahui orang lain, atau makan di ruang
makan, tidur di ruang tidur, masak di ruang dapur, menerima tamu di
ruang tamu. Rumah hunian tradisional suku Maybrat Imian Sawiat memiliki
teras dan satu ruang yang multi fungsi, yang mana difungsikan sebagai
ruang untuk menerima tamu, ruang makan, ruang bermain anak, ruang
keluarga, ruang masak, ruang tidur bahkan ruang yang digunakan untuk
melakukan berbagai aktifitas yang berkaitan dengan kebutuhan penghuni.
Pembinaan akan keakraban yang diikatkan pada rumah hunian tradisional
tersebut tidak hanya terbatas dalam ruangan rumah belaka, namun
kebiasaan tersebut dapat terbawa dalam tali pergaulan hari-hari mereka.
Yang mana seperti seseorang yang pernah datang baik itu sekedar
berkunjung sebagai sahabat ataupun sebagai seorang famili/ikatan
keluarga dekat, akan tetap dianggap sebagai saudara/i. hal itu akan
terasa dan tetap terbawa dalam
keberlangsungan pergaulan mereka, karena misalnya ketika seorang sahabat
yang dikenal dalam kesulitan dan hendak meminta pertolongan ataupun
perlindungan pasti akan diberi perlindungan dan pertolongan sesuai
dengan kemampuan mereka. Hingga kini masyarakat Suku Maybrat Imian
Sawiat sangat menjujung tinggi persaudaraan tersebut, baik yang di
bangun dari turun temurun (old familiars) bahkan Hamah Sagrim 338
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
pergaulan baru (new familiars). Untuk ikatan turun temurun old familiars
diperhitungkan dari keturunan keluarga, yaitu diperhitungkan dari
keturunan ayah kandung dan ibu kandung, misalkan keturunan dari ayah:
Ibu dari ayah (marga karet) mempunyai berapa saudara/i, berapa anak yang
di lahirkan oleh masing ± masing saudara/I ibu dari ayah tersebut,
siapa saja suami/istri mereka dan apa marga dari masing ± masing
suami/istri mereka, berapa saudara/I mereka, dan marga apa, siapa nama
ayah dan ibu dari suami/istri mereka, apa marga mereka dan seterusnya,
begitupula dari silsilah seorang ibu kandung. Bukan hanya ikatan
tersebut sebatas mengenal sebagai saudara atau family, namun sebagai
ikatan emosional yang mana mampu menghimpun pergaulan mereka dalam
menanggulangi segala persoalan yang dihadapi dalam ikatan keluarga
mereka. Misalkan anak dari marga Sagrim bertunangan dengan anak dari
Marga Nauw, maka mereka yang ikut serta dalam pembayaran harta adalah
mereka yang memiliki struktur keturunan dari ayah ibu dari anak laki ±
laki (Sagrim) yang diperhitungkan mulai dari turun temurun seorang ayah
dan ibu kandung hingga moyang mereka akan ikut serta mengambil bagian
dalam pembayaran harta/minang tersebut. Begitupula dari pihak perempuan
yang dipinangi. Tidak hanya sebatas pergaulan familiar internal di
wilayah maybrat imian sawiat saja, namun pergaulan tersebut dijadikan
sebagai salah satu system pergaulan moderen yang mana kini diterapkan
dalam system birokrasi dan relasi kerja mereka. Hal tersebut terlihat
begitu kental dalam system birokrasi dan relasi kerja, bisa dikatakan
system keluarga, kerabat dan teman. b. Sederhana Dilihat dari bentuknya,
maka arsitektur rumah hunian suku Maybrat Imian Sawiat merupakan
bangunan arsitektur hunian yang sederhana, namun memiliki nilai dan
norma yang sangat tinggi. Arsitektur hunian Suku Maybrat Imian Sawiat
merupakan bangunan sederhana yang mana terlihat tidak begitu rumit dalam
proses membangun. Suatu bangunan dikatakan rumit karena memiliki ukiran
dan motif yang berfariatif, yang mana menjadi sorotan dalam
pembentukkan estetika bangunan. Disadari bahwa arsitektur rumah hunian
suku Maybrat Imian sawiat tidak begitu memuat ukiran atau ornament ±
ornament tertentu, namun memiliki fungsi dan nilai tersendiri. Hal
Hamah Sagrim
339
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
inilah yang membedakan antara arsitektur hunian maybrat imian sawiat
dengan arsitektur lainnya. Kesederhanaan arsitektur rumah hunian suku
Maybrat Imian Sawiat tidak hanya dilihat pada wajahnya saja, namun dari
pembagian ruangnya yang mana terdiri dari teras dan ruang serbaguna,
tidak seperti bangunan hunian moderen yang memiliki ruang tamu, ruang
tidur, dapur serta teras. Walau begitu sederhana, namun dalam ungkapan
pemiliknya bahwa rumah hinian tersebut memberikan kenyamanan kepada
mereka dalam mempertahankan hidup mereka hingga turun ± temurun saat
ini. Disimpulkan bahwa arsitektur hunian Suku Maybrat Imian Sawiat
dibangun hanya
memperhatikan fungsinya tanpa memperhatikan ke-Estetikaan, sehingga
terlihat begitu sederhana dalam meramu nilai ± nilai arsitektural yang
dikandungnya. c. Terbuka Untuk bangunan rumah hunian orang maybrat imian
sawiat umumnya tidak tersembunyi seperti rumah persembunyian (benteng
pertahanan-- snek) dan rumah sekolah/rumah gereja (kwin ± bol wofle).
Secara dekat, bangunan rumah hunian orang maybrat imian sawiat
memberikan kesan akrab dan terbuka. Hal ini terlihat pada penataan
bentuk bangunan yang terlihat polos dengan pembagian ruang yang
multifungsi sehingga terkesan akan segala sesuatu yang dilakukan tidak
tersembunyi (transparan) atau terbuka untuk dilihat orang sekitar dalam
rumah. 2. Nilai Rumah Suci / Rumah Sekolah k¶wiyon-mbol wofle Pada
umumnya bangunan rumah hunian orang Maybrat Imian Sawiat tampak
sederhana, terbuka, dan memiliki satu ruang yang multi fungsi serta
teras, namun untuk bangunan sekolah tradisional/bangunan rumah suci atau
gereja tradisional (k¶wiyonn ± mbol wofle), memiliki perbedaan yang
sangat mencolok yaitu : a. Sakral Bangunan rumah suci / rumah sekolah,
merupakan salah satu bangunan khas orang Maybrat Imian Sawiat yang mana
dipercaya sebagai bangunan suci (rumah pamali), yang mana hanya
diperbolehkan bagi orang ± orang tertentu (raa wiyon-na woflw) yang
dapat menapakan kakinya didalam ruangan± ruanganya. Rumah suci dianggap
sebagai bangunan yang sakral, karena didalamnya memuat berbagai macam
makna, merupakan areal pendidikan atau tempat pelatihan dan tempat Hamah
Sagrim 340
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
dimana Allah bertahta serta tempat pertemuan antara manusia dan Allah.
Tidak diperkenangkan kepada orang ± orang yang belum dibaptis atau tidak
pernah disekolahkan untuk masuk dan kaum perempuan dilarang melintas
disekitarnya. b. Tersembunyi Untuk rumah hunian orang Maybrat Imian
Sawiat berada pada areal terbuka, namun untuk bangunan rumah suci/rumah
sekolah sangat bertentangan. Dalam mendirikan
bangunan rumah sekolah ada beberapa aturan ± aturan tertentu yang harus
diikuti dalam membangun rumah suci / rumah sekolah antara lain adalah;
waktu pelaksanaan, jumlah orang dengan criteria ± criteria yang dapat
mendukung agar boleh untuk membangunnya, bahan ± bahan yang digunakan
dalam membangun, jenis kayu yang dipakai dalam membangunnya, jenis rotan
yang digunakan, upacara dan persembahan ± persemabahan. c. Tertutup dan
Khusus Rumah suci / rumah sekolah selain dianggap sebagai bangunan yang
sakral, tersembunyi, juga tertutup atau merupakan bangunan yang
dipagari sedemikian rapih hingga tak bercela, dengan tujuan agar tidak
kelihatan aktifitas pendidikan dan pengajaran dalam rumah suci tersebut.
Dalam pembagian ruang dan fungsinya, rumah suci / rumah sekolah
memiliki aturan ± aturan yang sangat mengikat dan sangat tegas, yaitu
antara lain : ruang luar merupakan ruang dimana bisa dilintasi oleh
orang awam (raa iin), untuk ruang suci tidak bisa di lintasi oleh orang
awam (raa iin), yang berhak masuk adalah mereka yang sudah terdidik
dalam pendidikan itu (raa win), namun untuk ruang maha suci, tidak
diperbolehkan kepada seorang guru biasa dan murid untuk memasukinya
namun yang berhak memasuki ruang tersebut adalah guru besar (raa bam),
karena pada ruang tersebut dianggap sebagai tempat bertahtanya Allah
yang maha kuasa yang mana dianggap sebagai ruang maha suci dan sangat
sacral. Utnuk rumah hunian orang Maybrat Imian Sawiat tidak begitu rumit
untuk dibangun, namun bila dibandingkan dengan rumah suci / rumah
sekolah, sangat rumit dan memakan waktu yang begitu lama dengan tukang
yang membangunnya adalah orang ± orang khusus yang sudah diajarkan
khusus untuk membangun rumah tersebut.
Hamah Sagrim
341
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
D. KONSEP RE-DESAIN DARI BENTUK TRADISIONAL KE BENTUK MODEREN
Dari analisis tersebut maka diperoleh suatu model konsep arsitektur
tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat Papua yang diredesain dengan
didasarkan pada budaya Appabolang sebagai berikut. 1. Tradisional to
Moderen
Gambar: Denah bangunan bentuk moderen Dengan konsep dasar tradisional
Hamah Sagrim
342
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Gambra: Tampak depan bentuk Moderen redesign gaya arsitektur Maybrat,
Imian, Sawait dengan konsep dasar dari Rumah tradisional rumah gantung
Halit-bol halit
Hamah Sagrim
343
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Gambar: Tampak Samping Kiri Rumah Moderen redesign gaya arsitektur
Maybrat, Imian, Sawait dengan konsep dasar dari rumah gantung Halit-bol
halit
Hamah Sagrim
344
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Gambar: Tampak Samping Kiri redesign gaya arsitektur Maybrat, Imian,
Sawait dengan konsep dasar dari rumah gantung Halit-bol halit
Hamah Sagrim
345
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Gambar: Tampak Belakang redesign gaya arsitektur Maybrat, Imian, Sawait
dengan konsep dasar dari rumah gantung Halit-bol halit
KONSEP DASAR DAN TURUNANNYA TRADISIONAL Hamah Sagrim MODEREN 346
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Gambar: Denah Tradisional
Gambar: Redesign Denah Dari bentuk Tradisional kebentuk moderen
Gambar: Tampak Depan bentuk tradisional
Gambar: Redesign Tampak Depan dari bentuk tradisional ke- bentuk moderen
Hamah Sagrim
347
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Gambar: Tampak samping kiri bentuk tradisional
Gambar: Redesign Tampak samping kanan dari bentu tradisional ke-bentuk
moderen
Gambar: Tampak samping kiri bentuk Tradisional
Gambar: Redesign Tampak samping kiri dari tradisional ke- bentuk Moderen
Hamah Sagrim
348
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Gambar: Tampak Belakang bentuk Tradisional
Gambar: Redesign Tampak Belakang dari tradisional ke-bentuk moderen
Struktur bentuk redesain kepala ornament dari tradisional menjadi bentuk
moderen. Jenis ornament tersebut adalah rahang Babi dan Rahang Rusa,
yang selanjutnya dikembangkan menjadi bentuk moderen dengan
mempertahankan bentuknya sebagai dasar aliran. Untuk bentuk moderen
telah dimodifikasikan sedemikian sehingga tampaklah suatu nilai
estetika, dan karena Hamah Sagrim 349
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
pertimbangan estetika maka dibentukkannya sedemikian rupa. Nilai yang
terkandung pada ornament ini adalah kebesaran seseorang. Lebih jelas
lihat uraian ornament.
Bentuk pengadopsian sisa kayu yang diambil dari kepala burung kakatua
putih yang diadopsikan menjadi ornament pada bangunan arsitektur
Maybrat, Imian, Sawiat.
Hamah Sagrim
350
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Garis anak panah diatas yang dihubungkan antara rumah tradisional ke
rumah moderen menunjukkan bentuk-bentuk bangunan dan aliran yang
di-redesign menjadi bentuk moderen dengan gayanya yang tetap khas.
Gambar listplank dari yang bekas yang menjadi
diadopsikan kaki
kepiting
dikembangkan
aliran arsitektur Maybrat, Imian, Sawiat.
Hamah Sagrim
351
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Part 02 J.2.
Gambar: Denah
Gambar: Tampak Depan
Hamah Sagrim
352
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Hamah Sagrim
353
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Gambar: Tampak Belakang
Hamah Sagrim
354
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Gambar: Detail Koloum Skala 1:30
Hamah Sagrim
355
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Gambar: Detail Koloum Skala 1:30
Gambar: Detail kolum Skala 1:20
Hamah Sagrim
356
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Gambar: Detail Kepala koloum Skala 1:10
Gambar: Detail Kepala Koloum Skala 1:10
Hamah Sagrim
357
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Keterangan gambar 1. Kepala yang di adopsi dari perahu nelayan
tradisional 2. Bagian sayap yang diadopsi dari kulit keong/kulit bia 3.
Relief berbentuk gelombang yang diadopsi dari gelombang laut 4. Relief
bentuk Rautan yang di adopsi dari bentuk rautan gelang pegangan parang,
dan pisau (botah) 5. Arist yang di adopsi dari potongan koba ± koba. 6.
Relief berbentuk gergaji yang diadopsi dari kepala koba ± koba 7.
Dinding koloum 8. Relief bentuk jahitan tali pegangan pada noken (yu
masir) 9. Badan Koloum a. Bentuk Konsep Redesain Denah Dari Tradisional
ke Moderen Pada Bab awal telah kita ketahui bersama bahwa arsitektur
tradisional suku maybrat imian sawiat memiliki denah yang tidak
membentuk ruang ± ruang, namun pada saat ini dengan mempertimbangkan
nilai ± nilai suatu bangunan rumah yang layak dan memenuhi syarat adalah
: y Rumah yang memiliki ruang, seperti rumah hunian memiliki ruang
tamu, ruang tidur, ruang makan, kamar mandi dan ruang cuci, yang
merupakan pembagian ruang dasar. Demikian pada bangunan resmi lainnya
yang memiliki banyak ruang dengan penamaannya masing ± masing sesuai
dengan kebutuhan. Lihat gambar ± gambar yang terlampir pada halaman
berikut: Konsep redesign denah dari bentuk tradisional yang hanya
terdiri dari satu ruang serbaguna menjadi dan tombak,
dikembangkan
beberapa
ruang sesuai kebutuhan. Walau ada perubahan ruang, denahnya masih tetap
dengan konsep awal persegi empat.
Gambar: Denah rumah tradisional Gambar: Konsep redesign ke bentuk
moderen
Hamah Sagrim
358
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
b. Pondasi /Koloum Pada bangunan tradisional maybrat imian sawiat
dikenal dengan rumah gantung, dengan demikian jenis pondasi yang telah
di pakai adalah pondasi setempat. Karena kebanyakan orang maybrat imian
sawiat mendirikan bangunannya dengan menggunakan kayu buah yang
merupakan hasil kumpulan dari alam. Bentuk suatu bangunan tradisional
maybrat imian sawiat tidak dibangun dengan menggunakan sautu rancangan
moderen namun dengan cara memperkirakan.
Gambar: konsep redesign dari bentuk tradisional ke bentuk moderen
Dari bentuk panah A ± A yang menunjukkan pada koloum dari rumah
tradisional (harit) ke brntuk moderen dan panah B-B juga merupakan suatu
pengadopsian koloum dari tradisional menjadi moderen. Yaitu walau dalam
bentuk moderen adanya pondasi menerus, namun di setiap ujung teras
dibuat semacam bentuk tiang/koloum kecil sehingga terlihat pilar dari
koloum tradisional.
Hamah Sagrim
359
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
c. Ciri umum arsitektur tradisional suku maybrat imian sawiat.
Perkembangan arsitektur tradisional suku maybrat imian sawiat yang telah
di uraikan sebelumnya sangat dikenal dengan bentuk rumh gantung. Bahan
konstruksi utama adalah kayu, tali, kulit kayu dan daunan, dibentuk
menjadi sebuah bangunan rumah dengan pilar utamanya dari kayu. Oleh
karena bentuknya yang tinggi, dan menggunakan kayu sebagai bahan
ranggka, maka bentangan ± bentangan terbentuk oleh kayu. Bagian depan
terdiri dari tangga naik yang langsung pada deret melintang atau teras
(isit) Pilar
Gambar: Rumah gantung (halit-bol halit)
pada bagian koloum, menyangga ujung terdepan dari atap yang mencuram ke
bagian kiri dan kanan yang disebut sof.
Sof terdiri dari semacam nok yang dipasang serta diikat untuk memikul
atap dan reng yang mana disebut afi. Poros tengah, membagi antara bagian
atap samping kiri dan kanan yang disebut timanaf ± sumanaf ± bubungan.
Pada bagian bubungan atau yang disebut timanaf, di ikat dengan dua buah
kayu yang membentanginya yang mana juga berfungsi memikul atap bubungan
dan pada ujung kayu, selalu di panjangkan atau dibiarkan panjang dan
menonjol keluar dengan tujuan sebagai tempat untuk menggantungkan rahang
babi atau rusa sebagai hasil buruan. Sof bertumpu di atas koloum yang
disebut sur yang vertical. Lihat gambar berikut: Konstruksi sof dan afi
disangga oleh koloum sebagai pilar Utama bangunan dalam arsitektur
tradisional
suku maybrat Imian sawiat yang juga dibagi sebagai berikut bagian atas
Timanaf, bagian tengah masuf, dan ujung magit. Susunan atau konstruksi
koloum, disebtu sur, dalam arsitek tur tradisional maybrat imian sawiat
yang kemudian di kembangkan menjadi bentuk yang moderen dengan
mempertahankan aliran yang khas.
Gambar: Konstruksi sof dan afi
Hamah Sagrim
360
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Dalam
bentuk
moderen digabungkan
selanjutnya
dengan pondasi menerus pada bangunan moderen. Sur yang digabungkan
berbentuk bulatan tersebut dengan
B
bahan speci, dimana terletak pada bagian bawah teras atau teras bertumpu
di atasnya. Keterangan : A. Sur yang di adopsikan sebagai koloum teras.
B. Teras C. Pondasi Arsitektur tradisional suku maybrat imian sawiat
tidak mempunyai koloum yang gemuk, namun ukuran koloumnya kecil,
memanjang dan vertical (sur). Untuk ukuran ini biasanya dibangun pada
rumah gantung dengan ketinggian 9m ± 12m, dengan jumlah koloum sur, 16,
17, 18, 19 dan seterusnya bergantung besar kecilnya bangunan. sedangkan
untuk rumah dengan ketinggian 2m, mempunyai koloum berjumlah 4, 6, 8
dengan bentuk koloum gemuk (hafot) dan di kombinasikan dengan beberapa
koloum kurus (sur). A. Estetika dan dekorasi Dalam pengembangan redesign
koloum, telah diadopsi A B beberapa ukiran dan bentuk aliran dalam
anyaman noken atau tas tangan yang membentuk cekokan dan gaya kraft yang
begitu indah. Lihat gambar disamping. Makna yang tersirat pada bentuk
anyaman tersebut adalah, C keindahan, keuletan/kepandaian, dan kebaikan.
Bila
Gambar: Detail pndasi dengan tampilan pengadopsiann koloum dari
tradisional ke moderen
A
C
ditinjau dari keindahan, maka setiap segala sesuatu yang di buat
sedemikian rupa dengan nilai ± nilai estetik adalah indah.
Gambar : Detail ukiran dan ornament pada koloum yang di adopsi dari
aliran anyaman noken.
Dikatakan
indah
karena
menghibur,
enak
dipandang, bermakna, bernilai, dan menarik.
Hamah Sagrim
361
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Keterangan detil aliran pada gambar disertai gambar aliran yang
diadopsikan: A. Panah µA¶ tersebut diatas menunjukkan ukiran yang
membentuk relief yang tapak pada bagian bawah koloum merupakan hasil
pengadopsian dari bentuk anyaman noken yang disebut yu kom. Bila mana
itu dipandang dari segi keuletan dan Kepandaian, maka ada kaitannya
dengan kehidupan Sehari ± hari orang maybrat imian sawiat yang mana
Mengatakan bahwa, dalam menganyam sebuah noke sedemikian mernarik yang
disebut n yang bentuknya yu kom, sangat
Gambar: jenis aliran anyaman noken
sulit dan tidak semua orang bisa mem
buatnya. Oleh karena itu, mereka yang biasanya
dapat menganyam jenis noken yu kom, seringkali dikata kan sebagai orang
yang ulet dan pandai. Namun bila dipandang dari segi kebaikan, ada
ungkapan orang maybrat imian sawiat mengatakan bahwa dilihat dari bentuk
noken tersebut, menggambarkan betapa baiknya orang yang membuat noken
tersebut, sebagaimana dalam ungkapan tradisional lingusitnya µ¶oo, finya
ro m¶ste yu refo fo kbor sneh bau oh¶¶. Dari ungkapan yang dikatakan
tersebut mengandung sebuah pengertian dan makna yang luar biasa bahwa
adanya suatu kehormatan atau suatu penghargaan yang diungkapkan oleh
setiap orang ketika melihat akan bentuk estetikanya dan langsung
mengatakan bahwa ³memang ibu yang membuat noken ini dia sangat hebat´.
Pekerjaan membuat noken adalah pekerjaan seorang ibu dan anak perempuan,
sedangkan ayah dan anak laki ± laki berburu dan berkebun. Bila
dipandang dari segi kekompakan, bahwa noken yang terbuat dari bahan
kulit kayu yang selanjutnya di olah menjadi bahan yang halus dan
membentuk tali atau benang yang mana kira ± kira lebarnya 2 ± 3 mili dan
tebalnya 0.02 mili, mampu dibentuk menjadi satu keutuhan dari sebuah
noken yang sangat kuat, hal ini menggambarkan sifat hidup orang ± orang
maybrat imian sawiat yang selalu kompak dalam menjalankan kehidupan
mereka, yaitu kompak dalam menyelesaikan suatu persoalan, kompak dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan dan kompak dalam menyelesaikan persoalan ±
persoalan secara bersama ± sama. Bila ditinjau dari segi kekuatannya,
dari jenis ukuran bahan yang dipakai dalam meramu sebuah noken terlihat
kecil dan lucu, namun tali ± tali kecil itu mampu memberikan suatu
kekuatan tersendiri dimana noken tersebut digunakan dalam memikul beban
yang beratnya 5kg, 25kg, 50kg hingga 100kg, namun tidak terputus antara
satu urat dengan urat yang lainnya. Hamah Sagrim 362
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
a. Bentuk
relief
yang
merupakan
pengadopsian dari jahitan tali pegangan yu maser pada noken. Bentuk
tersebut merupakan tanda bahwa adanya sesuatu yang sangat luar biasa,
dan sesuatu yang luar biasa itu tidak diperoleh atau dialami secara
gampang tetapi
merupakan sesuatu yang sangat rumit. Disisilain, bentuk tali pegangan
tersebut sengaja di jahit dengan membentuknya sedemikian agar suatu
salah satu batian waktu ketiak terputus,
jahitan
namaun tidak secara mudah untuk semuanya terlepas dari pegangannya
karena bentuk jahitannya bekelok ± kelok, dibandingkan jikalau bentuk
jahitannya lurus, maka ketika salah satu dari jahitan tersebut putus,
maka
semuannya akan terlepas.
b. Bagian kaki berbentuk kapak bam ± tmah. Bentuk pengadopsian suatu
kebesaran ini dan enggambarkan
kehebatan. Orang ± orang maybrat imian sawiat mempunyai suatu pemikiran
yang filosofis bahwa, barang siapa diantara
zoom Gambar: Detail koloum
merekayang hidupnya tidak memiliki
kapak, berarti orang tersebut atau keluarga tersebut adalah orang yang
Hamah Sagrim
363
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
malas (haweboh). Kapak bam menunjukkan suatu kebesaran, kerajinan, dan
keuletan. Seringkali juga kapak digariskan sebagai nafkah seperti
diungkapkan µ¶bam marak tanik hasri mait?¶¶ artinya wah, kalau anda
adalah orang yang tidak memiliki kapak berarti anda akan kelaparan!.
Kapak identik dengan nafkah karena dalam budaya bertani, orang maybrat
imian sawiat biasanya menebang pohon ± pohon rindang besar dengan
menggunakan kapak. Pada bagian kepala koloum yang merupakan tumpuan
berbentuk perahu nelayan dan gelombang laut yang dipadukan dalam bentuk
dekorasi kepala koloum. Bentuk tersebut merupakan pengadopsian dari
perahu tradisional para nelayan lokal yang di gunakan
Gambar: Kepala koloum dengan bentuk pengadopsian dari perahu
guna menangkap ikan, udang dan juga sebagai dasar perletakan rumah
perahu yang disebut kajang.
Gambar: jenis Perahu para nelayan didanau ayamaru dan aitinyo
Gambar: Pengadopsian ornament pada kepala koloum dari aliran bentuk
dasar perahu Keterangan gambar:
Menunjukkan perahu Menunjukkan gelombang air orang ± orang di bagian
pesisir pantai membuat rumah diatas perahu mereka yang disebut
Gambar: Perahu Kajang
perahu
kajang.
Perahu
kajang
biasanya di pake untuk bepergian ke daerah yang bejauhan namun bisa
dijangkaui
dengan perahu kajang. Daerah pesisir pantai yang menggunakan perahu
kajang adalah seperti Teminabuan, Konda, Wersar, Udagaga, makaroro,
makotemin, matemani, inanwatan, kokoda. Hamah Sagrim 364
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Sedangkan nelayan ± nelayan di daerah danau ayamaru, uter menggunakan
perahu kole ± kole wyak. Jenis perahu ini hanya dipergunakan sewaktu
mencari ikan di danau, melakukan perjalanan dari Ayamaru ke Segior, ke
Adoh, ke Yukase, ke Karetubun, ke Mapura, ke Fategomi, ke Kambuaya, ke
Jitmau, ke Suwiam, ke Fiane, ke Kartapura, ke Men dan ke Yohwer, serta
sebaliknya dan juga berhubungan antara satu kampong dengan yang lainnya.
Pada
bagian
ini
merupakan
pengadopsian dari keong atau kulit bia. Kulitbia dalam kehidupan imian
masyarakat
suku
maybrat
sawiat merupakan alat panggil utama dalam melakukan upacara ± upacara
formal atau kegiatan resmi. Kulit bia biasanya digunakan sebagai alat
Bantu untuk memanggil masyarakat dalam melaksanakan sesuatu yang
dianggap sangat penting dan terhormat. Misalnya seperti upacara
penjemputan, kegiatan ceramah atau kegiatan kampong, memanggil orang
ketika ada persoalan yang mendadak. Digunakan untuk memanggil dan
memberitahukan orang keluar dari kampong berjauhan, kulit bia dapat
menjangkaui jarak panggil 50 km ± 70 k. ada beberapa cara kode tiupan
yang dipake dalam meniup kulit bia, yaitu pertama bila ada kunjungan
resmi atau upacara resmi dan kegiatan resmi, biasanya menggunakan satu
kulit bia saja yang di tiup untuk memanggil masyarakat. Dalam peniupan
acara ± acara seperti ini, biasa tiupannya teratur, lambat, dan panjang.
Namun berbeda dengan jenis tiupan berikut ini, bilamana ada sesuatu
yang terdesaki seperti adanya serangan musuh dari kampong lain atau ada
kematian, biasanya kulit bia yang ditiup berjumlah lebih dari satu
bergantung banyaknya kulit bia dan orang yang meniupnya. Situasi seperti
ini cenderung ditiup dengan cara cepat atau tergesa ± gesa dengan
tujuan memanggil dengan segera setiap penduduk kampong yang telah keluar
ke kebun meninggalkan Hamah Sagrim 365
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
kampong bahwa ada sesuatu yang berbagaya telah terjadi di kampong. Dalam
bentuk tiupan dan panggilan ini, cenderung membuat orang tergesa ± gesa
dan bisa meninggalkan kerjanya dengan keadaan terpaksa. d. kepala
ornament Bentuk kepala ornament terdiri dari dua bagian, yang mana
rahang babi atau rahang rusa di bagian tengah, dan kepala kakatua putih ±
yakop di bagian luar ujung. Bentuk pertama pada gambar di samping
adalah rahang Babi atau rusa pada rumah tradsional yang merupakan hasil
buruan pada yang bentuk selanjutnya dikembangkan
Gambar: Rahang babi yag diadopsi menjadi ornament pada bagian kepala
bangunan. Sebagai simbol kebesaran orang Maybrat, Imian, Sawiat
moderen sebagai ornament. Bentuk ornament yang berupa ukiran tersebut
diukir sedemikian rupa dengan rahang babi atau rusa yang merupakan hasil
buruan sehingga tidak meninggalkan nilai ± nilainya. Dalam kehidupan
sehari ± hari orang maybrat imian sawiat, siapa yang memiliki banyak
gantungan rahang babi dan rusa yang merupakan hasil buruannya,
menunjukkan suatu kehebatan tersendiri bagi keluarga tersebut. Keluarga
atau kepala rumah tangga tersebut selalu merupakan orang yang terpandang
sebaga pemburu terhebat diantara orang ± orang sekitar, dan orang
tersebut dikategorikan sebagai orang yang sangat mampu dalam
menghidupkan keluarganya. Rahang babi dikonsepsikan sebagai lambang
kebesaran. Pada bagian terakhir merupakan bentuk kelipatan yang
menyerupai kepala kakatua putih / yakop (awet). Kakatua putih-yakop
(awet),
dalam kehidupan mula ± mula merupakan burung yang memberikan kabar. Hal
ini berkaitan dengan kehidupan orang maybrat imian sawiat yang
berperang.
Hamah Sagrim
366
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Biasanya seorang yang menyendiri di hutan dengan tujuan penyelamatan
diri, ia selalu menggunakan cara ini, dan biasanya jikalau ada musuh
yang datang burung kakatua putih
mengeluarkan suara yang takut (awet m¶waa) ketika memberikan suara,
orang tersebut bergegas mempersiapkan dirinya guna melawan, atau ia
bersembunyi atau juga ia mengintai.
Gambar: Mata kakatua diperbesar
J.2. Bentuk pengadopsian dari model jahitan koba ± koba (payung
tradisional) Dan noken (tas) yang diadopsi kedalam estetika Dalam
membentuk estetika pada aliran arsitektur tradisional suku maybrat, suku
imian, suku sawiat ini, banyak merupakan hasil pengadopsian dari
estetika dari hasil ciptaan orang maybrat, orang imian, orang sawiat,
yang mana banyak tersirat makna yang luarbiasa. Berikut jenis atau
permodelan aliran yang diadopsi sebagaimana berikut:
1. Figiom Aya - Sehat masru ± Gelombang Air
Gelombang air memberi sebuah makna adanya suatu kehidupan. Air merupakan
sumber kehidupan bagi setiap makhluk dan tumbuhan yang ada di permukaan
bumi. Dalam kehidupan orang maybrat, orang imian, orang sawiat, air
diabadikan sebagai pemberi kehidupan dan berkah. Air juga dipercaya
sebagai tempat atau ritus ± ritus yang keramat yang mana ketika setiap
orang maybrat, orang imian, orang sawiat, yang mengenalnya selalu akan
membawa upeti ± upeti sebagai korban persembahan kepada penghuni air
(tagio). Ada beberapa sebutan penghuni air dalam ritus ± ritus orang
maybrat, orang imian, orang sawiat, yaitu; tago, aban raa, mos makan,
dan fre. Ritus atau air yang dikategorikan sebagai tempat keramatbukan
sebuah ritus yang dibuat ± buat atau suatu ilusi, tetapi benar ± benar
ada, namun hanya bisa didengar dan dilihat oleh mereka yang sudah
terdidik dalam pendidikan inisiasi (raa wiyon ± na wofle). Bentuk atau
warna daripada mata air/sumur/sungai yang biasanya melambangkan adanya
Hamah Sagrim 367
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
penghuni, adalah warna biru, cokelat, hijau, merah, kuning, hitam, dan
bentuk ± bentuk hewan /plankton juga memiliki jenis yang berbeda dan
menakutkan, batu ± batua dalam sungai juga menunjukkan wajah yang
menseramkan dan suasana sekitar sungai begitu hening dengan gejala yang
berdengting menyeramkan, di sebagian sungai kadang memberi perlawanan
kepada setiap orang yang ketika pada saat itu datang dengan membawa
sesuatu/magic yang mana menimbulkan adanya perlawanan antara alam
sekitar dengan alam ghaib/magic tersebut, atau air akan menunjukan
murkanya kepada orang yang sebentarlagi akan meninggal, atau orang yang
telah diracun atau di santet oleh suanggi. Kejadian tersebut dapat
dilihat dapat dilihat dengan kasat mata normal oleh setiap orang dan
kejadian semacam ini bukan suatu kejadian yang biasa ± biasa saja untuk
disaksikan, tetapi bagi orang maybrat, orang imian, orang sawiat,
menyaksikan kejadian semacam itu sebagai sesuatu yang mistik dan
merupakan kejadian yang melampaui akal pikiran sehat.
2. Ru Mayir ± Chlen Ryene ± bekas kaki burung Bekas kaki burung seperti
ini, memberi suatu makna tersendiri. Bagi orang maybrat, imian, sawiat,
cakar burung menunjukkan suatu esensi dalam fenomena alam yang baru. Hal
ini berkaitan dengan kepuasan manusia dan alam. Dikatakan sebagai
kepuasan manusia karena burung yang umumnya memberi bekas seperti ini
(ru kawya, ru houf, dalam bhs. Maybrat), selalu dijadikan sebagai
patokan bahwa mereka bisa memperoleh telur yang disebut telur maleo dan
induknyapun bisa diburu. Selain burung maleo dianggap sebai pelengkap
pangan, orang maybrat, imian, sawiat, mempercayai akan adanya suatu
esensi yang menurut mereka telah menuntun burung tersebut. Dalam mitos
orang maybrat, imian, sawiat, menceriterakan bahwa burung- burung jenis
tertentu seperti kawya, houf (burung maleo), wer (burung nuri), kekaya
(burung setan), tam (kampret), tekum (burung walet), mbas dan swet
(burung cuit), merupakan jenis ± jenis burung yang mempunyai penuntun
atau burung yang dianggap sangat memberikan berbagai makna yang
berkaitan dengan esensi hidup antara manusia dan alam. Alih ± alih
daripada kekhususan burung ± burung ini bagi kehidupan sehari ±
Hamah Sagrim
368
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
hari orang maybrat, imian, sawiat, memiliki predikat masing ± masing
yang tak kalah menariknya yaitu: a. burung houf, dan kawya (burung
maleo), bagi orang maybrat imian sawiat, burung maleo yang telurnya
berwarna merah dan putih dengan ukuran telur yang besar ukuran 3x ayam,
dan jenis burung yang besar melebihi ukuran tubuh ayam. Telur maleo
biasanya bagi orang maybrat imian sawiat dihargai sebagai suatu nilai
tersendiri. Nilai yang ada pada telur maleo ini terlihat ketika
diberikan sebagai persentase atau rasa terimakasih yang ditunjukan oleh
seorang pemberi kepada penerima atas budi baiknya mungkin karena
penerima membantunya dalam berladang, atau membantu mendirikan sebuat
rumah, atau menolong pemberi dari kecaman musuh. Bentuk daripada rasa
syukur ini sering terjadi hingga saat ini terlihat di perkampungan
maybrat imian sawiat, dan kejadian ini dalam bahasa maybrat disebut
boren. b. Wer (burung nuri), sebagai burung yang dianggap magic oleh
orang maybrat, imian, sawiat, terutama kepada mereka yang bermarg/keret
klen Safkaur. Dalam ceritera legenda marga Safkaur, mengatakan bahwa
burung nuri ± wer- merupakan burung penyelamat, dan lambang kekuatan
mereka. Hal ini berkaitan dengan kehidupan mula ± mula orang maybrat
imian sawiat terutama dikhususkan kepada marga Safkaur, bahwa burung ini
ketika zaman perang suku, seseorang yang bernama Fneen Safkaur yang
mana adalah ahli perang khususnya dalam maraga Safkaur, ia sedang
bersiap ± siap menghadapi musuh ± musuhnya yang berdatangn, ketika pada
saat itu juga burung nuri ± wer ± yang berjumlah 3 ekor beterbangan
mendahului musuh ± musuh tersebut menuju kepada Fneen Safkaur dengan
mengeluarkan suara aneh merupakan ekspresi yang mengatakan bahwa ia
(fneen) sedang didatangi oleh musuh. Ketika fneen mendengar suara aneh
yang diekspresikan oleh burng nuri, ia langsung menebak berapa jumlah
musuh yang datang, ketika itu ia lalu berkata ³wah, banyak sekali musuh
yang datang, melawan saya seorang diri´ atau dalam ucapan bahasa asli
maybratnya ³wo, bioh fo magin mama oh mefo, refo jyio tesait oh mefo´.
Pemikiran tersebut tidak lalu serta merta menutupi akal daripada seorang
Fneen, tetapi ketika itu juga, Fneen lalu mengangkat tombaknya dan
menombaki ketiga burung tersebut dengan satu tombak, dan ketika itu juga
ketiga burung tersebut tertikam sekaligus oleh tombak tersebut. Ketika
Fneen berhasil menikam ketiga burung tersebut, ia lalua mengirimnya
bersama dengan tombak Hamah Sagrim 369
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
kepada para musuh yang berdatangan, ketika musuh ± musuh itu melihat apa
yang dilakukan oleh Fneen, maka timbullah pemikiran oleh ketua perang
dan ia berkata ³wah, ini burung yang kecil dengan kecepatan terban
diudara saja dia sudah membidiknya dan hanya dengan satu tombak dia
membidik ketiga burung ini bersamaan? Berarti jikalau kita kesana kita
pasti terbunuh semua´ dalam bahasa asli maybrat ³wo, wer ro m'fru foh
mam ayoh u refo ait yame tuuf yie mkah sawia sou a? Tanike anu wefo bmo
kbe yame anu skak´. Analisa ini kemudian menjadi pertimbangan yang harus
diputuskan pada saat itu, dan akhirnya pemimpin perang memutuskan untuk
mereka pulang, karena mereka tidak mungkin mengalahkan Fneen yang
menurut mereka dia seorang ahli perang tanpa tandingan. c. Kekaya
(burung suanggi), merupakan burung yang dalam legenda orang maybrat,
imian, sawiat, sebagai burung yang menyampaikan pesan atau informasi
atau kode kepada manusia bahwa mereka harus berhati ± hati, karena
disekelilingnya ada setan/suanggi (kabes). d. Tam (burung kampret),
biasanya mengeluarkan suara di rumah oknum atau orang yang menjadi
target untuk diserang oleh setan/suanggi (kabesfane), sehingga orang
tersebut menjadi was ± was dan berjaga ± jaga dalam melakukan segala
aktivitas atau berhati ± hati mengawasi keluarga yang pada saat itu
sedang mengalami kesakitan atau menderita penyakit yang berat. e. Tekum
(burung walet). Dalam mitologi kepercayaan orang maybrat imian sawiat,
tekum merupakan burung sorga atau burung yang membawa berkat. Misalnya
ketika petani sedang berkebun dan ketika itu juga tekum beterbangan dan
mengeluarkan suaranya, maka ketika itu juga petani tersebut berkata
³berkat besar telah datang dan ladang ini akan berlimpahruah hasilnya´
dalam bahasa maybrat ³hanyah mase mefo´. Mbas dan Swet (burung cuit).
Keseharian orang maybrat imian sawiat, ketika di tengah semak belukar
yang dikelilingi oleh pepohonan besar jika terdengar suara burung cuit
(mbas) yang serempak dalam jumlah perkumpulan yang banyak, berarti pada
tempat tersebut ada seekor kusu pohon, atau ular yang besar, atau burung
yang besar atau kanguru atau hewan ± hewan besar lainnya. Yang mana
bisa kita temui serta ditangkap. Sedangkan Swet (burung cuit) jenis ini,
biasanya membawa pesan atau berita, yaitu dia selalu mendahului orang
yang sedang mendekati kita dan mengeluarkan suaranya dengan Hamah Sagrim
370
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
berlompat ± lompat menunjukan atraksi aneh kepada kita (swet mafa dalam
bahasa maybrat). Jenis ini diadopsi dalam bentuk jahitan tas dan koba.
3. Kbai mayir ± choin ryene ± bekas kaki kepiting Bekas kaki kepiting
menunjukkan suatu perjalanan horizontal dan gelombang, yang mana
dimaknai sebagai kekuatan. Salah satu Filosofi orang tehit yang terkenal
mengatakan bahwa, ³kepiting kalau gepe siapa yang mampu menahan ringis
kesakitan?´. Kepiting dianggap sebagai kekuatan, sehingga ia diunggulkan
dalam filosofi orang tehit, kekuatan orang tehit diibaratkan sepeti
kepiting. Bentuk ini kemudian dipakai dalam bentuk jahitan tas dan koba ±
koba/payung tradisional.
4. Ara Ra Tebok ± Chadach ± Bekas kulit kayu yang dikupas dengan parang
pisau sebagai kode/morse penyelamatan dan kemenangan.
atau
Kode/morse ini telah lama di kembangkan oleh orang maybrat imian sawiat,
sebagai tanda tertentu untuk diketahui oleh setiap sanak saudara atau
klen. Kode ini dibuat ketika seseorang yang diserang oleh musuh atau
racun, baik yang sudah berlangsung atau sedang dalam rencana, namun ada
seseorang saudara kerabatnya yang mengatasi atau mengalahkan musuh ±
musuh itu. Kerabat ± kerabat yang melakukan ini biasanya tidak sekampung
dengan yang diserang (outrolokal). kode/morse yang dibuat, biasanya
tidak berjarak dari orang yang diburu, biasanya kurang lebih jaraknya
3-4 meter. Dalam memberikan kode/morse, ada dua bentuk kode yang dipakai
yaitu, bentuk pengupasan kulit kayu dan bentuk bunyi. Untuk membentuk
kode/morse pada kayu, biasanya membentuk segi empat, ada yang membentuk
kerucut, dan adajuga yang membentuk ketupat, sedangkan untuk kide/morse
dalam bunyi, biasanya nyaring dan lembut, cepat dan lambat.bentuk ini
selanjutnya dipakai sebagai bentuk estetika dalam jahitan tas atau koba ±
koba /payung tradisional yang dipakai oleh orang maybrat, imian,
sawiat. Hamah Sagrim 371
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
5. Ii Safe ± Larfu Durmus ± Barisan Semut Hitam
Dalam filosofi hidup sehari ± hari orang maybrat imian sawiat, semut
dianggap sebagai hewan yang rajin, cekatan, setia, sabar, dan teratur
tanpa diatur oleh siapapun. Kerajinan, kecekatan, kesetiaan, kesabaran,
dan keteraturan ini biasanya merupakan simbol filosofis orang maybrat,
imian, sawiat, yang dijadikan tolok ukur mereka berkaitan dengan
kehidupan dalam keseharian mereka.
6. Friro ± Chatohon ± Bunga Rekat
Bunga rekat dalam kehidupan tradisional orang maybrat imian sawiat,
mempunyai suatu keistimewaan tersendiri dibanding tumbuhan atau rumput
yang lain. Bunga rekat atau friro-chatohon, sering digunakan untuk
menggosok nelon matakail yang dipakai dalam memancing ikan sehingga kuat
walaupun tersangkut pada benda ± benda keras.
7. Afan Masu ± Afan Sikalioh ± Pintu Ulat Pohon
Afan masu ± afan sikalioh adalah bentuk pintu ulat pohon yang dibentuk
oleh ulat pohon itu sendiri. Afan masu ± afan sikalioh difilosofikan
sebagai gambaran persoalan. Misalnya filosofi maybrat ³afan masu ro
mbrah ma mne mi raa mmat to, soh afan masu ro mbrah mhou mam safom to
awiya ymat?´ artunya, ³pohon apatar yang ada pintunya kalu di pinggir
jalanan pasti terlihat, tapi kalau yang tersembunyi di hutan belantara
siapa yang bisa lihat?´. Yang berarti ³suatu masalah yang kelihatan atau
ada jejaknya pasti diketahui atau ditemui, kalau tidak ada jejak/bukti
atau tersembunyi, siapa yang mampu ketemu.´
Hamah Sagrim
372
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
J.3. Arsitektur tradisional dalam perkembangan pembangunan Dinegara
berkembang, sejak dahulu masyarakatnya mempunyai apresiasi tinggi
terhadap arsitektur. herbage tulisan, biku hasil kajian ilmiah,
penelitian tentang arsitektur banyak sekali ditulis, diterbitkan,
dibaca, dan aliran-alirannya diwujudkan dalam gaya bangunan sebagai
kebesaran identitas mereka, tidak hanya oleh para arsitek, tetapi oleh
kalangan luas dan herbage lapisan masyarakat. Disbanding dengan daerah
lain, propinsi papua yang juga memiliki gaya arsitektur cukup khas yang
mana bisa diangkat sebagai kebesaran dan kejayaan bagi orang papua
sangat dilupakan. Pada bagian ini saya coba mengkaji keberhasilan,
kesalahan dan kekurangan yang dilakukan guna mengangkat arsitektur
tradisional papua dalam perkembangan pembangunan. Menjadi pelajaran saat
ini dan waktu akan dating bahwa pembangunan yang telah dikembangkan
sekarnag tidak mengerti kebudayaan dan tidak mencerminkan kepribadian
budaya setempat serta tidak begitu mempertahankan identitas arsitektur
setiap daerah di papua. Salah satu tolok ukur kemajuan budaya sebuah
daerah dilihat dari aliran aristektur yang mana tampil dalam wajah dan
fisik bangunan. Kecenderungan masyarakat dan pemerintah dalam mengadopsi
gaya ± gaya arsitektur luar seperti gaya arsitektur colonial, gaya
arsitektur romawi, gaya arsitektur joglo, gaya arsitektur minang,
dan.y.l. hal ini membuat arsitektur tradisional setiap suku bangsa di
papua terlupakan. Ini merupakan suatu penjajahan kultur yang menindas
budaya papua. Dengan semakin dilupakannya aliran ± aliran arsitektur
tradisional papua, maka ikut pula menghilang kebesaran citra, karsa, dan
karya orang papua, karena sebagaimana dalam ungkapan bahasa semboyang
arsitektur mengatakan bahwa; ³arsitektur adalah gambaran jiwa raga dan
roh seseorang´, inilah kebesaran yang terlupakan. Dengan demikian,
ditekankan bahwa dalam mendisain pembangunan papua yang hormat budaya,
maka diharuskan untuk mengangkat dan mengikutsertakan aliran arsitektur
tradisional dalam mendirikan sebuah bangunan, kalaupun masyarakat tidak
mengembangkannya, sebisamungkin gedung-gedung pemerintah arsitektur
tradisional daerah setempat. Beberapa bentuk arsitektur tradisional
papua yang cukup unik dan menggambarkan kebesaran orang papua seperti;
bentuk bangunan rumah Honai, rumah tradisional Enjros tobati, Hamah
Sagrim 373 tiap daerah wajib mengambil gaya dan corak
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
rumah tradisional arfak, dan rumah tradisional harit di maybrat imian
sawiat kabupaten sorong selatan. Suatu ungkapan kekesalan kini adalah
bahwa daerah-daerah propinsi papua yang memiliki gaya arsitekturnya
sendiri ini begitu didominasi oleh bangunan ± bangunan dari daerah lain.
Hal ini disebabkan karena pemerintah Hindia Belanda lebih awal
membangun papua dengan menerapkan aliran arsitektur colonial,
sebagaimana hingga saat ini difungsikan sebagai gedung atau
perkantoran-perkantoran pemerintah daerah bahkan ada yang dijadikan
sebagai rumah hunian masyarakat. Suatu pembunuhan karakter budaya
arsitektur papua yang telah dilakukan oleh pemerintahan Hindia Belanda
di daerah propinsi papua. Dikabupaten Sorong Selatan, pemerintah Hindia
Belanda pada tahun 1950, secara brutal membongkar rumah-rumah
tradisional yang dibangun oleh orang maybrt imian sawiat sebagai
bangunan terhormat seperti rumah sekolah dan gereja (samu k¶wiyon-bol
wofle), dengan menerapkan larangan-larangan untuk tidak mengembangkan
atau membangu bangunan-banguan tersebut kembali. Hal ini membuat orang
maybrat imian sawiat kini kehilangan gaya dan aliran arsitektural
mereka. Disisilain, pada tahun 1962, pemerintahan indoneisa telah masuk
kewilayah papua, yang mana pada waktu itu disebut Irian Jaya dan menetap
hingga sekarang dengan penerapan bangunan yang juga tidak mempedulikan
aliran arsitektur lokal. Kini aliran arsitektur dari daerah lain yang
mendominasi wajah perkotaan di seluruh papua. Persoalannya bukanlah
terletak pada kurangnya tenaga-tenaga arsitektur papua, tetapi keinginan
daripada pemilik yang mana cenderung menginginkan gaya arsitektur lain
ketimbang tidak menyadari akan gaya arsitekturnya yang tampak sederhana,
berbobot, bergaya sendiri, dengan segala macam nilai yang terkandung
didalamnya. Tampak jelas ketika kita berada diberbagai daerah; kabupaten
sorong contohnya, gaya arsitektur yang mendominasi diwilayah pesisir
sungai remu adalah gaya arsitektur bajo suku bugis, begitupun yang
terdapat di pesisir pantai tehit, gaya arsitektur yang tampak
mendominasi adalah arsitektur tradisional Bajo, orang bugis. Di
jayapura, kini didominasi oleh arsitektur Asia, colonial, dan disisipi
dengan gaya arsitektur minang. Dimanokwari, arsitektur arfak juga
terlupakan dan kini wajah kota manokwari didominasi oleh aliran
arsitektur colonial, asia dan disisipi oleh aliran arsitektur minang.
Didaerah wamena yang gaya arsitektur tradisionalnya yang begitu terkenal
di dunia (honai), masih juga tidak begitu diperhatikan, wajah kotanyapu
masih terlihat hamparan wajah arsitektur pendatang semua. Merupakan
salah satu pengikisan budaya bangsa. Hamah Sagrim 374
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Arsitektur tradisional setiap daerah di propinsi papua merupakan
kebesaran setiap suku bangsa tersebut, karena merupakan hasil ciptaan
mereka yang sebenarnya. Proses akulturasi terhadap gaya arsitektur ini
membuat orang papua semakin ditelanjangi dengan cara yang dipergunakan
oleh penjajah. Dalam refleksi arsitektur tradisional papua yang telah
kami analisis, merupakan suatu cara penjajahan terhadap budaya. Selain
budaya-budaya lain dibuang, disisi yang lain kekayaan budaya dicuri
serta diperdagangkan seperti ukiran, tarian dan corank budaya unik
lainnya. Suatu kesimpulan daripada refleksi budaya papua ³bahwa orang
papua dulu sebelum penjajahan, disini diibaratkan seperti seorang gadis
manis yang sedang direbut oleh beberapa orang, setelah ia berhasil
direbut, bukan karena cantiknya saja yang menjadi rebutan, tetapi segala
perhiasan yang dikenakan disekujur tubuhnya diambil oleh orang yang
merebutnya setelah itu itu busana yang dikenakannyapun dilepaskan
satupersatu dan dibuang, kini seorang nona cantik menjadi kehilangan
harga dirinya karena semua yang ada padanya sebagai kebesaran telah
hilang dan kini dia telanjang sampai-sampai mahkotanya turut diambil,
tetapi bersyukur karena ia masih hidup. Walaupun ia masih hidup, dan ia
mampu menciptakan busana yang baru, tetapi tidak semuanya dari bahan
yang ia miliki tetapi dari bahan-bahan punya orang yang diambil dalam
membuat busananya, karena semuanya serba palsu maka nilai dirinya kini
berkurang´. Suatu penjajahan terhadap arsitektur-arsitektur papua yang
sedang berlangsung. Semangat pembangunan yang ditunjukkan adalah
semangat yang kami sebut egoisme membangun. Kata egoisme membangun
disini saya gunakan karena konsep pembangunannya tidak menghargai apa
yang disebut dengan potensi lokal (local potences), konsep
pembangunannya begitu tertutup (closely building concept), memikirkan
dirinya sendiri (egoism), walaupun ia berada di wilayah kekuasaan budaya
lain, akan tetapi tetap menggunakan konsep budaya asing untuk
diterapkan. Inilah sesuatu penjajahan budaya yang sedang diterapkan di
propinsi papua, yang mana secara sinergis sedang mengikis selain
arsitektur, budaya-budaya lainpun ikut terkikis. Arsitektur bagi sejarah
manusia merupakan sebuah karya besar dan termasyhur yang pernah dibuat
oleh nenekmoyang setiap sukubangsa didunia. Sedangkan bumi sendiri
merupakan rumah yang dirancang dan dibangun oleh Tuhan, dan tak ada
seorangpun yang mampu menciptakan planet bumi yang lain menyaingi atau
melampaui yang diciptakan oleh Tuhan, begitupun ciptaan setiap suku
bangsa tidak mungkin sama dan tidak seorang sukubangsapun yang berhak
untuk menghilangkanm ciptaan orang lain. Sejarah perkembangan Hamah
Sagrim 375
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
arsitektur suku bangsa di propinsi papua mencakup dimensi ruang dan
waktu yang tidak dapat ditentukan batasnya. Olehkarena itu dalam konsep
pembangunan di propinsi papua, seharusnya dikonsepsikan sesuai dengan
aliran arsitektur lokal yang ada disetiap daerah yang mendasar pada
jenis bangunan dan terkait dengan fungsinya. Dikatakan demikian karena
daerah-daerah di propinsi papua dengan konsep dan gaya aliran
arsitekturnya selalu mempunyai aturan, makna dan fungsi yaitu; rumah
suci, Rumah berkumpul, Rumah hunian, Rumah pendidikan. Sebenarnya Tidak
begitu sulit dalam mengembangkan konsep pembangunan sekarang dengan
menggunakan aliran arsitektur lokal. J.4. Keberhasilan Penerapan Konsep
Arsitektur Tradisional Dalam Pembangunan Papua Suatu keberhasilan konsep
arsitektur tradisional papua yang menonjol kerapkali hanya terlihat
pada Gapura, ukiran-ukiran dan lukisan dinding. Untuk konsep arsitektur
dalam gaya bangunan tidak begitu ditonjolkan atau samasekali tidak
dipake dalam konsep pembangunan, walaupun beberapa daerah mampu
manampilkan gaya arsitektur mereka seperti gaya arsitektur Enjros
sentani yang dikembangkan di kota jayapura, dan honai wamena yang juga
dikembangkan di kabupaten wamena, namun tetapi belum sepenuhnya mencapai
100%. Sedangkan didaerah kabupaten lain seperti kabupaten sorong
selatan tidak pernah menampilkan gaya arsitektur harit, dan kabupaten
manokwari dengan gaya arsitektur arfaknya tidak terlihat wajahnya di
dalam konsep pembangunan. Di Wamena dan Jayapura telah berhasil dengan
menampilkan wujud arsitektur tradisionalnya Karena ada kesadaran akan
nilai-nilai yang terkandung. Sedang didaerah lainnya, kecenderungan
dengan prinsip egoisme pembangunan dengan gaya moderen sangat
mendominasi, akhirnya nilai-nilai yang ada didaerah setempat terlupakan
dan hilang dengan sendirinya. Bila dipandang dari konsep arsitekturnya,
papua akan dikatakan sebagai daerah dengan keberhasilan membangun
sendiri jikalau konsep aliran arsitektur yang dipakai dalam pembangunan
dengan menggunakan konsep arsitektur tradisional. Karena disinilah papua
akan terkenal dengan kebhinekaan gaya arsitektur tradisionalnya, papua
akan disebut sebgai sebuah bangsa yang berjaya yang mana kejayaannya
ditunjukkan melalui aliran-aliran arsitekturalnya.
Hamah Sagrim
376
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
J.5. Ketidak berhasilan Konsep Pembangunan Tanpa Arsitektur Tradisional
Bilamana kita berbicara mengenai konsep, maka kita berbicara tentang
arah, kebijakan, cara, metode, yang ditampilkan dalam mengembangkan
sesuatu ide yang dikonsepsikan. Berkaitan dengan konsep pembangunan,
setiap manusia atau kelompok dan sukubangsa mempunyai metode atau
konsepnya masing-masing dan berbeda, hal ini disesuaikan dengan
kebutuhan pembangunan yang ada. Suatu kesalahan dalam konsepsi
pembangunan yang seringkali ditemukan saat ini adalah, konsep
pembangunan tanpa arsitektur lokal. Setiap suku bangsa di Papua
mempunyai aliran atau gaya bangunan arsitekturalnya yang unik, akan
tetapi seringkali ketika dalam konsep pembangunan, aliran arsitektur
tradisional ini tidak diingat (terlupakan) atau tidak dimunculkan dalam
proses pembangunan. Padahal ketika kita berbicara mengenai arsitektur
tradisional, kita telah berbicara tentang suatu jatidiri, idealisme,
citra, rasa, karya, karsa suatu bangsa karena arsitektur tradisional
adalah bagian dari kebudayaan manusia, berkaitan dengan berbagai segi
kehidupan seperti; seni, teknik, ruang/tata ruang, religi. Perkembangan
konsep pembangunan daerah saat ini cenderung mengesampingkan gaya
arsitektur lokal (setempat) yang bila dikembangkan, mampu mengangkat
kebesaran nama suatu daerah yang akan dikenal dan berjaya. Misalnya
arsitektur Joglo, arsitektur Honai, arsitektur colonial, arsitektur
bizantum, arsitektur minang, arsitketur fengsui, arsitektur halit-mbol
chalit, sudah ada di wilayahnya masing-masing sejak zaman keberadaan
nenek moyangnya, dan berkembang bersama-sama dalam kehidupan mereka.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga arsitektur tradiaionl menjadi
terlupakan adalah: 1. pengaruh aliran arsitektur luar dengan gaya,
estetika dan bentuk yang moderen. 2. keinginan pemilik bangunan rumah
yang cenderung menginginkan bentuk arsitektur model aliran lain. 3.
Pemerintah setempat tidak fasih dalam mengembangkan suatu konsep
pembangunan dengan menggali kearifan lokal, sehingga arsitektur
tradisional tidak dapat diperhatikan.
Hamah Sagrim
377
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
4. Tenaga perancang dan ahli-ahli arsitektur yang tidak jeli dalam
mengangkat aliran arsitektur tradisional untuk menterjemahkannya dalam
bentuk moderen, sehingga arsitektur lokal tetap tersembunyi/hanya dalam
bayang-bayang tradisional saja.
Hamah Sagrim
378
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
BAB V PENUTUP KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN Dari hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut : A.1. Bentuk Arsitektur Tradisional
Suku Maybrat Imian Sawiat yang mempengaruhi kenyamanan thermal dalam
bangunan Rumah tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat pada dasarnya adalah
merupakan bangunan tradisional dan sistem bentuk / tampilannya telah
diatur dalam suatu kaidah yang dikenal dengan budaya Appabolang.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada enam rumah tradisional
maybrat imian sawiat, maka dapat disimpulkan bahwa bentuk arsitektur
rumah Maybrat Imian Sawiat turut mempengaruhi kenyamanan thermal dalam
bangunan, walupun sebenarnya pemikiran mengenai kenyamanan lebih banyak
merupakan suatu unsur sampingan yang timbul secara tidak sengaja dari
konsep penyesuaian diri terhadap kerasnya suhu di wilayah Maybrat Imian
Sawiat dalam menciptakan kenyamanan thermal pada ruang dalam bangunan.
Selanjutnya dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Lokasi Lokasi yang
diperoleh suku Maybrat Imian Sawiat dalam mendirikan rumahnya adalah
mengikuti alur perbukitan, jalur jalan dan aliran sungai bagi yang di
dataran gunung, sedangkan daerah pesisir memilih mengikuti garis pantai
dan terpancar dengan pola perletakan di darat, diperalihan darat dan
perairan serta diperariran laut. Ketiga lokasi pengelompokan hunian
tersebut masih berada diwilayah yang berhubungan langsung dengan hutan
dan pesisir pantai, sehingga masih sangat dipengaruhi oleh angin
kencang, kelembaban yang tinggi, korosi, dan pasang surut laut khususnya
untuk rumah yang berdiri diatas perairan laut dan peralihan darat serta
perairan.
Hamah Sagrim
379
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
b. Orientasi Orientasi bangunan hunian di wilayah permukiman suku
Maybrat Imian Sawiat merupakan penjewantahan dan hal ± hal yang
mendorong bersifat ancaman dan mistis. Fasade rumah harus menghadap
jalan (sarana penghubung/kontrak sosial) sebagai tanda kehormatan dan
kesopanan, begitu pula pada rumah yang berhubungan dengan laut, fasade
harus menghadap ke laut sebagai keselamatan. Unsur iklim seperti arah
angin dan posisi lintasan matahari tidak menjadi pertimbangan. Dari
hasil analisis, Rumah Tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat yang berada pada
orientasi timur ± barat, sangat menguntungkan karena sisi yang paling
banyak kena sinar matahari adalah sisi pendek bangunan. Pergerakan angin
dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin karena sisi tinggi bangunan tegak
lurus dengan arah angin. Orientasi ini secara tidak disadari turut
mewujudkan kenyamanan thermal yang diperlukan. Sedangkan untuk rumah
tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat yang berorientasi utara ± selatan,
sisi yang paling banyak terkena sinar matahari adalah sisi panjang. Hal
ini tentunya kurang menguntungkan karena dapat menjadi sumbangan panas
dalam bangunan. c. Bentuk dan Denah Suku Maybrat Imian Sawiat dalam
menentukan ukuran / dimensi bangunan, menggunakan teori kira ± kira,
kadang menggunakan ukuran tubuh manusia (jengkal), namun untuk ukuran
tinggi bangunan biasanya disesuaikan dengan ukuran panjang pendeknya
bahan konstruksi. Bentuk denah yang tercipta dari ukuran ± ukuran
tersebut adalah suatu bentuk dengan yang bersegi empat pipih, sehingga
memungkinkan untuk diterapkan system cross ventilase dan pemanfaatan
cahaya matahari sebagai pencahayaan alami, serta pembuangan kepulan
asap. Rumah dengan bentuk denah seperti ini cocok untuk daerah yang
beriklim lembab. Rumah tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat berbentuk rumah
panggung yang memiliki kaki, badan dan kepala sebagai konsekwensi dari
aturan budaya Appabolang. Kaki harus ditinggikan dari permukaan tanah
karena kondisi memungkinkan untuk mengantisipasi pengaruh eksternal yang
terjadi. Kaki/tiang dilengkapi dengan palang /penyangga (katar) supaya
tiang tidak cepat rusak/lapuk apabila bersentuhan dengan tanah. Badan
rumah sebagai penghidupan sejati yang harus dilindungi dari alam luar
yang jahat, sehingga ditempatkan di posisi tengah. Hal ini tentu saja
untuk melindungi ruang ± ruang aktivitas keluarga dari Hamah Sagrim 380
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
radiasi matahari, angin kencang, hujan dan pasang surut air laut. Kepala
/ atap, harus ditinggikan yaitu tidak boleh kurang dari manusia.
Kondisi ini tentu bermanfaat untuk menetralisir suhu panas yang ada
didalam ruang. d. Atap dan Dinding Atap bagi suku Maybrat Imian Sawiat
berfungsi untuk melindungi bangunan dari panas matahari dan kebasahan
hujan. Dinding sebagai kulit bangunan yang senagtiasa harus manjadi
pelindung terhadap radiasi matahari, hempasan air hujan, kelembaban dan
angina kencang dari luar. Pada rumah tinggal suku Maybrat Imian Sawiat
dengan penggunaan dinding bangunan dari kulit kayu, gaba ± gaba, papan
kayu, diketahui mempunyai time lag kecil, sehingga panas yang ada
langsung diterima dan dipancarkan untuk itu dinding banguan harus
senangtiasa terbayangi/terlindungi dari sinar matahari langsung. e.
Overstek / Pelindung Rumah tinggal suku Maybrat Imian Sawiat rata ± rata
tidak menggunakan overstek, padahal untuk rumah tinggal Suku Maybrat
Imian Sawiat, overstek atau pelindung sangat dibutuhkan setiap sisi
bangunan untuk melindungi dinding terutama dari sinar matahari langsung,
mengingat bahan dinding yang digunakan dari papan kayu, kulit kayu, dan
gaba ± gaba dengan time lag yang kecil. f. Material dan Warna Pemilihan
material atap pada rumah tinggal suku Maybrat Imian Sawiat rata ± rata
menggunakan atap daun sagu, daun rumbino dan seng. Penggunaan daun
sangat baik untuk merendam pengaruh radiasi matahari karena tidak
menyerap panas, bahkan mempunyai pengudaraan yang baik. Atap daun dapat
merefleksikan panas antara 20% - 23% sedangkan kekurangan penggunaan
atap daun mengakibatkan kemudahan untuk terserang hama dan serangga.
Namun pada daerah pesisir pantai Tehit, Sorong Selatan, yang memiliki
kadar garam tinggi, hama atau serangga perusak tidak dapat berkembang
sehingga atap daun sangat menguntungkan terutama untuk mengusir
kelembaban dan mengurangi panas yang ada dalam ruang. Disisi lain,
pengguna atap seng di daerah pantai kurang tepat karena kadar garam yang
tinggi dapat menyebabkan korosi, sehingga atap seng mudah rusak.
Penggunaan atap seng bagi suku Maybrat, Imian, Sawiat, disamping karena
pertimbangan konstruksi yang ringan, Hamah Sagrim 381
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
juga terhadap kebiasaan menampung air hujan untuk keperluan sehari-hari.
Air hujan dari cucuran atap seng lebih jernih dan lebih bersih
dibanding atap daun. Atap seng dapat merefleksi 90% - 70% akibat radiasi
matahari. Pada rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, atap seng
rata-rata tidak diberi warna. Dengan demikian maka atap seng cepat
merefleksi panas sekitar 45% - 25% sehingga terasa cepat panas, yang
mengakibatkan pengaruh pada kondisi konfort di dalam ruangan. Untuk itu
dapat diantisipasi dengan pemasangan plafond dan bukaan jendela yang
cukup. Disamping itu, bahwa atap seng mudah terjadi kondensasi khususnya
dipagi hari. Untuk itu, konstruksi kayu yang ada dibawah harus
terlindungi benar dari kelembaban. Hal ini dapat diatasi dengan
pemberian cat atau ter dan harus bisa bernafas artinya hawa udara
senantiasa mengalir berputar dibawahnya. Pada rumah tinggal suku
Maybrat, Imian, Sawiat, dapat dikataka telah merespons terhadap kondisi
ini. Sedangkan untuk elemen bangunan lain umumnya menggunakan material
dari Kayu sebagai struktur dan tali sebagai pengikat. Material kayu
diketahui mempunyai kemampuan pemantulan sekitar 60% - 40%. g. Pola
Penataan Hunian. Pola penataan hunian dipermukaan wilayah hunian
Maybrat, Imian, Sawiat, ini mengikuti lereng perbukitan bagi wilayah
perbukitan, dan mengikuti pesisir pantai bagi wilayah pesisir atau ini
bisa dikatakan bahwa masih semrawut dan tidak teratur. Tentusaja kondisi
ini dapat mempengaruhi tinggi rendahnya temperatur lingkungannya. Pada
rumah halit yang diteliti, setiap rumah di wilayah pegunungan lereng,
tidak memperhatikan jarak ruamah antara satu dengan yang lain tetapi
bergantung pada pemilihan lokasi, karena dipengaruhi oleh lereng, bukit
dan tebing sehingga lokasi sebagai ukuran utama penempatan bangunan.
Sedangkan di wilayah pesisir pantai, memperhatikan perbandingan yang
seimbang antara luas lahan dan luas bangunan. Hal ini tentunya dapat
menjadi pendukung yang baik untuk mengontrol arah angin dan
memanfaatkannya untuk mengusir kelembaban dan panas dalam ruang.
A.2. Pengaruh Iklim Terhadap Kenyamanan Thermal Rumah Tinggal Suku
Maybrat, Imian, Sawiat.
Hamah Sagrim
382
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Berdasarkan analisis dari hasil pengamatan, maka dapat disimpulkan bahwa
keberadaan hunian suku Maybrat, Imian, Sawiat, beserta lingkungan dan
budayanya telah dapat merespon terhadap pengaruh iklim tropis untuk
mencapai kenyamanan thermal dalam bangunannya sebagai berikut: b.
Pengaruh Sinar Matahari Untuk menghindari sinar matahari langsung masuk
ke dalam bangunan, maka dianjurkan untuk memakai pelindung dari atap dan
dinding. Namun dari hasil analisis dengan menggunakan susunan path
diagram, kulit yang ada belum cukup untuk melindungi kulit bangunan dari
sinar radiasi matahari. Sehingga masih membutuhkan pematah sinar
matahari dengan panjang tentunya. Sedangkan pemanfaatan cahaya matahari
untuk pencahayaan alami pada tiap rumah halit, hampir seluruhnya
berfungsi dengan ketentuan bahwa setiap ruang yang ada harus diberi
lubang 2m-2,8m lubang bukaan/jendela. Sementara dindingnya dari bahan
kayu, dan kulit kayu, yang mempunyai celah. Dari hasil analisis, dapat
disimpulkan bahwa rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, yang sisi
bangunannya berorientasi pada utara selatan, pemanfaatan cahaya alaminya
memenuhi persyaratan besar intensitas cahaya yang dianjurkan. Sedangkan
rumah yang sisi panjang bangunannya berorientasi timur barat, pada jam
12.00 dan jam 14.00 nilai intensitas cahayanya berada diatas ambang
persyaratan maksimal. Jadi pada jam-jam ini terjadi discomfort. c.
Pengaruh Temperatur Udara. Dari hasil analisis yang telah dilakukan,
maka dapat disimpulkan bahwa rentang temperatur yang terjadi pada rumah
di daratan dan di peralihan, rata-rata tinggi. Sedangkan rumah perairan
laut menunjukkan kondisi temperatur yang berkisar sedang ke rendah. Hal
ini disebabkan karena dibidang daratan lebih panas dua kali lebih cepat
dari pada bidang air pada luas yang sama, dan bidang air kehilangan
sebagian energi panasnya karena penguapan. Disamping itu pola peletakan
hunian diperalihan yang cenderung padat tidak teratur menjadi penghambat
aliran angin untuk mencapai jendela/bukaan, sehingga perannya untuk
menurunkan temperatur udara sangat kecil.
Hamah Sagrim
383
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
d. Pengaruh Hujan dan Kelembaban Terhadap pengaruh hujan diatasi dengan
pembentukan atap yang memadai. Hal ini tentunya untuk mempercepat
turunnya air hujan dari atap supaya tidak merembes masuk kedalam rumah,
disampin untuk ditampung sebagai persediaan air bersih sehari-hari
(khsus wilayah pesisir laut). Namun pada hunian perkampungan di Maybrat,
Imian, Sawiat, umumnya dibangun dengan bentuk atap pelana dengan sudut
jatuh suram menutupi sebagian badan/dinding rumah sehingga pengaruh
hempasan hujan untuk menembus dinding dapat terlindungi. e. Pengaruh
Pergerakan Udara Kecepatan gerak udara sangat penting dalam usaha
menciptakan suatu nilai kenyamanan. Bila dilihat dari bentuknya maka
perlu ditambahkan bukaan/jendela disetiap rumah hunian suku Maybrat,
Imian, Sawiat, sehingga cukup memenuhi kriteria kenyamanan, karena
dengan bukaan yang ada bisa memanfaatkan udara sebagai penghawaan alami.
Namun pemanfaatan aliran angin melalui penempatan bukaan pada posisi
yang tepat, belum seluruhnya tercapai pada setiap rumah pesisir untuk
kecepatan angin 0,1m/det dengan arah angin miring terhadap lubang, bila
bukaannya miring maka belum memenuhi persyaratan, untuk kegiatan
keluarga. Hal ini disebabkan karena perletakannya berada pada daerah
peralihan daratan dan perairan. Pergerakan udara didaerah peralihan
daratan dan perairan ini diketahui rata-rata 2-3, 1 km/jam. Sedangkan
untuk didaratan/pegunungan, pergerakan udara rata-rata 3,1 km/jam dan
untuk diperairan laut rata-rata 5.3 km/jam. Kecepatan udara diperalihan
relatif kecil karena pola perletakan huniannya cenderung pada dan tidak
teratur, sehingga pergerakan udara terhalang ke bangunan. f. Kenyamanan
Thermal Rumah Halit Kondisi udara yang dirasakan nyaan mempunyai
kombinasi dan temperatur kelembaban, dan kecepatan angin. Kondisi tiap
rumah Halit dalam sehari berada pada kondisi nyaman optimal menurut
kekondisian hangat kondisi nyaman optimal pada rumah tinggal suku
Maybrat, Imian, Sawiat, dapat disimpulkan berdasarkan pola perletakan
hunian sebagai berikut.
Hamah Sagrim
384
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
y
Untuk perletakan hunian di daratan gunung. Kondisi kenyamanan optimal
rata-rata terjadi pada jam 18.00 ± 08.00 pagi. Sedangkan pada jam 10.00 ±
16.00 sore beradadalam kondisi hangat.
y
Untuk perletakan hunian di peralihan darat dan perairan laut. Kondisi
nyaman optimal rata-rata hanya terjadi pada jam 01.00 ± 16.00 sore
berada dalam kondisi hangat.
y
Untuk perletakan hunian di perairan laut pada jam 18.00 ± 08.00 pagi.
Sedangkan pada jam 10.00 ± 16.00 sore berada dalam kondisi hangat.
Kondisi kenyaanan didarat dan diperairan laut sebenarnya kurang lebih
hampir sama. Hal ini disebabkan karena kelembaban di perairan laut lebih
tinggi daripada didarat. Sedangkan rentang temperatur berlaku
sebaliknya, sehingga kondisi yang ditunjukkan dalam diagram olgyay
berada dalam kondisi tidak nyaman dan masih perlu ditoeransi dengan
tambahan angin sekitar 0,5 ± 1,5 m/det. Sedangkan untuk hunian yang
berada di peralihan darat dan perairan laut masih membutuhkan tambahan
angin sekitar 1,5-1,3 m/det.
B. REKOMENDASI 1. Budaya Appabolang sebagai pedoman untuk medirikan
rumah halit-mbol chalit, bukan suatu aturan yang kaku, tetapi tetap
berkembang mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu,
bentuk dan tampilan rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, sebagai
hasil budaya Appabolang dapat diadaptasikan dengan menambahkan
aspek-aspek perancangan yang merespon terhadap lingkungan alam tropis.
Dengan
demikian, selain aspek teknis dan aspek kesehatan dapat lebih memenuhi
persyaratan dan aspek sosial budaya masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat,
dapat sesuai dan diterima. 2. Terhadap iklim, disarankan: a. Untuk
mengurangi radiasi matahari terhadap atap bangunan dan mengurangi efek
silau, penggunaan atap seng sebaiknya dilapisi dengan cat warna
kemerahan (dapat merefleksi panas 35%). Atau dengan menggunakan genteng
asbes untuk manggantikan seng. Karena genteng asbes selain tidak mudah
berkarat, konstruksinya ringan, mudah dipasang, cukup murah, dan tidak
perlu khawatir terhadap proses pembusukan seperti atap daun. Untuk
mengurangi silau akibat pantulan air laut dan terang langit, dapat
diatasi dengan pembuatan pematah matahari, selain itu digunakan untuk
perlindungan dan pengaruh hujan. Panjang pematah sinar matahari
disarankan Hamah Sagrim 385
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
adalah sepanjang 1,2 m ± 2 m dengan bentuk yang sesuai dengan jendela
dan kemiringan atap. b. Perlu ada pemberian jarak pada bangunan untuk
mendapatkan keteraturan tata letak bangunan, hal ini dimaksudkan untuk
memberikan efek pengaliran udara yang baik pada lorong-lorong antar
rumah, serta untuk menurunkan kondisi kelembaban yang sangat tinggi.
Pola tata letak bangunan yang disarankan adalah berbaris membentuk grid,
supaya angin dapat dengan leluasa mencapai bangunan. Angin yang bertiup
sangat kencang tentu saja akan menjadi masalah. Jadi perlu ada usaha
untuk mengendalikannya. Misalnya dengan penahan-penahan angin seperti
defletor-defletor yang membelokkan arah angin menurut yang kita
kehendaki dan bahkan dapat dimanfaatkan terutama untuk mengusir
kelembaban yang sangat tinggi. Solusi tepat untuk menjembatani antara
tiupan angin kencang yang sering terjadi di pantai dan di lain pihak
kebutuhan akan gerakan udara untuk mengusir tingkat kelembaban yang
sangat tinggi. Perlu juga diperhatikan mengenai pemanfaatan vegetasi
yang dapat tumbuh di wilayah pesisir pantai seperti pohon bakau, pohon
palm, dan lain-lain sebagai klimatologi kontrol, juga dapat memberi
nilai estetika. c. Pada prinsipnya pembangunan rumah diatas tiang-tiang
(rumah panggung) adalah suatu keputusan yang cukup bijaksana, apalagi
bila bediri diwilayah pesisir pantai dengan kondisi alam yang sangat
keras. Disamping itu, pemakaian konstruksi ini telah terbukti dapat
mencapai suatu nilai kenyamanan yang diinginkan apabila ditangani dengan
cerdas. Untuk itu pada penelitian selanjutnya perlu dipikirkan suatu
aspek penanganan baik dan segi perencanaan maupun perancangan. Sesuai
dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi. Tentunya untuk
mendapatkan manfaat semaksimal mungkin sehingga warisan budaya yang
telah diwariskan oleh nenek moyang kita tidak punah, bahkan akan
menampilkan jati diri bagi perkembangan arsitektur di Indonesia. d.
Selain itu, untuk menghindari kelembaban dan memberikan kehangatan dalam
ruang, dianjurkan untuk setiap bukaan-bukaan, overstek, ventilasi perlu
dilapisi dengan senat (semacam anyaman dari kulit pelepah sagu). Karena
menurut penelitian kami, senat mampu mengembalikan suhu yang hangat
pada ruang thermal yang dingin dalam waktu 2 jam untuk ukuran bangunan
7-10 meter persegi. Hamah Sagrim 386
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
USULAN KONSEP REDESAIN/REKOMENDASI
Gambar: Tampak Depan bentuk redesain/ Rekomendasi Hamah Sagrim 387
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Gambar:
Tampak samping kiri bentuk redesain/rekomendasi
Hamah Sagrim
388
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Gambar:
Tampak samping kanan bentuk redesain/rekomendasi
Hamah Sagrim
389
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Gambar:
Tampak belakang bentuk redesain/rekomendasi
Hamah Sagrim
390
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
KONSEP DASAR DAN TURUNANNYA/REKOMENDASI TRADISIONAL MODEREN
Gambar: Denah Tradisional
Gambar: Redesign Denah Dari bentuk Tradisional kebentuk moderen
Gambar: Tampak Depan bentuk tradisional
Gambar: Redesign Tampak Depandar bentuk tradisional ke- bentuk moderen
Hamah Sagrim
391
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Gambar: Tampak samping kiri bentuk tradisional
Gambar: Redesign Tampak samping kanan dari bentu tradisional ke-bentuk
moderen
Gambar: Tampak samping kiri bentuk Tradisional
Gambar: Redesign Tampak samping kiri dari tradisional ke- bentuk Moderen
Hamah Sagrim
392
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Gambar: Tampak Belakang bentuk Tradisional
Gambar: Redesign Tampak Belakang dari tradisional ke-bentuk moderen
Struktur bentuk redesign kepala ornament dari tradisional menjadi bentuk
moderen. Jenis ornament tersebut adalah rahang Babi dan Rahang Rusa,
yang selanjutnya dikembangkan menjadi bentuk moderen dengan
mempertahankan bentuknya sebagai dasar aliran. Untuk bentuk Hamah Sagrim
393
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
moderen telah dimodifikasikan sedemikian sehingga tampaklah suatu nilai
estetika, dan karena pertimbangan estetika maka dibentukkan sedemikian.
Nilai yang terkandung pada ornament ini adalah kebesaran seseorang.
Bentuk pengadopsian sisa kayu yang diambil dari kepala burung kakatua
putih yang diadopsikan menjadi ornament pada bangunan arsitektur
Maybrat, Imian, Sawiat.
Bentuk dan redesain tidak harus kaku dengan menggunakan bahan kayu,
tetapi dapat di kembangkan menjadi rumah moderen dengan bahan konstruksi
beton tanpa meninggalkan gaya dan bentuk serta nilainilai aslinya.
Hamah Sagrim
394
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Garis anak panah diatas yang dihubungkan antara rumah tradisional ke
rumah moderen menunjukkan bentuk-bentuk bangunan dan aliran yang
di-redesign menjadi bentuk moderen dengan gayanya yang tetap khas.
Gambar listplank dari yang bekas yang menjadi
diadopsikan kaki
kepiting
dikembangkan
aliran arsitektur Maybrat, Imian, Sawiat.
Hamah Sagrim
395
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
ALTERNATIF PEMECAH ANGIN/REKOMENDASI
Kisi-kisi kayu pengontrol angin
Jendela dengan defektordefektor yang dapat mengontrol angin kencang
Lantai Papan
Hamah Sagrim
396
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
LAMPIRAN GAMBAR
GAMBAR RUMAH TRADISIONAL DARI ZAMAN PRASEJARAH HALIT ± MBOL
CHALIT/LAMPIRAN
Hamah Sagrim
397
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
GAMBAR RUMAH BERSALIN DAN RUMAH SEMI MODEREN/LAMPIRAN
GAMBAR RUMAH NELAYAN/LAMPIRAN
Hamah Sagrim
398
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
GAMBAR BENTENG PERTAHANAN SNEK DAN ASRAMA WANITA/LAMPIRAN
GAMBAR KEMAH TABERNAKEL K¶WIYON-MBOL WOFLE/LAMPIRAN
Hamah Sagrim
399
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
GAMBAR KOLOUM OMPAK HAFOT/LAMPIRAN
GAMBAR PERAHU NELAYAN/LAMPIRAN
Hamah Sagrim
400
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
GAMBAR PERLENGKAPAN BUSANA DAN PERLENGKAPAN UPACARA ADAT/LAMPIRAN
Hamah Sagrim
401
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
A
Aám : Koba-Koba, Payung tradisional hasil Teknologi Sederhana Orang
Maybrat, Imian, Sawiat, yang dibuat dari bahan Daun Pandanus dan tali.
Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Aban : Ular. Dalam sebutan
bahasa lokal suku Maybrat. Af : Atap, Penutup rumah. Dalam sebutan
bahasa lokal suku Maybrat. Ain : Tifa. Dalam sebutan bahasa lokal suku
Maybrat. Aken : Perahu, Kole-kole, Sampang. Dalam sebutan bahasa lokal
suku May ithe ± Maybrat. Anu : Kamu, Kalian. Dalam sebutan bahasa lokal
suku Maybrat. Appabolang : Budaya yang lahir berdasarkan kebutuhan, adat
istiadat dan pengaruh lingkungan. Istilah antropologi. Ara : Kayu,
Pohon, Pepohonan. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Ayamaru :
Nama Sebuah Distrik yang didiami oleh Sub Suku Bangsa Maybrat. Anak suku
yang mendiami Distrik ini adalah Maybrat dan May Ithe, Letaknya di
bagian kepala burung Pulau Papua, dan termasuk kabupaten Maybrat (Bagian
Selatan Kabupaten Sorong). Suku Bangsa ini merupakan Sub Suku dari Suku
bangsa Bonberai. Aitinyo : Nama sebuah Distrik yang didiami oleh sub
suku bangsa Maybrat. Anak suku yang mendiami Distrik ini adalah May Ithe
dan May Maka. Letaknya di bagian kepala burung pulau Papua, termasuk
Kabupaten Maybrat (Bagian Selatan Kabupaten Sorong). Suku ini merupakan
anak suku dari Sub Suku bangsa Maybrat, Suku Bangsa Bonberai. Aifat :
Nama Sebuah Distrik yang didiami oleh Sub Suku Bangsa Maybrat. Anak suku
yang mendiami Distrik ini adalah May Maka dan Meyah. Letaknya di bagian
kepala burung pulau Papua, termasuk Kabupaten Maybrat (Bagian Selatan
Kabupaten Sorong). Suku ini merupakan anak suku dari sub suku Bangsa
Maybrat, Suku Bangsa Bonberai. Ait : Dia Laki-laki. Dalam sebutan bahasa
lokal suku Maybrat. Al-Quran : Kitab Suci Umat Muslim. Apologi :
Pengampunan. Dalam istilah Teologia Kristen. Ara : Kayu. Dalam sebutan
bahasa lokal suku Maybrat. Hamah Sagrim 402
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Ara mag : Ampas Kayu. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Ara Mair :
Bandar Pohon. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Ara Malák :
Kulit Kayu. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Ara So : Cabang
Kayu yang berbentuk Y biasa digunakan untuk Kolum Rumah. Dalam sebutan
bahasa lokal suku Maybrat. As r : Tiang utama Penyangga Tungku api.
Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Ayá : Air, Sungai. Dalam
sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Aya Maám : Tepian Sungai, Pesisir
Sungai/Laut, Pinggiran sungai/laut. Dalam sebutan bahasa lokal suku
Maybrat.
B
Bakit : Sebutan Kepada Wanita Muda. Dalam bahasa lokal suku Maybrat. Bám
: Kapak. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Barit : Tangga. Dalam
sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Beta : Semua, Keseluruhan, Tak
satupun. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Biblikal : Berkaitan
dengan Alkitab. Bofan : Upacara Penamaan, Tata cara pemberian nama dalam
tradisi orang Maybrat, Imian, Sawiat. Dalam sebutan bahasa lokal suku
Maybrat. Bo toh : Hal yang Baru, Mujizat, Kejadian Baru, Sesuatu yang
baru, Pengalaman baru. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Bobot :
Bangsawan, Kaum borjuis, Keturunan Berdarah biru, Keturunan Ningrat.
Dalam bahasa lokal suku Maybrat. Bogonjong do : Arsitektur tradisional
Sumatera Barat Indonesia Bohrá : Halaman Rumah, Kintal disekeliling
Rumah, Pekarangan Rumah. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Bohlát
: Pembayaran Denda. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Bohra Mn :
Halaman Luar, Kintal diluar rumah, Pekarangan diluar rumah. Dalam
sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Bomit : Tempat Persembunyian berupa
bangunan rumah, maupun Gua-gua. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.
Bomná : Ceritera Rakyat, Sejarah, Kisah ceritera. Dalam sebutan bahasa
lokal suku Maybrat.
Hamah Sagrim
403
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Bonberai : Sebutan Nama Suku Besar utama yang mendiami Pulau Papua. Suku
Bangsa ini mendiami bagian kepala burung hingga leher pulau Papua.
Menurut klasifikasi filum bahasa yang diklasifikasikan oleh ahli
antropologi dan ahli linguistik 1982. Bonout : Pemikiran, isi hati,
Perasaan, Rencana, Tujuan. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Bo
ka n : Tali yang digunakan untuk menjahit dari bahan serat Kulit kayu.
Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Botgif : Firman, Kata-kata
Nujum, Kata-kata santet, Kata-kata Mantra. Dalam sebutan bahasa lokal
suku Maybrat. Bonout aro hahayah : Pemikiran yang berbeda, Ide lain,
Pemikiran lain, Rencana lain. Dalam Sebutan Bahasa lokal suku Maybrat.
Bo Ro Nno t : Barang yang diingat, Hal-hal yang diingat, Pemikiran, Daya
Khayal, Imajinasi, Rencana. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Bo
snyuk : Hal khusus, Rahasia, Berkaitan dengan Kausal, Sumpah Pribadi,
Janji Khusus. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Boyi : Pembayaran
Maskawin. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Br n : Bambu. Dalam
sebutan bahasa lokal suku Maybrat. B¶sioh : Tarian Tradisional suku
Maybrat, Imian, Sawiat, Tari Ular, Tumbu Tanah. Dalam sebutan bahasa
lokal suku Maybrat. Bta-Btá : Palem Hutan yang membentuk pohon Pinang.
Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.
C
Cekokan : Tekanan atau ide ± ide dari pihak lain Chlen : Burung. Dalam
sebutan bahasa lokal Suku Sawiat, Imian. Comvergence : Satuan Gelombang
yang berpusat pada satu titik. Dalam istilah Ilmu Geografi.
D
DAS : Daerah Aliran Sungai. Dalam istilah Ilmu Geografi. Divergence :
Penyebaran Gelombang ketika mendekati semenanjung. Dalam istilah Ilmu
Geografi. Dogmatic : Semacam Doktrin Iman.
Hamah Sagrim
404
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
E
Ex Nihilo : Berkaitan dengan Kekosongan, Ketiadaan, Penjadian.
F
Farokh : Selokhi, Mangkuk, Tempayan Minuman yang diraut dari kayu. Dalam
sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Mf : tidak, belum, tidak ada, belum
ada. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Fet : Begitu, sedemikian,
seperti begitulah. Dalam sebutan bahasa lokal Maybrat. Fijoh Malák :
Kulit kayu dari Pohon dalam bahasa lokal disebut Fijoh atau termasuk
keluarga ³Cofasuss SP´ Finyá : Perempuan, Wanita, (kata ini bisa sebagai
kata ganti menunjukkan orang tunggal dan jamak). Dalam sebutan bahasa
lokal suku Maybrat. Finya Mabe : Ibu Melahirkan. Dalam sebutan bahasa
lokal suku Maybrat. Finya Mgiár : Pendidikan Tradisional Orang Maybrat,
Imian, Sawiat, pada zaman Prasejarah yang Khusus untuk Wanita. Flet bo :
Berfilsafat. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Fra Habáh :
Pecahan Batu, Bagian Lain dari Batu yang dipecahkan. Dalam sebutan
bahasa lokal suku Maybrat. Fra Mán : Batu Tajam, Bagian Batu yang Tajam.
Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.
G
Ginyáh : Kecil, bayi, anak-anak, masih muda, belum cukup umur. Dalam
sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Gitaut : Cawat, Cedaku, Busana
Tradisional orang Maybrat, Imian, Sawiat, mula-mula yang terbuat dari
kulit kayu kemudian digantikan dengan Kain. Dalam sebutan bahasa lokal
suku Maybrat. Gu ano : Sebutan Kepada Wanita bujang. Dalam sebutan
bahasa Maybrat fersi May Maka. Gu mb t : Pusat/Pusar Bayi. Dalam sebutan
bahasa lokal suku Maybrat.
H
Habán : Kalung, Manik. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Hafot :
Tiang Pancang, Tiang dengan Ompak, Koloum Induk, dalam sebutan bahasa
lokal suku Maybrat. Hamah Sagrim 405
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Halelem : Pohon/Kayu yang serat kulitnya digunakan sebagai tali/benang
dalam meramu noken dan payung tradisional. Dalam sebutan bahasa
tradisional suku Maybrat. Halit Myi : Rumah gantung atau Rumah yang
dibangun dengan ukuran tinggi bahkan ada yang dibangun diatas pohon yang
rindang dan tinggi. Sebutan dalam bahasa lokal suku Maybrat. Halit Wyán
: Rumah Kebun. Atau bangunan rumah yang khusus dibangun hanya di kebun
yang fungsinya sebagai tempat menginap pemilik kebun. Dalam sebutan
bahasa suku Maybrat. Hafot : Kolum. Dalam sebutan bahasa lokal suku
Maybrat. Hafot Ra Mat : Kolum Cincang. Kayu yang dicincang oleh para
tukang bangunan sebagai kolum bangunan. Dalam sebutan bahasa lokal suku
Maybrat. Hafot Ra Mat : Kolum yang ditanam. Dalam sebutan bahasa lokal
suku Maybrat. Hatik : Koba-koba, Payung tradisional hasil teknologi
sederhana Orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang dibuat dari bahan daun
Pandanus dan Tali. Dalam sebutan bahasa lokal suku Sawiat, Imian, Tehit.
Hita gát : Daun Kering. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.
Hlambra : Parang Kuno yang dibuat dari bahan logam yang didagangkan dari
daerah dongsong Vietnam Utara, dianggap sebagai Parang Pusaka dan
digunakan sebagai perlengkapan upacara ritual/adat. Dalam sebutan bahasa
lokal suku Maybrat. Homiletik : Pola Pendidikan Berasrama, Tertutup.
Dalam istilah Teologia Kristen. Honai : Arsitektur Tradisional suku Dani
Papua Indonesia Hr : Dinding Bangunan dari Kulit Kayu. Dalam sebutan
bahasa lokal suku Maybrat
I
Imian : Nama sebuah Anak Suku dari Sub Suku Bangsa Tehit, Suku Bangsa
Bonberai. Suku ini mendiami daerah Imian. Kabupaten Sorong Selatan.
Letaknya dibagian Selatan Kabupaten Sorong dan dibagian Barat kabupaten
Sorong Selatan. ir : Dosa. Dalam Sebutan Bahasa lokal suku Maybrat. Is t
: Teras Rumah. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Isrá : Gua,
Lubang batu, Tempat yang Berbentuk ceruk-ceruk oleh batu. Dalam sebutan
bahasa lokal suku Maybrat. Ist : Hukum adat/komunual orang Maybrat,
Imian, Sawiat. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.
J
Hamah Sagrim 406
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Joglo : Arsitektur Rumah tradisional jawa indonesia
K
Ka n : Penutup Atap yang diambil dari sejenis Tumbuhan Pandanus SP.
Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Kajang : Rumah diatas Perahu.
Istilah yang diberikan oleh ahli antropologi asal Belanda dan Swedia
1950-an, yang menyebutkan bahwa perahu nelayan di pulau New Guinea yang
dibagian atasnya dibangun rumah disebut perahu kajang/khanjang. Katár :
Balok Pemikul. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Katektik :
Pelajaran, Ajaran Injil, Firman. Dalam istilah Teologi Kristen. Kayah
Haf t : Lubang yang digali untuk mendirikan kolum. Dalam sebutan bahasa
lokal suku Maybrat. Kbe : nanti akan terjadi/tidak terjadi, nanti akan
datang/tidak datang dll. Menunjukkan hal yang akan dan tidak akan
terjadi. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Kr : Palang, Batasan,
Tutupan. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Kre Finy :
Palang/Batas Wanita. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Kre Ra Sm :
Palang/Batas Pria. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Krirás :
Didinding Rumah. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Kromb :
Sejenis Musik tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, yang bentuknya
seperti Biola dengan alat gesek/dawai. Dalam sebutan bahasa lokal suku
Maybrat. Koti : Menjemur, Mengeringkan, Mengawetkan. Dalam sebutan
bahasa lokal suku Maybrat. Kukek : Anak-anak, orang muda, bayi. Dalam
sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Kusia Habáh : Pecahan Botol, Beling,
Pecahan Kaca. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.
M
Mafir Hr : Membuat dinding, Memasang dinding dengan bahan kulit kayu.
Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Makah : Membawa, Mengantarkan
Sesuatu. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Mama : Mereka sedang
Datang/Menuju kita, Dia Perempuan Datang/menuju kita. Dalam sebutan
bahasa lokal suku Maybrat. Mam r : Gelap Gulita. Dalam sebutan bahasa
lokal suku Maybrat.
Hamah Sagrim
407
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Maná : Kepala Wanita, Kepala Hewan, Bagian depan (Kendaraan, Perahu,
Kapal). Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Mato/ : Ruang Dalam,
Pintu, bolong, lubang. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Mas f :
Tengah, Pertengahan, Ditengah-tengah, Sentral, Pusat. Dalam sebutan
bahasa lokal suku Maybrat. Mase/ : Besar, Banyak. Dalam sebutan bahasa
lokal suku Maybrat. Massive Man : Orang yang hidupnya suka berperang.
Orang yang masinh hidup pada zaman batu. Lihat kamus ilmiah populer
fersi inggris. Mati haf t : Menanam Tiang Kolum. Dalam sebutan bahasa
lokal suku Maybrat. Maut Hdán : Upacara Ritual dalam tradisi Orang
Maybrat, Imian, Sawiat. Maut Shaflá : Upacara Ritual dalam tradisi orang
Maybrat, Imian, Sawiat. Maut wláh : Upacara Ritual Untuk Pengakuan
Dosa. Dalam tradisi orang Maybrat, Imian, Sawiat. Maybrat : Nama sebuah
Sub Suku Bangsa dari Suku Bangsa Bonberai. Suku ini mendiami wilayah
Maybrat. Anak suku dari suku ini adalah Maybrat, May ithe, May maka,
meyah. Suku ini mendiami wilayah bagian selatan kepala burung Pulau
Papua. May Ith : Nama Sebuah Anak Suku dari Sub suku Maybrat, Suku
bangsa Bonberai. Suku ini mendiami wilayah Maybrat, wilayah bagian
selatan kepala burung Pulau Papua. Mbiji aám : Proses Membuat
ukiran/aliran bentuk sebagai Estetika pada Payung. Dalam sebutan bahasa
lokal suku Maybrat. Mban Ra sme : Memberikan dukungan kepada laki-laki,
Sebagai wanita yang menunjang suami. Dalam sebutan bahasa lokal suku
Maybrat. Mber wiy n : Aktivitas Pendidikan Insisasi wiyon-wofle,
Mendidik, Menasehati, Membimbing. Dalam sebutan bahasa lokal suku
Maybrat Mbol : Perumahan, Gedung, Apartemen, Hotel, Bangunan Moderen,
Mall, Benteng Pertahanan, Bangunan Utama rumah hunian moderen. Dalam
sebutan bahasa lokal suku Sawiat, Imian. Mbol Chalit : Rumah Gantung,
Rumah yang ukuran struktur Kolumnya tinggi, rumah yang dibangun diatas
pohon tinggi. Dalam sebutan bahasa lokal suku Sawiat, Imian. Mbol Chalit
Tein : Rumah Kebun, bangunan yang dibangun khusus dekat kebut untuk
dihuni atau sebagai tempat peristirahatan sementara oleh petani. Dalam
sebutan bahasa lokal suku Sawiat, Imian. Hamah Sagrim 408
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Mbol Chonon : Rumah Bersalin, Rumah khusus ibu dan anak. Dalam sebutan
bahasa lokal suku Sawiat, Imian. Mbol Se : Rumah Nelayan, bangunan yang
berdiri disepanjang pesisir sungai. Dalam sebutan bahasa lokal suku
Sawiat, Imian. Mbol Nandla : Asrama Putra, Rumah bujang Laki-laki. Dalam
sebutan bahasa lokal suku Sawiat, Imian. Mbol Nangli : Asrama Putri,
Rumah bujang perempuan. Dalam sebutan bahasa lokal suku Sawiat, Imian.
Mbol Wofle : Gereja, Masjid, Vihara, Kemah Suci, Bait Allah, Sekolah,
Kampus, Universitas. Dalam sebutan bahasa lokal suku Sawiat, Imian. Mbou
: Keramat, Mistik, Ghaib, Tidak tertandingi. Dalam sebutan bahasa lokal
suku Maybrat. Meti : Melabuhkan Kapal di dermaga atau laut, Menemukan
orang yang dikejar. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Meru :
Arsitektur Tradisional Bali Indonesia Meyáh : Nama Sebuah Anak Suku dari
sub suku Maybrat, Suku Bangsa Bonberai. Suku ini mendiami wilayah
Maybrat, wilayah bagian selatan kepala burung Pulau Papua. Mhre : Duduk.
Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Mhoh Bia h : Mengejar
Penjahat, Memburu Musuh. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Minyan
: Parang. Dalam sebutan bahasa lokal suku Sawiat, Imian. Misioh :
Memperbaiki, Menservice yang rusak menjadi baru, Meluruskan,
Memperjelas. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Misiologi :
Misi/Perjalanan/Sasaran/Program Gereja/Penginjilan. Istilah Teologi.
Miwyah aám : Proses Pengawetan daun Pandanus untuk selanjutnya diramu
menjadi Payung. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Mji n : Tidur,
berbaring. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Mke r : Tidak bagus,
Tidak estetis, Tidak Indah, Tidak Menarik, Tidak Baik, dalam sebutan
bahasa lokal suku Maybrat. Mkes Af : Memasang Atap. Dalam sebutan bahasa
lokal suku Maybrat. Mof : Baik, bagus, indah, menarik, estetis, dalam
sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Mnout : Dia Perempuan Mengingat,
Mereka Mengingat. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Hamah Sagrim
409
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Morse : kode, tanda. Istilah dalam ilmu perang. Lihat pula
istilah-istilah Pramuka. M¶syá : Dengan, Bersamaan, Terbalik ke bawah.
Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. M¶syien Rmah : Membuat/Memasang
Lantai. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat Mti : Malam, Petang.
Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. M¶tw k : Memasuki, Mendekati.
Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Mwi bow : Sejenis Tarian
Tradisional Orang Maybrat, Imian, Sawiat, Bernyanyi, Pujian. Dalam
sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Mwohat Ohát : Membuat Tungku Api.
Dalam sebutan Bahasa Lokal suku Maybrat.
N
Nangli : Sebutan kepada Wanita Muda. Dalam sebutan bahasa lokal suku
Sawiat, Imian, Tehit. Na : Sebutan yang menunjukkan Orang atau Manusia
(kata ganti tunggal, menunjukkan orang banyak atau sebagai kata jamak)
dalam bahasa lokal suku Sawiat, Imian. Na Wofle : Pendeta, Pator, Kiai,
Biksu, Guru, Penasehat, Penginjil. Dalam sebutan bahasa lokal suku
Sawiat, Imian. Nawe : Bilang, Mau, Kepingin, Bertekad. Dalam sebutan
bahasa lokal suku Maybrat. N¶b : Engkau Pegang (Kata ganti orang
tunggal). Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. N¶fibo : Engkau/Anda
Seperti/Bagaikan. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. N¶mát :
Engkau/Anda Melihat. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. N¶r s :
Berdiri. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. N¶sgi : Engkau
Mendirikan Rumah, Engkau Membangun Rumah (Kata ganti orang Tunggal).
Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. N¶s k : Memilih, Memilah. Dalam
sebutan bahasa lokal suku Maybrat. N¶truk : Engkau/Anda Masuk/Memasuki.
Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Nu t : Kamu Naik, Kamu
Memanjat, Kamu Mendaki, Kamu Tutupi/menutup. Dalam sebutan bahasa lokal
suku Maybrat. N¶yi : Engkau, Anda. Dalam sebutan bahasa lokal suku
Maybrat.
O
Ohát : Tungku Api, Tempat untuk memasak. Dalam sebutan bahasa lokal suku
Maybrat. O : Tempat, Daerah, Wilayah, Areal. Dalam sebutan bahasa lokal
suku Maybrat. Omni science : Maha Mengetahui. Hamah Sagrim 410
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Omni Present : Maha Berada. Or n : Sebutan Kepada Tuhan Allah Bapa.
Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.
P
Pastoral : Kependetaan, Berkaitan dengan Pelayanan Keluarga. Istilah
dalam Teologia Kristen Plural : Multi Dimensi, Berfariasi, Multi etnic,
Multi cultural.
R
Raá : Sebutan yang menunjukkan Orang atau Manusia, (kata ganti tunggal
menunjukkan orang banyak atau sebagai kata jamak) dalam bahasa lokal sub
suku Maybrat. Kabupaten Maybrat. Raá n : Orang tidak berpendidikan,
Buta Aksara, Manusia Fana, Orang yang penuh dengan Dosa. Dalam sebutan
bahasa lokal suku Maybrat. Raá Kinyáh : Rakyat, Masyarakat biasa, bukan
bangsawan. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat, Imian, Sawiat,
Tehit. Raá Mab : Orang Tua, Petuah. Dalam sebutan bahasa lokal suku
Maybrat. Raá Mb r : Pelajar, Orang terdidik, Kaum Berpendidikan. Dalam
sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Raá Wa t : Orang Kepunyaannya,
Rakyatnya, Pengikutnya. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Raá Wiy
n : Pendeta, Pastor, Ustat, Biksu, Guru, Penasehat, Penginjil, Guru
Jemat. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Rae Sawán : rakyat
kecil, masyarakat, orang bukan bangsawan. Dalam Bahasa lokal anak suku
May Maka (daerah Karon, Mare). Refraction : Pembiasan Gelombang. Dalam
istilah Geografi. Reto : Yang itu. Dalam sebutan bahasa lokal suku
Maybrat. Riof kanyá : Keserasian, Kebahagiaan bersama, berkaitan dengan
kebahagiaan orang banyak. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Rmáh :
Lantai. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Ro : Yang. Dalam
sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Rot : Lain, Tidak Sama, Tidak sesuai,
Berbeda. R : Sebutan Burung dalam bahasa lokal Suku Maybrat. Kabupaten
Maybrat.
S
Hamah Sagrim 411
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Safáh : Taring Dari Ular Naga yang dijadikan sebagai bahan
perhiasan/manik/kalung. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Saf m :
Hutan Belantara, berkaitan dengan alam hutan. Sebutan dalam bahasa
lokal suku Maybrat. Sah : Pisau. Dalam sebutan bahasa lokal suku Sawiat,
Imian. Sala : Api. Dalam sebutan bahasa lokal suku Sawiat, Imian,
Tehit. Sam : Perumahan, Gedung, Hotel, Bangunan Megah, Rumah Moderen.
Samu Kr : Rumah Bersalin atau rumah untuk Ibu yang melahirkan. Dalam
sebutan bahasa suku Maybrat. Samu Mat : Ruang Dalam (interior) dalam
sebutan bahasa lokal Suku Maybrat. Samu Sir t : Gedung Pertemuan, Gedung
Upacara, Rumah Berkumpul. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Samu
Sn k : Benteng Pertahanan, Rumah Persembunyian. Dalam sebutan bahasa
lokal suku Maybrat. Samu Mamb : Rumah Nelayan, Rumah Pesisir, Bangunan
yang berdiri di pesisir sungai. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.
Samu Kusm : Asrama Putra, Rumah khusus laki-laki bujangan. Dalam
sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Samu Kuan : Asrama Putri, Rumah
khusus wanita Bujangan. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Samu
K¶wiyon : Rumah Suci, Gereja, Masjid, Vihara, Tabernakel, Kemah, bait
Allah, Sekolah, Kampus, Universitas. Dalam sebutan bahasa lokal suku
Maybrat. Sana Wiy n : Menguji Murid, Memberi Ujian, Memberi Ulangan
Kepada Murid. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Sawiat : Nama
sebuah Anak Suku dari Sub Suku Bangsa Tehit, Suku Bangsa Bonberai. Suku
ini mendiami daerah Sawiat. Kabupaten Sorong Selatan. Letaknya dibagian
Selatan Kabupaten Sorong dan dibagian Barat kabupaten Sorong Selatan. Sb
s : Menjahit. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. se : Biasa,
Saja, Cuma. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Ses : Rotan Jenis
Besar, sering disebut rotan Jawa. Dalam sebutan bahasa lokal suku
Maybrat.
Hamah Sagrim
412
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Sfa : Gunung, Orang yang hidup dibagian Pegunungan, Orang Gunung.
Istilah dalam sebutan bahasa lokal suku Sawiat, Imian, Tehit. Singular :
Tunggal, Satu, Perorangan. Sm : laki-laki. Ra sme: Dia laki-laki, orang
Laki-Laki. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Sm : Bermimpi.
Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat Sn h : Kalem, Lembah lembut,
Halus, Tidak Kasar. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Sny k :
Khusus, Pribadi, rahasia. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. S f :
Gording. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Sog : Parang. Dalam
sebutan bahasa lokal suku Maybrat Soh : Bila Mana, Apabila, Jikalau.
Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. So : satu, tunggal, bersama,
tidak terpisah-pisah. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Srah :
Palem Hutan yang jenis pohonnya kecil biasanya digunakan sebagai bahan
lantai rumah. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Sr : Salah,
Meleset, Tidak Tepat, Keluar dari aturan. Dalam sebutan bahasa lokal
suku Maybrat S : Bersama-sama. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.
Sui generis : Generasi, Perasaan Menyeluruh Sum Kafir : Nama Kafir, Nama
yang tidak dibabtis. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. S r :
Sebutan Umum untuk Kayu (Tiang, Balok, Nok, Reng, Usuk, Gording dll).
Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Sw r : Balok Sokong, Balok
Pengikat angin. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.
T
Tabám : Tanah, Negeri, Lembah, Negara, Benua, Daerah. Dalam sebutan
bahasa lokal suku Maybrat. Taf h : Api. Dalam sebutan bahasa lokal suku
Maybrat. Tagi : Penguasa Alam Air, Roh Halus yang Berada di Air/Sungai
sehingga sungai tersebut dianggap keramat/mistik. Dalam sebutan bahasa
lokal suku Maybrat. Tar : Stadion, Arena Pertunjukkan, Gedung Olahraga,
Gelanggang Olahraga. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Tb l :
Bambu yang berwarna Kuning/Bambu Cina. Dalam sebutan bahasa lokal suku
Maybrat. Tf : Pisau. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Hamah
Sagrim 413
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Tgif : Membaca Firman, Membaca Mantera, Membaca Nujum. Dalam sebutan
bahasa lokal suku Maybrat. Ti Manáf : Bubungan Atap, Bagian Kepala
Rumah. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Tin : Antin. Dalam
sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Tmáh : Kapak. Dalam sebutan bahasa
lokal suku Sawiat, Imian. Tná : hal/sesuatu/kejadian baru, lalu, terus,
selanjutnya. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Tongkonan :
Arsitektur tradisional Toraja Indonesia To : Rotan, Tali, Ikatan,
Pengikat. Sebutan dalam bahasa lokal Suku Maybrat. Tok : Tifa yang
ukurannya kecil. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Tr f : Alat
Gesek/Dawai Biola. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Truk :
Masuk, Kedalam. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Turáf :
Gaba-gaba. Tangkai dari sagu yang difungsikan sebagai bahan penutup
dinding Bangunan. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Tw k : Masuk,
Memasuki. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.
U
Undagi : Manusia terampil. Dalam istilah ilmu Antropologi
W
Waná : Punya Mereka, Kepunyaan Mereka. Dalam sebutan bahasa lokal suku
Maybrat. Wan : Kita, Kitorang. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat
Watá : Sero, Bubu, Alat penangkap ikan, udang, hasil teknologi sederhana
orang Maybrat, Imian, Sawiat. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat.
Wat m : Nasehat, Firman, Kata bijak. Dalam sebutan bahasa lokal suku
Maybrat. Wa : Taring Babi. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Wiy n
: Sebutan Kepada Tuhan, Allah. Dalam bahasa lokal suku Maybrat. Wiyon
Tná : Murid, Pelajar, Mahasiswa. Dalam sebutan bahasa lokal suku
Maybrat. Wofle : Sebutan kepada Tuhan, Allah. Dalam bahasa lokal suku
Sawiat, Imian. Wyák : Perahu, Kole-Kole, Perahu Sampang. Dalam sebutan
Bahasa lokal suku Maybrat
Y
Hamah Sagrim
414
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Yhár : Dia (laki-laki) mengetahui, mengenal, menguasai, menjiwai. Dalam
sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Yho : Dia Laki-laki berada, Dia
Laki-laki Bertahta, Dia Laki-laki Berdiam, Alamat orang Lakilaki. Dalam
sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Yhr : Dia Laki-Laki Duduk, Dia
Laki-Laki Menjabat pada Jabatan, Dia laki-laki Menempati. Dalam sebutan
bahasa lokal suku Maybrat. Ytah k n : Tidak lulus, Gugur dalam Ujian,
Tidak berhasil dalam pendidikan. Dalam sebutan bahasa lokal suku
Maybrat. Ytos guaw : Memelihara anak terlantar, Mengasuh anak terlantar.
Dalam bahasa lokal suku Maybrat.
DAFTAR PUSTAKA
Hamah Sagrim
415
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
³Juhana´ Arsitektur dalam kehidupan Masyarakat
Bendera 2001 www.leden.edu.id
´Mansoben´sistem kepemimpinan pria berwibawa di Irian Jaya
Breen, Ann. & Rigby, Dick. (1994): Waterfront- Cities reclaim their
edge. New York: Mc. Graw hill. Campel, Craig,S. (1982): Water in
landscape Architecture. New York: Van Nostrad Reinhold Company.
Hardiman, Gagoek (2000) Peranan ruang terbuka hijau dalam peningkatan
kualitas udara di perkotaan pada daerah tropis. Semarang. JAFT .
Lippsmeier, Georg (1994); Tropenbau Building in the Tropics. Muenchen:
Verlag Georg. D.W. Callwey. Pomanto, Danny. (2004) Bahan presentasi RTRW
Kota Makassar 2005-2015. Makassar: PT.Dann Bintang GR. Susilo,
Hendropranoto. Pryanto, Totok. (1993): Perkembangan Waterfront di
Perkotaan. Majalah Sketsa 9 Mei 1993. Universitas tarumanegara, hal;13.
Takeo, Kondo .(1991): Perspektif- Waterfront. Tokyo: Chiyodaku. Torre,
L, Azeo. (1989). Waterfront Development. New York: Van Nostrand
Reinhohld. DR-.Ing.Ir.Gagoek Hardiman. Sekretaris Progam Doktor
Arsitektur dan Perkotaan. Program Pasca Sarjana. Undip. Jl.Imam Bardjo
SH. No 3. Telp: (024)8412261, 8412262 FAX: (024)8412259: Email:
S3archurb_undip@yahoo.com.
Hamah Sagrim
416
ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT
Tentang Penulis
Hamah sagrim, lahir di lembah perbukitan Hamah Yasib, di daerah
perkampungan Sauf-Kanisabar wilayah Maybrat, West Papua, Indonesia. Anak
kedua dari empat bersaudara, Jeri, Itas, dan Desi. Orang tua ayah Nixon
Sagrim dan ibu Marlina Sesa. Hamah dikenal sebagai seorang pendiam
sabar dalam segala kekurangan dan kelebihannya dengan prinsip hidupnya
uang dan harta duniawi
tidak aku punya, tetapi aku memiliki Talenta luarbiasa dari Tuhan .
Catatan prestasi :
Juara II Sayembara Arsitektur, tingkat Mahasiswa arsitektur Asia
Pasifik, 2003. menerima penghargaan dan sertifikat internasional oleh
Evangelis Eksplotion internasional Malang Indonesia, 2004. Menjabat
sebagai Koordinator Pelajar Arsitektur Asia-Pasifik Region II Indonesia
tengah DIY, 2006. Menerima Penghargaan sebagai salah satu Mahasiswa
berprestasi dalam penilaian Tahunan Mahasiswa Kristen DIY, 2007.
Menjabat sebagai Direktur Program LSP DIY, 2007. Menerima
Penghargaan dan sertivikat dalam Konferensi Asia Afrika di Mindanao
Philipines, dalam karya penelitiannya yang mengungkapkan Umur Penghuni
di pulau Papua, 2009. Member of International Working Group for Asia
Afrika to Globalized (IWG) sekarang. Menjabat sebagai sekretaris IKMAPAS
Surabaya, rangkap ketua, 2005. sebagai anggota GMNI 2005, dan GMKI
2007. Menjabat sebagai pendiri dan Sekretaris Umum LIP, DIY 2009.
peneliti tamu di YPR DIY. Sebagai Anggota Team Perumusan Metode Belajar
Nusantara pada 2006, bersama DIKTI. Seorang Penulis dan Peneliti Lepas
yang fokus meneliti dan menulis tentang budaya Papua. Sebagai pembicara
pada seminar seminar nasional dan internasional baik didalam Negeri dan
diluar Negeri, dan masih
banyak prestasi yang diperolehnya. Saat ini masih aktif sebagai
mahasiswa Teknik Arsitektur di Universitas Widya Mataram Yogyakarta.
Hamah Sagrim
417
Tidak ada komentar:
Posting Komentar