Total Tayangan Halaman

Rabu, 31 Agustus 2011

A short grammar of Inanwatan, an endangered language of the Bird's Head of Papua, Indonesia

Sampul Depan
Pacific Linguistics, 2004 - 156 halaman
This short grammar documents the Inanwatan language, an endangered language of the Bird's Head of West Papua (Indonesia). It deals with major patterns of phonology, morphology and syntax of Inanwatan. It also contains a vocabulary, extensive texts and materials from a linguistic survey of the Inanwatan district. The introductory chapter contains a discussion of the sociolinguistic and historical context of the Inanwatan language. Special emphasis is given to the field linguistic problems that arise from describing a Papuan language in an advanced stage of generational erosion and on the basis of data in which Malay and Malayicised vernacular are often very hard to tell apart.

Selasa, 30 Agustus 2011

BOOK OF ARCHITECTURE GOOD OF BOOK OK - OKhttp://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:wd3y4Meyy6UJ:www.scribd.com/doc/47532097/BOOK-OF-ARCHITECTURE-GOOD-OF-BOOK-OK-OK+Informasi+Pemekaran+Imekko&cd=7&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a&source=www.google.co.id

ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah sebuah Negara kepulauan yang terdiri dari 17.508 pulau dan didominasi oleh perairan laut yang luasnya mencapai 62% dari luas Indonesia, dengan sepanjang 81.000 km, serta terdapat sekitar 9261 desa pantai dengan jumlah penduduk 22 %. Di wilayah pantai dan 78 %. Pada banyak satuan permukaan, perairan laut dan daratan merupakan ruang yang relatif dominan dengan berbagai pola permukiman. Dari sekian banyak permukiman perairan laut dan daratan, salah satu diantaranya adalah Suku Maybrat, Imian, Sawiat, di Kabupaten Sorong Selatan dan Kabupaten Maybrat, Papua. Secara geografis suku Maybrat mendiami di Distrik Ayamaru, Aitinyo, Aifat. Suku Imian Sawiat hidup di distrik Sawiat dan Teminabuan, dengan tipe iklim tropis basah, dan didominasi oleh penduduk dengan mata pencaharian Petani, Nelayan dan pemburu. Dari aktivitas yang heterogen ini ditunjang oleh rumah panggung dan rumah gantung dengan material pendukung umumnya berasal dari alam, dan berdiri diatas perairan bagi para nelayan, dan bagi para petani struktur bangunan berdiri diatas permukaan tanah, sungai, pesisir pantai maupun di atas pohon. Penghuni pemukiman ini adalah merupakan etnik , yaitu satu suku besar suku Maybrat, dan dua anak suku Imian, Sawiat yang adalah suku besar dari Tehit. Mata pencaharian pokok mereka adalah berkebun, menangkap ikan dengan perahu dan memburu binatan liar dengan Tombak, Jubi, Panah, Parang dan Anjing. mereka dikenal dengan sebutan manusia nelayan, petani dan pemburu. Sebagai manusia nelayan, petani dan pemburu, mereka melakukan segala aktivitas dan menghabiskan hidupnya dengan mengail, bercocok tanam dan memburu. Kemudian sejalan dengan bertambahnya waktu, mereka menetap dalam suatu hunian dan berkelompok membentuk suatu permukiman (urban space), namun budaya mengail, bertani dan memburu masih mempengaruhi kehidupan mereka sampai sekarang. Keberhasilan dan kelanggengan rumah halit-mbol chalit dalam kehidupan orang Maybrat, Imian, Sawiat, terlihat memberikan kenyamanan kepada penghuni dalam hal kenyamanan dari Hamah Sagrim 1 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Musu, Hewan atau binatan buas serta iklim sekitar, akan tetapi kelayakan daripada ruang thermal sendiri belum memberikan kenyamanan yang sesuai, karena terlihat begitu tertutup dengan ruangan yang multifungsi yang mana didalamnya seluruh aktifitas penghuni berlangsung. Dari organisasi ruang yang multifungsi serta ruang thermal yang dipengaruhi oleh asap api akibat pembakaran kayu bakar ketika masak, menimbulkan kepulan asap yang berpotensi mengakibatkan ispa kepada penghuni dan kadangkala penghuni batuk-batuk dan sakit mata yang mengakibatkan airmatanya bercucuran, bahkan berbahaya bagi bayi. Kadangkala ibu harus menggendong bayi untuk duduk diluar teras (isit) guna menghindari pengaruh asap api terhadap bayi. Dari bentuk dan tata ruang seperti demikian dengan kenyamanan thermal seperti demikian, maka dirasa perlu untuk diteliti untuk mengetahuinya secara rinci. Penelitian ini tidak serta merta karena dipengaruhi oleh situasi thermal saja, namun juga bertujuan untuk meredesain bentuknya arsitektur halit-mbol chalit dari bentuk tradisional ke bentuk moderen dengan pertimbangan kenyamanan thermal dan juga memasukkan unsur-unsur estetika, yang dimaksud untuk membuat bangunan halit-mbol chalit menjadi estetis. Selain pertimbangan kenyamanan thermal dan estetika, didalam ornament-ornament estetika, merupakan filosofi orang Maybrat, Imian, Sawiat yang khas, yang diangkat dari kehidupan sosial budaya mereka sehari-hari. B. Permasalahan Berdasarkan gambaran yang telah diuraikan pada latar belakang, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh bentuknya arsitektur rumah tinggal suku Maybrat Imian Sawiat Papua dalam menciptakan kenyamanan thermal bangunannya? 2. Bagaimana pengaruh faktor iklim terhadap kenyamanan thermal rumah tinggal (Halitmbol chalit) di wilayah pesisir dan wilayah pegunungan. 3. Bagaimana Meredesain bentuk arsitektur halit-mbol chalit dengan pertimbangan kenyamanan thermal serta memasukan unsur budaya sebagai estetika dari tradisional kebentuk moderen dengan mempertahankan seluruh alirannya. Hamah Sagrim 2 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT C. Tujuan Penelitian Berangkat dari permasalahan yang telah diungkapkan pada uraian latar belakang, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh bentuk arsitektur rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua (halit-mbol chalit) dalam menciptakan kenyamanan thermal bangunannya. 2. Untuk mengetahui faktor iklim terhadap kenyamanan thermal rumah tinggal halitmbol chalit. 3. Untuk mengembangkannya menjadi bentuk moderen dengan pertimbangan kenyamanan thermal serta memasukkan unsur estetika dari nilai-nilai filosofi sebagai ornament yang estetis dengan mempertahankan gaya dan aliran arsitekturalnya. D. Manfaat Penelitian Seluruh hasil yang didapat dari studi penelitian ini baik berupa rumusan-rumusan, pembuktian teori ataupun temuan-temuan tertentu diharapkan: 1. Dapat memberi kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat dipergunakan untuk kemungkinan penelitian lebih lanjut tentang rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, wilayah pesisir dan pegunungan. 2. Dapat memberi masukan teknis dalam rancangan bangunan rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, yang khas yaitu di wilayah pesisir dan wilayah pegunungan dalam merespons akan pengaruh iklim tropis lembab, Sehingga selain aspek teknis dan kesehatan dapat lebih memenuhi persyaratan, dari aspek sosial budaya masyarakat setempat yang dapat sesuai dan diterima. 3. Dapat menjadi masukan kepada pemerintah dan masyarakat dalam setiap aktifitas pembangunan. Memindahkan pengaruh iklim di daerah tropis lembab sehingga pembangunan yang di laksanakan selalu mengacu pada faktor lingkungan. Hamah Sagrim 3 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Arsitektur dan Kebudayaan 1. Pengertian Budaya Kebudayaan berasal dari bahasa sangsekerta ³buddhayah´ bentuk jamak dari ³budhi´ dengan arti budhi atau akal, karenanya kebudayaan dapat diartikan dengan segala hal yang bersangkutan dengan akal. Budaya dapat pula berarti sebagai hasil pengembangan dari kata majemuk budi dan daya, yang berarti daya dari budi yang berupa cipta, rasa dan karsa. Selanjutnya kebudayaan bila ditinjau dari ilmu Antropologi, adalah keseluruhan dari sistem gagasan, tindakan pola hidup manusia dan karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan sebagai pemilik dari manusia dengan belajar. hampir keseluruhan tindakan manusia adalah kebudayaan. Menurut ilmu Arsitektur, manusia yang memiliki budaya membangun adalah manusia yang berbudaya mencipta, orang yang berjiwa seni, orang yang berjiwa merancang, orang yang berjiwa perencana. Hanya sedikit tindakan manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang tidak perlu dibiasakan dengan belajar, antara lain yang berupa tindakan naluriah, beberapa refleksi, beberapa tindakan akibat proses psikologi, tindakan dalam kondisi tidak sadar, tindakan dalam membabi buta, bahkan berbagai tindakan manusia yang merupakan kemampuan naluri yang dibawa oleh manusia dalam genetik semenjak lahirnya juga telah dirombak olehnya menjadi tindakan kebudayaan. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan yang dipunyai oleh manusia sebagai makhluk sosial, yang isinya adalah perangkat model ± model pengetahuan yang secara efektif dapat digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan yang dihadapi dan untuk mendorong dan menciptakan tindakan ± tindakannya. Dalam pengertian ini kebudayaan adalah suatu kumpulan pedoman atau pegangan yang kegunaan operasionalnya dalam hal ini adalah manusia mengadaptasi diri dengan menghadapi lingkungan ± lingkungan tertentu (fisik, alam, Hamah Sagrim 4 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT sosial dan kebudayaan) untuk mereka dapat tetap melangsungkan kehidupannya, yaitu memenuhi kebutuhan ± kebutuhan dan untuk dapat hidup secara lebih baik lagi. Karena itu seringkali kebudayaan juga dinamakan sebagai ³blueprint´ atau desain menyeluruh dalam kehidupan. 2. Wujud Arsitektur Tradisional Maybrat Imian Sawiat dan Kebudayaan Pada hakekatnya Arsitektur Tradisional Maybrat, Imian, Sawiat, merupakan pencerminan kehidupan yang menggambarkan jati diri Orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang mana ditampilkan dalam meramu rumah mereka, termasuk didalamnya adalah: kehidupannya, sosialnya, ekonomi ± spiritual dan budayanya. Dengan demikian Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, merupakan salah satu artefak dari jejak perjalanan hidup Suku Maybrat, Imian, Sawiat. Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, merupakan suatu ciri (idea), konsep, kaidah, prinsip, yang merupakan dasar pengolahan batin pikiran dan perasaan mereka dalam mencipta dan berkarya. Pada dasarnya arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, sudah mampu memenuhi tuntutan kebutuhan Arsitektur, yaitu : y y y Menjaga kelangsungan hidup dan kehidupan Manusia. Mengembangkan kehidupan Manusia untuk lebih bermakna Membuat kehidupan Penghuni lebih nyaman Dapat dikatakan bahwa Suku Maybrat, Imian, Sawiat, juga memiliki lima jenjang kebutuhan terpenting dalam hidup mereka yaitu : a. Physiological needs atau survival needs, adalah kebutuhan yang menduduki peringkat atas yang merupaka kebutuhan dasar manusia. Jenjang kebutuhan ini berisi kebutuhan ± kebutuhan orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang berkaitan dengan alam dan keberadaannya sebagai manusia, yaitu kebutuhan akan makanan, kebutuhan akan tempat tinggal, dan teks. b. Safety needs atau security needs, adalah jenjang kebutuhan yang kedua berisi kebutuhan ± kebutuhan yang berkaitan dengan keamanan, agar dirinya merasa aman dan terlindung dari setiap gangguan. c. Social needs, atau belonginess needs, adalah jenjang kebutuhan yang ketiga yang berisi kebutuhan ± kebutuhan orang Maybrat, Imian, Sawiat, berkaitan dengan kedudukannya Hamah Sagrim 5 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT sebagai anggota masyarakat, sebagai makhluk sosial yang akan berinteraksi ± interelasi dan berinapendensi dengan anggota masyarakat lainnya. d. Esteem needs atau ego needs, adalah jenjang kebutuhan yang keempat yang berisikan kebutuhan ± kebutuhan orang Maybrat, Imian, Sawiat, akan penghargaan yang didasarkan pada keinginan untuk mendapat kekuasaan (power needs). Pada dasarnya ingin dihargai dan keinginan inilah yang menghasilkan kebutuhan orang Maybrat, Imian, Sawiat, akan penghargaan tersebut yang disebut dengan ³Bobot´. e. Self actualization needs atau self Fulfillment needs, jenjang kebutuhan ini berisikan kebutuhan orang Maybrat, Imian, Sawiat, sehingga mereka dapat mengembangkan bakat dan kemampuannya dengan sepenuhnya. Kebutuhan ini merupakan ciri hakiki manusia umumnya. Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, mempunyai peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan ± kebutuhan mereka, oleh karena itu arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, bukan hanya menyangkut masalah fungsionalitas saja, bukan hanya diperuntukan sebagai wadah kegiatan mereka belaka, dan tidak hanya sebagai sarana pemenuhan kebutuhan fisiologik. Perwujudan arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, tidak hanya berlandaskan pada asas fungsionalitas atau kegunaan saja, walaupun asas ini cukup dominan, akan tetapi tidak akan menjadi asas satu ± satunya ataupun penentuan didalam perwujudan hasil ± hasil karya arsitektur. Perwujudan Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, tidak hanya menyangkut aspek ± aspek fungional saja, melainkan menyangkut seluruh aspek kebutuhan didalam kebutuhan Masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat. Perwujudan arsitektur yang mengandung nilai ± nilai manusiawi. Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, merupakan manifestasi dari nilai ±nilai budaya, yang mana ditentukan oleh lima masalah didalam kehidupan mereka yaitu : hakekat hidup, hakekat karya, persepsi mereka tentang waktu, pandangan mereka tentang alam dan hakekat mereka dengan sesamannya. Kelima masalah dasar ini banyak berkaitan dengan lingkungan, baik lingkungan alami maupun lingkungan fisik mereka yang mana terbangun dengan lingkungan sosial. Dua masalah yang berkaitan dengan masalah lingkungan mereka yaitu pandangan mereka tentang alam, dan hakekat mereka dengan sesamanya. Kedua masalah ini akan menentukan orientasi nilai budaya Hamah Sagrim 6 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT mereka terhadap alam dan sesama mereka, yang kemudian direfleksikan kedalam wujud arsitekturalnya. Berkaitan dengan sikap dan orientasi Suku Maybrat, Imian, Sawiat, terhadap alamnya, mereka telah mengalami peradaban dalam kebudayaan mereka yaitu : y Pancosmism, merupakan fase dimana Suku Maybrat, Imian, Sawiat, tunduk kepada Alam dan Merasa mereka adalah bagian dari alam. Hal ini merupakan kecenderungan kehidupan mula ± mula nenek moyang mereka yang mana tidak mampu dalam mencipta segala sesuatu bagi mereka, termasuk membangun suatu tempat tinggal (rumah) bagi mereka. Hal ini cenderung mendorong nenek moyang mereka menjadi bersikap pasrah terhadap kondisi alam. y Anthropocentries, merupakan fase dimana Orang Maybrat, Imian, Sawiat, dengan kemampuannya menguasai alam dan merasa berkuasa atas alam sekitar mereka. Eksploitasi alam ini mendorong terjadinya kerusakan ± kerusakan lingkungan alam disekitar permukiman mereka. y Holism, merupakan tahapan atau fase dimana Orang Maybrat, Imian, Sawiat, mampu menyelaraskan kehidupan dan aktifitasnya dengan alam sekitar. Dalam mendaya gunakan lingkungan alamnya, Orang Maybrat, Imian, Sawiat, juga mampu memperhatikan daya dukung alam sekitar mereka sehingga kelangsungan aktifitas mereka tetap berlangsung. Pandangan ± pandangan Orang Maybrat, Imian, Sawiat, terhadap situasi dan alamnya memiliki pengaruh yang sangat besar bagi wujud Arsitektural mereka. Ketergantungan Orang Maybrat, Imian, Sawiat, terhadap situasi dan alam termanifestasi kedalam wujud arsitekturnya yang sangat tergantung pada karakter ± karakter alam dan situasi lingkungan sekitar. Hasil karya Arsitektur Tradisional mereka cenderung mengandung makna ketakutan dari mereka Terhadap alam dan kehidupan mereka yang berkaitan dengan masalah ± masalah mistis ataupun kekuatan ± kekuatan ghaib dan kekuatan musuh yang berada diluar diri mereka. Keinginan mereka untuk menguasai alam membuat mereka cenderung berupaya untuk mengeksploitasi alam sekitar. Hasil ± hasil karya Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, menjadi sangat jauh dari lingkungannya lepas dari lingkungan alamiahnya. Keselarasan dengan alam, Suku Maybrat, Imian, Sawiat, cenderung mencari pertautan dengan lingkungan mereka. Kekuatan ± kekuatan lingkungan dan alam sekitar tidak lagi dikaitkan dengan kekuatan Theologi moderen atau yang Hamah Sagrim 7 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT dikenal pada wilayah mereka adalah theology kristiani. Alam merupakan faktor ± faktor yang dipertimbangkan bagi usaha ± usaha mereka. B. Aspek Sosial Budaya Suku Maybrat Imian Sawiat Pesisir dan Pegunungan. Suku Maybrat, Imian, Sawiat, melengkapi diri mereka dengan kebudayaan, yaitu perangkat pengendali berupa rencana, aturan, resep dan instruksi yang digunakan oleh mereka untuk mengatur terwujudnya tingkah laku dan tindakan tertentu. Dalam pengertian ini, kebudayaan mereka berfungsi sebagai ³alat´ yang paling efektif dan efisien dalam menghadapi lingkungan. Kebudayaan mereka yang cenderung adalah bukanlah sesuatu yang dibawa bersama semenjak kelahiran, melainkan diperoleh melalui sosial kehidupan sehari ± hari mereka. Dalam pengertian ini, kebudayaan adalah pengetahuan. Secara sederhana, masyarakat pantai adalah merupakan sekelompok orang atau penduduk yang kehidupannya tergantung pada laut baik sebagai sumber atau sarana. Menurut Mattuladan dalam Sudharta P. Hadi, 1995, mengungkapkan bahwa masyarakat pantai berada dalam kehidupan budaya laut atau kehidupan yang mendapatkan inspirasi dan kreativitas yang tumbuh dari suasana lautan, suasana maritim. Sebaliknya, secara sederhana, masyarakt pegunungan/daratan merupakan kelompok atau penduduk yang hidupnya tergantung pada perladangan dan hutan sebagai sumber. Masyarakat daratan/pegunungan berada pada kehidupan yang mendapatkan inspirasi dan kreativitas yang tumbuh dari suasan alam hutan. C. Makna Bangunan Rumah Sebagai Budaya Hakekatnya bangunan rumah merupakan pencerminan berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk didalamnya antara lain kehidupan sosial, ekonomi, spiritual dan budaya. Dengan demikian bangunan rumah merupakan hasil produk manusia itu sendiri. Disadari bahwa manusia hidup dengan keinginan akan segala sesuatu baik tempat tinggal, makanan, pakaian dan teks yang mana disadari merupakan kebutuhan pokok. Pada dasarnya bangunan rumah diadakan untuk memenuhi kebutuhan yang ditunjukkan untuk : 1. Menjaga kelangsungan hidup dan kehidupan. 2. Mengembangkan kehidupan untuk lebih bermakna. 3. Membuat kehidupan untuk lebih nyaman. Hamah Sagrim 8 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT 1. Struktur Bangunan Rumah Bangunan rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, selain sandang, pangan dan teks, papan juga dibutuhkan. Manusia membutuhkan kenyamanan akan diri sehingga ia mampu menciptakan segala sesuatu yang memenuhi kebutuhan akan kenyamanan itu. Berbicara mengenai suatu bangunan rumah, berarti berkaitan dengan struktur dan elemen ± elemen pembentukan bangunannya, oleh karena itu tidak lengkap dan tidak jelas jika berbicara suatu bangunan rumah tanpa berbicara strukturnya. Struktur bangunan rumah, terdiri dari tiga elemen pokok yaitu; Koloum, Dinding dan Atap yang mana teruarai sebagai berikut: a. Struktur Atap Yang dimaksud dengan struktur atap adalah, bagian elemen atau struktur kelengkapan sebuah bangunan yang posisinya berada di bagian atas (kepala) yang mana terdiri dari; rangka, yaitu kuda-kuda, reng, nok/usuk dan atap. Secara mayoritas Atap bangunan rumah suku Maybrat, Imian, Sawiat, membentuk atap pelana. Atap sebagaimana layaknya filosofi kepala atau rambut seorang manusia yang bisa digunting dengan beragam bentuk, begitupun atap bangunan dengan berbagai bentuk dan gaya tergantung bentuk atau gaya mana yang ingin ditampilkan. Misalnya tampilan atap perisai, tampilan atap pelana, tampilan atap kubah, tampilan atap joglo, atau tampilan atap gabungan. b. Struktur Dinding Dinding adalah suatu bagian elemen bangunan yang posisinya di tengah (badan). Dinding terdiri dari rangka, dan penutup dinding (walls). Pada umumnya bahan dinding yang di gunakan oleh suku Maybrat, Imian, Sawiat, dalam membangun rumah tinggal mereka adalah; Bahan Kulit Kayu Bahan Gaba ± gaba Bahan bambu Bahan kayu Jika filosofi kepala manusia sebagai atap, maka filosifi badan manusia diibaratkan sebagai dinding bangunan, yang didalamnya terdapat ruang aktifitas penghuni. Hamah Sagrim 9 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT c. Struktur Koloum Koloum merupakan struktur dasar (kaki) sebuah bangunan yang mana berdiri sebagai ukuran dalam pembentukan suatu bangunan dengan ruang ± ruangnya. Koloum yang posisinya berhubungan langsung dengan pondasi, terdiri dari struktur koloum Induk dan koloum Bantu. d. Interior Tujuan dari membangun suatu bangunan adalah untuk menciptakan ruang beraktifitas dan ruang berlindung yang nyaman. Interior dalam pengertian bahasa inggris dan (samu mato) dalam bahasa Maybrat, adalah ruang dalam bangunan, oleh karena itu interior merupakan salah satu elemen yang tercipta atas hasil bangunan yang terbentuk oleh elemen vertikal (dindingdinding) dan elemen horizontal (lantai) Selain kepala, badan dan kaki, manusia juga memiliki hati. Hati adalah salah satu organ penting manusia yang mana mampu memberikan yang terbaik dan yang tidak baik dalam pertimbangan pemikiran seseorang, begitupun ruang dalam sebuah bangunan yang mana mampu menyimpan segala rahasia seseorang penghuni baik itu yang berkaitan dengan hal yang baik dan µhal tidak baik¶. 2. Fungsi Bangunan Rumah Bangunan rumah merupakan kebutuhan manusia, yang mana tidak hanya sekedar dibutuhkan semata ± mata namun secara umum bangunan dibutuhkan sebagai tempat melindungi diri atau suatu hunian moderen dan gudang. Bangunan juga berfungsi sebagai tempat menampung segala sesuatu yang berkaitan dengan aktifitas dan kebutuhan penghuni yang berkelanjutan. Khusus fungsi bangunan akan di ulas secara detil sebagai berikut : a. Fungsi Atap Atap yang secara univorum dikenal, merupakan suatu struktur atau elemen bangunan yang berfungsi sebagai penutup bangunan dan pelindung yang memberi kenyamanan kepada penghuni dari matahari, hujan, angin serta pengaruh situasi iklim sekitarnya. Atap (afi) dalam pengertian orang Maybrat Imian Sawiat, dibutuhkan sebagai penerus aliran hujan dan penghambat terik matahari kedalam ruang bangunan (interior). b. Fungsi Dinding Dinding (kriras) merupakan struktur atau elemen suatu bangunan yang dibutuhkan. Didinding bahwasanya berfungsi membentuk suatu ruang, melindungi penghuni dari angin, dan melindungi penghuni dengan segala aktifitas yang sedang berlangsung dalam ruang. Hamah Sagrim 10 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT c. Fungsi Koloum Koloum (hafot) sebagai salah satu struktur atau elemen terpenting dalam membangun sebuah bangunan, Karena selain kloum yang berfungsi sebagai pemikul bangunan beserta segala isinya dan sebagai penyalur beban suatu bangunan ke tanah, struktur koloum juga merupakan suatu elemen yang dijadikan sebagai patokan atau ukuran dalam membentuk suatu bidang dan ruangan tertentu. Bagi orang Maybrat Imian dan Sawiat, struktur koloum diperlukan untuk pembentukkan suatu bentuk bangunan dan menambah ketinggian bangunan. Pemikiran tersebut berkaitan dengan situasi mula ± mula mereka yang hidupnya selalu berperang, sehingga dalam meramu suatu rumah hunian biasanya terlihat sangat monumental dan dilapisi kayu, karena dapat terhindar dari serangan musuh yang tiba ± tiba di luar kemampuan dan kesiapsiagaan mereka. d. Fungsi Ruang dalam Interior Interior (samu mato) merupakan pusat keberlangsungan segala aktifitas, oleh karena itu interior mempunyai peranan dan fungsi yang sangat luas dalam mendirikan suatu bangunan. Orang Maybrat Imian dan Sawiat pada hakekatnya membutuhkan suatu ruang untuk kelangsungan akan aktifitas kehidupan mereka. 3. Makna Bangunan Bangunan atau rumah di maknai sebagai jantung kehidupan yang mampu memberi kehidupan yang layak kepada penghuninya. Rumah juga di isyaratkan dengan filosofi manusia, yang terdiri dari kepala (atap), badan (dinding dan interior) dan kaki (koloum). Ada ungkapan dimasyarakat yang berbunyi ³rumah mu, wajahmu, dan jiwamu´. Dari ungkapan itu tampak bahwa perumahan dalam kehidupan manusia Maybrat Imian Sawiat mempunyai arti dan makna yang dalam yaitu : kesejahteraan, kepribadian, dan keberadaban manusia penghuninya (suatu masyarakat atau suatu bangsa). Perumahan tidak sekedar dilihat sebagai suatu benda mati atau sarana kehidupan semata ± mata, tetapi lebih dari itu, perumahan merupakan suatu proses bermukim. Kehadiran manusia dalam menciptakan ruang hidup di lingkungan masyarakat dan alam sekitarnya. Bermukim pada hakekatnya adalah hidup bersama, dan untuk itu fungsi rumah tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat adalah sebagai tempat tinggal dalam suatu lingkungan yang mempunyai prasarana dan sarana yang diperlukan oleh mereka untuk memasyarakatkan dirinya. Rumah juga merupakan sarana pengaman bagi diri manusia, Hamah Sagrim 11 mereka, hunian dan kenyamanan keberlangsungan hidup dan ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT pemberi ketenteraman hidup, dan sebagai pusat kehidupan berbudaya. Didalam rumah dan lingkungannya itu, dibentuk dan berkembang menjadi manusia yang berkepribadian. Dilihat dari fungsinya rumah Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat juga memiliki fungsi lain yaitu; fungsi sosoial, fungsi ekonomi, fungsi politik. Sebagai fungsi sosial, masyarakat Maybrat Imian Sawiat memandang rumah sebagai pemenuhan kehidupan sosial budaya dalam masyarakat. Dalam fungsi ekonomi, rumah merupakan investasi jangka panjang yang akan memperkokoh jaminan penghidupan di massa depan. Dan sebagai fungsi politik, rumah berfungsi sebagai indikator kedudukan/birokrat di masyarakat sekitarnya. Perwujudan Arsitektur adalah BENTUK, yang mana lahir dari kebutuhan manusia akan wadah untuk melakukan kegiatan. Karya Arsitektur biasanya merupakan suatu ungkapan bentuk, yang mewadahi hal ± hal sebagai berikut : 1. Guna dan Citra Guna yang dimaksud adalah pengertian bahwa rumah memiliki pemanfaatan, keuntungan. Rumah memiliki kemampuan/daya/manfaat agar hidup menjadi lebih mengikat. Sedangkan Citra, menunjukkan suatu gambaran, kesan penghayatan bagi seseorang mengenai rumah tersebut. Citra memiliki arti yang mendekat spiritual menyangkut derajat dan martabat manusia yang menghuni rumah tersebut. Misalnya istana megah, reyot, dan sebagainya jadi Citra menunjukkan tingkatan kemampuan manusia itu. 2. Simbol Kosmologis Arsitektur dimaksudkan sebagai simbol pandangan manusia terhadap dunianya. Pandangan ini berubah sesuai dengan kemajuan zaman. Pada tahap awal manusia merasakan terkungkung oleh alam, sehingga bentukan arsitektur tampil sebagai suatu pelindung terhadap alam. Kemudian hal ini berkembang dengan pandangan bahwa manusia adalah bagian dari alam. Bentuk menjadi personifikasi dari alam. Dengan mulai dikenalnya agama pada tahap berikutnya, bentuk tanpa menjadi simbol pemujaan terhadap Yang Maha Kuasa (Bait Suci). Namun hal ini masih belum terlepas dari budaya. Suatu masyarakat yang mempunyai agama sama tetapi budaya mereka pasti berbeda yang mana bisa menghasilkan bentuk yang berbeda. 3. Orientasi Diri Orient = umur, bisa diartikan sebagai permulaan matahari terbit hingga terbenam. Hal ini membawa pengertian adanya sumbu arah lainnya, yaitu utara selatan. Sehingga dengan dua Hamah Sagrim 12 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT persilangan menimbulkan rasa satu pusat. Pusat ini dapat dianggap sebagai pusat kehidupan, tempat berpegang. Sehingga kalau ada suatu pusat, tentunya akan menimbulkan nilai yang berbeda. Perbedaan nilai ± nilai bisa berdasarkan suatu prioritas dan tidak hanya berupa suatu bidang yang berdua dimensi, tetapi juga kearah vertikal (tiga dimensi). 4. Cermin Sikap Hidup Rumah sebagai cermin sikap hidup, berarti mampu menunjukkan cara pandang dalam kehidupan. Sikap hidup tersebut bisa berarti relegius, praktis dan sebagainya. Sikap yang terbuka, mau bersahabat dan ramah terhadap sesame maupun alam akan tampil berbeda dengan rumah penghuninya yang mana bersikap menguasai alam (tertutup) Bangunan tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat memuat kaedah ± kaedah sebagai berikut : a. Wujud Arsitektur Tradisional Maybrat Imian Sawiat merupakan perwujudan suatu kebutuhan, yang mana mewadahi aktivitas ± aktivitas penghuni yang akan terjadi didalam. b. Anatomi Arsitektur Tradisional Maybrat Imian Sawiat Sebagai salah satu kreativitas. Bentuk rumah tradisional Masyarakat Maybrat Imian Sawiat yang terpakai, dimana terdapat aturan/susunan yang harus dipenuhi agar bisa berfungsi. c. Identitas Mewakili si pemilik, fungsi, lokasi. Bangunan memberi gambaran akan apa yang terwadahi. 4. Bentuk ± Bentuk Rumah Tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat. Rumah tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat, dibedakan atas 2 (dua) jenis aliran bangunan rumah yaitu rumah hunian dengan 8 (delapan) jenis bangunan dan 1 (satu) rumah Suci/sekolah, sebagaimana diuraikan antara lain adalah : Bhs. Maybrat ----------1. Halit myi ----------Bhs. Imian Sawiat mbol chalit mbol chalit tein mbol chonon -------- Bhs. Indonesia -------- Rumah gantung -------- Rumah kebun -------- Rumah bersalin 13 2. Halit Wyan ----------3. Samu Kre ----------- Hamah Sagrim ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT 4. Samu ----------- mbol mbol mbol se mbol nandla mbol nangli mbol wofle -------- Rumah tinggal utama -------- Benteng pertahanan -------- Rumah nelayan -------- Rumah bujang (laki - laki) -------- Rumah bujang (perempuan) _____ Rumah suci / rumah sekolah 5. Samu snek ----------6. Smu mambo ----------7. Samu ku sme ----------8. Samu ku ano ----------8. Samu k¶wiyon ___ Dengan data ± data ini, maka tak bisa dipungkiri bahwa rumah tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat, tidak hanya berhenti sampai disitu saja. Sebab rumah juga merupakan suatu kebutuhan hidup umat manusia umumnya dan manusia Maybrat, Imian, Sawiat, khususnya yang mana sangat penting untuk dijadikan sebagai tempat berlindung, baik dari kehujanan, dan kepanasan, setelah mereka mencukupi diri dengan kebutuhan makan (pangan) dan pakaian (sandang). Mengapa bentuk rumah tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat, tidak berkembang? Ini disebabkan karena keinginan berkembangnya orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang cenderung untuk menyamai gaya hidup mereka dengan gaya hidup asing, maka mereka mengalami hubungan dengan gaya hidup orang asing sehingga disitulah terjadi saling tukar menukar informasi yang besar pengaruhnya tentang bangunan rumah sehingga corak rumah tradisional Maybrat, Imian, Sawiat, mengalami kemunduran atau cenderung tersembunyi, dimana kebanyakan hanya dipertahankan diperkampungan. Selain itu, mungkin Ekonomi juga menjadi ukuran dalam Bentuk bangunan rumah dan bahan bangunan. Perkembangan rumah tradisional suku Maybrat Imian Sawiat sangat lamban dibanding perkembangan rumah tradisional di daerah lain. Pengaruh alam dan lingkungan ± lingkungan yang berbeda dimana tumbuh hutan ± hutan yang lebat, sungai-sungai yang mengalir cuaca yang dingin, kondisi geografi yang sukar dan kecenderungan cepat terpengaruhnya orang Maybrat Imian Sawiat terhadap perkembangan moderen dan gaya hidup orang asing sehingga terjadilah perubahan pola hidup mereka sehingga terjadi akumulasi hingga Arsitektural ikut kena. D. Spesifikasi Jenis ± Jenis Bangunan Rumah Tinggal a. Halit Myi ± Mbol Chalit Rumah Gantung Halit myi ± mbol chalit adalah rumah gantung, atau sejenis rumah hunian suku Maybrat, Imian dan Sawiat mula ± mula. Jenis rumah tersebut merupakan jenis bangunan yang Hamah Sagrim 14 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT monumental, karena ukuran bangunannya tinggi di banding bangunan lainnya. Jenis rumah gantung di kategorikan atas dua jenis yaitu : 1. bentuk bangunan yang dibangun dari tanah (tanah sebagai tumpuan utama) yang mana keseluruhan struktur koloum yang berukuran panjang ditancapkan pada tanah. Ukuran struktur koloum (sur) yang digunakan dalam mendirikan bangunan (halit myio ± mbol halit) adalah ± 500cm ± 700cm. Suku Maybrat Imian dan Sawiat pada mula ± mula tidak mengenal adanya jenis pondasi plat menerus, karena kebanyakan rumah yang dibangun adalah rumah ± rumah tergantung yang mana secara otomatis pasti memakai ompak (termasuk pondasi setempat), seperti pada contoh uraian bentuk-bentuk Rumah diatas. Suku ini mengenal adanya jenis pondasi plat menerus pada zaman penjajahan Kolonial Belanda. Lihat beberapa lampiran gambar dibawah ini: Tungku api (ohat) Koloum tungku api (aser) Koloum induk (hafot) Gambar: Denah Gambar: halit myi-mbol chalit rumah gantung (bentuk yang bertumpu diatas tanah ) Hamah Sagrim 15 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Jenis-jenis rumah ini biasanya dibangun oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat, di ladang atau perkebunan mereka yang terletak di hutan dan sangat jauh dengan areal hunian penduduk Selain jenis (perkampungan). rumah ini dibangun di tengahtengah hutan, jenis bangunan rumah rumah Gambar: Rumah gantung (halit myi-mbol halit) ini merupakan yang aliran pernah Gambar: Rumah gantung (halit myi-mbol halit) tertua dibangun sebagai tempat hunian. pertama orang Maybrat, Imian, Sawiat, zaman lampau. Jenis bangunan rumah ini dengan menggunakan bahan konstruksi utama adalah kayu dan tali rotan. Kayu merupakan bahan struktur rangka, sedangkan tali rotan digunakan sebagai bahan pengikat. Sebagaimana filosofi Maybrat mengatakan bahwa ³nbo ara msya too su oh mi kbe nsgi samu to´ bila diterjemahkan demikian ³kalo ada kayu dan tali baru bisa mendirikan sebuah rumah´. Pemahaman orang Maybrat, sedemikian mungkin merujuk pada pembentukan aliran bentuk rumah dan struktur yang kaku, karena memang demikian bahwa suatu bentuk bangunan dibentuk oleh struktur rangka yang kaku sehingga ruang-ruang dalam itu terlihat ada, ketika ditutup dengan dinding-dinding bangunan. Berikut lihat gambar struktur rangka sebagai pola utama: Hamah Sagrim 16 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Bubungan (ti manaf) Gording (sof) Teras (isit) balok pemikul (katar) A-A tungku api (ohat) balok sokong/pengikat angin (swir) koloum tungku (aser) koloum utama (sur) Tangga (Barit) B-B Gambar: Struktur rangka sebagai konstruksi utama Jenis ikatan kupu ± kupu adalah jenis ikatan yang baik dan daya tahannya lebih kuat. Orang yang bisa mengikatnya sedemikian adalah orang yang rajin serta termasuk orang dalam katergori berpengalaman dalam meramu rumah menurut kepercayaan mereka. Jenis ikatan silang µx¶, adalah salah satu jenis ikatan yang baik, Gambar: Detail A-A Model Ikatan kupu-kupu zooming daya tahannya juga kuat dan jenis ikatan ini Hamah Sagrim 17 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT kebanyakan diikat pada bagian-bagian rumah yang miring seperti reng dan gording (soof), dan tangga (barit). Bentuk gagar, ikatan dalam lantai bentuk ikatan lantai gagar, ada tiga jenis yang di pakai yaitu model silang ³\\\´. Gambar: Detail C-C jenis ikatan lantai \\\ Bentuk berikut di samping ini adalah bangunan yang dibangun diatas pohon-pohon besar yang mana struktur koloumnya ditancapkan pada dahan ± dahan pohon yang ada dengan pilar-pilar yang terstrukturkan. Jenis bangunan rumah gantung seperti ini merupakan bangunan rumah mula ± mula yang mana dibangun sedemikian rupa sehingga memberi kenyamanan bagi penghuninya adapun tujuan mengapa rumah ini dibangun dengan struktur yang tinggi hanya Gambar : halit myi bol halit rumah gantung dan bukan strukturnya yang tinggi namun lebih dari tinggi yang mana rumahnya dibangun diatas pohonpohon besar yang ukurannya sangat tinggi, agar terhindar dari musuh. Musuh dalam kehidupan orang Maybrat, Imian, Sawiat, adalah persoalan utama yang sering dihadapi oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat, pada waktu itu. Karena pada zaman mulamula, kehidupan orang Maybrat, Imian, Sawiat, selalu berperang. peperangan yang terjadi disana bukanlah hanya peperangan antara suku namu peran antar setiap orang (person) dan peran antara marga/family juga, yang mana sejak itu hidupnya saling membunuh antara satu sama lain (massive man). Jenis banguan rumah ini tidak memiliki ruangan sebagaimana rumah-rumah tinggal manusia moderen sekarang ini, akan tetapi jenis bangunan halit atau rumah gantung ini hanya terdiri atas satu buah ruangan yang multi fungsi. Lihat gambar detail interior disamping: Hamah Sagrim 18 Gambar: Detai interior rumah gantung (halit-bol halit) ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Orang Maybrat, Imian, Sawiat, selalu mendirikan bangunan rumah halit atau rumah gantung selalu hanya memiliki satu ruang kamar yang multi fungsi. Dikatakan multifungsi karena segala aktifitas dilakukan didalam satu ruang tersebut. Selain multi fungsi, juga familiar atau memiliki kesan keakraban dan kesamaan, karena setiap kegiatan yang dilakukan dalam ruang tersebut tidak disembunyikan (tanpa ada halangan) bebas, serta transparan. Sebagaimana dengan filosofi mereka yang kental bahwa ³ohat sou su, samu sou su´artinya satu tungku api dan satu rumah sebagai tempat tinggal bersama. Filosofi ini merujuk pada kesan kebersamaan dan keakraban. Jenis halit myi-mbol chalit ± rumah gantung banyak dijumpai di hutan ± hutan pada zaman orang Maybrat, Imian, Sawiat masih hidup dalam zaman dahulu, namun setelah mereka sudah moderen, jenis rumah ini jarang ditemukan karena kehidupan mereka sudah berkelompok membentuk perkampungan masyarakat. Orang Maybrat, Imian dan Sawiat tidak secara gampang melupakan jenis ± jenis bangunan rumah tradisional mereka, akan tetapi masih sering juga dibangun diperkampungan mereka. Pada tahun 2005, di Kota Sorong, Walikota menginstruksikan bahwa untuk menyonsong hari natal 25, Desember, warga di Kota Sorong dilombakan bangunan rumah tradisional yaitu rumah gantung halit ± mbol chalit, yang mana diberikan hadiah kepada masing-masing pemenang yang mempunyai bangunannya estetis dan layak. Ya begitulah sampai kini Orang Maybrat, Imian, Sawiat, terus membangunnya dan hal ini patut di angkat jempol karena memberi inspirasi dan pengalaman tersendiri kepada kaum muda yang ada di sana. Dari bentuk bangunan yang ada, dapat dilihat bahwa rumah tradisional orang Maybrat, Imian, Sawiat, mula ± mula tidak mengenal adanya pembagian ruang, tetapi yang ada hanya satu ruang yang multifungsi. Dari kejelasan ruang tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kehidupan dalam keluarga memberi suatu kesan keakraban, demikianlah sebagaimana yang jumpai. Dikatakan bahwa rumah orang Maybrat, Imian Sawiat memberi kesan keakraban, karena di dalam ruang tersebut setiap anggota keluarga bilamana melaksanakan segala sesuatu tidak tersembunyi untuk dilihat oleh sesama anggota keluarga lainnya. Apapun yang dilakukan oleh seseorang anggota keluarga merupakan suatu kebersamaan, disinilah keluhuran keakraban yang sebenarnya. Hamah Sagrim 19 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT b. Halit Wyan ± Mbol Halit Rumah Kebun Halit wyan-mbol chalit tein merupakan rumah kebun, juga termasuk jenis rumah gantung yang prototypenya tidak berbeda dengan bangunan rumah gantung lain. Rumah ini bertumpu pada tanah dan pohon sebagai landasan terakhir yang mana berdirinya koloum ± koloum sebagai pilar utama. Rumah kebun merupakan tempat hunian para petani yang mana difungsikan sebagai rumah menjaga kebun, seperti kebun kacang tanah, kebun keladi-tala, ubi, dan lain sebagainya. Karena jika tidak dijaga atau dirawat dengan baik maka pastisaja kebun ± kebun tersebut dirusaki atau dimakan oleh hewan-hewan liar seperti rusa, babi maupun tikus. Tipologi rumah di kebun memiliki beberapa prototype, yaitu tipe bangunan monumental yang mana dibedakan atas dua tipe yaitu tipe satu bangunannya monumental dengan kedudukan diatas pohon yang mana struktur konstruksinya dibangun diatas Gambar: Rumah kebun (halit wyan) pohon besar, dan yang kedua dengan tumpuan diatas tanah, yang mana struktur konstruksinya dibangun dari Gambar: Maket rumah kebun (halit wyan) tanah sebagai tumpuannya. Ada pula yang bentuknya tidak tinggi. Lihat pada gambar maket disamping kanan. c. Samu Kre -- Mbol Chonon Rumah Bersalin Samu kre ± mbol chonon adalah merupakan rumah bersalin yang mana bukan merupakan rumah hunian sebagaimana lainnya, namun jenis rumah tersebut akan dibangun ketika seorang ibu hamil yang sedang melahirkan dan hanya di huni oleh ibu yang telah bersalin itu. Jenis rumah bersalin ini sangat sederhana baik dari ukurannya maupun panjang lebarnya. Bentuk ukurannya sengaja Gambar: Rumah bersalin (samu kre - mbol chonon dibangun demikian karena yang akan menghuninnya terdiri dari seorang ibu yang baru melahirkan dengan seorang bayi yang Hamah Sagrim 20 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT dilahirkannya. Adapun beberapa aturan yang dipakai dalam fungsi rumah tersebut, misalnya untuk anak-anak kecil dilarang untuk masuk kedalam rumah tersebut karena dianggap sangat menggangu (risk) baik gangguan yang akan dialami oleh seorang ibu maupun anak kecil tersebut. Lihat gambar jenis rumah bersalin. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, selalu mendirikan rumah bersalin bagi istri mereka yang sedang melahirkan. Jenis rumah bersalin ini biasanya tidak bersifat permanen (sebut saja tergolong sebagai rumah musiman), yaitu rumah bersalin didirikan jikalau pada saat itu ada seorang ibu hamil yang akan sedang melahirkan. Rumah bersalin biasanya berukuran kurang lebih 3 x 3 m, dengan perhitungan hanya dihuni oleh ibu yang melahirkan dengan bayinya. Lama waktu hunian, biasanya berkisar antara dua minggu dan sampai dengan tiga minggu, dan sampai dengan tiga minggu, adapun larangan kepada anak kecil untuk masuk rumah tersebut karena mengakibatkan sesuatu yang fatal (mungkin berkaitan dengan mistis dalam mitologi mereka). d. Samu - Amah ± Mbol Rumah Tinggal Utama Samu/amah ± mbol adalah rumah hunian atau rumah tinggal utama yang hingga sekarang tetap di kembang moderenkan. Jenis rumah tersebut bisa dikategorikan termasuk jenis rumah semi moderen, karena bangunannya lebih besar, kuat, dan ruang ± ruangnya sudah dipetakkan sebagaimana rumah moderen lainnya. Jenis rumah ini tidak hanya berbentuk rumah panggung tetapi sudah dibangun dengan tembok yang mana rumah-rumah tembok yg dibangun selalu merupakan hasil kolaborasi antara bangunan bangunan tradisional. Pada moderen dan mulanya rumah tinggal semi moderen suku Maybrat, Imian dan sawiat merupakan turunan dari rumah gantung (halit myio/mbol halit) yang mana mula-mula memiliki ukuran struktur yang sangat tinggi namun ketika mengalami perubahan, jenis rumah gantung yang juga dianggap bangunan yang monumental dirubah menjadi rumah yang tampak semi moderen. Diantara itu Gambar: Bentuk rumah tinggal utama semi moderen dengan ukuran lebih besar dan memiliki kamar Hamah Sagrim 21 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT adapun beberapa hal sebagai dasar dalam perbedaan antara rumah gantung dengan rumah tinggal utama yang semi moderen adalah: sebagai berikut: y Ukuran. Antara rumah gantung dan rumah tinggal semi moderen, yaitu rumah gantung berukuran kecil sedangkan rumah hunian semi moderen ukurannya besar. y Fungsi Diliat dari fungsinya, rumah gantung hanya mempunyai satu ruangan saja yang multifungsi, sedangkan rumah semi moderen memiliki tiga sampai empat ruang yang mana memperkaya fungsi ruangnya sebagaimana kebutuhan pemilik. y Struktur Struktur bangunan rumah gantung sangat tinggi ukurannya, dengan ukuran pilar atau struktur koloum yang sangat panjang mulai dari rumah semi moderen yang mana ukurannya 500 cm 700cm, ketimbang ukuran 300cm 500cm, terhitung dari tumpuan koloum pada tanah hingga bubungan, dan ukuran 500cm kebanyakan pada rumah panggung sedangkan untuk bangunan dinding tembok berukuran paling tinggi 400cm. rumah gantung mudah tergerak oleh tiupan angin ketimbang rumah semi moderen. y Masa/Waktu Masa/waktu bangunan untuk rumah gantung mampu bertahan selama dibanding rumah semi moderen yang mana mampu bertahan hingga y Tata Dilihat dari struktur penataannya, rumah gantung tidak memiliki tata, seperti pekarangan bunga, halaman rumah, tata ruang, dan tata wajah bangunan maupun penataan kelengkapan dan finising bangunannya yang mana terlihat pada eksterior dan interior bangunan. y Estetika Pada uraian ± uraian diatas maka otomatis disimpulkan bahwa bangunan yang 3-4 tahun, 4 ± 8 tahun. berestetika adalah rumah semi moderen, yang mana dikembang moderenkan. Bentuk rumah semi moderen ini dibangun dengan memiliki ruang atau kamar yang terdiri dari kamar tidur, ruang tamu, ruang makan, dapur dan balkon atau teras. Berikut lihat denah: Hamah Sagrim 22 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Keterangan: 1. Tungku api 2. Dapur 3. K. Tidur 4. K. Tidur 5. R. Tamu 6. Koloum (hafot) Turunan bentuk Gambar: Denah pondasi ompak Gambar: Tampak depan rumah hunian semi moderen T u r u n a n Berikut adalah jenis rumah moderen dengan dinding beton dan menggunakan pondasi tipe plat menerus. Aliran ini merupakan bentuk rutunan dari aliran arsitektur semi moderen. Dikatakan demikian karena gaya bangunannya diturunkan secara utuh dengan sedikit perubahannya adalah menggunakan bahan bangunan beton dan senk atau genteng. lihat denah berikut disamping ini. Gambar: Denah pondasi menerus e. Samu Snek ± Mbol Snek Benteng Pertahanan / Rumah Persembunyian Gambar: Rumah persembunyi an atau benteng pertahanan orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang disebut samu Jenis rumah persembunyian atau benteng pertahanan biasanya dibangun dengan menggunakan penutup dinding kulit kayu dan dilapisi oleh kayu-kayu buah yang disusun sedemikian rapat dengan tujuan sebagai penangkal tembusnya benda-benda tajam yang digunakan oleh musuh dalam menyerang. Selain itu rumah pertahanan kebanyakan dibangun di puncak-puncak gunung besar yang sisi-sisi gunungnya Hamah Sagrim 23 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT dikelilingi oleh tebing-tebing terjal yang sulit dijangkaui oleh para musuh, selain menghindar dari musuh juga supaya bisa dengan gampang melihat situasi sekitar dengan mudah karena posisi mereka diatas ketinggian gunung. Gua-gua atau lubang batu yang disebut (bomit) juga sebagai tempat persembunyian. Berikut lihat gambar. Samu snek/mbol, adalah benteng pertahanan atau juga disebut-sebut sebagai rumah persembunyian. Disebut benteng pertahanan atau rumah persembunyian karena rumah tersebut biasanya tersembunyi dan sulit untuk dijangkaui orang lain dan juga biasanya banyak dipasang jebakan ranjau untuk menghalangi para musuh, bahkan juga karena lokasi yang dibangun rumah ini adalah lokasi yang sulit dan sangat sukar dijangkaui dan hanya bisa dijangkaui oleh orang ± orang tertentu saja seperti seorang Ayah, Ibu, Anak dan family terdekat karena suatu alasan, bahwa jangan orang luar yang mengetahui dimana jalan yang di laluinya sebab bilamana diketahui orang lain atau musuh, maka mereka akan dibunuh. Karena begitu ketatnya kehidupan pada zaman prasejarah itu, yang mana terikat dengan kehidupan balas - membalas atau saling membunuh antar keluarga yang satu dengan yang lainnya (familiy war). f. Samu Mambo ±Mbol Se Rumah Nelayan Samu mambo - mbol se adalah merupakan rumah nelayan yang dibangun ditengahtengah danau, dan rumah tersebut kebanyakan dibangun oleh Suku Maybrat yang tinggalnya disekitar danau Ayamaru yang bermata pencaharian sebagai nelayan. Selain suku maybrat yang membangun rumah nelayan mereka, suku Imian dan sawiat pun memiliki jenis rumah nelayan yang tidak kalah menarik dengan rumah nelayan suku Maybrat, yaitu rumah kajang. Rumah kajang adalah suatu jenis rumah nelayan orang Imian dan Sawiat yang hidupnya di pesisir pantai dan bermata pencaharian sebagai nelayan. Perbedaan antara rumah nelayan suku Maybrat dan suku Imian, Sawiat adalah, rumah nelayan suku Maybrat dibangun sebagaimana rumah inap biasanya yaitu dengan struktur bangunan yang berdiri tegak vertikal dan kokoh, namun untuk rumah nelayan suku Imian dan Sawiat berbeda, yaitu rumah kajang adalah rumah yang dibangun diatas sebuah perahu, dan rumah kajang tidak berdiri kokoh pada suatu tempat tertentu namun ia selalu dibawa kemana-mana dengan perahu, baik diwaktu mengail maupu beristirahat. Kelebihan rumah nelayan orang Maybrat adalah bentuknya yang besar, kuat dan nyaman, sedangkan rumah nelayan orang Imian dan Sawiat adalah ukurannya kecil, tidak begitu kuat, dan tidak begitu nyaman. Berikut lihat gambar. Hamah Sagrim 24 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Bentuk bangunan rumah nelayan di danau Ayamaru wilayah Maybrat, kini menjadi kabupaten Maybrat. Bentuknya seperti rumah-rumah mereka yang lainnya di daratan, namun bangunannya terletak ditengah-tengah air Danau. Fungsi rumah ini sebagai tempat hunian para nelayan ketika mencari ikan bahkan ada pula yang didirikan untuk tempat hunian untuk mereka yang berkebun di sekitar pulaupulau seperti sato musyoh, sato amin dan yang lain Gambar: Rumah nelayan di sekitar danau Ayamaru (samu mambo) sebagainya. Bentuk rumah nelayan dipesisir pantai wilayah Tehit, Sawiat, memiliki sedikit perbedaan yang tidak begitu rumit. menonjol Perbedaan adalah yang bentuk rumah kajang di bangun yang mana perahu gambar Gambar: Rumah nelayan orang Tehit Sawiat Gambar: Rumah kajang orang Tehit Sawiat di pesisir laut. diatas lihat (kole-kole) samping kanan, sedangkan yang satunya mempunyai kesamaan aliran bentuk dan struktur yang sesuai dengan rumah nelayan orang Maybrat di areal Danau Ayamaru. g. Samu Kusme - Mbol Nandla Rumah Bujang Laki ± Laki (asrama Putra) Samu kusme ± mbol nandla adalah rumah bujangan bagi laki ± laki yang mana dibangun dengan tujuan menampung segala kegiatan anak ± anak bujang, baik menyangkut hasil buruan, tidur maupun masak-memasak. Kebanyakan kegiatan ± kegiatan kepemudaan bermula dari rumah ini yang mana para ± sebagai pemuda, ide wadah sehingga yang Gambar: Rumah bujangan laki-laki (samu ku sme-bol nadla) berkumpulnya muncullah ide tertentu Hamah Sagrim 25 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT menyangkut kegiatan kepemudaan. Rumah bujangan laki ± laki kebanyakan berbentuk rumah gantung, namun setelah terus menerus mengikuti perubahan, ada juga yang dibangun semi moderen yang mana bangunannya dibangun oleh sekelompok pemuda yang bisa dibilang geng pemuda. Dikatakan geng, karena bukan hanya satu kelompok tertentu yang ada namun terlihat adanya persaingan misalnya antara RT satu dengan RT yang berikutnya. Rumah bujangan sering dibangun dengan beberapa tipe bangunan, dan khusus untuk rumah bujang laki-laki, bentuknya seperti pada gambar disamping. Bentuk-bentuk ini disesuaikan dengan keinginan para pemuda yang tergolong masih bujang. Bentuk rumah bujang yang dibangun ini tidak juga memiliki kesamaan antara perkumpulan dari satu RT atau kot, tetapi semuanya mengikuti perkembangan yang ada. h. Samu Kuano ± Mbol Nangli Rumah Bujangan Perempuan (asrama putri) Samu kuano ± bol nangli merupakan rumah bujangan kaum perempuan yang masih bujang (belum menikah). Rumah bujangan perempuan berukuran tidak terlalu tinggi dibanding rumah bujangan laki ± laki, hal itu sudah merupakan tradisi orang Maybrat, Imian dan Sawiat hingga sekarang. Rumah perempuan biasanya dibangun oleh orang laki ± laki yang terdiri dari bapabapa, maupun laki - laki bujang. Untuk perempuan, khususnya memasak makanan sebagai imbalan kepada mereka yang membangun rumah mereka. Berikut lihat gambar: Bentuk aliran rumah bujangan perempuan ini tidak begitu berbeda dengan aliran-aliran bangunan rumah yang lain pada umumnya. Perbedaan bentuk rumah hunian rumah bujangan perempuan dengan rumah yang lain adalah ukuran. Ukuran rumah bujangan perempuan tidak begitu monumental, mengingat wanita atau perempuan tidak Gambar: Rumah bujangan perempuan atau asrama perempuan (samu ku ano-mbol nangli) Hamah Sagrim 26 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT diperbolehkan untuk menaiki rumah yang tinggi, karena µakan terlihat aibnya¶. Demikian sehingga bentuk rumah bujangan perempuan Maybrat, Imian, Sawiat selalu berukuran pendek. i. Samu K¶win ± Mbol Wofle Rumah Suci / Rumah Sekolah Samu k¶wiyon ± mbol wofle adalah merupakan bangunan rumah suci, yang mana mempunyai fungsi ganda, yaitu digunakan sebagai rumah maha suci atau difungsikan sebagai tempat pendidikan theology natural yang disebut wiyon-wofle. Theology ini bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat, sangat sakral dan magis. Jenis bangunan rumah suci berbentuk segi empat dan memanjang serta memiliki tiga fungsi ruang yang selalu dibagi dan juga memiliki aturan ± aturan penggunaan ruangannya. Rumah suci tidak dibangun oleh sembarang orang, tetapi harus dibangun oleh mereka atau orang ± orang tertentu yang sudah terdidik dalam ajaran theology natural tersebut (raa win - na wofle), dan yang berhak membangunnya terdiri dari dua orang. Menurut cerita petuah ± petuah yang kami Tanya, asal usul rumah suci tidak dibangun oleh manusia siapa ± siapa namun rumah tersebut dengan sendirinya keluar dari dalam sungai / air. Bentuknya sangat unik / estetis dan sempurna serta menyimpan magis yang luarbiasa sehingga untuk membangunnya membutuhkan waktu yang lama, yaitu dibangun selama sembilan bulan agar bisa sempurna. Selanjutnya aliran rumah suci ini kemudian diperintahkan kepada Mbouk untuk didirikan sebagai bait suci/kemah/tabernakel. K¶wiyon merupakan kemah ± Mbol tabernakel Wofle atau yang Wiyon-Wofle diperintahkan kepada Mbouk ketika menerima taurat dari Mbouk oleh WiyonGambar: Bentuk rumah suci sekolah tabernakel Atau kemah suci (k wiyon-bol wofle) Wiyon-Wofle. diperintahkan Gambar: Denab sekolah-kemah suci (k wiyon-bol wofle) Wofle (Allah) bahwa dia harus mendirikan sebuah kemah wofle) (k¶wiyon ± mbol sebagai tempat meletakkan tabut perjanjian. Dalam mendirikan k¶wiyon-mbol wofle, ada beberapa aturan seperti perintah dan larangan. Perintah dan larangan itu tampak pada aturan Hamah Sagrim 27 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT penggunaan ruang k¶wiyon-mbol wofle sebagaimana pada bilik-bilik bangunan pada gambar denah diatas. Keterangan Gambar: 1. Bohra Mne/Safom ± Ruang luar, areal bebas, hutan belantara. Dalam aturan Ruang bilik tabernakel Wiyon-Wofle (k¶wiyon-mbol wofle), bagian luar yang berhubungan langsung dengan alam bebas atau Gambar: Ruang luar hutan belantara biasanya tidak sacral atau tertutup. Dibagian areal ini hanya diberi tanda atau kode (morse) sebagai pemberitahuan kepada orang luar yang tergolong awam atau disebut (finya) atau wanita, (raa in) orang awam kemah k¶wiyon ± mbol wofle. Kode atau tanda pada areal ini tidak ada kekuatan ghaib apa-apa, hanya sebagai rambu bahwa di areal tersebut ada kemah suci (k¶wiyon-mbol wofle). Warna hijau menunjukkan hutan belantara atau areal bebas. 2. Kre finya & Raâ iin ± Ruang Biasa. Bilik atau Ruang ini bisa dilewati oleh wanita (finya) biasa yang mempunyai anak sedang di didik didalam Kemah. Wanita yang masuk dalam bilik tersebut mengantarkan makanan dan tebu sebagai pengganti air minum dan mereka yang boleh masuk adalah wanita yang tidak sedang mengalami haid atau semalam melakukan hubungan intim. Ruang ini juga dilewati oleh laki-laki biasa yang bukan Raâ Wiyon-Na Wofle. Ruang ini juga bagi Raâ Wiyon-Na Wofle yang ketika malam sedang intim atau dengan isterinya (berintim) atau dengan wanita lain tidur Gambar: Ruang biasa kre finya Raa in yang melintas disekitar areal melakukan hal perzinahan, ia diharuskan hanya bisa sampai diruang biasa dan tidak boleh memasuki ruang suci, ini merupakan suatu larangan keras. Kre Finya & Raâ iin tidak memiliki suatu kekuatan atau kedahsyatan ghaib apaapa sehingga bebas bagi Wanita dan Orang biasa, namun tidak diperbolehkan bagi anak kecil untuk memasukinya. Warna hitam merupakan ketidak kudusan, ketidak muliaan, ketidak kuatan, Hamah Sagrim 28 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT ketidak ilahian, menggambarkan keduniawian namun sebagai rambu atau ukuran utama fungsi ruang bilik sebelum memasuki ruang suci. ³kre finya, kbe raâ iin msya finya twok, soh kukek ginyah to mtwok fe, tna raâ wiyonna wofle ro mti mjien suu msya finya wana tna mno bo ro sre to kbe m¶twok mama mhre sai mam kree ro finya to sei´. ³Ruang biasa boleh dimasuki oleh wanita dan orang biasa, tetapi kalau seorang Raâ Wiyon-Na wofle (rasul) yang pada hari kemarin atau semalam telah berintim dengan istrinya atau melakukan sesuatu yang zinah dan hina, ia juga hanya bisa masuk di ruang biasa (kre finya) tersebut´. 3. Kre Raâ Sme ± Ruang Suci. Bilik ruang ini tidak boleh dilewati oleh wanita (Finya), orang Biasa (Raâ iin-Na iin) dan rasul (Raâ Wiyon-Na Wofle) yang melakukan zinah atau yang mana sebelumnya sudah tidur dengan istrinya (intim). Ruang/bilik suci ini hanya boleh dimasuki oleh Raâ WiyonNa Wofle (Rasul) yang suci, Raâ Bam-Na Tmah (Imam) dan muridmurid (Wiyon Tna). Warna abu-abu merupakan kemuliaan yang telah Gambar: Ruang Suci dipancarkan kepada raâ wiyon-na wofle, kekuatan Wiyon-Wofle yang memberi kekuatan kepada Raâ Wiyon-Na Wofle, Kedahsyatan kesucian Raâ Wiyon-Na Wofle, Wiyon-Wofle yang diberikan kepada Raä wiyon-Na wofle, Kekuatan Raâ Wiyon-Na Wofle, yang diterima dari Wiyon-Wofle (Allah) yang me-Wiyonkan (Meng-Allah-kan) mereka dengan kekuasaannya. Ketika dalam perjalanan melalui ruang biasa terasa biasa-biasa sebagaimana dalam situasi biasa, namun ketika memasuki zona Ruang suci (Kre Raâ Sme) ada suatu perbedaan. Menurut ungkapan Raâ Wiyon-Na Wofle mengatakan bahwa : ³soh nyio n¶truk mam kre raâ sme, n¶yio nfibo nhau mam oo roto, masuf reto mti/mamur mase tna nyio nfibo njien smi feto, kbe nawe nros si to nmat komeyan teit ysia raâ wait makah wyak-aken mama meti mam aya maam tna anu ro wiyon tna to nsok aken ro anu nut, aken ro anu nu t to kbe oron yabi teit Y¶hre mam aken mana Hamah Sagrim 29 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT tna komeyan teit yabo min aken. Kbe Raâ Wiyon-Na Wofle ysia wiyon tna rait to aro yaut aken rait hahayah, ana mberur maut aken sou suu fe, reto mbou toni ´. ³ketika melangkah melewati zona batas ruang suci, kita seperti berada dalam alam lain, sona atau ruang atau bilik tersebut gelap gulita dan ketika itu kita akan melihat terang sinar kemuliaan yang membias menerangi ruang suci itu, kita akan merasa seperti kita dalam keadaan mimpi, dan ketika itu akan bermunculan bahtera (perahu) Tuhan yang menghampiri setiap kita yang masuk kedalam ruang tersebut untuk membawa kita ke suatu tempat yang suci, setiap kita yang telah masuk akan dipersiapkan bahtera (perahu) yang sama jumlahnya dengan kita yang ada, dan setiap orang menaiki satu bahtera (Perahu) dan didalam bahtera itu kita hanya duduk dan didampingi oleh Raâ Wiyon-Na Wofle dan yang mendayung bahtera (Perahu) adalah komeyan (Tuhan), dibagian kepala perahu (bahtera) duduklah seorang tua yang putih kemilau rambutnya dan telinganya panjang dengan jubah yang bersinar, ia adalah Allah (Oron Yabi)´. Ungkapan tersebut diatas tentang rahasia bilik atau ruang, bila kita kaji dengan ukuran keseluruhan bangunan atau bait tersebut, merupakan sebuah bangunan yang dibangun langsung diatas tanah kering, akan tetapi bagi Raâ Wiyon-Na Wofle mereka harus berangkat atau bepergian dengan menggunakan perahu, karena perjalanan mereka begitu jauh dan melalui lautan samudera raya. Disini terdapat suatu keajaiban dan pengalaman yang begitu mengherangkan ketika kita mengkaji dari penjelasan tentang perjalanan yang jauh dengan luasan bangunan yang mana tidak begitu jauh antara ruang/bilik yang satu dengan ruang atau bilik yang lainnya, akan tetapi karena kita sebagai manusia yang pada saat itu berada dalam hadirat Tuhan, maka waktu itu akan menyeleksi kita. Menurut mereka Raâ Wiyon-Na Wofle dan Wiyon tna, mengatakan bahwa perjalanan mereka begitu lama dan harus menempuh suatu samudera raya, dan menurut mereka, lamanya mereka berpendidikan selama 3 bulan, akan tetapi bagi orang biasa (Raa iin) yang berada diluar kemah mengatakan bahwa lama pendidikan yang ditempuh dalam kemah k¶wiyon-bol wofle adalah Enam bulan. Peristiwa-peristiwa ini yang terjadi dalam perjalanan, ada yang boleh dibicarakan namun ada yang tidak boleh untuk diungkapkan (sakral). Hamah Sagrim 30 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT 4. Mato Ro Mbou Toni (Ruang Maha Suci) ± Mato Ro Oron yabi Yhou (Takhta Allah). Ruang Maha Suci tidak boleh dimasuki oleh Raâ Wiyon ± Na Wofle (Rasul), ruang ini sangat sakral dan hanya bisa dimasuki atau yang berhak masuk kedalam ruang maha suci adalah Raâ Bam ± Na Tmah (Imam). Isi dalam Ruang Maha suci sangat rahasia, dan yang berhak mengetahuinya hanya Raâ Bam ± Na Tmah (imam), tidak Gambar: Ruang maha suci mungkin bagi Raâ Wiyon-Na Wofle untuk mengetahuinya. Berikut adalah ungkapan Raâ Wiyon-Na Wofle dalam bahasa Maybrat: ³mato ro mbou toni reto kbe Raâ Bam-Na Tmah meseit truk, amu refo (Raâ Wiyon-Na Wofle) truk fe, kta ro mhou kre mato reto mamo bo snyuk ka Raâ Bam-Na Tmah, soh fibo bo snyuk reto Raâ Bam-Na tmah yawe ka¶amu fo tabam refo masu marak, Raâ tabam refo mhai beta, aro mhou fe, bo snyuk reto safo meto, tnafo komeyan makan meto´ ³Ruang maha suci hanya boleh dimasuki oleh Imam (Raâ Bam-Na Tmah), bagi para Rasul (Raâ Wiyon-Na Wofle) tidak diperkenankan untuk masuk ruang maha suci, sangat sakral, rahasia, segala sesuatu yang ada didalam ruang itu merupakan rahasia khusus bagi para Imam (Raâ Bam-Na Tmah), kalau rahasia ruang maha suci itu diberitahukan kepada Rasul (Raâ Wiyon-Na Wofle), maka dunia ini akan hancur, semua manusia akan mati, tak ada yang bisa hidup. Hal ini merupakan sesuatu yang sakral dan merupakan inti dari Tuhan´. Dari ungkapan tersebut, dianalisis bahwa dalam ruang maha suci merupakan tempat takhta Allah dan tempat meletakan tabut perjanjian yang merupakan rahasia kerohanian ³inti daripada kerohanian´ dalam teologi wiyon-wofle. Dalam perjalanan pendidikan tersebut dan setelah selesai (tamat), setiap Wiyon Tna (Murid) dan Raâ Wiyon-Na Wofle (Rasul-Guru pembimping) serta Raâ Bam-Na Tmah (ImamGuru Besar atau Kepala sekolah), tidak diperbolehkan keluar melalui pintu utama, mereka harus Hamah Sagrim 31 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT keluar dengan cara membocorkan atap lalu keluar, setelah semuanya telah keluar dari dalam kemah tersebut selanjutnya berbaris mengelilingi kemah itu dan Raâ Bam-Na Tmah (Imam-Guru besar atau Kepala Sekolah) beserta Raâ Wiyon-Na Wofle (Rasul-Guru pembimbing) membakar Kemah (K¶wiyon-Mbol Wofle) dan disaksikan oleh Raâ Bam-Na Tmah, Raâ Wiyon-Na Wofle, Wiyon Tna. Setelah Kemah terbakar, Raâ Bam-Na Tmah, Raâ Wiyon-Na Wofle, Wiyon Tna, menyelidiki lagi dengan seksama isi abu tersebut dengan tujuan bahwa jangan ada sisa-sisa perkakas yang belum terbakar, semuanya harus dibakar tanpa sisa. Dalam proses membakar K¶wiyon-Mbol wofle (Kemah - Sekolah), tidak dibiarkan segelintir perkakas atau sepotong kayu dari kemah yang tersisa, semuanya harus dipastikan terbakar lebur menjadi abu. Setelah semuanya itu selesai barulah Raâ Bam-Na Tmah, Raâ Wiyon-Na Wofle, Wiyon Tna, boleh meninggalkan lokasi kemah untuk proses Ujian kepada Murid (Wiyon Tna), setelah diuji (sana Wiyon) baru Murid-murid diteguhkan menjadi Raâ Wiyon-Na Wofle. Dalam peneguhan wiyon tna (Murid), biasanya dilakukan dengan cara menguji setiap Murid dengan menyuruhnya menyembuhkan orang sakit (tgif kiyam), menyembuhkan orang yang kena pagut dari ular (tgif aban), melancarkan persalinan wanita hamil yang terhambat (tgif finya mabe), dan lain sebagainya. Ujian ini merupakan suatu aktivitas terakhir bagi wiyon tna (Murid) barulah diteguhkan sebagai Raâ Wiyon-Na Wofle. Ujian akhir ( sana Wiyon) yang dilakukan oleh Raâ Wiyon-Na Wofle (Rasul-Guru) dan Raâ Bam-Na Tmah (Imam-Profesor) dan di ikuti oleh Wiyon tna (Murid) guna mencapai gelar sebagai seorang Raâ Wiyon-Na Wofle. Setiap Murid yang tamat dalam pendidikan Wiyon-Wofle, memiliki dua nama, yaitu nama duniawi dan nama yang diberikan dari sekolah atau kemah (sum kafir) (nama suci). Rincian keterangan warna: 1. Warna merah, menunjukkan kekuatan ghaib, sakral. 2. Warna hijau, menunjukkan areal bebas. 3. Warna hitam, menunjukkan kefanaan, keduniawian, ketidak sempurnaan. 4. Warna putih, menunjukkan kesucian, kemurnian, keAllahan, kesempurnaan. Atas dasar pengakuan Wiyon tna itu sendiri, maka Raâ Wiyon-Na Wofle dan Raâ Bam-Na Tmah akan meneguhkan mereka dan mereka akan diterima sebagai anggota yang diperbaharui di dalam persekutuan wiyon-wofle (sebagai Raâ Wiyon-Na Wofle) yang sungguh-sungguh percaya Hamah Sagrim 32 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT kepada Wiyon-Wofle (Allah) mereka. Dengan demikian Wiyon Tna yang telah diteguhkan sebagai Raâ Wiyon-Na Wofle pun boleh duduk bersama-sama dengan Raâ Wiyon-Na Wofle yang lain bersama-sama dimeja perjamuan kudus, turut bertanggung jawab dalam tugas WiyonWofle, memberitakan Allah yang dipercaya (Wiyon-Wofle) kepada dunia ini, dan turut bertanggung jawab pula dalam pembangunan Wiyon-Wofle. Raâ Wiyon-Na Wofle dan Raâ Bam-Na Tmah, percaya dan mengaku bahwa dalam dalam Tuhan mereka (Wiyon-Wofle), mereka dikumpulkan sebagai anak-anaknya dari segala bangsa dan mempersatukan mereka menjadi satu tubuh yang Wiyon-Wofle adalah kepalanya dan Raâ Wiyon-Na Wofle adalah anggotanya. Dalam perjamuan suci didalam k¶wiyon-bol wofle, Raâ Wiyon-Na Wofle memberi ³Bofit´ dan ³Waif´ sebagai tanda dan meterai dari tubuh dan darah, Wiyon-Wofle senangtiasa menghubungkan Raâ Wiyon-Na Wofle kepada persekutuan dengan dia sendiri dan persekutuan antara sesama Raâ Wiyon-Na Wofle sebagai anak-anaknya. Dalam persekutuan dengan Wiyon-Wofle, Raâ Wiyon-Na Wofle dipanggil untuk mengaku dia sebagai Tuhan dan Juru selamat mereka melalui kata-kata dan perbuatan mereka setiap hari dan memberitahukan tentang dia keseluruh dunia. Jikalau dalam setiap ucapan dan perbuatan mereka tidak sesuai dengan perintah yang telah mereka terima dari Wiyon-Wofle, maka mereka akan menerima sangsi yang berat, yaitu mereka akan meninggal secara tiba-tiba (komeyan biji), ditimpa kelaparan (haisre mama), ditimpa kesakitan yang parah (kiyam mama), banyak persoalan yang menimpa (safo mai). Jenis bangunan rumah suci atau sekolah tradisional semenjak masuknya injil kristiani di dataran papua, semua jenis pengajaran maupun kepercayaan tradisional dilepaskan. Oleh karenanya kami sangat sulit untuk mendapatkan bangunannya karena saat ini tidak dibangun bisa dibilang akan punah, dan hanya saja kami dijelaskan bagaimana denah bangunannya saja sebagaimana pada gambar. –‹˜‹–ƒ• ‹›‘ ‘ˆŽ‡ „‹•ƒ †‹’‡”•‡’•‹ ƒ •‡„ƒ‰ƒ‹ ’‡ †‹†‹ ƒ –”ƒ†‹•‹‘ ƒŽ ‘”ƒ ‰ ƒ›„”ƒ– ‹ƒ ƒ™‹ƒ– †ƒ „‹•ƒ †‹’‡”•‡’•‹ ƒ •‡„ƒ‰ƒ‹ –‡‘Ž‘‰‹ –”ƒ†‹•‹‘ ƒŽ Žƒ•ƒ ›ƒ ƒ†ƒŽƒŠ ƒ”‡ ƒ ƒ –‹˜‹–ƒ• ‹›‘ ‘ˆŽ‡ ‡ ‹Ž‹ ‹ †—ƒ ƒ”ƒ –‡” †ƒŽƒ •ƒ–— ƒ –‹˜‹–ƒ• ›ƒ‹–— †ƒ”‹ •‡‰‹ ’‡ †‹†‹ ƒ ƒŸ ‹›‘ ƒ ‘ˆŽ‡ †‹•‡„—– •‡„ƒ‰ƒ‹ —”— —”— ‡ „‹ „‹ ‰ ‘•‡ ƒŸ ƒ ƒ ƒŠ †‹•‡„—– •‡„ƒ‰ƒ‹ —”— ‡•ƒ” —”— ‡’ƒŽƒ ‡’ƒŽƒ •‡ ‘ŽƒŠ ”‘ˆ‡•‘” ‡ ƒ–‘” ‹›‘ ƒ †‹•‡„—– •‡„ƒ‰ƒ‹ —”‹† ™‹›‘ ‘Ž ‘ˆŽ‡ †‹•‡„—– •‡„ƒ‰ƒ‹ ‡ ‘ŽƒŠ †ƒ •”ƒ ƒ ƒ –‹˜‹–ƒ• —–ƒ ƒ ƒ†ƒŽƒŠ „‡” ‹›‘ ƒ–ƒ— ‡ †‹†‹ „‡ŽƒŒƒ” ‡ ‰ƒŒƒ” †ƒŽƒ ’”‘•‡• ‹ ‹ ‡”‡ ƒ Œ—‰ƒ ‡ ‰‡ ƒŽ –—Ž‹•ƒ †ƒ Š—”—ˆ ƒ”‹ •‡‰‹ ‡‘Ž‘‰‹ ƒŸ ‹›‘ ƒ ‘ˆŽ‡ †‹•‡„—– •‡„ƒ‰ƒ‹ ƒ•—Ž ƒŸ ƒ ƒ ƒŠ †‹•‡„—– •‡„ƒ‰ƒ‹ ƒ — ƒŠ †‹•‡„—– •‡„ƒ‰ƒ‹ ‡ ƒŠ ƒ„‡” ƒ ‡Ž †‡ ‰ƒ ”—ƒ ‰ ”—ƒ ‰ ƒ–ƒ— „‹Ž‹ ›ƒ ‰ •ƒ ”ƒŽ ‹›‘ ƒ Hamah Sagrim 33 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT †‹•‡„—– •‡„ƒ‰ƒ‹ —”‹† ƒ –‹˜‹–ƒ• —–ƒ ƒ †ƒŽƒ ™‹›‘ ‘Ž ‘ˆŽ‡ ƒ†ƒŽƒŠ „‡” ‹›‘ ‡ †‹†‹ ƒ ‘‰ ƒ–‹ ‡ —”‹†ƒ 2. Spesifikasi Bangunan a. Spesifikasi Denah Bangunan rumah tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat, dibangun dengan denah segi empat yang dilengkapi dengan banyak koloum sebagai pilar utama, yaitu mulai dari 4 koloum, 5,6,7,8 dan seterusnya bergantung ukuran besar kecilnya bangunan. Bila ditelaah secara jelas dalam bentuk pondasi maka bangunan arsitektur tradisional Maybrat Imian Sawiat termasuk dalam pondasi setempat. Karena pondasi setempat memiliki banyak koloum, sehingga arsitektur Maybrat, Imian, Sawiat, bisa disebut dengan nama ³bangunan seribu kaki´. Untuk rumah yang dibangun diatas tanah tanpa koloum biasanya menggunakan batang pohon besar sebagai koloum utama bagi bangunan yang dibangun di atas pohon (rumah gantung atau halit myio-mbol halit). Gambar: Bentuk Denah rumah gantung Gambar: Bentuk denah semi moderen Gambar: Bentuk denah moderen Gambar: Denah Tabernakel (k wiyon-bol wofle) b. Spesifikasi Koloum (Hafot) Ada beberapa jenis koloum yang digunakan suatu dalam bangunan mendirikan sebagaimana berikut dibawah ini. Lihat gambar: Hamah Sagrim 34 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Ada tiga jenis koloum Gambar: Koloum cabang bentuk Y kayu (hafot ara so) Gambar: Koloum cincang bentuk U (hafot ra mate) Gambar: Koloum cincang bentuk V (hafot ra mate) utama yang digunakan dalam membuat rumah bagi suku Maybrat Imian sawiat antara lain adalah sebagai berikut: 1. hafot ara soo, hafot ara soo merupakan koloum yang terbentuk dari pohon secara alami yang menyerupai huruf µY¶ sehingga dijadikan sebagai Gambar: Koloum dari cabang kayu yang diramu menjadi koloum rumah koloum utama. Jenis koloum ini bisa disebut dengan koloum cabang kayu. Jenis koloum ini tidak diambil dari jenis kayu biasa, akan tetapi diambil dari jenis kayu yang dianggap sangat kuat dan tahan terhadap rayap serta cocok untuk wilayah tropis. 2. Hafot raa mate, jenis koloum ini berbentuk huruf µY¶ tidak terbentuk secara alami seperti pada hafot ara soo, namun dibentuk oleh manusia (dicincang). Koloum ini juga terbuat dari jenis kayu yang dianggap mutunya kuat dan mampu bertahan terhadap rayap di wilayah setempat. Jenis-jenis kayu yang dipakai sebagai koloum ompak ini sudah terus menerus dan secara temurun dikenal oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat. Gambar: koloum cincangan Ukuruan jenis koloum biasanya mempunyai ukuran yang sama namun bisa di potong menjadi pendek, tergantung pada lokasi bangunan. Misal pada lokasi yang akan didirikan rumah tidak berbatu maka ukuran koloum (hafot) yang sudah di buat tidak perlu untuk di rubah ± rubah atau di potong, namun bila pada lokasi persiapan memiliki bebatuan yang kuat dan susah digali, maka koloum (hafot) yang ukurannya panjang akan di potong menjadi pendek sesuai dengan kondisi tanah, kemiringan tanah juga mempengaruhi. Koloum ± koloum yang digunakan biasanya berbentuk huruf µY¶. dalam pemikiran masyarakat Maybrat Imian Sawiat dalam memilih koloum raja atau koloum induk adalah koloum harus berbentuk huruf µY¶ dan µU¶, Hamah Sagrim 35 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT karena memiliki penyangga pada bagian luar, sehingga untuk meletakan pemikul yang mana susah tergeser. Hal ini dapat diterima dengan tujuan menghindari efek ± efek horizontal yang juga bisa mengakibatkan kayu pemikul beban menjadi lepas dari tumpuannya. Fungsi koloum utama (hafot) adalah sebagai penyalur beban bangunan ke tanah, yang mana juga berfungsi sebagai koloum pemikul beban keseluruhan bangunan dan isi bangunan yang ada secara kokoh. Dalam pengertian masyarakat maybrat, imian dan sawiat bahwa ³koloum utama harus ditanam dan dipastikan sudah berdiri dengan kokoh karena bangunan tersebut bisa berdiri tegak bertahun-tahun karena koloumnya kokoh. c. Spesifikasi dinding Orang maybrat imian sawiat membangun rumahnya dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti pohon, rotan dan dedaunan, demikian bahan penutup dinding pada bangunan rumah juga menggunakan bahan-bahan alami seperti dinding kulit kayu, dinding gaba-gaba, dinding bambu dan dinding papan. Gambar: dinding kulit kayu Hri Ara Malak Gambar : dinding gaba-gaba - Turaf Gambar: dinding bambu - Bron Gambar: Dinding Kayu Hamah Sagrim 36 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT d. Spesifikasi atap Bahan-bahan atap juga dari alam yang mana didarmu secara baik dan sempurna sehingga dapat dijadikan sebagai penutup atap. Ada beberapa bahan atap yang dikenal serta difungsikan oleh orang maybrat imian sawait dalam mendirikan rumah mereka adalah; atap sagu (afi) atap daun pandanus (kain) atap kulit kayu (hri ara) dan atap sengk. Gambar: Spesifikasi Atap sagu (afi) Gambar: atap sengk e. Spesifikasi ruang dalam-interior. Ruang dalam ± interior pada bangunan arsitektur tradisional suku maybrat imian sawiat kebanyakan menggunakan bahan alami seperti gagar, palem hutan dan kulit pohon sagu. Gambar: Spesifikasi Interior/ruang dalam f. Spesifik Rangka Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa rumah tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat, menggunakan bahan utama adalah kayu sebagai struktur rangkan dan tali rotan sebagai bahan pengikatnya. Disamping itu, rumah tradisional (halit-bol halit) juga memiliki balok sokong dan balok pengikat Hamah Sagrim 37 angin serta beberapa elemen pendukung bangunan lainnya. Lihat gambar disamping ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Gambar: Spesifik rangka Masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, sepertinya mulai bersentuhan dengan rumah-rumah dengan bahan moderen pada pertengahan abad ke-18. sebagaimana perkembangan teknologi yang begitu cepat dan merasuk ke-perbagian penduduk manusia dibelahan dunia, termasuk wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, yang dahulunya sangat kental dengan budaya tradisional mereka yang dipengaruhin oleh kehidupan sehari-hari (appabolang). Demikian hingga saat ini, di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, jika ditelusuri hingga ke daerah-daerah desa terpencil, kita akan temukan jenis-jenis bangunan yang sangat tradisional, adajuga disisipi oleh bangunan semi moderen dan juga bangunan moderen. 3. Skematik Membangun Rumah a. Memasang Koloum (Mati Hafot) Setiap bangunan rumah biasanya dilandasi dengan pondasi, yang berfungsi sebagai pemikul dan penyalur terakhir bangunan ke permukaan tanah. Pada arsitektur mula-mula belum dikenal dengan adanya pondasi, namun pada zaman dimana manusia mulai mengenal adanya rumah, setelah berpindah-pindah dari tempat yang satu ketempat yang lain yang mana lubanglubang batu dan gua sebagai tempat perteduhan utama pada zaman sebelum mengenal bangunan. Populernya dahulu tak ada pondasi namun dikenal dengan koloum yang mana terbuat dari kayu. Menurut pandangan masyarakat Maybrat Imian dan Sawiat, koloum merupakan pemikul beban bangunan dengan isinya, hal ini dapat dibenarkan karena koloum merupakan pondasi setempat yang fungsinya memikul beban bangunan secara keseluruhan. Dalam urutan bangunan dimulai dari pondasi, demikian bagi masyarakat Maybrat Imian dan Sawiat. Adapun tahapan ± tahapan dalam memasang koloum (mati hafot) adalah : Hamah Sagrim 38 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Gambar: Galian lubang koloum (kayah hafot) Gambar: Potongan pasang koloum Gambar: Pasang koloum (hafot ra mati) b. Memasang Dinding (Mafir Hri) Dalam proses pembuatan rumah bahwasanya dimulai dari pondasi, tiang atau koloum, dinding, rangka atap dan penutup atap. Demikianpula masyarakat suku Maybrat Imian Sawiat yang juga mengalami proses yang serupa, sehingga dapat dikatakan bahwa manusia Maybrat Imian Sawiat sudah memiliki pola pikir dalam membangun rumah yang terstrukturalnya sudah tertanam atau diturun temurunkan semenjak permulaan membangun rumah oleh Too dan Sur. Dalam tahapan pemasangan dinding adalah dimulai dengan proses pemasangan rangka dinding, tahap penyiapan bahan penutup dinding, tahap penyiapan bahan pengikat (rotan) dan waktu kerja. Mengapa dikatakan waktu kerja? Karena dalam proses mendirikan sebuah rumah, orang Maybrat, Imian, Sawiat, selalu merencanakannya sehingga menjadi matang, dan berikutnya dilakukan pekerjaan tersebut. Dalam mendirikan rumah, yang paling menghabiskan waktu adalah ketika mengumpulkan bahan-bahan bangunan seperti kayu, atap, dan rotan. Hal ini berkaitan dengan kondisi alam dengan persediaannya dan proses mencari jenis bahan yang digunakan sehingga memerlukan ketabahan dan kejelian dalam memilih bahan bangunan, terutama bahan rangka atau kayu. c. Memasang Atap (Mkes Afi) Atap sangat dibutuhkan dalam membangun sebuah rumah, karena merupakan pelindung atau penghalang pada bagian atas bangunan baik dari terik matahari, hujan dan angin. Masyarakat Maybrat Imian dan Sawiat dalam meramu sebuah bangunan biasanya yang terutama terpikirkan adalah atap. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa masyarakat Gambar : cara memasang atap (mkes afi) Maybrat, Imian dan Sawiat memiliki kemampuan membangun rumah yang lengkap. Di lengkap karena sebuah bangunan sini kami katakan rumah dikatakan bilamana terdapat lantai, dinding, dan atap. Manusia Maybrat Imian Sawiat dengan sadar bahwa mereka dapat membuat suatu tempat perteduhan yang mampu memberi kenyamanan dalam hidup dan kehidupan mereka. Hamah Sagrim 39 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Berikut tahapan ± tahapan dalam membangun rumah yaitu: persiapan bahan, pemasangan koloum, pemasangan struktur dinding, pemasangan struktur atap, persiapan waktu kerja, persiapan tenaga kerja. Lihat skematika kerja. Skematika tahapan kerja. Persiapan bahan persiapan waktu & tenaga kerja Mendirikan Rumah Pemasangan koloum Pemasangan struktur atap Pemasangan struktur dinding Gambar: Skematika kerja persiapan bahan bangunan rumah dan pemasangannya. Keterangan: Arah panah searah jarum jam menunjukkan alur kerja yang selalu dilalui dalam mendirikan bangunan rumah. Hamah Sagrim 40 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Arah panah tidak searah jarum jam menunjukkan waktu kerja yang mana tidak hanya dibutuhkan seketika atau searah melainkan waktu dibutuhkan selalu dalam membangun sebuah rumah sehingga tidak berjalan satu arah d. Membuat Tungku Api (Mwohat Ohat) Setelah memasang atap berikutnya membuat tungku api, dalam pembuatan tungku api, adapun tahapan ± tahapan dalam pembuatannya adalah: tahap pembuatan rangka tungku, tahapan Gambar: Tungku api (ohat) persiapan bahan (kayu, batu, rumput, tanah), persiapan bahan pengikat (rotan) dan persiapan waktu pelaksanaan. e. Membuat Lantai (Msien Rmah) Biasanya masyarakat Maybrat Imian Sawiat memasang lantai setelah seluruh struktur bangunan sudah dilengkapi. Adapun tahapan ± tahapan dalam pemasangan lantai adalah : pemasangan rangka lantai, penyiapan bahan lantai, penyiapan bahan pengikat (rotan) dan Gambar: Pemasangan lantai (rmah) penyiapan waktu pelaksanaan. 4. Teknologi dan Teknik Membangun a. Teknologi Betapapun sederhananya sebuah bangunan, apalagi bangunan itu berupa rumah, teknologi pasti dibutuhkan. Tidak ada satu sistem bangunanpun yang tidak memerlukan teknologi. Bahkan kaum cerdik pandai mengatakan bahwa teknologi sama tuanya dengan usia manusia itu sendiri. Sejak permulaan manusia ada, sejak masyarakat yang paling primitifpun, teknologi sudah merupakan bagian mutlak dari kehidupan manusia itu sendiri. Benyamin Franklin, salah seorang pemikir masyur pernah mengatakan bahwa manusia adalah ³binatang pembuat alat´. Untuk Hamah Sagrim 41 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT keperluan hidupnya, manusia memang memerlukan alat. Untuk berburu diperlukan pana atau jubi, tombak, untuk mancing diperlukan pancing untuk mencari ikan di laut, juga diperlukan jaring, jala, sampan, dan seterusnya. Kecakapan untuk membuat peralatan itu juga penggunaanya merupakan syarat bagi kehidupan manusia yaitu bagi kelanjutan eksistensi hidupnya. Kecakapan untuk membuat dan menggunakan alat itulah yang disebut teknologi. Secara kasar teknologi adalah ³perpanjangan tangan manusia´. Teknologi pembuatan rumah (tempat tinggal) tidaklah rendah, hal ini dapat dilihat pada karya arsitektur tradisional di tanah air. Baik arsitektur tradisional Jawa, Bali, Batak, Minangkabau, Toraja ataupun Wamena Papua, sudah tampak tingkatan mutu nilainya yang cukup tinggi. Begitupula rumah tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat, walaupun berbentuk sangat sederhana namun tidak lahir secara mendadak. Rumah tinggal tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat telah berabad ± abad teruji kekuatannya, ia setua masyarakat Suku Maybrat Imian Sawiat itu sendiri. Kekuatan dan ketangguhan kehadapan zaman telah terbukti dari waktu ke waktu. Teknologi pembuatannya menunjukkan keseimbangan antara kekuatan daya topang tiang ± tiang gapik dengan besarnya bangunan, sehingga nampak seimbang (harmoni) dengan alam dan kehidupan sekitar. b. Teknik Membangun Membangun rumah bagi warga suku Maybrta Imian Sawiat tidak terlalu rumit seperti terdahulu karena dilakukan secara gotong royong, walupun tukang yang khusus tidak ada. Membangun atau mendirikan rumah banyak yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan karena erat hubungannya dengan kesibukan dan tenaga. c. Utilitas dan Perlengkapan Untuk keperluan air bersih atau air tawar, tidak begitu sulit bagi suku Maybrat Imian Sawiat, karena Banyaknya persedian air tawar disepanjang wilayah Hunian. Untuk pembuangan limbah manusia, biasanya para warga ditanah daratan memanfaatkan WC umum dan bagi warga yang mampu sudah memilikinya sendiri. Namun bagi warga yang tinggal di perairan laut biasanya pembuangan limbah langsung ke laut. Untuk keperluan penerangan, Di Distrik Ayamaru, Aitinyo dan Aifat sudah menggunakan listrik yang disediakan oleh PLN setempat, namun Distrik Sawiat menggunakan listrik tenaga suria (solar sel). Dilingkungan permukiman ini juga sudah disediakan jaringan Hamah Sagrim 42 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT telepon (Wartel) di distrik Ayamaru, Aitinyo dan Aifat sedangkan Distrik Teminabuan, Sawiat, menggunakan telepon dari PT. Telkom dan untuk Teminabuan sudah menggunakan HP. Sehingga warga yang berperokonomian mampu sudah dapat menikmatinya. E. Mengenal Bahan ± Bahan Bangunan Berbicara mengenai rumah tradisional suku maybrat imian sawiat, ada 5 jenis bahan bangunan utama yang perlu diketahui yaitu: bahan rangka, bahan atap, bahan dinding, bahan lantai dan bahan pengikat. Pada tahun 1981 kebawah, jenis ± jenis kayu kuat sangat banyak di wilayah Maybrat Imian Sawiat, namun pada tahun 1982 terjadinya musim kemarau yang berkepanjangan hingga mengakibatkan kebakaran hutan yang hampir keseluruhan hutan belantara di wilayah Maybrat habis terbakar diantaranya dari kampung Soroan, Sauf, Ayamaru, Kambuaya, Jidmau, Susumuk Aifat, Kambufatem hinngga Yaksoro Aitinyo, daerah ini mudah terbakar karena daerah kering dibanding daerah Imian dan Sawiat. Terjadinya kebakaran pada waktu itu mengakibatkan homogenitas hutan belantara menjadi hutan terbuka, yang mana segala persediaan bahan ± bahan bangunan yang tadinya mudah ditemukan menjadi sulit ditemukan, seperti kayu, rotan dan kebutuhan bangunan lainnya. Pada saat ± saat sekarang, jenis ± jenis kayu yang sangat kuat untuk di gunakan dalam membuat rumah sudah langkah. Tadinya orang-orang membuat rumah tidak terlalu lama atau tidak membutuhkan waktu yang lama, namun saat ini kebanyakan kalau membuat rumah, sangat membutuhkan waktu yang relative lama karena orang Maybrat, Imian, Sawiat ketika berencana untuk membangun sebuah rumah, yang pertama di persiapkan adalah kayu ± kayu sebagai bahan yang dianggap agak berat pekerjaannya dan cukup membutuhkan waktu untuk mengumpulkan kayu-kayu bermutu dari satu tempat ke tempat yang lain. Tentu saja kesulitan mencari bahan bangunan tersebut yang membuat orang Maybrat, Imian, Sawiat sebaiknya mempersiapkan waktu yang banyak dalam membangun sebuah rumah, perhitungan yang cemerlang dengan kerajinan dalam melakukannya biasa dilakukan dengan cermat sehingga waktu lainnya dapat di gunakan untuk pekerjaan-pekerjaan lain, terutama bertani karena orang-orang Maybrat, Imian, Sawiat adalah mayoritas latarbelakangnya petani sehingga tiada hari tanpa bercocok tanam. Meskipun banyak pepohonan kayu-kayu yang bertumbuh pada hamparan belantara wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, seperti ³sitam, rmo, ramboh dan lain sebagainya, namun Orang Hamah Sagrim 43 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Maybrat, Imian, Sawiat, secara turun - temurun telah di perkenalkan dengan jelas tentang jenis ± jenis kayu yang sudah dianggap terbaik, agak baik, yang mana dapat digunakan dan yang tidak baik yang mana tidak bisa dipergunakan sebagai bahan bangunan. Oleh pihak orang Maybrat, Imian, Sawiat jenis ± jenis kayu yang dianggap mampu bertahan selama puluhan tahun jika dipakai untuk mendirikan bangunan adalah sebagaimana yang di bedakan atas nama dan Jenis ± jenis warnanya, kayu tersebut disini kami hanya dapat menyebutkannya dengan sebutan bahasa ilmiahnya adalah sebagai berikut: 1. Bahan Rangka a) kayu ijie, kayunya keras dan lurus, jenis kayu ini biasanya digunakan sebagai struktur rangka utama, baik rangka atap, lantai, tiang pancang (sur), koloum (hafot). Warnanya putih kekuningan. b) kayu mbala, kayu ini sangat keras, lurus tidak halus, isinya berserabut, berwarna merah kecoklatan. Jenis kayu ini biasanya digunakan untuk koloum utama (hafot), selain batangnya digunakan sebagai koloum utama, kulitnya juga berfungsi sebagai penutup dinding utama. c) kayu hlangguf, warnanya putih membungkusi warna kemerahan, lurus dan tidak halus, isinya berserabut, kulitnya agak bergetah, jenis kayu ini biasanya digunakan untuk rangka lantai (biat) untuk ukuran kecil, tiang pancang (sur) untuk ukuran sedang dan koloum (hafot) untuk ukuran besar. Jenis kayu ini sangat kuat apabila diawetkan pada tempat yang kering dan mutunya baik. d) kayu siah, jenis kayu ini tidak sekeras kayu yang lain namun bila dikeringkan pada tempat kering maka akan keras, kayu ini kebanyakan di gunakan sebagai bahan struktur rangka atap atau reng (ara soom) dan struktur lantai (biat). Warnanya putih dan banyak cabang. e) kayu srah (gagar), kayu ini tidak digunakan untuk apa ± apa tetapi hanya biasanya digunakan sebagai bahan utama penyusunan lantai (msyien rmah) dan pengait jahitan atap, jenis kayu ini sangat keras tidak mudah dipatahkan apalagi yang jenisnya lebih tua, yang mana warnanya menjadi hitam, jenis kayu ini tidak utuh tetapi sumbunya sangat besar dan yang biasanya di pergunakan adalah bagian pembungkusnya. f) kayu bta-bta (palem hutan) warnanya merah dan mirib dengan gagar (srah) namun bentuknya lebih besar. Pohon ini biasanya digunakan hanya untuk bahan lantai (msyien rmah) dan pengait jahitan atap. Hamah Sagrim 44 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT 2. Bahan Atap. 1. Atap rumbino (kain) ± pandanus family yaitu keluarga pandanus atap rumbino adalah dedaunan yang di ambil dari jenis tumbuhan pandanus yang daunnya lebar panjang dan tebal. Atap rumbino kebanyakan di gunakan oleh masyarakat suku Maybrat, karena untuk memperoleh atap sagu begitu sangat sulit untuk diperoleh. Gambar: Bangunan rumah bahan atap rumbino 5. Atap sagu (afi), atap sagu diambil dari daun sagu yang diraut menjadi penutup atap rumah Jenis atap ini sangat kuat dan kebanyakan Gambar: Rumah dengan bahan atap sagu (afi) digunakan oleh suku Imian dan Sawiat karena sangat gampang ditemukan di wilayah Imian Sawiat yang merupakan pusat tumbuhan pohon sagu. 6. Atap kulit kayu (hri ara), atap kulit kayu sering digunakan bila mana atap rumbino dan atap sagu sudah sangat sulit untuk diperoleh sehingga kebanyakan digunakan kulit kayu sebagai atap. Kulit kayu yang sering digunakan adalah : seme, mbala, fait (cofasus familly), tiga jenis kayu yang mutu kulitnya sangat baik untuk dijadikan sebagai penutup atap, baik sebagai penutup atap maupun penutup dinding. Hamah Sagrim 45 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT 4. Atap sengk, orang Maybrat, Imian dan sawiat ketika membangun rumah dengan bahan tradisional yang telah dikenal secara alam (teknologi alamiah), mereka juga menggunakan mengikuti merubahnya. Gambar: Rumah dengan atap senk Gambar: Rumah dengan bahan Dinding kulit kayu atap sengk sebagaimana yang telah perkembangan 3. Bahan Dinding. 1. Dinding kulit kayu (hry) dinding kulit kayu pada umumnya digunakan oleh masyarakat suku maybrat sebagai bahan utama penutup dinding. 2. Dinding Gaba (Turaf), dinding Gaba gaba pada umunya di gunakan oleh masyarakat Imian, Sawiat, Tehit, dan kadang juga di gunakan oleh orang Maybrat. Bah Gambar: Rumah dinding gabagaba (turaf) an gaba - gaba diambil dari pelepah atau tangkai sago yang dipotong dengan ukuran yang sama dan diraut dengan baik serta digunakan sebagai bahan utama penutup dinding rumah. Bahan gaba-gaba ini sempat popular di kalangan masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, semasa pemerintahan Kolonial Belanda Hamah Sagrim 46 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT yang mana perkantorannya menggunakan dinding gaba-gaba sebagai penutup utama dinding rumah yang diraut dan diawetkan dengan pengawet gaba-gaba (turaf). 3. Dinding kayu (ara kras), pada mulanya dinding bangunan rumah tradisional suku maybrat imian sawiat bukan hanya ditutup dengan kulit kayu atau gaba ± gaba namun dilapisi dengan kayu, yang mana disusun sedemiakian rapat dengan tujuan sebagai penangkal senjata musuh pada jaman perang keluarga, namun pada akhirnya hanya digunakan dinding satu lapis seperti kulit kayu, gaba ± gaba maupun dedaunan. 4. Dinding papan, setelah mengalami proses perkembangan moderen, rumah tradisional Maybrat, Imian, Sawiat dapat juga menggunakan dinding papan yang mana tergolong sebagai rumah ± rumah semi moderen. Papan yang diperoleh pada waktu itu dibelah dengan menggunakan gergaji baja, yang mana biasanya dipegang oleh dua orang penggergaji. Gambar: Rumah dinding papan 5. dinding daun, dinding daun biasanya jarang digunakan, mengingat untuk menghindari kebakaran dan cepat keropos serta tidak tahan lama. Namun dedaunan dapat juga digunakan apabila tak ada lagi bahan penutup dinding utama (kulit kayu), dan untuk bahan penutup dinding dari dedaunan biasanya tidak digunakan sembarangan daun melainkan biasanya menggunakan daun rumbino (kain) ± pandanus family yaitu sejenis keluarga pandanus dan daun sagu (afi). 4. Bahan Lantai 1. lantai gagar (srah), gagar merupakan bahan utama lantai bagi masyarakat suku Maybrat dan Sawiat, selain bahannya yang kuat, lurus mudah di raut juga mudah diperoleh di hutan pada wilayah Maybrat. Hamah Sagrim 47 Gambar: Lantai dengan bahan gagar (srah) ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT 1. Lantai palem (bta - bta), palem kebanyakan digunakan sebagai bahan lantai bagi suku Imian, selain karena mudah untuk diperoleh, juga kuat dan gampang di raut. 2. Lantai rotan (ses), lantai rotan tidak banyak digunakan oleh masyarakat luas, lantai rotan hanya dijumpai di kampung - kampung tertentu yaitu kampung yang hutannya penuh atau banyak rotan. Jenis lantai ini sangat baik selain mudah untuk di bawa juga nyaman digunakan. 3. Lantai bambu (bron), lantai bambu jarang ditemukan, hanya digunakan oleh masyarakat di wilayak Teminabuan (suku Sawiat dan Tehit) 5. Bahan Pengikat 1. Tali rotan (too atu), rotan ikat atau sebutan ilmiahnya adalah too atu adalah tali rotan yang jenisnya kecil dan biasanya banyak dijumpai di gunung sehingga tali rotan tersebut dikenal dengan sebutan too yang artinya tali dan atu artinya gunung atau ³tali gunung´ bila diterjemahkan sesuai bahasanya. Selain yang tidak termasuk dari tali tersebut tidak digunakan sebagai bahan pengikat utama. F. Kelengkapan alat ± alat kerja Kelengkapan alat ± alat kerja yang digunakan oleh orang ± orang Maybrat, Imian dan Sawiat dalam membangun rumah adalah sebagai berikut : y Kampak (bam - tmah), merupakan salah satu alat kerja yang difungsikan untuk memotong pohon dan menebang pohon yang jenisnya berukuran besar, dan tidak bisa ditebang atau dipotong dengan menggunakan parang maupun pisau. y Parang (sogi ± minyan), adalah suatu jenis perlengkapan alat kerja dalam membangun rumah. Paran biasanya mempunyai fungsi yang banyak. Kapak sering digunakan sebagai alat menebang pohon, terutama pohon-pohonyang Gambar: Parang (sogi-minyan) Gambar: Kapak (bam-tmah) ukurann besar. Hamah Sagrim 48 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Parang juga digunakan sebagai alat memotong kayu guna membangun rumah, dan jenis kayu yang bisa dipotong dengan parang adalah kayu ± kayu yang berukuran kecil, selain memotong kayu untuk bangunan rumah, parang juga difungsikan dalam membakar kebun dan meramu ladang, memotong tali rotan, bahkan berburu. y Pisau (tfo - sah), merupakan salah satu Kelengkapan alat kerja yang fungsinya tidak hanya digunakan oleh seorang ibu dalam meracik sayur, member sihkan keladi atau ketala, namun dapat difungsikan oleh orang laki ± laki dalam meramu tali rotan sebagai bahan pengikat rumah. Gambar: Pisau (tfo-sah) Hamah Sagrim 49 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT BAB III METODE PENELITIAN Berdasarkan objek yang ditinjau yaitu suatu etnik (suku Maybrat, Imian, Sawiat) yang mempunyai latar belakang budaya tersendiri, maka pada penelitian ini dipilih pendekatan fenomenologik dengan metode diskriptif etnografik. Metode etnografik adalah suatu metode yang mempelajari deskripsi kehidupan masyarakat dalam beragam situasinya. Metode untuk memahami bagaimana masyarakat memandang, menjelaskan, dan menggambarkan tata hidup mereka sendiri. Sehingga dengan metode ini bentuk arsitektur rumah tinggal Suku Maybrat, Imian, Sawiat, yang berdasarkan budaya appabolang dapat diuraikan. Berdasarkan pada rumusan hipotesis yang akan dibuktikan, maka jenis penelitian ini adalah merupakan penelitian kausal-komparatif (Causal-Comparative research) yang langkahlangkahnya akan dibahas sebagai beriktu: A. RENCANA PENELITIAN 1. Tahap Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dari survei dilapangan meliputi: Data fisik (temperatur udara pada ruang dalam dan ruang luar, kelembaban udara pada ruang dalam dan ruang luar, kecepatan angin pada ruang dalam dan ruang luar, dimensi ruang, dimensi bukaan, atap dan dinding, overstek, material dan warna, orientasi/perletakan bangunan, tatanan lingkungan bangunan). Data nirfisik (Sejarah, Budaya Appabolang yang mencakup Agama dan Kepercayaan, Hubungan Sosial, Mata Pencaharian, Pengetahuan, Pola Hidup, dan Lingkungan Alam). Teknik pengumpulan data dilapangan dilakukan melalui teknik Pengukuran, Perekam dan Wawancara. Teknik pengukuran menggunakan alat ukur berupa Thermo Meter, Lux Meter dan Meteran. Teknik perekaman dilakukan dengan teknik Pemotretan, Pencatatan dan Pengamatan, untuk mendapatkan data fisik bangunan. Sedangkan data Sejarah dan data bentuk dari bentuk pengaruh budaya Appabolang, diperoleh dengan teknik Wawancara langsung dengan Kepala Kampung, Tokoh Adat dan Warga Setempat. Hamah Sagrim 50 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT 2. Tahap Kompilasi dan Interpretasi Data Data yang telah diperoleh telah disusun serta dikelompokkan agar mudah untuk dipelajari. Dari pengukuran yang berupa data, baik kenyamanan dikomparasikan dengan teori standart kenyamanan thermal, baik berdasarkan diagram olgyay mapun berdasarkan standart kenyamanan dari penelitian santoso (1984), Mom dan Wiesebrom (1940), untuk mendapatkan suatu temuan indeks kenyamanan rumah Halit-mbol chalit. Data kualitatif dari hasil perekaman dikuantitatifkan untuk memperoleh data pembayangan, perolehan panas (beatgain), dan pergantian distabulasi kemudian diinterpretasikan hubungannya secara deskriptif. 3. Analisis Data bentukan yang tercipta dari hasil Budaya Appabolang, dianalisis secara kualitatif mengetahui pengaruhnya terhadap kenyamanan thermal dalam ruang. Hasil tersebut ditunjang dengan hasil perhitungan formulasi hasil pengukuran yang dianalisa secara kuantitatif. Hasil perhitungan formulasi untuk mengetahui pemanfaatan cahaya matahari, pemanfaatan angin, dan pengurangan panas, untuk mencapai suatu nilai kenyamanan thermal yang distandartkan. Hasil pengukuran dari kombinasi temperatur, kelembaban dan pengaruh angin, diperoleh suatu temuan indeks kenyamanan thermal dari hasil penelitian Mom dan Weisenborm (1940), hasil penelitian santoso (1989) dan diagram kenyamanan dari Olgyay. B. PENENTUAN SAMPEL 1. Populasi Yang menjadi populasi adalah seluruh jenis rumah tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat yang diambil beberapa sebagai sampel. Berdasarkan data penelitian kami, total jenis rumah tradisional ada delapan jenis yang diklasifikasikan sesuai dengan fungsinya. Selain itu, menurut data penelitian, peletakan rumah tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat, dibagi dalam tiga kelompok, yaitu: a. Kelompok Hunian di daratan tinggi/pegunungan b. Kelompok hunian di peralihan darat dan perairan laut c. Kelompok hunian di perairan air laut Hamah Sagrim 51 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT 2. Sampel Untuk penentuan sampel, digunakan metode stratified sampling, dengan pengelompokan berdasarkan pola peletakan hunian. Orientasi bangunan digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk mendapatkan sampel yang lebih representatif. Berdasarkan waktu, lokasi, tenaga dan biaya, maka dari pengelompokan berdasarkan pada orientasi bangunan diambil masing-masing 1 jenis sampel untuk setiap arah orientasi (utara ± selatan dan timur-barat) untuk masing-masing kelompok perletakan. Jadi jumlah sampel penelitian terdiri dari 8 jenis tipe perletakan rumah tradisional. C. VARIABEL YANG AKAN DIPELAJARI Variabel merupakan objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel yang akan dipelajari dan data yang digunakan sebagai tolok ukur dalam penelitian ini meliputi variabel bebas dan variabel terikat sebagai berikut: 1. Variabel bebas (variabel pengaruh) yaitu: Pengaruh bentuk arsitektur Data yang termasuk dalam data variabel ini meliputi: lokasi, orientasi, bentuk dan denah, bukaan-bukaan atap dan dinding, overstek/pelindung, material dan warna, serta pola penataan hunian. Data yang termasuk dalam variabel adalah: Radiasi Matahari, temperatur udara, kelembaban dan curah hujan, serta pergerakan udara. 2. Variabel terikat (Variabel terpengaruh) adalah variabel yang diamati atau variabel yang terjadi karena pengaruh variabel bebas. Variabel terpengaruh ini adalah kenyamanan thermal dalam bangunan. D. JALANNYA PENELITIAN 1. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kausal-komparatif (casual comparative) yang mempunyai tujuan untuk menyelidiki kemungkinan adanya hubungan sebab akibat. Berdasarkan pengamatan terhadap akibat yang ada, faktor yang mungkin menjadi penyebab dicari kembali melalui data tertentu. Hamah Sagrim 52 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Metode deskriptif etnografik digunakan untuk meninjau bentuk arsitektur tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat, yang tercipta dari hasil budaya Appabolang. Metode Observasi dilakukan dengan pengamatan, pencatatan dan pengukuran secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang diteliti. Metode observasi yang digunakan dalam pengumpulan data ini menggunakan teknik: Pengukuran, Pengamatan dan pencatatan, serta cara perhitungan. Alat bantu yang digunakan berupa Tustel, Meteran, Thermometer, Hygrometer dan Lux Meter. Metode observasi ini dilakukan tanpa mengajukan pertanyaan-pertanyaan, sehingga metode ini bisa lebih objektif. Metode interview (wawancara) digunakan untuk penyadapan sejarah dan data budaya appabolang yang merupakan bentuk arsitektur tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat, sebagai objek penelitian. Wawancara merupakan salah satu bagian yang penting dari survei. Tanpa wawancara peneliti akan kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh melalui proses interaksi dan komunikasi. Dalam proses ini, hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktorfaktor tersebut meliputi: Wawancara, Responden, Topik Penelitian yang tertuang dalam pertanyaan, serta situasi kondisi pada waktu wawancara berlangsung. Yang menjadi responden pada penelitian ini adalah: Kepala Kampung, Petuah (Kepala Suku) dan Tokoh-tokoh Adat, Pelaku Arsitek Maybrat, Imian, Sawiat, dan Masyarakat setempat. 2. Alat dan Materi Penelitian a. Penelitian Daerah Pengukuran Penentuan daerah pengukuran pada rumah halit dibagi atas dua titik ukur, yaitu; ruang luar dan ruang dalam. Ruang luar yang dimaksud adalah ruang ruang terlindung dari sinar matahari langsung, namun masih berhubungan dengan ruang luar, dalam hal ini teras (isit). Ruang dalam pengukuran dilakukan pada ruang berkumpul keluarga yang juga merupakan ruang serba guna dan ruang utama. Untuk mempermudah dan mempercepat proses pengukuran dilapangan, maka perlu adanya penentuan titik ukur pada daerah pengukuran pada rumah halit dan tabel pengukuran yang memuat daerah titik ukur, waktu pengukuran, temperatur udara, temperatur keccepatan angin, dan intensitas cahaya yang terjadi. b. Perekam dan Pemotretan Pemotretan dilakukan pada elemen-elemen bangunan seperti dinding, tangga, penyangga, tiang, lantai, dan jendela, atap, jaringan pergerakan dan kondisi lingkungan. Hamah Sagrim 53 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Perekam dilakukan untuk mendapatkan data tentang: Dimensi Ruang, Dimensi Bukaan. Pencatatan juga dilakukan untuk mengidentifikasikan warna, bahan dan dimensi dari elemenelemen tersebut. Disamping itu dibutuhkan juga data eksternal seperti: Data Klimatologi Daerah Setempat, dan Pada Lokasi. Untuk mempermudah survey dan akurasi data yang diperoleh dilapangan, maka dibuat dalam bentuk tabel pengamatan berupa: Kolom-kolom berupa: jenis-jenis elemen bangunan, bahan, ukuran dan warna. c. Interview (Wawancara) Interview atau wawancara yang digunakan untuk penyadapan Sejarah serta data budaya appabolang yang menjadi faktor terbentuknya arsitektur tradisional objek penelitian. Responden dalam penelitian ini adalah: Kepala Kampung, Kepala Suku atau Petuah, Pelaku Arsitektur halit, Masyarakat, Tokoh-tokoh Adat dan Warga Setempat. Pedoman wawancara yang digunakan adalah pedoman wawancara tidak struktur. Suatu pedoman yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja kreatifitas pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis pedoman ini lebih banyak bergantung pada pewawancara. Pewawancaralah sebagai pengemudi jawaban responden. d. Alat Perekam dan Pengukur Alat yang digunakan untuk mengukur dalam penelitian ini adalah untuk mengukur temperatur udara dan kelembaban udara, digunakan alat thermometer buatan Perancis. Untuk mengukur intensitas cahaya yang terjadi, digunakan alat lux meter AVO LM.4.2000 Lux buatan Perancis. Kecepatan angin, diukur dengan Anemometer, disamping itu diadakan peninjauan dengan menggunakan tanda-tanda klasifikasi angin skala beaufort. Sedangkan untuk mengetahui ukuran-ukuran setiap elemen-elemen bangunan digunakan meteran berupa Rol meter. Alat tersebut dapat dilihat pada gambar berikut: Hamah Sagrim 54 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Alat ukur kelembaban Alat ukur intensitas cahaya matahari Alat Ukur Kecepatan Angin (thermometer) (lux meter AVO LM.4.2000) (Anemometer) Gambar: Alat-alat Pengukuran (sumber, Dokumentasi peneliti berdasar survey, 2007) Diagram: Alur Pikir Survey Menggunakan Teknik Perekaman T E K N I K P E R E K A M A N KONDISI FISIK - Penyangga - Tiang - Tangga - Lantai - Dinding dan bukaan - Atap - Bahan/material - Orientasi bangunan - penghijauan y y y Pemotretan Pencatatan pengamatan Bentuk Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua . Diagram: Alur Pikir Survey Menggunakan Teknik Wawancara Daftar garis besar pertanyaan - Agama Pola hidup Hubungan sosial Mata Pencaharian Pengetahuan Lingkungan Alam Variabel yang mempengaruhi bentuk arsitektur tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua Hamah Sagrim 55 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT 3. Tahap Kerja Lapangan Tahap kerja lapangan merupakan tahap pokok dalam penelitian ini. Pekerjaan yang dilakukan tahap ini meliputi pengukuran kondisi lokasi penelitian, pengamatan, pencatatan, wawancara. Penelitian melakukan pengukuran sebanyak 13 kali untuk masing-masing daerah ukur, yaitu untuk ruang luar jam 1.00, 2.00, 4.00, 6.00, 8.00, 10.00, 12.00, 14.00, 16.00, 18.00, 20.00 dan 24.00. ruang dalam jam 1.10, 2.10, 4.10, 6.10, 8.10, 12.00, 14.10, 16.10, 18.10, 20.10, 22.10, dan 24.10. 4. Kompilasi Data dan Interpretasi Data Observasi yang dilakukan menghasilkan data primer yang terdiri dari data hasil pengukuran, pengamatan dan pencatatan. Semua data dikumpulkan dan disusun sesuai dengan urutannya. Data tersebut kemudian dipelajari, termasuk mengkoreksi ketepatan dan kebenaran pengukuran dan pencatatan. 5. Analisis Data a. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk meninjau bentuk arsitektur tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat, yang tercipta dari hasil budaya Appabolang. a. Untuk Membuktikan Hipotesis Untuk membuktikan hipotesis, dilakukan sebagai berikut: 1. Analisis Kualitatif Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis bentuk rumah tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat, beserta elemen-elemen pembentukannya untuk mengetahui pengaruh terhadap kenyamanan thermal dalam ruang. Bentuk dan denah, bukaan-bukaan, atap dan dinding, overstek, material dan warna, serta tatanan lingkungan bangunan. 2. Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis hasil observasi dilapangan, yaitu untuk mendapatkan indeks kenyamanan didalam bangunan. Data hasil pengukuran yang berupa data kuantitatif, baik pengukuran diluar maupun di dalam bangunan diperbandingkan dengan standart kenyamanan thermal kemudian dilakukan analisis kuantitatif. Diagram yang digunakan untuk menganalisis adalah sebagai berikut: a) Untuk mendapatkan pembayangan digunakan diagram matahari b) Untuk menentukan WET Bulb Temperatur (WBT) digunakan diagram psikometerik Hamah Sagrim 56 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT c) Untuk menentukan temperatur Efektif, digunakan diagram temperatur efektif d) Untuk mengetahui batas kenyamanan thermal, digunakan diagram kenyamanan Olgyay e) Untuk mengetahui kenyamanan thermal juga digunakan standart kenyamanan dari hasil penelitian Santoso, 1984, dan penelitian Mom dan Wiesebrom (1940) yang pernah dilakukan di Indonesia. Standart kenyamanan hasil penelitian Santoso (1984), yaitu: Temperatur udara 23-34,3°C Kelembaban relatif 45-95% Radiasi Matahari 1020 W/m² Kecepatan Angin 0-4,3 m/d Kenyamanan thermal 25,4-28,9°C Standart kenyamanan hasil penelitian Mom dan Wiesebrom (1940) dengan kecepatan udara sekitar 0,1 m/s ± 0,2 m/s yaitu: Ambang bawah untuk kondisi sejuk adalah pada temperatur 23°CRH = 50% atau temperatur efektif 20,5°C. Ambang bawah untuk kondisi nyaman optimal adalah 24°C, RH = 80% atau temperatur efektif 22,8°C yang juga merupakan ambang bawah untuk kondisi hangat. Ambang batas untuk kondisi hangat adalah pada 31°C,HR = 60% atau temperatur efektif 27,1°C. 3. Analisis terhadap aplikasi persamaan/formulasi Untuk mengetahui tingkat perolehan panas didalam bangunan dilakukan analisis formulasi dari SV Szokolay sebagai berikut: Q =Qi + Qc + Qv............................................................................(1) Qs Qc Qv Keterangan : Q Qi : Jumlah radiasi panas yang masuk ke dalam ruangan : Panas yang disebabkan karena orang dan peralatan yang tergantung dari aktifitas yang dilakukan penghuni. Qs : Radiasi panas yang masuk melalui kulit bangunan dan atap, nilainya tergantung dari sudut datangnya sinar matahari langsung dan material yang digunakan. Hamah Sagrim 57 =AxGxq = A x U x (t0 + t1) = (Qsv + Q1v) x kebutuhan pergantian udara/jam ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Qc : Kondisi panas akibat perbedaan temperatur luar dan dalam, nilainya tergantung dari materi yang digunakan dan perbedaan temperatur udara luar dan dalam yang terjadi. Qv A G q U t0 t1 : Panas yang ikut masuk kedalam ruang bersama aliran udara. : Luas lubang cahaya : Radiasi matahari : Solar gain kaca : Elemen transmisi (w/m²°C) : Temperatur udara dalam : Temperatur udara luar Untuk mengetahui pembayangan yang terjadi akibat orientasi bangunan, digunakan solar chart dengan formula: d = X (tang a/cos b).......................................................................................(2) keterangan : X a b d : Lebar atap Bangunan : Sudut ketinggian/altitude : Sudut Azimuth : Kedalaman bayangan Untuk mengetahui jumlah pergantian udara di dalam bangunan dengan menghitung luas lubang bukaan dan sistem ventilasi, digunakan formula Terry S Bouttet, 1987, yaitu: Q = A x V x Cf x CV....................................................................................................(3) Keterangan : Q A Cf Cv : Pengertian udara yang dibutuhkan (m²/sk) : Luas Lubang inlet (m/sekon) : Faktor koefisien (besarnya 60) : Evektifitas bukaan (besarnya 0,5 ± 0,6 untuk angin yang tegak lurus lubang, atau 0,25 ± 0,35 untuk angin dengan konstanta efektifitas bukan dari perbandingan inlet dan outlet) sbb: Hamah Sagrim 58 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Tabel : Perbandingan inlet dan outlet dan nilai konstanta efektifitas bukaan Inlet : Outlet 1:1 1:2 1:3 1: 4 Konst. Ef. bukaan 1.00 1.27 1.35 1.38 Inlet : outlet 1:5 2:1 4:1 4:3 Konst. Ef. bukaan 1.4 0.63 0.25 0.63 Sumber, S. Bouttet, 1987 Untuk mengetahui pengurangan panas didalam bangunan, dapat digunakan dari Terry S. Bouttet, 1987, yaitu: Q = D x Cp Qa x (To-Ti).......................................................................................(4) Keterangan : Q D Cp Qa To Ti : Laju pengurangan Panas (w) : Masa Jenis udara kg/m 90,0013 kg/m : Panas Jenis Udara, konstanta (1004,65J/kg°k) : Jumlah aliran udara m²/detik : Temperatur udara luar (°C) : Temperatur udara dalam (°C) Untuk memudahkan analisis, maka pembayangan tiap fasade bangunan disusun ringkas dengan keterangan sebagai berikut: SV SH Az TM P : Sudut vertikal : Sudut Horizontal : Sudut Azimuth : Tinggi Matahari/altitude : Pembayangan Hamah Sagrim 59 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Hasil Penelitian Daerah Permukiman Penelitian daerah permukiman dengan menentukan dua titik pengukuran, yaitu; ruang luar, dan ruang dalam. Ruang luar yang dimaksud adalah ruang yang terlindung dari sinar matahari langsung, namun masih berhubungan dengan ruang luar. 2. Hasil Perekaman dan Pemotretan Pemotretan wajah bangunan, elemen-elemen bangunan seperti; dinding, tangga, penyangga, tiang, lantai, kisi-kisi, atap, jaringan pergerakan, dan kondisi lingkungan. Perekaman dilakukan untuk mendapatkan data tentang; Dimensi Ruang, dimensi bukaan/kisi-kisi. Pencatatan juga dilakukan untuk mengidentifikasikan warna, bahan, dan dimensi dari elemen-elemen tersebut. Disamping juga data klimatologi daerah setempat dan lokasi yang dibuat dalam tabel pengamatan berupa koloum, jenis-jenis elemen bangunan, bahan, ukuran, dan warna. 3. Hasil Wawancara (interview) Dalam kesempatan wawancara (interview) ini, yang diwawancarai adalah Kepala suku, Petuah, Kepala kampung, Tokoh Masyarakat, dengan menyajikan 3 topik a. Sejarah perkembangan rumah tinggal halit-mbol chalit b. Proses mendirikan bangunan ruamah halit-mbol chalit c. Waktu dan persiapan tahapan kerja dalam mendirikan bangunan. 4. Hasil Pengukuran dan Analisis Kenyamanan Thermal Dalam kesempatan Pengukuran dan Analisis Kenyamanan Thermal ini didapati beberapa faktor yang mempengaruhi kenyamanan thermal dalam ruang, yaitu: a. Faktor Iklim (eksternal) b. Faktor Ruang dalam (Interior) c. Faktor Bahan d. Faktor Warna Hamah Sagrim 60 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT B. PEMBAHASAN B.1. Pembahasan Umum Tentang Suku Bangsa di Papua - Studi Etnografis Papua terdiri dari kurang lebih 251 suku bagsa atau etnis (termasuk didalamnya suku Maybrat, Imian, Sawiat) yang memiliki keanekaragaman kebudayaan, dimana setiap suku bangsa mempunyai ciri khas tersendiri. Ciri khas tersebut dapat membedakan kebudayaan satu kelompok etnis yang satu dengan etnis yang lain. Untuk membedakan ciri khas budaya pada setiap etnis yang ada, Gambar : Orang Papua dengan Busana dan kelengkapan tarian tradisional maka perlu kita mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan kebudayaan. ‡ Kebudayaan menurut seorang Antropolog yang bernama E.B. Taylor mengatakan kebudayaan adalah suatu keseluruhan komleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusasteraan, hukum,adapt istiadat serta kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang dipeljari oleh manusia sebagai anggota suatu masyarakat. ‡ Selanjutnya juga menurut Ralp Linton bahwa kebudayaan adalah keseluruhan dari pengetahuan, sikap, dan pola prilaku yang merupakan kebiasaan yang di miliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu. Pada umumnya semua kebudayaan dari setiap suku bangsa diatas muka bumi ini terdapat 7 (tujuh) unsur universal yaitu : 1. Bahasa 2. Sistim pengetahuan 3. Organisasi sosial dan kekerabatan 4. Sistim Teknologi 5. Sistim mata pencaharian hidup Hamah Sagrim 61 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT 6. Sistim Religi 7. Kesenian. A. Pengertian Etnografi Papua Etnografi papua yaitu suatu studi deskriptif mengenai masyarakat-masyarakat sederhana. Atau suatu gambaran tentang kebudayaan-kebudayaan suku bangsa yang hidup serta Etnografi adalah ilmu yang melukiskan tentang suku-suku bagsa yang tersebar di muka bumi ini dan secara khusus di Papua. B. Tujuan Tujuan daripada Judul ini adalah Agar supaya pembaca dapat mendeskripsikan, melukiskan atau mengambarkan kondisi sosial budaya dan juga kondisi alam di Papua. C. Kondisi Lingkungan Alam 1. Letak, Luas dan Batas Wilayah. 2. Pulau Papua yang tampak berbentuk seekor burung raksasa yang mirip seekor dinosaurus yaitu binatang dari kala mezoikum yang kini telah punah. 3. Sekitar 47 % bagian dari wilayah pulau ini yang berada di sebelah barat dan merupakan bagian kepala, tengkuk, punggung,leher, dada dan perut dinosaurus tadi adalah wilayah 4. Papua dan 53 % sisanya adalah wilayah Negara tetangga kita, Papua new Guinea. Pulau Papua memiliki luas wilayah sebesar kurang lebih 416.800 Km2 yang batas wilayahnya sebagai berikut : a. Sebelah utara berbatasan dengan lautan teduh dan laut Halmahera b. Sebelah Timur berbatasan langsung dengan Negara tetangga Papua New Guinea c. Sebelah selatan berbatasan dengan laut Arafura dan benua Australia d. Sebelah Barat berbatasan dengan laut Seram, laut Banda atau propinsi Maluku. e. Bagian utara pulau Papua terdapat banyak pulau yaitu antara lain ; pulau Yapen, Pulau Numfor,Supiori, Padaido, dan pulau Roon yang berada di teluk Cenderawasih.Selain itu dibagian utara kepala burung terdapat pulau Batanta, Salawati, Doom Wigeo, dan pulau Hamah Sagrim 62 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Misol. Sedangkan dibagian Selatan terdapat pulau-pulau, seperti; pulau Adi, pulau Aiduma, Naurio, Yosudarso(Kimam) dan pulau Komoran. f. Selain Pulau-pulau di Papua juga terdapat beberapa teluk dan sungai yang cukup besar dan mempunyai potensi sumber daya alam (SDA). Teluk-teluk tersebut terdapat di bagian utara, diantaranya ; Teluk Yosudarso,teluk Cenderawasih,reluk Wandamen, teluk Berau/Bintuni, dan di bagian selatan terdapat diantaranya teluk Arguni, teluk Triton dll. Sedangkan sungai-sungai yang terdapat di Papua antara lain; Sungai Membramo,sungai grime,sungai Tami, dan sungai-sungai di pantai selatan pulau papua antara lain; sungai Kais, sungai Kamundan, sungai Balim, sungai Digul dan lain-lainnya yang bermuara ke laut Arafura. g. Sedangkan daerah pegunungan di Papua antara lain; pegunungan Tamrau,Arfak,Sudirman,Nasauw, Jayawijaya dengan puncak-puncaknya yang tertinggi yaitu; Puncak Jaya (5.030 m), puncak Trikora( 4.750 m), puncak Yamin. Puncak Jaya memiliki keajaiban sendiri di dunia karena walaupun terletak di daerah tropis namun, puncak tersebut diselimuti salju abadi sepanjang tahun. h. Pulau Papua berada di dekat khatulistiwa dan beriklim tropic. Suhu udara pada ketinggian permukaan air laut hamper seragam bagi seluruh propinsi yaitu rata-rata 26 derajat Celsius. Variasi suhu terjadi karena ketinggian daerah yang berbeda-beda. Setiap ketinggian 100 meter terjadi penurunan suhu sebanyak kurang lebih 0.6 derajat Celsius. Karena itu tanah pegunungan yang mencapai ketinggian lebih dari 4,400 meter senantiasa tertutup salju abadi. Kecuali oleh ketinggian suatu daerah, suhu juga ditentukan oleh factor-faktor lain, seperti banyak angina naik menyebabkan penurunan suhu dan banyak angina turun menyebabkan kenaikan suhu. i. Curah hujan bagi sebagian besar pulau Papua cukup tinggi rata-rata 2,000-3000 milimeter tiap tahun, dibeberapa tempat di pegunungan tengah curah hujan kadang-kadang melebihi 4000 milimeter setahun. j. Adapun perbedaan antara musim-musim pada umumnya tidak terlalu besar kecuali di daerah dataran rendah utara, tempat hujan selama bulan juli hingga September mencapai 200 milimeter tiap bulan. Pada umumnya tidak terdapat musim-musim yang terlampau kering. Hamah Sagrim 63 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT - Ada 4 (empat) zone ekologis utama, yaitu : 1. Zone rawa, pantai dan sepanjang aliran sungai, meliputi daerah Asmat, Jagai, Awyu, Yagai Citak, Marind Anim,Mimika/Kamoro dan Waropen 2. Zone dataran tinggi, meliputi orang Dani, Yali, Ngalum, Amungme, Nduga, Damal,Moni dan orang Ekari/ Mee 3. Zone Kaki gunung dan lembah-lembah kecil, meliputi daerah Sentani, Nimboran, Ayamaru dan orang Muyu 4. Zone dataran rendah dan pesisir, meliputi Sorong samapai Nabire, Biak dan Yapen. D. Menelusuri Asal Usul Nama Papua. a. Orang Belanda meyebut pulau Irian atau Papua sekarang yaiti Niew Guinea oleh seorang pelaut Spanyol yakni Ynigo Ortez de Retes (1545) yang menyebut ³Neuva Guinea´ ( Guinea Baru). b. Sebutan lain juga adalah ³Papua´ yang mula-mula dipakai oleh pelaut Portugis Antonio d¶ Arbreu yang mengunjungi pantai Papua pada tahun 1551. Nama itu sebelumnya dipakai oleh Antonio Pigafetta pada waktu berada dilaut Maluku pada tahun 1521. kata Papua berasal dari kata ³ Pua-pua´ yang berarti keriting.( Stirling, 1943;4, dalam Koentjaraningrat, 1993). c. Dalam konferensi Malino 1964 nama ³Iryan´ diusulkan oleh F. Kaisepo, Kata itu berasal dari bahasa Biak yang artinya ³ Sinar matahari yang menghalau kabut dilaut, sehingga ada harapan bagi para nelayan biak untuk mencapai tanah daratan Irian´. Pengertian lain dari kata ini juga pada orang Biak, bahwa Irian itu berasal dari dua kata yaitu ³iri´ dan Ryan´ Iri berarti ³dia´ ( dia yang dimaksud disini adalah Tanah) dan Ryan berarti ³panas´. d. Jadi arti dari kata Irian ini adalah Tanah yang Panas. Lain juga masyarakat Marind-anim di pantai selatan mengatakan kata Irian berarti Iri berarti Tanah dan An berarti air jadi Irian artinya ³tanah air´. e. Akhirnya Presiden Soekarno mempopulerkan kata Irian sebagai kata yang pertama dari singkatan Ikut Republik Indonesia Anti Nederland.(Koentjaraningrat, 1993). E. Pemetaan Suku-Suku Bangsa Di Papua 1. Dalam uraian ini akan membahas kategori-kategori kebudayaan papua yang pernah dibuat oleh ahli-ahli Antropologi dan Linguistik. Manurut SIL ( Sumer Institute of Hamah Sagrim 64 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT language) bahwa kebudayaan Papua, jika dikategori berdasarkan bahasa maka di Papua terdapat 251 bahasa (Peter J.Zilzer & H.H Clouse, 1991). 2. Menurut Koentjaraningrat (1994) kebudayaan di Papua menunjukkan corak yang beraneka ragam yang disebut sebagai kebhinekaan masyarakat tradisional Papua. 3. Menurut Tim peneliti Uncen (1991) telah diidentifikasi adanya 44 suku bangsa yang masing-masing merupakan satuan masyarakat, kebudayaan dan bahasa yang berdiri sendiri. Sebagian besar dari 44 suku bangsa itu terpecah lagi menjadi 177 suku. 4. Menurut Held (1951,1953) dan Van Bal (1954), cirri-ciri yang mencolok dari Papua adalah keanekaragaman kebudayaannya, namun dibalik keanekaragamn tersebut terdapat kesamaan cirri-ciri kebudayaan mereka. F. Ciri dan Identitas Orang Papua Orang Papua tidak pernah diteliti oleh para ahli mengenai cri-ciri ras. Hanya beberapa orang dokter dan ahli antropologi ragawi saja yang telah melakukan pengukuran tinggi badan dan indeks ukuran tengkorak pada beberapa individu dibeberapa tempat yang terpencar. Bahanbahan itu belum cukup untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang ciri-ciri fisik masyarakat di Papua. Menurut H.J.T. Bijlmer (1923: 335-488; 1926:2390-2396, dalam Koentjaraningrat, 1993). 1. Ada kecenderungan bahwa orang Papua makin jauh dari pantai makin pendek tubuhnya, demikian pula bentuk tengkorak penduduk pantai umumnya lonjong dan makin kearah pedalaman bentuknya menjadi sedang. Indeks ukuran bagian-bagian muka pada beberapa penduduk pantai ada yang lebar, namun tidak jarang pula ada orang pantai yang panjang bentuk mukanya, dan didaerah pedalaman keadaannyapun sama (Bijlmer, 1956, lihat Koentjaraningrat, 1993). 2. Kebinekaan ciri-ciri ras pada berbagai penduduk asli Papua lebih jelas terlihat melalui ciriciri ras fenotip mereka, yaitu warna dan bentuk rambut, walaupun dalam hal ini tidak ada keseragaman. Warna rambut orang papua hampir semuanya hitam tetapi tidak semuanya keriting. Penduduk yang tinggal di sepanjang sungai Mamberamo, rambutnya banyak yang berombak dan bahkan ada pula yang lurus (Moszkowski, 1911: 317-318), sedang ada pula yang lurus dan kejur (Neuhauss, 1911:280,dalam Koentjaraningrat, 1993). Hamah Sagrim 65 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT G. Persebaran Orang Papua Uraian yang menggambarkanbagaimana sebaran dan komposisi penduduk Papua secara umum, dimana termasuk didalamnya penduduk dari luar yang berada di Papua berdasarkan sebaran suku bangsa melalui sensus belum dapat dilakukan secara terperinci, sehingga jumlah yang pasti tentang berapa banyaknya orang Papua (penduduk asli) tidak dapat disajikan secara lengkap. Namun untuk dapat mengetahui sebaran orang Papua berdasarkan suku bangsa, di Papua khususnya orang asli dapatlah disajikan berdasarkan Kabupaten dan sebaran kelompok suku bangsanya. Untuk itu data sementara yang masih perlu dilengkapi lagi melalui suatu kajian lapangan (penelitian) antropologi, sehingga dapat dijabarkan secara lengkap sebaran suku bangsa- suku bangsa berdasarkan daerah kebudayaannya. NO 01 KABUPATEN/ KEC. - Jayapura -J - Jayapura Selatan -Jayapura Utara -Abepura -Arso -Depapre -Bonggo -Nimboran -Kemtuk Gresi SUKU BANGSA Teluk Humboldt/Teluk Imbi (Yos Sudarso) Teluk Imbi Teluk Imbi Taiget/Kerom Tanah Merah Pantai Timur Nimboran/Nambling Kemtuk Gresi SUB SUKU BANGSA Enjros, Tobati, Injerau, Metu, Debi Meterau, Kayu Injau, Kayu Batu Nafri, Skou (Jambe, Sai, Mabo) Abrab, Manem, Merep, Awi(Beibwo) Ormu, Tabla/Tepra, Munggei Bonggo,, Yarsum, Betaf, Bgu (Bgufinti, Kaptiau, Tarfia), pulaupulau (Wakde, Masi-masi, Jamna, Podena, Anus, Jarsum) Namblong, Kwanzu Hamah Sagrim 66 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT -Demta -Kaureh -Tor Atas -Sarmi -Senggi Demta Lereh Tor Sarmi Senggi Kemtuk, Gresi Sifari (Tarfia, Sou, Ambora, Muris Kecil, Yakari Muris Besar, Yauhapsa); Meukisi, (Bukisi, Kamtumilena, Soroyena, Demoi) Kaure, Sause, Kasu, Takana Foya, Mandes, Subar, Bonerif, Biyu, Daranto, Segar, Bora-bora, Waf, Berik, Kwersupen Airoran, Samarokena, Kwerba, Sabori, Sobei Find, Warlef, Waina, Molof -Waris -Web -Unurum -Mamberamo Hilir -Mamberamo Tengah -Mamberamo Hulu -Pantai Barat -Sentani Walsa Ubrub Unurum Guay Unurum, Guay Bauzi Warembori, Pauwe, Warewek Bauzi Bauzi, Nopuk Dabra Nisa, Karama Pantai Barat Kwesten (Keder, Dabe, Mengke, Sentani Takar); Mawesdai) Mawes (Maweswares, Walsa, Mii (Fermanggam) Dra, Dubu, Emum, Nemnenda, Jibela-Yafanda Hamah Sagrim 67 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Sentani (Timur, Barat, Tengah), Dosai, Maribu Foya uta 02 Yapen Selatan/ Barat/ Timur Waropen atas/ Bawah Yapen Waropen Kurudu Foya uta Woriasi, Ambai, Serui laut, Busamui, Ansus, Pom, Woi, Munggui, Marau, Pupui, Tamakuri, Kerema, Sarobi, Siromi, Baudi, Kai, Taru, Demisa, Serui, Kurudu. 03 04 - Biak Numfor Biak - Numfor Ekari (Mee) Timorini Biak Numfor Windesi, Mor, Yaur, Mer, Yeretuar, Dou, Eguay, Mogopia, Iyatuma, Paniai Nabire, Napan, Yaur, Aradide, Homeyo, Wodatuma, Makituma, Moi, Kiri-kiri, Turu, Taori-key, Fayu Kamu,Mapia,Paniai Barat/Timur, Tigu, Uwapa, Sugapa, Beoga Hamah Sagrim 68 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT 05 Manokwari Warmare, Arfak, Anggi, Amberbaken/Mansubaber, Mantion, Hatam, Meyah, Sough, Karon Amberbaken, Orans bari, Ransiki, Wandamen, Bintuni/Wamesan Merdey, Manokwari, Amberbaken Babo, Windesi, Kebar, Saukorem, Pantai, Tanah Merah, Babo, Arandai, Kemberano, Meninggo, Kaburi, Roon, Mioswar, Kuri Rumberpon, Wandamen, Bintuni, Wasior 06 Sorong Sausapor Beraur,Seget, Makbon, Morait, Salawati, 07 Waigeo Utara/selatan, Misol Teminabuan Inanwatan Tehit, Matbat, Gemna, Ogit, Syaifi, Sawiat, Bira, Metemani, Kokoda, Raja Ampat Moi Raja Ampat (Biak) Arfak, Moi-Dial (seget), Moi-Klasen, Moi-kalabra, Moi, Morait, As maya, Amber, Kawe, Batol, Fiawat, Mocu, Suruan, Sautrop, Biser, Matbat, Gebe, Sopen Sorong Selatan Ogit/Yahadian 08 Maybrat Aifat, Ayamaru, Utara Aitinyo, Ayamaru - Meybrat/Ayamaru, Karon, Ayamaru (ra Maru), Aifat (rae brat), Yeden, Aitinyo (ra te) Mare (Ra mare), Sawiat (ra sawiat), Sufari (Tarfia, Karon Sou, Pantai, Amboras, Muris). Karondori, Marei, Madik, Meyah, Hatam, Arfak Hamah Sagrim 69 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT 09 Fakfak Fakfak, Kokas Teluk Arguni Kaimana Teluk Etna Fakfak Arguni Kaimana Kaimana Onon, Iha, Karas, Baham, Buruwai, Kamberau, Irarutu, Mairasi, Semini, Koiwai, Panuku, Guenora 10 Mimika Mimika Agimuga Kamoro Amungme Kamoro Amungme 11 Merauke Agats, Asmat Sawaermas, Awyu/yagi, Kimaam, Marind- Kayagar, Kaugat, Sawi, Airo, Sumaghage, Bapian, Pisa, Tamnin . (Kakero, Riantama, Ndom, Koneraw, Awyu, Yagai, Yah¶ray Wadaghang). Kimaghama, Moembun. Pantai Kasuari, Citak Anim, Mitak, Asgon Edera, Bapai Kimaam Merauke, Muting Jair, Mandobo, Kouh Waroko, Mindiptanah Okaba, Mandobo/Mandup/Wambon, Nambiaomen Muyu Yab-anim, Bian-Anim, Jee-Marind, Maklew-anim, Wambon, Genemtak, Anyum, Lagailuk, Kanum-anim, Kaitumdik, Mandup (okpari), Kamindip, Kakaip, Janggom, Are, Kataut, Kapom (Okpari), Kamindip, Kakaip, Jonggom, Are, Kataut, Kapom, Okpari Hamah Sagrim 70 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT 12 Jayawijaya Wamena, Dani/Lani Aslogaima, Mek Ngalum Dani Induk, DaniWodo, Dani Kimim, Dani Wosi, DaniBele, Dani Aikhe, Dani Jurag Kosarek, Endoman, Bime, Epomek, Nalcan, Bokondini, Karubaga, Kelila, Kurulu, Makki, Tiom, Kurima, Kiwirok, Okbibab Oksibil Tanime, Una (Langda, Bomela, Sontamon), Ketengban kupla, Morop, Oktawat, Kusumkim, Oksibil, Walapkubun, Dabolding, (Mabilabon), Yapimakot, Bulangkop. Sumber : Walker Malcon dkk 1987. Region development planing for irian jaya Anthropology sector report H. Bahasa Dan Sistem Pengetahuan Kebinekaan sukubangsa tercermin dalam berbagai unsur budaya seperti bahasa, struktur organisasi sosial, sistem kepemimpinan, agama, dan sistem mata pencaharian hidup berdasarakan ekologi daerah tersebut. Masyarakat yang bersifat plural societies yang multi etnik, multi kultural, multi kedaerahan, dan multi keagamaan itu membawa implikasi beragam dan spesifiknya institusi menyebabkan hubungan dan jaringan sosial kelompok-kelompok masyarakat lebih banyak bersifat homophily dibanding heterophily. Penduduknya diklasifikasi sesuai spesifikasi geografis, ekologi, kewilayahan, sosial, budaya, dan ekonomi. Apakah bahasa itu ? Bahasa adalah suatu sistem bunyi, yang kalau digabungkan menurut aturan tertentu menimbulkan arti, yang dapat ditangkap oleh semua orang yang berbicara dalam bahasa itu. Meskipun manusia pertama-tama bersandar pada bahasa untuk saling berkomunikasi satu sama lain, tetapi bahasa bukanlah satu-satunya sarana komunikasi. Sarana-sarana lain itu adalah para bahasa (para language) yaitu suatu sistem bunyi yang menyertai bahasa, dan kinesika (kinesics) yaitu sistem gerakan tubuh yang digunakan untuk menyampaikan pesan (Haviland, 1988: 359). Kalau dilihat dari konsep tersebut di atas, maka orang Papua juga mempunyai suatu sistem bunyi yang dapat menimbulkan arti berdasarakan kebudayaan mereka masing-masing. Hamah Sagrim 71 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Orang Papua secara umum dibagi kedalam dua kelompok besar menurut pembagian bahasa yang digunakan. Kedua bahasa tersebut adalah bahasa Austronesia dan bahasa Non Austronesia. Adapun bahasa-bahasa yang masuk dalam kelompok Austronesia disebut dengan nama bahasa-bahasa Papua. Dua bahasa ini merupakan bahasa induk yang kedalamnya tergolong bahasa-bahasa lokal yang kurang lebih 250 buah bahasa (Silzer, 1986; Penelitian Program Bahasa, Uncen, 2001) Bahasa sebagai wahana berkomunikasi antara warga, maka tiap kelompok etnik mengujar bahasa tertentu selalu membedakan diri mereka dari kelompok pengujar bahasa lain. Ini berarti dari segi kebahasaan terdapat kurang lebih 250 kelompok etnik yang masing-masing merasa dirinya berbeda dari kelompok-kelompok lainnya. I. Sistem Pengetahuan Nilai budaya yang bermanifestasi dalam bentuk etika, norma, peraturan, hukum dan aturanaturan khusus yang menjadi pedoman bagi manusia itu berbeda dari satu masyarakat kebudayaan dengan masyarakat kebudayaan lainnya. Apa yang dianggap bernilai tinggi oleh masyarakat kebudayaan A belum tentu dianggap baik oleh masyarakat kebudayaan B. Apa yang dianggap patut dipatuhi oleh masyarakat kebudayaan C belum tentu dianggap penting untuk dipatuhi oleh masyarakat kebudayaan D. Demikian seterusnya. a. Kluckhohn dan Stodbeck (1961), secara universal bersumber dari konsepsi yang berbeda teradap lima hal atau prinsip dasar. Kelima prinsip dasar itu adalah: Konsepsi terhadap hakekat hidup (MH). Semua kebudayaan di dunia ini, niscaya memiliki konsep tentang apa yang disebut hidup. Apa arti hidup ini, apa tujuannya dan bagaimana menjalankannya. Biasanya agama-agama memberikan tuntunan terhadap seseorang sehingga terbentuk persepsinya terhadap hakekat hidup itu. Terhadap hakekat hidup terdapat bermacam-macam tanggapan, ada yang memandang dan menanggapi hidup itu sebagai kesengsaraan yang harus diterima sebagai ketentuan yang tak dapat dihindari: sebagai hidup untuk menebus suatu dosa; sebagai kesempatan untuk menggembirakan diri; menerima sebagaimana adanya; dan berbagai tanggapan lainnya. Konsepsi terhadap karya manusia (MK). Tanggapan tentang arti karya terdapat banyak variasi yang ditampilkan oleh berbagai kebudayaan. Ada yang memandang karya atau bekerja itu sebagai sesuatu yang memberikan suatu kedudukan yang terhormat dalam Hamah Sagrim 72 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT masyarakat atau mempunyai arti bagi kehidupan; bekerja itu adalah pernyataan tentang kehidupan; bekerja adalah intensifikasi dari kehidupan untuk menghasilkan lebih banyak kerja lagi; dan berbagai macam konsepsi lainnya yang menunjukkan bagaimana manusia hidup dalam kebudayaan tertentu memandang dan menghargai karya itu. Konsepsi terhadap alam (MA). Bagaimana manusia harus menghadapi alam, juga terdapat persepsi yang berbeda-beda menurut tiap-tiap kebudayaan. Ada yang memandang alam ini sebagai sesuatu yang potensial dapat memberikan kehidupan yang bahagia bagi manusia dengan mengolahnya; ada yang memandang alam ini sebagai suatu yang harus dipelihara keseimbangannya sehingga harus diikuti saja hukum-hukumnya; ada yang memandang alam ini sebagai sesuatu yang sakral dan maha dahsyat sehingga manusia itu pada hakekatnya hanya bisa bersifat menyerah saja dan orang harus menerima sebagaimana adanya tanpa berbuat banyak untuk mengolah alam; dan berbagai tanggapan lainnya. Tanggapan terhadap waktu (MW). Ada berbagai tanggapan tentang soal waktu menurut masing-masing kebudayaan. Ada tanggapan bahwa yang sebaik-baiknya adalah masa lalu yang memberikan pedoman kebijaksanaan dalam hidupnya; ada yang beranggapan bahwa orientasi ke masa depan itulah yang terbaik untuk kehidupan ini. Dalam kebudayaan serupa itu perencanaan hidup menjadi suatu hal yang amat penting. Sebaliknya ada pula kebudayaan-kebudayaan yang hanya mempunyai suatu pandangan waktu yang sempit, mereka memandang waktu sekarang adalah waktu yang terpenting. Warga dari kebudayaan serupa itu tidak akan memusingkan diri dengan memikirkan zaman yang lampau maupun masa akan datang. Mereka hidup menurut keadaan yang ada pada masa sekarang ini. Tanggapan terhadap sesama manusia (MM). Ada kebudayaan-kebudayaan yang menanamkan pada warga masyarakatnya pandangan-pandangan terhadap sesama manusia bahwa hubungan vertikal antara manusia dengan sesamanya adalah amat penting. Dalam pola kelakuannya, manusia yang hidup dalam kebudayaan serupa itu akan berpedoman kepada tokoh-tokoh pemimpin dan orang-orang senior, sehingga orang atasan selalu dijadikan panutan bagi warganya. Ada yang menanamkan pandangan bahwa hubungan horizontal antara manusia dengan sesamanya sebagai yang terbaik. Orang dalam suatu kebudayaan serupa itu akan merasa amat tergantung kepada sesamanya, dan usaha untuk memelihara hubungan baik dengan tetangganya dan sesama kaum kerabat dianggap amat penting dalam hidup. Sebaliknya ada kebudayaan yang berorientasi bahwa menggantungkan Hamah Sagrim 73 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT diri pada orang lain adalah bukan hal yang baik. Dalam kebudayaan serupa itu individualisme amat dipentingkan dan sangat menghargai orang yang mencapai banyak tujuan dalam hidupnya dengan hanya sedikit bantuan dari orang lain. Koentjaraningrat mencatat bahwa nilai budaya yang dianggap penting karena merupakan asset baudaya yang dapat dipakai untuk menunjang pembangunan adalah: (1) nilai budaya yang berorientasi ke masa depan; (2) nilai budaya yang berhasrat untuk mengeksplorasi lingkungan alam; (3) nilai budaya yang menilai tinggi hasil dari karya manusia; (4) nilai budaya tentang pandangan terhadap sesama manusia (Koentjaraningrat, 1974:38-42). J. Sistem Mata Pencaharian Hidup dan Sistem Kepemimpinan Tradisional Papua 1. Sistem Mata Pencaharian Hidup Pulau Papua yang luasnya kurang lebih 3,5 kali pulau Jawa secara ekologis itu terdiri atas empat zona yang masing-masing menunjukkan diversifikasi terhadap system mata pencaharian mereka berdasarkan kebudayaan dan sebaran suku bangsa-suku bangsanya. Menurut Malcoln dan Mansoben(1987; 1990), kelompok etnik yang beraneka ragam di Papua tersebar pada empat zona ekologi yaitu: (1) Zona Ekologi Rawa atau Swampy Areas, Daerah Pantai dan Muara Sungai atau Coastal & Riverine, (2) Zona Ekologi Daerah Pantai atau Coastal Lowland Areas, (3) Zona Ekologi Kaki-Kaki Gunung serta Lembah-Lembah Kecil atau Foothills and Small Valleys, dan (4) Zona Ekologi Pegunungan Tinggi atau Highlands. Orang-orang Papua yang hidup pada mitakat atau zona ekologi yang berbedabeda ini mewujudkan pola-pola kehidupan yang bervariasi sampai kepada berbeda satu sama lainnya. Penduduk yang hidup di wilayah zona ekologi rawa, daerah pantai dan muara sungai sebagaimana terdapat di: 1. Jayapura ( teluk Humboldt: Skou, Yotefa, Imbi; Tanah Merah: Ormu, Tabla, Demta; Pantai Utara: Bonggo, Podena, Yarsum, Betaf; Tor: Mander, Berik, Kwersupen; Sarmi:Kwerba, Isirawa, Sobei, Samarokena, Masep; Mamberamo:Warembori, Pauwe, Warewek, Bauzi, Nopuk; Sentani: Sentani, Dosai, Maribu), Kelompok suku bangsa-suku Hamah Sagrim 74 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT bangsa ini semuanya mempunyai mata pencaharian utama sebagai peramu sagu dan sebagai pendamping kebun kecil, menangkap ikan (sungai dan laut). 2. Yapen Waropen (Mamberamo Barat: Karema, Nita; Waropen: Sauri, Waropen, Kofei, Tefaro, Siromi, Baropasi, Bonefa; kelompok suku bangsa ini semua mempunyai mata pencaharian sebagai peramu sagu, kebun kecil, menangkap ikan di sungai dan laut. Krudu: Krudu; Yapen: Woriasi, Ambai, Serui Laut, Yawe, Busami, Ansus, Pom, Woi, Munggui, Marau, Pupui; kelompok suku bangsa-suku bangsa ini mempunyai mata pencaharian utama sebagai peramu sagu, ditambah dengan kebun kecil, menangkap ikan di sungai dan laut sebagai pendamping. 3. Biak Numfor; dengan mata pencaharian sebagai peramu sagu, ladang berpindah dan menangkap ikan di laut dan sungai sebagai pendamping. 4. Paniai; Nabire: Windesi, Mor, Yaur, Mer, Yeretuar, kelompok ini bermata pencaharian utama ladang berpindah dengan pendamping meramu sagu, menangkap ikan di sungai dan laut. 5. Manokwari; Wandamen: Roon, Mioswar, Rumberpon, Wandamen; Arfak: Mantion, Hatam, Borai; Amberbaken, kelompok ini bermata pencaharian utama ladang berpindahpindah, dan pendamping menangkap ikan di sungai dan laut. Sedangkan Bintuni: Tanah Merah, Babo, Arandai, Kemberano, Meninggo, Kaburi, kelompok ini bermata pencaharian utama meramu sagu, ladang berpindah, menangkap ikan di laut dan sungai sebagai pendamping. 6. Sorong: Karon bermata pencaharian utama ladang berpindah, menangkap ikan di sungai dan laut sebagai pendamping; Moi: bermata pencaharian utama ladang berpindah- pindah, meramu sagu dan menangkap ikan di sungai sebagai pendamping. Raja Ampat: Kawe, bermata pencaharian utama meramu sagu dan menangkap ikan di laut dan sungai serta kebun kecil sebagai pendamping. Sedangkan orang Maya, Beser/Biak, Matbat bermata pencaharian utama meramu sagu, ladang berpindah-pindah serta menangkap ikan di laut dan sungai sebagai pendamping. Seget; Teminabuan: Kalabra, Tehit, Kon, Yahadian, Kais; Inanwatan: Suabau, Puragi, Kokoda, kelompok ini bermata pencaharian utama meramu sagu, kebun kecil serta menangkap ikan di sungai dan laut sebagai pendamping. Hamah Sagrim 75 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT 7. Fakfak: Onin, Iha, Karas, Baham, Buruwai; Kaimana: Mairasi, Semini, Koiwai bermata pencaharian utama ladang berpindah-pindah, meramu sagu, menangkap ikan di sungai dan laut sebagai pendamping; Arguni: Kamberau, Irarutu, Mairasi bermata pencaharian utama meramu sagu, berkebun kecil serta menangkap ikan di laut dan sungai sebagai pendamping. Mimika: Kamoro bermata pencaharian utama, meramu sagu, berkebun kecil, menangkap ikan di laut dan sungai sebagai pendamping. 8. Merauke; Asmat, Awyu, Yagai Citak bermata pencaharian utama meramu sagu dan berkebun kecil serta menangkap ikan di laut dan sungai sebagai pendamping. Kimaam: Riantana, Kimaghama, Koneraw; Marind-anim: Yab-anim, Maklew-anim, Kanum-anim, Bian-anim bermata pencaharian utama meramu sagu dan kebun kecil, serta menangkap ikan di sungai dan laut sebagai pendamping. 9. Adapun wilayah yang masuk dalam zona kaki gunung dan lembah-lembah kecil di (1) Jayapura, Nimboran: Genyem, Nimboran, Kemtuk Gresi; Arso; Waris,; Foya dan Uta bermata pencaharian utama ladang berpindah-pindah serta menangkap ikan di sungai dan berburu sebagai pendamping. (2) Paniai dengan suku bangsa Timorini: Dou, Kirikiri, Turu, Taori-Kei Fayu bermata pencaharian utama ladang berpindah-pindah serta menangkap ikan di sungai dan berburu sebagai pendamping. (3) Manokwari dengan suku bangsanya Arfak: Hatam, Meyah, Mantion/Sough; Amberbaken bermata pencaharian utama ladang berpindah-pindah serta menangkap ikan di sungai dan berburu serta beternak babi sebagai pendamping. (4) Sorong dengan suku bangsa Karon, Madik, Maibrat, Moraid bermata pencaharian utama ladang berpindah-pindah serta ternak babi, menangkap ikan di sungai dan berburu sebagai pendamping. (5) Fakfak dengan suku bangsa Fakfak: Baham, Irarutu, Amungme, bermata pencaharian utama berladang berpindah, beternak babi dan menangkap ikan di sungai serta berburu sebagai pendamping. (6) Merauke dengan suku bangsa Muyu, Mandobo bermata pencaharian utama berladang berpindah, beternak babi dan berburu serta menangkap ikan di sungai sebagai pendamping. Adapun wilayah yang penduduknya berada pada zona daerah pantai umumnya bermata pencaharian utama meramu sagu dan menangkap ikan di laut serta berkebun kecil dan berburu sebagai pendamping. Disamping itu pula ada upaya lain berupa berdagang. Hamah Sagrim 76 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT 2. Sistem Politik Tradisional Dalam setiap komunitas selalu dijumpai dengan berbagai proses ³politik´, di mana ada orang yang memimpin, menyusun organisasi, memperoleh dan menggunakan kekuasaan. Dalam masyarakat sebagai suatu sistem kita melihat adanya berbagai permasalahan tertentu yang harus dipecahkan melalui organisasi politik formal tertentu, misalnya memelihara ketertiban intern, mengalokasikan kekuasaan dalam membuat keputusan tentang kegiatan kelompok. Jadi dapatlah dikatakan bahwa organisasi politik suatu masyarakat adalah peraturan-peraturan dan tugas-tugas apa saja yang digunakan untuk memecahkan masalah-masalah tersebut, tanpa memperhatikan apakah ada organisasi pemerintahan yang formal atau tidak (Keesing, 1992:38-39). Orang Papua mengenal sistem yang mengatur hubungan atau relasi antar warga dalam berbagai aktivitas hidupnya sehari-hari berdasarkan kebudayaan mereka masing-masing. Orang Papua mengenal sistem politik atau sistem kepemimpinan politik tradisional, Menurut Sahlins(1963) dan Mansoben(1995) terdapat empat sistem atau tipe politik di Papua yaitu: 1. Sistem Big man atau pria wibawa: diperoleh terletak melalui pencapaian. Sumber kekuasaan pada kemampuan individual, kekayaan material, kepandaian berdiplomasi/pidato, keberanian memimpin perang, fisik tubuh yang besar, sifat bermurah hati (Sahlins, 1963; Koentjaraningrat, 1970; Mansoben, 1995). Pelaksanaan kekuasaan biasanya dijalankan oleh satu orang. Adapun etnik yang menganut sistem ini adalah Meibrat, Muyu. (Mansoben, 1995). orang Dani, Asmat, Mee, 2. Sistem Politik Kerajaan: sistem ini adalah pewarisan berdasarkan senioritas kelahiran dan klen. Weber (1972:126) mengatakan sebagai birokrasi patrimonial atau birokrasi tradisional . Birokrasi tradisional terdapat pada cara merekrut orang untuk duduk dalam birokrasi. Biasanya mereka yang direkrut mempunyai hubungan tertentu dengan penguasa, misalnya hubungan keluarga atau hubungan pertemanan. Di sini terdapat pembagian kewenangan tugas yang jelas, pusat orientasi adalah perdagangan. Tipe ini terdapat di Raja Ampat, Semenanjung Onin, Teluk MacCluer (teluk Beraur) dan Kaimana. (Mansoben, 1995: 48). Hamah Sagrim 77 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT 3. Sistem Politik Ondoafi: sistem ini merupakan pewarisan kedudukan dan birokrasi tradisional. Wilayah/teritorial kekuasaan seseorang pemimpin hanya terbatas pada satu kampung dan kesatuan sosialnya terdiri dari golongan atau sub golongan etnik saja dan pusat orientasi adalah religi. Terdapat di bagian timur Papua; Nimboran, Teluk Humboldt, Tabla, Yaona, Skou, Arso, Waris (Mansoben, 1995: 201-220). 4. Sistem Kepemimpinan Campuran. Menurut Mansoben (1985) terdapat juga sistem lain yang menampakkan ciri pencapaian dan pewarisan yang disebut sistem campuran. Sedangkan menurut Sahlins, sistem kepemimpinan yang berciri pewarisan (chief) dibedakan atas dua tipe yaitu sistem kerajaan dan sistem ondoafi. Perbedaan pokok kedua sistem politik tersebut terletak pada unsur luas jangkauan kekuasaan dan orientasi politiknya. Sistem Kepemimpinan Campuran, kedudukan pemimpin diperoleh melalui pewarisan dan pencapaian atau berdasarkan kemampuan individualnya (prestasi dan keturunan). Tipe ini terdapat pada penduduk teluk Cenderawasih, Biak, Wandamen, Waropen, Yawa, dan Maya (Mansoben, 1995:263-307). 3. Organisasi Sosial dan Sistem Kekerabatan di Papua Bila berbicara tentang ³struktur sosial´ atau ³organisasi sosial´ suatu masyarakat ini berarti bahwa kita menganggap suatu sistem sosial terdiri dari berbagai kelompok, memandang hubungan sosial berdasarkan posisi dan peranan yang saling berkaitan. Untuk memudahkan pemahaman struktur sosial, kita harus mulai dengan hubungan sosial, yaitu cara mereka berinteraksi, hal-hal yang mereka katakan dan lakukan dalam hubungan mereka satu sama lain. Tetapi terdapat juga gagasan mereka tentang hubungan mereka, konsepsi masing-masing tentang pihak yang lain, pemahaman dan strategi serta pengharapan yang menuntun perilaku mereka. Baik pola perilaku maupun sistem konseptual mempunyai struktur, dalam arti tidak kacau balau atau sembarangan, tetapi kedua hal tersebut merupakan struktur yang berbeda jenis (Keesing, 1989:208-209). Pouwer (1966) berdasarkan studi antropologinya, menunjukkan bahwa dalam pengelompokan orang Papua paling sedikit dapat dibagi kedalam empat golongan berdasarkan sistem kekerabatan: Hamah Sagrim 78 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT a. Kelompok kekerabatan menurut tipe Iroquois. Sistem ini mengklasifikasikan anggota kerabat saudara sepupu paralel dengan istilah yang sama dengan saudara kandung. Juga untuk menyebut istilah yang sama untuk ayah maupun sesama saudara laki ayah dan saudara laki ibu. Adapun kelompok etnik papua yang tergolong dalam tipe ini adalah: orang Biak, Iha, Waropen, Senggi, Marind-anim, Teluk Humboldt, dan orang Mee. b. Kelompok kekerabatan menurut tipe Hawaian. Sistem pengelompokkan yang menggunakan istilah yang sama untuk menyebut saudara-saudara sekandung dan semua saudara-saudara sepupu silang dan paralel. Adapun kelompok etnik yang tergolong tipe ini adalah: orang Hatam-Manikion, Mairsai, Mimika, Asmat, dan Pantai Timur Sarmi. c. Kelompok kekerabatan menurut tipe Omaha. Sistem ini mengklasifikasikan saudara- saudara sepupu silang matrilateral dan patrilateral dengan istilah yang berbeda dan untuk saudara sepupu silang dipengaruhi oleh tingkat generasi dan bersifat tidak simetris. Sebutan untuk anak laki-laki saudara laki ibu (MBS) adalah sama dengan saudara laki-laki ibu (MB). Istilah untuk anak laki-laki saudara perempuan ayah (FZS) adalah sama untuk anak laki-laki saudara perempuan (ZS). Adapun etnik yang tergolong dalam kelompok ini adalah orang Awyu, Dani, Meibrat, Mek dipegunungan Bintang, dan Muyu. d. Kelompok kekerabatan menurut tipe Iroquois-Hawaian. Tipe ini adalah tipe campuran. Kelompok yang tergolong dalam tipe ini adalah orang Bintuni, Tor, dan Pantai Barat Sarmi. Kecuali penggolongan berdasarkan istilah kekerabatan, orang Papua juga dibedakan berdasarkan prisip pewarisan. Ada dua prinsip pewarisan keturunan yaitu: (a) melalui garis keturunan ayah atau patrilineal, dan terdapat pada orang Meibrat, Mee, Dani, Biak, Waropen, Wandamen, Sentani, Marind-anim dan Nimboran). (b) melalui prinsip bilateral yaitu melalui garis keturunan ayah dan ibu, terdapat pada orang dipedalaman Sarmi. (c) masyarakat berdasarkan struktur ambilateral atau ambilineal, dimana kadang-kadang diatur menurut garis keturunan pihak ibu atau ayah. Terdapat pada orang Yagai, Manikion, Mimika (De Brijn, 1959:11 of van der Leeden, 1954, Pouwer, 1966). Orang Papua juga mengenal pembagian masyarakat kedalam phratry atau moiety yang terbagi atas dua paroh masyarakat. Terdapat pada orang Asmat (aipmu-aipem), Dani (Waita-Waya), Waropen (buriworaiburiferai) dalam (Mansoben, 1974, 1995; Held, 1947; Kamma, 1972; Schoorl, 1957; Heider, 1979-1980). Hamah Sagrim 79 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT e. Sistem Kekerabatan Diagram Kekerabatan Tanda-Tanda yang digunakan untuk diagram kekerabatan: Untuk Laki-laki Untuk Perempuan Untuk Individu yang jenis kelaminnya tidak ditentukan / Untuk Perkawinan Untuk Perceraian Untuk Meninggal Untuk keturunan Untuk Saudara Kembar Untuk Garis Bersilangan Untuk Garis Bersilangan Untuk perkawinan diluar nikah Hamah Sagrim 80 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Contoh Menggunakan Tanda-tanda Dalam Diagram Kekerabatan : Contoh 1 Dalam diagram 1, laki-laki A mengawini perempuan B yang tidak ada hubungan kekerabatan denganya, sebagai istri ke2 ia mengawini perempuan C, yaitu janda saudara laki-laki ibunya, sebagai istri ke3 ia kawin dengan perempuan D, yaitu anak saudara laki-laki isteri pertamanya. Keturunan dari ketiga perkawinan ini yaitu saudara kandung tiri diletakkan pada level yang sama. Hubungan saudara kandung dapat ditelusuri dengan mengikuti garis-garis keturunan vertikal ke pasangan perkawinan dari orang tua mereka. Akronim Kekerabatan Dalam bahasa Inggris : E F M Z B S D H W P SI = Ego = Father = Mother = Zister = Brother = Son = Daughter = Husband = Wife = Parent = Sibling E Ay Ib Sdr.Pr. Sdr.Lk. An.Lk An.Pr. Su. Is. Or.Tu. Sdr.Kn. Dalam bahasa Indonesia : Ego Ayah Ibu Saudara Perempuan Saudara Laki-laki Anak Laki-laki Anak Perempuan Suami Isteri Orang Tua Saudara Kandung Hamah Sagrim 81 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT C Sp La sF sM eB eZ yB yZ CC PC Ne Ni GP GF GM GS GD = Child = Spouse = In Laws = step Father = step Mother = elder Brother = elder Sister = younger Brother = younger Sister = Cross Cousin = Parallel Cousin = Nephew = Niece = Grand Parent = Grand Father = Grand Mother = Grand Son = Grand Daughter An. Ps.Su.Is Sn.Sdr.Is atau Su Ay.Tr Ib.Tr Kk.Lk. Kk.Pr. Ad.Lk Ad.Pr. Sdr.Spp.Sil Sdr.Spp.Sej Ke.Lk Ke.Pr Kek.Nek Kek Nek Cu.Lk. Cu.Pr. Anak Pasangan Suami Isteri Sanak Saudara Isteri atau Suami Ayah Tiri Ibu Tiri Kakak Laki-laki Kakak Perampuan Adik Laki-laki Adik Perempuan Saudara Sepupu Silang Saudara Sepupu Sejajar Kemenakan Laki-laki Kemenakan Perempuan Kakek Nenek Kakek Nenek Cucu Laki-laki Cucu Perempuan Hamah Sagrim 82 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT PPC . PCC = Patrilateral Sdr.Spp.Sej.Ay Saudara Sepupu Parallel Cousin Sejajar dari pihak Ayah = Patrilateral Cross Sdr.Spp.Sej.Ib. Saudara Sepupu Cousin sejajar dari Pihak Ibu MPC = Matrilateral . MCC = Matrilateral . U Sdr.Spp.Sil.Ay Saudara Sepupu Parallel Cousin Silang dari Pihak Ayah Sdr.Spp.Sil.Ib Saudara Sepupu Cross Cousin Silang dari Pihak ibu = Unknown;individu T .D. . Individu Tidak Diketahui Namanya yang tidak diketahui Contoh Penggunaan Akronim Kekerabatan Dalam Diagram. 1. Keluarga inti. Keluarga inti adalah kelompok kekerabatan yang terkecil yang terdiri dari orang tua (suami istri) dan anak-anak mereka yang belum kawin. Keluarga inti ada dua macam, yaitu keluarga inti prokreasi dan orientasi. Dalam keluarga prokreasi, ego sebagai orang tua yang menghasilkan anak, sedangkan dalam keluarga orientasi, Ego sebagai anak yang beroreintasi kepada orang tua. 2. Keluarga Luas. Keluarga luas adalah kelompok kekerabatan yang terdiri dari lebih dari satu keluarga inti, yang merupakan suatu kesatuan sosial yang amat erat biasanya hidup disuatu tempat. 3. Ada tiga macam keluarga luas, yaitu : Keluarga luas utrolokal terdiri dari keluarga inti senior dan keluarga inti dari anak laki-laki dan anak perempuan, Keluarga luas virilokal, terdiri dari keluarga senior dan keluarga inti dari anak-anak, Keluarga uxorilokal , terdiri dari keluarga inti senior dan keluarga inti dari anak perempuan. Pedoman untuk pembuatan diagram kekerabatan. Diagram kekerabatan dibuat dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : Hamah Sagrim 83 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT 1. Generasi. ± ± ± ± ± ± Individu-individu yang segenerasi harus dicantumkan sejajar. Generasi ego adalah generasi nol, ditulis denganakronim G 0. Generasi F dan M adalah generasi plus 1, ditulis dengan akronim G+1. Generasi FF dan MM adalah generasi plus 2, ditulis dengan akronim G+2 dan seterusnya. Generasi S dan D adalah generasi minus 1, ditulis dengan akronim G-1. Generasi SS dan DD adalah generasi minus 2, ditulis dengan akronim G-2 dan seterusnya. 2. Penomoran. ‡ Setiap individu dalam diagram harus di nomori. Penomoran dimaksudkan untuk membedakan individu yang satu dengan individu yang lainnya. Penomoran dimulai dari generasi tertua dan diakhiri pada generasi termuda. Dengan demikian penomoran dimulai pada genrasi tertua pada individu yang terletak paling kiri dan diakhiri pada generasi termuda yang terletak paling kanan. 3. Kerabat ayah dan kerabat ibu. ‡ Semua kerabat ayah diletakkan disebelah kiri ayah. Semua kerabat ibu diletakkan disebelah kanan ibu. Dalam diagram ayah diletakkan disebelah kiri Ego dan ibu diletakkan disebelah kanan ego. 4. Umur Individu-individu yang bersaudara di deretkan dari individu tertua ke individu termuda. Individu yang lebih tua diletakkan disebelah kiri dari individu yang lebih muda. 5. Ego Huruf kapital E dicantumkan untuk menandai individu Ego Individu-individu dalam diagram FZ-27 : Hamah Sagrim 84 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT 6. G+2 7. 1. FF 8. 2. FM ‡ ‡ G+1 3. FZ 4. FZH 5. F 6. M ‡ 9. FZD G0 7. FZS 8. FZSW G-1 12. FZSS 13. FZSSW G-2 20. FZSSS 21. FZSSD 14. FZSD 15. FZSDH 16. FZDS ‡ ‡ ‡ 17. FZDSW 22. FZSDS 23. FZSDD 24. FZDSS 25. FZDSD 10 .FZDH 11. E 18. FZDD 26. FZDDS 19. FZDDH 27. FZDDD f. Sistem Religi Dan kesenian 1. Sistem Religi Kita harus memperhatikan sistem kepercayaan dari sudut pandang, mengapa manusia mendiami alam semesta dengan keberadaan dan kekuatan yang terlihat, mendongeng tentang kejadian-kejadian dahulu kala dan kejadian-kejadian menakjubkan, menciptakan ritus yang rinci dan harus benar, agar kehidupan manusia itu berhasil baik. Taylor, satu abad yang lalu telah mendefenisikan agama sebagai satu kepercayaan dalam bentuk spiritual. Sejumlah ahli antropologi sosial moderen sudah kembali ke suatu perluasan defenisi agama dalam pengembangan kehidupan sosial masyarakat terhadap manusia biasa atau kekuatannya. Ahli lainnya mengakui Durkheim, telah berusaha menemukan beberapa nilai khusus tentang kesucian yang membatasi agama dan kepercayaan duniawi. Agama sangat bervariasi dalam peranannya di alam semesta ini dan cara-cara manusia berhubungan dengan agama tersebut. Dalam hal ini bisa terjadi kelompok-kelompok dewa-dewi, satu dewa atau sama sekali tidak ada, roh atau bahkan mahluk dan kekuatan yang berlebihan. Kelompok ini secara konstan dapat menghalangi kegiatan manusia atau tanpa terlihat dan jauh. Kelompok ini bersifat hukum atau bersifat positif. Berhubungan dengan ini maka manusia dapat merasa kagum/hormat atau dapat merasa takut; tetapi juga mereka dapat membangkitkan kekuatan gaib atau berusaha memperdayakannya. Agama kepercayaan juga dapat mengatur moral manusia melakukan atau melanggar moral, jadi agama memberikan keterangan; Hamah Sagrim 85 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT memberikan pengesahan; menambah kemampuan manusia untuk mengahadapi kelemahan kehidupannya-kematian, penyakit kelaparan, banjir, dan kegagalan. (Keesing,1992:92-94) Bagaimana sistem kepercayaan dan agama pada suku bangsa Papua? Sebelum agama-agama besar Kristen, Islam masuk di Papua, tiap suku bangsa mempunyai sistem kepercayaan tradisi. Masing-masing suku bangsa mempunyai kepercayaan tradisi yang percaya akan adanya satu dewa atau tuhan yang berkuasa diatas dewa-dewa. Misalnya pada orang Biak Numfor, dewa tertingginya ³Manseren Nanggi´; orang Moi menyebut ³Fun Nah´; orang Seget menyebut ³Naninggi´; orang Wandamen menyebut ³Syen Allah´. Orang Marind-anim menyebut ³Dema´; orang Asmat menyebut ³Mbiwiripitsy´ dan orang Mee menyebutnya ³Ugatame´. Semua dewa atau Tuhan diakui dan dihormati karena dianggap dewa pencipta yang mempunyai kekuasaan mutlak atas nasib kehidupan manusia, mahluk yang tidak nampak, juga dalam unsur alam tertentu (angin, hujan, petir, pohon besar, sungai, pusaran air, dasar laut, tanjung tertentu). 2. Kesenian Kesenian merupakan salah satu dari tujuh unsur kebudayaan. Setiap suku bangsa yang mendiami muka bumi ini memiliki unsur tersebut, namun unsur kesenian bagi setiap suku bangsa tidak ( satu suku berbeda dengan lainnya). Haviland mengemukakan Seni adalah penggunaan kreatif imajinasi manusia manusia untuk menerangkan, memahami, dan menikmati kehidupan. Dalam beberapa kebudayaan suku bangsa Seni di gunakan untuk keperluan yang dianggap penting dan praktis. Kesenian itu sendiri terdiri dari beberapa sub, yaitu antara lain : seni rupa (seni lukis, seni pahat, seni bangunan (artistektur), seni suara/seni musik, seni tari, seni sastra dan darmatik. Semuanya ini selalu menonjolkan sifat dan ciri khas kebudayaan suatu etnik /suku bangsa atau suatu negara. Kesenian di Papua dapat itu dibedakan berdasarkan fungsi dan coraknya. Yang dimaksud adala dipendensi (ketergantungan) dari fakta bahwa perwatakan atau karakter menampakkan sebuah lingkungan (Guepin, 1973) Hamah Sagrim 86 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Fungsi kesenian bagi kelompok etnik ini adala sebagai media komunikasi dan media ekspresi kehidupan yang dihayati dengan kolektif (sosialisasi) seperti nampak diwujudkan dalam upacaraupacara magis, pemujaan, penciptaan, bahkan nampak pada kehidupan keseharian seperti makan, minum, tidur, bernapas, bersin, terantuk dan sebagainya. Dalam melahirkan produk estetis melalui media dan dimensi sperti menggubah lagu, merancang tari, melukis, mengukir, membuat serta memainkan alat musik, dan tindak artistik lainya, sekali lagi bukanlah intherentitas (seniman) dalam kerja serta produk material yang dihasilkan melainkan kompleksitas kesepakatan (konvensi) itulah. Hamah Sagrim 87 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT B.2. Tinjauan Historis Dari asal ± usulnya? Para tetuah suku Maybrat, Imian, Sawiat, turun temurun mempunyai ceritera tentang rumah tradisional halit-mblo chalit. Riwayat menceriterakan bahwa arsitektur halit-mbol halit, pertama kali dibangun oleh dua orang moyang pada beberapa abad tahun silam yang tidak diketahui. Kedua orang tersebut adalah too dan sur. Too dikenal dengan sebutan untuk tali dan sur dikenal dengan sebutan untuk kayu. Dari ceriteranya halit-bol chalit dibangun dengan mengikuti cara burung membuat sarangnya (chlen-ru habe) yaitu ketika itu µsur¶ duduk mengamati burung tersebut dengan cekatan membawa dahan ± dahan kayu untuk membuat sarangnya diatas pohon yang rindang, lalu muncullah sebuah frasa bahwa µmasa, burung saja bisa membuat rumah untuk dia lalu kenapa saya tidak¶? pertanyaan ini muncul karena kehidupan awalnya orang Maybrat, Imian, Sawiat, mereka menggunakan gua-gua sebagai tempat tinggal utama. Ketika lama memperhatikan burung tersebut maka ia (sur) bertekad ingin membuat rumah, lalu ia mulai menebang kayu untuk digunakan dalam membuat rumah, setelah menebang kayu ia mencoba untuk membuatnya setelah ia (sur) meletakannya pada pohon yang digunakan sebagai koloum dengan pemikiran bahwa akan kuat sehingga ia melepaskannya untuk mengangkat sebelahnya lagi namun ketika dilepas ternyata jatuh, tetapi ia mencobanya berulang kali sampai-sampai ia (sur) berusaha untuk memanjat pohon dengan tujuan untuk melihat secara dekat dengan teliti bagaimana cara burung meletakan ranting kayu hingga menjadi kuat. Ketika ia (sur) memanjati pohon itu dan mencobanya berulang kali namun hasilnya tidak sempurna maka datanglah saudaranya yang bernama ³too´ dan memberi masukan bahwa anda tidak bisa meletakkannya dengan begitu saja melainkan harus menggunakan tali yang saya bawa agar bisa kuat, namun usulannya tidak diterima atau di abaikan oleh sur dengan keyakinan bahwa ia bisa membangunnya tanpa tali (pengikat). Namun dengan segala macam cara yang digunakannya tak ada satupun yang berhasil lalu ia memutuskan untuk menerima usulan saudaranya tadi, dan ketika ia menggunakan talinya sebagai pengikat ternyata berhasil, lalu ia mengajak saudaranya (too) bahwa saudara mari kita berdua harus buat suatu rumah bagi kita seperti burung itu, sur menawarkan kepada too sambil menunjukkan sarang burung yang berada diatas dahan pohon, dan too pun menerimanya lalu mereka berdua mulai membuat rumah bagi mereka untuk pertama kalinya. Disinilah sejarah asal usul rumah tradisional suku Maybrat Imian Sawiat dibangun. Tidak ada orang yang mengetahui dengan pasti tempat sebenarnya dimana pertamakali kejadian itu (pertamakali membuat rumah), namun secara menyeluruh diungkapkan adalah Hamah Sagrim 88 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT diantara wilayah Maybrat atau Imian atau Sawiat, namun disini kita bisa menebak wilayahnya adalah diwilayah Maybrat, alasannya karena nama kedua orang pencetus atau pembuat rumah ini menggunakan bahasa maybrat sehingga dapat disimpulkan bahwa kejadiannya terjadi di wilayah Maybrat. Menurut ungkapan para tetua bahwa rumah tradisional orang Maybrat Imian Sawiat sudah ada berabad tahun yang lalu. Sebagaimana ceritera tentang rumah halit-mbol chalit bahwa rumah tersebut yang biasa dibangun dengan bahan kayu dan rota dan telah dibangun pada beberapa abad yang lalu sebelum masukknya injil Kristiani di Mansinam untuk mempersatukan orang-orang yang hidupnya menyendiri dan bermusuhan. Sekitar beberapa abad sebelum masuknya injil Kristiani di Mansinam, suku Maybrat Imian Sawiat belum mengenal adanya suku, atau kampung namun dikenal dengan Margais-klen-keret yang masing-masing mendiami wilayah atau tanah adatnya sendiri-sendiri. Kehidupan orang Maybrat, Imian, Sawiat, pada waktu itu adalah kehidupan pribadi yang tak kenal kompromi, mereka hidup didasari ego, alam pikiran mereka yang cenderung untuk berpikir bagaimana memiliki kekuasaan atas klen atau keret lain di suatu wilayah, dengan berperang untuk memperolehnya, dan bagaimana sebagai orang yang mampu menaklukan suatu marga atau keret-klen ke marga atau keret-klen yang lainnya. Setelah masuknya injil Kristiani di pulau mansinam pada 1855 dengan penyebaran agama yang semakin cepat hingga ke wilayah Maybrat Imian Sawiat yang dibawa oleh para penginjil Tuhan, sebetulnya orang Maybrat, Imian, Sawiat, sudah mengenal kehidupan bersahabat. Kehidupan bersahabat ini dikatakan bahwa bermula dari perang itu sendiri, yang mana ketika satu marga mampu mengalahkan marga yang satu maka istiri dari orang-orang yang dibunuhnya menjadi istri baginya, begitupula untuk anak yang ditinggal terlantar oleh orangorang tua yang terbunuh di angkat sebagai anak asuh. Anak ± anak yang di angkat sebagai anak asuh dari marga/keret yang dibunuh tidak bisa di ubah marga/keretnya sehingga anak-anak atau istri dari para korban peperangan sebagai orang yang bisa mampu dengan bahasa mereka untuk memanggil marga-marga/keret-keret mereka yang ditinggal untuk kumpul menjadi satu kelompok yang terdiri dari dua marga, tiga marga dan seterusnya demikian banyak. Persatuan dan kekerabatan orang Maybrat, Imian, Sawiat, menjadi lebih akrab ketika mereka mulai mengenal Pendidikan Inisiasi atau teologi wiyon-wofle. Pemikiran orang Maybrat Imian Sawiat menjadi lebih dewasa dengan sentuhan wawasan literal moderen dengan masuknya Injil kristiani yang mengajarkan kasih sebagaimana mengharuskan setiap manusia agar mau tidak mau harus mengasihi musuh-musuhnya, Hamah Sagrim 89 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT sebagaimana yang telah mereka terima dari pendidikan wiyon-wofle, maka pada waktu itulah terbentuklah suatu perkumpulan yang mana dikenal dengan nama dusun dimana dusun itu di kepalai oleh seorang kepala dusun. Yang dipercayakan sebagai kepala dusun adalah seseorang yang stratanya adalah orang terhormat atau yang disebut µbobot¶, seseorang dikatakan bobot karena memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut; Ia adalah keturunan bangsawan, memiliki hak wilayah tanah yang luas, berkepribadian, memiliki kemampuan dalam dunia perang, berburu, memiliki kekuatan alamiah, memiliki hubungan relasi dengan kepala dusun yang lain, berjiwa besar, mampu melakukan pesta-pesta besar seperti inisiasi wiyon-wofle dan siap menanggung segala persoalan yang dibuat rakyatnya. 1. Bagaimana Tempat Tinggal Nenek Moyang Suku Maybrat Imian Sawiat Papua. Diatas telah disebutkan bahwa rumah leluhur Suku Maybrat Imian Sawiat dibuat dari bahan kayu dan rotan. Hal itu memang dibenarkan dengan suatu pembuktian adanya bukti ± bukti otentik serta dengan sebutan nama too (rotan) dan sur (kayu), dan bila dikaji secara jauh kebelakang pada zaman sebelumnya orang-orang Maybrat Imian Sawiat membutuhkan tempat tinggal untuk menanggulangi diri dan keluarga, baik dari hujan, binantan buas, maupun dari para musuh. Mau tidak mau mereka harus berpikir secara praktis dengan berbagai cara telah dilalui guna bertahan hidup, maka pada zaman kuno/prasejarah orang ± orang maybrat imian sawiat memanfaatkan gua ± gua (isra) sebagai tempat tinggal dimana gua ± gua itu membentuk ceruk ± ceruk didalam batu karang yang dapat dipakai untuk berteduh. Hingga saat ini belum adanya penelitian tentang gua ± gua yang dahulu digunakan sebagai tempat melindungi diri tersebut. Disamping gua ± gua, ada pula benda-benda pusaka lainnya yang diwariskan nenekmoyang mereka yang hingga kini masih disimpan. Barang ± barang warisan tersebut adalah : parang µhlambra¶, parang ini menurut ceritera tetuah Ceritera merupakan tetuah pemberian bahwa dari Gambar: Hlambra (Parang) Gambar: Wai (Taring Naga) alam µtagi¶ dan hingga kini tidak diketahui siapa pembuat parang tersebut. Berikut taring naga µsafah¶, taring naga yang di jumpai membentuk lingkaran cyrus, dan taring babi µway¶, taring Hamah Sagrim 90 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT babi membentuk huruf C. Peninggalan ± peninggalan tersebut dipercaya mempunyai nilai-nilai yang sangat tinggi menurut pandangan tradisi. Farokh, merupakan sejenis selokhy yang fungsinya sebagai tempayang atau cangkir minuman saguer Selokhy ini terbuat dari Gambar: Farok/Hawereh (seloki) bahan kayu serta diwarnai dengan tanah, arang dan air yang mana setelah di warnai, seloki yang sudah diwarnai lalu dikeringkan pada api yang biasanya diletakan diatas bubungan yangberhubungan langsung dengan udara dan panas dari tungku api melalui asap. Setelah di keringkan selama dua sampai tiga bulan, selokhy tersebut bisa diambil selanjutnya dicuci dengan air yang bersih untuk dipakai sebagai alat penuangan minuman. Berikut beberapa peninggalan yang dianggap sebagai harta karun yang begitu berharga oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat, Papua adalah: Bagi suku Maybrat, Imian dan Sawiat, peninggalan ± peninggalan ini merupakan harta karun turun ± temurun yang dipercaya memiliki nilai ± nilai tersendiri. Dianggap sebagai barang ± barang antik dan merupakan harta karun karena barang ± barang tersebut tidak pernah dijual dan hanya diperoleh dari hasil peninggalan. Gambar: Tin (Antin) Gambar: Haban (Manik) Gambar: Haban (Manik) Gambar: Heger dan Timponan Peninggalan ± peninggalan tersebut merupakan bahan Gambar: Beberapa peninggalan lainnya ± bahan kelengkapan busana dalam menghiasi tubuh ketika menghadiri upacara ± upacara terhormat. Pada waktu ± waktu terdahulu, bagi Suku Maybrat, Imian dan Sawiat, orang ± orang yang berhak masuk dalam Rumah suci atau sekolah tradisional wiyon-wofle pada zaman itu, baik seorang Guru besar (kepala sekolah -pendeta) ³raa bam ± na tmah´, guru bantu ³Raa Wyion - Na wofle´ maupun Hamah Sagrim 91 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT seorang murid yang baru menamatkan belajarnya ³wyion tna - na wofle´, diharuskan untuk mengenakan pusaka ± pusaka tersebut sebagai busana atau pakaian. Untuk seorang murid yang telah berhasil dari pendidikan tradisional tersebut, sebelum meninggalkan ruang sekolah, ia dipakaikan pakaian ± pakaian khusus yang menandakan bahwa ia telah lulus atau dalam kepercayaan orang Maybrat, Imian dan Sawiat ia adalah orang suci (Raa Wiyon-Na wofle), karena ketika seorang anak yang disekolahkan disana, ia diharuskan untuk berpuasa dan makanannya hanyalah sebongkahan keladi (ketala) dan minumannya adalah pucuk tebu yang paling muda. Aturan makannya adalah sehari sekali dan itupun bilamana diperbolehkan oleh seorang guru besar. Selain murid berpuasa, dari seorang keluarganya harus berpuasa juga, misalnya seorang ayah, ibu, atau keluarga dekat yang diutus untuk berpuasa selama demu keselamatan anak mereka selama mengikuti pendidikan. Kadang dibagi untuk seorang laki-laki atau perempuan berpuasa makan dan seorang laki-laki atau perempuan lagi berpuasa air minum. Kepercayaan akan pendidikan tradisional itu tidak lain adalah didikan tentang theology natural yang disebut wiyon-wofle, yang mana didalamnya diajarkan suatu kepercayaan tradisional yang penuh dengan kekuatan ghaib, dan untuk memperoleh kekuatan ± kekuatan tersebut, seorang murid diharuskan untuk meninggalkan dan melepaskan segala sesuatu yang berkaitan dengan pemikiran ± pemikiran yang jahat, pemikiran akan hal ± hal lampau yang pernah ia laluinya, melepaskan diri dari kedagingan (keduniawian) fana dan sepenuhnya bersedia untuk menyerahkan dirinya secar bersih untuk dididik. Dengan demikian, maka murid tersebut menjadi murid yang suci dan yang paling termulia kelak. Begitulah perkenalan singkat tentang sejarah perkembangan arsitektur tradisional Maybrat Imian Sawiat yang disebut µHalit-mbol¶. 2. Perkembangan Rumah Tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat Perubahan dalam bentuk arsitektur rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, terjadi karena perkembangan, bentuk arsitektur ini tidak ditemukan seketika, namun terbentuk melalui suatu proses. Yaitu ; proses mencoba (trial and error) yang mana merupakan bentuk intervensi manusia dalam suatu waktu yang cukup panjang. Oleh karena kompleksitas linear dengan waktu, maka dalam perkembangannya terjadi interaksi yang berkelanjutan antara rancangan yang tumbuh (growing design) dan lingkungan. Adapun analisa perkembangan rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, sebagai berikut : 1. Tempat pertama orang Maybrat Imian Sawiat dan manusia umumnya berlindung dari kondisi iklim dan gangguan binatang buas yaitu pohon. Hamah Sagrim 92 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT 2. Sama dengan diatas, Gua digunakan sebagai tempat untuk berlindung dari gangguan alam luar. 3. Perkembangan selanjutnya adalah mulai dikenalnya suatu konstruksi kaku dari ranting ± ranting kayu yang membentuk suatu rumah atau shelter/tenda. 4. Perkembangan berikutnya dengan meninggalkan bangunan rumah panggung untuk keamanan diri dari binatan dan juga dari musuh serta kenyamanan kelembaban. 5. Bentuk berikutnya masih menyerupai bentuk sebelumnya, peningkatan kualitas dan variasi elemen bangunan. 6. Bentuk yang mengikuti perkembangan dan kecanggihan. Skematik Perkembangan Bentuk Rumah namun ditambah dengan Gambar: Manusia dan Pohon Gambar: Manusia dan Gua Gambar: Manusia dan shelter Radiasi matahari+hujan dengan alang-alang/dedaunan Gambar: Hunian panggung dengan pembayangan tanpa dinding Gambar: Penghambatan panas dengan ruang udara dan pembayangan Gambar: Penghambatan panas tanpa bayangan Faktor ± faktor yang mempengaruhi rumah tinggal Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat (halit-mbol khalit) yaitu : 1. Pengaruh iklim terhadap ciptaan bangunan. 2. Pengruh situasi lingkungan berkaitan dengan ancaman baik hewan dan manusia. 3. Larangan religi yang ditemukan pada elemen ± elemen dan ruang-ruang tertentu. Hamah Sagrim 93 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT 4. Simbolisasi kegunaannya, bahan : konstruksi dan teknologi sebagai faktor pengubah, tidak menentukan bentuk arsitektur tradisional mula-mula. 5. Perekonomian tidak mempunyai dampak yang menentukan bentuk rumah 6. Pengaruh agama terhadap bentuk, rancangan, tujuan dan orientasi, khususnya rumah suci atau rumah sekolah tradisional k¶wiyon-mbol wofle - tabernakel. Wujud dan struktur rumah Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat merupakan bangunan tradisional yang mana dapat dipakai sebagai cermin akan tingkat teknologi, cermin akan gaya hidup (wav of life) serta nilai ± nilai Masyarakat Maybrat Imian Sawiat. Rumah tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat baik struktur maupun bahan lainya menunjukkan kondisi lingkungan serta bahan seperti bangunan rumah dari kayu, bambu, dan gaba ± gaba. Bahan ± bahan ini membatasi fariasi bentuk atau struktur bangunan, terutama bila dikerjakan dengan teknologi sederhana. Orang ± orang di wilayah Maybrat Imian Sawiat Kabupaten Sorong Selatan dan Kabupaten Maybrat yang juga termasuk dalam hutan tropis, hanya berpikir membuat atap rumah agar memperlancar jatuhnya air hujan dan sebagai penghambat sinar matahari. Demikian juga ditemukan di daerah rawa ± rawa atau perairan (pesisir) yang juga mendirikan rumah dengan kecenderungan menggunakan tiang pancang yang tinggi agar menghindar dari pasang surutnya air payau (air laut). b. Arsitektur Rumah Tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat Rumah tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat merupakan salah satu Rumah Tinggal tradisional yang ada di Indonesia. Rumah Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat adalah sebuah bangunan rumah panggung dari tiang ± tiang kayu yang ukurannya panjang. Tiang yang dipergunakan adalah kayu yang dikategorikan sebagai jenis kayu yang kuat pada daerah tropis, yang mana disambung dari satu struktur ke struktur yang lain dengan saling berkaitan serta berpegangan kuat sehingga membentuk rumah. Dari segi organisasi ruang, rumah tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat dibagi dalam dua bagian utama yaitu : Isit (teras) dan Samu Mato (ruang dalam/interior). Sedangkan untuk K¶wiyon-bol wofle (Rumah Suci/Sekolah/kemah) memiliki : Bohra mne atau disebut kre finya (Halaman Luar), kre ra sme (Ruang Suci), dan samu mato ro mbaouw toni (Ruang Maha Suci). Hamah Sagrim 94 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Bentuk asli rumah tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat Terdiri dari tiga bagian struktur yaitu : bagian kaki, bagian badan dan bagian kepala. Bagian kaki adalah Hafot ± Sur (Koloum - Tiang) dan Barit (tangga). Bagian badan adalah samu mato (ruang dalam/interior) sebagai ruang aktifitas, kriras (dinding). Bagian kepala adalah afi (Atap). Koloum berbentuk segi empat dan ada pula yang berbentuk bulat. Tiang berbentuk bulat. Koloum dan tiang bertumpu langsung pada tanah untuk rumah gantung yang dibangun pada permukaan tanah, sedangkan tiang bertumpu pada badan pohon, bagi rumah gantung atau rumah pohon yang di bangun diatas pohon rindang. Bagian kepala atau atap umumnya berbentuk pelana, dengan kemiringan 45° dengan sudut jatuh atap menutup dinding bangunan. Pada ujung atapnya dibiarkan ukuran kayu yang kelebihan sebagai penggantungan rahang Babi atau rusa, yang mana rahang-rahang ini sebagai sebuah simbol yang menunjukkan kemampuan berburu seorang laki ± laki. Dalam aliran membangun rumah, bentuk bangunan dalam strata/kasta tidak ditonjolkan. Rumah tradisional Maybrat Imian Sawiat tidak memiliki jendela, namun untuk penghawaan dalam ruang, Orang ± Orang Maybrat Imian Sawiat cenderung membuat ukuran ventilase/kisi ± kisi sangat besar tanpa ditutup sehingga udara yang masuk mampu memberi hawa kenyamanan udara yang baik. Masyarakat Maybrat Imian Sawiat mendirikan rumah dengan tidak adanya ukuran namun dengan metode memperkirakan yang mana disesuaikan dengan ukuran bahan ± bahan bangunan seperti kayu. Baik dinding, tangga, bahkan ukuran tinggi bangunan sedangkan atap diukur dengan bentuk pola Daun dan Swastika. Ukuran daun dan swastika ini dikenal oleh penduduk di tionghoa yang dalam bahasa Tionghoa dikenal dengan Banji. Pada jaman perunggu Eropa Barat juga dikenal Swastika sebagai lambang peredaran bintang utamanya matahari dan digambarkan sebagai lambang pembawa tuan. Perkembangan bentuk rumah tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat mengalami empat tingkatan / fase yaitu : Hamah Sagrim 95 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT 1. Fase Pertama, mereka hanya bertempat tinggal di Bandar pohon (ara mair) dan gua ± gua (isra). Adakalanya gua ± gua tersebut sebagai tempat tinggal dalam waktu yang begitu lama dan adakalanya hanya sebagai perjalanan tempat jauh persinggahan maupun dalam dalam Gambar: Gua sebagai tempat hunian mula-mula orang maybrat, imian, sawiat, Papua Gambar: Bandar pohon sebagai tempat hunian mula-mula menyelesaikan pekerjaan seperti berkebun, dan berburu. Hingga abad ke-19 tempattempat ini sangat berguna, kadang sampai pada waktu saat ini gua - gua dan bandar - bandar kayu atau pohon - pohon masih sering digunakan sebagai tempat persinggahan sementara orang Maybrat, Imian, Sawiat, dalam perjalanan jauh mereka. Misalnya dalam perjalanan jarak tempuh dengan waktu 2 hari berjalan, maka mereka harus bermalam di perjalanan. 2. Fase Kedua, mereka mulai mendirikan rumah tempat tinggal yang berukuran tinggi maupun diatas pohon ± pohon besar guna menghindari bahaya dari binatang buas, dan musuh. Pada fase ini mereka sudah tentang dan Gambar: Rumah pertama orang Maybrat, imian, sawiat yang dibangun dengan tumpuan diatas pohon (halit myi-mbol ara) Gambar: Bentuk rumah pertama orang Maybrat, Imian, Sawiat, Papua yang dibangun dengan tumpuan diatas permukaan tana (halit myi-mbol halit) memikirkan keselamatan kenyamanan diri. Hamah Sagrim 96 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT 3. 3. Fase Ketiga, pada fase ini mereka sudah mengalami kemajuan, dan dapat dikatakan sebagai fase pendekatan kearah semi moderen. Bentuk rumahnya ada yang menyamai rumah moderen yang ada, bila dilihat dari segi modelnya, namun masih dengan bahan ± bahan alami. 4. 4. Fase Keempat, pada fase ini merupakan fase yang Gambar: Rumah tinggal semi moderen sudah dipengaruhi oleh moderenisasi dan teknologi . Perabot sudah serba moderen, dan perdagangan sudah sangat meluas menelusuri dan menyusup masuk ke seluruh perkampungan Maybrat Imian Sawiat di wilayah Maybrat Province Papua, dan manusianya Kabupaten Sorong Selatan dan Kabupaten sudah menjadi orang-orang yang berhasil. Bagi masyarakat Maybrat Imian Sawiat, pendidikan sangat penting bagi mereka, karena pendidikan menandakan bahwa masa depan itu ada. Pembangunan rumah tinggal suku Maybrat Imian Sawiat ini tidak lepas dari budaya yang berkembang di Masyarakatnya. Sebagai Masyarakat yang asal usulnya dikenal dengan manusia Nelayan, Petani dan Pemburu, maka tak herang kalau mereka mengenal budaya Appabolang. Appabolang itu sendiri adalah faktor ± faktor yang menjadi pertimbangan Masyarakat Suku Maybrat, Imian, Sawiat, untuk mendirikan rumah. Faktor ± faktor tersebut adalah Pola hidup, mata pencaharian, pengetahuan akan lingkungan alam, Agama dan kepercayaan. Sampai sekarang pola rumah ini cenderung tetap bertahan, namun adanya keraguan akan keeksistensiannya hingga tahun 2025, karena suku Maybrat, Imian, Sawiat, cenderung mengembangkan arsitektur barat ketimbang arsitektur tradisional mereka, walau sebagai masyarakat petani dan pemburu yang masih lekat dengan kebudayaan mereka yang pasti dalam mempertahankan nilai ± nilai dan bentuk ± bentuk tradisionalnya, karena secara keseluruhan masyarakat, alam dan bangunan telah menyatu dalam nilai budaya yang utuh namun hanya sebatas mengetahui, karena hingga kini kecenderungan orang Maybrat Imian Sawiat dalam mengembang moderenkan arsitektur tradisional mereka tidak terlihat (kurang adanya pengeksplorasian). Perlu diketahui bahwa perumahan suku Maybrat Imian Sawit ini berada di wilayah alam hutan dengan kondisi alam yang sangat keras. Dalam hal ini dapat digambarkan bahwa alam Papua umumnya dan alam sekitar perumahan suku Maybrat Imian Sawiat dikenal dengan alam yang penuh dengan gunung - gunung, lembah, tebing terjal, hutan, semak belukar dan lereng perbukitan. Hal ini akan menjadi tantangan bagi rumah yang berhubungan langsung Hamah Sagrim 97 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT dengan alam homogen untuk tetap bertahan, karena disamping menyesuaikan diri dengan pengaruh alam sekitar, juga masalah kelembaban yang ditimbulkan dari alam. Kencangnya angin yang bertiup dari daratan pada malam hari dapat merubah suhu udara menjadi sangat dingin dan curah hujan didaerah ini terjadi sepanjang tahun. Hal ini tentunya mendatangkan masalah tersendiri yang sangat penting untuk diperhatikan bagi para petani yang berkebun dan pemburu. Keberhasilan atau kelanggengan perumahan ini untuk tetap bertahan hingga kini, berarti membuktikan bahwa keterujiannya untuk mengantisipasi kondisi iklim lingkungannya. Ketangguhan rumah tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat beserta nilai ± nilai budaya masyarakatnya terhadap pengaruh iklim lingkungannya hingga kenyamanan thermal dalam ruang dan keselamatan dari serangan ± serangan dapat tercapai, hingga terasa perlu untuk dipertahankan dan menarik untuk ditulis. B.3. Pola Hunian Ada tiga macam pola hunian yang popular di gunakan dalam penataan suatu hunian kota (urban space) yaitu; pola linear, grid dan polar. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, cenderung mengembangkan pola hunian memanjang (polar) yang mana cenderung mengikuti jalan, aliran sungai, pesisir pantai dan lereng perbukitan. 1. Pola Hunian Wilayah Pesisir Pola hunian di lingkungan pesisir ini berada pada pantai yang cukup terlindungi dari gelombang, Karena daerah hunian terlindungi dari teluk ± teluk dan kepulauan sebagai penahan gelombang laut. Tata letak bangunan di daerah pesisir ini, umumnya memanjang sejajar dengan garis pantai, dan terdiri atas beberapa lapisan, baik ke arah darat maupun kearah perairan sesuai dengan jumlah penduduk dan ruang yang tersedia. Pola jejer berlapis disertai jejeran jaringan jalan darat untuk tiap rumah yang berada di jalan itu. Tipologi hunian seperti begini termasuk kategori tipe : the line village. Gambar: Lay Out zonasi dan Visualisasi hunian penduduk daerah pesisir pantai. (Rivers Line Village Communiti). Sumber Hasil Survey Peneliti Hamah Sagrim 98 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Gambar: Over Vew Zonasi dan Vissualisasi Pertapakan hunian wilayah pesisir pantai (Rivers Line Village community ). Sumber hasil survey Peneliti. Pertapakan bangunan hunian rumah pesisir di kelompokkan dalam dua tapakan, yaitu : a. Peralihan tanah darat dan perairan, yaitu: Bangunan rumahnya dipengaruhi oleh pasang surut air laut (payau) dan situasi lingkungan sekitarnya. ³sea Set and withdraw line´. b. Di hamparan tepi pantai, yaitu: Bangunan rumahnya dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan bentuk bangunannya disesuaikan dengan pengalaman warga setempat agar luapan pasang air laut tidak masuk ke dalam rumah. 2. Pengamatan Pengembangan Ruang Publik Ditepi Danau Ayamaru Dari Beberapa Kampung disekitar Danau Melalui Aspek ³Tropis Lembab´. Kata Kunci: Tropis Lembab, Kota Pantai, Kearifan Lokal. Sebagai danau yang di sepanjang sisinya terdapat beberapa perkampungan bahkan 3 distrik yang juga terletak sepanjang terpi danau Ayamaru, yaitu Distrik, Ayamaru, Distrik Aitinyo, dan distrik Ayamaru utara . dengan keberadaan kampung dan distrik-distrik sekitarnya, diharapkan agar mencoba secara kreatif mengekplorasi dan mengekspresikan, potensi, keunikan kawasan danau dalam perencanaan dan perancangan ruang terbuka publik yang sesuai dengan karakteristik iklim tropis lembab. Usaha tersebut, bisa ditiru/dilihat beberapa kawasan pinggiran danau sebagai contoh seperti antara lain di kawasan pesisir Kamali kota Bau Bau Sulawesi Tenggara, pesisir Losari Makassar, pessir di kota Palu dsb. Sehingga kawasan tersebut merupakan magnet yang dapat menarik perhatian masyarakat untuk datang dan melaksanakan berbagai aktivitas rekreasi. Kawasan pesisir Danau Ayamaru tersebut bisa di ciplak sekaligus menjadi Landmark Hamah Sagrim 99 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT kota. karena pada Dana Ayamaru, potensi kawasan pesisir belum di ekplorasi dengan maksimal. Sehingga perlu adanya pengungkapan strategi khusus untuk mengembangkan kawasan pesisir Danau Ayamaru, sebagai ruang terbuka publik sesuai dengan potensi fisik, sosial, ekonomi serta kondisi iklim tropis lembab. Usaha yang dapat dilakukan antara lain melaksanakan analisis sekitar kawasan Danau Ayamaru secara komprehensif, mengembangkan infrastructur yang memadai, mensinergikan elemen landskap baik soft maupun hard material, mengangkat nilai nilai kearifan lokal yang ada. Nilai nilai kearifan lokal dapat berupa karakteristik arsitektur setempat, tradisi masyarakat dalam mengantisipasi permasalahan dan memanfaatkan potensi iklim tropis lembab. yang dapat di ekspresikan sebagai citra kawasan. Realisasi perencanaan dan perancangan ruang publik secara ekspresif dan kreatif di sekitar pesisir Danau Ayamaru, dapat memberikan kontribusi yang sangat positif bagi perwujudan Distrik Ayamaru yang tergolongkan sebagai kota tropis yang asri. Pada dasarnya semua kota, Distrik, atau Kampung, yang bagian tepinya berbatasan langsung dengan perairan seperti; sungai danau dan laut memiliki potensi menjadi waterfront city. Namun predikat ini secara faktual tidak begitu saja dapat diberikan. Beberapa kota di Indonesia saat ini belum maksimal mengeksplorasi dan mengeksploitasi potensinya sebagai waterfront city. Bahkan ada lahan pada kawasan tepian yang berbatasan dengan wilayah air diberikan hak pengelolaannya pada hotel atau perorangan sehingga wilayah antara daratan dan perairan tersebut tidak bersifat publik melainkan eksklusif untuk masyarakat tertentu. Sebagai negara bahari beberapa kota pantai di Indonesia menyadari pentingnya untuk memperhatikan perencanaan sebagai waterfront city. Apalagi mengingat wajah Distrik Ayamaru acapkali justru terlihat dari wilayah Danau saat pengunjung datang melalui Darat dan Udara. Elemen untuk kesuksesan ³project waterfront city ³menurut Torre.1989. adalah: Thema, image, Authenticity, Function, Publicperception of need, Financial feasibility, environmental approvals, construction technology, Effective management. Disamping elemen tersebut dalam pembahasan ini pengamatan diutamakan pada penyesuaian dengan iklim Lokasi (iklim di Wilayah Distik Ayamaru) yang merupakan iklim tropis lembab. Hamah Sagrim 100 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT a) Karakteristik Kota Pesisir Ditinjau Dari Aspek Iklim Tropis Lembab. Daerah dengan iklim tropis dibentuk oleh garis isotherm berdasarkan kondisi temperatur udara rata rata tahunan 200 C. Sedangkan wilayah khusus ´tropis lembab´ secara kasar terbentuk antara garis lintang utara 150 dan garis lintang selatan 150. Kekayaan vegetasi di daerah tropis lembab merupakan fenomena alam yang luar biasa. didaerah tropis lembab, kondisi vegetasi konstan sepanjang masa dan dapat tumbuh dimana - mana. Di tepi pantai bahkan di tepi lautpun dapat tumbuh tanaman; antara lain: Bakau (Rhizopora apiculata; Bruguiera sp). Api-api (Avicennia lanata), atau bermacammacam variasi vegetasi pepohonan yang banyak tumbuh di pesisir Danau Ayamaru merupakan kekayaan alam tersedia. Fungsi tanaman di daerah pesisir Danau Ayamaru lain untuk perlindungan terhadap panas terik matahari. Selain itu untuk memproduksi O2, mengurangi debu yang meliputi kota (urban dust dome), mengurangi panas lingkungan (untuk foto sintesa menyerap panas matahari 1%, pohon berdaun lebat dapat merefleksikan panas matahari sampai 75%) Dalam kaitannya dengan ruang publik vegetasi memiliki berbagai fungsi antara lain untuk keindahan dan kenyamanan. b) Kearifan Lokal Karakteristik arsitektur yang berakar dari budaya setempat dapat diangkat eksistensinya pada perencanaan ruang terbuka publik di pesisir Danau Ayamaru. Terutama yang berkaitan dengan antisipasi terhadap permasalahan iklim tropis lembab. Misal bentuk dan bahan bangunan arsitektur tradisional Halit-mbol chalit yang secara evolusi sudah merespon permasalahan seperti menahan panas terik matahari, perlindungan air hujan, optimalisasi penghawaan alami, pemanfaatan sumber daya alam dari lingkungan sekitar obyek. Simbol karakter yang termasuk dalam arsitektur semiotik serta legenda yang ada pada lingkungan setempat dapat pula diangkat dan divisualisasikan pada ruang terbuka publik. Kearifan lokal dapat menciptakan citra, ciri khas, keaslian, kesesuaian dengan lingkungan fisik dan sosial. Kearifan lokal dapat pula berupa kebiasaan masyarakat Maybrat dalam kehidupan sehari hari antara lain sebagai masyarakat nelayan dengan sistem penataan lingkungan pantai Hamah Sagrim 101 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT yang dilaksanakan berdasarkan kearifan yang diturunkan dari leluhur mereka. Acapkali perpaduan antara tradisi sebagai kearifan lokal dengan sistem perencanaan lingkungan berdasarkan keperluan masyarakat modern dapat dipadukan dengan harmonis. c) Ruang Publik Pesisir Danau Ayamaru di Distrik Ayamaru Kondisi pesisir danau di distirik Ayamaru dengan danau yang jernih dan memiliki tempat-tempat rekreasi merupakan kondisi geologis daratan pantai yang relatif stabil, merupakan potensi alam yang sangat menunjang untuk dikembangkan. Demikian pula Pesisir Danau Ayamaru di sekitar beberapa kampung dan dua distrik lainnya. Saat ini kawasan pesisir Danau Ayamaru di Distrik Ayamaru merupakan bagian wilayah Ayamaru yang bisa dijadikan berfungsi sebagai magnet untuk menarik pengunjung dari dalam dan luar kota. Pesisir Danau di kota kota tersebut bisa berfungsi sebagai ruang terbuka publik. Hanya saja kondisi dan situasi sarana dan prasarananya dan respon terhadap kondisi tropis lembab sangat beragam masing masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Pengadaan ruang terbuka publik merupakan tanggung jawab pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan pada masyarakat dan untuk meningkatkan kualitas kehidupan perkotaan. Penanganan Pesisir kota yang berbatasan Danau itu rata - rata belum menonjol dibandingkan dengan kota kota di pulau Sumatera, Kalimantan dan Jawa. d) Kesimpulan. Citra kota Pesisir sangat ditentukan oleh berbagai aspek yang berkaitan dengan daerah daratan Distrik Ayamaru yang berbatasan dengan Danau Ayamaru. Dipandang dari arah Danau, Udara dan bagian-bag tertentu daratan Ayamaru, maka bagian kota Ayamaru yang berbatasan dengan pesisir Danau Ayamaru diibaratkan sebagai wajah kota atau etalase kota. Perpaduan antara Danau dan daratan merupakan potensi alam yang harus diperhatikan dan diutamakan dalam penataan dan pengembangannya baik dari segi fisik, sosial dan ekonomi. Berdasarkan pengamatan dan analisis dari berbagai kota pesisir Danau seperti Tangkubang Perahu, dan Sungai Musi di pontianak Kalimantan yang di sebut juga dengan nama lain Seribu Satu Sungai, ditarik kesimpulan bahwa berbagai aktifitas dapat dilaksanakan pada kawasan pesisir Danau Ayamaru, antara lain: Aktifitas masyarakat Nelayan dalam bermukim, mencari ikan dan menjual hasil tangkapan ikan, membuat perahu dsb. Dermaga, penumpang, rekreasi. Kendaraan yang berjalan melalui jalan dipinggir pantai akan Hamah Sagrim 102 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT mendapatkan pemandangan yang indah ³scenic beauty´. Konservasi tanaman Danau yang dapat mendukung karakteristik Pesisir Danau antara lain Pepohonan. Berbagai macam macam aktifitas yang berlangsung di pesisir Danau harus dikaitkan dengan kondisi lingkungan alam di sekitar Danau Ayamaru dan iklim tropis lembab, kebutuhan masyarakat serta kemampuan pemerintah daerah setempat. Beberapa pengelola Kabupaten Sorong Selatan masih belum mengutamakan pembangunan di kawasan Pesisir Danau Ayamaru, sehingga wilayah pesisir danau di distrik Ayamaru masih dimanfaatkan untuk keperluan permukiman nelayan . Kondisi Pesisir Danau Ayamaru, masih didominir pohon liar dengan varietas jenis yang bermacam-macam sehingga sebagian masih nampak alami dan pemanfaatan Pesisir Danau dalam kota untuk permukiman nelayan, belum ada pengembangan yang memadai untuk rekreasi, namun kondisi tersebut ternyata masih dapat menarik minat warga untuk datang ke pesisir Danau Ayamaru seperti Framu, Korom, Ela, Semtu, dll. daya tarik tersebut akan semakin kuat apabila ada pengembangan dengan perencanaan dan perancangan yang khusus. Pesisir Danau Di distrik Ayamaru memiliki landskap alam yang sangat mempesona sehingga kondisi alam tersebut sudah bisa merupakan daya tarik yang luar biasa, apabila diadakan peningkatan kualitas lingkungan dengan sarana dan prasarana yang memadai maka kondisi lingkungan akan semakin menarik. Bila ditata dengan baik, pesisir Danau Ayamaru dimalam hari akan sangat indah karena bentuk pantai seperti huruf O dengan teluk yang luas terlebih bila dengan adanya jembatan dari kampung yang satu menuju kampung lain yang berdekatan di sekitar pesisir Danau. Yang dapat dilihat dari segala penjuru pesisir. Telah terdapat sarana dan prasarana berupa kios di Setiap Kampung-kampung dan Distrik-distrik. Kelebihan dan kekurangan dari masing - masing pesisir Danau pada beberapa kota seperti Tangkubang Perahu, dan Sungai Musi di Kalimantan, dapat menjadi masukan bagi Distrik Ayamaru. Mengutamakan perencanaan berdasarkan aspek iklim tropis lembab antara lain memperhatikan vegetasi di daratan maupun ditepi danau pepohonan memperhatikan fasilitas peneduh dan kearifan lokal yang sesuai untuk mengantisipasi permasalahan iklim tropis lembab seperti intensitas matahari, curah hujan yang tinggi dsb. Memanfatkan semaksimal mungkin potensi di daerah tropis lembab antara lain aneka flora dan fauna. Hamah Sagrim 103 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Sehingga perencanaan waterfront city harus memperhatikan pula konsep bio climatic design. Pertapakan bangunan hunian rumah pesisir di kelompokkan dalam yaitu : c. Peralihan tanah darat dan perairan Bangunan rumahnya dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan situasi lingkungan sekitarnya. d. Di hamparan tepi pantai, Bangunan rumahnya dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan bentuk bangunannya disesuaikan dengan pengalaman warga setempat agar luapan pasang air laut tidak masuk ke dalam rumah. 3. Pola Hunian Wilayah Daratan Pusat permukiman di daratan wilayah Maybrat Imian Sawiat ini berada pada lereng perbukitan yang cenderung menjulang dengan hamparan bangunan yang cenderung mengikuti jalan. Tata letak perkampungan di wilayah daratan ini, umumnya mengikuti jalanan dan lereng perbukitan yang mana terlihat layak untuk didirikan bangunan dan perhunian. Pertapakan bangunan rumah masyarakat Maybrat Imian Sawiat wilayah daratan ini dikelompokan dalam tiga kategori yaitu : a. Di tanah darat Bangunan rumahnya tidak dipengaruhi, atau merupakan pola hunian yang sudah berkembang moderen. b. Peralihan tanah darat Bangunan rumahnya dipengaruhi oleh lereng perbukitan yang menjulang c. Di hamparan Jalan Bangunan rumahnya dipengaruhi oleh alur jalan dan bentuk bangunannya disesuaikan dengan perkembangan tata ruang. Hamah Sagrim 104 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Gambar: Lay Out zonasi pertapakan Pola Hunian wilayah Pegunungan dengan mengikuti lereng gunung (lay out valley line village community). Sumber hasil analisis Peneliti Gambar: Over Vew Pertapakan pola hunian penduduk wilayah pegunungan dengan megikuti lereng gunung (over vew line valley village community). Sumber hasil analisis Peneliti 4. Jaringan Pergerakan Prasarana perhubungan utama Warga Maybrat Imian Sawiat adalah Jalan setapak, Kendaraan roda empat (angkutan pedesaan), kendaraan roda dua (ojek), Pesawat, Kapal Laut, dan perahu sampang. Lihat gambar jenis-jenis perahu yang digunakan sebagai transportasi diwilayah pesisir adalah sebagai berikut: Gambar: jenis perahu sampan dengan seman, dan perahu kajang sebagai transportasi daerah pesisir. Sumber dokumentasi peneliti Pengetahuan atau konsepsi Suku Maybrat Imian Sawiat yang berkaitan dengan daratan dan perairan adalah sebagai sarana kehidupan dan perhubungan bahkan sebagai ruang produksi. B.4. Kondisi Hunian 1. Kondisi Fisik Lahan Secara umum, struktur tanah di Distrik Ayamaru, Aitinyo, Aifat, Kabupaten Maybrat, Sawiat dan Teminabuan Kabupaten Sorong Selatan, terdiri dari beberapa jenis antara lain; jenis Hamah Sagrim 105 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT alluvial, mediterania, padzoik, latosol, organosol, litosol dan gambut. Sedangkan jenis tanah yang ada secara umum antara lain tanah kemerahan, tanah endapan alluvial, dan tanah alluvial muda. 2. Kondisi Permukiman Pusat permukiman di wilayah Maybrat Imian Sawiat berada pada lingkungan dataran rendah (Pesisir pantai), dataran datar (daratan datar), dataran Tinggi (pegunungan) yang disebut Plato Ayamaru. Tata letak perkampungan di Wilayah, Maybrat, Imian Sawiat, umumnya memanjang sejajar (polar) ada yang mengikuti Jalan, sungai, dan alur perbukitan dan gunung. Bentuk permukiman Masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, dikenal dengan permukiman Marga atau Keret ± klen dan berkembang menjadi komplek. Yang mana bila disatu marga keluarga yang tinggal di salah satu sudut kampung disana akan berkumpul keluarga dan marga atau keret yang sama. Permukaan perkampungan wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, berupa banguan panggung dengan bahan konstruksi utama kayu sebagai struktur utama dan rotan sebagai pengikat. Umumnya masyarakat di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, mengenal jenis kayu yang daya tahannya cukup besar baik terhadap pengaruh air laut dan daratan. Biasanya untuk kayu yang mempunyai kualitas terbaik, digunakan pada bangunan yang sering terrendam air, khusus untuk bangunan pada areal pesisir dan untuk jenis kayu pada daerah daratan adalah kayu yang daya tahannya kuat terhadap rayap (fom). Orang Maybrat, Imian, Sawiat, sangat jeli dalam memilih bahan-bahan karena kekuatan suatu bangunan dipengaruhi oleh jenis ± jenis kayu yang digunakan dalam mendirikan suatu bangunan rumah hunian tersebut. Untuk matahari, dinding umumnya menggunakan kayu, gaba ± gaba, dan kulit kayu. Untuk lantai umumnya memakai gagar dan palem. Sedangkan untuk material atap rumah, sesuai dengan sumber daya alam setempat adalah dedaunan yang dianyam/diraut atau diramu menjadi atap, yaitu seperti daun sagu, daun tikar (pandanus), dan daun nipa. Selain mudah didapat, lebih tahan terhadap pengaruh iklim sekitar dan dapat meredam panas matahari sehingga ruang dalam rumah tetap sejuk. Sebaliknya atap seng menurut pengalaman mereka, selain mahal juga mudah berkarat dan ruang dalam rumah lebih panas pada siang hari. Sungguhpun demikian, cukup banyak rumah telah beratap seng. Tampaknya penggunaan bahan ini lebih mencerminkan kemampuan ekonomi pemilik rumah bersangkutan. Hamah Sagrim 106 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Secara sederhana Suku Maybrat, Imian, Sawiat, adalah merupakan masyarakat yang mendiami daerah pesisir dan pegunungan yang berkumpul sekelompok orang yang kehidupan mereka tergantung pada laut bagi kelompok yang mendiami daerah pesisir, dan tergantung pada pertanian bagi kelompok yang mendiami daerah pegunungan. Yang mana terungkap bahwa Suku Maybrat, Imian, Sawiat, berada dalam kehidupan budaya bertani dan nelayan atau kehidupan yang mendapatkan inspirasi dan kreativitas dari suasana lautan dan daratan. Pengetahuan atau konsepsi Suku Maybrat, Imian, Sawiat, yang berkaitan dengan daratan dan perairan adalah sebagai sarana kehidupan dan perhubungan bahkan sebagai ruang produksi, yang keduanya akan diuraikan sebagai berikut : a. Peranan Laut sebagai Prasarana Perhubungan Pesisir Hubungan antar tempat dipantai lebih lancar daripada hubungan antar pantai dengan pedalaman darat di zaman kuno, bahkan bagi Suku Maybrat, Imian, Sawiat, masih nampak yang mana permukiman penduduk mereka pada mulanya berada di pantai, dan perairan laut yang telah memperoleh peran sebagai prasarana perhubungan, sebagai gerak - gerik laut telah menjadi pengetahuan warga yang menggunakannya. Pengetahuan diturunkan dari generasi ke generasi baik melalui ajaran maupun melalui semacam permagangan. Contoh pemagangan adalah orang tua mengajak anaknya untuk melaut atau orang tua mengajak anaknya untuk berkebun dan berburu. Pengetahuan Suku Maybrat, Imian, Sawiat, tersebut diatas ada yang langsung dan ada yang tidak langsung mengenai perairan laut. Pengetahuan langsung, antara lain berkenaan dengan pasang surut, arus, gelombang, dan kedalaman. Pengetahuan tidak langsung adalah gejala diluar perairan laut, tetapi diketahui dan disadari dapat mempengaruhi gerak - gerik laut, seperti per-awanan, angin, kedudukan bulan dan bintang. Pengetahuan itu mereka gunakan benar ± benar dengan maksud menyelesaikan pelayaran dengan selamat dan cepat. Mereka mampu antara lain mengubah arah dalam penggalan ± penggalan pelayaran mereka sesuai dengan jenis alat angkut yang mereka gunakan dengan kondisi perairan. b. Peranan Daratan Sebagai Areal Kehidupan Walau diketahui peran laut sebagai prasarana daerah pesisir yang lebih lancar, namun orang ± orang Maybrat, Imian, Sawiat, juga membutuhkan daratan sebagai areal kehidupan. Daratan sebagai areal kehidupan yang mana menyediakan bahan hasil perkebunan. Karena Hamah Sagrim 107 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT walaupun mereka yang hidupnya di daerah pesisir yang mata pencahariannya adalah nelayan namun membutuhkan makanan berat seperti keladi, petatas, sagu dll. Daratan merupakan tempat bercocok tanam bagi Suku Maybrat, Imian, Sawiat, walau ia seorang nelayan sekalipun. c. Daratan dan Laut Sebagai Ruang Produksi Penggunaan daratan dan laut sebagai ruang produksi sudah sejak zaman kuno dikenal oleh Suku Maybrat, Imian, Sawiat, baik yang sebagai petani bahkan nelayan. Bagi para nelayan sering mengembara jauh dari permukimannya. Jangkauan jauh seperti ini antara lain dituntun oleh pengalaman para pelaut berpengalaman tentang musim ± musim penangkapan ikan tertentu dikawasan tertentu. Bagi para petani, untuk mencapai suatu lahan terluas dalam berkebun, membutuhkan tenaga dan energi yang semangat, petani sering bekerja dengan kerajinan dan tenaga yang ia miliki. Bagi seorang calon petani hendaknya diajari tentang bagaimana memegang alat ± alat kerja, karena jika sudah berpengalaman, maka ia akan sebagai orang yang berhasil dalam memprodusksikan hasil pertanian yang berlimpah. Kehidupan Suku Maybrat, Imian, Sawiat, yang berprofesi sebagai nelayan umumnya terisolasi dari kehidupan masyarakat didaratan. Namun demikian masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, pada umumnya antara nelayan dan non nelayan hidup dalam satu wilayah kampung, namun ada kecenderungan pengelompokan permukiman menurut marga atau keret-klen (familly) dan jenis pekerjaan mereka. Pergaulan para nelayan penangkap ikan cenderung terbatas dengan persediaan logistik. Pola makan para nelayan biasanya sangat sederhana, karena mereka terbiasa dengan persediaan logistik terbatas ketika mereka berlayar bila dibanding dengan pola makan para petani yang biasanya sangat banyak akan makanannya. d. Mata Pencaharian Salah satu sistem budaya appabolang yang mempengaruhi bentuk rumah tinggal Suku Maybrat, Imian, Sawiat, adalah mata pencaharian dan situasi lingkungan. Umumnya mata pencaharian yang mendominasi penduduk Maybrat, Imian, Sawiat, adalah Bertani dan Memburu, sedangkan berikutnya adalah nelayan, yang setiap hari waktunya di kebun, hutan dan laut. Untuk petani berkebun, untuk pemburu di hutan untuk memburu Babi, Rusa, Kanguru dan Tikus sedangkan untuk nelayan berada di laut untuk Hamah Sagrim 108 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT mencari ikan dan hasil perikanan lainnya. Sebagai petani, pemburu dan nelayan, hidup merekapun tidak jauh dari hutan dan laut bahkan huniannya berhubungan langsung dengan hutan bagi mereka yang matapencahariannya pemburu dan petani, dan bagi para nelayan huniannya berhubungan dengan laut. Hal ini tercermin pada bentuk tatanan huniannya ke arah laut bagi para nelayan yang berbaris disepanjang garis pantai, begitupun mereka yang di daratan yang mana bangunannya berorientasi pada arah jalan dan berhubungan langsung dengan alam bebas. Bentuk tampilan seperti rumah gantung atau rumah panggung, juga mempunyai hubungan erat dengan mata pencaharian mereka sebagai petani, pemburu dan nelayan. Dapat dilihat pada kolong rumah yang difungsikan sebagai tempat penyimpanan alat ± alat perburuan bagi para petani dan pemburu sedangkan bagi para nelayan dapat dilihat bahwa kolong rumahnya difungsikan sebagai tempat penyimpanan alat ± alat perikanan seperti pukat, jaring dan lain ± lain. Sedangkan bagian hunian yang berada di hamparan air, kolong rumahnya difungsikan sebagai sandaran atau parkiran perahu yang mereka gunakan sebagai alat transportasi. e. Pola Hidup Salah satu sistem budaya appabolang yang mempengaruhi bentuk rumah tinggal Suku Maybrat, Imian, Sawiat, adalah pola hidup. Pola hidup di ekspresikan melalui tingkah laku manusia. Bahwa membangun sebuah rumah merupakan gejala budaya, maka bentuk pengaturan ini dipengaruhi oleh budaya lingkungan pergaulan dimana bangunan itu berada dan bentuk rumah bukan merupakan hasil kekuatan faktor atau faktor tunggal lainnya, tetapi merupakan konsekwensi dan cakupan faktor ± faktor budaya dalam pengertian yang luas. Budaya yang menyangkut perilaku manusia dalam kehidupan keseharian yang mewarnai kehidupan masyarakat Suku Maybrat, Imian, Sawiat, adalah kebiasan masyarakat dalam menampung kayu bakar untuk keperluan masak dan penghangat tubuh. Keperluan akan suhu penghangat tubuh mempengaruhi bentuk dan kemiringan atap rumah tinggal yang cenderung sangat miring hingga bisa menutup dinding. Kebiasaan masyarakat untuk mencuci, mandi, dan buang air didaratan hutan sehingga pada huniannya tidak tersedia KM/WC. Sertamerta perilaku anak- anak dalam bermain seperti kebiasaan bermain di hutan (memburu burung, tikus, babi, rusa dan telor maleo) yang mana dijumpai pada anak ± anak yang hidup di daerah pegunungan sedangkan bagi anak ± Hamah Sagrim 109 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT anak di daerah pesisir pantai dalam bermain kebiasaannya bermain di laut (berenang, menyelam, memancing, mencari kerang dan lain - lain), sehingga mengakibatkan tidak tersediannya open space di darat. Kebiasaan dan perilaku masyarakat tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi bentuk arsitektur di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat. f. Lingkungan Alam Kerasnya lingkungan alam dan situasi kehidupan yang serba saling membunuh (perangperangan), dapat menjadi tantangan utama yang menantang suku Maybra,t Imian, Sawiat, untuk bertahan hidup. Sebagai masyarakat petani di daerah pegunungan yang seluruh hidupnya dihabiskan di kebun dan hutan, dan untuk masyarakt pantai yang menghabiskan hidupnya di laut, suku Maybrat, Imian, Sawiat, mampu mengatasi dan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Untuk merespon keadaan alam dan situasi lingkungannya seperti terpaan gelombang, angin kencang, kelembaban yang tinggi, dan tekanan musuh, masyarakat suku Maybrat, Imian, Sawiat, mengatasi dengan cara dan pengetahuan yang dimiliki oleh mereka. Untuk mengatasi terpaan angin kencang sudah menjadi gejala alam di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat. Untuk mengatasi hal tersebut, suku Maybrat, Imian, Sawiat, membangun rumah dengan konstruksi dari kayu dan antara elemen satu dengan lainnya dikaitkan membentuk suatu struktur yang kaku, namun cukup elastis dan fleksibel, Sehingga apabila terjadi terpaan angin kencang, rumah dengan konstruksi kayu ini tidak akan roboh tapi hanya melenggang saja. Angin kencang yang bertiup dari arah laut pada dini hari dan pagi hari, memaksa warga suku Maybrat, Imian, Sawiat, khusunya dalam peralihan bentuk dan tampilan bangunan yang relatif tertutup. Bukaan ± bukaan dibuat relatif kecil, dan jendela (bukaan) diganti dengan kisi ± kisi untuk penghawaan dalam ruang. Untuk mengatasi kelembaban yang cukup tinggi, berdasarkan pengalaman para warga, membuat tungku api dalam ruang tidur, karena dengan membuat tungku api ruangan tidur maka adanya transformasi panas perapian yang dapat menghangatkan. didalam Hamah Sagrim 110 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT B.5. Geofisik Wilayah a) Aspek geofisik wilayah. 1. Geofisik wilayah pesisir Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara daratan dan laut, dengan batas kearah darat meliputi bagian daratan baik yang kering bahkan yang terendam air, yang masih mendapat pengaruh sifat ± sifat laut dan pegunungan seperti angin, pasang surut laut, perembesan air laut, kekeringan, dan hutan belantara yang mana ciri ± ciri heterogenitas alam masih dipengaruhi oleh alam seperti sedimentasi dan aliran air tawar maupun proses yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran. Dinamika wilayah pesisir secara fisik depengaruhi oleh parameter lingkungan ± lingkungan fisik yang menyebabkan wilayah pesisir terutama berbentuk pantai yang selalu berubah ± ubah sepanjang waktu. Karakteristik wilayah pesisir ini dibentuk oleh parameter lingkungan fisik seperti pasang surut, arus laut, gelombang, angin,salinitasi, suhu dan perubahan muka air. Fenomena ini memberi kekhasan karakteristik pada kawasan pesisir dan laut sehingga menyebabkan terjadinya kondisi fisik perairan yang berbeda ± beda sebagaimana berikut : a. Pasang Surut air laut pasang surut adalah proses naik turunnya muka air laut secara hampir periodik karena gaya tarik benda ± benda angkasa terutama bulan dan matahari. Naik turunya air laut dapat terjadi sekali sehari (pasang ± surut tunggal), atau dua kali sehari (pasang surut ganda), sedangkan pasang surut yang berperilaku diantara keduanya disebut sebagai pasang surut campuran. Para nelayan Suku Maybrat Imian Sawiat Pada wilayah pesisir Teminabuan mengenal adanya pasang surut campuran, condong ke harian ganda (mixed diuarnal tide) terjadi duakali pasang dan duakali surut dalam sehari. Catatan arus pasang surut terkuat pada daerah air laut Kabupaten Sorong Selatan dapat mencapai 1,5 - 2,5 m/detik, pada saat pasang purnama dan dilaut terbuka kekuatan pasang surut kurang dari 1,5 m/detik. b. Gelombang Laut Gelombang ditemukan dipermukaan laut pada umumnya terbentuk karena adanya proses alih energi dari angin ke permukaan laut, atau pada saat ± saat tertentu disebabkan oleh gempa dasar laut. Gelombang ini merambat ke segala arah membawa energi tersebut yang kemudian dilepaskannya ke pantai dalam bentuk hempasan ombak. Rambatan gelombang ini Hamah Sagrim 111 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT dapat menempuh jarak ribuan kilometer sebelum mencapai satu pantai akan mengalami satu pembiasan (refraction), dan akan memusat (comvergence) jika mendekati semenanjung, akan menyebar (divergence) jika menemui cekungan. Disamping itu gelombang yang menuju ke perairan dangkal akan mengalami spilling, plunging, collapsing atau surging. Semua fenomena yang dialami gelombang tersebut pada hakekatnya desebabkan oleh keadaan topografi dasar lautannya (see bottom topography). c. Suhu Air Suhu suatu perairan dipengaruhi oleh radiasi matahari, posisi matahari, letak geografis, musim, kondisi awan, serta proses interaksi antara air dan udara, seperti alih panas (hot), penguapan dan hembusan angin. Suhu air laut di Indonesia secara umum berkisar antara 26 19°c karena perairan Indonesia dipengaruhi angina musim, maka sebaran permukaan lautnya pun mengikuti perubahan musim. Di kawasan pesisir Kabupaten Sorong Selatan, suhu berkisar 28 - 29°c, musim timur berkisar antara 26 - 28°c. d. Angin Angin merupakan parameter lingkungan terpenting sebagai gaya penggerak dari aliran skala besar yang terdapat baik di atmosfer maupun lautan. Gelombang merupakan produk penting yang dihasilkan oleh angin. Demikian juga deretan bukit pasir (sand dones) yang ditemui dipantai ± pantai yang penting bagi perlindungan pantai. Angin merupakan gerakan udara dari tempat bertekanan udara tinggi ketempat yang bertekanan udara rendah. Di wilayah pesisir pantai, angin lokal yang dikenal dengan angin darat dan angin laut kadang dimanfaatkan oleh para nelayan untuk melaut untuk menangkap ikan dan ke darat. Berhembusan angin darat, (dari darat ke laut) pada malam hari dan angin laut (dari laut ke darat) pada siang hari disebabkan oleh perbedaan panas antara daratan dan laut. Pada siang hari permukaan daratan lebih cepat panas akibat udara diatas permukaan daratan menjadi panas dan memuai serta mudah naik keatas. Kekosongan udara didekat daratan akan diisi oleh udara dari laut yang suhunya lebih rendah. Angin laut pada jam 9.00 ± 1.00 pagi, sedangkan angin barat terjadi sekitar jam 17.00 ± 19.00 sore, dengan kekuatan rata ± rata 2,5 ± 3,5 m/detik. Lihat gambar tiupan angin berikut ini: Hamah Sagrim 112 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Pergerakan angin pada malam hari bertiup dari daratan ke laut, atau juga disebut angin gunung yang bertiup pada malam hari, liaht pada gambar disamping Gambar: Angin laut terjadi pada malam hari kanan angin laut Gambar: Angin darat terjadi pada siang hari sedangkan bertiup pada siang hari dari laut ke daratan atau disebut angin laut yang bertiup lihat gambar di sebelah kiri. 2. Geofisik wilayah pegunungan Wilayah daratan adalah daerah yang meliputi daratan kering bahkan yang terrendam air sungai, yang mana mendapat pengaruh sifat ± sifat dataran tinggi seperti angin, curah hujan, panas matahari dan kemiringan lereng perbukitan. Dinamika wilayah pegunungan Maybrat Imian Sawiat dipengaruhi oleh parameter manusia yang menyebabkan wilayah pegunungan yang dengan heterogenitas hutannya yang utuh menjadi rusak (gundul) dan tercemar karena ulah manusia. Karakteristik wilayah pegunungan ini dibentuk oleh parameter lingkungan fisik dan makhluk yang ada, seperti burung dan hewan lainnya yang setelah memakan buah pohon setelah melewati daerah pegunungan yang begitu terbakar dan gundul tanpa pohon, ia meninggalkan kortoran biji pohon yang mana bertumbuh kembali, angin, tanah yang menyimpang akar sehingga bertumbuh kembali suatu saat. 3. Geografi Dan Fisik Wilayah 3.a. Letak geografi Suku Maybrat Imian Sawiat adalah suku yang berada di wilayah Kabupaten Sorong Selatan Papua. Kabupaten Sorong Selatan terletak dibagian barat pulau papua. Secara geografis, Kabupaten Sorong Selatan terletak pada posisi 131° 42¹ 0´BT - 132° 58¹ 12´BT dan 0° 55¹ 22´ LS - 2° 17¹ 24´ LS. Kabupaten Sorong Selatan yang luasnya sekitar 1.321.189,39 ha (berdasarkan peta), berbatasan dengan wilayah : a. Sebelah utara berbatasan dengan Distrik Moraid dan Distrik Fef (Kabupaten Sorong) Hamah Sagrim 113 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT b. Sebelah Timur berbatasan dengan Distrik Kebar (Kabupaten Manokwari), Distrik Moskona Utara, Distrik Moskona Selatan dan Distrik Aranday (Kabupaten Teluk Bintuni) c. Sebelah Selatan Berbatasan Dengan Teluk Bintuni dan Laut Sram d. Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Seram, Distrik Beraur dan Diastrik Makbon Kabupaten Sorong. 3.b. Administrasi Wilayah Luas kabupaten Sorong Selatan tercatat 29.810 km², saat ini terbagi menjadi 14 distrik yang sebelumnya 10 distrik. Wilayah distrik terluas adalah distrik Inanwatan, yaitu seluas 4.234 km² (14,2%), sedangkan wilayah terkecil adalah distrik Ayamaru utara, yaitu seluas 1.071 km² atau 3,59% dari luas kabupaten Sorong Selatan. Luas masing ± masing distrik di Kabupaten Sorong Selatan termuat dalam table berikut: Tabel Luas Wilayah Kabupaten Sorong Selatan Per Distrik tahun 2004 No Distrik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Inanwatan Kokoda Aifat Timur Aifat Aitinyo Moswaren Teminabuan Ayamaru Sawiat Mare Matemani Kais Wayer Seremuk Ayamaru Utara Kabupaten Sorong Selatan Luas Area (km²) 82.986,56 115.534,54 193.930,38 262.499,01 71.768,71 88.438,76 90.604,40 58.549,30 102.688,53 51.133,00 94.889,92 29.121,30 48.737,14 31.307,85 1.321189,39 Persentase (%) 6,28 8,74 14,60 19,87 5,43 6,69 6,86 4,43 7,77 3,87 7,18 2,20 3,69 2,37 100,00 Sumber data : Laporan Fakta Tata ruang Kabupaten Sorong Selatan 2008 ± 2007 Kabupaten sorong selatan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat dengan ibukota Teminabuan. Kabupaten ini bersama Kabupaten Raja Ampat merupakan hasil pemekaran kabupaten Sorong berdasarkan UU No 26 tahun 2002. secara administrative, Hamah Sagrim 114 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT pemerintahan Kabupaten Sorong Selatan terbagi dalam 14 Distrik, 3 Kelurahan dan 210 kampung atau desa. Distrik Aitinyo mempunyai jumlah Desa atau Kampung yang paling banyak, yaitu 26 desa atau kampong. Sedangkan distrik Moswaren merupakan distrik yang mempunyai jumlah kampung paling sedikit, yaitu sebanyak 6 Kampung. Berikut lihat tabel pembagian administrasi dan ibukota serta banyaknya kampong dalam distrik masing ± masing : Hamah Sagrim 115 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Tabel pembagian wilayah administrasi kabuaten Sorong Selatan tahun 2006 Banyaknya Desa/Kelurahan Desa kelurahan N o Distrik Ibukota Ju mla h Nama kampung 13 1 Inanwatan Inanwatan 13 2 Kokoda Kokoda 20 - 20 Mate, Saga, Mugim, Nogibi, Wadoi, Solta baru, Isogo, Sibae, Serkos, Nusa, Puragi, Tawanggire, Bedare Migori, Siwatori, Tarof, Tambani, NegeriBesar, Kasuweri, Udagaga, Benawa II, Atori/Kambur, Korewatara, Daubak, Topdan, Arbasina, Kayubiro, Adona, Migirito, Totona, Birawaku, Nayakore, Tapas Aisa, Ayata, Kamat, Aikrer, Aitrem, Sawin, Ainesra, Sabah, Warmu, Fuog, Womba, Aifam, Tahsimara Kumurkek, Kisor, Susmuk, Kokas, Ayawasi, Konja, Sori, Kocuwer, Bori, Mosum, Yarat, Ayawasi Selatan, Wer jaya, Aisyo, Fonatu, Maan, Waine, Tahahite, Ayawasi timur, Imsun, Fatmayap, Faton, Susai Aitinyo, Korom, Soraya, Tehak kecil, Sris, Karsu, Irohe, Sumanis, Kamro, Asmuruf, Yaksoro, Sira, Awit, Kambufatem, Kambufatem utara, Fetase, Jitmau, Ikuf, Isir, Fategomi, Faan, Tehak besar, Gohsames, Mirafan, Ewai, Jitmau timur Moswaren, Johsiro, Hararo, Bumiajo, Hasik Jaya, Kamisabe 3 Aifat timur Aisa 13 - 13 4 Aifat Kumurkek 23 - 23 5 Aitinyo Aitinyo 26 - 26 6 Moswaren Moswaren 6 - 6 Sumber data: Laporan Fakta tata ruang Sorong Selatan 2008 - 2007 Hamah Sagrim 116 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Lanjutan Tabel pembagian wilayah administrasi kabuaten Sorong Selatan tahun 2006 N o Distrik Ibukota Banyaknya Desa/Kelurahan Desa kelurahan Jumlah Nama kampung Konda, Wersar, Wehali, Aibobor, Wamargege, Bariat, Manelek, Magis, Seribau, Tegirolo, Seyolo, Nakna, Gorolo, Namro, Tapiri, Keyen, Wermith, Wernas, Kohoin, Kaibus Sauf, Kanisabar, Komakoma, Soroan, Sembaro, Kartapura, Arus, Kambuaya, Kambuskato, Fiane, Men, Kofait, Huberita, Kambuwifa, Faitmajin, Framu, Mefkajim II, Sosian, Temel, Adoh, Isnum, Chaliat, Fanse, Fraharoh Klamit, Tapuri, Safkyo, Eles, Sodrofoyo, Sasnek, Wendi, Sawiat, Wen, Wenslolo, Kafalit, Wensoug, Pasir putih, Wandum, Welek, Bemus Suswa, Seya, Seni, Sire, Wabam, Kombif, Renis Kais, Tapuri, Yahadian, Benawa I, Sumamo, Makaroro, Siranggo, Haimaran, Mukamat, Ikana, Onimsefa, Mogotemin Sungguer, Boldon, Sesor, Waigo, Bagoraga, Wardik, Unggi, Wayer 18 7 Teminabuan Teminabuan 2 20 8 Ayamaru Ayamaru 24 1 25 9 Sawiat Wenslolo 16 - 16 10 Mare Suswa 7 - 7 11 Matemani Kais Kais 12 8 12 8 12 Wayer Sungguer Sumber data: Laporan Fakta tata ruang Sorong Selatan 2008 - 2007 Hamah Sagrim 117 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Lanjutan Tabel pembagian wilayah administrasi kabuaten Sorong Selatan tahun 2006 N o Distrik Ibukota Banyaknya Desa/Kelurahan Desa Kelurahan Klaogin, Knaya, Jumlah Nama kampung Komonggaret, Sisir, Kayabo, Seremuk, Sayal, Sira, Mlaswat, Srer, Sbir, Tofot, 13 Seremuk Haha 16 Ayamaru 14 Utara Yukase 8 Kab. Sorong Selatan Sumber data: Laporan Fakta tata ruang Sorong Selatan 2008 ± 2007 210 213 8 16 Haha, Manggroholo, Woloin, Kamaro Karetubun, Yubiah, Mapura, Suwiam, Segiyor Setta, Hohoyar, 3.c. Potensi dan Daya Dukung Lingkungan a. Topografi Topografi Kabupaten Sorong Selatan cukup bervariasi, terdiri dari dataran tinggi yang merupakan daerah pegunungan dan lereng ± lereng (pedalaman ± 65%), dataran rendah, air payau dan pantai (35%). Secara garis besar, penyebaran wilayah tersebut adalah sebagai berikut : 1. dataran tinggi (Plato) meliputi Distrik Ayamaru, Ayamaru Utara, Mare, Aifat Timmur, Sawiat dan sebagian Aitinyo 2. dataran rendah (rendah) meliputi Distrik Teminabuan, Seremuk, Wayer, Moswaren dan sebagian Aitinyo 3. Dataran payau meliputi Distrik Inanwatan, Kais, Kokoda, dan sebagian seremuk. Hamah Sagrim 118 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Sebagian besar daerah Kabupaten Sorong Selatan merupakan daerah dataran rendah dengan kemiringan lereng berkisar dari 0 ± 8%. Daerah dataran rendah ini membujur dari arah barat laut ke selatan yang berbatasan langsung dengan laut banda. Daerah dataran rendah tersebut meliputi Distrik Seremuk, Distrik Teminabuan, Distrik Kais, Distrik Inanwatan dan Distrik Kokoda. Keunggulan dari factor fisik ini menyebabkan sebagian besar kegiatan penduduk berkembang di dataran rendah ini. Luas wilayah Kabupaten Sorong Selatan yang merupakan daerah dengan topografi pegunungan (kemiringan lereng >40%) adalah seluas 84.624,72 ha. Sedangkan luas wilayah kabupaten tersebut yang merupakan daerah perbukitan adalah seluas 19.916,05 ha. Sebelah utara kabupaten Sorong Selatan merupakan daerah pegunungan karst yang dikenal dengan nama pegunungan Bukamadah. Distrik di Kabupaten sorong selatan yang mempunyai topografi dominan pegunungan adalah Distrik Sawiat, Distrik Mare, Distrik Wayer, Distrik Ayamaru, dan Distrik Moswaren. Karakteristik topografi kabupaten Sorong selatan yang sebaian besar merupakandaerah dataran rendah menyebabkan sebagian besar kegiatan ekonomi maupun perkotaan berkembang di dataran rendah tersebut. Hal tersebut akan sedikit banyak mempengaruhi tingkat perkembangan distrik ± distrik yang ada di kabupaten Sorong Selatan. Topografi wilayah sorong selatan berkisar antara 0 ± 1668 m dpal (di atas permukaan air laut). Puncak tertinggi yaitu daerah faumai, dengan ketinggian 1668 m dpal, terletak di bagian barat laut teminabuan. Untuk lebih jelasnya, topografis seluruh Kabupaten Sorong Selatan dan perdistrik di Kabupaten Sorong Selatan dapat di lihat pada tabel berikut : Hamah Sagrim 119 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Kemiringan Lereng Kabupaten Sorong Selatan Per Distrik N o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Distrik Inanwatan Kokoda Aifat timur Aifat Aitimyo Moswaren Teminabua n Ayamaru Sawiat Mare Matemani kais Wayer Seremuk Ayamaru utara jumlah 0±3% 79.623,88 105.746,6 2 57.024,09 69.456,16 36.631,88 55.387,09 69.374,75 9418,73 12.963,43 8.211,35 83.958,23 36.313,91 4.777,58 628.887,7 0 3 ± 8% 2.779,08 9.196,48 51.653,98 109.399,9 2 28.841,25 27.593,18 17.381,04 49.423,28 49.423,28 9.808,71 16.345,22 10.407,52 17.963,27 400.216,2 1 8 ± 15 % 8,49 21.190,03 25.055,58 5.399,23 4.696,48 2.687,43 29.012,31 29.012,31 5,95 3.664,84 908,33 7.343,26 15 ± 25 25 ± 40 40 ± 60 > 60 % % % % 20.241,4 7 21.354,4 5 860,30 705,00 323,76 2.642,13 8.615,28 8.615,28 420,54 1.153,60 26.366,9 4 25.691,7 8 36,32 57,16 15,33 2.082,88 2.082,88 221,38 65,76 15.318,4 7 11.144,8 0 216,96 216,96 4,25 855,87 246,98 1.102,8 5 128.984,2 64.931,8 56.620,4 26.901,4 4 1 3 4 Sumber data: Laporan Fakta tata ruang Sorong Selatan 2008 ± 2007 b. Morfologi Berdasarkan data kemiringan lereng diatas, Kabupten Sorong Selatan terbagi menjadi 3 jenis satuan morfologi yaitu dataran rendah, dataran tinggi, dan pegunungan. Berdasarkan buku geologi Lembar Teminabuan, Irian Jaya, dataran rendah tersebut terdiri dari estuari, dataran alluvium, sisa dataran alluvium, undakan alluvium, pegunungan pantai dan swell. Estuari atau muara yang lebar selama proses pembentukan, telah menyatu dan membentuk hampir seluruh pantai di barat daya Teminabuan. Sedangkan pegunungan pantai dan sawel hanya ada di dua daerah yaitu di tanjung Semeboy (distrik Seremuk) dan tanjung Saibabu (distrik Teminabuan). Distrik di Kabupaten Sorong Selatan yang berada di dataran rendah adalah Distrik Seremuk, Teminabuan, Kais, Inanwatan dan Kokoda. Dataran tinggi di Kabupaten Sorong Selatan terdiri dari Plato Ayamaru, sisa kipas alluvium dan sisa dataran alluvium. Distrik yang berada di dataran tinggi adalah Distrik Wayer, Distrik Hamah Sagrim 120 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Moswaren, Distrik Aifat, dan Distrik Aifat timur. Distrik Mare, Distrik Sawiat, Distrik Ayamaru, Distrik Ayamaru Utara, Distrik Aifat dan Distrik Aifat timur berada disatuan morfologi pegunungan. Pegunungan tersebut ada dua jenis yaitu pegunungan dan lembah berbentuk µV¶ yang mempunyai ciri bertonjolan tinggi, mempunyai pematang sempit, lembah berbentuk µV¶, lereng yang tajam (20 - 30°) dan timbulan melebihi 300 m. di pegunungan dengan ciri tersebut banyak ditemukan anak sungai yang mengalir berbelok ± belok tajam. Sedangkan pegunungan homoklin yang ada di Kabupaten Sorong Selatan ada pada formasi batuan endapan Paleozoikum atas sampai Eosen. Beberapa relief tinggi yang terkenal di Kabupaten Sorong Selatan diantaranya adalah Gunung Bormalit, Gunung Athabu, Gunung Fomaya, Tanjakan Fansaraf, Tanjakan Dkun Taftik, Gunung kemar, dan tanjakan Aduh Mama. Berdasarkan buku geologi lembar Teminabuan, Irian Jaya (1989 : 5), sebagian besar wilayah Distrik Sawiat, Distrik Ayamaru, Distrik Wayer, Distrik Mare dan Distrik Aifat berada pada Plato Ayamaru. Sedangkan distrik ± distrik lainnya berada didaerah pegunungan, kars dan dataran. Berdasarkan analisis Bakosurtanal, 2007, bentuk lahan kabupaten Sorong Selatan terdiri dari blok pegunungan, dataran alluvial, dataran alluvial karst, dataran banjir, dataran alluvial antar perbukitan, endapan kolluvium, jalur kelokan sungai, kipas alluvial, lembah kering karst, pegunungan karst, pegunungan karst dengan puncak pipih memanjang, perbukitan karst dengan puncak pipih membulat, perbukitan denudasional rendah miring, perbukitan denudasional lereng miring terkikis ringan, perbukitan denudasional lereng miring terkikis berat, perbukitan karst dengan puncak pipih dan runcing. Untuk lebih jelasnya morfologi berdasarkan analisis dari Bakosurtanal, 2007 terdapat dalam peta berikut. Hamah Sagrim 121 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Gambar: Peta morfologi c. Hidrologi dan Sumberdaya Air 1. Curah hujan Berdasarkan tabel di bawah ini, rata ± rata curah hujan tahunan tertinggi adalah 236,37 mm per bulan pada tahun 2003. sedangkan rata ± rata hari hujan tertinggi dalam setahun adalah 19 hari pada tahun 2005. menurut klasifikasi iklim Schimidt dan Fergusson, tipe iklim di wilayah Kabupaten Sorong Selatan termasuk tipe iklim A yaitu daerah beriklim tropis basah. Untuk lebih jelasnya data curah hujan dan hari hujan di Kabupaten Sorong Selatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Hamah Sagrim 122 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Hujan, Kelembaban udara, dan Penyinaran matahari Kabupaten Sorong Selaran Curah hujan, Rata ± rata hari Curah hujan (mm) Bulan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Hari hujan 200 1 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Jumlah 305 216 157 111 325 418 343 26 476 134 289 111 2.911 248,2 70,6 156,8 220,3 336,4 304,4 14,4 29 18 44,7 126,2 186,2 1.755,2 77,2 107,4 294,3 29,9 163,6 431,3 510,8 313,6 182,9 236,6 74,9 223,9 2.836, 4 Rata ± rata 243 146 236 201 157 149 272 142 93 189 24 339 64 161 257 2.04 8 171 55 75 132 266 239 395 228 136 113 370 186 342 2.53 7 211 213,91 287,18 283,27 268,65 197,73 157,27 122,18 153,09 127,36 122,7 182,3 330,5 2.446,1 4 204 17 10 16 18 19 14 21 15 17 15 16 22 14 9 27 13 16 16 201 200 2 15 6 18 17 10 18 4 6 3 3 12 12 124 200 3 7 14 24 17 12 18 27 16 18 16 9 14 192 200 4 24 18 14 20 16 19 29 8 24 9 15 24 220 200 5 17 15 15 23 21 25 20 14 15 22 20 23 230 14,91 15,36 18,36 15,82 13 12,45 11,18 10,82 10,09 11,8 13,3 19,1 166,2 2006 Sumber data: Laporan Fakta tata ruang Sorong Selatan 2008 ± 2007 2. Air permukaan Potensi hidrologi di kabupaten Sorong Selatan terdiri dari potensi air permukaan tanah (fresh water) dan air tanah (ground water). Potensi aliran air permukaan terdiri dari air rawa, air danau dan air sungai yang mengalir. y Sungai Terdapat 3 Daerah Aliran Sungai (DAS) utama di wilayah Sorong Selatan yaitu DAS Seremuk, DAS Kaibus dan DAS Waromge. Masing ± masing DAS mempunyai banyak anak sungai. Semua anak sungai umumnya mengalir kearah Barat daya hingga Barat Laut dan bermuara di sungai utama yaitu sungai Kaibus, Sungai Seremuk dan Sungai Waromge. Hamah Sagrim 123 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Berdasarkan peta Rupa Bumi Digitasi Bakosurtanal terdapat 14 DAS yang teridengtifikasi yaitu DAS Aninmaru, Kaibus, Kais, Kamundan, Karabra, Matemani, Sajem, Sebar, Sekak, Seremuk, Sigeroi, Tarof, Wariagrar dan Waromage. Untuk lebih jelasnya lokasi dan cakupan DAS masing ± masing terlihat dalam peta berikut. DAS kaibus terdiri dari sungai Kohoin, Sungai Wermit, dan Sungai Sayal. Sungai sayal memiliki anak sungai yang relative sedikit, umumnya merupakan sungai ± sungai kecil di daerah hulu. Terdapat 6 anak sungai yang cukup besar alirannya yang mengalir ke Sungai Kaibus. DAS Waromge terdiri dari sungai Keyen, Sungai Sungguer, sungai Waigo dan sungai Waren. Cukup banyak anak sungai yang mengalir di DAS Waromge, misalnya sungai keyen yang terdiri dari 12 anak sungai. Sungai ± sungai utama dan anak ± anak sungai yang cukup besar sebagian aliran dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Sungai ± sungai yang berada di kabupaten Sorong Selatan berfungsi sebagai sumber air sehari ± hari bagi penduduk setempat, tempat wisata dan juga sebagai prasarana transportasi. Contoh sungai di Kabupaten Sorong Selatan yang berfungsi sebagai tempat wisata adalah sungai Sembra, sungai Kohoin, kali Korom, sungai Wermit, dan kali Framu. Selain itu sungai yang ada di Kabupaten Sorong Selatan juga merupakan sumber air PAM. Sebagai contoh air PAM di distrik Ayamaru bersumber dari sungai Mos dan distrik Ayamaru utara menggunakan sungai Imsun sebagai sumber air PAM. Kerusakan lingkungan telah terjadi di beberapa sungai di Kabupaten Sorong Selatan. Salah satunya adalah sedimentasi yang terjadi di sungai Hilang di distrik Sawiat. Pendangkalan sungai tersebut menyebabkan air menggerus badan jalan di sisi sungai dan juga menyebabkan banjir yang dapat memutus jalur transportasi. y Danau Danau merupakan salah satu potensi air permukaan yang banyak terdapat di kabupaten Sorong Selatan. Setidaknya ada 5 danau terdapat di Kabupaten Sorong Selatan yaitu : Danau Uter di Distrik Aitinyo, Danau Ayamaru di Distrik Ayamaru, Danau Sembra di Distrik Teminabuan, Danau Tanimut (makiri) dan Nawewafom di Distrik Aifat timur. Danau ± danau tersebut merupakan sumber air sehari ± hari bagi penduduk yang bertempat tinggal di sekitar danau tersebut. Selain itu danau ± danau tersebut menyimpan Hamah Sagrim 124 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT potensi sebagai obyek wisata di kabupaten sorong selatan seperti Danau Ayamaru di Distrik Ayamaru, dan danau Uter di Distrik Aitinyo. Danau Aayamaru merupakan salah satu danau yang ada di Kabupaten Sorong Selatan yang terletak di distrik Ayamaru. Luas danau Ayamaru sekitar 2500 ha, termasuk tipe seri oligotropik-eutropik yang produktifitasnya tergantung nutrisi yang diterimanya dan pengairan regional pada usia geologis dan kedalaman kelimpahan plankton kurang karena laju sedimentasi yang tinggi mengakibatkan tipisnya penetrasi cahaya. Danau Ayamaru juga merupakan salah satu danau yang dijadikan sebagai obyek wisata, oleh sebab itu, di sekitar danau tersebut telah dikembangkan fasilitas ± fasilitas pendukung tempat wisata seperti tempat istirahat dan dermaga. Selain digunakan sebagai obyek wisata, danau Ayamaru juga digunakan sebagai tempat pemancingan dan tempat pemijahan ikan sehingga danau tersebut banyak ditemukan keramba ikan milik penduduk. Hanya saat ini, danau tersebut telah mengalami pendangkalan karena penebangan diperbukitan sekitar danau. Danau Uter di distrik Aitinyo juga merupakan salah satu danau di Kabupaten Sorong Selatan yang dikembangkan menjadi obyek wisata dan juga sebagai sumber air sehari ± hari bagi penduduk setempat. d. Klimatologi Letak Kabupaten Sorong Selatan pada posisi normal (khatulistiwa) sehingga tidak langsung mendapat pengaruh udara kering dari Australia ataupun sebaliknya mendapat pengaruh udara basah dari daratan Benua Asia. Iklim wilayah Kabupaten Sorong Selatan tergolong iklim tropis monsoon. Musim hujan terjadi saat berlaku monsoon tenggara, yaitu pada bulan mei ± oktober. Daerah dataran rendah di Kabupaten Sorong Selatan mempunyai intensitas hujan yang lebih banyak karena adanya proses hujan orografis dimana angin yang membawa uap air laut terhambat pegunungan yang berada diebelah utara Kabupaten Sorong Selatan sehingga terjadilah hujan lokal di daerah yang terletak dibawah pegunungan tersebut (dataran rendah). Suhu udara rata ± rata berkisar antara 20°C ± 38°C dengan fluktuasi suhu rata ± rata pertahun tidak lebih dari 2°C. kecepatan angin berkisar dari lambat hingga sedang mencapai (8 m/dt), dengan frekuensi kejadian kurang dari 2%. Kecepatan angin umumnya bertiup dari arah barat Hamah Sagrim 125 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT daya (>15 m/dt). Tekanan udara barometric berkisar dari 998,6 mb ± 1113 mb dengan tekanan udara rata ± rata 1006,1 mb. Kelembaban udara rata ± rata 84,7% dan intensitas penyinaran matahari sekitar 54,3%. e. Kendala Fisik dan Potensi Bencana 1. Kendala Fisik a. Topografi Wilayah Kabupaten Sorong Selatan adalah Wilayah dengan topografi yang cukup berfariasi. Wilayah sebelah utara merupakan daerah pegunungan, sedangkan sebelah selatan merupakan daerah datar dan bagian - bagian di bagian tengah merupakan dataran luas yang berada diketinggian yang biasa disebut dengan Plato Ayamaru. Berdasarkan hasil perhitungan kemiringan lereng, lebih dari 30% dari luas wilayah Kabupaten Sorong Selatan merupakan pegunungan. Kondisi alami tersebut merupakan salah satu kendala fisik yang menghambat perkembangan Kabupaten Sorong Selatan khususnya menghambat perkembangan fisik perkotaan maupun aksesibilitas antar Kabupaten dan distrik, bahkan sampai ke perkampungan. Ibukota Kabupaten Sorong Selatan yaitu Kota Teminabuan, berada di bagian selatan Kabupaten tersebut atau tepatnya di tepi sungai Seremuk. Secara fisik, letak kota teminabuan mudah untuk diakses bagi distrik ± distrik disekitarnya yang relatif mempunyai topografi datar. Sedangkan untuk distrik yang berada di bagian utara yang merupakan daerah pegunungan aksesibiliti untuk menuju ibukota kabupaten sangat sulit karena adanya pegunungan sehingga untuk menuju ibukota kabupaten harus memakai jalan laut yang kadang memakan waktu sangat lama. Saat ini arah perkembangan permukiman maupun sarana ± prasarananya lebih dominan berkembang di bagian selatan Kabupaten Sorong Selatan yang merupakan daerah dataran rendah dan di bagian tengah Kabupaten Sorong Selatan yang merupakan Plato. b. Cuaca Cuaca merupakan salah satu kendala fisik yang dihadapi Kabupaten Sorong Selatan. Kabupaten Sorong Selatan terletak di pesisir pantai sehingga kemungkinan terjadinya hujan orografis lebih sering dibandigkan wilayah lainnya. Hujan tersebut di satu pihak membawa keuntungan tapi di pihak lain membawa kerugian. Apabila terjadi hujan maka akan terjadi Hamah Sagrim 126 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT banjir di jalan yang menghubungkan antar kota Sorong dengan Kabupten Sorong Selatan. Peristiwa tersebut akan menghambat aksesibilitas antara kedua Kabupaten tersebut. Selain itu kondisi cuaca yang tidak menentu juga dapat menghambat aksesibilitas laut. Apabila kondisi cuaca tidak memungkinkan seperti ombak besar, angin besar, hujan deras, maka perjalanan kapal dari kota Teminabuan ke Kota Sorong atau wilayah lain yang hanya dapat ditempuh degan perjalanan laut akan mengalami kendala. c. Potensi Bencana Berdasarkan peta geologi Kabupaten Sorong Selatan, peta seisomotektonik Indonesia dan peta wilayah bencana gempa bumi Indonesia, maka di Kabupaten Sorong Selatan tepat potensi bencana alam yang berupa gempa tektonik, gerakan tanah/batu ± tanah longsor, dan amblesan. B.6. Kependudukan Dan Sosial Budaya Masyarakat Maybrat Imian Sawiat Zaman Prasejarah ± Zaman Sejarah a. Kependudukan 1. Jumlah dan Sebaran Penduduk Penduduk sebagai salah satu komponen dalam suatu sistem wilayah memiliki peranan yang penting sebagai subyek pelaku perubahan pemanfaatan ruang melalui berbagai kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain sebagai pelaku perubahan ruang, penduduk juga merupakan pihak yang akan memperoleh manfaat dari upaya ± upaya penataan ruang. Dengan demikian dinamika kependudukan memiliki peranan yang penting sebagai obyek maupun dalam dinamika perkembangan suatu wilayah. Sebagai subyek pembangunan, potensi sumberdaya manusia di Suku Maybrat Imian Sawiat digunakan sebagai ujung tombak untuk mempercepat peningkatan ke arah kehidupan yang lebih baik. Semakin tinggi kualitas sumberdaya manusia yang ada di wilayah Maybrat Imian Sawiat, yang mana sebagai motor penggerak yang mampu dengan cepat dalam proses peningkatan pengembangan pembangunan. Penduduk asli Kabupaten Sorong Selatan terdiri dari 3 (tiga) suku besar dengan beberapa anak Suku, yaitu Suku Maybrat, beranak suku; May brat, May Ithe, meyah, dan May Maka. Suku Tehit, dengan anak suku; Imian, Sawiat, Saifi, Gemna, Nakna, Afsya dan Ogin. Suku Imeko, dengan anak suku; Inanwatan, Matemani, Kokoda. Hamah Sagrim 127 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Sampai dengan tahun 2006, penduduk Kabupaten Sorong Selatan berjumlah 51.514 jiwa yang tersebar di 14 distrik. Sebanyak 90% dari total jumlah penduduk Kabupaten Sorong Selatan adalah penduduk asli orang Papua, sedangakan sisanya 10% adalah penduduk non papua, antara lain etnis yang berasal dari Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Distrik ± distrik yang memiliki penduduk paling banyak adalah distrik Kokoda yang merupakan daerah pantai dengan jumlah penduduk 8.158 jiwa yang merupakan 15,84%, dari total penduduk Kabupaten Sorong Selatan, kemudian distrik Teminabuan yang merupakan dataran rendah dengan jumlah penduduk 7.660 jiwa yang merupakan 14,87% dan distrik Ayamaru yang merupakan daerah dataran tinggi dengan jumlah penduduk 6.356 jiwa yang merupakan 12,34%. Sedangkan distrik yang memiliki penduduk paling sedikit adalah distrik Wayer dengan jumlah penduduk sebanyak 1.237 jiwa yang merupakan 2,40% dari total jumlah penduduk Kabupatn Sorong Selatan. Distrik Wayer merupakan pemekaran wilayah dari Distrik Teminabuan. Jumlah Penduduk Kabupaten Sorong Selatan tahun 2004 ± 2006 2004 Jiwa 3.858 7.036 1.896 2.808 3.976 1.703 7.742 6.214 2.962 1.712 1.845 1.582 2.718 3.059 2005 % Jiwa 7,86 3.970 14,33 7.242 3,86 1.952 5,72 2.890 8,10 4.092 3,47 1.752 15,76 7.969 12,65 6.394 6,03 3.048 3,49 1.761 3,76 1.899 3,22 1.629 5,53 2.798 6,23 3.148 2006 % Jiwa 7,85 4.030 24,33 8.158 3,86 1.562 5,72 4.392 8,10 3.404 3,47 1.683 15,77 7.660 12,65 6.356 6,03 2.593 3,48 1.859 3,76 2.523 3,22 1.237 5,54 3.048 6,23 3.009 No Distrik 1 Inanwatan 2 Kokoda 3 Aifat Timur 3 Aifat 4 Aitinyo 5 Moswaren 6 Teminabuan 7 Ayamaru 8 Sawiat 10 Mare 11 Matemani Kais 12 Wayer 13 Seremuk 14 Ayamaru Utara Kabupaten Sorong Selatan % 7,82 15,84 3,03 8,53 6,61 3,27 14,87 12,34 5,03 3,61 4,90 2,40 5,92 5,84 100 Sumber data: Laporan Fakta tata ruang Sorong Selatan 2008 ± 2007 2. Kepadatan penduduk Kepadatan penduduk merupakan perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah Kabupaten Sorong Selatan yang meliputi area daratan seluas 29.910 km², sampai dengan tahun Hamah Sagrim 128 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT 2006, memiliki kepadatan penduduk rata ± rata sebesar 1,73 jiwa/km² yang artinya setiap kilometer persegi rata ± rata dihuni 1,73 atau 2 jiwa. Kepadatan tertinggi dimiliki oleh Distrik Teminabuan sebesar 4,18 jiwa/km², sedangakan kepadatan terendah dimiliki oleh Distrik Wayer sebesar 0,88 jiwa/km². Dengan demikian secara keseluruhan kepadatan penduduk diwilayah ini dapat dikatakan masih sangat rendah. Untuk lebih jelas mengenai sebaran penduduk dapat dilihat pada peta berikut. Gambar: Peta sebaran penduduk kabupaten Sorong Selatan Gambar : Peta Kepadatan Penduduk (Sumber: Laporan Fakta Tata Ruang Kab. Sorong Selatan 2008 - 2007) b. Sistem Sosial Zaman Prasejarah ± Zaman Sejarah. 1. Karakteristik Sosial Budaya Awal perkembangan wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, dimulai dari Teminabuan, yaitu Kota yang terletak di tepi sungai Kaibus, yang mana sudah berkembang sebagai salah satu pusat Hamah Sagrim 129 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT perdagangan sejak zaman kesultanan Ternate ± Tidore yang mana menelusuri daerah tersebut melalui wilayah Fak-Fak dengan mencari barang-barang komoditi. Komoditi yang diperdagangkan adalah hasil alam dari Papua seperti hasil hutan, sagu dan bulu burung. Sebelum kedatangan Belanda, perdagangan dengan sistem barter telah terjadi antara pedagang dari kerajaan ternate ± Tidore tersebut menukarkan kain dan porselen untuk mendapatkan kayu, bulu burung dan sagu. Kerajaan Ternate dan Tidore selain berdagang juga mendapatkan hasil hutan dan budak dari daerah muara sungai Kaibus dan Waromge. Kerajaan Ternate dan Tidore menyisiri Wilayah Sorong Selatan dengan orang ± orang VOC yang berpusat di Fak ± fak, dan selanjutnya ke Teminabuan-Tehit dengan menggunakan jalur tradisional yang awalnya digunakan oleh orang Teminabuan dan Fak ± fak dalam perdagangan anak. Ketika tiba di Teminabuan, mereka selanjutnya ke Distrik Ayamaru, Aitinyo dan Aifat, disitulah awal orang Maybrat Imian Sawiat mengenal barang ± barang pecah ± belah (barang industri). Pada saat pencarian kayu, bulu burung dan sagu, VOC mempercayakan dua orang utusan yang pertamakali ke Teminabuan-Tehit, mereka adalah : Taman Kiri dan Waranewi, mereka disebut sebagai orang Patipi. Catatan ini membuktikan bahwa Orang Patipi yang pertamakali membawa team ekspedisi ke Teminabuan, Ayamaru, Aitinyo dan Aifat. Penyisiran dari daerah Teminabuan ke Ayamaru, Aitinyo dan Aifat menggunakan dua jalan yang berbeda yang mana Taman Kiri menyisiri lewat Sungai Kaibus Teminabuan-Tehit dan Waranewi menyisiri lewat Sungai Waranggei (sekarang disebut Sungai Waigo). Setelah tiba di Teminabuan-Tehit, Taman Kiri mengangkat Frans Bessy sebagai Raja Teminabuan, Taman Kiri selanjutnya dari Teminabuan ke Ayamaru melalui jalan Mbolmalit dan tiba di kampung wehali bertemu dengan Srarar sesa, yang mana di beri pangkat Kapitan Wehali (Kaptein Wehali), dan selanjutnya ke Kampung Sere bertemu dengan Hayafi Sagrim, yang mana diberi pangkat Kapitan Hamah (Kaptain Hamah), selanjutnya ke kampung Semogum bertemu dengan Bleskadit, yang diberi pangkat Kapitan simnyah (kaptain Siminyah) yang selanjutnya diserahkan kepada Lama Safkaur sebagai Kapitan Sauf (Kaptain Sauf), selanjutnya ke kampung Semasim bertemu dengan Wohreh Lemauk, yang diberi pangkat Kapitan Koma Koma (Kaptain Koma - koma). Selanjutnya ke kampung Ayamaru bertemu dengan marga solossa yang diberi pangkat Raja Framu. Sedangkan satu jalur dilalui oleh Waranewi, yang mana Warenewi ke Ayamaru melalui jalan Waigo dan ia pertamakali bertemu dengan marga Smur yang mana orang dari marga itu yang Hamah Sagrim 130 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT pertamakali diberi pangkat raja, yaitu kepada Usiah Tuan, karena ia sebagai orang pertama yang berjasa bertemu dan mampu berkomunikasi dengan Warenewi serta menuntun Waranewi dalam perjalanannya. Selanjutnya kepada Nati siri diberi pangkat raja waigo, selanjutnya ke kampung Arus bertemu dengan marga Kambu yang diberi pangkat Myor Arus (Mayor Arus), selanjutnya ke kampung kambuskato bertemu dengan marga Kambu yang diberi pangkat Myor Kambu (Mayor Kambu) selanjutnya ke kampung Kambuaya bertemu dengan marga Kambuaya yang diberi pangkat Raja Kambuaya dan selanjutnya ke Ayamaru bertemu dengan temannya Taman Kiri. Masyarakat asli Papua pada waktu itu menganggap kerajaan Ternate ± Tidore sebagai pusat kekayaan, sehingga kain dan porselen yang mereka peroleh dianggap sebagai lambang kekayaan, sebagai tanda status sosial yang tinggi bagi suku Maybrat Imian Sawiat yang di sebut (bobot). Bahkan sampai saat ini masih dapat ditemui dibebrapa wilayah. Pemerintah Hindia belanda masuk ke Teminabuan pada tahun 1917, hingga 1920. pada tanggal; 27 Januari 1927, Agama Kristen Masuk ke Teminabuan-Tehit, yang mana Kristen dibawa oleh dua orang penginjil dari Kepulauan Maluku yaitu : Matatula dan Yotlely, didampingi oleh pendeta J. Wetstein. Pemerintah Hindia Belanda membangun lembaga pendidikan tingkat SD pada tahun 1930. Pada tahun inilah berakhirnya zaman prasejarah orang Maybrat, Imian, Sawiat, dengan memasuki babak baru zaman sejarah, dimana mereka mulai mengenal baca dan tulis. pada massa Kependudukkan Jepang, Jepang mengambil alih sekolah ± sekolah tersebut. Ketika Pemerintah Belanda merebutnya kembali pada tahun; 1950, berturut ± turut didirikan sekolah YVVS pada tahun 1950, dan sekolah gadis MVVS pada tahun 1956 ± 1957. sekitar tahun 1954 ± 1955, Belanda Memindahkan pusat pemerintahan untuk wilayah kepala burung bagian selatan dari Ayamaru ke Teminabuan yang mana hingga saat ini masih dapt ditemui sisa ± sisa bangunan Arsitektur Kolonial yang digunakan oleh pemerintahan Belanda di wilayah Ayamaru dan Teminabuan. 2. Etnis Suku asli yang mendiami Kabupaten Sorong Selatan termasuk rumpun atau ras melanesoit yang sub bangsanya adalah Bonberai yang terbagi menjadi 3 (tiga) suku yang juga terdiri dari beberapa anak suku. Pertama, suku Maybrat, dengan anak suku May Yah, May Ithe, dan May Maka, yang mendiami daerah bagian tengah, utara, timur yaitu Mare, Ayamaru Utara, Ayamaru, Aifat, Aifat Timur, Moswaren dan Aitinyo. Hamah Sagrim 131 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Kedua, Suku Tehit, dengan anak suku Sawiat, Imian, Saifi, Gemna, Nagna, Afsya dan Ogin, yang mendiami daerah tengah dan barat yaitu; Sawiat, Seremuk, Teminabuan, dan Wayer. Ketiga, suku Imekko, dengan anak suku Inanwatan, Matemani, Kokoda dan Ras yang mendiami daerah selatan yaitu; Kais, Inanwatan dan Kokoda. Dari ketiga suku berikut, suku Maybrat adalah Suku terbesar dengan Sebaran paling luas di Kabupaten Sorong Selatan. Keragaman suku di Kabupaten Sorong Selatan mengakibatkan banyak ragam budaya dan kesenian seperti seni dan bahasa, yang dalam langgam, sebutan, dan arti yang berbeda ± beda menjadi khasanah citra masing-masing. Masyarakat suku Maybrat Imian Sawiat mengenai stratifikasi strukturnya dapat diidentifikasi dengan stratifikasi sosial secara tradisional semenjak zaman prasejarah hingga zaman sejarah masih tetap digunakan, yaitu : y Bobot adalah orang terhormat ditengah masyarakat, sekaligus merupakan strata sosial teratas. Mereka inilah bangsawan ± bangsawan Suku Maybrat Imian Sawiat. y Raja adalah pimpinan tertinggi masyarakat sekaligus merupakan strata sosial teratas, bersamaan dengan Bobot. Mereka ini diangkat dari keturunan Bobot dan mereka ini juga adalah bangsawan ± bangsawan Suku Maybrat Imian Sawiat. y Raa win - Na wofle, adalah Guru ± Guru atau Penginjil Theolog tradisional. Mereka yang dianggap sebagai penyelamat atau tabib, mereka dianggap sebagai orang terhormat dan suci yang termasuk dalam stratifikasi dibawah Bobot dan Raja. y Raa kinyah, adalah golongan rayat biasa. Dewasa ini suku Maybrat, Imian, Sawiat, banyak berasimilasi melalui perkawinan antara suku Maybrat dengan Suku Imian dan Suku Sawiat bahkan Sebaliknya dan juga dengan Suku dan Bangsa lain di luar Suku mereka seperti : Manado, Jawa, Jayapura, Merauke, Serui, Batak, Kupang, Flores, Manokwari, Biak dll. Kebudayaan lahir dan berkembang sebagai hasil proses adaptasi manusia terhadap linkungan, baik sekitarnya, baik dalam arti biologi maupun bentang alam dan kondisi sosial tertentu. Ini berarti kebudayaan manusia dapat berbeda ± beda sesuai dengan perbedaan lingkungan sekitar dimana manusia itu sendiri turut berperan. Dalam ratusan tahun, Suku Maybrat Imian Sawiat mendiami daerah pegunungan dan pesisir pantai Kabupaten Sorong Selatan. Kemudia berkembang serta menyebar hampir keseluruhan Papua dan Nusantara bahkan keluar negeri. Hamah Sagrim 132 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Dalam hubungan dengan kapitan ± kapitan atau raja dan bobot serta kepala suku pada masa lampau, mereka sangat mengagumi, patuh dan taat kepada pemimpin mereka. Oleh karena itulah Suku Maybrat Imian Sawiat memiliki Sosial Budaya Masyarakat yang kelihatan semakin ramah, aman dan serasi dengan persebaran mereka ketimbang kehidupan mula ± mula mereka. Untuk lebih jelasnya mengenai persebaran etnis, berikut dapat lihat pada peta sebaran etnis berikut : Gambar: Peta sebaran etnis kabupaten Sorong Selatan Laporan fakta: tataruang Kab. Sorong Selatan 2008 - 2007 c. Sistem Religi/Kepercayaan. Bagi suku Maybrat, Imian, Sawiat, merupakan suatu Etnik (ras) yang penduduknya mayoritas beragama Kristen Protestan yang berkisar antara 81,95%, kemudian agama Muslim berkisar antara 12,04% sedangkan agama Kristen Katolik berkisar 5,97%. Proporsi tersebut terkait dengan penyediaan fasilitas peribadatan yang ada. Berikut lihat tabel persentase penduduk menurut agama tahun 2006. Hamah Sagrim 133 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Porsentase Penduduk Menurut Agama tahun 2006 No 1 2 3 4 5 6 7 Agama Islam Kristen Protestan Kristen Katolik Hindu Budha Konghucu Lainnya Jumlah 12,04 81,95 5,97 0,02 0,01 0,01 0 Bagi suku Maybrat, Imian, Sawiat, umumnya memiliki kepercayaan akan Allah Injili Moderen, namun dalam pra-kehidupan moderen pada zaman prasejrah mereka masih menyimpan adanya kepercayaan akan Allah ilmiah, dimana proses pendidikannya diterapkan dalam sekolah theologia natural yang disebut Wyion ± Wofle . Suku Bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, umumnya percaya bahwa Wyion ± Wofle adalah Allah mereka, yang mempunyai kemampuan supranatural atas alam semesta. Mereka percaya bahwa Allah ilmiah mereka memiliki rahasia ± rahasia dan dalam berhubungan ataupun mengetahui serta memanfaatkan rahasia ± rahasia atau lebih tepat dikatakan seperti syariat. Masyarakat Maybrat Imian Sawiat harus menyerahkan dirinya untuk dididik dalam ajaran theology natural mereka yang disebut wiyon-wofle, sehingga mereka mampu mengetahui bahasa ± bahasa atau etik ± etik tertentu dalam berhubungan langsung dengan Allah ilmiah mereka. Bagi mereka yang telah menyerahkan diri untuk diajar akan dipanggil dengan nama Raa wyion ± Na Wofle yang berarti Guru theology Natural, sedangkan seorang guru besar atau guru kepala adalah Raa bam ± na tmah. Pada zaman prasejarah, kehidupan suku Maybrat, Imian, dan Sawiat masih cenderung dengan kepercayaan tradisional dan pendidikan tradisional. Dalam agama tradisional (Natural theology) atau sekolah tradisional (traditional study). Apabila seorang murid yang dibawa ke rumah sekolah (k¶wiyon-mbol wofla), maka sebagaimana telah menjadi tradisi bagi keluarganya bahwa mereka harus membawa persembahan berupa : makanan Keladi, pisang, tebu dan harta benda yang lain sebagainya untuk dipersembahkan kepada guru didiknya sebagai imbalan dan makanan selama proses pendidikan berjalan. Hamah Sagrim 134 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Dalam proses pendidikan, para guru dan seorang murid dilarang untuk melakukan hal ± hal najis seperti membicarakan hal ± hal kotor, mengomel, ribut serta tidak taat terhadap aturan ± aturan yang ada. Dalam proses berpendidikan, semuanya berpuasa dalam suasana belajar hingga waktu yang sudah ditentukan. Setelah selesai menjalani pendidikan selama 3 bulan, murid ± murid tersebut akan di bawa ke lingkungan mereka untuk di uji (sana win) oleh guru mereka, jika murid yang mampu menyelesaikan ujian-ujian yang diberikan dengan baik, maka mereka sah sebagai murid yang lulus ( disebut ³wyion tna´). Jika semua aturan yang diterapkan tidak di jalankan maka murid tersebut tidak lulus bahkan dianggap tidak berguna lagi (ytah k n). Setelah itu murid ± murid tersebut akan dijemput oleh keluarga mereka masing ± masing dengan upacara dan arak ± arakan dalam merayakan kesuksesan anak mereka. 1. Teologi Tradisional suku Maybrat Imian Sawiat Wiyon-Wofle antara fakta dan mitos yang dilupakan. Masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, cukup kental dengan nuansa spiritualitas yang berhubungan dengan leluhur. Tidak salah memang, walaupun di dalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, sendiri sudah banyak menganut agama-agama yang diakui oleh pemerintah. Melihat kembali beberapa ratus tahun yang lalu, bahwa kehidupan masyarakat tidak lepas dari kepercayaan kepada leluhur. Dari kepercayaan leluhur ini, masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, khususnya secara gamblang membangun kehidupan keagamaan mereka. Leluhur, bagi masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, dianggap sebagai yang bercikal bakal. Artinya leluhur dipercayai sebagai wujud dari sebuah komunitas masyarakat yang sedang berkembang sampai terbentuknya sistem di dalamnya. Proses berkembangnya komunitas sampai pada kehidupan masyarakat yang paling mendasar, yaitu kepercayaan. Masyarakat membutuhkan sarana untuk sampai pada yang memberikan hidup dan segala alamnya (sumber realitas tertinggi). Terbangunnya kepercayaan ini, tidak lepas dari peran leluhur yang dipercayai memberikan kenyamanan dan kehidupan yang lebih baik. Agama apapun yang dianut, termasuk yang dianut oleh masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, Papua sekarang ini, tidak akan pernah lepas dari unsur kepercayaan terhadap leluhur. Kemudian apa hubungannya dengan judul di atas? Di kawasan Maybrat, Imian, Sawiat, kabupaten Sorong Selatan dan Kabupaten Maybrat, ada sebuah kepercayaan yang berkembang di masyarakat sekitar. Di wilayah ini, ada kepercayaan yang di anut oleh penduduk setempat sebagai Religi, dan juga terdapat lokasi-lokasi tertentu dimana Hamah Sagrim 135 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Wiyon-Wofle berdiam diri. Di tempat ini pula para Theolog tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat, menjadikannya sebagai sarana pemusatan pemujaan atau disebut maut hdan, mber wiyon, maut shafla. Aktifitas ini berkembang selama bertahun-tahun tanpa terganggu. Setelah memasuki abad ke-18 dan ke-19 yang mana bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat, dianggap sebagai abad transisi iman dan kepercayaan. Dari ceritera atau mitologi ini tentunya bisa ditarik kesimpulan bahwa, sejarah theologi tradisional wiyon-wofle (agama suku) di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, bisa dipercaya, dan merupakan suatu kepercayaan tradisional. Berkembang pula sebuah keyakinan mengenai cikal bakal dari masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, Papua. Memang untuk membuktikan mitos atau ceritera yang berkembang di masyarakat ini tidak begitu sulit karena masih bisa dilakukan suatu saat bila diminta (dilakukan secara tersembunyi di perkampungan terpencil), dan masyarakat setempat sangat percaya dengan teologi Wiyon-Wofle secara turun temurun. Mereka mendengar dari para leluhur dahulu. Sebuah ceritera yang berkembang di masyarakat bisa dipercaya sebagai fakta ataupun hanya mitos, tergantung dari sudut pandang kita menganalisa. Sebagai contoh , faktanya bahwa ceritera ini berkembang dengan sangat kuat dan terpendam cukup lama di tengah masyarakat. Terlepas dari ditambah ataupun dikuranginya ceritera mengenai kehadiran agama suku di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, Wiyon-Wofle. Kedua ceritera ini bisa saling dikaitkan dari latar belakang Agama Kristen moderen dan Tuhan sebagai realitas tertinggi. Pertama, bisa saja sebagai sebuah ceritera bahwa masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, adalah Umat Tuhan yang mana Tuhan datang kepada mereka sebagai Wiyon-Wofle. Kedua, cukup banyak masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, yang beragama Wiyon-Wofle. Masyarakat Wiyon-Wofle ini disebut Raa wiyon-Na wofle, kebanyakan mereka ditemukan di daerah perkampungan- perkampungan terpencil Maybrat, Imian, Sawiat, Papua (kebanyakan terdapat di pedalaman Desa/Kampung). Dengan bukti kongkret, masyarakat secara luas kiranya bisa memberi persepsi yang berbeda. Dengan adanya bangunan keagamaan seperti k'wiyon-mbol wofle dan kepercayaan di Wilayah-Wilayah ini, bolehlah kita memberi penghargaan yang luar biasa. Sebab ada hal yang bisa dipelajari dari sebuah multikulturalisme. Yaitu keterbukaan akan sebuah perbedaan serta menghormati. Namun apapun itu, kiranya kita harus menghargai ceritera yang berkembang sebagai wujud penghormatan akan nilai-nilai religiusitas di tengah suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, Papua Barat ini. Hamah Sagrim 136 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT 2. Antara teologi wiyon-wofle dan pendidikan inisiasi orang Maybrat, Imian, Sawiat Teologi wiyon-wofle ini bisa disebut teologi dan pendidikan inisiasi orang Maybrat, Imian, Sawiat, sesuai dengan aktifitas, sifat dan tujuannya. Pendidikan inisiasi dalam ilmu teologi natural suku Maybrat, Imian, Sawiat, dapat disebut sebagai pendidikan inisiasi obyektif dan subyektif, yaitu: Ilmu teologi obyektif ____________ Teologi yang historis Ilmu teologi subyektif ____________ Teologi yang dogmatis dan praktis. Teologi wiyon-wofle juga dibagi sebagai berikut : 1. Teologi historis ____ Mengungkapkan sejarah kebesaran wiyon-wofle 2. Teologi sistematis ____ Semua yang dijalankan dalam aktifitas wiyon-wofle bersifat sistematis, tidak terubahkan. 3. Teologi Praktis ____ Teologi wiyon-wofle dilakukan dengan metode yang praktis. Dalam pendidikan inisiasi teologi wiyon-wofle, terdapat bagian teologi yang lain yaitu; sistematika dan praktika yang masing-masing bagian mempunyai butir-butir pokok teologia yang sesuai dengan pembidangannya yang diajarkan. Adapun pembagian itu dapat dibuat sebagai berikut: SISTEMATIKA /DOGMA WIYON-WOFLE 1. Dogmatic wiyon-wofle ± bo snyuk 2. Etika wiyon-wofle ± safo wiyon-wofle 3. Apologi (pengampunan) ± maut wlah PRAKTIKA WIYON-WOFLE 4. Missiologi wiyon-wofle (pengutusan) ± raa bis 5. Kateketik (pelajaran) ± watum, vito, botgif, bo snyuk 6. Homiletik (pengasramaan) ± k¶wiyon-bol wofle 7. Pastoral (kependetaan) ± raa wiyonna wofle 8. Inisiasi Wiyon-Wofle ± mber wiyon Dengan demikian maka pendidikan inisiasi teologi wiyon-wofle termasuk dalam kelompok teologi praktis. Hamah Sagrim 137 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT 1) Teologi Wiyon-Wofle dan Inisiasi Sesuai dengan tugasnya, maka pendidikan inisiasi adalah aliran pendidikan tradisional orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang disebut wiyon-wofle yang menghantarkan dan mempersiapkan orang-orang yang bertanggungjawab serta berwawasan inisiasi wiyon-wofle, dan guna mencapai tujuan itu, maka dilaksanakanlah kegiatan belajar mengajar inisiasi sistem asrama dan tertutup sebagai bentuk pelayanannya. Kesungguhan dan kerja keras sangat diperlukan agar tujuan inisiasi wiyon-wofle tercapai dan panggilan suci dapat terpenuhi. Oleh karena itulah penyelenggaraan dan penataan kemah-gedung sekolah - tabernakel didukung oleh perangkat-perangkat - perkakas-perkakas yang komplit. Tatalaksana pendidikan inisiasi teologi wiyon-wofle biasanya berjalan dengan waktu maksimal 12 bulan dan minimal 9 bulan. Perangkat yang mendukung pelaksanaan pendidikan inisiasi wiyon-wofle adalah : y y y y y y y Metode kuliah/sekolah Metode penasehatan Metode gabungan kuliah/sekolah dan penasehatan Metode pengujian Metode Penyempurnaan Metode Puasa Metode penyendirian sebagai peningkatan spiritualitas. Materi pendidikan inisiasi teologi wiyon-wofle meliputi pokok-pokok bo tgif-firman, wiyonwofle, penjadian, manusia, dan pokok-pokok ajaran agama wiyon-wofle. Lihat skema berikut: Pendidikan Inisiasi Wiyon-Wofle Bo tgif -Bo snyuk Watumfirman Wiyon-wofle Allah Penjadian Manusia Poko-pokok ajaran inisiasi wiyon-wofle Pendidikan inisiasi teologi wiyon-wofle diperinci pada bagian dan butir-butirnya sebagai beriikut: Hamah Sagrim 138 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT 1. Tentang wiyon-wofle y Siapa yang dimaksud dengan wiyon-wofle dari segi tata bahasa Maybrat, Imian, Sawiat. y y y Penyataan dan penyataannya seperti kesaksian Raa wiyon-Na wofle Pengakuan percaya kepada wiyon-wofle Tanggungjawab berdasarkan pengakuan kepada wiyon-wofle 2. Tentang Penjadian y y y Ungkapan botgif-bo snyuk-watum (firman) tentang penjadian Berita inti tentang penjadian Arti kekhalikan wiyon-wofle 3. Tentang bo tgif ± bo snyuk ± watum (firman) y y y y y Etimologi bo tgif ± bo snyuk ± watum (firman) Isi bo tgif ± bo snyuk ± watum (firman) Kononisasi Cara yang tepat dalam menggunakan bo tgif ± bo snyuk ± watum (firman) K¶wiyon-mbol wofle ± Tabernakel ± kemah ± sekolah ± gereja. 4. Tentang manusia 1. Perbedaannya manusia dengan ciptaan lain 2. Manusia sebagai Raa wiyon-Na wofle 3. Amanat dan tugas dari wiyon-wofle kepada Raa wiyon-Na wofle 5. Pokok-pokok ajaran inisiasi wiyon-wofle 1. Hal dosa ± iro - Manusia Berdosa ± fana Raa iin ± Na iin Hukuman atas dosa iro 2. Pengampunan dosa miyon iro ± tgif iro ± maut wlah - Pengantara sejati Hidup baik 3. Hal tolong ± menolong Orang Maybrat, Imian, Sawiat, sebagai makhluk sosial yang dalam tindakan-tindakannya melangsungkan pendidikan inisiasi teologi wiyon-wofle merupakan suatu penjurusan pada kepentingan tentang spiritualitas mereka. Hamah Sagrim 139 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Konsep hubungan sosial dan agama orang Maybrat, Imian, Sawiat A B C E F D G Keterangan gambar: H I J A. Wadah seluruh hubungan sosial dan agama masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat. Seluruh jaringannya dalam arti umum/luas tanpa memperlihatkan batas-batas hubungan tertentu antara sosial bebas dan beragama. B. Suatu jaringan hubungan sosial dan agama yang memperlihatkan corak dan sikap yang berbeda dari kelompok sosial bebas dan agama. C. Group; kelompok sosial bebas dan agama yang memiliki hubungan sosial yang nyata dengan struktur yang begitu menonjol nyata. D. Quasi group sosial bebas dan agama E. Kelompok dengan antar hubungan langsung F. Kelompok dengan antar hubungan tidak langsung luas G. Kelompok dengan antar hubungan langsung terbatas H. Kelompok dengan antar hubungan tidak langsung terbatas I. Kelompok dengan antar hubungan tidak langsung luas. 2) Ciri-ciri Raa Wiyon-Na Wofle Hamah Sagrim 140 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Raa wiyon-na wofle adalah kelompok dan perkumpulan yang menamakan diri mereka sebagai abdi wiyon-wofle (Allah). Perkumpulan atau group Raa wiyon-Na wofle juga merupakan masyarakat yang mana mereka juga memiliki ciri-ciri syarat sebagai masyarakat. Ciri-ciri masyarakat yang tergolong dalam perkumpulan Raa wiyon-Na wofle adalah: a. Ada interaksi antara Raa wiyon-Na wofle dengan para warga. b. Memiliki tata, aturan, adat, dan norma yang mengatur interaksi c. Adanya kontinuitas antara sesama Raa wiyon-Na wofle dan dengan warga d. Adanya identitas yang mempusatkan Raa wiyon-Na wofle dan warga. Selain itu ada dua ciri tambahan yaitu; 4. Memiliki organisasi dan sistem pimpinan 5. Anggota kelompok suatu saat berkumpul kemudian bubar lagi Di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, kedua ciri ini dimiliki oleh kesatuan warga masyarakat sebagai ciri kesatuan sosial dan kesatuan jemaat (Raa wiyon ± Na wofle) disebutjuga kesatuan religi. Kedua kelompok kesatuan ini mempunyai unsur lokasi tertentu yang jelas dan walaupun kelompok Raa wiyon-Na wofle memiliki kelompok yang sakral, namun mereka tidak langsung melepaskan diri dari kelompok warga, karena Raa wiyon-Na wofle adalah bagian kelompok kekerabatan yang bertalian klen di tengah warga. Dari sifat organisasi dan sistem pimpinannya masing-masing dengan perbedaan ikatan, yaitu berisikan adat istiadat dan sistem norma yang sudah ada sejak dulu dan bisa disebut kekerabatan untuk sistem kelompok warga. 3) Adakah Masadepan Bagi Wiyon-Wofle? Menjelang akhir millenium kedua, orang Maybrat, Imian, Sawiat, bahkan kita semua menlihat dengan jelas bahwa dunia yang kita kenal sedang sekarat. Selama beberapa dekade, kita hidup dengan pengetahuan bahwa kita telah sukses menciptakan segala sesuatu yang brilian. Perang dingin dan wabah kelaparan serta penyebaran virus AIDS mengancam menyebabkan proporsi penyakit yang tidak dapat dikendalikan. Dalam dua atau tiga generasi mendatang, jumlah penduduk akan menjadi terlalu besar bagi planet bumi. Ribuan orang berada diambang ajal karena kelaparan dan kekeringan. Generasi-generasi sebelum kita telah merasakan bahwa akhir dunia sudah dekat, tetapi kita tampaknya sedang menghadapi masa depan yang tak terbayangkan. Bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat, apakah gagasan tentang wiyon-wofle akan muncul dalam tahun-tahun mendatang? Selama abad kedelapanbelas hingga ketujuhbelas Hamah Sagrim 141 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT kebawah, gagasan ± gagasan itu telah mampu menjawab pada tuntutan zaman tersebut, tetapi pada abad kesembilanbelas hingga abad saat ini, semakin banyak orang Maybrat, Imian, Sawiat merasakannya tak lagi ada (hilang - lose), dan ketika sebuah gagasan keagamaan kehilangan fungsi, iapun akan terlupakan, demikian yang terjadi pada wiyon-wofle. Wiyon-wofle memang merupakan gagasan masa silam orang Maybrat, Imian, Sawiat. Para penulis kitab perjanjian baru menganggap terjangkiti kesadaran keliru yang berakar pada masa mereka, tetapi para analis menganggap kesadaran masanya sebagai karunia intelektual yang murni. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, memandang wiyon-wofle sebagai kondisi ketuhanan yang tidak dapat dihapus begitusaja pada era apapun. Sebenarnya setiap suku bangsa mempertahankan agama dan Tuhan mereka tanpa harus dipengaruhi oleh agama lain, karena ketika ia beribadah menurut agamanya, ia akan merasakan sesuatu yang luarbiasa tentang Tuhan dan nilai keilahiannya lebih tinggi atau boleh dikatakan sangat sempurna. Akan tetapi, seseorang melepaskan agamanya yang telah ia sembah dan ia lebih mengerti, ia telah mencapai nilai tidak sempurna, karena dia tidak begitu mengerti tentang agama baru dengan Tuhan yang disembahnya itu. Karena dalam kitab perjanjian baru telah mengatakan demikian; ambillah bagianmu dan jangan mengambil bagian orang, karena bagimu akan dikurangi. Allah sudah memberi kepada setiap suku bangsa bagian-bagiannya, baik itu budaya, bahasa, laut, tanah, agama dan sebagainya bagi mereka masing-masing dan Ia berdiam didalamnya secara rahasia melalui perbagian keilahianNya yang berbeda itu. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, telah kehilangan bagian mereka, karena mereka memaksakan untuk mengambil bagian daripada milik Israel dengan berkeinginan sebagai umat Kristus, padahal telah jelas-jelas dalam kitab injil menyebutkan bahwa kaum Yahudi adalah zaitun asli sedangkan yang lainnya adalah zaitun liar. Pengajaran Kristen mengharuskan setiap umat yang bukan orang Israel bertekuk lutut dan mendoakan orang Israel agar mereka juga diberkati dan Allah Abraham, Ihak, dan Yakub mau menerima orang bukan keturunan Israel sebagai anakNya. Bagian milik orang Maybrat, Imian, Sawiat, telah terbuang jauh, ibarat seseorang yang menjual seluruh pakaiannya yang telah dipakainya dan ia berjalan dengan telanjang untuk meminta pakaian milik saudaranya yang lain dengan memohon; padahal keduanya mempunyai bagian yang sama. Sebenarnya yang dipersoalkan disini adalah keberadaan Tuhan itu, dan sebenarnya gagasan tentang Tuhan wiyon-wofle mempunyai makna yang koheren. Pernyataan tentang Tuhan wiyon-wofle begitu bermakna karena penyataan Hamah Sagrim 142 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT tentang Allah yang bisa diferifikasi atau dibuktikan kekeliruan tentangNya dalam k¶wiyon-bol wofle. Raa wiyon-Na wofle berkata bahwa ALLAH bapa, atau ORON yabi bertahta didalam k¶wiyon-bol wofle, merupakan pernyataan bermakna karena suatu interaksi yang transendensial antara manusia awam dan Raa wiyon-Na wofle dan ORON YABI atau ALLAH. Demikianpula pernyataan lain yang dikatakan oleh Raa wiyon-Na wofle dalam keimanan mereka membuat pernyataan yang bermakna taatkala berkata : aku percaya kepada wiyon-wofle (Tuhan), sebab setelah mati, kita tentu bisa melihat kebenaran tersebut. Bagi Raa wiyon-Na wofle berpengertian yang lebih luas lagi bahwa, wiyon-wofle (TUHAN) selalu berada dalam pengertian apapun yang bisa kita pahami (Ait yhar bonout wanu beta). Pernyataan ini begitu fantasi; karena teologi wiyon-wofle sangat sakral dan kata-kata firman (bo tgif) yang diterima oleh Raa wiyon-Na wofle mengandung isi yang bermakna kesucian, dan kalimat-kalimat yang mengandung Tuhan wiyonwofle begitu sangat koheren, dan memiliki ferifikasi ± pembuktian kekeliruan sehingga berbicara tentang wiyon-wofle mempunyai makna yang logis, karena bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat, tak ada sesuatupun didalam konsep tentang wiyon-wofle yang ditolak atau diragukan. Akantetapi dapat kita saksikan pula bahwa tidak semua orang beragama berpaling kepada Tuhan, untuk memperoleh penjelasan tentang alam. Banyak yang memandang dalil-dalil itu sebagai pengalih perhatian. Kini orang Maybrat, Imian, Sawiat, telah menciptakan kebiasaan baru dengan membaca kitab suci secara harafiah dan menafsirkannya secara spesifik tentang doktrin yang seakan-akan doktrin itu merupakan fakta objektif. Kebanyakan orang Maybrat, Imian, Sawiat, menganggapnya sebagai sebuah fakta objektif karena doktrin dalam kitab suci selalu diparalelkan atau diaplikasikan dengan doktrin dalam wiyon-wofle. Bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat, Tuhan yang subyektif tidak mungkin dibuktikan dan seakan-akan Dia merupakan fakta obyektif sebagaimana yang mereka temui didalam k¶wiyon-bol wofle. Raa wiyon-Na wofle telah meninggalkan kesendirian mereka dan berangkat menuju dunia. Dengan cara yang sama, Raa wiyon-Na wofle dan Kristen adalah manusia secular yang teguh. Mereka telah meninggalkan tempat suci ³k¶wiyon-mbol wofle´ yang biasa ditempati wiyon-wofle ³Tuhan´ untuk bertemu dengan Raa wiyon-Na wofle dilingkungan sekitar k¶wiyon-bol wofle dalam dunia baru atau alam Tuhan. Saya setuju dengan kata-kata seorang teolog kulit hitam semacam James H. Cone, yang bertanya ³bagaimana mungkin orang kulit putih merasa berhak untuk menegakkan kebebasan manusia melalui kematian Tuhan? Sementara mereka memperbudak manusia atas nama Tuhan´. Para teolog tradisional Maybrat, Imian, Sawiat, merasa mustahil jika seorang manusia hidup Hamah Sagrim 143 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT tanpa wiyon-wofle (Tuhan). Mereka sendiri juga telah menyadari bahwa wiyon-wofle (Tuhan) telah dimatikan oleh Kristen. Teologi wiyon-wofle mampu membuat orang Maybrat, Imian, Sawiat, menemukan ketenteraman baru didalam k¶wiyon-mbol wofle. Semua orang Maybrat, Imian, Sawiat, memandang wiyon-wofle (Tuhan) sebagai yang besar, yang darinya manusia berasal dan kepadanya manusia akan kembali, dan wiyon-wofle (Tuhan) dianggap lebih agung bagi manusia, ia lebih suci dari manusia, Ia maha tau daripada manusia, Ia maha ada (omni present) daripada manusia, Ia tidak terbatasi oleh apapun. Sebagai gantinya, kita mesti menemukan ³Tuhan´ diatas Tuhan personal ini. Tak ada yang baru dalam hal ini, semenjak abad kesembilanbelas orang Maybrat, Imian, Sawiat, mulai beradabtasi dengan kitab suci. Zaman ini boleh dikatakan sebagai zaman new biblikal bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat. Raa Wiyon-Na wofle telah menyadari watak paradoks Tuhan yang mereka sembah, menyadari bahwa Tuhan dipersonalisasikan dalam wiyon-wofle, ini diseimbangkan oleh keilahian yang transpersonali. Bagi kaum Kristen, setiap pendoa merupakan kontradiksi, karena Allah berbicara dengan seseorang yang sedang berbincang denganNya justru mustahil bertatap langsung secara nyata dan mustahil suaraNya mustahil frontal terdengar. Selama berabad-abad, symbol-simbol wiyonwofle pelindung dan keabadian telah membuat orang Maybrat, Imian, Sawiat, bersabar menanggung nestapa kehidupan dan horror kematian, namun ketika muncul ketakutan dan keraguan, simbol-sibol ini kehilangan. Bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang mengalami ketakutan dan kecemasan in, biasanya mereka harus mencari Raa wiyon-Na wofle untuk terapi dengan pergi kepada wiyon-wofle (Tuhan). Pengalaman orang Maybrat, Imian, Sawiat, dan Raa wiyon-Na wofle mempercayai Tuhan yang dikonsepsikan sebagai wiyon-wofle diatas Tuhan, ini bukanlah keadaan yang ganjil yang dapat dibedakan dari pengalaman emosional atau intelektual lain. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, boleh berkata bahwa ³mereka memiliki pengalaman khusus dalam teologi wiyon-wofle, sebab wiyon-wofle (Tuhan) dalam k¶wiyon-mbol wofle yang berwujud itu mendahului dan fundamental bagi semua emosi, semangat, harapan dan keputusasaan manusia´. Bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat, ini merupakan pengalaman tersendiri mereka, akan tetapi pengalaman-pengalaman semacam ini sering dialami oleh setiap penganut agama yang mempercayai Tuhan diatas Tuhan. Oleh karena itu, keadaan semacam ini bukanlah suatu keadaan yang dinamakan tersendiri, namun meliputi setiap pengalaman kemanusiaan yang normal. Tuhan yang diimani telah beringkarnasi didunia yang telah menjadi sakramen kehadiranNya, baik ia hadir didalam kabbalah, gereja, k¶wiyon-bol wolfe dan diri Hamah Sagrim 144 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT pribadi setiap orang. Alih-alih berkonsentrasi pada Yesus kristus, orang Kristen mesti menumbuhkan potret klimaksn proses evaluasi ketika Tuhan menjadi segala didalam segala. Kitab suci mengatakan kepada kita bahwa Tuhan adalah cinta, dan sains menunjukkan bahwa dunia alamiah berkembang menjadi kompleksitas yang lebih tinggi dan kesatuan yang lebih besar dalam keragaman ini. Kesatuan ± dalam perbedaan ini merupakan cara Tuhan mengungkapkan cintaNya yang menggerakkan seluruh ciptaanNya. Tuhan tidakboleh disamakan dengan dunia ini, karena akan menghilangkan transendensialNya, tetapi teologi wiyon-wofle merupakan pemberi perubahan bagus terhadap orang Maybrat, Imian, Sawiat Papua, yang mencirikan spiritualitas wiyon-wofle. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, melukiskan Tuhan wiyonwofle sebagai Allah, Dia tidak digambarkan sebagai sahabat dunia, atau Dia tidak digambarkan sebagai teman sependerita yang mengerti manusia. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, tidak begitu keliru dalam menempatkan Tuhan wiyon-wofle sebagai tatanan adialami. Dalam konsepsi orang Maybrat, Imian, Sawiat, tentang Tuhan wiyon-wofle yang alamiah ini, mereka memasukkan semua aspirasi, dan potensi yang dipandang mukjizat (bo tohõ). Hal ini mencakup pula ³pengalaman keagamaan´ orang Maybrat, Imian, Sawiat, tentang wiyon-wofle. Raa wiyon-Na wofle bilamana ditanya ³apakah anda pikir wiyon-wofle terpisahkan dari alam?´ mereka pasti menjawab bahwa wiyon-wofle itu maha berada (omni present). Dalam teologi wiyon-wofle, manusia diarahkan oleh dorongan yang sama; menjadi cerdas, bertanggungjawab, bernalar, mencintai dan harus berubah sebagai anak Tuhan Raa wiyon-Na wofle. Olehkarena itu, watak dasar manusia menuntut Raa wiyon-Na wofle untuk mentransendensikan dirinya dan persepsi mereka pada saat berada didalam k¶wiyon-bil wofle yang kealahan, dan prinsip ini mengindikasikan apa yang disebut sebagai wiyon-wofle (Tuhan) didalam hakikat dasar seluruh persoalan kemanusiaan. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, terutama Raa wiyon-Na wofle telah ³melihat´ Tuhan yang dikonsepsikan sebagai wiyon-wofle didalam k¶wiyon-bol wofle, ia dilihat dalam bentuk yang penuh bersinar kealahan dan wajahnya begitu sulit untuk terlihat. Penekanan Raa wiyon-Na wofle terhadap keberadaan wiyon-wofle menunjukkan bahwa wiyon-wofle ditemukan melalui indera dan tidak hanya melalui nakal dan bagian diri manusia yang lebih abstraksi. Kesemuanya ini hanya akan berlangsung didalam k¶wiyon-mbol wofle. Bagi Raa wiyon-Na wofle, wiyon-wofle (Tuhan) tidakbisa diperbandingkan dengan hal-hal lain. Mereka juga menekankan bahwa wiyon-wofle sebagai satu-satunya realitas, aka yang ada hanyalah Dia dan dunia itu pada dasarnya ilahiah. Hal ini merupakan suatu kebenaran esoterik yang hanya bisa Hamah Sagrim 145 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT dipahami dalam konteks disiplin teologi wiyon-wofle. Dalam pengalaman-pengalaman Raa wiyon-Na wofle yang mengungkapkan tentang wiyon-wofle lebih terjangkau oleh manusia melalui k¶wiyon-bol wofle sebagai tahta. Disimpulkan bahwa agama wiyon-wofle dan k¶wiyonmbol wofle merupakan tempat perjumpaan dengan wiyon-wofle (Tuhan). Dalam k¶wiyon-mbol wofle, ada tiga wilayah ruang; pertama; wilayah ruang luar, sebagai tempat dimana Raa wiyonNa wofle bisa bertemu dengan orang awam (Raa iin-Na iin), kedua; wilayah ruang suci, sebagai ruang wilayah dengan ruang dan waktu tempat Raa wiyon-Na wofle berhubungan dengan wujud lain sebagai subjek dan objek, sebagai Aku ± Dia ³manusia Raa wiyon-Na wofle ± Tuhan wiyonwofle´. Ketiga, wilayah ruang maha suci, dimana Raa wiyon-Na wofle berhubungan dengan yang lain sebagai sumber realitas tertinggi sebagaimana adanya, memandangnya sebagai tujuan pokok. Inilah wilayah atau ruang Aku ± Engkau, yang mengungkapkan keberadaan wiyon-wofle (Tuhan) yaitu tahta Allah. Dalam teologi wiyon-wofle ³mber wiyon´ adalah berdialog dengan wiyon-wofle yang tidak membinasakan kebebasan atau kreativitas Raa wiyon-Na wofle, karena bagi Raa wiyon-Na wofle, wiyon-wofle (Tuhan) tidakpernah menyatakan kepada mereka apa yang ditentukannya atas diri mereka. Mereka mengalaminya hanya sebagai kehadiran dan dorongan. Raa wiyon-Na wofle selalu mengetahui dan mengerti akan makna-maknanya. Perlu disadari bahwa bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat, k¶wiyon-mbol wofle merupakan bait suci bagi mereka yang mana didalamnya berdiam wiyon-wofle (Tuhan) pada tahtanya. K¶wiyonmbol wofle melukiskan realitas keberadaan wiyon-wofle, k¶wiyon-mbol wofle memikul makna yang terlalu agung dan kompleks, dan mempunyai asosiasi sakral yang begitu suci. Dalam pendidikan inisiasi wiyon-wofle, Raa wiyon-Na wofle diharuskan melawan kedagingan dan dehumanisasi moderenis. Bagi Raa wiyon-Na wofle, menganggap tindakan ini lebih memenuhi kebutuhan wiyon-wofle daripada kebutuhan mereka sendiri sebagai manusia. Raa wiyon-Na wofle menganggap bahwa kehidupan moderen ditandai oleh depersonalisasi dan eksploitasi; bahkan wiyon-wofle akan direduksi menjadi sesuatu untuk dimanipulasi dan melayani tujuantujuan manusia. Akibatnya, agama wiyon-wofle akan menjadi suram dan membosankan; kita membutuhkan teologi kedalaman tentang wiyon-wofle ini, untuk masuk kebawah strukturstruktur dan memulihkan kekaguman, misteri, dan ketakjuban semula. Suatu nilai tersendiri dalam membuktikan keeksistensian wiyon-wofle secara logis dan realistis. Iman orang Maybrat, Imian, Sawiat, kepada wiyon-wofle memancar dari pemahaman langsung yang tidak ada kaitannya dengan konsep-konsep kemanusiawian dan rasionalitas. Wiyon-wofle harus Hamah Sagrim 146 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT ditafsirkan dengan baik agar melahirkan kepekaan tentang yang maha kuasa. K¶wiyon-bol wofle juga mesti dipandang sebagai gerak simbolik yang melatih Raa wiyon-Na wofle atau manusia untuk hidup dalam kehadiran wiyon-wofle (Tuhan). Setiap bilik dalam k¶wiyon-bol wofle, memiliki daya keilahian, dan alam dalam ruang bilik k¶wiyon-mbol wofle memiliki daya keilahian kuasa wiyon-wofle yang mana memiliki ritem dan logikanya sendiri. Diatas segalanya, orang Maybrat, Imian, Sawiat, menyadari bahwa wiyon-wofle membutuhkan manusia. Wiyonwofle bukanlah Tuhan yang jauh sebagaimana yang dikonsepsikan oleh para filosof, namun yang peduli terhadap penderitaan manusia sebagaimana digambarkan oleh Raa wiyon-Na wofle. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, memandang wiyon-wofle sebagai cita-cita penting dengan cara yang mengatakan kepada Raa wiyon-Na wofle. Mereka memandangnya sebagai Tuhan yang ada, walaupun hanya bisa dilihat dengan mata yang sudah dicelikkan (Raa mber), bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat, itu bukanlah merupakan persoalan. Bila orang Maybrat, Imian, Sawiat, hidup tanpa ide tentang wiyon-wofle, makan tak ada makna hidup tentang kebenaran, atau moralitas mutlak; etika, mungkin hanya soal selera, rasa atau perilaku. Kita tarik kesimpulan persepsi ini pada dunia moderen, bahwa tanpa ide tentang ³Tuhan´, politik dan moralitas akan menjadi pragmatic dan licik, tidak bijak. Jika tidak ada yang mutlak, tak ada alas an untuk tidak bermusuhan atau bahwa perang lebih buruk daripada damai. Agama pada dasarnya merupakan perasaan batin bahwa ada Tuhan. Salahsatu impian kita yang palling awal adalah kerinduan akan keadilan (betapa sering kita mendengar seseorang memprotes; ³itu tidak adil!!´). agama merekam aspirasi dan gugatan manusia dihadapan penderitaan dan kekeliruan. Agama membuat kita sadar akan keterbatasan kita; kita semua berharap ketidak adilan didunia segera berakhir. Orang yang tidak memiliki kepercayaan keagamaan, dia akan berjalan menurut egonya sendiri. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, menemukan Tuhan sebagai wiyon-wofle, kedengarannya asing, tetapi tidaklah seasing yang kita bayangkan, karena semuanya berfokus kepada Tuhan, dan Tuhan bukanlah sesuatu yang baru. Sebagimana yang telah kita saksikan, kitabsuci Yahudi yang oleh orang Kristen disebut perjanjian ³lama´ mereka, memperlihatkan proses yang serupa; alQuran sejak awal menyebut Allah dalam istilah yang kurang personal dibandingkan tradisi Yudeo Kristen. Doktrin semacam trinitas dan mitologi serta simbolisme system istikal semuanya berupaya menunjukkan bahwa Tuhan melebihi personalitas. Namun ini tidak menjadi jelas dengan sendirinya bagi kebanyakkan orang beriman. Hamah Sagrim 147 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Ketika orang Maybrat, Imian, Sawiat, dan Raa wiyon-Na wofle dikecewakan awalnya oleh Kristen, yang tidak memberi ruang untuk wiyon-wofle didalam kosmologinya, mereka masih berpikir tentang Tuhan dalam terma wiyon-wofle, sebagai wujud yang telah menciptakan alam sebagaimana layaknya kita, manusia membuatu sesuatu. Namun kisah penciptaan sejak awal tidak begitu diungkapkan secara rinci oleh Raa wiyon-Na wofle untuk dipahami secara harafiah. Seperti pengertian tentang Yahweh sebagai pencipta belum masuk kedalam Yudaime hingga pengusiran kebabilonia. Ini adalah sebuah konsepsi yang asing bagi alam pikiran Yunani: penciptaan dari ketiadaan (ex nihilo) dianggap bukanlah doktrin resmi Kristen sebelum Konsil Nicaea pada tahun 341. penciptaan merupakan ajaran inti Al-Quran, namun sebagaimana seua ungkapan Al-Quran tentang Tuhan, ini juga merupakan ³kiasan´ atau ³tanda´ (ayat - verse) dari suatu kebenaran yang tak tercampakan. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, dan kaum rasionalis uslim dan Yahudi merasakannya sebagai sebuah doktrin sulit dan problematika dan sulit diungkapkan secara rinci. Pendek kata, kosmologi bukanlah penjelasan ilmiah tentang asal usul alam, namun pada dasarnya merupakan ungkapan simbolik tentang kebenaran spiritual dan psikologis. Sebagaimana telah kita saksikan bahwa peristiwa-peristiwa baru yang mensabotase wilayah agama-agama lain tanpa menyisakan ruang bagi mereka sebagaimana agama wiyonwofle diwilayah Maybrat, Imian, Sawiat. Peristiwa historis terbaru seperti Kristen diwilayah Maybrat, Imian, Sawiat, dirasakan sebagai ancaman terhadap konsepsi ketuhanan tradisional wiyon-wofle disbanding penemuan sains. Akan tetapi di Barat, pemahaman harafiah tentang kitabsuci telah tertanam sejak lama. Ketika beberapa orang Kristen barat merasa keimanan mereka kepada Tuhan digoyahkan oleh sains baru, mereka mungkin membayangkan Tuhan sebagai mekanik agung yang dikonsepsikan Newton, sebuah pandangan ketuhanan personalistik yang harus di tolak atas dasar alas an-alasan keagamaan maupun ilmiah. Tantangan sains mungkin akan membawa gereja kepada apresiasi baru terhadap watak simbolik narasi kitab suci. Wiyon-wofle tampaknya menampilkan sebuah alternatif yang mungkin lebih dapat diterima. Raa wiyon-Na wofle telah sejak lama menegaskan bahwa wiyon-wofle bukanlah wujud lain; mereka mengklaim bahwa Dia adalah Tuhan yang sungguh-sungguh bereksistensi dan lebih baik menyebutnya ada. Tuhan ini cocok dengan selera Raa wiyon-Na wofle yang menolak pemberian gambaran yang tidak layak tentang yang mutlak terhadap wiyon-wofle (Tuhan). Alih-alih memandang Tuhan sebagai fakta objektif dalam k¶wiyon-mbol wofle yang dapat didemonstrasikan melalui dalil-dalil teologi wiyon-wofle yang dianggap ilmiah, Raa wiyon-Na Hamah Sagrim 148 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Wofle justru mengklaim bahwa Tuhan wiyon-wofle merupakan pengalaman objektif yang secara misterius didekati melalui inisiasi (mber wiyon-wofle) dan dapat dilihat sebagai aktivitas gerejani yang tradisional untuk mengungkapkan realitas Tuhan. Raa wiyon-Na wofle membutuhkan kecerdasan, disiplin dan swakritik sebagai benteng terhadap emosionalisme dan proyeksi yang etis. Wiyon-wofle tidak memuaskan kaum feminisme, karena Raa wiyon-Na wofle semenjaknya tidakpernah memasukkan unsur-unsur kewanitaan kedalam k¶wiyon-mbol wofle yang dianggap sakral dan ilahiah itu. Demikian beberapa sikap Raa wiyon-Na wofle mungkin dapat diraih. Sekalipun kita takmampu mencapai derajat kesadaran lebih tertinggi yang telah dicapai oleh Raa wiyon-Na wofle, kita bisa belajar bahwa wiyon-wofle tidak mengada dalam pengertian yang sederhana, misalnya atau bahwa kata ³wiyon-wofle´ itu sendiri merupakan symbol suatu realitas yang terucap dengan berbagaimacam nama yang dikonsepsikan setiap agama suku kepada Tuhan. Teologi wiyon-wofle tidak mengekangkan umatnya untuk mendesakkan persoalan rumit tentang realitas wiyon-wofle kedalam dogma yang kaku. Namun, jika pemahaman ini tidak dapat dirasakan denyutnya di nadi dan diartikan secara personal, semuanya akan tampak sebagai abstraksi takbermakna. Telah kita saksikan bahwa wiyon-wofle sering dianggap sebagai sebuah disiplin esoteric, bukan karena Raa wiyon-Na wofle ingin membuang yang fulgar, tetapi karena kebenaran-kebenaran ini hanya bisa dipersepsi oleh akal intuitif setelah Raa wiyon-Na wofle melakukan latihan keimanan khusus didalam k¶wiyon-bol wofle. Artinya menjadi berbeda setelah didekati melalui jalan ini ± mber wiyon-wofle adalah suatu aktivitas keagamaan yang sangat sacral ketika didekati melalui jalan ini, jalan yang tidak dapat terjangkau oleh daya nalar kemanusiaan logis. Semenjak Raa wiyon-Na wofle, mereka mulai menisbahkan perasaan dan pengalaman ereka sendiri kepada wiyon-wofle. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, telah mengenal Tuhan yang mereka kenal sebagai Wiyon-Wofle. Wiyon-wofle dipandang sebagai sebuah fakta nyata yang bisa dijumpai sebagai eksistensi objektif. Pada masa sekarang, orang Maybrat, Imian, Sawiat, telah kehilangan wiyon-wofle dan mereka ingin kembali menempuh upaya inisiasi wiyon-wofle ini. Hal ini tidak perlu menjadi sebuah bencana, tetapi ketika ide-ide agama wiyon-wofle kehilangan validasinya, ide-ide itu biasanya memudar tanpa terasa. Jika pemikiran orang Maybrat, Imian, Sawiat, tentang wiyon-wofle begitu sesuai bagi mereka di zaman empiric ini, maka wiyon-wofle harus dihidupkan kembali sebagai fokus spiritualitas yang mutlak. Orang Hamah Sagrim 149 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Maybrat, Imian, Sawiat, telah menciptakan keyakinan untuk diri mereka, untuk rasa kagum dan meraih makna kehidupan didalam wiyon-wofle yang terkatakan. Seratus persen orang di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, Papua Barat, mengaku beriman kepada Tuhan dalam injil bibel, namun didalam hati dan pikiran orang Maybrat, Imian, Sawiat, tertidur wiyon-wofle (Tuhan) yang selalu terdengar gemanya mendenting dikedalaman hati nurani. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, tidak bisa menanggung beban penyesalan akan kehilangan wiyon-wofle yang merupakan beban kehampaan dan kesepian; kini orang Maybrat, Imian, Sawiat, harus mengisi kekosongan itu dengan menghidupkan kembali wiyon-wofle yang sebagai fokus untuk meraih hidup yang bermakna. Kristen tang telah gemilang di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, bukanlah pengganti, akan tetapi yang disembah oleh Kristen adalah Tuhan ± yang dalam konsepsi orang Maybrat, Imian, Sawiat, disebut wiyon-wofle, atau juga dikatakan dengan pengertian bahwa Tuhan adalah wiyon-wofle dan wiyon-wofle adalah Tuhan. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, harus mengangkat kembali wiyon-wofle dari keterbuangannya dan menghidupkannya kembali. Karena menyembah wiyon-wofle samasaja dengan menyembah kepada Tuhan. Bangkitlah Raa wiyon-Na wofle Bangkitlah orang Maybrat, Imian, Sawiat Dirikanlah bait suci ± tabernakel (k¶wiyon-mbol wofle) bagi wiyon-wofle ALLAH yang telah engkau kenal itu, karena Dia Allah. Wiyon-wofle yang memerintahkanya kepadamu melalui MBOUK. Pergilah kepadanya, segala kekayaan yang berupakan bagianmu ada bersamanya, bawakanlah sesukahatimu karena itu adalah milikmu. Hamah Sagrim 150 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT A. Strategi dan Metode Pembinaan Kepada Raa Wiyon ±Na Wofle Dalam K¶wiyon ± Mbol Wofle. 1. Pengertian Kata Wiyon-Wofle Istilah kata yang dipergunakan dalam teologi wiyon-wofle, menjelaskan bahwa kata ³wiyonwofle´ adalah ³suatu perjanjian abadi dan kekal antara Raa wiyon-Na wofle dengan WiyonWofle (Tuhan) yang mana terjalin dalam k¶wiyon-mbol wofle´. Kata ³wiyon´ berasal dari bahasa Maybrat yang berarti ³Allah´ dan ³Wofle´ berasal dari bahasa Imian dan Sawiat, yang juga berarti ³Allah´. Dari kata ³wiyon´ dapat dirincikan maknanya menjadi tiga makna kata dengan makna yang berbeda tetapi memiliki satu inti pengertian yang suci, sebagai berikut: WIYON ALLAH WI, WAIN, RIWAIN Tadi, beberapa menit atau beberapa jam yang lalu (berkaitan dengan penjadian) YON ± ON Janjian, jadwal pertemuan yang berdasarkan janji suci antara yang kekal dan manusia (kultus rohania) YRON Kekal, abadi, selamanya, aam, keilahian, keabadian, kesucian, kebesaran, kekuasaan, kekudusan. (keAllahan) WI = WIYO Sebagai Kata Panggilan Bahwa segera datang karena ada sesuatu yang sangat penting (Penyataan Allah) Dari uraian makna kata diatas, maka ditemukan bahwa makna kata wiyon-wofle atau mber wiyon-wofle adalah ³suatu perjanjian abadi antara Raa wiyon-Na wofle dengan wiyon-wofle yang terjalin dalam k¶wiyon-bol wofle untuk melakukan sesuatu yang kultus´. Hamah Sagrim 151 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Aktivitas teologi wiyon-wofle yang mana menghimpun orang Maybrat, Imian, Sawiat, dalam jumlah yang lebih dari tiga orang dan banyak sehingga disebut ³Jemaat ± sidang´ atau dalam bahasa Maybrat, ³Raa wiyon-Na wofle ± mber wiyon´. Istilah Jemaat dan Sidang, diambil dari bahasa Yunani ³Eklesia´ yang berarti perkumpulan. Tetapi Eklesia bukan mempunyai arti sakral seperti dalam istilah wiyon-wofle atau istilah keagamaan (Religi), Eklesia mempunyai arti Perkumpulan biasa dan bukan perkumpulan kultus. Agaknya istilah Eklesia mempunyai latarbelakang pengertian yang sama dengan istilah mber wiyon-wofle yang merupakan suatu aktivitas yang berarti ³Pendidikan inisiasi ± bersama´, maka istilah ini kemudian kita hubungkan dengan masalah mber wiyon-wofle dalam lingkungan suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat. Maksudnya suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, berkumpul untuk mendengar didikan ³watum´ atau ³Firman-bo tgif´ dan berinteraksi dengan wiyon-wofle ± Tuhan dalam k¶wiyon-bol wofle ± Tabernakel. Oleh karena itu, dalam mber wiyon-wofle atau perkumpulan Raa wiyon-Na wofle, kita bisa gunakan kata ³Eklesia wiyon-wofle´, dan kita bisa menyebutnya ³Raa wiyon-Na wofle´ yang berhimpun dan bersatu dalam k¶wiyon-bol wofle yang dihimpun oleh wiyon-wofle serta dipersatukannya pula. b. Pembentukan Raa wiyon-Na wofle Menjadi Sebuah Jemat Jemat wiyon-wofle atau Raa wiyon-Na wofle, secara resmi dibentuk pada waktu pewahyuan wiyon-wofle kepada Mbouk. Pada saat itu, Mbouk dianggap sebagai seorang Nabi, akan tetapi ia menjalankan tugas sebagai Raa bam-Na tmah (Imam) karena dia secara langsung melakukan perintah dari wiyon-wofle dan para Rasul ± adalah Raa wiyon-Na wofle yang mana mendapat tugas untuk menyampaikan berita tentang wiyon-wofle ³ber wiyon-wofle´, kepada suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, dan dan keseluruh dunia. Hasilnya, jemaat wiyon-wofle atau Raa wiyon-Na wofle dibentuk dan dibangun pada pelosok Maybrat, Imian, Sawiat. Melalui uraian diatas, jelaslah bahwa jemaat itu bukan didirikan atas inisiatif MBOUK sebagai manusia yang juga dipandang sebagai Nabi Wiyon-Wofle sendiri, tetapi jemaat itu ada karena dibentuk oleh Tuhan yang disebut sebagai wiyon-wofle oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat, sebagai Allah mereka. Wiyon-wofle adalah sang ilahi yang menjadi dasar serta kepala dari jemaat Raa wiyon-Na wofle, karena itu setiap jemaatnya disebut Jemaat wiyon-wofle ± Allah atau Raa wiyon-Na wofle yang disucikan oleh waif sebagai cawannya. Diwilayah Maybrat, Imian, Sawiat, hanya ada satu eklesia wiyoh-wofle saja tetapi memiliki beberapa aliran seperti; Hamah Sagrim 152 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT wiyon-wofle U, wiyon-wofle TOHMI, wiyon-wofle SOHORO, wiyon-wofle BRAT. Dikatakan demikian karena jemaat atau Raa wiyon-Na wofle bersumber dari wiyon-wofle dan kita dapat mengatakan bahwa Raa wiyon-Na wofle jemaat itu adalah tubuh wiyon-wofle. Ungkapan tubuh ³wiyon-wofle´ hendak ditegas bahwa wiyon-wofle sendiri adalah kepalanya. Dengan katalain, jemaat wiyon-wofle ± Raa wiyon-Na wofle tetap ditempatkan dibawah wiyon-wofle sebagai kepalanya. Karena itu, jemaat-jemaat wiyon-wofle yang berada diwilayah Maybrat, Imian, Sawiat, yang banyak itu diikat menjadi satu dalam pelayanan ³mber wiyon´. c. Ciri-Ciri Ilmu Didikan Pada Teologia Wiyon-Wofle. Dalam ilmu didikan pada teologi wiyon-wofle, ilmu didikannya merupakan kumpulan pengetahuan-pengetahuan tentang wiyon-wofle dengan metode yang begitu ilmiah dan disusun dalam suatu sistem pendidikan inisiasi wiyon-wofle. Pengetahuan-pengetahuan dari ilmu teologia wiyon-wofle itu terdiri dari perumusan-perumusan umum dan khusus tentang kausalitas yang menyatakan atau merujuk pada hubungan-hubungan kausal antara spiritualitas manusia dengan sang realitas tertinggi yang dikonsepsikan sebagai wiyon-wofle atau Tuhan. Perumusan ilmu teologi wiyon-wofle itu, menghasilkan generalisasi dalam genggaman teologisnya yang khusus dan sacral itu. Dalam ilmu teologi wiyon-wofle yang dipelajari dalam inisiasi wiyonwofle yang merupakan pusat perhatian penganut wiyon-wofle adalah merupakan kekhususan atau sebagaimana dikatakan bahwa kekhususan itu disebut dengan bo snyuk, atau hukum kausal yang memiliki keunikan tersendiri dan kudus. Kultus semacam ini berkaitan dengan focus pendidikan yang begitu khusus, tertutup dan transenden. Kekhususan ilmu wiyon-wofle yang diterima secara tertutup itu sebagai bekal utama yang memberikan kesanggupan kepada penganut Raa wiyon-Na wofle untuk mengendalikan situasi dan kejadian-kejadian dalam kehidupan bahkan dengan ilmu itu mereka mampu membuat semacam prakiraan yang tepat mengenai apa yang terjadi. Oleh karena dalam ilmu wiyon-wofle itu menyelidiki kejadian-kejadian yang terlihat meiliki kaitan-kaitannya atau dengan pengertian lain tidak berdiri sendiri-sendiri, melainkan merupakan hubungan timbalbalik dari ilmu ilmu wiyon-wofle itu sendiri sebagai rujukan menuju hal-hal dari suatu corak atau kategori tertentu yang mana Raa wiyon-Na wofle terbawa oleh ilmu-ilmu itu yang mana wawasan dan pikiran mereka juga terhisap dan tenggelam kedalamnya, sebagaimana ilmu itu mampu melampaui batas-batas pengalaman pikiran dan ide-ide manusia yang langsung dan abstrak sehingga Raa Hamah Sagrim 153 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT wiyon-Na wofle dapat mengetahui hal-hal yang akan terjadi bahkan juga hal-hal yang sedang berlangsung, bahkan dengan demikian pula Raa wiyon-Na wolfe dapat mengendalikan fenomena kejadian yang dianggap berhubungan pada kausal, bahkan mungkinjuga mereka dapat mengawasi hal-hal yang akan terjadi. Ilmu khusus atau hal-hal yang non generalisasi yang mana telah dilakukan dalam teologi wiyon-wofle itu, memungkinkan Raa wiyon-Na wofle sehingga dapat membuat prakiraan-prakiraan (prediction), seperti misalnya; akan terjadi banjir, atau akan terjadi kelaparan dan lain sebagainya. Prakiraan yang diperkirakan ini didasarkan atas gejalagejala alam yang selanjutnya diamati dengan predikat tertentu sehingga terjadilah prakiraanprakiraan itu. Sebenarnya prakiraan-prakiraan itu selalu akan terjadi dan semua itu menyangkut sesuatu yang faktuil. Ilmu teilogi wiyon-wofle merupakan ilmu yang objektif, karena kebenarannya telah mendapat pengakuan secara umum oleh masyarakat setempat. Pembuktian-pembuktian tentang sesuatu telah diterima secara universal, karena menyatakan bukti-bukti yang factual yang selalu dibenarkan, walaupun hal ini begitu mistik bagi pandangan orang awam. Ilmu wiyon-wofle menuntut seorang Raa wiyon-Na wofle dengan prisnsip ketiadaan sifat perseorangan yang impersonal itu. Subjek pribadinya diubah. Pengetahuan dari syarat-syarat tersebut memampukan dan mepersatukan Raa wiyon-Na wofle menjadi berkompeten sehingga dapt memperoleh bekal yang sama dalam transformasi wiyon-wofle itu. Kebenaran-kebenaran yang selalu ditampilkan itu bersifat kebenaran-kebenaran yang apriori, yang mana keraguan-keraguan manusia dapat dibuktikan dengan objektifitas yang mana kebenaran-kebenarannya begitu faktuil. Kebenaran faktuil itu sebagai alat untuki mengukur kebenarannya, sehingga ilmu wiyon-wofle ini tetap diperlakukan dalam kehidupan. Ilmu wiyon-wofle berfungsi sebagai pengetahuan yang membantu Raa wiyon-Na wofle dalam mencapai tujuan yang berfokus pada spiritualitas manusia dan Tuhan semesta alam, atau dengan pengertian lain disebut (Roh dan Jiwa). Karakteristik ilmu teologia wiyon-wofle memiliki sifat-sifat yang suci dan murni. Penjelasan tentang pengetahuan atau konsep ilmu teologia wiyon-wofle pada umumnya tentu berkaitan dengan pendekatan atau cara pandang wiyon-wofle yang diterapkan. Sesuai cakupannya, ilmu teologia wiyon-wofle merupakan sesuatu yang mempelajari dan membimbing serta menghantarkan jiwa seorang Raa wiyon-Na wofle untuk mengenal dan menyebut Hamah Sagrim 154 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT pengetahuan tentang wiyon-wofle atau Tuhan dengan manusia dengan pendekatan positifis yang dipandang sebagai satu kebulatan unsur rasionalitas. Ilmu teologia wiyon-wofle juga merujuk pada masing-masing permasalahan tertentu, yaitu seperti; permasalahan kesehatan, ilmu teologia wiyon-wofle memiliki suatu rujukannya yang dipelajari. Jadi ilmu wiyon-wofle mencakup didalamnya terdiri dari ilmu kesehatan, ilmu alamiah atau supranatural dan ilmu nujum, bahkan masih banyak lagi. Dalam ilmu teologia wiyon-wofle tidak pernah menyebutkan sains science, karena merupakan istilah yang dipakai dalam arti pengetahuan sistematis tentang dunia fisikal atau material. Sains menunjukkan pada gugusan ilmu-ilmu kealaman material (natural science of material). Dari segi maknanya, ilmu teologi wiyon-wofle merujuk pada dua hal, yaitu; Pertama, dengan proses inisiasi atau aktivitas belajar dengan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Raa wiyon-Na wofle sebagai penganutnya (science of theology wiyon-wofle is the process which makes cnowledge), yang kedua adalah; ilmu teologi wiyon-wofle sebagai suatu metode guna memperoleh pengetahuan objektif dan dapat menyatakan kebenarannya (science of theology wiyon-wofle is a method of obtaining cnowledge). Ilmu wiyon-wofle dipandang sebagai suatu sistem dan cara yang teratur (dicipline cnowledge) yang digunakan sebagai suatu perolehan pengetahuan (an organized way of obtaining cnowledge). Berikut lihat pengertiannya dalam bagang beriktu dibawah: AKTIVITAS TEOLOGIA WIYON-WOFLE ILMU TEOLOGIA WIYON-WOFLE METODE Gambar: PENGETAHUAN Interelasi Aktivitas Teologia Wiyon-Wofle dan Pengetahuan wiyon-wofle Hamah Sagrim 155 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Pemahaman yang tertib tentang ilmu teologia wiyon-wofle ini mungkin lebih jelas dengan pemaparan dua ciri pokok sebagai rangkaian kegiatan inisiasi wiyon-wofle atau proses belajar mengajar (mber wiyon-wofle) sebagai keharusan dan tata cara pengarahan pikiran, dan jiwa Raa wiyon-na wofle sebagai suatu kultus yang mengisyaratkan prosedur dalam tindakan pikiran dan akan menuju pada penciptaan yang baik. Ilmu teologia wiyon-wofle bersifat dinamis karena dipahami sebagai aktivitas belajar, memiliki metode kerja, dan juga manyatakan hasil yang faktuil. Jadi ilmu wiyon-wofle mencakup didalamnya aktivitas, metode wiyon-wofle, dan pengetahuan sistematis wiyon-wofle. Inherensi pada ilmu wiyon-wofle adalah adanya benda atau kejadian atau perbuatan tertentu sebagai objek formal dan juga sebagai objek yang materiil inisiasi, ilmu wiyon-wofle memiliki batasannya dalam wilayah aktivitasnya, memiliki metode kerja atau dogmatika dengan proses pemikiran yang sistematis, kritis, suci, sacral dan kreatif dalam kajian yang bersangkutan atau disebut dengan (disciplined inquiry of teology wiyon-wofle). Ilmu wiyon-wofle telah berhasil menciptakan istilah-istilahnya dengan pengertian suci dan khusus yang mana mampu menemukan bentuk-bentuk konsepsi, dalil, paradigma dan hukum serta dogmatika yang berlaku secara intersubjektif yang khusus dan akur atau tidak ada kontradiksi. Gambaran batang tubuh ilmu teologia wiyon-wofle didapati bahwa memiliki adanya objektivitas dan dengan pembuktian atau dengan falsifikasi yang logis serta konsep ilmu teologi wiyon-wofle itu mempunyai kekuatan supranatural sebagai dasar dan alat pegangan oleh Raa wiyon-na wofle dalam pijakkan bernubuat atau bernuju (berfirman) dan mengidentifikasikan persoalan atau kejadian dengan spesifikasi yang tepat dan nyata. Ilmu pengetahuan teologia wiyon-wofle yang nongeneralisasi itu telah mempunyai kekuatan sebagai dasar atau alat pijakan bagi teologi dan pelaksanaan ekaristinya yang mana mampu menjelaskan tentang adanya hubungan-hubungan kausalitas itu dengan baik dan bermakna serta konsep dalilnya telah mempunyai kekuatan yang terdoktrin kepada Raa wiyon-na wofle untuk dipakai dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi bahkan diterapkan sebagai pengendali alam semesta dan sebagai pengelolaan spiritualitas yang efektif. Hamah Sagrim 156 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Gambar Struktur Batang Tubuh Ilmu Pengetahuan Teologia Wiyon-Wofle (a Body of Teology Wiyon-Wofle cnowledge ) Ilmu teologia wiyon-wofle A cnowledge of teology wiyon-wofle Watum & Bo tgif Secara Induktif (khusus dan kongkrit) Non Generalisasi Kekhususan Basic Concept Bo tgif, Watum, Bo Snyuk Konsep Concept Watum, Bo tgif dan Bo snyuk Fakta - faktuil Fact Bo Snyuk, dan Makaän Secara deduktif Umum dan Abstrak Bukti Apriori Appriory Tgif bo d. Menggali Nilai-Nilai Pendidikan Inisiasi Teologia Wiyon-Wofle Ditengah kondisi dan situasi dunia pendidikan keagamaan yang cenderung liberal dan terasing dari lingkungan masyarakatnya, nilai-nilai yang bersumber dari kebudayaan lokal bisa menjadi acuan. Salah satunya adalah inisiasi teologia wiyon-wofle yang berkembang dari kebudayaan orang Maybrat, Imian, Sawiat, Papua. Nilai-nilai inisiasi teologia wiyon-wofle sebagai kebudayaan Maybrat, Imian, Sawiat, Papua, merupakan wujud harmoni kebudayaan daripada wiyon-wofle yang berorientasi pada spiritualitas dan merupakan kebudayaan orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang hormat kepada teologia dan dogmatika. Kebudayaan wiyon-wofle adalah kebudayaan orang Maybrat, Imian, Sawiat, Papua berdasarkan roh Maybrat, Imian, Hamah Sagrim 157 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Sawiat, yang diimani sebagai suatu sarana yang menghubungkan mereka dengan Tuhan sebagai sang realitas tertinggi yang singular. Kitapun bisa menggali dan mengembangkan nilai-nilai inisiasi teologia wiyon-wofle dari metode-metode yang dikembangkan dalam pengembangan pendidikan inisiasi teologia wiyonwofle. Nilai-nilai wiyon-wofle ini, terdiri dari nilai-nilai yang bersumber pada peradaban ³asli´. Sebagai suatu hasil dari konvergensi peradaban akan keimanan yang telah berlangsung dikembangkan pada berabad-abad tahun ditengah perjalanan hidup suku Maybra, Imian, Sawiat Papua, yang mana dipertahankan sebagai suatu aktivitas kerohanian dan spiritualitas bahkan sebagai suatu aktivitas pendidikan inisiasi tradisional orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang dikembangkan kian lama dan terlihat melembaga pada zamannya. Pendidikan inisiasi teologi wiyon-wofle ini, kini disubtitusikan dengan pendidikan nasional dan teologi Kristen yang mana berhasil menyusup kedalam jantung kehidupan orang Maybrat, Imian, Sawiat, sebagai suatu pendidikan moderen yang monopolis bahkan Kristen juga sebagai teologia yang dianggap monopoli dengan cara pemaksaan sebagaimana mereka melakukan pembongkaran serta membakar sekolah-sekolah inisiasi wiyon-wofle pada tahun 1982 secara brutal dan adanya ancaman terhadap kaum teolog wiyon-wofle. Pendidikan modern dan teologia Kristen merupakan sesuatu yang memiliki nilai-nilai kontemporer yang mana bertumbuh dan bersumber dari peradaban yang kebudayaannya asing bagi kebudayaan maybrat, imian, sawiat, Papua dan bertumbuh sebagai suatu hasil objektif dalam proses assosiasi, asimilasi dan akulturasi dalam lokalitas orang Maybrat, Imian, Sawiat, Papua, dan nilai-nilai kekristenan sebagai suatu nilai kontemporer yang telah mampu bertumbuh secara gemilang diwilayah Maybrat, Imian, Sawiat, Papua, berkat pergaulan yang intensif dalam mengubah pola hidup orang Maybrat, Imian, Sawiat, Papua serta menyusup secara global dengan pola ilmu pengetahuan moderen, teknologi dan seni, juga sebagai bagian perubahan objektif dalam lokalitas Maybrat, Imian, Sawiat Papua. Pendidikan inisiasi teologia wiyon-wofle begitu mengalami suatu kemunduran yang drastis dalam kehidupan orang Maybrat, Imian, Sawiat, pasca penerimaan injil Kristen sebagai teologia baru dari waktu - kewaktu. Kemunduran pendidikan inisiasi teologia wiyon-wofle ini diakibatkan oleh dogmatika Kristen, yang mana mendoktrin atau menghipnotiskan para abdi wiyon-wofle (raa wiyon-na wofle) sehingga pendidikan inisiasi teologia wiyon-wofle dianggap sebagai sesuatu yang nilai-nilainya tidak sesuai dengan tuntutan kehidupan Kristen dari masa Hamah Sagrim 158 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT kemasa yang mana tidak diberikan suatu pilihan yang tepat kepada kaum wiyon-wofle untuk melestarikan nilai-niali yang baik dan melepaskan yang kurang baik atau memberikan suatu kesempatan agar supaya nilai-nilainya diperbaiki. Inilah suatu sifat monopoli dan diskriminasi budaya yang telah diperlihatkan yang mengakibatkan pendidikan inisiasi teologia wiyon-wofle menjadi stagnan. 1) Kontinuum Pendidikan Inisiasi Wiyon-Wofle. Pendidikan inisiasi teologi tradisional woyon-wofle jika dimapankan dengan baik, maka akan menentukan warna dan corak peradaban orang maybrat,imian,sawiat. Namun,dengan dogmatika Kristen yang canggih, pendidikan inisiasi teologi wiyon-wofle dapat disingkirkan sehingga orang Maybrat, Imian, Sawiat,dapat meninggalkan pendidikan inisiasi teologi wiyon-wofle sarana imanen mereka semenjak Allah menghendakinya untuk Ia melakukan hubungan yang intim dengan mereka. Dalam hal ini,pendidikan inisiasi teologi woyon-wofle mampu menjamin keberlanjutan iman orang maybrat, imian,sawiat,pada zaman wiyon-wofle.sedangkan pendidikan inisiasi teologi wiyon-wofle pada zamannya terus menjaga agar pengajaran dan dogmanya tidak menghasilkan para teologi(Raa wiyon- Na wofle) yang tercerabut dari kehidupan sucinya sendiri (ytah k n). Secara objektif, pendidikan inisiasi teologia wiyon-wofle merupakan pendidikan inisiasi teologi tradisionalnya orang Maybrat, Imian, Sawiat, Papua, yang beridentiti. Namun dalam kondisi yang direncanakan secara artificial, continuum pendidikan inisiasi teologia wiyon-wofle tidak berlaku pada makna yang terselubung dalam gemanya yang sesungguhnya yang mana tidur diam didalam perubahan masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, sebagai penganut dan ahli waris yang telah dipercayai oleh Tuhan dalam mewariskan wiyon-wofle kepada mereka. Mungkin karena nilai-nilai kekristenan yang begitu member suatu nuansa yang baru sehingga menjadi faktor pengubah iman kepercayaan orang Maybrat, Imian, Sawiat, sebagai kaum yang beriman kepada wiyon-wofle yang mereka konsepsikan sebagai Tuhan yang singular. Hal ini berhubungan erat dari suatu sistem dan ideologi teologia Kristen dan pendidikan inisiasi teologia wiyon-wofle yang begitu berseberangan. Antara sistem dan ideologi biasanya sangat erat kaitannya. Ideologi tanpa nilai akan menjadi ideologi yang ³liar´ dan tidak meiliki orientasi pada tempat berpijak. Sebaliknya sistem nilai yang steril akan menjadi staknan dan tidak memiliki perspektif pengembangannya. Hamah Sagrim 159 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Ideologi berbasis sistem nilai yang hidup dimasyarakat, merupakan ideologi yang sangat dekat dengan peradaban dan kebudayaan para masyarakat itu sendiri. Ideologi pendidikan inisiasi teologia wiyon-wofle, merupakan ideologi yang digali dari khasanah-khasanah peradaban dan kebudayaan orang Maybrat, Imian, Sawiat, Papua yang dikembangkan sebagai ruh dalam kehidupan akan keimanan mereka. Ideologi pendidikan inisiasi teologia wiyon-wofle dan sistem politik tradisional orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang merupakan dasar dan praktik pendidikan inisiasi teologia wiyonwofle dimaybrat, imian, sawiat, yang telah berkembang selaras dengan nafas penghidupan dan kehidupan masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, Papua karena masih melekat dengan pendidikan inisiasi teologia wiyon-wofle. Penyimpangan yang telah dilakukan oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat, Papua, ini membuat mereka keluar dari kadah pendidikan inisiasi teologia wiyon-wofle yang mana menghasilkan mereka sebagai orang yang terasing (tercerabut dari aktor budaya mereka), dan menjadi aktor perusak budaya mereka sendiri. Pendidikan inisiasi teologia wiyon-wofle semulanya dijadikan tuntunan bagi berbagai kebijakan dan praktik ditengah kehidupan faktuil dan alam kausalitas. Tentu didasari atas ideologi pendidikan inisiasi wiyon-wofle itu sendiri yang mengandung fleksibilitas yang sesuai dengan pluralitas orang Maybrat, Imian, Sawiat. Semua itu merupakan sumber kekuatan dan manifestasi dalam pendidikan inisiasi teologia wiyon-wofle. 2) Menggali Nilai-Nilai Wiyon-Wofle yang Koheren Dalam Pendidikan Inisiasi Koherensi nilai dan sistem nilai wiyon-wofle lahir dari rahim peradaban dan aktivitas wiyon-wofle sebagai suatu aksiomatika yang premis kemanusiaan yang fana atau transiensi. Koherensi nilai dan sistem nilai wiyon-wofle, bersumber dari wiyon-wofle dan dikembangkan dalam pewahyuannya dan berkembang ditengah-tengah kehidupan suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, Papua yang telah dipersatukan sebagai para penganutnya ³ Raa wiyonNa wofle´ yang tersebar diwilayah Maybrat, Imian, Sawiat, Papua. Eksistensi wiyon-wofle telah ada sebelum Kristen yang mana menyusup kewilayah kehidupan suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, pada abad ke-18 dan telah menjadi faktor penting sebagai subjek agama moderen. Ia adalah pengisi dan pengganti serta pendukung tidak mengandung dalih-dalih dalam premis- perubahan akan iman dari tradisi menuju moderen bagi terbentuknya kekristenan di Maybrat, Hamah Sagrim 160 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Imian, Sawiat. Teologia wiyon-wofle adalah aktivitas keagamaan yang memiliki asal- usul leluhur yang jelas dalam kehidupan orang Maybrat, Imian, Sawiat Papua, secara turun temurun diwilayah geografis mereka, serta memiliki sistem nilai, ideology/dogmatika, ekonomi, politik, budaya, sosial, dan teritorianya sendiri. Akibat dari wilayah Maybrat, Imian, Sawiat Papua yang begitu membuka diri secara terbuka sehingga nilai-nilai kehidupan mereka bertemu dengan proses yang menyatukan diri mereka (konvergensi) dengan berbagai nilai kontemporer, baik yang datang dari luar, maupun yang bertumbuh dari dalam diri mereka, karena disebabkan atas inisiatif perorangan dan kelompok masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat itu sendiri. Tentu ini dengan berbagai cara dan proses yang berbeda. Nilai-nilai teologia wiyon-wofle yang merupakan suatu sumber peradaban dan kebudayaan serta agamanya suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, Papua yang telah mantap (estabilished) ini mejadi tergantikan dengan nilai-nilai baru dengan pola pensubstitusian melalui dogmatika Kristen yang terdengar asing pada telinga orang Maybrat, Imian, Sawiat, pada zaman itu. Nilai-nilai teologia wiyon-wofle yang sama kuatnya dengan nilai-nilai teologia Kristen ini telah tergantikan dengan Kristen sebagai suatu nilai yang pada akhirnya mempressingdownkan gema daripada wiyon-wofle yang mana melalui proses mula-mula yang disebut polis assimilasi. Nilai-nilai teologia wiyon-wofle yang begitu tertutup dan penuh dengan rahasia kausalitasnya, kini ditinggalkan begitu saja oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat. Kaum wiyon-wofle yang begitu terbuka, telah menerima nilai-nilai kristiani sebagai suatu nilai yang baru dengan pola assosiasi yang begitu signifikan tanpa suatu pemberian akan pemahaman yang mempertimbangkan keberadaan teologia wiyon-wofle sebagai suatu sarana spiritualitas orang Maybrat, Imian, Sawiat, dalam melakukan hubungan mereka dengan Tuhan sang realitas tertinggi yang aam. Nilai daripada teologia wiyon-wofle dalam tafsiran para teolog wiyon-wofle dan para penginjil lokal selalu mengatakan bahwa memiliki nilai-nilai yang sama kuatnya dengan nilai-nilai kristiani yang mana bila ditelaah kembali pada zaman Kristen mula-mula memiliki kemiriban yang begitu signifikan dengan Kristen pada mula-mula YHWH dalam sejarah perjalanan bangsa Yahudi melalui Nabi Musa. 3) Menggali Inkusivitas Nilai-Nilai Pendidikan Inisiasi Wiyon-Wofle Pada prinsipnya, nilai-nilai kausalitas yang bersumber dari wiyon-wofle, mempunyai pokok yang merujuk pada Allah sebagai sang realitas tertinggi. Alkisah wiyon-wofle dalam Hamah Sagrim 161 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT aktiviats teologianya, dikonsepsikan sebagai sosok Tuhan, Ia seorang pribadi yang singular. Wiyon-wofle dikonsepsikan sebagai sosok yang esa, ia memiliki sifat-sifat keallahan, yaitu ia maha berada (omni pressent), maha kuasa (omni potence), maha tahu (omni science), ia kekal dan abadi (aam dan imortaly). Teologi wiyon-wofle telah melahirkan nilai-nilai yang begitu aam dan sangat prinsipil dalam keimanan. Paling tidak teologia wiyon-wofle sebagai suatu agama suku yang mempunyai nilai-nilai lokal dan begitu arif (local indegeneus) untuk melindungi suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, semenjak zaman keberadaan mereka. Dalam aksiomatika teologi wiyon-wofle ini, mempunyai suatu doktrin bahwa wiyon-wofle telah berada semenjak zaman keabadiannya dan segala sesuatu itu bersumber darinya. Proses pensubtitusian wiyon-wofle dengan Kristen pada abad ke-18 ini, menyisakan sebuah bara panas yang begitu mengekang dalam hati dan pemikiran orang Maybrat, Imian, Sawiat, terutama para teolog wiyon-wofle (raa wiyon-na wofle). Dalil-dalil sekitar singularitas antara Tuhan dalam bibel dan wiyon-wofle, sama-sama memiliki suatu konsepsi dengan artikulasi yang koheren dan merujuk kepada sang abadi (Tuhan) sebagai sosok yang esa. Sebagian pada nilai-nilai tersebut terdapat ungkapan-ungkapan yang padat dan sarat makna kausalitasnya dalam isi firman masing-masing yang begitu terkafer dalam pesan-pesan suci dan begitu memutih serta tidur dengan penuh kekuatan manivestasinya. Pernilaian yang telah dilakukan oleh kalangan Kristen terhadap teologia wiyon-wofle pada abad ke-18 dan 19 in, dianggap sebagai sesuatu pernilaian yang cenderung mengabaikan nilai-nilai wiyon-wofle. Umumnya terjadi karena tidak cukup pemahaman yang baik tentang sisi koherensi daripada teologia wiyon-wofle secara tersistem. Sebenarnya dibutuhkan kajian mendalam untuk menggali dan memanfaatkan nilai-nilai teologia wiyon-wofle sebagai sesuatu yang bukan sekedar abstraktif, akan tetapi ada. Nilai-nilai teologia wiyon-wofle yang bersumber dari teologianya yang begitu sacral, lebih banyak mengandung nilai-nilai kausalitas yang mampu menolong manusia sebagai sesuatu yang diimani. Sebagai nilai-nilai wiyon-wofle ini bisa diurai menjadi elaborasi yang rasional, yang mudah dimengerti dan dilakukan dalam kehidupan seharihari dalam kehidupan suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, sezaman, sedangkan sebagian lainnya telah diformulasikan menjadi ajaran atau dogmatika yang mendogmatikan penganutnya serta dapat dijadikan pesan pengajaran atau (watum, bo tgif, bo snyuk dan vito). Nilai-nilai teologi wiyon-wofle dikatakan sebagai humaniora kerohanian dan orang maybrat, imian, sawiat(yang berorientasi pada spiritualitas dan keimanan) dan teologi yang Hamah Sagrim 162 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT menyatu dan hormat kepada kehidupan orang maybrat, imian, sawiat. Teologi wiyon-wofle dianggap sebagai agama dan merupakan agamanya suku bangsa Maybrat, imian, sawiat, papua. Nilai-nilai yang tergali dari khasanah witon-wofle ini telah menjadi bukti empirik bahwa sesungguhnya teologi wiyon-wofle bukan suatu ilusi atau imajinasi, tetapi memang sesuatu yang terdiri atas proposisi dan aksiomatika yang koheren tentang singularity pada citra sang realitas tertinggi(Tuhan) itu sendiri. Dengan analogi pemikiran yang sama,perlu dikembangkan penafsiran dan pengkajian terhadap nilai-nilai wiyon-wofle. Diperkirakan tidak akan jauh dari kenyataan-kenyataan tersebut diatas, walaupun dalam kadar kenyataan yang berbeda(karena ekaristi yang berbeda). 4) Praktik Pendidikan Berbasis Wiyon-Wofle. Keistimewaan-keistimewaan pendidikan berbasis wiyon-wofle di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat Papua, ditopang oleh tiga pilar utama, yaitu meliputi; raa wiyon-nawofle (guru), bobot (raja), raa kinyah (rayat), dan yang memiliki potensi terbesar dalam melakukan praktik pendidikan berbasis wiyon-wofle adalah ³Raa wiyon-Na wofle´ sebagai guru. Para pendidik ³Raa wiyon-Na wofle´ secara resmi melakukan aktivitas Pendidikan berbasis wiyon-wofle sebagai dasar pembentukan dan pemuridan. Dalam praktik pendidian wiyon-wofle (mber wiyon) dituntut oleh tujuh (7) azaz keberpijakan praktika, yaitu; 1) Tertib dan Damai, 2) Nasehat, Firman, dan Petunjuk khusus (watum, vito, dan bo¶snyuk), 3) Kemanusiaan dan Kemasyarakatan, 4) Non Diskriminatif, 5) Tidak ada bantuan yang mengikat, 6) Beriman dan Lembut, 7) berorientasi kepada ajaran dan pemuridan. Raa wiyon-na wofle atau pendidik dalam sistem pendidikan wiyon-wofle (mber wiyon), adalah guru yang memberikan bimbingan selalu dalam proses pendidikan berbasis wiyon-wofle dengan kepemimpinan yang spiritual dan terfokus kepada wiyon-wofle. Dalam pola pengajaran, adanya pola kerjasama dan garis komando serta batas-batas kerja dan batas-batas pergerakan akan ekaristi didalam ruang kemah atau sekolah (k¶wiyon-bol wofle) antara guru bantu (raa wiyon-na wofle) dan guru kepala (raa bam-na tmah) yang selaras dan harmonis dalam penyelenggaraan pendidikan inisiasi. Dalam penyelengaraannya, biasanya dilakukan dengan tiga (3) elemen utama sebagai pusat pendidikan inisiasi wiyon-wofle ini, yakni; 1. Lingkungan keluarga (raa mabi); keluarga memiliki peranan utama dalam pembentukan karakter seorang anak (raa iin-na iin) sebelum akan menjadi murid (wiyon Hamah Sagrim 163 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT tna). Keluarga sebagaimana layaknya, bahwa seorang anak sebagai murid, sedangkan ayah dan ibu adalah guru. 2. Lingkungan Perguruan (k¶wiyon-mbol wofle); perguruan memiliki peranan kedua dalam membentuk seorang anak (wiyon tna) menjadi orang yang arif, penuh tanggung jawab, beriman, takut akan kefanaan. Dipersiapkan sebagai orang-orang yang akan bertumbuh sebagai seorang pemimpin besar, penolong dan utusan Tuhan ditengahtengah masyarakat. 3. Lingkungan Masyarakat (rayat); lingkungan masyarakat memiliki peranan ketiga dalam membentuk seorang anak (wiyon tna), lingkungan masyarakat sebagai lingkungan dimana semua pengajaran yang diterima akan diterapkan atau tersalurkan. Ketiga pusat ini dilakukan berdasarkan azaz, ciri, dan dasar pendidikan inisiasi wiyon-wofle yang begitu prinsipil. Praktik pendidikan inisiasi berbasis wiyon-wofle ini sebagai suatu praktik pendidikan yang membentuk karakter dasar serta memerdekakan batin ini lebih banyak dilakukan dalam keluarga (raa mabi), sedangkan pengajaran yang memerdekakan pikiran, lebih banyak terjadi dalam perguruan/sekolah (k¶wiyon-mbol wofle), dan budi pekerti atau budi pekerja sebagai suatu target tujuan pendidikan yang dominan dalam inisiasi wiyon-wofle. Untuk lingkungan masyarakat, sebagai pusat penyaluran semua yang diterimanya. Penyelenggaraan pendidikan berbasis inisiasi wiyon-wofle ini berpola pengasramaan. Hal ini dimaksudkan untuk mendekatkan fungsi keluarga dengan perguruan tinggi/sekolah (k¶wiyonmbol wofle) walau didalamnya terdapat aturan-aturan yang dianggap sakral dan begitu memiliki sifat-sifat yang sangat inheren dan tidak boleh dilanggar, baik oleh keluarga maupun seorang murid dari keluarga tersebut. Dengan menempatkan para guru (raa wiyon-na wofle) sebagai guru bantu dan guru kepala (raa bam-na tmah) sebagai guru kepala bersama siswa didalam asrama (k¶wiyon-mbol wofle). Tak ada pilar ³keistimewaan´ pendidikan lain pada saat ini yang berpotensi menyelenggarakan pendidikan berdasarkan pendidikan pola inisiasi wiyon-wofle pada perkembangan saat ini. Misalnya seperti pendidikan nasional yang mana menggelar pendidikan yang cenderung menggunakan ideologe liberalisme, yang menyebabkan diskriminasi terhadap nilai-nilai pendidikan lokal yang ada. Hamah Sagrim 164 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT 5) Inisiasi Wiyon-Wofle Sebagai Pendidikan Karakter dan Kepribadian Seorang Murid (Wiyon Tna). Inisiasi wiyon-wofle sebagai salah satu aktivitas pendidikan tradisional orang Maybrat, Imian, Sawiat, Papua, yang berguna untuk membangun sumberdaya manusia diwilayah Maybrat, Imian, Sawiat, yang mana dalam pendidikan inisiasi wiyon-wofle ini mampu membentuk manusia sehingga menjadi orang yang berwawasan luas. Pendidikan inisiasi wiyon-wofle ini menyangkut seluruh aspek kehidupan orang Maybrat, Imian, Sawiat, baik dalam pemikiran, pengalaman, maupun perilaku serta iman percaya. Pendidikan inisiasi wiyon-wofke ini secara kuantitatif bertujuan mendidik, mencerdaskan dan mendogmatikkan setiap murid (wiyon tna). Sedangkan secara kualitatif bertujuan membangun jemaat atau pengikut wiyon-wofle seutuhnya, yaitu membangun keimanan, kepribadian, budipekerti, pengetahuan, keterampilan, dan membangun suatu tanggungjawab yang besar serta kekudusan kaum wiyon-wofle (raa wiyon-na wofle). Tujuan utama pendidikan inisiasi wiyon-wofle ini adalah untuk pemuridan, demi keberlanjutan akan pekabaran tentang wiyon-wofle, serta membentuk seorang murid (wiyon tna) sebagai anak didik yang dibentuk menjadi para abdi atau teolog (raa wiyon-na wofle) yang merdeka batinnya, merdeka pikirannya, serta merdeka dalam kesuciannya. Pendidikan inisiasi wiyon-wofle, merupakan pendidikan yang berhasil member kemajuan akan bertumbuhnya budipekerti (kekuatan batin, dan karakter), pikiran (intelektualitas) dan iman serta tubuh, baik secara jasmaniah maupun sekular. Dalam pengertian pendidikan inisiasi pendidikan wiyon-wofle, aspek-aspek tersebut tidak boleh dipisah-pisahkan bagian-bagiannya, agar seorang murid (wiyon tna) dapat memajukan kesemurnaan hidupnya, yakni kehidupan dan penghidupan mereka yang selaras dengan dogmatika dalam pendidikan inisiasi wiyon-wofle. Pendidikan inisiasi wiyon-wofle menurut fahamnya adalah pendidikan yang berdasarkan garis hidup dari teologianya dan ditunjukkan untuk keperluan perikehidupan manusia yang mana setiap mata akan tertuju kepada wiyon-wofle sebagai Tuhan yang singular, sehingga dapat menerima berkah dengan kemuliaan. Pendidikan karakter dan kepribadian ini mempergunakan syarat-syarat yang selaras dengan ekaristi dan dogmatika wiyon-wofle untuk menuju kepada kesucian, serta ketertiban dan kedamaian secara jasmaniah dan rohaniah. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebtu, maka pendidikan karakter dan kepribadian seorang murid (wiyon tna) dilaksanakan dari lingkungan keluarga (raa mabi), Hamah Sagrim 165 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT sebagai intervensi dan pembentukan karakter awal, sekolah/perguruan (k¶wiyon-mbol wofle), sebagai pendidik, dan masyarakat (rayat) sebagai pusat pertunjukkan akhir (sana wiyon). Pendidikan karakter dan budi pekerti oleh orang melalui pembiasan-pembiasan dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan disekolah (k¶wiyon-bol wofle) dilakukan oleh guru (raa wiyon-na wofle) sebagai pendidik melalui budipekerti (watum), dengan focus utamanya pada metode mendidik karakteristik. ³Watum´ sebagai suatu penasehatan itu sendiri yang bertujuan untuk membentuk karakteristik seorang murid (wiyon tna) secara terintegrasi dalam setiap pertemuan (maut aken). Pada saat subu sebelum menerima sarapan, otomatis seorang raa wiyon-na wofle atau guru terlebih dahulu menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan karakter dan kepribadian melalui penasehatan dan rahasia (watum dan bo¶snyuk). Tujuannya agar supaya seorang murid (wiyon tna) tidak hanya pintar, akan tetapi juga berkarakter dan mempunyai kepribadian yang baik sehingga ia tidak gagal dalam pendidikannya (ytah k n). ³watum´ ini bertujuan untuk mengarahkan seorang murid sehingga terbentuk sebagai manusia yang berpengertian tinggi, pintar, sopan, santun, hormat kepada orang tua, berdisiplin, dan yang terutama adalah menjaga kesucian dan tidak akan keluar dari jajnji-janji khususnya (bo¶snyuk) dengan Tuhan (wiyon-wofle). Sedangkan ditengah kehidupan bermasyarakat, seorang murid (wiyon tna) diajarkan untuk dapat memberikan pertolongan, mengusir roh jahat, menyembuhkan orang sakit, menangkal racun dari pagutan ular dan lain sebagainya. 6) Karakter dan Identitas Pendidikan inisiasi wiyon-wofle, merupakan manifestasi dari falsafah atau kepercayaan suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, Papua yang mengandung sistem nilai, dan norma-norma atau dogmatika dalam teologia yang berwujud kepercayaan, imanen, dogmatika dan ekaristi. Tujuan pendidikan inisiasi wiyon-wofle ini adalah untuk memberikan nilai-nilai outonomia, equity, dan survival. Outonomia; artinya: Pendidikan inisiasi wiyon-wofle ini memberikan suatu kesadaran akan pengetahuan dan kemampuan kepada para murid (wiyon tna) secara individu mandiri dan hidup dalam suatu kehidupan yang lebih baik. Equity; artinya: tujuan Pendidikan inisiasi wiyon-wofle emberikan suatu kesempatan kepada suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, untuk dapat menjada serta melanjutkan pendidikan inisiasi wiyon-wofle sebagai sebuah sarana yang memberikan kebahagiaan dan ketenangan. Hamah Sagrim 166 untuk dapat ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Survival; artinya: Pendidikan inisiasi wiyon-wofle ini akan menjamin pewarisan wiyonwofle dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Berdasarkan ketiga nilai tersebut, pendidikan inisiasi wiyon-wofle mengembangkan tugas untuk menghasilkan seorang anusia yang lebih baik, yaitu manusia (raa wiyon-na wofle) yang beriman, hidup dalam kekudusan, berkebudayaan, berperadaban mandiri, bertanggung jawab, dan mampu memahami serta bertanggung jawab serta memberikan pertolongan kepada orang lain, memelihara anak-anak terlantar (ytos gu awe) serta yang terutama memberikan noma moral dalam kehidupan. Wiyon-wofle sebagai pokok teofani Raa wiyon-na wofle, yang mana merupakan dasar sekaligus jalan menuju keselamatan sebagai tujuan utama dalam perjalanan pengajaran dan dogmatika wiyon-wofle yang dikerjakan dalam hidup seorang abdi wiyon-wofle (raa wiyon-na wofle). Merujuk kepada tujuan pendidikan inisiasi wiyon-wofle, aktivitas ini telah mampu membentuk seorang manusia fana menjadi manusia sekular, menjadikannya berkarakter sekular, cinta dan berbakti kepada ekaristi dan dogmatika wiyon-wofle sebagai dasar pijakan iman mereka. Mempunyai kemampuan, kesucian dan beriman teguh sehingga sanggup bekerja keras untuk membangun kejayaan wiyon-wofle demi keberlanjutnannya. Peran pendidikan inisiasi wiyon-wofle, khususnya melalui metode didikan karakter dan kepribadian ini, sangat diperlukan dalam kehidupan orang Maybrat, Imian, Sawiat, saat ini untuk mengembalikan jatidiri suku bangsa mereka, sehingga rasa percaya diri serta rasa takut terhadap kejahatan yang dilakukan oleh mereka akan adanya suatu kesadaran tinggi serta mau bekerja keras dan mengenal akan jatidiri mereka serta mengenali bangsanya demi kejayaan dan masa depan wiyon-wofle sebagai bentuk warisan dari Tuhan sebagai sarana yang menghubungkan mereka dengan Tuhan. 7) Implementasi Inisiasi Wiyon-Wofle Sebagai Pendidikan Karakter dan Kepribadian Dalam pendidikan diruah sebagai intervensi awal pembentukkan karakter yang berlangsung sehari-hari, orang tua hendaknya selalu menanamkan nilai-nilai kehidupan yang diperlukan kepada anak-anaknya, terutama kepada seorang anak laki-laki. Pendidikan jenis ini menyangkut nilai-nilai moral, sosial, budaya, ekonomi dan etika/etiket. Karena criteria seorang anak yang dapat lolos sebagai murid (wiyon tna) adalah yang telah diseleksi dan memiliki criteria-kriteria tersebut diatas, dan terutama menyangkut kedewasaan berpikirnya dalam kehidupan dikeluarganya bahkan dikalangan masyarakat sekitar, sehingga karakter anak sudah terbentuk sejak awal. Bahkan pendidikan dalam keluarga dapat dimulai semenjak anak ada dalam Hamah Sagrim 167 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT kandungan ibu. Melalui pembiasan-pembiasan kehidupan ibu yang teratur dan baik pada saat mengandung akan mempengaruhi karakter seorang bayi juga, karena demikian akan berpengaruh pada janin yang sedang dikandung (psikologi pertumbuhan). Pendidikan disekolah (mber wiyon) dapat dilaksanakan dengan salah satu pola pendidikan yaitu pendidikan budipekerti (watum) atau nasehat, yang terintegrasi langsung dalam setiap prosesi pengajarannya (raa mber). Saat guru (raa wiyon-na wofle) mengajarkan materi pelajaran, otomatis para guru ³raa wiyon-na wofle´ menamkan nilai-nilai yang terkandung dalam mata pelajaran (bo tgif, dan vito) tersebut, sehingga murid (wiyon tna) dapat menguasai materi pelajaran sekaligus menghayati serta menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam mata pelajaran sebagai sesuatu yang rahasia (bo snyuk) yang mana menjadikan seorang murid (wiyon tna) mampu mengamalkannya didalam kehidupannya sehari-hari sepanjang alhayatnya. B. Keprcayaan Tradisional Wiyon-Wofle VS Kepercayaan Injili Prologue Orang Maybrat, Imian, Sawiat, pada zaman lampau telah menjalankan suatu aktivitas kepercayaan mereka yang disebut wiyon-wofle. Ketika pada abad pertengahan ke-18, mereka akan memasuki abad perkenalan yang mana merupakan masa transisi kepercayaan bagi mereka yang mana Kristen telah merasuki wilayah mereka sehingga kebanyakan pemimpin-pemimpin agama suku ini menjadi sasaran terror pembawa injil yang cenderung dengan mendeskritkan mereka dengan kata (kafir), penyembah berhala, penyembah setan. Pertanyaan Raa wiyon-Na wofle bahwa ³dapatkah Tuhan diberikan definisinya?´ hendaknya dijawab secara positif bahwa semua hal didunia ini dapat diberikan suatu definisi. Demikian juga kepada wiyon-wofle (Tuhan). Bahkan definisi tentang Tuhan, sebagaimana yang diberikan kepada Tuhan injili yang banyak diberikan oleh para ahli teologia kristiani. Makna dari definisi Tuhan, sebagai pengungkapan iman percaya setiap umat manusia dalam kepercayaan mereka kepadaNya. Iman percaya tradisional atau imanen adalah suatu makna yang luas, dan adalah merupakan suatu penggunaan budipikiran dan keyakinan untuk menghasilkan suatu keteguhan bagi Roh manusia. Ini meliputi pengungkapan harapan yang jelas mengenai keteguhan iman percaya manusia mengenai Tuhan, sebagaimana orang Maybrat, Imian, Sawiat, seperti keimanan mereka kepada wiyon-wofle (Tuhan). Tetapi keteguhan iman percaya orang Maybrat, Imian, Sawiat, juga menerima Tuhan injil Kristen sebagai sosok yang diimani; daftar iman ini dapat diperpanjang. Karena keimanan terhadap Tuhan yang abstrak terlihat dalam setiap aktivitas gerejani, baik gereja-gereja injili Kristen dan gereja-gereja natural. Dalam melaksanakan Hamah Sagrim 168 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT peribadatan, teologi Kristen mengharuskan adanya suatu ruang atau gedung gereja sebagai tempat peribadatan yang formal bagi umat Kristen di seluruh dunia. Dalam teologi wiyon-wofle juga mengharuskan adanya suatu bait suci (gereja atau k¶wiyon-bol wofle) yang berdiri sebagai tempat atau ruang peribadatan dan pengajaran Raa wiyon-Na wofle (mber wiyon-wofle). Peribadatan atau kegiatan penyembahan yang dilakukan setiap umat manusia adalah sebuah kegiatan yang menjelajahi dan menciptakan pertumbuhan rohani yang baru dalam cara mendengar akan pengajaran tentang firman Tuhan dan merupakan suatu cara pengetahuan baru yang melebihi akal pikiran yang disajikan secara perlambangan kepada Tuhan yang dipercaya sebagai suatu kebulatan iman yang mencerminkan keteguhan iman itu. Ketegasan Raa wiyon-Na wofle dalam teologia wiyon-wofle¶ disini disebut kepercayaan tradisional sebagai Tuhan mereka (wiyon-wofle) yang maha suci dan maha kuasa. Wiyon-wofle sebagaimana yang dikatakan oleh para teolog wiyon-wofle ± Raa wiyon-Na wofle ± adalah Tuhan yang tidak bisa dibatasi, Ia memiliki cakupan ruang yang tanpa batasannya dan wiyon-wofle mampu menjelma dan merasuki alam pikiran manusia sampai pada bagian-bagian tertentu. Ferifikasi dalam keimanan itu tidak mudah untuk di eareserkan begitu saja oleh kalangan tertentu manapun, karena suatu alasan bahwa Tuhan tradisional atau Tuhan moderen adalah Tuhan yang benar-benar ada bersama-sama manusia, dan kedua Tuhan dalam persepsi tradisional dan moderen sama-sama dipertahankan sebagai sang maha suci oleh masing-masing penganutnya. Ia tumbuh dan berkembang bersama setiap suku bangsa pada wilayah mereka masing-masing tanpa mengalami kekurangan apapun Ia sebagai Tuhan yang utuh, dan Ia lebih dahulu mengenal setiap suku bangsa dibumi dan suku bangsa telah mengenal Dia sebelum Nama Tuhan dari bahasa lain memasuki wilayah mereka. Suatu Entitas yang tampak bahwa Tuhan tradisional dapat mampu dipercaya dan selalu dipertahankan oleh setiap suku, walaupun cara yang mereka gunakan dalam mengetahui Tuhan tidak melalui suatu catatan kitab suci yang dituliskan, namun Tuhan telah mengunjungi semua suku bangsa di dunia dengan meninggalkan pesan-pesan singkat dan suci melalui manusia pilihanNya bahkan juga melalui tulisan pada benda yang selanjutnya sebagai pegangan dan dogmatika teologi. Teologi wiyon-wofle adalah suatu teologia yang penerapannya menyangkut aktivitas gerejani tradisional orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang menjelajahi setiap penganut dan selanjutnya menciptakan suatu kenyataan iman yang baru dalam keteguhan iman mereka yang mungkinsaja melebihi akal dan menyajikannya secara perlambangan dalam suatu kebulatan iman yang mencerminkan keyakinan kepada Tuhan mereka (wiyon-wofle). Teologi Hamah Sagrim 169 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT wiyon-wofle merupakan suatu pengajaran yang dikenal oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat, sebagai suatu manifesto kekuasaan daripada wiyon-wofle (Tuhan) yang mana bukan merupakan suatu teologi yang dianggap sederhana atau gampang atau tidak rumit, namun teologi wiyonwofle adalah suatu aktivitas yang melibatkan manusia dan unsur ilahiah dan kemanusiaan untuk tenggelam kedalam alur dan pengajaran teologia wiyon-wofle itu. Aktivitas keimanan suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, ini menunjukkan bahwa para teolog wiyon-wofle secara sadar dengan perantara para imam besar mereka dibimbing dan diajarkan tentang dogmatikadogmatika yang dilekatkan dalam teologi wiyon-wofle tentang wiyon-wofle (Tuhan) yang mereka sembah. Mungkinsaja iman percaya suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, memberikan suatu harapan yang signifikan tentang jalan keselamatan dalam perjalanan melalui kepercayaan mereka. Kali ini merupakan suatu pengungkapan alasan iman percaya orang Maybrat, Imian, Sawiat, terhadap wiyon-wofle yang mungkin memberikan harapan abadi yang begitu mandiri dan berdiri sendiri. Gagasan serupa akan di akui oleh umat Kristen tentang kepercayaan mereka kepada Tuhan injili. Merupakan suatu gagasan iman kristiani yang mengharukan. Iman percaya merupakan suatu kebulatan hati yang secara relatif terpisah dan saling berkaitan sendiri, yang dihasilkan oleh keteguhan dan penyerahan diri yang diharuskan mengikuti firman-firman terhadap Tuhan tunggal. Hal ini merupakan suatu kebulatan iman yang terkafer dalam kepercayaan itu. Iman itu tersusun dari pengharapan akan Tuhan yang disembah. Mengenai keimanan bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat, hal keimanan telah ada semenjak kepercayaan mereka akan wiyon-wofle dan mungkinsaja memiliki artikulasi sebutan kata iman yang berbeda, namun memiliki suatu kesamaan. Secara logis, hal iman mempunyai suatu arti yang sama dengan kepercayaan dan keimanan seseorang akan semakin sungguh-sungguh karena benar-benar ia mempercayai akan Tuhan. Bagi suku bangsa Maybrat, Imian, Sawait, iman percaya mereka kepada Dia yang maha kuasa, telah ada dan berkembangnya iman percaya mereka berkaitan dengan hubungan antara wiyon-wofle. Karena segala sesuatu dalam iman, adalah ekspresif dari kepercayaan dan pengimanan akan Tuhan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa iman adalah suatu jawaban terakhir dari orang percaya. Demikian sebagaimana orang Maybrat, Imian, Sawiat, dalam ungkapan mereka bahwa mereka percaya kepada wiyon-wofle, berarti dapat disimpulkan bahwa orang Maybrat, Imian, Sawiat, adalah orang yang beriman atau orang-orang yang sudah mempunyai iman. Hamah Sagrim 170 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Menurut kami, bahwa iman setiap orang memiliki kekuatan yang luarbiasa dan hal itu perlu dihargai. Bentuk ini bukan suatu cirri objektif iman akan tetapi merupakan sesuatu hal yang melibatkan hari, jiwa, raga dan roh, seseorang, Secara terus menerus dalam mengekspresikan keimanannya. Suatu contoh, misalnyasaja seorang teisme kuno yang ditanyakan dengan pertanyaan ³apakah anda percaya Tuhan?´ bisa saja ia menjawab ³Ya!, saya percaya´, dan jawabannya belum tentu mengarah kepada Tuhan injili atau Tuhan dalam agama moderen lainnya, akan tetapi mungkin jawaban kepada Tuhan tradisionalnya. Karena sebutan Tuhan bukan saja digunakan khusus oleh satu agama tertentu, namun ia dikenal dan dipercaya serta disebut-sebut oleh berbagai agama yang ada, baik agama moderen bahkan agama suku, karena yang dipercayai itu dianggap sebagai Tuhan mereka. C. Difusi Ajaran dan Pemikiran Kristen dalam Sejarah Kristiani di Maybrat Imian Sawiat-Tehit Papua. Bagian ini mendiskusikan sejarah fusi antara ajaran injil kristen dengan nila-inilai lokal di Maybrat Imian Sawiat-Tehit dan peran agamawan dalam menciptakannya. Melalui telaah histories, penulis mengungkapkan bahwa di awal sejarah kristen dan kurun moderen terbagi dalam sikap mereka terhadap tradisi lokal menjadi dua kelompok: konservatif dan inklusif. Kelompok konservatif berupaya mengkristenkan tradisitradisi lokal, sementara kelompok inklusif mengharmonikan ajaran Kirsten dengan nilai-nilai lokal. Gagasan seperti ini sering dibicarakan di ruang publki seperti Gereja. Disamping itu, issu tentang modernisasi sistem pengajaran Kristen juga menjadi topik bahasan dalam paper ini. Kesemuanya memainkan peran signifikan dalam penyebaran kristen di wilayah Maybrat Imian Sawiat-Tehit Papua. Kata Kunci : difusi, ajaran Kristen, nilai-nilai lokal, agamawan, konservatif, inklusif. Maybrat, Imian, Sawiat merupakan tiga sub suku bangsa dari suku bangsa bonberai, yaitu suku bangsa yang memiliki sistem kekerabatan patrilineal.1) Suku bangsa ini, mempunyai alur sejarah penyebaran penduduk yang unik dan ³agak´ mistik atau penuh dengan cerita dan mitologi tua. 2) Wilayah Maybrat, Imian, Sawiat-Tehit Papua awalnya merupakan daerah yang homogen eksklusif, dengan daerah yang sangat kecil, namun karena proses alamiah yang ditandai dengan sistem kekerabatan dan perkawinan serta sistem bermain kain timur, maka terbentuklah wilayah yang luas seperti sekarang ini, dengan wilayah kekuasaan atau jajahan yang dibedakan berdasarkan jejak penggunaan bahasa. Misalnya daerah Maybrat merupakan daerah Hamah Sagrim 171 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT jajakan atau jajahan bahasa Maybrat, daerah Imian merupakan daerah jajakan atau jajahan bahasa Imaian, dan daerah Sawiat-Tehit merupakan daerah jajakan atau jajahan bahsa SawiatTehit . Berikut dibawah ini adalah sistemm kekerabatan tradisional yang dianut oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat: 1. Sistem kekerabatan Patrilineal masuk ke dalam kekerabatan Maybrat Imian Sawiat tidak dapat dilepaskan dari faktor sejarah Patrilineal Portugis yang masuk ke wilayah ini. Sistem ini dibawa oleh Pencari rempah-rempah pada masa Penjelajahan Bangsa Portugis, kemudian para pedagang ini menggunakan orang Papua sebagai opas suruhan mereka yaitu orang FakFak. 2. Ada bomna adat dan ada bomna sejarah, bomna adat menceritakan seputar masalah adat Maybrat, Imian, Sawiat-Tehit, sedangkan bomna sejarah menceritakan masalah sejarah yang berkaitan dengan ke-Maybratan, Ke-Imianan dan Ke-Sawiatan-Tehit. Hunian yang pertama di huni oleh klen atau keret adalah dusun, dan sampai saat ini diakui sebagai hak ulayat budaya mereka. Pada awalnya kekerabatan klen menjalankan kehidupan secara alamiah, kemudian akibat perkembangan jumlah individu dan terbentuknya daerah-daerah kampong yang baru, maka dideklarasikan kampung sebagai sistem pemerintahan. Menurut penelusuran sejarah yang telah kami lakukan, pada awalnya kampung terbentuk akibat akumulasi dari tiga proses pemukiman yang dibentuk dalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat-Tehit, yakni keret, dusun, dan kampong. Dalam pemukiman keret, orang Maybrat, Imian, SawiatTehit hidup secara sederhana dan belum hidup berkelompok dengan kelen lain sebagai kerabat klen atau kerabat keret, yang mana baru setelah pada masyarakat dusun terbentuklah kelompok kecil yang terdiri dari kerabat klen dekat. Masyarakat dusun yang terdiri sekurangkurangnya dari tiga kelompok klen dinamakan dengan pemukiman dusun kerabat klen dengan kepemimpinan dipimpin oleh seorang tuan tanah (ra tabam-bobot) yang adalah pemilik hak ulayat tersebut yang pemimpinnya adalah bobot-kapitan, dan setelah itu barulah Kampung. Kampong merupakan kelompok sosial terkecil masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat-Tehit, yang mempunyai sistem dan struktur kepemimpinan tersendiri, yaitu kepala kampong. Seseorang yang sebagai kepala kampong pada waktu itu adalah orang yang mengerti akan beberapa bahasa, dan cerdik pandai, di mana kekuasaan yang satu sama lain terintegrasi dalam musyawarah dan mufakat. Hamah Sagrim 172 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Eksistensi pemerintahan kampung ini tidak berfungsi akibat digantikan oleh sistem pemerintahan desa melalui UU no 5 tahun 1979. Sistem otonomi daerah di era reformasi meenghidupkan kembali konsep berkampong melalui Perda No 9 tahun 2000. Akan tetapi, berbagai hambatan dan masalah muncul ke permukaan disebabkan oleh ketidakjelasan konsep dalam menghidupkan kampong itu. Ditinjau dari aspek adat istiadat, orang Maybrat, Imian, Sawiat dipisahkan oleh dua kubu, yaitu kubu yang satu di bawah kekuasaan bobot (Raja) dan kubu yang satu di bawah kekuasaan Tuan. Bobot (raja) cenderung menjalankan sistem adat agak konservatif, sementara itu Tuan lebih demokratis. Kedua adat ini lahir akibat konflik dalam dinamika keadatan, Pemerintah dan agama dalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat. Walaupun demikian, kedua kubu ini tetap dalam satu kesatuan Maybrat, Imian, Sawiat, dan sebagai formulasi Maybrat, Imian, Sawiat pluralitas dalam praktik sosio kultural. 1. Sejarah Kristen di Maybrat, Imian, Sawiat. Maybrat, Imian, Sawiat, berdasarkan sosiografis terdiri dari dua wilayah yakni, Tehit dan Sfa, masing-masing mempunyai tipologi dan struktur bahasa yang berbeda-beda tetapi agama yang sama. Wilayah Tehit merupakan wilayah geologis yang terletak di pesisir pantai dengan matapencaharian penduduk adalah nelayan, sedangkan Sfa terletak di pegunungan dan merupakan wilayah pertanian yang subur dengan penduduk bermata pencahariannya sebagai petani. 2. Tehit dalam Konstelasi Agama di Maybrat, Imian, Sawiat. Dalam penyebaran Kristen di Maybrat, Imian, Sawiat, wilayah Pantai mempunyai arti penting untuk dikaji dan dijadikan pijakan sejarah, karena datangnya Kristen di Maybrat, Imian, Sawiat, tidak lepas dari proses interaksi ekonomi antara pedagang Portugis yang datang melalui Fak-Fak dengan mencari rempah-rempah dan burung cenderawasih sehingga memperkenalkan beberapa bahan pecah belah sebagai peningkatan terhadap ekonom pribumi (Tehit 1958) Selain itu, wilayah pesisir termasuk daerah metropolis karena menjadi jalur perlintasan transportasi dan persinggahan para ekonom asing. Kontak budaya dan agama lebih cepat diakses dan diakumulasi oleh masyarakat Tehit. Dalam penyebaran Kristen di Maybrat, Imian, Sawiat, wilayah pesisir atau Tehit menjadi wilayah sentral perkembangan Kristen. Informasi sejarah tentang ini dapat dilacak melalui pembawa agama yang datang melalui sungai kaibus Tehit oleh penginjil yang bernama Yotley, Matatula dan didampingi oleh Pdt. J. Wetstein, yang mana mereka menyisiri Hamah Sagrim 173 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT wilayah Maybrat, Imian, Sawiat-Tehit, melalui sungai kaibus di pesisir pantai Tehit, mereka menyebarkan Kristen dengan tradisi Maybrat, Imian, Sawiat -Tehit, yakni sebuah tradisi yang mana membutuhkan waktu untuk mempelajarinya dengan baik. Yang terutama dipelajari adalah bahasa daerah, yaitu dipelajari dengan cara dua arah yakni pribumi dididik untuki mengerti bahasa Belanda, dan disamping itu mereka juga mempelajari bahasa asli pribumi setempat. Penyebaran Kristen dengan metode langsung berhadapan dengan pribumi. Ev. Yotley, Matatula dan Pdt.Wetstein melakukan pendekatan persuasif dan dengan hati-hati mencoba menerapkan Kristen dalam kehidupan pribumi di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat. Misalnya-Tehit, Ev.Yotley, Matatula dan Pdt.Wetstein pernah mengajar injil kepada Silla Safkaur yang tidak pernah mendengarkan injil, yang mana didogmatisasi dengan teologi Kristen bahwa manusia berkewajiban mengawali pekerjaan dengan mengucapkan nama Tuhan Yesus Kristus sebagai penuntun demikian seorang awam dalam kekristenan ini terus menang, kemudian Yesus Kristus dijelaskan sebagai Sang Penyelamat dan Bapa segala berkat dan rahmat yang dari padanya segala kegiatan harus memohon tuntunan dan restu dariNya dalam mengerjakan sesuatu. Pendekatan persuasif ini berkembang dan direspon oleh masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat-Tehit, menjadikan Ev.Yotley, Matatula dan Pdt. Wetstein lebih leluasa menyebarkan agama Kristen dengan ditandai mendirikan gereja untuk menyebarkan ilmu keagamaannya lebih lanjut. Inilah pada awalnya agama Kristen mulai mendirikan lebaga pendidikan formal seperti SD YPK, sebagai media transformasi pendidikan masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat. Di antara SD YPK, banyak mengubah orang Maybrat, Imian, Sawiat, menjadi orang yang terpelajar, yang mana dari berbagai kalangan masyarakat yang menuntut ilmu pendidikan formal. Kristen telah membuat sebuah perubahan yang mempunyai pengaruh besar di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat Papua, walaupun lembaga pendidikan didirikan oleh Kristen dengan berdiri pada visi misi Kristen yang mana diikuti oleh masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, terhadap kekristenan di wilayah mereka. Jejak dan kiprah Kristen masih dapat dilihat di wilayah setempat seperti SD YPK Bethel Sauf yang mana sampai sekarang tetap digunakan sebagai lembaga pendidikan formil. Di daerah Maybrat, Imian, Sawiat, banyak berjejer sekolah-sekolah dasar yang diberi nama YPK plus nama yang sesuai dengan asal daerah yang membangunnya. Dalam praktek keseharian, Sekolah-sekolah dan gereja-gereja tesebut diisi dengan kegiatan sembahyang (ibadah ekaristi) oleh penginil dan guru sekolah minggu. Setiap bulan Desember, perkampungan ini terlihat begitu Hamah Sagrim 174 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT ramai dikunjungi oleh penduduk setempat yang merantau jauh untuk melakukan ritual atau natalan bersama yang mana telah mentradisi. 3. Peran Penginjil Dalam Penyebaran Kristen. a. Tahap Awal Kristen di Maybrat, Imian, Sawiat, Papua Kami mengamati bahwa penyebaran Kristen di dalam masyarakat manapun, termasuk di Maybrat, Imian, Sawiat, melalui tiga tahap penyebaran, yaitu; melalui perdagangan sebagai tahap pertama, dan sending, (Katolik) sebagai tahapan kedua dan Penyebaran Murni oleh utusan penginjil (tahapan ketiga). Tahap pertama adalah, melalui para pedagang. Tahapan ini, injil Kristen tidak begitu diperkenalkan secara terbuka kepada orang Maybrat, Imian, Sawiat, tentang dasardasar Kristen sebagai agama yang dianut. Karena pada waktu itu, para pencari rempahrempah dan pedagang VOC melakukan doa-doa yang sifatnya tertutup antara pribadi mereka dan melibatkan tuan rumah yang mempunyai rumah yang telah mereka nginap sementara. Walaupun tahapan ini sangat tertutup dan pribadi, namun setidaknya telah melibatkan keluarga dalam rumah sehingga dianggap bahwa Kristen sudah terdengar diwilayah Maybrat, Imian, Sawiat, Pada abad itu. Tahapan kedua adalah tahap dimana Katolik mulai pengutus misionarismisionarisnya untuk menjangkaui wilayah Maybrat, Imian, Sawiat. Tahapan ini telah berhasil menyusup dengan terbuka bagi masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, dengan ekaristi dan peribadatan yang jelas. Tahapan kedua ini merupakan tahapan pertama dimana Katolik berhasil menjangkaui wilayah Maybrat, walaupun kini yang menganut agama Katolik hanyalah beberapa orang saja yaitu yang berasal dari daerah Aifat, Mare, Karon, Snopi dan sekitarnya. Mereka ini dari suku Meyah dan Meymaka. Suku ini adalah anak suku dari suku bangsa Maybrat. Tahap ketiga adalah tahap dimana GKI mulai memetakan wilayah jangkauan untuk pewartaan injil Kristen. Tahapan ini dilakukan dengan baik dan berhasil hingga saat ini. GKI begitu mampu menyusup ke-pedalaman wilayah Maybrat, Imian, Sawiat. Pada tahapan inilah Kristen dikenal secara umum oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat, yaitu pada abad pertengahan ke-18. penginjil yang telah berhasil menyebarkan ajaran Kristen ini adalah Ev.Yotlei, Ev. Matatula dan Pdt. J. Wetstein. Pada akhir abad ke-18 orang Maybrat, Imian, Sawiat, mulai rukun dalam iman dan rukun Kristen.Dalam tahap Hamah Sagrim 175 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT ini, dominasi perkenalan ajaran Kristen mulai merasuki pikiran orang Maybrat, Imian, Sawiat, seperti gempuran bombaridir yang menghantam suatu benteng pertahanan yang rapuh yang mana Kristen dengan tegas mengatakan bahwa perbuatan jahat adalah dosa hal itu merupakan larangan yang adalah masalah hukuman dan balasan Tuhan terhadap perbuatan yang dilakukan manusia. Pendeta atau penginjil memperkenalkan hukum ibadah terhadap pengikutnya. Pada tahap ini, proses ekaristi gereja mulai berkembang dan menjadi trend eksklusif bagi penganutnya. Sementara itu, kajian terhadap penyebaran Kristen sebagai ajaran yang holistik dan sudah begitu menjadi perhatian, termasuk dalam pengembangan pendidikan. sebelum terjadi pembaruan di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, banyak orang Maybrat, Imian, Sawiat, terfokus pada tradisi teologi tradisional mereka yaitu wiyon-wofle yang dianggap oleh Kristen sebagai hal klasik dan berhala, yang mana fokus pengajarannya seperti menghafal sifat ajaran-ajaran dan berpuasa serta tertutup dan sacral dalam pendidikannya. praktik Kristen dan adat kebiasaan pada wiyon-wofle abad itu sangat kuat pengaruh wiyon-wofle yang begitu secara tegas sehingga masih terjadi sinkretisme dan pengejaran serta Kristen mulai mendogmatik penganutnya dengan strategi mempengaruhi para bobot yang ada guna melepaskan wiyon-wofle. Kondisi ini terjadi karena kristen datang dengan lunak. Di samping itu, literasi Kristen lebih banyak dipergunakan oleh penginjil, sedangkan wiyon-wofle menggunakan literasinya sebagai magis yang mana juga digunakan oleh pemimpinpemimpinnya, (raa wiyon-na wofle). Memang demikian bahwa dalam dokrin wiyonwofle ditekankan pentingnya literasi dalam botgif wiyon-wofle dipergunakan untuk kepentingan-kepentingan magis ketimbang kepentingan ke ilmuan moderen pada waktu itu. Singkatnya bo tgif wiyon-wofle lebih menekankan magis dari pada Ilmu; ekstasi daripada pengalaman ketentuan-ketentuan hukum wiyon-wofle. Institusi terpenting wiyon-wofle adalah perikatan-perikatan longgar, tetapi eksklusif yang berpusat dari seorang individu yang nyaris dipandang suci, sehingga sering menciptakan kultus indvidu. Kondisi hukum wiyon-wofle ini menyebabkan Ra wiyon-Na wofle atau Raa bam-Na tmah sering memainkan multi peran. Disamping sebagai tokoh agama (tradisi), ra wiyon-na wofle juga diyakini sebagai tabib, peramal dan seterusnya. Para pengikut meyakini bahwa literasi yang dikuasai oleh Raa wiyon-Na wofle dapat digunakan sebagai kekuatan magis. Raa wiyon-Na wofle sering didatangi pengikutnya tidak hanya berkaitan Hamah Sagrim 176 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT dengan masalah keagamaan saja, melainkan juga menyangkut masalah kemagisan. Dengan peran tersebut Raa wiyon-Na wofle itu dikultuskan, sebagaimana yang terjadi pada saat itu dan hingga sekarang hal ini masih tersimpan dan walaupun masih dilakukan secara tertutup. Seorang Raa wiyon-Na wofle mempunyai otoritas dalam suatu upacara inisiasi dan biasanya dikultuskan sebagai orang ³suci´ dalam wiyon-wofle tersebut. Berhubungan dengan masuknya Krisren. Pada akhir abad ke-18 ini bisa disebut dengan gerakan penjangkauan jiwa-jiwa Kristen di kalangan Maybrat, Imian, Sawiat. Kelompok penjangkau jiwa yang disebut penginjil dikenal dengan misionaris, atau lebih baik disebut sebagai missionaris konservatif. Kelompok konservatif melihat bahwa kristen di kalangan masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, masih bercampur antara adat kebiasaan yang sinkretis dengan ajaran Kristen. Untuk itu diperlukan pemurnian ajaran Kristen yang disebut dengan puritan. Gerakan puritan secara langsung atau tidak langsung menjadi cikal bakal pergerakan nasionalis Kristen, yang mana hingga abad 19 terjadi aliran-aliran Kristen pertobatan yang menyebutkan dirinya orang-orang bertobat. Orang- orang bertobat ini mungkin mereka yang telah melepaskan segala ekaristi tradisional mereka dan memfokuskan pikiran hati jiwa mereka pada injil Kristen. b. Puritanisasi Digerakkan oleh GKI dan Kristen pertobatan ini dalam catatan pengamatan sejarah kami tentang Kristen di Maybrat, Imian, Sawiat, menjadi embrio gerakan nasionalisme yang tergabung dalam gerakan Penginjilan. Kelompok puritan GKI pada abad ke-18 mulai menjadi trend akan ekaristi gerejani sebelum Papua bergabung dengan NKRI. Peran missionaris mempunyai double legal, yakni sebagai penginjil yang menyempurnakan pemahaman dan penyebaran ajaran Kristen di tengah umatnya ketika hendak melakukan puritanisasi di Maybrat, Imian, Sawiat. Gereja juga mempunyai peranan besar dalam ikut menentukan nasip rakyat Papua dalam PEPERA 1969. c. Tahap Modernisasi Modern bukan diartikan sebagai ³komponen Barat´ tetapi lebih dimaknai sebagai seting keilmuan dan kemajuan sains yang berakar dari nilai-nilai agama. Max Weber, Robert N. Bellah dan Clifford Geertz, melihat agama sebagai inspirator dari sebuah gerakan humanisasi, sain, budaya dan seterusnya. Durkheim juga mengungkapkan agama Hamah Sagrim 177 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT itu sui generis, oleh Richardson disebutnya sebagai felt whole ³perasaan menyeluruh´ yang dibangun oleh agama, sehingga agama hadir dalam konteks apa pun, dan dijadikan sebagai inspirator oleh manusia sebagai makhluk Tuhan yang berakal untuk mencerahkan peradaban. (Richardson 1967) Weber melihat modernisasi ekonomi lahir dari etika Protestan. Bellah juga menemukan bahwa kemajuan politik dan budaya di Jepang tidak dapat dilepaskan dari sprit Tokugawa. Di Nusantara, kata Geertz, agama telah memberikan move perjuangan menuju kemerdekaan. Proses modernisasi dilakukan melalui dua cara; Pertama, melalui injection motivation, dan kedua melalui revolusi think tank. Cara pertama lebih dimotivasi oleh kemajuan dunia luar. Di Maybrat, Imian, Sawiat, modernisasi dalam institusi pendidikan sangat dipengaruhi oleh sistem pendidikan diluar pada abad itu, yaitu terutama sistem pendidikan Kolonial Belanda. Sistem ini dibawa oleh Pemerintah Belanda dan diterapkan dalam sistem pendidikan formal orang Maybrat, Imian, Sawiat. Akhirnya, terjadi pembaruan dalam isntitusi pendidikan Kristen menjadi Yayasan Pendidikan Kristen (YPK dan YPPK), yang klasikal, namun selalu mengikuti perubahan sistem pendidikan, walaupun terjadi perombakan-perombakan kurikulum pendidikan dari Kolonial menjadi keindonesiaan. Cara kedua adalah mengilhami modernisasi melalui revolusi think tank, yakni gagasan pembaruan Gereja yang datang dari pemikir-pemikir Gereja yang tidak siap menerima ketertinggalan dalam percaturan dunia. Menurut kelompok ini, ketertinggalan itu bisa diatasi melalui pengoptimalan pemahaman ajaran Kristen dan Pengoptimalan Pendidikan Manusia. Dalam pandangan kalangan modernisasi Kristen ini, ketertinggalan umat Kristen di Papua merupakan kesalahan Kristen juga, itu karena memahami agama tidak secara rohaniah saja tetapi jasmaniah harus diperhatikan juga. Disamping itu, keengganan menerima pluralitas sebagai khazanah dan fitrah budaya, dan menjadikan perbedaan sebagai metode konfrontatif yang melelahkan. Akibatnya adalah terjadi pembongkaran terhadap bangunan inisiasi tradisional wiyon-wofle. Setting kelompok modernis ini tidak terjebak dalam pemikiran wiyon-wofle yang sempit, biasanya lebih mementingkan keseimbangan pemahaman wiyon-wofle dengan bo snyuk. Wiyon-wofle merupakan pemahan keagaman tradisional yang menuju kekayaan tradisional, sedangkan Kristen adalah hukum yang didekonstruksi oleh Kristen dalam kehidupan orang Maybrat, Imian, Sawiat. kedua ini tidak memiliki keseimbangan yang Hamah Sagrim 178 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT ditemukan baik secara eksotorik dengan esotorik. Dalam hal ini, yang lebih tegas dilakukan oleh kelompok modernis Kristen adalah meletakkan Kristen sebagai ideologi atau paradigma dalam transformasi social ditengah masyarakat. Tugas inilah yang akhirnya dilakukan oleh agamawan atau penginjil, tetapi tidak semua Penginjil dapat menjalankan missi tersebut, sehingga tugas tersebut banyak diambil alih oleh kelompok akademisi yang terdidik dan menaruh perhatian terhadap Kristen. Era ini di Maybrat, Imian, Sawiat terlihat pada Modernisasi Kristen yang dipahami sebagai perubahan paradigma pemikiran umat Kristen, bukan membangun definisi Kristen yang baru melainkan dianggap sebagai suatu penginjilan. Dilihat dari alur pemikiran, lahirnya paradigma ini disebabkan ³ketidakrelaan´ kelompok pemikir Kristen terhadap ketertinggalan umat Kristen dalam ³merancah´ dunia sosialnya, serta pandangan sempit penginjil tentang Kristen yang hanya ditarik dari satu sisi yaitu iman dan roh sehingga pemikiran umat Kristen dalam mentransfer literasinya ke dalam dunia nyata cenderung terhambat. Di Maybrat, Imian, Sawiat, paradigma pemikiran modernisasi Kristen ini sebenarnya sudah muncul semenjak lahirnya puritanisasi sebagai pendobrak pemurnian pemahaman Ktisten orang Maybrat, Imian, Sawiat yang masih kental dengan budaya inisiasi. Namun, modernisasi Kristen lebih berkembang ketika akhir abad ke-18 seiring dengan bergeraknya kaum agama mendirikan Yayasan Pendidikan Kristen (YPK, YPPK) membangun sekolah-sekolah agama modern di Maybrat, Imian, Sawiat. Modernisasi Kristen lebih menekankan pada pembentukan karakteristik umat Kristen untuk memanifestasikan hidup dalam konteks keberagamaan yang sesungguhnya. Oleh sebab itu, diperlukan pengajaran dan sisitem pendidikan agama yang signifikan terhadap tujuan tersebut. Maka dalam modernisasi awal ini, sangat kentara terjadinya pembaharuanpembaharuan institusi dan organisasi keKristenan, seperti lahirnya SD YPK, YPPK, SMP YPK,YPPK, SMA YPK, YPPK, dengan pola moderen dan munculnya organisasi platform Kristen. Di Maybrat, Imian, Sawiat, modernisasi dimulai dengan mengubah sistem Pendidikan yang tradisional dengan sistem pendidikan modern yang klasikal, berijazah dan memiliki kurikulum. Di Teminabuan misalnya, Sekolah Rakyat dengan tenaga pengajar yakni Guru-Guru didikan Belanda yang menjadi cikal bakal sekolah dasar (SD). Sekolah ini sangat berpengaruh di Maybrat, Imian, Sawiat. Pada masa ini, ada dua Hamah Sagrim 179 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT pendekatan yang dilakukan Penginjil untuk membangun umat kristen, yakni pendekatan pendidikan dan pendekatan pergerakan. Pendekatan pendidikan lebih tertuju pada perubahan ideational dalam generasi muda, sedangkan pendekatan pergerakan mencakup pembentukan Jemaat dan institusi Kristen yang progresif. Pendidikan yang dikelola oleh Penginjil atau missionaris konservatif setidaknya telah melahirkan peta pemikiran ke-Kristenan di Maybrat, Imian, Sawiat sekaligus terjadinya pergeseran pemikiran Kristen dari wiyon-wofle ke modernisasi Kristen. Lahirnya sekolah-sekolah moderen ini secara langsung mampu menjadikan Maybrat, Imian, Sawiat, eksellent, dan tidak mengalami kekosongan sistem pemikiran inisiasi wiyon-wofle. Sementara itu, Penginjil pada masa modernisasi Kristen ini terbagi menjadi dua kutub, yakni Penginjil kaum muda dan kaum tua. Penginjil kaum muda yakni Penginil-penginjil moderen dan konservatif, biasanya Penginjil-Penginjil punya view oriented, dan mereka terpengaruh oleh konsep-konsep pembaruan dari luar. Sementara kaum tua adalah Penginjil-Penginil yang masih bertahan dengan konsep-konsep Penginjilan masa lalu dan mereka juga masih sering mengkaitkan ideology inisiasi wiyon-wofle dengan ideology injil, serta masih mempertahankan tradisi ritualisasiritualisasi dan ritus keguruan tradisional wiyon-wofle. Penginjil muda adalah; mereka yang berbicara dengan runtutan terhadap penggunaan literasi kitab suci pada konteks kehididupan yang lebih luas, dimana ayat-ayat Alkitab tidak ³dikurung dalam pemahaman´ yang picik dan sempit. Bagi kelompok penginjil moderen kristen, agama diaplikasikan secara realistis. Agama ditujukan untuk pemberdayaan umat secara keseluruhan. Harus diakui bahwa dalam tahap awal, konsep modernisasi pendidikan belum sepenuhnya terkembangkan, karena masih terkendala oleh sistem penjajahan yang hanya memberikan kesempatan kepada keturunan-keturunan bobot saja yang mengenyamnya. Sekolahsekolah pada pemerintahan Kolonial Belanda yang dikembangkan baru bergerak dengan sistem pendidikan yang teoritik dan belum dilengkapi dengan skill education. Akibatnya, ketika terjadi perubahan terutama berkembangnya pasar dalam sistem ekonomi, masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, para alumni SR sulit mengikut perkembangan ini. d. Tahap Perubahan Hamah Sagrim 180 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Sekolah-sekolah yang didirikan oleh kristen konservatif secara langsung atau tidak memiliki pengaruh terhadap mentalitas masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat. Pertama, pengaruh terhadap pendidikan keagamaan yang melahirkan kaum Penginjil dan Pendeta. Kedua, pengaruh terhadap mentalitas yang berimplikasi terhadap gaya hidup (life style) dan cara berfikir. Pengaruh tersebut menjiwai lahirnya sebuah pergerakan yang kemudian menjadi cikal bakal lahirnya kaum terpelajar. Di Maybrat, Imian, Sawat, banyak kaum terpelajar yang lahir dari sekolah-sekolah yang ada. Pergerakannya tidak saja beraikatan dengan keagamaan saja atau disebut dengan ortodoksi skriptual penginjilan. Ortodoksi skriptual ini, berlangsung sekitar akhir abad ke-18 diwilayah Maybrat, Imian, Sawiat. Pada masa pergerakan inilah muncul kegamangan dari kaum Terdidik dalam melilihat perubahan sosial, ekonomi, dan politik, terlebih lagi semakin diterimanya sekolah-sekolah modern dengan kurikulum Indonesia oleh masyarakat. Kondisi ini semakin meminggirkan pendidikan Kristen mula-mula. Kristen turut ambil bagian dalam kancah sosial dan politik, pada saat sekarang ini. Setelah itu, kaum Kristen banyak mengenal organsisasi-organisasi sosial nasional lainnya, dan melibatkan diri lebih jauh. Ada yang tidak puas dengan keilmuannya, maka kaum Pendeta mencari jalan untuk berorganisasi agar ilmunya dapat dikembangkan lebih luas. Maka terlibatlah kaum Pendeta dalam organisasi-orgnisasi yang tidak lagi platform-nya Kristen, tetapi sudah nasionalis. YPK dengan semakin banyaknya menamatkan para murid dengan sistem sekolah modern mendapatkan kerja yang mapan. Di sisi lain, sistem pendidikan YPK masih bertahan dengan sistem yang ada, masih terpaut dengan kajian-kajian tekstualitas (skriptualisme) dan belum menjauh ke arah pengembangan-penjabaran tekstualitas menuju kontekstual. Sistem pendidikan seperti ini sebenarnya cukup lama berlangsung dalam peradaban Kristen di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, dan Papua pada umumnya, bahkan pada masa peradaban konsevatif Papua-pun tidak terjadi perubahan dalam sistem pendidikan Kristen.Kecenderungan konservatif (ortodoksi spiritual) dalam sistem pendidikan menekankan pada moralitas dan literasi dan kurang menerima pemikiran yang radikal. Hal ini terjadi karena pada kurikulum Penjajahan Kolonial Belanda Kebanyak pendidikan saat itu hanya berupa hafalan, sehingga tidak mendorong orisinalitas. Para siswa tidak diajarkan untuk memahami gagasan baru secara radikal, karena masyarakat Hamah Sagrim 181 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT luas tidak dapat menerimanya. Gagasan baru dianggap mengganggu tatanan sosial dan membahayakan masyarakat. Pada masyarakat konservatif stabilitas dan keteraturan sosial dianggap lebih penting dari kebebasan berekspresi. Pergeseran cara pandang ini terus berlanjut. YPK dengan sistem kurikulum pendidikan keindonesiaan melakukan terobosan baru yang berbeda dari sistem pendidikan Kristen Kolonial Belanda. Sekolah-sekolah yang didirikan dengan nama YPK atau YPPK mampu membaharui pemikiran masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat. Pada masa ini, kaum Penginjil atau misionaris mendapat tantangan yang signifikan dari Pendeta-pendeta modern. Pemikiran-pemikiran kekristenan mulai bergeser dari pemikiran klasik kepada kontemporer, karena perubahan sosial telah melahirkan fenomena-realita yang baru. Untuk menjelaskan fenomena baru tersebut dibutuhkan keterpaduan antara ilmu reliji dengan Semangat kekristenan yang kuat. Perubahan-perubahan yang begitu cepat kurang terakses oleh wilayah agama, dan kontrol masyarakat pun tidak banyak memainkan peranan. Kondisi ini tidak saja dirasakan dalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, tetapi seluruh Papua pun mengalami kondisi yang sama: Keunggulan Penginjil dan Missionaris adalah kemampuan untuk hadir di tengahtengah masyarakat luas, mampu mengkombinasikan pikiran keilmuwannya dalam bahasa jelata, serta sanggup membangun kekuatan jemaat yang real dan kohesif. Tapi sayang belum diperlengkapi dengan perangkat teologis yang lebih transformatif. Kondisi tersebut menyebabkan eksisitensi gerejani kurang diminati masyarakat, karena keilmuwan kekristenannya belum transformatif. Akibatnya, Sekolah-Sekolah YPK,YPPK lebih banyak bertahan di kalangan masyarakat pedesaan. Sementara itu di perkotaan, sekolahsekolah moderen diakses dengan cepat oleh masyarakat, seiring dengan bergulirnya sistem ekonomi pasar yang menghendaki manusia sebagai ³mesin´ pencetak uang, dan keterampilan untuk mencetak uang itu lebih terkonsentrasi pada sekolah moderen. Wibawa YPK,YPPK mulai terpinggirkan. Kebanggaan terhadap generasi yang mempunyai ilmu agama yang tinggi mulai dikalahkan oleh kalangan terdidik dan mempunyai penghasilan-jabatan yang memadai. Inilah fenomena traumatik sosial yang terlihat pada masa-masa perubahan di Maybrat, Imian, Sawiat dan Papua umumnya. Hamah Sagrim 182 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Seiring dengan fenomena tersebut, tradisi pemikiran kekristenan terpecah menjadi dua kubu, yakni tradisi pemahaman keagamaan kaum pertobatan dan GKI ± Katolik. Pertobatan dan GKI ± Katolik lebih banyak berkembang di pedesaan Maybrat, Imian, Sawiat dengan mempertahankan sistem pendidikan kristen, sementara pemahaman modern kekristenan berkembang di perkotaan, dijabarkan oleh Pendeta yang mampu mengakses pembaharuan dan perubahan. Dalam perpektif sosiologi, menjelaskan perubahan itu harus tahu dengan konteks perubahan, sebab perubahan dan kondisi sebelum terjadinya perubahan. Mau tidak mau, aktor transformatif harus memiliki pengetahuan yang holistik dalam permasalahan itu. Pada tahap ini, perubahan pemikiran pun tidak bisa dipisahkan dari proses modernisasi. Pemikiran ke-Kristenan tidak lagi berada dalam otoritas Penginjil klasik, tetapi mulai berpindah pada intelektual akademisi. Transformasi pemikiran ini telah membangun dua komunitas pemikiran keagamaan, yakni komunitas pemikiran klasik dan modern. Komunitas pemikiran klasik lebih berkembang dan diterapkan oleh penginjil klasik, di gereja pada pedesaan oleh penginjil klasik. Semenatara kelompok intelektual, lebih berkembang di perkotaan. e. Teologi Transformatif Teologi transformatif menyatakan bahwa realita tidak hanya dibaca dengan kacamata Kristen, tetapi juga dilihat dari sisi praksisnya. Esensinya, ada hubungan dialektis antara Kristen ideal dengan realita. Tujuannya untuk merubah fakta sesuai dengan cita-cita Kristen. Teologi transformatif mencoba memahami ortodoksi secara holistik. Realita, fenomena dan fakta harus diselesaikan atau dibawa pada kancah ide-ide Kristen. Dalam konteks yang sama. Namun, ketidakmampuan menjabarkan ortodoksi tersebut telah membuat Kristen terpetiemaskan dalam hingar bingar realita sosial, sehingga Kristen hadir ke hadapan kita bagaikan ³monumen batu´ yang sudah selesai dipahat, hanya sebagai fakta sejarah yang sangat menumental. Kecenderungan tersebut hendaknya dipahami dan dihayati oleh umat Kristen, sehingga umat Kristen tidak terkungkung dalam kepicikan dan kesempitan dalam memahami Kristen itu sendiri. Literasi Kristen harus dijabarkan ke dalam realita, tidak disimpan dalam ³rumah kaca´ pemahaman yang sempit itu. Ketika umat Kristen mengapung literasi dalam pemahaman yang sempit, Kristen akan terlihat dalam Hamah Sagrim 183 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT kepercayaan dan pemahaman yang ekslusif, yang kemudian rentan diterjemahkan oleh dunia luar sebagai kelompok fundamentalisme. Dalam teologi transformatif, umat Kristen diharapkan mampu mendialogkan teologis ke dalam realita. Hal ini sangat membutuhkan rasionalisasi pemahaman terhadap ajaran Kristen. Menurut kami, rasionalisasi mungkin sangat erat kaitannya dengan modernisasi, oleh sebab itu modernisasi itu merupakan keharusan bagi umat Kristen, karena modern sangat erat dengan ilmu pengetahuan. Mugkin Injil sebagai paradigma, dengan maksud mode of thought, mode of inquiry yang diharapkan bisa menghasilkan mode of knowing, di mana alkitab sebagai konstruksi dari pengetahuan. Berdasarkan paradigma tersebut, keterbelakangan dan ketertinggalan umat Kristen dari segi peradaban disebabkan oleh kesalahan umat Kristen dalam meletakan Injil sebagai sumber paradigma yang luas. Cara pandang di atas telah melahirkan dua pemikiran keKristenan, yakni; Mereka yang berlatar belakang tradisi ilmu keKristenan konvensional dan mereka yang terlatih dalam tradisi Barat (modernis). Keduanya tidak berbeda dalam mengupas teologi. Bagi kalangan keKristenan konvensional, teologi sebagai ilmu kalam dengan artian suatu disiplin ilmu yang mempelajari ilmu ketuhanan, bersifat abstrak, normatif, dan skolastik. Sedangkan bagi aliran kedua lebih melihat teologi sebagai penafsiran terhadap realita dalam perspektif ketuhanan, lebih berupa refleksi empiris. Berdasarkan konstelasi paradigma ini, pemikiran teologi transformatif umat Kristen terpecah menjadi dua pula, pertama pemikiran yang tidak menerima kenyataan luar, moderenisasi selalu diidentikan dengan Barat, sehingga menahan diri dari mainstream moderen tersebut. Kedua, intelektual yang dapat menerima moderenisasi sebagai suatu realita yang harus dicerahkan dengan teologi transformatif, yang dibangun melalui pengokohan paradigma Kristen. Untuk memahami injil; pertama, mengkaji dan memahami seting situasi atau problem historis, baik yang spesifik maunpun yang makro. Kedua, menjeneralisasi jawaban-jawaban yang ditemukan, sehingga menjadi paradigma yang sering dinyatakan. Di sinilah letaknya, keterujian intelektualitas Kristen dalam menjabarkan Kristen sebagai agama peradaban. Sayangnya, keterujian itu belum banyak dibuktikan, sehingga umat Kristen masih saja berada dalam warna yang redup dari kemajuan. Perbenturan-perbenturan pun tidak dapat dielakan, karena antara yang satu dengan yang lainnya saling menganggap pemikirannya yang benar. Aliran - aliran Hamah Sagrim 184 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT teologis yang dipahami oleh umat Kristen sangat rentan dengan konflik pembenaran. Inilah agaknya menjadi penyebab lambannya teologis transformatif untuk diadopsi. Umat Kristen di Papua masih terseret dalam pertentangan klaim-klaim aliran pembenaran. Hal ini, sangat ³melelahkan´ umat Kristen di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, Papua itu sendiri dalam menatap masa depannya. Perbedaan aliran dan organisasi misalnya, menyebabkan mereka terpecah dalam membangun peradaban sistemp ekaristi peribadatan. Sementara perubahan begitu cepat menawarkan beragam realita dan fenomena. Di Nusantara, keterlambatan mengartikulasikan teologis transformatif ini disamping dipengaruhi oleh faktor di atas juga sangat dipengaruhi oleh orientasi dominan hukum yang dibangun dan saingan akan tetangga agama yang lain. Hukum yang dibangun kadang belum seimbang antara pemberdayaan akal pikiran dengan batiniah, lebih banyak mengambil kapling dalam rutinitas ibadah mingguan, sementara ibadah sosial secara luas terkesampingkan, sehingga umat Kristen tertinggal dalam ekonomi, politik, pendidikan dan budaya. Di saat yang sama, terjadi pemisahan antara ibadah dengan realita kehidupan. Ibadah dipahami penyembahan, puasa, pujian dan syukur, sementara menata ekonomi, politik, budaya, pendidikan dan seterusnya agak dipisahkan dari arti ibadah yang lebih luas. f. Revivalisme Pemikiran Kristen di Maybrat, Imian, Sawiat. 1. Tradisi lokal Tradisi lokal sering dijadikan media dalam peribadatan Kristen, seperti Tifa, Suling bamboo yang mana sebagai media yang dijadikan alat penyembahan di Papua dan Maybrat, Imian, Sawiat oleh Penginjil klasik lokal. 2. Bahasa dan Seni Sejarah perkembangan bahasa Maybrat, bahasa Sawiat, bahasa Imian, tidak begitu diketahui keberadaannya semenjak kapan, akan tetapi untuk bahasa tubuh, sudah ada atau telah digunakan oleh manusia Maybrat, Imian, Sawiat, pada Zaman primitif ketika jumlah keanggotaan mereka lebih dari satu orang. Bahasa tubuh merupakan bahasa komunikasi pertama yang telah dipakai oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat. Bahasa (lisan) yang dipergunakan tampaknya mempunyai gaya tersendiri karena tidak memadukan sistem tata bahasa dari etnis lain. Hal tersebut dapat dimengerti mengingat suku Maybrat Imian Hamah Sagrim 185 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Sawiat merupakan suku bangsa yang bukan pengembara jarak jauh (long leave), namun pengembaraan mereka hanya merupakan pengembaraan jarak pendek (short leave). Pengembaraan jarak pendek yang dimaksud adalah pengembaraan dalam mengejar nafkah, sehingga segala sesuatu yang dimiliki termasuk bahasa mereka tidak berupa bahasa campuran yang tercipta secara efohesi. Dari segi aksara, tetap mengikuti aksara bahasa masing ± masing, yaitu Bahasa Maybrat, tetap mengikuti aksara Suku Maybrat, Suku Sawiat, tetap mengikuti aksara Suku Sawiat, Suku Imian, tetap mengikuti aksara Suku Imian. Namun dalam bahasa Maybrat memiliki tiga langgam bahasa yang masing ± masing memiliki dialek yang berbeda, yaitu untuk sub suku Maybrat seperti May Yah, langgam bahasanya terdengar halus dan lambat, dan untuk sub suku Maybrat seperti may Ithe, langgam bahasanya terdengar agak setengah tegas, sedangkan untuk suku May brat (May uu), langgam bahasanya terdengar sangat tegas. Namun untuk bahasa Imian dan bahasa Sawiat, masing ± masing dengan langgam bahasa dan sebutan serta arti yang berbeda ± beda baik antara suku Imian dan suku Sawiat bahkan dengan suku Maybrat. Tidak disangkal bahwa manusia ikut dibentuk oleh situasi sekelilingnya. Demikian unsur seni Suku Maybrat, Imian, Sawiat, pada umumnya terbentuk seirama dengan lingkungannya sebagai kelompok yang hidup didaratan dan pesisir. Nada suara umumnya tegas dan tinggi, mengingat keengganan mereka yang selalu dalam mejelajahi hutan dan laut yang homogen dan sangat luas sehingga sering memisahkan jarak antara anggota yang satu dengan anggota lainnya menjadi berjauhan, kadang juga bisa hilang karena kurang menguasai lokasi perburuan mereka. Kesenian yang ditonjolkan adalah : Hamah Sagrim 186 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT - Seni musik, diantaranya adalah Biola (krombi), tebuat dari bahan Bambu yang kulitnya di gunakan sebagai String atau snar dan sumpit yang dililitkan dengan kain sebagai alat gesek atau dawai (tref). Alat musik ini telah dikenal oleh orang Maybrat, Gambar: Biola tradisional (krombi) dan alat gesek (tref) Imian, Sawiat pada abad yang tidak diketahui. - Suling atau seruling , terbuat dari bamboo orang Maybrat, Imian, Sawiat berkenalan dengan suling pada abad kedelapanbelas. Tifa, (ain dan toke) terbuat dari bahan Kayu dan kulit Rusa. Tifa dikenal pada tahun yang tidak diketahui. Gambar: Suling atau seruling Gambar: Tifa besar (ain) dan tifa kecil (toke) Element teater, juga sekaligus dapat menjadi tempat pertunjukkan adalah panggung hiburan (Taro). Bentuk Panggung hiburan atau Taro yang dimiliki oleh Suku Maybrat Imian Sawiat biasanya dibangun dengan kemiriban stadion, yang mana pada bagian- bagian sisinya lebih tinggi sebagai tempat duduk para pengunjung dan penonton daripada areal melakukan pertunjukkan. Bangunan theater atau arena pertunjukkan ini biasanya tidak dibangun menetap namun biasanya dibangun bilamana adanya kegiatan ± kegiatan tertentu yang berkaitan dengan seni tari seperti : Berdansa (B¶sioh), Serar, yosim dan menari (mwi bowi). Kesemuanya disertai dengan pertunjukkan gerakan tubuh serta dengan sifat tarian tersebut. Berikut lihat gambar : berbusana tarian sesuai Hamah Sagrim 187 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Gambar: Tampak atas Teater atau panggung hiburan (taro) Gambar: Vew teater atau panggung hiburan (taro) - Seni suara, umumnya disertai dengan suara. Seni suara dikenal secara moderen oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat pada akhir abad ke-delapan belas yang mana diperkenalkan oleh penginjil Kristen, setelah masukknya injil Kristen di wilayah Maybrat. Imian, Sawiat. Populernya seni suara pada waktu itu ketika ekaristi dalam peribadatan Kristen yang menggunakan nyanian dan pujian sehingga orang Maybrat, Imian, Sawiat, terinspirasi dan membentuk kelompok-kelompok menyanyi atau group seni suara yang terdiri dari satu orang (solo), dua orang (duet) tiga orang (trio) dan lebih dari tiga orang (group). Pada abad inipula awal mula Orang Maybrat, Imian, Sawiat, mulai bersentuhan dengan alat musik aliran moderen seperti harmonika, guitar string, seruling dan vokal group yang mana selalu dilakukan dengan cara berlatih atau olah vokal. 4. Kelengkapan Hidup Sejarah kehidupan manusia telah mencatat bahwa, manusia pertama, nenek moyang kita; hidup sebagai pengembara atau manusia yang hanya mencari nafkah secara terus-menerus dan berpindah-pindah dari satu tempat ketempat yang lain. Pada zaman ini, manusia tidak memiliki kelengkapan hidupnya seperti; api, kapak, dan busana. Hal ini diakibatkan karena mereka belum memiliki kemampuan mencipta (non Undagi). Sejarah orang Maybrat, Imian, Sawiat telah memuat catatan perjalanan hidup mereka semenjak nenek moyang. Catatan ini juga sama dengan catatan sejarah perjalanan nenekmoyang manusia dari herbagai belahan dunia lainnya. Manusia Maybrat, Imian, Sawiat, mula-mula juga Hamah Sagrim 188 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT tidak memiliki kelengkapan hidup pada zaman ini, dan mereka sebagai manusia pengembara atau pencari nafkah dengan berpindah-pindah tempat. Dalam penelusuran sejarah dan penelitian kami dibeberapa kampong pada tahun 2000 ± 2001, yaitu dikampong; Udagaga, Makaroro, Mogatemin, Mugim, Keyen, Sengguer, Moswaren, dan selanjutnya pada tahun 2004 dan 2007 dari wilayah; Ayamaru, Sosian, Temel, Mapura, Suwiam, Yukase, Segior, Kartapura, Sauf, Sembaro, Soroan, Koma-koma, Kanisabar, Welek, Pasir putih, Mlabolo, Klamit, Kladut, Kambuaya, Jitmau, Kartapura, Arus, Kambufatem, Susmuk, Aifat, Mare, Karon, dan menyusuri sungai Kamundan, Mukamat, Ayata, Kamro, TehitTeminabuan, Wehali, Serbau, Serer, Tofot, Haha, Woloin, Imian, dan Wainslolo, ditemukan beberapa laporan tentang kelengkapan hidup manusia Maybrat Imian Sawiat yaitu; a. Kapak Batu. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, mula-mula atau disebut manusia primitif, dalam kehidupan mereka, kelengkapan hidup yang pertamakali dikenal oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat adalah kapak batu (stone axe) ³fra maãn´ dalam sebutan bahasa Maybrat. Data yang diambil tentang kapak batu (stone axe) sebagai kelengkapan hidup manusia primitif Maybrat, Imian, Sawiat ini telah dikenal pada zaman batu. Sayangnya kapak batu (stone axe) ini tidak ditemukan wujudnya, karena telah dibuang dan dimusnahakan oleh pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1950 yang lalu dan lokasi atau kampong-kampong yang dihuni juga dibubarkan untuk digabungkan kekampong-kampong sekitarnya guna perluasan kampong. Mungkin sebaiknya kita kembali untuk membongkar lokasi-lokasi bekas kampong yang dibubarkan untuk pencarian benda-benda prasejarah yang dibuang. Manusia primitif Maybrat, Imian, Sawiat, pertama yang membawa kapak batu (stone axe) adalah Tit Srowy di Tehit-Teminabuan, kemudian diambil oleh seorang manusia primitif yang bernama Woroh Simian, dan membawanya ke daerah Fayoh. Ketika itu woroh simian bertemu dengan seorang manusia primitif yang bernama Fhour Dyaman yang mana selanjutnya menggunakan kapak ini bersama-sama. Disinilah awal mula nenekmoyang orang maybrat imian sawiat mengenal kapak batu (stone axe). Dari uraian ini, jelaslah bahwa manusia maybrat imian sawiat pertama yang mengenal dan memperkenalkan kapak batu Hamah Sagrim 189 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT (stone axe) adalah Ti t Srowy yang adalah manusia primitive/nenekmoyang yang hidup didaerah tehit (kini Teminabuan). b. Api ± Tafoh ± Sala (flame) Orang maybrat imian sawait primitive kemudian mengenal api µtafoh-sala¶ (flame), yang mana diperkirakan pada zaman batu. Api, pertamakali dikenal didaerah maybrat, api yang mana dikenal melalui fenomena alam, yaitu ketika terjadi gesekan antara pepohonan yang satu dengan pohon yang lainnya, dan menimbulkan percikan api sehingga menjadi bara api. Nama api (flame) yang pertama dikenal dalam bahasa primitive orang maybrat adalah; SSS, dan FUF. Ini adalah nama api yang dikenal pertama kali di zaman itu, karena ketika penemunya yang bernama tafoh yang kini namanya digunakan dalam sebutan api, (dalam bhs. maybrat). Ketika itu dia (tafoh) melihat percikan api yang timbul ketika gesekan pohon lalu menjadi bara api, dia (tafoh) lalu mendekatinya dan menyentuhnya dengan tangan, tetapi karena tangannya terbakar sehingga ia meringis kesakitan dengan mengeluarkan kata SSS, setelah itu, tafoh mendekatinya untuk keduakalinya dengan keinginan memadamkannya dengn cara meniupnya. Ketika ia mencoba untuk meniupnya dan bunyi nafas tiupannya yang terdengar FUF, oleh kerabat-kerabatnya yang bersama dengan dia, sehingga mereka menyebut api dengan nama FUF dengan menggunakan bahasa tubuh untuk mengatakan kepada kerabat yang lain tentang api. Dari penemuan ini, dipertahankan dan berkembang hingga zaman megalitik, yang mana manusia maybrat imian sawiat primitive mulai mengembangkan teknologi sederhana penghasil api (flame tecnology). Pada zaman ini, manusia maybrat imian sawiat yang begitu primitive, sedikit demi sedikit mulai mengalami perubahan. Pada zaman ini pula mereka mulai mencoba untuk meramu bahan-bahan untuk menciptakan api. Bahan-bahan yang digunakan pertamakali untuk pembuatan api adalah: a. Rotan (to atu) b. Kayu (ara) c. Ampas dedaunan kering (hita gat) Hamah Sagrim 190 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT d. Cara kerjanya adalah; Rotan dililitkan pada batan kayu dan ampas dedaunan kering diletakan dibawah dan selanjutnya tali rotan ditarik kekiri dan kekanan dengan bergesekan pada dinding kayu secara bergantian selama beberapa menit dan ketika kayunya panas, maka menimbulkan percikan api yang jatuh pada ampas dedaunan kering sehingga menjadi bara api. Bahan yang digunakan kedua atau model kedua: a. Bambu (tbil/bron) b. Pecahan batu (fra habah) c. Ampas dedaunan kering (hita gat) Cara kerjanya adalah: pecahan batu digesekan pada dinding bamboo kering secara teratur berulang kali pada lokasi gesekan yang sama, sedangkan dibagian bawah disiapkan ampas dedaunan kering, setelah gesekan tersebut menghasilkan percikan api, yang jatuh pada ampas dedaunan kering itu sehingga menghasilkan bara api dalam beberapa menit. Bahan yang digunakan ketiga, atau model ketiga: a. Pecahan kaca/beling botol (kusia habah) b. Bamboo (tbil/bron) c. Ampas kayu/dedaunan kering (ara magi/hita gaat) Cara kerjanya adalah: pecahan kaca/beling digesekan pada kulit bamboo kering secara teratur berulang kali kepada tempat gesekan yang sama dan beling dilapisi dengan ampas kayu, sehingga ketika percikan api keluar langsung pada ampas kayu yang ada dan menghasilkan bara api. Model teknologi pembuatan api yang ketiga dengan bahan kaca/beling, semenjak abad 16, ketika VOC masuk ke wilayah Maybrat, Imian, Sawiat. Pada abad ini pula orang Maybrat, Imian, Sawiat, mengenal barang-barang pecah belah dan korek api. Gambar: Bamboo sebagai bahan penghasil api tradisional Hamah Sagrim 191 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Skematika perkembangan Manusia Maybrat, Imian, Sawiat, Papua dan Api Orang Maybrat, Imian, Sawiat, tanpa api Orang Maybrat, Imian, Sawiat mengenal api dari fenomena alam Orang Maybrt, Imian, Sawiat, menciptakan bahan api dari bahan kayu dan api Orang Maybrat, Imian, Sawiat, menciptakan api dari bamboo dan beling / pecahan batu dan kaca Orangg Maybrat, Imian, Sawiat, mengenal korek api / matches c. Busana Orang Maybrat, Imian, Sawiat, dalam proses hidupnya, ia baru mengenal busana kemudian setelah kelengkapan yang lain seperti kapak batu (stone axe), dan api (flame) dikenal. Sejarah orang Maybrat, Imian, Sawiat, mengungkapkan bahwa nenekmoyang mereka pada mulanya hidup dalam ketelanjangan tanpa busana. Akantetapi sedikit demi sedikit waktu memproses mereka dengan diimbangi otak dan nalar yang kian mulai berpikir untuk berkembang menjadi manusia moderen, sehingga mereka mencoba untuk meramu segala sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhan hidup mereka yang mana ikut merubah hidup mereka dari kehidupan primitive hingga menjadi manusia moderen sekarang ini. Nenekmoyang orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang pertama memakai busana cawat/cedaku (gitaut) adalah Hafra Hafuk. Kemudian diperkenalkan kepada anaknya yaitu Hefy Hafuk, dan selanjutnya Hefy Hafuk, memperkenalkannya kepada anaknya Saf Haafuk, (kini sesa dumufle). Bahan yang digunakan sebgai busana adalah kulit kayu (fijoh malak), yang berwarna Putih. Akan tetapi busana dari kulit kayu tersebut kemudian digantikan dengan bahan kain, pada abad ke-16, dimana orang Maybrat imian sawiat mengenalnya Hamah Sagrim 192 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT melalui para pedagang VOC. Sejarah orang maybrat imian sawiat dalam mengenal busana ini pada zaman dan tahun yang tidak diketahui. 5. Pengaruh Wanita Maybrat Imian Sawiat Terhadap Lingkungannya a. Wanita Maybrat Imian Sawiat (bakit, ku ano, nangli) Seperti halnya wanita ±wanita lain, wanita Maybrat, Imian, Sawiat juga memiliki sifat-sifat kejiwaan wanita. Ciri khas kewanitaan yang banyak disoroti orang adalah sifat memelihara. Ini disebabkan karena kodarat wanita secara fisik bertugas mengandung, memelihara, dan menyusui. Namun sayangnya, sifat memlihara ini dalam perkembangannya lalu menjadi tuntutan ethis. Tuntutan ini yang mendorong wanita maybrat imian sawiat untuk memberikan cinta kasih mereka tanpa pamrih, disertai dengan pengorbanan diri dan penyerahan diri. Maka tepatlah jika kita menamakan: wanita itu merupakan asas dari cinta kasih. Dengan sifatnya yang bersifat memelihara itu, wanita menjadi lebih bersifat heterosentris, mengarahkan aku-nya kepada aku yang lain lebih-lebih mepada yang dicintainya. Sifat ini akan terungkap pada sikap memelihara, melindungi, bersahabat, mengalah, menetap dain sebangsanya. Sifat kewanitaan seperti terurai diatas juga dimiliki oleh wanita maybrat imian sawiat, bedanya terletak pada adat dan kebudayaan yang membentuk setiap wanita dari suku bangsa sendiri-sendiri. Wanita Maybrat Imian Sawiat Dapat Kita Golongkan Menjadi : 1. Wanita kampong, yang berasal dari keluarga petani dan nelayan, atau wanita yang belum menikmati pendidikan yang cukup. 2. Wanita kampong dan kota, yang berasal dari keluarga ekonomi menengah atau wanita yang juga menikmati pendidikan yang cukup 3. Wanita kota, yang berasal dari kalangan keluarga atas atau wanita yang telah menikmati pendidikan cukup dan menikmati pendidikan cukup dan lebih Tipe dari 3 golongan wanita tersebut juga tidak sama kadarnya. Untuk tipe golongan wanita kota atau yang sudah berpendidikan tinggi, penampilan dan pengaruhnya dalam masyarakat sengat berfariasi, namun ada anggapan orang mengenai wanita Maybrat, Imian, Sawiat yang mana anggapan ini merupakan stereotip wanita Maybrat, Imian, Sawiat. Stereotif ini lalu menjadi suatu ideal bagi wanita Maybrat, Imian, Sawiat. Dalam hal ini, yang membuat wanita maybrat imian sawiat begitu ideal pada masanya. Walaupun sebenarnya kalau kita mendalami kepribadian dari wanita maybrat imian sawiat akan kita temui tipe-tipe yang telah berontak Hamah Sagrim 193 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT terhadap adat, seperti dalam adat maybrat imian sawait sekarang ini. Menurut budaya merek, mengatakan bahwa seorang wanita harus ; tenang, penurut, tunduk dan yang lebih lagi adalah menjaga virginelitasnya hingga pinangan. Jadi pemberontakan yang melawan etika adat, tersebut hingga kini telah banyak dilakukan oleh wanita maybrat imian sawiat yang telah terbawa pengaruh new zaman. Stereotif bahwa wanita maybrt imian sawiat itu bersifat; narimo, pasrah, sabar, halus, bakti dan sedikit tegas, akan tetapi sifat-sifat tersebut yang merupakan stereotif wanita maybrat imian sawiat yang ideal tidak terbina dengan baik dan wanita maybrat imian sawiat new zaman cenderung bergaya hidup dengan mengadopsi sifat-sifat baru seperti; ingin bergerak bebas, tidak begitu penurut, dan tidak sabar. Akan tetapi tidak semua sifat nampak dalam setiap pribadi wanita Maybrat, Imian, Sawiat. Hal ini juga disebabkan karena wanita maybrat imian sawiat mendapat pengaruh dari pendidikan dan perkembangan zaman yang baru new zaman. Pendidikan, baik formal maupun informal sangat berperan penting dalam membina pengembangan pribadi wanita maybrat imian sawiat. Wanita maybrat imian sawiat banyak mendapat pengaruh pendidikan yang mana membentuk cirri-ciri kepribadian seperti; cerdas, paham/tahu mengenai bakatnya, bersikap kritis terhadap masalah-masalah social disekitar lingkungannya, berani menyimpang dari kebiaan yang berlaku, menunjukkan sikap independent, berperasaan halus serta tidak menyerah dalam menghadapi rintangan, namun didalam mengambil keputusan-keputusan, tetap mendahulukan keharmonisan dengan orang-orang sekelilingnya. Walau cirri tersebut bagi wanita maybrat imian sawit juga relatif baik, namun pendidikan keluarga maybrat imian sawiat sangat besar andilnya dalam pembentukan cirri-ciri wanita tersebut guna menghindari broken house, atau adanya kecolongan keluarga dalam membentuk karakter anak. Tugas membina anak dominan bagi seorang ibu (ibuism), merupakan Suatu pernyataan yang dating dari orang maybrat imian sawiat, sebab mereka mempunyai suatu keyakinan bahwa kekuatan seorang ibu (mama) sangat besar dalam keluarga, seorang ayah (bapa) kerapkali tidak begitu memperhatikan anak-anak pada umur tertentu, disinilah peran ibu (mama) sangat dibutuhkan. Ibu (mama), sebagai tabir kedewasaan seseorang anak, ibu (ibu) sebagai manager bagi keluarga, sebagai penggerak dalam kelompoknya tanpa meminta kekuasaan atau pujian. Itu adalah paham kaum ibuism yang memang sifat kodratnya sebgai pemelihara. Hamah Sagrim 194 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Paham ibu, (ibuism) seolah-olah memberi kekuasaan dan prestige tetap yang kepada bapak/pria. Dari segi kebudayaan orang maybrat imian sawait, wanita (finya) memperoleh kesempatan untuk aktif mengatur dan membagi pekerjaan kepada anggota keluarganya atau kelompoknya. Pria/bapak, berada ± ditempatkan di depan, dan di luar, sedangkan wanita/ibu melaksanakannya didalam dan di belakang, hasil yang di olah atau dikerjakan oleh wanita/ibu, dikomunikasikan, dipromosikan keluar oleh pria/bapak. Maka dengan sendirinya pria/bapak-lah yang mendapatkan prestige, mendapatkan pujian. Wanita maybrat imian sawiat dengan rela membiarkan situasi ini terjadi secara sinergis dengan aman. Bagi wanita maybrat imian sawiat, paham ibuism ini merasuk sekali kedalam batinnya sehingga setiap wanita maybrat imian sawiat seperti sudah miliknya. Tetapi justrus hal inilah yang menyebabkan wanita maybrat imian sawiat mendapatkan perlakuan yang kurang adil dari pria. Paham inilah yang justru menjadi faktor kelestarian ketidak adilan di kalangan wanita maybrat imian sawiat, yang mana akibatnya mereka berontak terhadap pria/bapak, menimbulkan persoalan dan timbullah smasalah yang mana melibatkan kerabat klen dari kaum wanita dengan tuntutan-tuntutan yang harus disepakati oleh kepala klen (bapak). Hal ini membuat wanita maybrat imian sawiat sangat sadar dan makin tahu akan kekuatan yang ada padanya. Kebudayaan atau adat orang maybrat imain sawiat yang memberi kesempatan kepada wanita untuk aktif dalam keluarga, merupakan suatu pelatihan yang mana membina wanita maybrat imian sawiat untuk mampu aktif juga diluar keluarga. Aktifitas ini merupakan proses permagangan keluarga. Walaupun situasi ini banyak nampak pada wanita maybrat imian sawiat golongan bawah dan menengah. Bagi golongan elit, lebih banyak menunjukkan sifat feodalisme yaitu memperbudak orang lain. Bagaimanapun juga, aktifitas wanita maybrat imian sawiat di dalam masyarakat sangat besar dipengaruhi oleh kekuatan wanita, yang sumbernya dari dalam keluarganya. Dalam kebudayaan maybrat imian sawiat, kita kenal konsep ³kekuatan´. Menurut pandangan orang Belanda, ³kekuatan ´ ini besar pengaruhnya dibidang sosial dan juga berpengaruh dalam budaya orang maybrat imian sawiat. Analisis kami dalam penelitian terhadap hal ini, kekuatan wanita maybrat imian sawiat, juga sudah diperhitungkan dalam fenomena sosial dan budaya. Hal ini dapat dibuktikan dalam sejarah dimana peranan kekuatan wanita sangat menentukan dalam penyelesaian fenomena sosial dan budaya (³mban ra sme´ - dalam bahasa maybrat). Menurut hemat kami, kekuatan wanita maybrt imian sawiat sangat konkrit dan menggema dalam pribadi Hamah Sagrim 195 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT yang mempunyainya. Kekuatan yang dimaksud disini adalah sumber yang berasal dari pribadi wanita maybrat imian sawiat. Kekuatan diekspresikan dalam tindakan pesan, kedamaian, keikutsertaan dalam menopang seorang laki-laki dalam menyelesaikan masalah, perkembangan, dan kebahagiaan. Walaupun kekuatan ini berasal dari kaum wanita yang seringpula terasa halus, sebab bersumber dari konsentrasi batin wanita, namun kekuatannya luarbiasa. Wanita maybrat imian sawiat akan kekuarangan kekuatannya kalau kebanyakan pamrih, ini merupakan keyakinan yang terbangun oleh wanita maybrat imian sawiat. Oleh karena ibu/isteri ditugaskan melaksanakan apasaja yang penting untuk kelangsungan hidup keluarga di dapur, maka wanita maybrt imian sawiat dipersiapkan untuk mempunyai kekuatan batin serta dikombinasikan dengan fisik fisik dan dihindarkan dari pamrih (mengalah). Wanita maybrat imian sawiat yang fisik dan batinnya kuat serta beretika, dipercaya sebagai penakluk dan pembawa pesan tentang hal-hal yang baik, pembawa perdamaian dan pembawa kesejahteraan keluarga dan masyarakat. b. Wanita Maybrat Imian Sawiat dan Maskawin (boyi) Dalam sejarah perkembangan hidup orang Maybrat Imian Sawiat mencatat kenyataan bahwa wanita Maybrat (finya-gu ano), wanitia Imian Sawiat (nangli) adalah wanita dengan nilai maskawin paling termahal, mungkin termahal di dunia. Wanita Maybrat Imian Sawiat mempunyai harga harga tersendiri dalam maskawin, bila dibandingkan dengan wanita dari suku bangsa lainnya dibelahan dunia. Harga wanita Maybrat Imian Sawiat menjadi suatu penekanan nilai tersendiri karena dalam budaya Maybrat Imian Sawiat mempunyai catatan nilai-nilai khusus yang terkafer dalam penentuan harga maskawin. Beberapa hal mendasar yang mempengaruhi besar kecilnya penentuan harga maskawin adalah ; 1.Tinggi rendahnya maskawin awal yang telah dibayar oleh kerabat klen laki-laki (suami) kepada kerabat klen perempuan (istri). 2. Berdasarkan jenjang pendidikan 3.Berdasarkan kelas atau kasta keluarga Adapun nilai budaya yang juga ikut mempengaruhi besr kecilnya maskawin adalah; a. Pembayaran pusat (gu mbit), dilaksanakan pada waktu anak berumur 2 minggu. b. Pembayaran rumah bersalin (samu kre), dilaksanakan ketika ibu dan bayi diperbolehkan untuk keluar. Kegiatan ini dilakukan oleh keluarga klen laki-laki dan keluarga kerabat perempuan c. Pembayaran ketika memberi nama (bofan), dilaksanakan dengan cara upacara dan doa. Hamah Sagrim 196 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT d. Pembayaran ketika di caci-maki (bohlat). Dilakukan oleh keluarga pelaku yang mencaci maki kepada keluarga korban. e. Pembayaran ketika kena musibah kecelakaan atas dasar ajakan teman (isti). Dilakukan oleh keluarga klen dari yang mengajak korban dan menyerahkan kepada keluarga klen korban f. Pembayaran ketika pelecehan seksual muda-mudi, (boke). Dilakukan oleh keluarga klen laki-laki dan menyerahkan kepada keluarga klen perempuan g. Pembayaran ketika meninggal dunia ± bayar tulang (mfou yu taa). Dilakukan oleh keluarga dan kerabat keluarga kepada kerabat klen ibu yangmelahirkandia yang meninggal tersebut. h. Pembayaran minang (finya migiar ± mfot bofot). Dilakukan oleh keluarga kelen laki ± laki kepada ± mempelai pria kepada kerabat klen perempuan ± mempelai wanita. Dalam penentuan nilai maskawin wanita Maybrat Imian Sawiat yang sering dilakukan paling rendah dengan nilai uang Rp. 50juta+kain ternama (wansafe, bokek, sarim, toba) yang nilainya bila diuangkan Rp.100 ± 200juta maksimal 2potong atau minimal 1potong+kain biasa lainnya 25 potong. Karena tingginya nilai maskawin wanita Maybrat, Imian, Sawiat, dan sebagaimana kenyataan yang terjadi bahwa kebanyakan kaum pemuda dari Suku Maybrat Imian Sawiat terpaksa menikahi gadis-gadis dari suku bangsa yang dari luar wanita Maybrat Imian Sawiat. Alasannya karena ketidakmampuan keluarganya untuk menyelesaikan beban maskawin yang ditangguhkan oleh kerabat klen wanita kepada keluarganya. Kadang terdengar nada-nada sumbang oleh orang Maybrat Imian Sawiat yang mengatakan bahwa laki ± laki Maybrat Imian Sawiat yang menikah dengn wanita bukan dari Maybrat Imian Sawiat adalah laki ± laki yang tidak mampu, dia dianggap orang murahan, tidak ternilai, berbicarapun tidak dihargai dalam kelas budaya, dan mereka dianggap sebagai pria yang memberontak terhadap budaya atau tergolong pria yang tidak berwibawa. c. Pengaruh Lingkungan Terhadap Pola Pengembangan Pribadi Wanita Maybrat Imian Sawiat. Wanita Maybrat, Imian, Sawiat, sesuai dengan adat dan harapan terhadap dirinya, dipersiapkan sebagai pribadi yang memiliki kekuatan batin (invisible power). Berdasarkan pengalaman pengamatan kami dan hasil diskusi/tukar pengalaman terhadap wanita Maybrat, Hamah Sagrim 197 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Imian, Sawiat, bahwa pola perkembangan wanita maybrat imian sawiat tumbuh dalam berbagaimacam variasi. Variasi ini disebabkan karena pola pengembangan pribadi wanita maybrat imian sawiat itu sendiri, tidak hanya dipengaruhi oleh adat atau tradisi saja, tetapi juga dipengaruhi oleh banyak faktor seperti misalnya; latar belakang pendidikan orangtua, pendidikan sekolah, pendidikan agama, dan pendidikan lingkungan atau kelas dalam strata ditengah kehidupan mereka dalam masyarakat. Sebagai contoh, teman saya; ia dilahirkan dari kedua orang tua maybrat imian sawiat yang asalnya dari golongan berbeda. Ibunya dari golongan bobot dan bapaknya dari golongan biasa. Latar belakang keluarga mereka berbeda, tetapi kedua-duanya mendapatkan pendidikan sekolah Belanda dan pendidikan agama Kristen. Didalam keluarga, mereka merasakan proses pencampuran dari factor-faktor pengaruh tersebut, sehingga pola perkembangan pribadi wanita maybrat imian sawiat seperti dia dapat digambarkan sebagai berikut; 1. perkembangan yang asalnya dari diri pribadi sendiri, atau kita pinjam kata yang tepat dari Sahlins, yang mengatakan bahwa kepemimpinan pribadi (big woman). Faktor ini merupakan faktor dasar, sebab ³warna´ sifat manusia yang sebenarnya ada disini. Dalam diri pribadi ini pulalah manusia akan menggambarkan perkembangan pribadinya secara tidak sama. 2. perkembangan yang sumbernya dari luar pribadi (external), pengaruh luar ini dapat diperinci lagi : a. pengaruh dari adat/latar belakang dari keluarga ayah b. pengaruh dari adat/latar belakang dari keluarga ibu c. pengaruh dari ajaran agama yang dianut d. Pengaruh dari pendidikan sekolah yang diperoleh e. Pengaruh dari pergaulan dengan teman-teman didekatnya f. Pengaruh dari pendidikan atau pengalamannya bermasyarakat g. Pengaruh dari lingkungan/daerah asal seperti daerah gunung dan daerah pesisir pantai. Apabila sumber internal (yang dapat juga bersumber dari turunan dan bakat manusiawinya) dari wanita maybrat imian sawiat itu menjadi kuat, maka ia akan mudah, ³mengunyah´ sumber ± sember pengembangan pribadi wanita itu, makin suburlah perkembangan pribadinya. Lebihlebih sebagai wanita yang siftnya lebih hetero-wentris, maka proses sosialisasi pada wanita lebih Hamah Sagrim 198 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT menonjol. Wanita juga (Wanita Maybrat, Imian, Sawiat) akan subur perkembangan pribadinya apabila mau membuka diri bagi yang lain dan dapat membahagiakan orang lain. Sikap membuka diri ini bagi wanita Maybrat, Imian, Sawiat adalah merupakan suatu budaya yang didasarkan atas kasih secara temurun, sebab adat mengnggap hal itu sangat baik, tetapi pada umumnya orang tua Maybrat, Imian, Sawiat, lebihn keras menuntut dari anak-anak gadisnya agar mau bersikap dan mau berbuat sesuai dengan apa yang dilakukan oleh seorang gadis, yaitu; diam, mengalah, narimo, pasrah dan penurut. Nasehat-nasehat semacam ini biasanya diberikan kepada seorang Gadis Maybrat, Imian, Sawiat, yang memasuki masa-masa yang siap untuk kawing melalui pendidikan wanita yang disebut dengan (finya mgiar). Inilah yang menyebabkan wanita maybrat imian sawiat menjadi tertutup pribadinya, namun jika ditemukan bahwa wanita Maybrat, Imian, Sawiat, ada yang dirinya tida narimo, suka mengomel, tidak menjaga citranya, dan terutama keperawannannya maka mereka itu tergolong sebagai wanita yang memberontak terhadap budayanya. Karena budaya Maybrat, Imian, Sawiat, mengajarkan bahwa, seorang wanita Maybrat, Imian, Sawiat, dipandang terhormat jika melakukan proses perkawinan sesuai dengan adat mereka, yaitu seorang wanita sudah seharusnya diminang oleh laki-laki baru sah menikah dan berhak memiliki keturunan, jika memiliki keturunan diluar daripada aturan ini, maka sudah pasti dibilang sebagai wanita yang tidak layang dipandang sebagai wanita terhormat (keir). Ungkapan perasaan atau pendapatnya kurang bahkan tidak jelas juga tidak boleh dilakukan oleh seorang wanita Maybrat, Imian, Sawiat. Hal ini disebabkan karena adat menilai wanita Maybrat, Imian, Sawiat, yang baik itu; Halus, Harus Tegas dan Aktif. Wanita Maybrat, Imian, Sawiat, yang terhormat dan utuh adalah wanita yang menjaga dirinya hingga diminang oleh laki-laki secara adat dan dididik dalam didikan tradisional yang disebut dengan (finya mgiar), harga diri wanita Maybrat, Imian, Sawiat, diukur melalui pembayaran maskawin, keturunan keluarga bobot, dan kedudukan status dalam pemerintahan. Wanita Maybrat Imian Sawiat adalah wanita yang aktif dan tegas, namun semakin meluasnya kesempatan pendidikan bagi wanita maybrat imian sawiat, maka penampilan diri dan sifat-sifat khas mereka makin bervariasi. d. Peranan Wanita Maybrat Imian Sawiat Terhadap Lingkungan Dalam perkembangan dari tiap-tiap pribadi wanita maybrat imian sawiat, kedewasaan sangat menggambarkan kekuatan batin yang ada dalam diri mereka. Seterti sudah diuraikan dimuka bahwa, kekuatan kekuatan yang berasal dari dalam diri manusia maybrat imian sawiat, asalnya Hamah Sagrim 199 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT dari kekuatan batin yang ada dalam diri ibunya. Peranan ibu sangat besar dalam mempengaruhi perkembangan jiwa anak-anaknya. Sifat-sifat khas wanita maybrat imian sawiat; narimo, pasrah, penurut, sabar dan tegas, ternyata apabila berkembang konstruktif dalam dirinya dapat merupakan kekuatan yang luarbiasa. Sifat-sifat tersebut dapat memperkuat iman wanita maybrat imian sawiat, dalam beriman kepada Tuhan. Iman ini mengalahkan segalanya, dengan iman yang kuat inilah wanita maybrt imian sawiat, dapat menjadi lebih berani. Sifat-sifat sabar, setia, tegas dan bakti pada suami dan orang tua, ternyata terwujud menkadi kekuatan besar yang dapat mempengaruhi orang lain. Perkembangan sifat-sifat wanita maybrat imian sawiat masa kini membuat mereka menjadi ingin, bersedia, boleh, dan malahan diharapkan dapat mengisi dua peranan ganda dalam masyarakat. Peranan ganda ini, oleh wanita maybrat imian sawiat, dialami membawa kewajiban dan tanggungjawab ganda pula. Factor ini dalam wanita maybrat imian sawiat menimbulkan suatu loyalitas ganda. Maka jelaslah bahwa wanita maybrat imian sawiat, disatu pihak loyal dan tanggungjawab kepada suami dan anak-anaknya, dan dilain pihak loyal terhadap tugas dan pekerjaannya dalam masyarakat. Wanita maybrat imian sawiat akan merasa damai kalau kedua loyalitas tersebut saling menyambung atau saling mendukung. Faktor loyalitas inipula yang juga dapat menjadikan sebab konflik pribadi atau konflik social bagi wanita maybrat imian sawiat. Seperti juga wanita yang lain, perkembangan wanita maybrat imian sawiat juga membutuhkan kontak dengan manusia (aku) yang lain, sebagai makhluk sosial, mereka akan bisa menikmati kesempurnaannya atau kelengkapannya apabila berada bersama subyek lain. Padahal makin subur perkembangan pribadi wanita maybrat imian sawiat, yang pribadinya matang, mempunyai kekuatan kekuatan yang besar dalam menyelesaikan masalah pribadinya dan masalah sosial. Peranan kekuatan batin (invisible) dari wanita maybrat imian sawiat, sungguh-sungguh akan mempunyai akibat perdamaian dan kesejahteraan wanita maybrat imian sawiat, yang matang kekuatan batinnya, teguh imannya, percaya diri, pasti akan disebut wanita perkasa. Tetapi apabila wanita maybrat imian sawiat itu terikat oleh material dan sosialn, maka konsekwensinya dalam diri manusia. Maka dengan hadirnya pamrih yang berkembang dalam diri manusia. Maka dengan hadirnya pamrih yang berkembang dalam diri pribadi, pribadi, kekuatan batin akan dapat berkurang, bahkan dapat musnah. Itulah sebabnya wanita maybrat imian sawiat, selalu melaksanakan ³perilaku prihatin´ apabila menginginkan kekuatan batinnya bekerja. Perilaku Hamah Sagrim 200 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT prihatin, atau doa ini adalah kekuatan yang dimaksudkan untuk memperkuat diri sendiri atau mendukung orang lain supaya kuat. Misalnya seorang ibu turut mendoakan suaminya jika suaminya memerlukan dukungan kekuatan batin untuk permasalahan yang dihadapi. Kerelaan ibu yang bersedia dengan kekuatan inilah yang sangat besar pengaruhnya terhadap lingkungan. e. Proto Tipe Pola Hidup Wanita Maybrat Imian Sawiat. Wanita Maybrat, Imian, Sawiat Sebagaimana yang Telah Diuraikan, Mereka Juga Memiliki 3 Proto Tipe Pola Hidup yaitu; 1. Proto Tipe Pola Hidup Wanita Maybrat Imian Sawiat Tempo Dulu. Wanita maybrat imian sawiat yang disebut wanita tempo dulu adalah wanita yang hidup pada tahun 1947 kebawah. Wanita maybrat imian sawiat tempo dulu adalah wanita yang hidupnya masih terikat dengan budaya maybrat imian sawiat yang kental dan mereka termasuk pelaku budaya, dan tidak mengenal pendidikan. 2. Proto Tipe Pola Hidup Wanita Maybrat Imian Sawiat Berpendidikan. Wanita maybrat imian sawiat berpendidikan adalah mereka yang sudah merasakan pendidikan. Mereka adalah wanita-wanita maybrat imian sawiat yang hidup pada tahun 1950 keatas. Wanita yang hidup pada masa ini adalah wanita yang bertumbuh besar serta dibentuk oleh budaya maybrat imian sawiat dan merekalah wanita ±wanita pertama yang mengenal dan mengenyam pendidikan pada sekolah rakyat (SR), sekolah guru belanda (SGB). Pada zaman penjajahan pemerintah Hindia Belanda, wanita maybrat imian sawiat secara berkelanjutan mengalami suatu perubahan di dunia dengan masuknya pemerintah Indonesia yang mana membangun sekolah-sekolah seperti; SD, SMP, SLTA, dan perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta. Wanita maybrat imian sawiat massa pendidikan masih menjunjung tinggi nilai-nilai budaya mereka secara baik dan mereka mampu mengenal dan menguasai budaya-budaya mereka secara mendalam seperti budaya bahasa, tarian, busana dan lainnya. Budaya ± budaya ini sangat mereka hargai sebagai jatidiri mereka yang begitu sederhana dan mulia. 3. Proto Tipe Pola Hidup Wanita Maybrat Imian Sawiat Massa Reformer. Wanita maybrat imian sawiat yang hidup pada tahun 1998 keatas, tergolong sebagai wanita reformer. Mereka yang hidup pada massa reformer adalah mereka yang begitu mengenyam pendidikannya hingga tahapan akademik. Mereka yang hidup pada masa reformer selain wanita yang merasakan pendidikan cukup, tetapi juga mereka adalah Hamah Sagrim 201 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT wanita yang sudah tidak begitu mengenal dan menghargai budayanya. Misalnya kebanyakan wanita maybrat, imian, sawiat, yang hidup pada massa reformer ini dijumpai tidak begitu mengetahui bahasa ibu (bahasa daerahnya) secara fasih. Kadan ada yang sedikit bisa mengucapnya sepotong-sepotong, ada yang hanya mendengar dan mengerti, tetapi tidak bisa mengucapkannya, dan ada yang samasekali tidak mengenal dan mengerti bahasa serta budayanya. Wanita maybrat imian sawiat massa ini adalah mereka yang tergolong sebagai wanita yang memberontak terhadap budaya dan kecenderungan ingin menyamai hidup mereka dengan gaya hidup wanita-wanita moderen lain dengan melepaskan khasanah budayanya sebagai miliknya yang original. Wanita ± wanita maybrat imian sawiat reformer yang tidak mengenal budaya mereka adalah terutama mereka yang hidup diperkotaan semenjak lahir hingga dewasa, adapula terjadi karena perkawinan silang antara klen laki-laki maybrat dengan wanita diluar suku maybrat imian sawiat (outrolokal). Sebab-sebab ini yang membuat keturunan orang maybrat imian sawiat semakin menjauh dari adat dan budaya mereka secara langsung. f. Perempuan Maybrat Imian Sawiat dan Kepemimpinannya Pada Birokrasi Pemerintahan Saat ini Telah kita uraikan bersama bahwa wanita maybrat imian sawiat di bedakan atas tiga prototipe, yaitu proto tipe wanita maybrat imian sawiat tempo dulu, yang mana belum mengenal pendidikan, sedangkan proto tipe kedua adalah wanita maybrat imian sawiat masa berpendidikan atau mengenal pendidikan tetapi belum mampu sebagai pemimpin karena pendidikannya masih sangat minim atau belum mendapat pendidikan secara baik. Sedangkan prototipe ketiga adalah wanita maybrat imian sawiat zaman reformer, atau wanita yang memperoleh pendidikan yang cukup atau mencapai gelar Dr, Ir, Master. Berkaitan dengan program pemerintah indonesia dengan Pembangunan yang menyeluruh telah, Dewasa ini sudah banyak perempuan maybrat imian sawiat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan diberbagai bidang, walau Pada umumnya perempuan maybrat imian sawiat belum diikutsertakan secara menyeluruh dalam perumusan, perencanaan dan pengambilan keputusan kebijaksanaan pembangunan. Sering terjadi aspirasi kaum perempuan maybrat imian sawiat kurang mendapat perhatian. Walaupun banyak perempuan maybrat imian sawiat yang sudah mampu memegang jabatan Hamah Sagrim 202 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT pimpinan, tetapi data statistik belum menunjukkan hal-hal yang di harapkan. Contoh : Pendidikan Perempuan Maybrat, Imian, Sawiat, dalam Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Menurut Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan dan Jenis Kelamin, 1999 Perkotaan Pedesaan. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Perempuan dibawah Laki-laki dengan pencapain tertinggi di bandingkan perempuan. Data pendidikan 1999 juga menyebutkan bahwa perempuan Maybrat, Imian, Sawiat, yang mampu menyelesaikan jenjang studi dari perguruan tinggi pada tahun tersebut bukannya meningkat, akan tetapi semakin menurun secara drastis. g. Perempuan Maybrat Imian Sawiat dalam Lembaga Tertinggi dan Tinggi (DPA, DPR-MPR). Negara Dari contoh diatas jelas bahwa makin tinggi jenjang pendidikan, makin sedikit jumlah perempuan maybrat imian sawiat yang menamatkan nya, makin tinggi jabatan, makin sedikit perempuan yang menjabatnya. Untuk memegang suatu jabatan di pendidikannya di perguruan tinggi walupun dalam pemerintahan ada syarat-syarat yang perlu dipenuhi. Persyaratan secara formal dari tingkat Presiden RI sampai Kepala Desa tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan. Meskipun demikian, pada kenyataannya hanya sedikit jumlah perempuan maybrat imian sawiat yang memegang jabatan dalam pemerintahan dan badan tertinggi maupun tinggi negara kalau dibandingkan dengan laki-laki. Hal yang demikian itu disebabkan karena berbagai hal seperti berikut : 1. Tingkat pendidikan perempuan maybrat imian sawiat pada umumnya lebih rendah dari laki-laki. 2. Masih ada peraturan perundang-undangan nilai sosial budaya sekitar serta pengaruh lingkungan sekitar mensyaratkan dan belum sepenuhnya mendukung peningkatan kedudukan perempuan maybrat imian sawiat pada umumnya dan penempatannya mereka pada khususnya. 3. Perempuan maybrat imian sawiat sendiri sering belum siap secara mental psikologis walaupun mereka kadang-kadang sudah memenuhi persyaratan kemampuan profesional. Disamping itu, masih tampak jelas kecenderungan bahwa laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah keluarganya, padahal dewasa ini sudah banyak perempuan yang bekerja sebagai Hamah Sagrim 203 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT pencari nafkah utama maupun tambahan. Adapula pertimbangan lain yang seorang perempuan secara biologis lebih banyak memerlukan cuti daripada laki-laki, yang akan mengurangi produktivitas pekerjaannya sehingga dianggap kurang menguntungkan. Seorang perempuan harus memperlihatkan kemampuan yang jauh lebih tinggi dari laki-laki, untuk dapat memperoleh kesempatan tumbuh kembang dan menduduki jabatan pimpinan dalam pemerintahan. Dengan mengajukan kemampuan sesuai dengan tujuan GBHN. Dengan kemampuan profesional dan manajemen kepemimpinan yang mencukupi serta ketahanan mental spiritual yang tinggi, perempuan akan dapat lebih berperan sebagai pemimpin yang mempunyai kemampuan menggerakkan orang lain, serta memprakarsai kegiatan yang dapat memenuhi kebutuhan rakyat banyak. Sehubungan dengan hal tersebut, baik organisasi maupun orang-orang yang dipimpinnya memperoleh manfaat akan kehadirannya. Dengan kemampuan kepemimpinannya perempuan dapat pula berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan perumusan kebijaksanaan pembangunan. Pengembangan diri sebagai pemimpin merupakan suatu proses yang berjalan terus menerus, sesuai perkembangan nilai-nilai dalam lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, perempuan maybrat imian sawiat sendiri sering merasa terpanggil dan bertekad untuk mengembangkan dirinya. Pengembangan diri tersebut selalu mereka gali dan memulai dari diri mereka sendiri dan lingkungan mereka. Pada hakekatnya pengembangan kepemimpinan perempuan maybrat imian sawiat dewasa ini merupakan pengembangan diri pribadi mereka untuk membentuk kepercayaan pada diri sendiri dan memupuk harga diri mereka. Perempuan maybrat imian sawiat telah menjadi dewasa dalam dunia pendidikan mereka sehingga mereka menganggap bahwa pemimpin harus sanggup mengembangkan diri setiap orang yang dipimpinnya. Perasaan bahwa ia mempunyai kemampuan tersebut dengan nilai pribadinya dapat mengatasi hambatan yang dihadapinya. Bukan sebaliknya, dengan menakut-nakuti atau mendramatisasi keadaan, orang merasa dirinya kecil dan tidak berani melakukan sesuatu. Adakalanya perempuan tidak tahu bersikap dan berprilkau dalam menjalankan fungsi kepemimpinan, mungkinjuga sebagian perempuan maybrat imian sawiat memiliki karakter ini. Hal ini disebabkan karena ia khawatir dianggap "tidak feminim" bila melakukan fungsi kepemimpinan (ketegasan, disiplin dan sebagainya), juga karena ia belum berlatih untuk menjadi pemimpin. Oleh karena itu, perempuan maybrat imian sawiat yang menjadi pemimpin, sering Hamah Sagrim 204 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT berkewajiban membagi dan meneruskan pengetahuan, keterampilan dan pengalamannya kepada perempuan lain, sebagaimana halnya seperti perempuan di dunia lainnya. sejarah telah membuktikan bahwa perempuan mampu menduduki jabatan-jabatan pengambil keputusan/ pimpinan seperti Ratu Sima, Ratu Elisabeth, Laddy Diana, Bundo Kandung, Mega wati, Margareth Thatcher, Indira Gandhi dan lain-lain. Sesungguhnya perempuan tidak perlu ragu-ragu menjalankan kepemimpinannya. Fakta membuktikan bahwa banyak perempuan menjadi pemimpin yang baik dan disegani. Perempuan tidak perlu bertingkah laku seperti laki-laki untuk menjadipemimpin yang baik, sebaliknya juga tidak usah ragu-ragu menggunakan pandangan dan pertimbangannya sendiri dalam menjalankan kepemimpinannya. Ciri-ciri pemimpin dalam teori-teori organisasi sebagian besar dihubungkan dengan sifat kejantanan : tegas, keras, tidak kenal kompromi, rasional, mandiri dan sebagainya. Sifat ± sifat tersebut juga dimiliki oleh perempuan maybrat imian sawiat secara heterogen, sehingga tampak dari perempuan maybrat imian sawit yang memiliki kewibawaan dalam kepemimpinan. Akan tetapi kebanyakan wanita tidak memiliki sifat ± sifat yang dimiliki oleh laki ± laki, Hal ini disebabkan karena yang mengembangkan ilmu manajemen umumnya adalah laki-laki, sehingga hanya ciri-ciri prialah yang dikenal sebagai ciri-ciri pimpinan yang baik. 6. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, dan Keindahan (bo mof) 1. Pengertian Keindahan (Bo Mof) Keindahan berasal dari kata indah yang artinya bagus, cantik, elok, molek, dan sebagainya. Benda yang mempunyai sifat indah, bisa dari hasil seni, pemandangan alam, manusia, rumah, sara, warna dan sebagainya. Kawasan keindahan bagi manusia sangat luas dan sesuai dengan perkembangan teknologi, sosial, dan budaya. Karena itu dapat dikatakan bahwa keindahan merupakan bagian dari kehidupan manusia dan merupakan dambaan manusia, karena dengan keindahan itu, manusia merasa nyaman hudupnya, dan perasaan kemanusiaannya tidak terganggu. Orang maybrat imian sawiat secara turun temurun mengenal keindahan ± keindahan yang dapat menyenangkan atau memuaskan indera mereka yaitu baik secara indera pendengaran (mari) maupun indera penglihatan (m¶mat). Orang maybrat imian sawiat juga mengenal adanya keindahan yang bersifat rohani (har), sebagaimana tampak pada sistem kepercayaan tradisional Hamah Sagrim 205 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT (wiyon-wofle) yang mana keindahan rihani ini di maksudkan oleh orang maybrat imian sawiat, sebagai keindahan yang dapat menyenangkan atau meuaskan batin mereka. Walaupun keindahan itu secara materiil dibedakan, namun secara esensial keindahan jasmani dan keindahan rohani tidak di pisakan karena pada akhirnya unsur kemanusiaan yang menjadikan penentunya. Kodrat orang maybrat imian sawiat, selalu mendambakan sesuatu yang baik yang dapat menyempurnakan kemanusiaan mereka, karena itu, keindahan bagi orang maybrat, imian, sawiat, sebenarnya bukan sekedar sesuatu yang menjadi harapan mereka, melainkan merupakan sesuatu yang harus mereka usahakan. Persepsi orang maybrat imian sawiat terhadapa keindahan antara yang satu dengan yang lain juga tidak sama, karena ditentukan oleh daya penggerak yang menjadi sumber timbulnnya kehendak atau keindahan terhadap keindahan itu sendiri. Persepsi keindahan yang muncul dari akal budi orang maybrat imian sawiat, dapat kita sebut sebagai keindahan dalam arti sebenarnya, dan keindahan yang muncul dari dorongan nafsu bagi orang maybrat imian sawiat merupakan keindahan semu. Selain itu, bagi orang maybrat imian sawit, keindahan tidak lepas dari pengertian objektif, maupun subjektif, artinya orang maybrat imian sawiat mengenal adanya keindahan objektif dan keindahan subjektif. Keindahan objektif sendiri sebenarnya ada pada suatu benda atau barang yang sifatnya abadi dan universal. Sedangkan orang maybrat imian sawiat juga mengenal adanya suatu keindahan abadi (har ro mron), yang mana tidak terikat oleh waktu dan perkembangan, disenangi atau tidak, ia tetap ada dan tidak tergantung pada asas kegunaan (manfaat) lahiriah atay yang bersifat material. Sedangkan bagi orang maybrat, imian, sawiat, keindahan subyektif bergantung pada selera perorangan dan bersifat relatif dan bersumber dari asas kegunaan. Menurut John Kets, keindahan objektif disamakan dengan kebenaran. Keindahan adalah kebenaran dan kebenaran adalah keindahan, sebab, keduanya memiliki nilai yang sama yaitu universal dan abadi dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Jelasnya, tidak ada keindahan jika tidak mengandung kebenaran dan yang tidak mengandung kebenaran tidak indah. Dalam pemikiran orang maybrat imian sawiat, keindahan sering menghasilkan suatu seni melalui proses perenungan. Renungan atau pemikiran yang berhubungan dengan keindahan atau penciptaan keindahan. Keindahan sering juga identik dengan keserasian karena sesuatu yang serasi tampak indah dan nampak dalam kehalusan. Hamah Sagrim 206 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT 2. Renungan (Bonout) Menurut orang maybrat imian sawiat, renungan (Bonout), merupakan hasil perenung yaitu dengan memikirkan sesuatu secara mendalam dan dalam keadaan diam. Yang terlintas dalam pemikiran orang maybrat imian sawiat, merenung merupakan peroses berfikir manusia yang terjasi dalam otak dan dalam merenung, bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat, memerlukan suatu objek yang dipikirkan (bo ro n¶nout), yang kemudian di olah dalam otak mereka dan akhirnya di peroleh hasil emikiran yang diperoleh yang di sebut renungan (bo n¶nout). Menurut orang Maybrat, Imian, Sawiat, mengatakan bahwa setiap orang dalam hidupnya pasti pernah merenung (m¶nout) dan hanya kadar renungannya yang berbeda ± beda (bonot aro hahayah), meskipun objek yang direncanakan sama. Jadi apa yang direnungkan dan hasil renungan dalam diri seseorang tergantung kepada subjek dan objek yang di renungkan. Setiap kegiatan untuk merenungkan (m¶nout) atau mengevaluasi (misioh) segenap pengetahuan yang dimiliki dapat disebut berfilsafat, atau yang menurut orang Maybrat, Imian, Sawiat, (flet bo). Bo flet, atau filosofi-filosofinya orang Maybrat, Imian, Sawiat, mempunyai 3 ciri yaitu: 1. Filsafat yang menyeluruh, artinya memiliki pemikiran yang luas (bo nout ro myi) 2. Filosofi yang mendasar, artinya pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental (bo nout ro mof). 3. Filosofi yang spekulatif, artinya hasil pemikiran yang dapat dijadikan dasar pemikiran ± pemikiran selanjutnya (bo nout ro Kaket) Renungan (bo nout), yang dimaksudkan oleh orang maybrat imian sawit di sini adalah renungan atau pemikiran (bo nout) yang berhubungan dengan keindahan atau penciptaan keindahan yang di dasarkan pada 3 teori, yaitu; teori pengungkapan, teori metafisik dan teori psikologis, yang masing ± masing teori itu ada tokohnya. Teori pengungkapan menurut Bendetto Croce, bahwa seni adalah pengungkapan kesan ± kesan dalam teori metafisika, plato mendalilkan dunia ide pada taraf yang tertinggi sebagai realitas ilahi itu. Karya seni yang di buat manusia hanyalah merupakan minemia (tiruan) dari realita dunia. Sedangkan teori psikologi dinyatakan bahwa proses penciptaan merupakan pemenuhan keinginan bawah sadar seorang seniman. Adapun karya seninya merupakan bentuk terselubung yang diwujudkan keluar dari keinginan ± keinginan itu. Bila kita lihat dari orang maybrat imian sawiat, sebagaimana tampak dalam proses jiwa seni mereka, pada waktu mereka merenung dalam rangka menciptakan seni mereka, seiring diliputi Hamah Sagrim 207 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT perasaan rasa ragu ± ragu, takut, gugup, ketidak tentuan, dan misterius, tetapi justru karena mereka memiliki kemapuan yang negatif, sehingga mereka mampu mencipta keindahan, yang mana keindahan yang diciptakan ini akan membuat suatu perubahan, maupun keindahan itu akan membawa mereka berdiri sebagai pemimpin dan pelaku ± pelaku yang berwibawa sehingga kemampuan negatif itu mempu membawa mereka menduduki peringkat-peringkat keberhasilan di berbagai bidang. Kemampuan negatif yang dimiliki oleh orang maybrat imian sawiat, ini, merupakan suatu kemampuan genoid, yang dari keturunan, yang mana identik membawa mereka dengan proses mencari atau berusaha. Mencari atau berusaha disini salah satunya adalah mencari atau berusaha disini salah sarunya adalah mencari atau berusaha menemukan atau membuat suatu keindahan karena sebagai orang maybrat imian sawiat, suatu keindahanatau hasil, belum bisa di katakan baik sebelum orang lain yang harus mengatakan baik atau indah, terutama bagi mereka juga tidak akan merasa puas jikalau hasil yang mereka peroleh belum di akui orang lain, oleh karena kecenderungan ini membuat orang maybrat, imian, sawiat, selalu berusaha sebaik mungkin untuk mencapai sesuatu yang ia impikan atau ia harus berusaha mempertanggungjawabkan hasil kerjanya kepada orang yang mempercayakan dia secara baik. Ideologi orang maybrat, imian, sawiat, yang membuat mereka selalu berpikir positif adalah memikirkan ´Nama Besar´ dalam filosofi maybrat (n¶nout nasum), atau mereka yang berjiwa seperti ini, di sebut sebagai ´Big Name´. 3. Keserasian (Riof Kanya) Prinsip orang maybrat imian sawiat yang tampak dalam kinerja mereka, baik di dalam keluarga klen, bahkan kerabat klen, mereka selalu mengutamakan keserasian, hal ini sangat tampak jelas terlihat dari ciri mereka mengambil suatu peutusan yang bijaksana, yang mana tidak memojokkan atau mendeskritkan satu sama yang lain. Karena peikiran positif yang merupakan sesuatu yang genoit, sehingga tidak begitu udah bagi orang maybrat imian sawiat untuk di interfensi atau di goyahkan. Orang maybrat imian sawit juga memiliki sistem kekompakan yang mana terbangun dari klen, kerabat, dan jalur keturunan dari klen kerabat dan jalur keturunan yang selalu di jaga kekerabatannya. Dalam keserasian orang maybrat imian sawiat, biasanya ditemukan adanya kecocokan, kesesuaian, dan keharmonisan. Kecocokan yang tampak dalam kehidupan orang maybrat imian sawiat yang realistik baik di wilayah mereka bahkan ke wilayah mana saja mereka berada, mereka selalu bersatu padu, dan saling mendukung sehingga terlihat seimbang. Hamah Sagrim 208 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Sebuah contoh kesatu paduan yang terbangun oleh orang maybrat imian sawiat, adalah kekompakan yang saling mendukung dalam menyelesaikan suatu persoalan yang mana terllihat dalam semboyang mereka ´anu beta tubat´ yang di terjemahkan menjadi ´kita angkat bersama´. Bagi orang maybrat imian sawiat, yang terungkap dala filosofi (n¶nout nasum) atau nama besar ± Big Name, bukan hanya merujuk kepada person manusia atau klen tertentu, tetapi bisa membawa nama besar klen, kampong, istrik, kabupaten, propinsi, Negara dan bisa menebus dunia. 4. Kehalusan (Sneh) Kehalusan mengandung arti sebagai sesuatu yang tidak kasar, lembut, sopan, baik budi bahasanya atau beradab. Uraian tersebut bukan berarti orang maybrat imian sawiat, tidak keras atau tegas akan tetapi orang maybrat imian sawiat, memiliki sifat tegas dan keras yang mana tidur diam dalam pribadi mereka masing- masing. Sebagai mana dalam filosofi mereka, terungkap dalam bahasa maybrat (N¶awe N¶ait to, N¶ait N¶warah ma, kbe Raa M¶ikabuk fooh, N¶ait bnee sei afo N¶hou keit) yang di terjemahkan (kalo menyala, jangan terlalu membara, karena api yang membara akan cepat di padamkan, tetapi menyala seperti pelita/lilin biasa, maka orang tidak cepat memadamkan). Filosofi api, di filsafatkan oleh orang maybrat imian sawiat, sebagai lambang kekerasan, ketegasan, kekuatan bahkan kejahatan. Isi pengertian dari filosofi ini, menggariskan tentang ambisi seseorang, yang mana bagi orang maybrat imian sawiat mengatakan bahwa yang baik adalah bukan kemarahan yang di tunjukkan secara brutal, melainkan yang di lakukan sesuai dengan aturan. Orang maybrat imian sawiat berpendapat bahwa, kekuatan yang terbesar bukan di lihat dari besar kecilnya tubuh seseorang, bukan di lihat dari suara seseorang, atau kekekaran, atau kasta, melainkan siapa yang besar dari dalam dirinya, sehingga mereka selalu mengatakan bahwa segala sesuatu yang di lakukan atau menyangkut ambisi, jangan di perlihatkan dari luar melainkan di tanamkan diam di dalam hati sehingga tidak di halangi oleh pengaruh ± pengaruh dari luar. Bagi orang maybrat imian sawiat, mereka memiliki sifat ± sifat keras dan tegas, akan tetapi sifat ± sifat tersebut harus ditunjukkan pada waktu dan tempat yang tepat, dan kalau saja sifat ± sifat ini muncul, berarti karena mereka terpaksa. Sifat ± sifat orang maybrat imian sawiat yang berpegang pada filosofi mereka, membuat tatanan hidup mereka tertata menjadi orang ± orang yang memiliki nama besar ´Big Name´. Filosofi mereka yang lain juga mengatakan bahwa ´ro sie to yros yari´, yang di terjemahkan ´siapa yang memulai suatu persoalan, dia harus bertanggung jawab menyelesaikannya´. Hamah Sagrim 209 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Adapun sifat ± sifat orang maybrat imian sawiat, yang mana tampak bahwa siapa yang baik kepada mereka, mereka lebih menunjukkan kebaikan mereka 2X lebih baik kepada orang itu sebagai balas kebaikan, tetapi siapa yang menunjukkan ketidak baikan kepada mereka, maka mereka akan membalasnya lebih tidak baik daripada yang dilakukan kepada mereka. Dua sifat ini selalu melibatkan klen, keluarga klen, kerabat klen, kampong, dan juga terbawa ke tingkatan tertentu dimana saja mereka tersebar. Orang maybrat imian sawiat, adalah orang yang memiliki etos hidup, dan etos kerja (mes bobot) yang di terjemahkan (berdarah biru). Etos hidup dan etos kerja mereka bukanlah suatu pengetahuan polesan yang di peroleh setelah berpendidikan, tetapi merupakan budaya mereka yang terbawa dalam kelahiran mereka (genoit) keturunan, sehingga ketika mereka berkembang, tampaklah kepemimpinan yang berwibawa. Etos ini di lengkapi dengan filosofi mereka yang begitu arif dalam memacu semangat hidup mereka. 5. Kehidupan Sosial Budaya Zaman Prasejarah ± Zaman Sejarah. a. Budaya Berbahasa. 1) Untuk Suku Maybrat berbahasa Maybrat Suku ini Mendiami Distrik Ayamaru, Aitinyo, Aifat, Teminabuan dan sebagian Sawiat. Berikut kita akan berkenalan dengan tata bahasa Maybrat yang mana disusun dalam tiga bahasa yaitu bahasa Maybrat, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Lihat dihalaman Lampiran. 2) Untuk Suku Imian berbahasa Imian Suku Ini mendiami distrik Imian Sawiat, Teminabuan. Untuk bahasa Imian memiliki perbedaan yang signifikan baik pelafalan, ucapan dan makna dengan bahasa Maybrat, dan Sawiat, walaupun ada beberapa kata yang sama yang mana diadopsi dari bahasa Maybrat dan Sawiat sebagai pelengkap, demikian sebaliknya bagi pengguna bahasa Sawiat dan Maybrat. 3) Untuk Suku Sawiat berbahasa Sawiat Suku Ini Mendiami Distrik Imian Sawiat, Teminabuan dan sebagian Maybrat. Untuk budaya penggunaan bahasa, bagi masing ± masing suku tersebut memiliki perbedaan bahasa begitu mencolok, misalnya dari sebutannya, dialeknya dan artinya. Bagi kehidupan sosial dalam berhubungan inter-relasi antar mereka, yang bisa secara gamblang Hamah Sagrim 210 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT mampu menggunakan dua bahasa adalah mereka yang hidupnya tepat pada perkampungan yang letaknya berbatasan antara satu distrik dengan bahasa berbeda dengan distrik yang lain. Seperti kampung Sauf, Soroan, Mahajan, Segior, Sengguer, Keyen, Moswaren dan boldon yang mana letak kampungnya berbatasan langsung antara Suku Maybrat yang menggunakan bahasa Maybrat dan Suku Sawiat yang menggunakan Bahasa Sawiat. Penduduk kampong inilah yang bisa menguasai kedua bahasa tersebut. Sedangkan Kampung Wehali, Tehit, Imian, Sawiat berbatasan langsung dengan Suku Maybrat yang berbahasa Maybrat dan Suku Imian yang menggunakan bahasa Imian dan Suku Sawiat yang menggunakan bahasa Sawiat. Secara sederhana Suku Maybrat Imian Sawiat adalah merupakan manusia yang mendiami daerah pesisir dan pegunungan yang berkumpul sekelompok orang yang kehidupan mereka tergantung pada laut bagi kelompok yang mendiami daerah pesisir, dan tergantung pada pertanian bagi kelompok yang mendiami daerah pegunungan. Yang mana terungkap bahwa Suku Maybrat Imian Sawiat berada dalam kehidupan budaya bertani dan nelayan atau kehidupan yang mendapatkan inspirasi dan kreativitas dari suasana lautan dan daratan. Selain kehidupan yang sederhana, masyarakat maybrat imian sawiat mampu menciptakan berbagai macam kelengkapan kebutuhan hidupnya antara lain adalah : b. Buday Berbusana Kehidupan mula ± mula orang maybrat imian sawiat, sudah mengenal adanya busana, yang mana busana ± busana tersebut memiliki perbedaan ± perbedaan antara busana kaum laki ± laki dan busana kaum perempuan. Bagi kaum perempuan, busananya terbuat dari bahan rerumputan (biyait) + kain selendang (boyan). Sedangkan untuk kaum laki ± laki, busananya terbuat dari kulit kayu yang di gunakan sebagai cawat/cedaku (git mboh) + kain/selendsng yang juga sebagai cawat atau cedaku (git boyan). Lihat lampiran gambar orang Maybrat, Imian, Sawiat, dengan berpakaian busana tradisional mereka berikut: Hamah Sagrim 211 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Bentuk lengkap busana orang Maybrat, Imian, Sawiat dengan cara pemakaiannya. Sebagaimana wanita lihat untuk pada gambar disamping kiri dan untuk kau laki-laki. Gambar: perempuan dengan busana tradisional Lihat pada gambar. Gambar: laki-laki dengan busana tradisional Khusus kaum pria atau laki-laki, biasanya hanya mengenakan pakaian atau kain atau cawatcedaku dibagian bawah saja tanpa tutup bagian atas atau baju, selanutnya tubuh mereka dilengkapi dengan manik-manik atau haban dan bulu burung, dan perhiasan lainnya. c. Budaya Mencipta 1) Sero - (wata) Sero atau wata adalah salah satu jenis alat tradisional yang digunakan dalam menangkap ikan, udang serta hewan ± hewan yang hidup di sungai. Sero (wata) terbuat dari bahan gagar / palem hutan yang mana diramu sedemikian hingga menjadi sebuah alat penangkapan yang cukup sederhana dan memuaskan dalam kehidupan mereka. Gambar: Sero (wata), alat penangkap ikan, udang dll di air tawar. Hasil ciptaan teknologi sederhana orang Maybrat, Imian, Sawiat. Hamah Sagrim 212 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT d. Ukiran Dalam perkembangan sejarah manusia, bahwa kehidupan manusia pertama itu berkembang dengan menggunakan naluri masing ± masing yang tidak jauh dari lingkungan kehidupannya. Mungkinsaja pikiran pokok mereka pada waktu itu adalah ³bagaimana ia mendapat makanan dan bertahan hidup´. Manusia Maybrat, Imian, Sawiat, berkembang dalam pola demikian, bagi orang maybrat imian sawiat tidak hanya ia berpikir dinamis tetapi statis, pemikiran mereka selalu mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan akan waktu dan tempat. Pemikiran dan daya pikat manusia pertama yang berkembang dari nol hingga menjadi pemikiran akan kemenangan yang menjadikannya menjadi kuat dan menang terhadap alamnya yang buas. Bagaimanapun perkembangan akal pikiran manusia pertama bisa dibilang terbentuk oleh situasi sekitarnya, misalnya seperti : ketika manusia itu menemukan alat pemotong seperti kapak batu, mungkin saja kita berpikir itu mrupakan cara kebetulan dimana dengan secara tidak sengaja ia memecahkan batu yang menjadi tajam yang selanjutnya ia jadikan sebagai kapak. Namun bila ditelaah seksama, manusia pertama itu terpaksa menciptakan kapak dari batu agar difungsikan sebagai alat yang mampu memotong pohon, kayu dan tumbuh ± tumbuhan yang tidak mungkin bisa dipatahkan dengan menggunakan tangan biasa. Atau juga pentungan dan tombak, merupakan hasil karya manusia itu sendiri karena ia diperhadapkan dengan hewan ± hewan buruan yang mana tidak mungking dihadapai dengan menggunakan tangan kosong. Mau atau tidakmau mereka harus mampu berpikir bagaimana harus mampu mnciptakan sesuatu yang bisa membantu dalam menghadapi kesulitan ± kesulitan yang ada, sehingga dapat disimpulkan bahwa manusia itu berkembang dari yang tidak memiliki apa ± apa menjadi s manusia yang kuat dan menang (from sero to herro). Gambar: Ukiran kuno pada kayu oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat, Papua Hamah Sagrim 213 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Orang Maybrat Imian Sawiat tidak hanya memikirkan bagaimana ia bisa makan dan bertahan untuk hibup, tetapi mereka juga mampu menciptakan sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan mereka seperti: busana, Bahasa, rumah, ukiran dan lain sebagainya. Berikut sebagai hasil seni manusia Maybrat Iman Sawiat itu sendiri Gambar: Ukiran kuno pada kayu yang diukir orang Maybrat, Imian,Sawiat, Papua berikut pada gambar yang terlampir. e. Payung Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat Koba ± Koba - (A¶am - Hatik) Payung tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat (A¶am - Hatik), adalah salah satu alat kelengkapan hidup yang dimiliki oleh orang ± orang Maybrat Imian Sawiat. Payung tradisional ini terbuat dari bahan alami yaitu ; Daun koba ± koba (a¶am) sejenis tumbuhan pandanus, yang mana disulam menjadi koba - koba ± payung. Dari ceritera para tetuah, ibu ± ibu dan nenek, mengatakan bahwa payung tradisional orang maybrat imian sawiat (aam - hatik) atau lazimnya disebut koba ± koba terbuat dari daun koba ± koba atau sejenis pandanus yang berbentuk buah merah dan bertumbuh di hutan belantara. Payung tradisional atau koba ± koba merupakan hasil ramuan dari beberapa daun pandanus / koba ±koba yang dijahit dengan menggunakan tali yang mana tali tersebut diambil dari serat kulit kayu tertentu yang dala bahasa tradisional disebut dengan halelem, yang dikupas dan diawetkan sehingga menjadi tali (Bo kaín) dan digunakan untuk menjahit koba-koba sehingga akhirnya menjadi payung / koba ± koba (aam / hatik). Bentuk ukuran koba ± koba tidak selalu pada satu ukuran saja, melainkan berfariasi tergantung pada sipemakainya. Ada yang ukuran besar bilamana orang yang memakainnya berukuran badan besar, namun koba ± koba itu akan berukuran sedang dan kecil bilamana pemakainya orang yang sedang dan kecil. Bila koba ± kobanya besar, maka dedaunan yang dibutuhkan sangat banyak, namun kalau ukuran koba ± kobanya kecil dan sedang, maka dedaunan yang dibutuhkan sedikit. Dalam meramu koba ± koba, biasanya merupakan pekerjaan ibu dan anak perempuan. Setiap ruas koba ± koba biasanya dilapisi dua daun yang dijahit bersesuaian yang mana masing ± masing dibagian dalam dan bagian luar. Dalam proses pembuatan payung tradisional / koba ± koba ini pertama ± tama seorang ibu atau seorang permpuan ke hutan belantara untuk mencari pohon pandanus, (aam ± Hamah Sagrim 214 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT hatik mara), setelah di temukan, pandanus tersebut dipotong dedaunannya yang di anggap bagus dan pantas untuk di pake sebagai koba ± koba. Setelah proses pengambilan dedaunan, selanjutnya daun tersebut dibersihkan (m¶bon aam), setelah dibersihkan duri ± durinya, selanjutnya daun ± daun tersebut dijemur (koti) dalam waktu 2 ± 3 jam, sesudah di jemur, selanjutnya daun koba ± koba dipanaskan dalam bara api dalam 100 C° (miwiyah aam). Tujuan daripada proses pemanasan daun koba ± koba adalah agar mudah dibentuk ± dilipat ± dan digulung, kuat dan tidak mudah sobek karena adanya suatu bentuk kekebalan kulit yang terbentuk ketika dipanaskan. Setelah proses pemanasan, dedaunan tersebut selanjutnya dibuat ukiran dengan menggunakan keterampilan jari (m¶biji aam), proses pembauatan ukiran ini melibatkan ayah, ibu, anak laki ± laki, anak perempuan, nenek, tete. Setelah proses pembentukan ukiran, selanjutnya dijahit (sbis aam) , dalam proses menjahit koba ± koba ini, biasanya membutuhkan ekstra konsentrasi, karena jika ada terjadi kesalahan, maka hasil yang diperoleh adalah kurang baik (sre sbis). Contoh dari hasil yang tidak baik tersebut biasanya terihat pada penyusunan bagis jahitan yang tidak lurus dan berkelok dan tidak bersesuaian (sahrorot). Setelah proses menjahit pertama atau bisa juga dibilang desain awal atau proses pembentukkan, selanjutnya proses terakhir, yaitu proses jahit bervariasi (mame aam). Tujuan proses ini adalah untuk membuat estetika, karena bahan benang yang diambil dari kain kasuban yang berwarna merah, dan han yang berwarna hitam dan biru. Ketiga warna kain tersebut merupakan bahan utama yang dibunakan dalam membentuk estetika pada koba ± koba. Fungsi koba ± koba adalah sebagai paying, ketika ada hujan dan panas, sebagai tikar pada waktu tidur, sebagai tastangan pada waktu melakukan perjalanan jauh atau bepergiam, sebagai pengalas gendongan anak kecil balita/bay pada waktu anak digendong di belakang punggung (mbin gu mam yu taa.). lihat gambar berkut: Hamah Sagrim 215 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Dari sejarah, para tetuah dan ibu ± ibu bahwa menceriterakan pada jaman dahulu ibu ± ibu menjahit koba ± koba dengan Gambar: koba-koba, bentuk ketika sedang tidak dipakai menggunakan sayap kelelawar tulang (calon) yanhg berukuran kecil (wafu maim). tulang sayap kelelawar ini yang mula jarum ± mula sebagai sebelum jahit orang ± orang maybrat imian sawiat Gambar: bentuk ketika dipakai sebagai pengganti tas atau noken dengan tali pegangannya Gambar: koba-koba dengan bentuk ketika dipakai pada waktu hujan mengenal adanya jarum besi yang moderen. Demikian proses pembuatan koba. ± koba. Fungsi koba ± koba adalah sebagai payung, ketika ada hujan dan panas, sebagai tikar pada waktu tidur, sebagai tastangan pada waktu melakukan perjalanan jauh atau bepergia, sebagai pengalas gendongan anak kecil balita/bayi pada waktu anak digendong di belakang punggung (mbin gu mam yu taa.). lihat gambar yang terlampir diatas dan berkut: Hamah Sagrim 216 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Gambar: bentuk yang dipakai ketika bepergian (krek aam) Gambar: bentuk ketika dipakai oleh ibu untuk menggendong bayi (mbin gu) Gambar: bentuk ketika dipakai pada waktu tidur sebagai alas/tikar (tom am) 6. Kebudayaan Zaman Prasejarah Orang Maybrat, Imian Sawiat. Kebudayaan-kebudayaan prasejarah yang dibedakan menurut bahan alat-alatnya dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu zaman batu dan zaman logam. Zaman logam bukan berarti berakhirnya zaman batu, karena pada zaman logam pun alat-alat dari batu terus berkembang bahkan sampai sekarang. Sesungguhnya nama zaman logam hanyalah untuk menyatakan bahwa pada zaman tersebut alat-alat dari logam telah dikenal dan dipergunakan secara dominan. Zaman logam disebut juga dengan zaman perundagian. Di Indonesia khususnya dan Asia Tenggara umumnya tidak mengalami zaman tembaga tetapi langsung memasuki zaman perunggu dan besi. Kepandaian mempergunakan bahan baru tentu saja disertai dengan cara kerja yang baru. Sehinga muncul orang-orang terampil (undagi). Selain itu perkembangan orang Maybrat, Imian, Sawiat yang mengarah pada kemajuan di alami dalam berbagai aspek kehidupan mereka. Bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat, alat-alat dari logam tidak hanya digunakan untuk keperluan sehari-hari, akan tetapi alat-alat yang terbuat dari logampun dilibatkan dalam upacara-upacara tertentu misalnya maut hdan, mber wiyon dll. Untuk itu perlu adanya pembahasan lebih lanjut khususnya mengenai masa perundagian di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat secara jelas. Hamah Sagrim 217 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT a. Orang Maybrat, Imian, Sawiat dan Pembabakan Zaman Logam Pada zaman Logam orang-orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping alat-alat dari batu. Logam tidak dapat dipukul atau di pecah seperti batu yang dapat dibentuk sesuai dengan apa yang diharapkan, selain itu logam tidak dapat dengan mudah diperoleh seperti batu yang banyak terdapat di berbagai tempat. Semakin berkembangnya pengetahuan sehingga orang Maybrat, Imian, Sawiat, mengenal bahan dari logam dan mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang dihendaki sesuai dengan keperluan. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut a cire perdue. Periode ini juga disebut masa perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan. Zaman logam ini dibagi menjadi tiga zaman diantaranya : 1) Zaman Tembaga Orang menggunakan tembaga sebagai alat kebudayaan. Alat kebudayaan ini hanya dikenal di beberapa bagian dunia saja. Di Asia Tenggara (termasuk Maybrat, Imian, Sawiat, Papua Indonesia) tidak dikenal istilah zaman tembaga. 2) Zaman Perunggu Pada zaman ini orang sudah dapat mencampur tembaga dengan timah dengan perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, mungkin sampai saat ini belum mampu mengolahnya. 3) Zaman Besi Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alatalat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu 3500°C. Zaman logam di wilah Maybrat, Imian, Sawiat, Papua Indonesia di dominasi oleh alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam juga disebut zaman perunggu. Alat-alat besi yang ditemukan pada zaman logam jumlahnya sedikit dan bentuknya seperti alat-alat Hamah Sagrim 218 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT perunggu, sebab kebanyakan alat-alat besi, ditemukan pada zaman sejarah. Antara zaman neolitikum dan zaman logam telah berkembang kebudayaan megalithicum, yaitu kebudayaan yang mengunakan media batu-batu besar sebagai alatnya, bahkan puncak kebudayaan megalitikum justru pada zaman logam. b. Corak Kehidupan Masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat Pada Zaman Perundagian. Kebudayaan dan masyarakat merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Masyarakat dapat bertahan hidup karena menghasilkan kebudayaan, kebudayaan itu ada karena dihasilkan oleh masyarakat. Dan melalui kebudayaanlah segala corak kehidupan masyarakat dapat diketahui. Kebudayaan perungggu Asia Tenggara bisa dinamakan kebudayaan Dongson menurut nama tempat penyelidikan pertama di daerah Tonkin. Disana ditemukan segala macam alat-alat dari perunggu dan nekara, alat-alat dari besi dan kuburankuburan zaman itu. 1) Sistem Kepercayaan Orang Maybrat, Imian, Sawiat Zaman Prasejarah. Sistem kepercayaan prasejarah orang Maybrat, Imian, Sawiat, diperkirakan mulai tumbuh pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut atau disebut dengan masa bermukim dan berladang yang terjadi pada zaman Mesolitikum. Mengenai bukti adanya kepercayaan orang Maybrat, Imian, Sawiat, pada zaman Mesolitikum dan beberapa bukti lain yang turut memperkuat adanya corak kepercayaan mereka pada zaman prasejarah adalah ditemukannya bekas kaki pada batu prasasti di sungai Weremayis Kampong Sauf, Kbupaten Maybrat. Bekas kaki tersebut menggambarkan langkah perjalanan yang akan mengantarkan roh seseorang ke alam baka. Hal ini berarti pada masa tersebut orang Maybrat, Imian, Sawiat, sudah mempercayai akan adanya roh. Kepercayaan terhadap roh terus berkembang pada zaman prasejarah hal ini tampak dari kompleksnya bentuk-bentuk upacara penghormatan, penguburan dan pemberian upeti atau sesajen. Kepercayaan terhadap roh inilah dikenal dengan istilah Aninisme yang disebut dengan wiyon-wofle. Aninisme berasal dari kata Anima artinya jiwa atau roh, sedangkan isme artinya paham atau kepercayaan. Di samping adanya kepercayaan animisme, juga terdapat kepercayaan dinamisme. Dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda-benda tertentu yang dianggap memiliki kekuatan gaib. Hamah Sagrim 219 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Contohnya yaitu pohon-pohon besar atau bukit dan pegunungan serta sungai tertentu yang dianggap memiliki kekuatan diwilayah Mereka. Dengan demikian kepercayaan masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, zaman prasejarah adalah animisme dan dinamisme c. Kemasyarakatan Orang Maybrat, Imian, Sawiat, Zaman Prasejaarah. Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, orang Maybrat, Imian, Sawiat, hidup berkelompok dalam jumlah yang kecil. Tetapi hubungan antar kelompok sudah mulai erat karena mereka harus bersama-sama menghadapi kondisi alam yang kejam dan berat, sehingga sistem kemasyarakatan yang muncul pada masa tersebut sangat sederhana. Tetapi pada masa bercocok tanam, kehidupan masyarakat yang sudah menetap semakin mengalami perkembangan dan hal inilah yang mendorong masyarakat untuk membentuk keteraturan hidup. Dan aturan hidup dapat terlaksana dengan baik karena adanya seorang pemimpin yang mereka pilih atas dasar musyawarah. Pemilihan pemimpin tentunya tidak dapat dipilih dengan sembarangan, seseorang yang dipilih sebagai pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk melakukan hubungan dengan roh-roh atau arwah nenek moyang demi keselamatan desa setempat, serta keahlian-keahlian yang lebih. Selanjutnya sistem kemasyarakatan terus mengalami perkembangan khususnya pada masa perundagian. Karena pada masa ini kehidupan masyarakat lebih kompleks. Masyarakat terbagi-bagi menjadi kelompok-kelompok sesuai dengan bidang keahliannya. Masing-masing kelompok memiliki aturan-aturan sendiri, dan di samping adanya aturan yang umum yang menjamin keharmonisan hubungan masing-masing kelompok. Aturan yang umum dibuat atas dasar kesepakatan bersama atau musyawarah dalam kehidupan yang demokratis. Dengan demikian sistem kemasyarakatan pada masa prasejarah di Indonesia telah dilandasi dengan musyawarah dan gotong royong. d. Pola Pertanian Orang Maybrat, Imian, Sawiat, Zaman Prasejarah. Sistem pertanian yang dikenal oleh orang Maybrat, Imian, Sawat, prasejarah pada awalnya adalah perladangan, yang hanya mengandalkan pada humus, sehingga bentuk pertanian ini wujudnya berpindah tempat sesuai dengan tingkat kesuburan tanah. Apabila mereka menilai tanah sudah tidak lagi subur atau tidak ada humus, maka mereka akan Hamah Sagrim 220 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT berpindah atau mencari tempat yang dianggap subur atau dapat di tanami tanam-tanaman. Selanjutnya mereka mulai mengembangkan sistem mencari makanan dan menyimpannya (food and carering), sehingga tidak lagi berpindah-pindah dengan cepat, dan berusaha mengatasi pola makanannya dengan baik. Sistem ini dikenal oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat, prasejarah pada masa neolithikum, karena pada masa tersebut kehidupan mereka sudah menetap dan teratur. Pada masa perundagian sistem pertanian mengalami perkembangan mengingat adanya spesialisasi atau pembagian tugas antara laki-laki dan perempuan, Sehingga orang Maybrat, Imian, Sawiat, saman prasejarah semakin mahir dalam persaudaraan. e. Sosial ± Ekonomi Orang Maybrat, Imian, Sawiat Zaman Prasejarah. Perkembangan kondisi sosial ekonomi orang Maybrat, Imian, Sawiat, masa Prasejarah sebenarnya mulai terlihat pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut atau zaman Mesolitik. Pada masa ini orang Maybrat, Imian, Sawiat mulai menyadari pentingnya pola kehidupan menetap pada suatu tempat. Hal ini disebabkan adanya kemajuan dan perkembangan pengetahuan orang Maybrat, Imian, Sawiat, pada masa itu dalam berusaha mengolah alam lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Pada kehidupan menetap ini kemudian memunculkan bentuk-bentuk rumah yang sangat sederhana sebagai tempat tinggal, tempat berlindung terhadap iklim dan cuaca, serta terhadap gangguan binatang buas. Berdasarkan penelitian kami tentang rumah hunian pertama orang Maybrat, Imian, Sawiat, bisa diperkirakan bahwa bentuk rumah tinggal awal sekali adalah berukuran kecil, berbentuk segi panjang dan kebulat-bulatan mengikuti saran burun dengan atap yang dibuat dari daun-daunan. Bentuk rumah semacam ini merupakan bentuk awal rumah wilayah Maybrat, Imian Sawiat, dan sampai saat ini masih dijumpai di daerah-daerah perkampungan terpencil di kebun. Berawal dari adanya kelompok-kelompok masyarakat dalam suatu daerah tertentu, dan mengalami perubahan yang mengarah kepada sistem komunual. Di samping itu teknologi pembuatan perkakas juga semakin maju. Hal ini terbukti dengan mulai ditemukannya alat-alat batu yang diasah secara halus, yaitu yang dikenal dengan beliung persegi. Kemajuan pada aspek teknologi ini selanjutnya memunculkan adanya stratifikasi sosial tertentu dalam komunitas mereka. misalnya muncul golongan-golongan yang pandai dalam membuat beliung persegi, mulai dari pembuatan bentuk dasar (plank) hingga menjadi Hamah Sagrim 221 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT beliung persegi yang siap pakai. Selanjutnya dikenal pula teknologi pembuatan tastangan sebagi salah satu sarana kebutuhan hidup sehari-hari yang sangat penting. Di sinipun akan memunculkan golongan-golongan tertentu dalam komunitas mereka yang memiliki kepandaian dalam pembuatan tastangan. Perkembangan lainnya yang sangat mendasar pada masa ini adalah mulai dikenalnya bercocok tanam sederhana, yaitu dengan Sistem TebasBakar. Pada masa perundagian ini pola kehidupan perkampungan mengalami perkembangan dan semakin besar, hal ini disebabkan dengan mulai bersatunya kampung- kampung, atau terjadinya sebuah desa yang besar. Munculnya desa-desa besar ini salah satunya disebabkan semakin tinggi frekuensi perdagangan antar perkampungan dalam bentuk tukar menukar barang (barter) dan juga salah satu pengaruh utamanya adalah perdagangan atau bermain kain timur. Perpindahan penduduk melalui jalur perkawinan juga menjadi penyebab semakin padatnya populasi penduduk dalam suatu perkampungan. Dengan semakin luasnya hubungan antar wilayah maka kegiatan perdagangan pada masa perundagianpun menjadi semakin berkembang. Jenis-jenis barang daganganpun semakin kompleks karena hubungan-hubungan tersebut telah mencakup wilayah yang sangat luas. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya temuan benda-benda perunggu yang tersebar hampir di seluruh wilayah Papua khususnya wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, yang berasal dari kebudayaan Dong Son di Vietnam Utara. Dalam kehidupan perkampungan ini mata pencaharian pokok orang Maybrat, Imian, Sawiat, adalah pertanian yang mulai dilakukan secara lebih teratur dan maju, yaitu dengan sistem tebas bakar. Hal ini juga didukung dengan semakin majunya sistem teknologi cetak peralatan dari logam (khususnya perunggu) untuk keperluan mengolah kebun. Usaha-usaha domestikasi hewanpun semakin memperlihatkan kemajuannya. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya temuan-temuan tulang-tulang hewan seperti anjing, dan beberapa jenis unggas pemukiman. Kemungkinan dilakukan untuk persediaan bahan makanan hewani, meskipun kegiatan perburuan masih dilakukan walau dengan jumlah yang lebih berkurang. Salah satu benda perunggu yang memiliki nilai estetika dan ekonomis sangat tinggi, dan ditemukan hampir di seluruh wilayah Asia Tenggara adalah nekara. Nekara tersebut merupakan hasil kebudayaan Dongson di Vietnam Utara yang kemudian menyebar hampir Hamah Sagrim 222 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT seluruh wilayah Asia Tenggara hingga kewilayah Maybrat, Imian, Sawiat Papua. Hal ini sekali lagi telah membuktikan adanya hubungan secara sosial-ekonomis antara wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, melalui kesultanan Ternate-Tidore dengan wilayah Asia Tenggara lainnya cukup lancar pada zaman itu. Kegiatan ekonomis dalam bentuk perdagangan didorong oleh adanya temuan alat-alat transportasi air, yaitu perahu sampan. Bentuk-bentuk perdagangan pada umumnya dilakukan dengan sistem tukar barang dengan barang. Kelangsungan hubungan perdagangan yang secara terus menerus dan cenderung semakin kompleks tersebut pada akhirnya memunculkan apa yang disebut dengan pasar dalam cakupan arti yang sederhana. F Sosial ± Budaya Orang Maybrat, Imian, Sawiat, Zaman Prasejarah. Seni ukir yang diterapkan oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat, pada benda-benda masa megalitikum dan seni hias pada benda-benda perunggu menggunakan pola-pola geometrik sebagai pola hias utama. Hal ini terlihat dari temuan pada ukiran cangkir minuman (hawereh) di kampung Sauf yang menggambarkan bintang, perahu dan melukis unsur-unsur dalam kehidupan yang dianggap penting. Gambar: ukiran pada tempayang minuman pada zaman megalitikum. Pahatan-pahatan pada kayu untuk menggambarkan orang atau binatang menghasilkan bentuk yang bergaya dinamis dan memperlihatkan gerak. Terdapat pula kecenderungan untuk melukiskan hal-hal yang bersifat simbolis dan abstrak-stelistis, seperti yang tampak pada gambar-gambar manusia yang diukir sebagai bulu burung bermata lingkaran pada hulu kampak, seloki minuman (hawereh), dan bambu yang dipakai sebagai minuman (tbil). Hamah Sagrim 223 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Berbagai benda diciptakan guna keperluan religius.pola mata kalung yang dipakai dan pada beberapa jenis heger berfungsi magis sebagai penolak bahaya. Yang sangat menonjol pada masa perundagian ini adalah segi kepercayaan kepada pengaruh arwah (roh) nenek moyang terhadap perjalanan hidup manusia dan masyarakatnya. Dengan demikian pula kepada orang-orang yang meninggal diberikan penghormatan dan persajian selengkap mungkin dengan maksud mengantar arwah dengan sebaik-baiknya ketempat tujuanya, yaitu dunia arwah. Kehidupan dalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, pada masa perundagian memperlihatkan rasa solidaritas yang kuat. Peranan solidaritas ini tertanan dalam hati setiap orang sebagai warisan yang telah berlaku sejak nenek moyang. Adat kebiasaan dan kepercayaan merupakan pengikat yang kuat dalam mewujudkan sifat itu. Akibatnya, kebebasan individu agak terbatas karena adanya aturan-atauran yang apabila dilanggar akan membahayakan masyarakat. Pada masa ini sudah ada kalkus kepemimpinan dan pemujaan kepada sesuatu yang suci diluar diri manusia yang tidak mungkin disaingi serta berada diluar batas kemampuan manusia yang disebut wiyon-wofle. Dalam masyarakat ini mulai jelas mulai tampak perbedaan golongan-golongan tertentu seperti golongan big man - bobot, pengatur upacara-upacara (raa wiyon-na wofle) yang berhubungan dengan kepercayaan, petani, pedagang dan pembuat benda-benda dari kayu (pemahat). 9. Kemajuan Teknologi Pada bidang teknologi, di samping berusaha menciptakan perkakas untuk keperluan seharihari, kemudian mengalami kemajuan dengan mulai diciptakannya benda-benda yang tidak saja bernilai profan tetapi yang bernilai estetika dan ekonomis. Pada teknologi pembuatan tastangan misalnya, ternyata di samping membuat untuk keperluan sehari-hari, mulai dilakukan juga pembuatan tastangan yang bernilai seni dan ekonomis. Hal ini dapat dilihat bahwa selain membuat benda-benda berupa cawan, seloki, juga mulai dibuat bentuk-bentuk tastangan dengan aneka motif hiasan. Keragaman bentuk dan motif hias cawan oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat, Hamah Sagrim 224 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT ini kemudian memunculkan beberapa kompleks pembuatan barang-barang lain yang sangat menonjol, antara lain kompleks tas tangan (yu kom). Pada teknologi pembuatan benda-benda logam (khusus perunggu) kemudian juga mengalami perkembangan yang sangat pesat. Di samping membuat perkakas untuk keperluan sehari-hari (misalnya kapak, corong, tajak dan sebagainya) mulai dikembangkan pula pembuatan bendabenda yang memiliki nilai estetika dan ekonomis, misalnya nekara, gelang, cincin, bandul kalung, dan sebagainya. Benda-benda tersebut ternyata menjadi salah satu komoditi dalam hubungan perdagangan antara Indonesia dengan wilayah Asia Tenggara lainnya. 10. Kemahiran Membuat Alat Dalam masa perundagian ini, teknologi berkembang dengan pesat. Di pihak lain, terjadi peningkatan usaha perdaganganyang mengalami kemajuan. Teknologi pelayaran juga menentukan perkembangan teknologi secara umum. Hal tersebut berpengaruh pula pada sistem sosial yang telah mengklasifikasikan dari dalam segmen-segmen sosial-ekonomi karena polapolanya telah terbentuk. Pada masa ini merupakan awal dari kemajuan, karena di zaman perundagian ini sudah mulai menganal teknik peleburan, percampuran, penempaan dan pencetakan jenis-jenis logam seperti tembaga, perunggu dan besi. Di Asia Tenggara logam mulai dikenal kia-kira 3000-2000 S.M. Di Indonesia penggunaan logam diketahui pada masa beberapa abad sebelum masehi, hal ini berdasarkan temuan-temuan arkeologis. Indonesia hanya menganal alat-alat yang dibuat dari perunggu dan besi, sedangkan perhiasan telah mengenal emas. Penggunaan logam tidak seketika menyeluruh di Indonesia, tetapi berjalan setahap demi setahap. Sedangkan beliung dan kampak batu masih digunakan. Benda-benda perunggu yang ditemukan di Indonesia menunjukan persamaan dengan temuan-temuan di Deng Son (Vietnam) diperkirakan adanya hubungan budaya. Hamah Sagrim 225 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat terdapat Jenis-jenis perhiasan yang beraneka ragam berupa gelang, cincin, bandul, kalung dan sebagainya yang terbuat dari perunggu, kulit kerang, tulang, batu dan kaca. a. Benda ± Benda Perunggu Jenis benda perunggu yang dikenal di Indonesia ialah nekara, kapak, bejana, boneka atau patung, perhiasan dan senjata. Namaun yang menarikperhatian adalah nekara. Bendabenda lain sebenarnya telah mendapatkan perhatian sejak abad ke-19, misalnya kapak corong, cincin, mata tombak, kapak upacara (candrasa). Dari penyelidikan dalam zaman perundagian pula orang-orang telah pandai membuat dan menuang kaca. Hanya saja tekniknya masih sederhana kadang masih tercampur pasir. b. Kapak Perunggu Secara tipologi, kapak perunggu dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu kapak corong dan kapak upacara. Kapak corong disebut juga kapak sepatu, maksudnya kapak yang bagian atasnya berbentuk corong yang sembirnya belah, sedangkan dalam corong itulah dimasukan tangkai kayunya yang menyiku kepada bidang kapak. Jadi seolah-olah kapak disamakan dengan sepatu dan tangkainya diibaratkan sebagai kaki orang. Van Heekeren mengklasifikasikan menjadi kapak corong, kapak upacara dan kalak tembilang (tajak). Soejono membagi kapak perunggu menjadi delapan yaitu : 1. Tipe I (tipe umum). Bentuknya lebar dengan panjang yang lonjong, garis puncak (pangka), tangkainya cekung dan bagian tajam cembung. 2. Tipe II (tipe ekor burung seriti). Bentuk tangkai dengan ujung yang membelah seperti ekor burung seriti, ujung tajam cembung, belahan pada ujung ada yang dalam dan ada yang dangkal. Hamah Sagrim 226 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT 3. Tipe III (tipe pahat). Bentuk tangkai menyempit dan lurus ada yang pendek dan lebar. Bentuk tajam cembung dan lurus, kapak terbesar berukuran 12,2 x 5,8 x 1,7 cm dan terkecil 5,4 x 3,6 x 1,3 cm. 4. Tipe IV (tipe tembilang). Bentuk tangkai pendek, mata kapak gepeng, bagian bahu lurus kea rah sisinya. Ukuran terbesar 15,7 x 9,6 x 2 cm dan terkecil 13,4 x 6,5 cm. 5. Tipe IV (tipe tembilang). Bentuk tangkai pendek, mata kapak gepeng, bagian bahu lurus kea rah sisinya. Ukuran terbesar 15,7 x 9,6 x 2 cm dan terkecil 13,4 x 6,5 x 1,6 cm. 6. Tipe V (tipe bulan sabit). Mata kapak berbentuk bulan sabit. Bagian tengah lebar dan menyempit, tangkai lebar dan bagian tajamnya menyempit. Jenis terbesar berukuran 16,5 x 15,6 x 3,4 cm dan terkecil 7,2 x 5,2 x 4,5 cm. 7. Tipe VI (tipe jantung). Bentuk tangkai panjang dengan pangkal cekung, bagian bahu melengkung. Ukuran terbesar 39,7 x 16,2 x 1,5 cm dan terkecil 13 x 7,2 x 0,6 cm. 8. Tipe VII (candrasa). Tangkai pendek dan melebar pada pangkalnya, mata kapak tipis dengan kedua ujungnya lebar. Kapak ini sangat besar dan pipih yang terbesar 133,7 cm dan terkecil 37 cm. 9. Tipe VIII (tipe kapak roti). Keseluruhannya gepeng berukuran 90 cm. pangkal tangkai cakram. Cakram ini dihiasi dengan pola roda atau pusaran (whirl). Kapak corong ditemukan di Sumatra Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah dan Selatan, Pulau Selayar dan di Papua dekat danau Sentani. Tidak semua kapak dipergunakan sebagai kapak. Yang kecil umpamanya mungkin sebagai tugal, sedangkan yang indah dan candrasa dipergunakan sebagai tanda kebesaran dan alat upacara saja. Di Bandung ditemukan cetakancetakan dari tanah baker untuk menuangkan kapak corong. Hamah Sagrim 227 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT c. Perhiasan Orang Maybrat, Imian, Sawiat, Biasanya membuat perhiasan yang mana berupa gelang, cincin, kalung dan hiasan lainnya. Gelang yang berhias pada umumnya besar dan tebal. Pola hias pada gelang-gelang berupa pola tumpal, garis tangga, mata burung dan duri ikan. Lihat contoh bebrapa gambar disamping: Gambar: Pola aliran ukiran pada hiasan orang Maybrat, Imian Sawiat d. Benda ± Benda Besi di Wilayah Maybrat, Imian, Sawit Jenis-jenis benda besi dapat digolongkan sebagai alat keperluan sehari-hari dan senjata. Benda-benda besi yang banyak ditemukan di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, berupa : Mata kapak atau sejenis beliung yang diikat secara melintang pada tangkai kayu Alat bermata panjang dan gepeng dan mungkin digunakan untuk merapatkan benang-banang kain tenun Mata pisau Parang Mata tombak Dalam masa bercocok tanam, orang Maybrat, Imian, Sawiat sudah mulai bertempat tinggal secara menetap dan berkelompok. Berbagai upaya dilakukan oleh mereka untuk menuju penyempurnaan, misalnya dalam bidang pertanian, peternakan, pembuatan alat-alat kebutuhan dan lain-lain. Hal-hal barupun telah ditemukan diantaranya pembuatan alat-alat dari biji besi. Sejalan dengan kemajuan yang dicapai, sehingga taraf penghidupannya dan tata-susunan orang Maybrat, Imian, Sawiat, menjadi makin kompleks. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, mulai hidup secara teratur, sehingga muncul golongan undagi (golongan orang-orang terampil). Hamah Sagrim 228 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Di zaman perundagian ini banyak kemajuan-kemajuaan dalam berbagai bidang kehidupan mereka seperti; kepercayaan, sosial, ekonomi dan sebagainya. Sehingga diketahui bahwa sejak masa ini sudah adanya jalur hubungan dengan daerah-daerah yang ada di Asia Tenggara melalui kesultanan ternate tidore. Hal ini di perkuat dengan ditemukannya kesamaan benda-benda yang ditemukan di Maybrat, Imian, Sawiat dengan benda yang berada si Asia Tenggara yang lain seperti Vietnam. B.7. Arsitektur dan budaya adat istiadat zaman prasejarah ± zaman sejarah. 1. Pengertian Budaya Kebudayaan berasal dari bahasa sangsekerta ³buddhayah´ bentuk jamak dari ³budhi´ dengan arti budhi atau akal, karenanya kebudayaan dapat diartikan dengan segala hal yang bersangkutan dengan akal. Budaya dapat pula berarti sebagai hasil pengembangan dari kata majemuk budi dan daya, yang berarti daya dari budi yang berupa cipta, rasa dan karsa. Selanjutnya kebudayaan bila ditinjau dari ilmu Antropologi, adalah keseluruhan dari sistem gagasan, tindakan pola hidup manusia dan karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan sebagai pemilik dari manusia dengan belajar. hampir keseluruhan tindakan manusia adalah kebudayaan. Menurut ilmu Arsitektur, manusia yang memiliki budaya membangun adalah manusia yang berbudaya mencipta, orang yang berjiwa seni, orang yang berjiwa merancang, orang yang berjiwa perencana. Hanya sedikit tindakan manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang tidak perlu dibiasakan dengan belajar, antara lain yang berupa tindakan naluriah, beberapa refleksi, beberapa tindakan akibat proses psikologi, tindakan dalam kondisi tidak sadar, tindakan dalam membabi buta, bahkan berbagai tindakan manusia yang merupakan kemampuan naluri yang dibawa oleh manusia dalam genetik semenjak lahirnya juga telah dirombak olehnya menjadi tindakan kebudayaan. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan yang dipunyai oleh manusia sebagai makhluk sosial, yang isinya adalah perangkat model ± model pengetahuan yang secara efektif dapat digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan yang dihadapi dan untuk mendorong dan menciptakan tindakan ± tindakannya. Dalam pengertian ini kebudayaan adalah suatu kumpulan pedoman atau pegangan yang kegunaan operasionalnya dalam hal ini adalah Hamah Sagrim 229 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT manusia mengadaptasi diri dengan menghadapi lingkungan ± lingkungan tertentu (fisik, alam, sosial dan kebudayaan) untuk mereka dapat tetap melangsungkan kehidupannya, yaitu memenuhi kebutuhan ± kebutuhan dan untuk dapat hidup secara lebih baik lagi. Karena itu seringkali kebudayaan juga dinamakan sebagai ³blueprint´ atau desain menyeluruh dan kehidupan. 2. Wujud Arsitektur Tradisional Maybrat, Imian, Sawiat, dan Kebudayaan. Pada hakekatnya Arsitektur Tradisional Maybrat Imian Sawiat merupakan pencerminan kehidupan yang mana menggambarkan jati diri manusia Maybrat Imian Sawiat yang ditampilkan dalam meramu rumah mereka, termasuk didalamnya antara lain : kehidupannya, sosialnya, ekonomi ± spiritual dan budayanya. Dengan demikian Arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat merupakan salah satu artefak dari jejak perjalanan hidup Suku Maybrat Imian Sawiat. Arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat merupakan suatu ciri (idea), konsep, kaidah, prinsip, yang merupakan dasar pengolahan batin pikiran dan perasaan mereka dalam mencipta dan berkarya. Pada dasarnya arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat sudah mampu memenuhi tuntutan kebutuhan akan Arsitektur yaitu : y y y Menjaga kelangsungan hidup dan kehidupan Manusia. Mengembangkan kehidupan Manusia untuk lebih bermakna Membuat kehidupan Penghuni lebih nyaman Dapat dikatakan bahwa Suku Maybrat Imian Sawiat juga memiliki lima jenjang kebutuhan terpenting dalam hidup mereka yaitu : f. Physiological needs atau survival needs, adalah kebutuhan yang menduduki peringkat terbawah yang merupaka kebutuhan dasar manusia. Jenjang kebutuhan ini berisi kebutuhan ± kebutuhan orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang berkaitan dengan alam dan keberadaannya sebagai manusia, yaitu kebutuhan akan makanan, kebutuhan akan tempat tinggal, dan teks. g. Safety needs atau security needs, adalah jenjang kebutuhan yang kedua berisi kebutuhan ± kebutuhan yang berkaitan dengan keamanan, agar dirinya merasa aman dan terlindung dari setiap gangguan. Hamah Sagrim 230 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT h. Social needs, atau belonginess needs, adalah jenjang kebutuhan yang ketiga yang berisi kebutuhan ± kebutuhan orang Maybrat, Imian, Sawiat, berkaitan dengan kedudukannya sebagai anggota masyarakat, sebagai makhluk sosial yang akan berinteraksi ± interelasi dan berinapendensi dengan anggota masyarakat lainnya. i. Esteem needs atau ego needs, adalah jenjang kebutuhan yang keempat yang berisikan kebutuhan ± kebutuhan orang Maybrat, Imian, Sawiat, akan penghargaan yang didasarkan pada keinginan untuk mendapat kekuasaan (power needs). Pada dasarnya ingin dihargai dan keinginan inilah yang menghasilkan kebutuhan orang Maybrat, Imian, Sawiat, akan penghargaan tersebut yang disebut dengan ³Bobot´. j. Self actualization needs atau self Fulfillment needs, jenjang kebutuhan ini berisikan kebutuhan orang Maybrat, Imian, Sawiat, sehingga menreka dapat mengembangkan bakat dan kemampuannya dengan sepenuhnya. Kebutuhan ini merupakan ciri hakiki manusia umumnya. Arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat mempunyai peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan ± kebutuhan mereka, oleh karena itu arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat bukan hanya menyngkut masalah fungsionalitas saja, bukan hanya diperuntukan sebagai wadah kegiatan mereka belaka, dan tidak hanya sebagai sarana pemenuhan kebutuhan fisiologik. Perwujudan arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat tidak hanya berlandaskan pada asas fungsionalitas atau kegunaan saja, walaupun asas ini cukup dominan, akan tetapi tidak akan menjadi asas satu ± satunya ataupun penentuan didalam perwujudan hasil ± hasil karya arsitektur. Perwujudan Arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat tidak hanya menyangkut aspek ± aspek fungional saja, melainkan menyangkut seluruh aspek kebutuhan didalam kebutuhan Manusia Maybrat Imian Sawiat. Perwujudan arsitektur yang mengandung nilai ± nilai manusiawi. Arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat merupakan manifestasi dari nilai ±nilai budaya, yang mana ditentukan oleh lima masalah didalam kehidupan mereka yaitu : hakekat hidup, hakekat karya, persepsi mereka tentang waktu, pandangan mereka tentang alam dan hakekat mereka dengan sesamannya. Kelima masalah dasar ini banyak berkaitan dengan lingkungan, baik lingkungan alami maupun lingkungan fisik mereka yang mana terbangun dengan lingkungan sosial. Dua masalah Hamah Sagrim 231 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT yang berkaitan dengan masalah lingkungan mereka yaitu pandangan mereka tentang alam, dan hakekat mereka dengan sesamanya. Kedua masalah ini akan menentukan orientasi nilai budaya mereka terhadap alam dan sesama mereka, yang kemudian direfleksikan kedalam wujud arsitekturalnya. Berkaitan dengan sikap dan orientasi Suku Maybrat Imian Sawiat terhadap alamnya, mereka telah mengalami peradaban dalam kebudayaan mereka yaitu : y Pancosmism, merupakan fase dimana Suku Maybrat Imian Sawiat tunduk kepada Alam dan Merasa mereka adalah bagian dari alam. Hal ini merupakan kecenderungan kehidupan mula ± mula nenek moyang mereka yang mana tidak mampu dalam mencipta segala sesuatu bagi mereka, termasuk membangun suatu tempat tinggal (rumah) bagi mereka. Hal ini cenderung mendorong nenek moyang mereka menjadi bersikap pasrah terhadap kondisi alam. y Anthropocentries, merupakan fase dimana Suku Maybrat Imian Sawiat dengan kemampuannya menguasai alam dan merasa berkuasa atas alam sekitar mereka. Eksploitasi alam ini mendorong terjadinya kerusakan ± kerusakan lingkungan alam disekitar permukiman mereka. y Holism, merupakan tahapan atau fase dimana Suku Maybrat Imian Sawiat mampu menyelaraskan kehidupan dan aktifitasnya dengan alam sekitar. Dalam mendaya gunakan lingkungan alamny, Suku Maybrat Imian Sawiat juga mampu memperhatikan daya dukung akan alam sekitar mereka sehingga kelangsungan aktifitas mereka tetap berlangsung. Pandangan ± pandangan Suku Maybrat Imian Sawiat terhadap situasi dan alamnya memiliki pengaruh yang sangat besar bagi wujud Arsitektural mereka. Ketergantungan Suku Maybrat Imian Sawiat terhadap situasi dan alam termanifestasi kedalam wujud arsitekturnya yang sangat tergantung pada karakter ± karakter alam dan situasi lingkungan sekitar. Hasil karya Arsitektur Tradisional mereka cenderung mengandung makna ketakutan mereka akan alam dan kehidupan mereka dan terhadap alamnya yang berkaitan dengan masalah ± masalah mistis ataupun kekuatan ± kekuatan ghaib dan kekuatan musuh yang berada diluar diri mereka. Keinginan mereka untuk menguasai alam membuat mereka cenderung berupaya untuk mengeksploitasi alam sekitar. Hasil ± hasil karya Arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat menjadi sangat jauh dari lingkungannya lepas dari lingkungan alamiahnya. Keselarasan dengan alam, Suku Maybrat Hamah Sagrim 232 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Imian Sawiat cenderung mencari pertautan dengan lingkungan mereka. Kekuatan ± kekuatan lingkungan dan alam sekitar tidak lagi dikaitkan dengan kekuatan Theologi moderen atau yang dikenal pada wilayah mereka adalah theology kristiani. Alam merupakan faktor ± faktor yang dipertimbangkan bagi usaha ± usaha mereka. 3. Aspek Sosial Budaya Suku Maybrat, Imian, Sawiat, Pesisir dan Pegunungan. Suku Maybrat Imian Sawiat melengkapi diri mereka dengan kebudayaan, yaitu perangkat pengendali berupa rencana, aturan, resep dan instruksi yang digunakan oleh mereka untuk mengatur terwujudnya tingkah laku dan tindakan tertentu. Dalam pengertian ini, kebudayaan mereka berfungsi sebagai ³alat´ yang paling efektif dan efisien dalam menghadapi lingkungan. Kebudayaan Suku Maybrat Imian Sawiat yang cenderung adalah bukanlah sesuatu yang dibawah bersama semenjak kelahiran, melainkan diperoleh melalui sosial kehidupan sehari ± hari mereka. Berikut beberapa aspek budaya yang sangat kental dimiliki Suku Maybrat Imian Sawiat adalah : 1. Budaya Perkawinan Orang Maybrat, Imian, Sawiat. a) Pembayaran Maskawin ³Boyi´ Masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat dikenal sebagai masyarakat yang berpegang erat pada pusat keluarga inti (marga-fam-keret) dan juga berpegang pada silsiah keturunan antara marga yang satu dengan marga yang lain sehingga membentuk rumah tangga yang luas utrolokal. Selanjutnya dalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat ada pula kesatuan keluarga kindred, ada larangan yang terlalu ketat terhadap perbuatan sumbang, yaitu hubungan kelamin antara dua saudara sepupu silang maupun saudara satu marga sejajar berjarak 2 derajat. Untuk perkawinan orang Maybrat, Imian, Sawiat diperlukan maskawin yang besar (boyi) atau diadakan pertukaran pengantin wanita (finya migiar) secara langsung. Walaupun ada kasus-kasus poligini, perkawinan monogami adalah yang paling umum. Poligini ³migi´ sering juga terjadi dalam genealogi yang terhimpun, dan hubunga levirat juga ada. Pola tunggal bagi pasangan suami-istri yang baru kawin adalah utrolokal dan juga avunkolokal. b) Istilah Kekerabatan dan Hubungan Kekerabatan ± Mafoh Orang Maybrat, Imian, Sawiat sangat peduli dan memegang erat kaum kerabatnya (mafoh) yang telah lama saling kenal walaupun berbeda marga/karet/fam. Selain itu, mereka juga sangat peduli dan memegang erat kekerabatan berdasarkan perkawinan antara keturunan Hamah Sagrim 233 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT perketurunan dan silsilah sampai kakek-nenek dan lebih dari dua angkatan di atasnya dan lebih dari dua derajat ke samping. Untuk silsilah tersebut, bagi orang Maybrat, Imian, Ssawiat selalu mengenal semua kekerabatan orang tua sebelumnya dan silsilah keturunan perorang tua akan tetapi setelah pada tahun 1980an garis keturunan ini semakin berkurang untuk dipertahankan karena pengaruh perkawinan silang atau perkawinan keluar. Sehingga mereka sudah tidak lagi mengena semua kaum kerabatnya yang seangkatan dengan kakeknenek mereka. Istilah-istilahnya adalah : a. Kerabat dari kakek-nenek b. Kerabat dari ibu c. Kerabat dari ayah d. Kerabat dari kita Tatat ana mafoh Tme mafoh Taja yafoh Anu b¶foh Sedangkan istilah dalam silsilah keturunan adalah : A. Ayahnya kakek-nenek B. Kakek-nenek Hohos Tatat sme ± tatat ano Hohos mao ± hohos mano ± hohos mamu ± hohos mati ± hohos matat ± hohos anya D. Saudaranya kakek-nenek Tatat mao ± Tatat mano ±Tatat matat ± Tatat mati ± Tatat m¶hohos-Tatat Mati-Tatat Mamu-Tatat m¶tmo. E. Ayah-ibu F. Saudaranya ayah G. Saudara dari Ibu Taja ± tme Tati ± taja yabi ± taja yaku ± taja tmo ±taja yamu. Tme mabi ± tme magu ± tamu C. Saudara dari ayahnya kakek-nenek Istilah-istilah dalam bahasa Maybrat, Imian, Sawiat selalu dipakai dan bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat istilah kekerabatan ini sangat penting. Ciri-ciri khas dari sistem peristilahan orang Maybrat, Imian, Sawiat adalah sifatnya yang klasifikatoris, penekanan terhadap prinsip generasi dan langkahnya istilah-istilah yang jelas. Maka adanya suatu istilah yang khusus bagi saudara/saudari se-marga/famili yang sangat mencolok dan lebih akrab. 2. Maskawin ± Boyi Maskawin (Boyi) yang mempunyai nilai kekayaan yang sangat besar, sangat penting dalam hubungan kekerabatan orang Maybrat, Imian, Sawiat untuk mengumpulkan unsurHamah Sagrim 234 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT unsur maskawin (Boyi) biasanya diperlukan waktu yang sangat lama. Menurut adat istiadat orang Maybrat, Imian, Sawiat, maskawin terdiri dari: Kain timur (Boo) barang-barang persen (bain) kain timur (Boo) yang dipakai sebagai alat pertukaran resmi orang Maybrat, Imian, Sawiat, memiliki beberapa bobot nilai, untuk wan safe, merupakan kain berkelas satu dengan bobot nilai bila di uangkan mencapai ratusan juta rupiah. Hal ini demikian karena menurut mitologi orang Maybrat, Imian, Sawit. Menurut orang Maybrat, Imian, Sawiat, wan safe bukanlah benda biasa yang diperoleh melalui produksi manusia, namun diperoleh dari pemberian alam (Tagio) ³Bokek´, termasuk kain yang berkelas satu namun memiliki nilai bobot di bawah ratusan juta, Bokek juga merupakan kain pusaka dan pemberian alam. Sarim merupakan kain berkelas satu namun memiliki bobot dibawa Bokek dan Waan harganya bisa mencapai puluhan juta dan yang lainnya adalah kasuban, Han, Bainoke, Boirim, Serenta, harga-harga masing-masing Boo tersebut tercatat pada 1999, dan bukan merupakan harga resmi. Seorang biasanya bersama-sama keluarganya menghimpun keluarga-keluarga mereka sesuai dengan garis kekerabatan dan silsilah keturunan untuk bersatu membayar maskawin, dan hal ini terjadi secra terus-menerus antara kekerabatan yang satu dengan kekerabatan yang lain dengan kompak. Karena kebersamaan, kekompakan dalam membayar maskawin inilah yang membuat waktu penyelesaian lazim ditunda beberapa bulan bahkan sampai lebih dari setahun. Sementara itu ayah pengantin pria, dibantu para kerabatnya dari pihak ibunya, neneknya, iparnya, tantenya dan terutama saudara-saudara kandung pria yang lebih berupaya mengumpulkan maskawin itu. Paling sedikit satu unsur barang seperti kain Waan dan kain Bokek diupayakan untuk melengkapi maskawin itu, karena hal itu makin menaikkan gengsi kaum pengantin laki-laki. Penyerahan maskawin dilakukan dengan suatu upacara di kompleks/koot kerabat pengantin pria. Maksud utama dari upacara ini adalah untuk memperlihatkan benda-benda yang diserahkan kepada keluarga pengantin perempuan dan tamu yang diundang. Selanjutnya di sertai dengan pesta-pesta. Pesta yang berlangsung sesudah upacara penyerahan maskawin mulai sekitar jam 3,4,5 sore. Tamu-tamu yang datang, duduk di dalam maupun di luar rumah, mereka biasanya di jamu oleh kerabat dari keluarga pengantin perempuan. Jamuan ini disebut (bain). Kalau maskawin tidak di bayar, maka pengantin lakilaki harus tinggal dengan keluarga kerabat pengatin perempuan dan selalu bekerja kepada Hamah Sagrim 235 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT mereka sebagai ganti dari pembayaran maskawin, ini sering di sebut ³kro finya´, karena tidak mampu membayar maskawin. 3. Bohlat ± Boke - Denda Boke ± Bohlat ± Denda, merupakan salah satu cara yang lazim dipakai oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat dalam menyelesaikan masalah muda mudi (seksual), dan zinah, pemukulan terhadap orang hingga babak belur, fitnahan atau caci-maki yang menjatuhkan pamor orang lain tanpa adanya suatu bukti masalah yang benar, pembunuhan dan pemerkosaan. Dalam persoalan Bohlat ± Boke ± Denda, biasanya diberikan beban sesuai dengan perbuatan, yaitu tentang muda-mudi (seksual) jika hal ini terjadi atas dasar suka sama suka antara pria dan wanita maka beban yang diberikan tidak begitu besar, namun biayanya berkisar ± 50.000.000,- ke bawah. Biaya 50.000.00,-berlaku untuk seorang wanita yang statusnya sarjana, sedangkan di bawah harga dari itu berlaku untuk wanita yang statusnya mahasiswa, dan yang berikut di bawah lagiberlaku bagi wanita status siswi atau tamatan SMA, SMP, SD dan yang tidak sekolah, akan tetapi untuk persoalan selingkuhan zinah terhadap istri orang (safo finya mabi) lebih tinggi biayanya dan persoalan ini tergolong krusial, bisa mengakibatkan korban jiwa terutama pria yang berhubungan dengan istri orang. Bohlat Boke Denda untuk persoalan pemukulan, akan dilihat bilamana korban mengalami cedera fatal, maka besar harga yang diberikan akan tinggi dan biayanya bisa mencapai Rp. 70.000.000,- ke bawah jikalau korbannya tidak fatal, maka biayanya kurang dari 70 juta. Sedangkan untuk kasus fitnahan atau caci maki, akan diberi beban setimpal dengan katakata fitnahan, bilamana kata-katanya cukup memalukan atau menjatuhkan harga diri, citra, rasa dan karsa maka beban yang diberikan mencapai Rp. 30.000.000,- ke bawah . lihat Disertasi Mansoben, Leden University 1982, tentang sistem kepemimpinan tradisional dan sistem perkawinan orang Maybrat, Imian, Sawiat. Lihat juga tulisan µHamah Sagrim¶ sistem sosial budaya suku Maybrat, Imian, Sawiat, Papua................................ Hamah Sagrim 236 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT jikalau Fitnahan dan caci maki itu mengakibatkan korban jiwa, maka persoalannya semakin parah dan dendanya bisa mencapai miliaran rupiah. Seperti halnya pembunuhan, dan inijuga bisa mengakibatkan korban nyawa ganti nyawa. Besar beban yang dibebani akan mencapai miliaran rupiah. Untuk kasus pemerkosaan, biaya yang dibebani seratus juta ke bawah. Rp. 100.000.000,- 4. Sistem Perdagangan tradisional ³Sistem bermain kain timur/sistem ekonomi tradisional ± feah boo ± m¶fou gu ano. Perdagangan tradisional antara klen, gabungan klen, atau suku bangsa merupakan aktivias yang umum dalam hampir semua masyarakat suku bangsa papua, bakan di Papua Newguinea, dalam masyarakat di kedua daerah tersebut, berdagang hanya berarti tukarmenukar barang yang kurang diperlukan dengan benda-benda kain yang sangat diperlukan, atau kemudian pertukaran barang yang sangat diperlukan dengan benda-benda yang melambangkan ukuran nilai tertentu, seperti kerang-kerang yang indah, batu-batuan yang berwarna atu diasah indah, perhiasan yang terbuat dari tulang, manik-manik dan lain-lain, tetapi di dorong oleh keinginan untuk memperoleh rasa solidaritas antara orang-orang yang saling bertukar-tukaran, atau karena keinginan kedua belah pihak untuk menaikkan gengsi dengan memberikan benda yang lebih berharga dari pada yang diterimanya. Gejala pertukaran barnag atau perdagangan tradisional seperti itu diketahui para ahli sudah berlangsung sekitar 100 tahun yang lalu. Perdagangan kain tmur yang merupakan aktivitas orang Maybrat, (meibrat, mejbrat), orang Imian, orang Sawiat, orang Tehit, orang Madik dan orang Karon dengan materi perdagangan kain timur sebagai jenis barang yang dipertukarkan dalam aktivitas sehari-hari orang Maybrat, Imian, Sawiat, pria maupun wanita suka dan memang pandai berdagang, seperti juga halnya orang Karon. Pada tahun 1950an, mereka biasanya mengambil hasil hutan seperti rotan dan damar yang mereka jual kepada tengkulak China atau Bugis yang datang dari Sorong atau Bintuni. Selain menanam tumbuh-tumbuhan yang hanya menghasilkan makanan saja, orang maybrat dan Karon pada umumnya menanam tumbuh-tumbuhan yang dapat merek ajual di pasar, seperti bawang, cengkeh dan berbagai macam buah-buahan. Karena tanah di sekitar danau Ayamaru rupa-rupanya kurang subur maka penduduk biasanya hanya dapat memungut hasil dari ladang mereka satu kali saja, dan kemudian Hamah Sagrim 237 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT meninggalkan ladang tersebut. Mereka lalu membuka sebuah ladang baru, sehingga dalam waktu satu tahun saja mereka seringkali harus berpindah tempat 2 ± 3 kali. Oleh karena itu, rumah orang Maibrat (secefra ± halit) sangat sederhana dan mudah dibongkar untuk dipindahkan ke lokasi yang baru. Kadang-kdang mereka membangun rumah ladang di atas sebuah beranda yang mereka biat diatas pohon dan ada yang langsung dari bawah tanah (halit) untuk mengawasi binatang-binatang perusak kebun atau melindungi diri dari gangguan akan sekitar serta serangan musuh. Di samping rumah sederhana di ladang, orang Maybrat, Imian, Sawiat juga memiliki rumah tetap di desa induk. Setiap kali mereka kembali ke desa induk setelah selesai musim panen, untuk melaksanakan berbagai macam upacra dan pesta yang berkenaan dengan daur hidup, seperti misalnya pesta perkawinan, bersama warga-warga keluarga patrilineal mereka yang lain. Rumah di desa induk yang juga mereka sebut samu yang mana lebih besar dari pada rumah di ladang halit, dibangun lebih kokoh dan diatas tiang-tiang, dengan bahan bangunan yang lebih kuat. Pesta-pesta dan upacara-upacara adat yang keramat, yang dilaksanakan dalam rangka solidaritas klen, seperti misalnya upacara inisiasi (m¶ber wiyon) dan dulu pertemuan untuk merencanakan serangan pengayauan (mhoh bioh). Di waktu yang lampau, pertemuan semacam ini diselenggarakan dalam balai pertemuan umum (samu siret) yang dianggapkeramat. Namun menjelang zaman perang pasifik, ketika pemerintah HindiaBelanda berusaha memantapkan administrasi pemerintahannya di daerah Maybrat, Imian, Sawiat bersama dengan upaya penyiaran Agama Kristen, banyak upacara adat terutama yang berkaitan dengan cara membongkar dan membakar balai (samu siret) dan klwiyon-bol watle yang nama digantikan dengan balai desa atau gereja, yang dibangun sesuai dengan contoh yang diberikan oleh pemerintah Hindia-Belanda. Orang Karon juga tetap mengalami perubahan sosial yang sama, walaupun perkampungan tempat tinggal mereka kecil-kecil dan saling berjauhan letaknya ditengah atau dekat ladang mereka masing-masing, lebih mantap sifatnya, dan tidak hanya merka gunakan untuk berkemas saja, kecuali itu upaya untuk menggabungkan perkampungan kecil menjadi desa yang lebih besar, dan mantap guna memudahkan urusan administrasi, sudah dimulai sebelum hal yang sama dilakukan oleh pemerintah Hindia-Belanda, dikalangan orang Hamah Sagrim 238 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Maybrat, Imian, Sawiat upaya yang kemudian dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia, berhasil membentuk 7 desa pada tahun 1969. Adat pertukaran kain timur ini juga menonjol dalam pesta dan upacara perkawinan, perlu suatu uraian mengenai adat-istiadat perkawinan dan sistem kekerabatan orang maybrat, Imian, Swiat dan Karon yang melatar belakangi adat-adat itu. Dalam sistem kekerabatan orang Maybrat, Imian, Sawiat, keluarga Karon seperti pada banyak masyarakat manusia di dunia, keluarga inti juga merupakan kesatuan kekerabatan yang paling dasar. Namun walaupun pola perkampungan orang Maybrat, Imian, Sawiat dan karon tidak kompak pada tahun 1950an, tetapi keluarga inti orang Maybrat, Imian, Sawiat dan Karon tidak lepas dari jaringan. Kekerabatan yang lebih luas, yang mengikat para anggotanya, melalui hubungan keturunan yang mengacu ke para warga pria (patrilineal). Istilah antorpologi sosial untuk kesatuan sosial semacam itu adalah ³klen patrilineal´. Dalam bahasa Maybrat, istilah asli bagi kesatuan sosial semacam itu sudah tidak dikenal lagi, tetapi diganti dengan istilah perkenalan fam/marga yang berasal dari Maluku, yang masuk kedaerah kepala burung bersama-sama dengan para penginjil yang menyebarkan Agama Kristen. Dalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat dan Karon, sistem perkawinan didasarkan pada exogami klen kecil patrilineal (ra kinyah dalam bahasa Maybrat atau rae sawan dalam bahasa Karon). Karena dalam kedua masyarakat itu merupakan klen-klen kecil mengelompok menjadi satu dalam desa, maka exogami klen kecil dapat diartikan sebagai exogami, kalau seorang pria Maybrat, Imian, Sawiat atau Karon kawin dengan gadis dari klen kecil yang tinggal mengelompok di desa lain, tetapi dianggap endogami apabila ia kawin dengan garis dari klen kecil lain tetapi tetap tinggal mengelompok didesa yang sama. Perkawinan dalam kedua masyarakat itu masih banyak diatur dan ditentukan oleh orang tua dan keluarga kedua belah pihak, terutama dalam penentuan maskawin. Hal itu bahkan juga masih terjadi hingga sekarang ini, yang tampaknya merupakan suatu pandangan dinamikal orang Maybrat, Imian, Sawiat dan Karon karena orang tua atau keluarga yang dituakan adalah mereka yang lebih dahulu dan lebih banyak berpengalaman salah satu akibat dari perkawinan yang diatur orang tua, peristiwa kawin lari (betak finya), bila dibandingkan dengan orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang umumnya masih menerima penentuan jodoh antar seorang pemuda dan pemudi serta yang dijodohkan oleh orang tua. Hamah Sagrim 239 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Adat orang Maybrat, Imian, Sawiat, maupun orang Karon, adalah bahwa sesuadah menikah, istri turut tinggal di desa kaum kerabat suaminya. Adat yang pada dasarnya virilokal ini jarang diganti menjadi uxorilokal (suami tinggal di desa kaum kerabat isterinya). Apabila si isteri berasal dari desa yang sama, maka untuk melaksanakan adat virilokal tidak ada persoalan, tetapi apabila dia berasal dari desa lain maka ia harus tinggal terpisah jauh dari keluarganya. Adat uxorilokal seringkali merupakan akibat dari tak mampunya kaum kerabat pria untuk menyelesaikan harta maskawin (Mayi Boyi). Yang tidak terdiri dari barang yang ber nilai tinggi, tetapi yang juga langka dan juga sulit untuk diperoleh. Selain itu, suami wajib pula bekerja untuk keluarga isterinya (kro finya), seperti membantu bercocok tanam di ladang (ykah wora) atau melakukan hal-hal dalam bidang-bidang lain bagi keluarga isterinya yang sesuai dengan kemampuannya. Apabila suatu perkawinan disetujui oleh kerabat pria dan wanita, maka pihak kerabat pria harus membayar maskawin sesuai dengan nilai yang telah disepakati oleh kerabat orang tua pria dan wanita. Dulu, inti dari maskawin adalah kain-kain pusaka yang disebut ³wan safe´, namun sekarang karena benda atau wan safe sudah sulit didapat, maka nilainya menjadi sangat tinggi. Pembayaran maskawin kini dengan kain timur dan uang, karena pada saat ini konsumsi uang semakin tinggi, maka maskawinpun semakin tinggi harganya. Di saat sebelum zaman perang pasifik, orang Maybrat, Imian, Sawiat, dan Karon baru mengenal suatu benda baru yang kemudian sebagai salah satu unsur baru dalam maskawin setelah sebelumnya hanya menggunakan kerang laut, heger, timponan dan perhiasan manik, unsur bahan yang baru tersebut adalah tekstil kain timur (Boo dalam bahasa Maybrat) untuk menggantikan benda-benda perhiasan tradisional yang waktu itupun sudah hampir hilang serta di anggap sebagai benda yang menyimpan majik. Sampai sekarang tekstil tersebut (Boo) masih tetap menajdi unsur pokok dalam pembayaran maskawin yang mana dilakukan oleh kerabat pria kepada kerabat wanita sebagai tanda bahwa kerabat wanita telah resmi menjadi isteri seorang pria yang telah dibayar lunas. 5. Sistem Perkawinan Orang Maybrat, Imian, Sawiat Dalam masyarakat orang Maybrat, Imian, Sawiat, sistem perkawinan didasarkan pada exogami klen kecil patrilineal (raa kinyah atau raa sou su dalam bahasa Maybrat) atau (rae sawan dalam bahasa Karon). Karena kedua masyarakat itu warga klen-klen kecil Hamah Sagrim 240 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT mengelompok menjadi satu dalam desa, maka exogami klen kecil dapat diartikan sebagai exogami desa, tetapi dapat pula endogami desa. Dianggap sebagai exogami kalau seorang pria Maybrat, Imian, Sawiat kawin dengan gadis dari klen kecil lain yang tinggal mengelompk di desa lain, tetapi dianggap endogami apabila ia kawin dengan garis dari klen kecil lain tetapi tinggal mengelompok di desa yang sama. Dalam sistem kekerabatan orang Maybrat, Imian, Sawiat seperti banyak masyarakat di dunia, keluarga inti merupakan kesatuan kekerabatan yang paling mendasar (margais). Walaupun keberadaan keluarga inti (margais) yang berbeda-beda dan tersebar di mana-mana tetapi tetap memegang kekompakan ini. Misalnya saja seorang yang bermarga Sagrim tinggal di Sauf, bertemu dengan klen satu marga Sagrim di Jayapura, atau di Jawa, atau di Amerika ataupun di negara mana saja, maka keutuhan klen Sagrim akan di eratkan walau sudah berjauhan dari asal desa mereka. Pola perkampungan orang Maybrat, Imian, Sawiat pada tahun 1940 belum padat, namun kelaurga inti orang Maybrat, Imian, Sawiat tidak melepaskan jaringan kekerabatan mereka dan hingga sekarang ini, jaringan kekerabatan tersebut menjadi luas, dan mengikat pada anggotanya melalui hubungan keturunan yang mengacu ke marga pria (patrilineal). Istilah antorpologi ± sosial utnuk kesatuan sosial semacam itu adalah ³klen patrilineal´. Dalam bahasa Maybrat, Imian, Sawiat istilah asli kesatuan sosial semacam itu adalah ³keret´, yang kemudian berkembang menjadi ³fam´ dan selanjutnya ³marga´. Sistem perkawinan dalam kedua mempelai dalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat itu masih banyak diatur dan ditentuakan oleh orang tua dan keluarga kedua belah pihak (raa mabi). Hal itu bahkan sampai sekarang kadang masih tetap dipertahankan oleh beberapa orang tanpa melibatkan satu keret tetap tergantung pada keluarga inti tertentu dan juga masih tampak sekarang ini hal itu terjadi pad orang Maybrat, Imian, Sawiat hingga sekarang, yang tampaknya mempunyai pandangan yang lebih dinamikal karena mereka sudah lebih dahulu dan lebih banyak memiliki pengalaman. Adat pada orang Maybrat, Imian, Sawiat adalah bahwa sesudah menikah istri turut tinggal di desa kaum kerabat suaminya. Adat yang pada dasarnya virilokal ini tak jarang digantikan menjadi uxorilokal (suami tinggal di desa kaum kerabat isterinya) apabila si istri berasal dari desa yang sama, maka untuk melaksanakan adat virilokal tidak ada persoalan, tetapi apabila ia berasal dari desa lain, maka adat virilokal mengalami persoalan karena Hamah Sagrim 241 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT tinggalnya berjauhan. Adat uxorilokal seringkali merupakan akibat dari takmampunya kaum kerabat pria untuk mengumpulkan harta maskawin (Boyi) pada sebutan orang maybrat, yang tidak hanya terdiri dari barang yang bernilai tinggi tetapi yang juga langka dan sulit diperoleh. Selain itu si suami wajib pula bekerja untuk keluarga isterinya, seperti membantu bercocok tanam di ladang, atau melakukan hal-hal dalam bidang-bidang lain bagi keluarga iterinya yang sesuai dengan kemampuannya. Apabila suatu perkawinan di setujui oleh kerabat pria dan kerabat wanita, maka pihak kearbat pria harus membayar maskawin (Mayi Boyi). Dulu inti dari maskawin adalah benda-benda tradisional yang terbuat dari kain (boo) akan tetapi sekarang sistem pembayarannya dengan menggunakan kain timur (boo) sebagai benda pusaka dan uang (pitis). Namun karena benda-benda pusaka itu sekarang sudah sukar di dapat, sehingga nilainya menjadi sangat tinggi. Disamping benda-benda tradisional itu, maskawin juga terdiri dari uang. Uang yang dibayarkan seringkali di beri dalam jumlah banyak. 6. Kain Timur ± Boo ± Dalam Perkawinan Dalam maskawin orang Maybrat, Imian, Sawiat sejumlah kain timur yang ternama dan berbobot nilai tinggi (wansafe, bokek, sarim) menjadi unsur yang pokok di samping sejumlah benda yang bernilai seperti uang. Sewaktu berkunjung ke rumah calon pengantin (samu finya mgiar) untuk melamar, keluarga pihak wanita biasanya menentukan jumlah serta ragam benda maskawin yang harus di serahkan oleh keluarga pihak pria, yang antara lain terdiri dari kain timur (boo) dari golongan yang mereka kehendaki dan uang (pitis) sebagai bagian penting dari pembayaran maskawin wanita, keluarga wanita biasanya meminta jenis kain yang bergengsi seperti wansafe, bokek, sarim, pihak keluarga calon pengantin pria jarang dapat menolak permintaan tersebut untuk menghindari malu karena kehilangan martabat (bobot). Apabila maskawin yang diminta tidak dapat di sediakan oleh pihak keluarga inti pria, maka keluarga inti pria, mereka akan segera meminta bantuan dari semua kerabat untuk mendapatkannya. Seorang kerabat yang berkuasa dan mempunyai hubungan yang luas tentu mudah mendapatkan benda-benda langka. Dengan demikian pihak keluarga calon pengantin pria sekaligus betapa tinggi dan luasnya kekuasaan kerabat mereka. Sebaliknya, pihak keluarga calon pengantin wanita juga tidak tinggal diam, karena mereka juga akan Hamah Sagrim 242 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT mengusahakan barang-barang bernilai seperti makanan, babi, minuman enao (saguer) sebagai persen (mbar) kepada keluarga mempelai laki-laki atas porsen terhadap pembayaran maskawin. Kalau pemberian mereka tidak seimbang merekapun akan mendapat malu besar. Pertukaran kain timur bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat memang mengandung unsur martabat dan gengsi, walaupun disamping itu adat pertukaran kain timur juga memperdalam rasa solidaritas antara pihak-pihak yang bersangkutan. Kegagalan untuk membayar maskawin, seperti yang telah dijanjikan tidak hanya menimbulkan rasa malu yang mendalam pada pihak keluarga mempelai pria tetapi mereka juga akan memberikan anak yang kelak lahir dari perkawinan itu kepada keluarga mempelai wanita untuk diadopsi, kalau pasangan itu tidak mempunyai anak, maka si suami harus bekerja untuk keluarga isterinya sampai hutangnya lunas. Di samping itu, pada pesta perkawinan diundang juga warga klen-klen lain yang biasanya datang ke pesta yang merupakan kesempatan untuk memamerkan kain timur (matir boo) dan saling menukarkannya. Pihak-pihak yang kalah tidak jarang menderita hutang besar dan kalau ia tidak membayarnya, ia wajib bekerja sebagai budak pada pihak yang menang. 7. Kain Timur ± Boo ± Untuk Membayar Denda Pelanggaran janji yang dianggap paling serius dalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat dan yang karena itu menurut adat harus dihukum dengan denda-denda adalah perzinahan. Denda yang dituntut dapat dilakukan oleh isteri mapun oleh suami, apabila zinah itu dilakukan oleh isteri maka suami biasanya menceraikan isterinya, yangh berakibat bahwa keluarga isteri harus mengembalikan maskawin, termasuk kain timur yang telah mereka terima sebagai (Boyi), serta beberapa ekor babi semua pasangan itu diambil oleh suami. Sebaliknya apabila zinah dilakukan oleh suami, kadang-kadang juga bisa terjadi perceraian, tetapi kadang-kadang juga tidak. Walaupun demikian karena perbuatan itu dianggap sebagai suatu pelanggaran janji, kerabat suami dikenakan denda dengan mengembalikan kain timur (boyi) yang telah mereka terima dari kerabat isteri, ditambah dengan sejumlah kain timur yang golongannya di tentukan oleh kerabat isteri juga, disertai dengan beberapa ekor babi. Apa bila si suami ingin menikah dengan wanita yang digaulinya itu, maka kerabatnya tentau juga harus membayar boyi kepada kaum kerabat isteri yang baru. Hamah Sagrim 243 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT 8. Kain Timur ± Boo ± Dalam Upacara Kematian Orang Maybrat, Imian, Sawiat membedakan antara orang mati karena umur tua, karena sakit, karena kecelakaan dan karena guna-guna. Dalam semua upacara diperlukan kain timur sebagai salah satu unsur. Apabila harta orang yang meninggal itu banyak dan kekuasaannya besar, maka kain-kain yang dipakai untuk menutup jenazah, atau yang diikatkan pada pohon-pohon dengan jumlah yang lebih banyak plus yang di sobek-sobek dengan kualitas kainnya pun terbaik, tetapi apabila orang meninggal itu miskin, maka sudah cukup sehelai kain yang tidak sangat mahal ditutupi jenazahnya, atau dipotong-potong atau di sobek untuk diikatkan pada beberapa pohon sekitar halaman. Kekayaan dan kekuasaan orang meninggal itupun tampak dari jenis makanan yang tersedia. Apabila kematian seseorang oleh kerabatnya di duga akibat guna-guna, maka para kerabat itu akan meneliti serta melacak orang yang melakukan atau menyuruh melakukan guna-guna tersebut. Apabila orang-orang tersebut telah ditemukan, dan dakwaan terhadap mereka dibenarkan oleh orang-orang terdakwa dengan menggunakan alat uji (fnor) oleh para ahli di bidang itu dan disaksikan oleh para keluarga korban dengan menghadirkan pemimpin masyarakat, maka biasanya orang-orang terdakwa tersebut sulit untuk ingkar. Sebagaimana halnya orang yang melanggar adat, mereka di tuntut bayar denda kepada kerabat orang yang meninggal, yang selalu beruapa sejumlah kain timur. Hingga sekarang ini pembayaran atas kematian ini terus dipertahankan oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat. Karena mencari, mengumpulkan dan membeli kain timur memerlukan banyak biaya, dan waktu, hal itu seringkali dapt menggangu konsentrasi orang pada pekerjaan mereka yang lebih produktif dan berguna, sehingga upaya berkembang baikpun terganggu. 9. Kain Timur ± boo ± Dalam Transaksi Perdagangan Fungsi kain timur ± boo ± sebagai alat pembayaran dalam perdagangan sebenarnya sudah ada sejak dahulu, ketika para pemburu burung cenderawasih membawa kain-kain tekstil sebagai pengganti peralatan untuk berburu, jasa pemandu, serta bahan makanan selama berburu, dari produk asli. Samapai sekarang pun penggunaan kain timur ± boo ± sebagai alat pembayaran dalam perdagangan masih terlihat, walaupun alat pembayaran perdagangan modern seperti uang telah berhasil mendominasi dunia, walaupun orang Maybrat, Imian, Sawiat sudah sejak 5 ± 6 dasa warsa yang lalu (yaitu masih dalam zaman Hamah Sagrim 244 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT pemerintahan Hindia ± Belanda) mengenal uang. Banyak hal, seperti berbagai peralatan masa kini, makanan dan minuman dalam kaleng, dan tembakau, telah merka beli dengan uang. Namun daging yang mereka beli dari produk (jadi tidak di toko atau kedai) seringkali masing-masing dibayar denagn kain timur, dan upah pun kadang-kadang dibayar dengan uang, walau sebelumnya selalu dibayar upah dengan kain timur ± boo. Dalam pertemuan-pertemuan antar pedagang di pasar, di tempat-tempat lain di Indonesia, kita sering melihat kegiatan bermain judi. Di daerah Maybrat, Imian, Sawiat, berjudi dengan kain timur ± boo ± sebagai taruhannya, tak jarang menimbulkan akibat-akibat yang negatif seperti yang terurai diatas. 10. Larangan dan Munculnya Kembali Pertukaran Kain Timur ± samiya boo ± di Daerah Maybrat, Imian, Sawiat. Ketika pemerintah Hindia ± Belanda kembali ke Manokwari seusai perang pasifik, dan menguasai penduduk daerah kepala burung, muncul gagasan pada penguasa untuk menghapuskan aktivitas pertukaran kain timur ± semya boo ± yang dalam zaman jepang meningkat secra ekstrem dan mengganggu keamanan serta menghambat laju pembangunan di daerah kepala burung, terutama daerah Maybrat, Imian, Sawiat. Setelah pemerintah Hindia-Belanda menelitinya dengan seksama, dan laporan-laporan mengenai aktivitas tersebut di laporkan (Galis 1955 ± 56; Bruyn 1957; Dubois 1960), suatu kampanye penerangan yang menggunakan seuab ceritera keramat dalam mitologi penduduk asli yang mengisahkan bahwa zaman bahagia yang sesungguhnya bagi umat manusia akan segera tiba, apabila mereka dapat mengundang kembali nenek moyang itu kembali apabila manusia sanggup menahan diri, terhadap keserakahan serta godaan nafsu, mau menang sendiri dan merugikan orang lain. Maka untuk memudahkan kembalinya nenek moyang segala benda dan harta kekayaan sebaiknya dibuang. Sambutan penduduk asli, terutama golongan kaum muda, di daerah Ayamaru, Aitinyo, Aifat, Tehit, dan Sedorfayo terhadap anjuran pemerintah itu sangat baik sehingga ketika pemerintah Hindi ± Belanda dalam tahun 1957 memberi perintah untuk mengumpulkan semua kain timur ± boo ± yang ada untuk didaftar atau disita, banyak orang Maybrat, aktif turut mencari dan membujuk dan bahkan memaksa golongan tua serta orang-orang yang kaya untuk menyerahkan kain timur ± boo ± mereka. Sebenarnya ini merupakan suatu pelanggaran besar yang dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda Hamah Sagrim 245 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Pada waktu itu, karena mereka berusaha menghapuskan warisan budaya orang Maybrat, Imian, Sawiat, dengan cara memusnahkan atau membakar semua kain timur ± boo- yang merupakan nilai adat tertinggi bagi orang Maybrat, Imian, Sawiat. Hal ini merupakan penjajahan yang memilukan serta sangat mematikan karakter budaya orang lain. Sebenarnya saat ini orang Maybrat, Imian, Sawiat, harus menuntut kompensasi sebagai ganti rugi kepada pemerintah Hindia Belanda atas pemusnahan budaya mereka pada waktu itu. Walaupun dengan ceritera itu, beribu lembar kain timur ± boo - berhasil disita, dan kemudian dibakar, masih banyak orang Maybrat, Imian, Sawiat yang masih menyembunyikannya. Setelah peristiwa itu, selama beberapa waktu, yaitu sampai akhir pemerintah Hindia ± Belanda dalam tahun 1962, aktivitas pertukaran kain timur ± boo ± yang mana tidak hanya masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, yang dimusnahkan habis, melainkan juga diseluruh daerah kepala burung seakan-akan semuanya menjadi hilang hampir musnah seluruhnya, akan tetapi secara terbatas masih ada pada upacara-upacara tertentu, seperti perkawinan dan kematian, karena benda-benda itu dianggap sebagai benda-benda keramat yang mengandung kekuatan sakti yang berfungsi dalam upacara-upacara keagamaan. Dalam hubungan itu pemerintah Belanda mengizinkan penggunaan kain timur ± boo ± yang telah didaftar dan dicap terlebih dahulu, setelah pihak-pihak yang bersangkutan mengajukan permohonan khusus. Sayangnya setelah pemerintahan di Papua yang sebelumnya Irian Jaya di ambil alih oleh pemerintah Indonesia, aktivitas-aktivitas sosial budaya penduduk pada umumnya dan penduduk Maybrat, Imian, Sawiat pada khususnya tidak difahami, dan didorong keinginan untuk mengeruk untung dengan cara yang mudah, beberapa pedangang yang berasal dari Makasar, Bugis, dan Jawa mengimpor kain timur ± boo ± kelas ³C´ seperti boerim, bain, kasuban, han dan lain-lain ke daerah Maybrat, Imian, Sawiat yang mereka jual dengan harga yang cukup tinggi. Dengan demikian kain timur ± boo ± mulai beredar lagi di daerah Maybrat, Imian, Sawait dan beberapa perdagangan kain timur ± boo ± yang bernilai tinggi. Sebenarnya upaya pemberantasa peredaran kain timur ± boo ± bila dipandang dari ilmu psikologi, merupakan penurunan harkat martabat orang Maybrat, Imian, Sawiat, karena motivasi orang turut dalam perdagangan dan peredaran kain timur ± boo ± dalam kebudayaan penduduk daerah Maybrat, Imian, Sawiat yang merupakan suatu hasrat manusia untuk menaikkan martabat dan gengsi atau motivasi manusia untuk berspekulasi untuk menjadi Hamah Sagrim 246 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT kaya dengan berjudi kain menjadi runtut dengan merujuk pada orang kecil (raa kinyah), yang mana hal itu terjadi karena seorang bobot adalah orang yang memiliki banyak kain timur (boo) akan tetapi seorang bobot itu akan menjadi rakyat kecil (raa kinyah) karena sudah tidak memiliki kain (boo) yang berkelas. Hal semacam ini dapat disamakan dengan istilah ekonomi dengan meminjamkan istilah kata dalam ilmu ekonomi yang disebut (bangkrut), yaitu seseorang yang tadinya dianggap kaya dengan harta sebagai tolok ukur atau barometernya akan dipandang sebagai orang jelata atau orang kecil ketika ia jatuh bangkrut. Demikian seorang bobot akan menjadi seperti seorang kaya yang bangkrut. Walaupun hingga kini banyaknya kain timur ± boo ± tenunan, orang Maybrat, Imian, Sawiat menganggapnya sebagai bahan yang nilainya kecil (bo ro tna sei), dan mereka lebih menerima kain timur ± boo ± yang semenjak dulu sudah di pakai yaitu dengan pengertian mereka bahwa kain timur ±boo- yang umurnya tua mempunyai nilai lebih tinggi ketimbang yang berumur muda, karena untuk boo yang walaupun sudah berabat tahun, tetapi umurnya itulah yang memberikan suatu nilai tertinggi dan semakin menjadi tolok ukur utama nilainya. Berikut lihat gambar jenis kain timur: Gambar: jenis kain timur kelas 2 (boo toba) Hamah Sagrim 247 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT 11. Perdaganagan Kain Timur ± feyah boo ± rura ± m¶fou gu ano 1. Perdagangan tradisional di daerah maybrat imian sawiat. Perdagangan tradisional antar klen orang Maybrat, Imian, Sawiat (Feah Boo, Rura, Mfou Guano) merupakan aktivitas yang umum dalam kehidupan mereka. Dalam masyarakat-masyarakat di daerah maybrat, Imian, Sawiat, berdagang tidak hanya berarti tukar menukar barang yang kurang diperlukan dengan benda-benda lain yang tidak diperlukan (Guwiat) atau kemudian pertukaran barang yang sangat diperlukan dengan benda-benda yang melambangkan ukuran nilai tertentu, tetapi didorong oleh keinginan untuk memperbesar rasa solidaritas antara orang-orang yang saling bertukar-tukaran kain timur (feah Boo) atau karena keinginan kedua belah pihak untuk menaikkan gengsi dengan memberikan kain timur yang lebih berharga daripada yang diterimanya. Gejala pertukaran kain timur seperti itu dibedakan atas 3 bagian besar sebagaimana yang lazim dilakukan, yaitu : 2. Feah Boo Feah boo adalah pemberian kain timur kepada saudara atau saudari untuk menyelesaikan persoalan seperti denda masalah (Bo hlat, Boke) atau membayar maskawing (Boyi). Pemberian atau pertukaran kain timur seperti ini feah boo selalu diadakan suatu kesepakatan bahwa yang dibantu akan bertanggung jawab untuk mengembalikan kain timur (Boo) yang serupa plus ditambahkan dengan beberapa kain timur (Boo) sebagai bunga. Pengembalian ini biasa disebut Tho Boo atau masi bah, atau juga Me Fe Too, bergantung besar kecilnya keterlibatan klen yang ikut merasakan pertukaran kain timur itu. 3. mfou gu ano Mfou gu ano merupakan aktivitas orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang mana mfou gu ano berarti kerabat dari mempelai perempuan memberi bantuan kain timur kepada kerabat mempelai laki-laki melalui isteri mempelai laki-laki dengan perjanian tertentu atau sebagai suatu pinjaman yang mana suatu saat nanti akan dikembalikan dengan porsen beberapa kain sebagai imbalan dan ucapan terima kasih. Model ini sangat lazim dilakukan oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat, semenjak dulu hingga saat ini. Tho Boo pengembalian kain dalam jumlah klen kecil sebagai penghargaan. Hamah Sagrim 248 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Masibah Me fe too pengembalian kain timur dalam jumlah klen yang besar pengembalian kain timur dalam jumlah klen yang lebih dari besar (melibatkan semua klen). B.8. Pemimpin Tradisional Pria Berwibawa Bobot ± Big Man 1. Konsep Besar Pria Berwibawa - bobot a. Asal-usul Perkembangan Konsep Konsep pria berwibawa atau Big Man yang di gunakan oleh para ahli antropologi untuk menamakan para pemimpin politik tradisional di daerah ± daerah kebudayaan Oseania, khususnya di Melanesia, sesungguhnya berasal dari terjemahan bebas terhadap istilah-istilah lokal yang digunakan oleh penduduk setempat untuk menamakan orang-orang penting dalam masyarakatnya sendiri. Karangan yang membahas sejarah pemakaian konsep tersebut, di tulis oleh L. Lindstrom (1981:900-905), menunjukkan bahwa sejarah perkembangan kata Big Man dari vokabuleri sehari-hari menjadi konsep ilmiah mengalami suatu peoses yang lama. Selama abad ke-19 dan sampai pertengahan abad ke-20, para peneliti di daerah kepulauan Melanesia selalu menggunakan konsep chief, penghulu atau kepala suku, untuk menamakan para pemimpin pada masyarakat yang mereka deskripsikan. Konsep chief itu kemudian tidak digunakan lagi oleh karena makna yang terkandung di dalam konsep tersebut tidak tercermin dalam system kepemimpinan banyak masyarakat di Melanesia dan di gantikan dengan berbagai konsep lain, misalnya influential man (Powdermarker 1944:41), Head Man (Williams 1936:236; Hogbin 1952: Index; 1964:62; Belshaw 1954: 108; Pospisil 1963:48), Center Man (Hogbin 1939:62), strong Man (Bendt 1969:335; Du Toit 1975:385), manager (Burridge 1969:38, 1975; Scheffler 1965:22), magnate (Chowing and Goodenough 1965-66:454), Direktor atau executive (Salisbury 1964:236), dan tentusaja big man. Pada tahun 1950-an dan 1960-an, terjadi persaingan antara istilah-istilah tersebut untuk mendapat tempat dalam khazanah istilah ahli antropologi dan dalam situasi persaingan itulah lambat laun muncul istilah big man sebagai konsep tipikal antropologi yang diterima secara luas untuk menandakan suatu tipe atau sistem kepemimpinan yang ciri-ciri dasarnya berlawanan dengan ciri-ciri dasar pada sistem kepemimpinan chief. Hamah Sagrim 249 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Konsep big man sendiri sebenarnya sudah digunakan lama sebelumnya, misalnya oleh M. Mead, dalam karyanya, sex and Temperament in Three Primitive Societies (1935:326), namun peralihannya dari bahasa umum (common parlance) menjadi bahasa antropologi sangat lamban. Konsep tersebut baru menjadi konsep resmi dan dimuat dalam lexikon antropologi melalui karya M.D. Sahlins, yang terkenal dan selalu dikutip itu, ³Por Man, Rich Man, Big Man, Chief´ (1963) dan kemudian diperkuat oleh K. Burridge, melalui karyanya, ³The Melanesian Manager´, yang dipersembahkan untuk mengenang seorang tokoh antropologi politik E.E. Evans-Pritchard (1975:86-104). b. Sistem Kepemimpinan Tradisional Orang Maybrat Imian Sawiat Dengan Tipe Sistem Kepemimpinan. Dalam kebinekaan kebudayaan di Maybrat, Imian, Sawiat terdapat pula kebinekaan dalam organisasi sosial dan khususnya dalam sistem-sistem kepemimpinannya. Dari karangankarangan etnografi mengenai kebudayaan suku-suku bangsa di Maybrat, Imian, Sawiat dapat disusun suatu tipologi mengenai sistem kepemimpinan tradisional yang dapat dibagi kedalam 2 tipe, yaitu 1) tipe pria berwibawa dan 2) tipe raja. Untuk menyusun suatu tipologi, penulis meminjam model tipologi yang dikembangkan oleh M.D. Saklins dalam karangannya big man, chief man (1963). Dalam karangan itu, Saklins mengajukan suatu model analisis politik tradisional di daerah kepulauan Oseania, yang berbentuk suatu kontinuum dengan dua kutub, pada satu kutub terdapat sistem kepemimpinan yang disebut big man, yang dalam bahasan Indonesia sebainya kita terjemahkan dengan pria berwibawa, dan pada ujung kutub yang lain, terdapat sistem kepemimpinan yang disebut chief atau ³raja´. Menurut Saklins perbedaan pokok dari kedua sistem, kepemimpinan tersebut terletak pada cara memperoleh kekuasaan. Jika pada sistem kepemimpinan pria berwibawa posisi atau kedudukan pemimpin diperoleh melalui achievement, atau upaya pencapaian maka penduduk pemimpin pada sistem kepemimpinan raja diperoleh melalui aseribement, atau pewarisan. Selanjutnya, dalam karangan yang sama, Saklins berpendapat bahwa penduduk daerah kebudayaan Melanesia hanya mempunyai satu sistem kepemimpinan tradisional saja, yaitu tipe kepemimpinan pria berwibawa. Sebaliknya, penduduk daerah polinesia hanya mengenal tipe kepemimpinan raja. Pernyataan Saklins ini tentu saja tidak benar, karena dari hasil-hasil studi para ahli antorpologi lain di daerah Oseania, terbukti di daerah kebudayaan Melanesia Hamah Sagrim 250 Tipologi 2 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT kepemimpinan raja seperti (orang Brokol, orang Mekeo, orang Buin, dan orang Trobriand di Papua Newguini) ada juga sementaradi Papua barat, yaitu orang Kaimana, orang Fak-fak, penduduk kepulauan Raja ampat dan orang Ayamaru. Apabila kita menerapkan model kontinuum yang diajukan oleh Saklins, terdapat data etnografi tentang penduduk Papua barat, khususnya data tentang sistem kepemimpinan tradisionalnya, maka penduduk Papua barat khususnya orang Maybrat, orang Imian, orang Sawiat, dapat kita golongkan kedalam 2 tipe masyarakat seperti yang tersebut di atas. Di bawah ini akan dibuat suatu deskripsi umum tentang 2 tipe kepemimpinan tersebut dan masyarakat penduduknya. c. Sistem Kepemimpinan Pria Berwibawa ± bobot Ciri umum dari tipe masyarakat dengan sistem kepemimpinan pria berwibawa seperti telah disebutkan di atas adalah kedudukan pemimpin yang diperoleh melalui upaya pencapaian. Sumber kekuasaan dalam tipe kepemimpinan ini adalah kepemimpinan pribadi seseorang yang berwujud nyata dalam keberhasilan ekonomi (kaya-bobot). Kepandaian berdiplomasi, dan berpidato, keberanian memimpin perang, memiliki tubuh yang cukup dan tegap, serta memiliki sifat murah hati. Ciri lain tipe kepemimpinan ini ialah bahwa seluruh kekuasaan dijalankan oleh pemimpin sejati itu secara otonomi tunggal yesait kar dalam bahasa Maybrat. Orang-orang yang termasuk dalam tipe ini adalah orang Maybrat, rang Imian, orang Sawiat, orang Muyu, orang Naglum, orang Dani, orang Asmat, orang Mek. d. Sistem Kepemimpinan Raja Tipe masyarakat yang kedua, yaitu yang termasuk mendukung sistem kepemimpinan raja, bercirikan pewarisan kedudukan pemimpin dari orang tua pada anak pria yang sulung, akan tetapi bila anak sulung itu tidak mampu mewarisinya karena ia tidak memenuhi syarat-syarat yang ditunjuk untuk jabatan tersebut, maka salah seorang adiknya atau seorang saudara ayahnya yang memenuhi syarat-syarat kepemimpinannya dapat memperoleh kedudukan tersebut. Dengan demikian hak kekuasaan selalu dipertahankan dan diwariska di dalam rangka kelompok kekerabatan besar, seperti klen, melalui sistem pewarisan. Ciri lain yang sangat penting dalam sistem kepemimpinan raja adalah adanya birokrasi. Bentuk dari birokrasi ini adalah seperti yang oleh Max Weber disebut birokrasi tradisional, yang berperan sebagai mesin politik, di dalamnya terdapat pegawai tiap pegawai mempunyai tugas Hamah Sagrim 251 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT tertentu, seperti mengurus masalah-masalah yang berkaitan dengan upacara ritual, atau yang mengurus masalah keamanan. Masyarakat tipe kepemimpinan raja di Papua terdapat di Ayamaru, Tehit, kepulauan Raja Amapat, daerah semenanjung Onim (Fak-fak) dan di daerah Kaimana. Kalau kita perhatikan letak daerah-daerah itu, merupakan daerah lintas budaya antara kebudayaan Maluku di satu pihak dan kebudayaan-kebudayaan Papua di pihak lain. Penduduk di daerah lintas budaya tersebut dalam sejarah, telah lama mempunyai hubungan perdagangan dengan penduduk di kepulauan Maluku, yang terletak di sebelah baratnya. Melalui hubungan itu, terjadilah proses pengambil alihan unsur-unsur kebudayaan tertentu, termasuk unsur sistem kepemimpinan oleh penduduk lintas budaya itu dari penduduk kepulauan Maluku. Unsur-unsur kebudayaan yang diambil alih itu kemudian diolah sesuai dengan kebudayaan setempat, dan dibudayakan menjadi pranata sendiri, seperti yang diuraikan dalam karangan-karangan etnografi (Pouwer 1955; Lochem 1963; Cator 1942; Mansoben 1982). Itulah sebabnya kerajaan-kerajaan di Papua mirip benar dengan bentuk susunan dari beberapa kesultanan di kepulauan Maluku, terutama di Ternate dan Tidore (Fraassen 1980; Mansoben 1982). e. Konsep Pria Berwibawa ± bobot Konsep pria berwibawa atau Big Man yang di gunakan oleh para ahli antropologi untuk menamakan para pemimpin politik tradisional di daerah ± daerah kebudayaan Oseania, khususnya di Melanesia, sesungguhnya berasal dari terjemahan bebas terhadap istilah-istilah lokal yang digunakan oleh penduduk setempat untuk menamakan orang-orang penting dalam masyarakatnya sendiri. Karangan yang membahas sejarah pemakaian konsep tersebut, di tulis oleh L. Lindstrom (1981:900-905), menunjukkan bahwa sejarah perkembangan kata Big Man dari vokabuleri sehari-hari menjadi konsep ilmiah mengalami suatu peoses yang lama. Selama abad ke-19 dan sampai pertengahan abad ke-20, para peneliti di daerah kepulauan Melanesia selalu menggunakan konsep chief, penghulu atau kepala suku, untuk menamakan para pemimpin pada masyarakat yang mereka deskripsikan. Kemudian kita akan menggunakannya untuk mendeskripsikan pria berwibawa di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, Papua yang disebut bobot. Hamah Sagrim 252 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Konsep chief tidak digunakan dalam konsepe pria berwibawa di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, oleh karena makna yang terkandung di dalam konsep tersebut tidak tercermin dalam system kepemimpinan banyak masyarakat di Maybrat, Imian, Sawiat dan di gantikan dengan konsep bobota atau big man, seperti konsep lain yang digunakan untuk penamaan diwilayah Melanesia misalnya influential man (Powdermarker 1944:41), Head Man (Williams 1936:236; Hogbin 1952: Index; 1964:62; Belshaw 1954: 108; Pospisil 1963:48), Center Man (Hogbin 1939:62), strong Man (Bendt 1969:335; Du Toit 1975:385), manager (Burridge 1969:38, 1975; Scheffler 1965:22), magnate (Chowing and Goodenough 1965-66:454), Direktor atau executive (Salisbury 1964:236), dan tentusaja big man. Pada tahun 1950-an dan 1960-an, terjadi persaingan antara istilah-istilah tersebut untuk mendapat tempat dalam khazanah istilah ahli antropologi dan dalam situasi persaingan itulah lambat laun muncul istilah big man sebagai konsep tipikal antropologi yang diterima secara luas untuk menandakan suatu tipe atau system kepemimpinan yang cirri-ciri dasarnya berlawanan dengan cirri-ciri dasar pada system kepemimpinan chief. Konsep big man sendiri sebenarnya sudah digunakan lama sebelumnya, misalnya oleh M. Mead, dalam karyanya, sex and Temperament in Three Primitive Societies (1935:326), namun peralihannya dari bahasa umum (common parlance) menjadi bahasa antropologi sangat lamban. Konsep tersebut baru menjadi konsep resmi dan dimuat dalam lexikon antropologi melalui karya M.D. Sahlins, yang terkenal dan selalu dikutip itu, ³Por Man, Rich Man, Big Man, Chief´ (1963) dan kemudian diperkuat oleh K. Burridge, melalui karyanya, ³The Melanesian Manager´, yang dipersembahkan untuk mengenang seorang tokoh antropologi politik E.E. Evans-Pritchard (1975:86-104). f. Ciri-ciri Pria Berwibawa ± bobot Konsep Big Man atau pria berwibawa - bobot, digunakan untuk satu bentuk tipe kepemimpinan politik yang diciri oleh kewibawaan (authority) atas dasar kemampuan pribadi seseorang untuk mengalokasi dan merealokasi sumber ± sumber daya yang penting untuk umum (Sahlins 1963; Claessen 1984 dalam Van Bakel et al; 1986:1). Sifat pencapaian demikian menyebabkan adanya pendapat bahwa ciri terpenting dari seseorang yang menjadi Big Man adalah seseorang yang dengan kecakapannya memanipulasi orang-orang dengan sifat pencapaian Hamah Sagrim 253 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT (achievement) system ini merupakan ciri ketidak stabilannya, seperti yang selalu dikhawatirkan apakah berasal dari dalam atau luar (Van Bakel et al. 1986:3). Implikasi ketidak stabilan system yang didasarkan pada prinsip pencapaian ini yang dikemukakan oleh Van Bakel et al. ialah terbukanya kesempatan yang samabagi setiap anggota masyarakat, terutama kaum pria yang sudah dewasa menurut ukuran masyarakat yang bersangkutan, untuk bersaing merebut kedudukan pemimpin. Pria berwibawa merupakan mikrokosmos dari masyarakatnya dan oleh karena itu status pria berwibawa menjadi pokok perhatian dari setiap orang dalam masyarakat. Menurut A. stratheren (1979:214) ada dua arena yang digunakan untuk merebut kedudukan pria berwibawa. Dua arena itu adalah hubungan intern dan hubungan eksteren. Hal yang dimaksudkan dengan hubungan interen adalah usaha seseorang untuk memperoleh dan meningkatkan pengaruh serta keunggulannya di dalam klen sendiri. Sedangkan hubungan eksteren diartikan sebagai keberhasilan seseorang untuk menjalani hubungan dengan pihak-pihak luar yang terdiri dari sekutu,bekas musuh dan hubungan antara pria berwibawa. Pada umumnya individu ± individu yang berhasil di dua arena tersebut diakui sebagai pria berwibawa utama dan yang dapt menduduki posisi superior untuk bertahun-tahun lamanya. Ciri umum lain yang biasanya digunakan untuk membedakan system politik pria berwibawa dari system-sistem politik yang lain adalah bahwa pada system pria berwibawa tidak terdapat organisasi kerja dengan pembagian tugas di antara para pembantu pemimpin. Bahwa penduduk di Melanesia terbentuk dari kesatuan-kesatuan social itu secara politik maupun ekonomi berdiri sendiri-sendiri. Kondisi semacam itu, menurut K.E. Read (1959:425), rupanya tidak memberikan peluang bagi tumbuhnya prinsip birokrasi pada system pria berwibawa di Melanesia. Ciri ± ciri kepemimpinan pada system pria berwibawa seperti tersebut diatas menyebabkan S. Epstein, menamakan orang yang berhasil untuk masuk dan berperan sebagai pemimpin dalam arena kepemimpinan pria berwibawa, ³a well-rounded political expertise man´ atau ahli politik sejati (1972:42) dan D. Riesman, (1950) serta K.E. Read (1959:425), menamakan orang demikian autonomous leader atau pemimpin tunggal. Telah dikemukakan di atas bahwa prinsip dasar dari system pria berwibawa adalah achievement berdasarkan kwalitas kemampuan perorangan. Studi ± studi etnografi tentang pria berwibawa menunjukkan bahwa atribut-atribut yang digunakan sebagai tolok ukur untuk Hamah Sagrim 254 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT mengukur kemampuan seseorang agar menjadi pemimpin, menurut kebanyakan penulis dan seperti yang disimpulkan oleh A. Chowing (1979:71), adalah kekayaan, suatu wujud nyata kemampuan di bidang ekonomi. Sungguhpun kekayaan merupakan atribut yang sangat penting, namun kedudukan pemimpin tidak dapat dicapai melalui kekayaan saja. Atribut lain yang harus dimiliki pula ialah sikap bermurah hati. Sikap tersebut harus dinyatakan melalui tindakan nyata, seperti misalnya membagi-bagi kekayaan kepada orang lain (redisitribusi), lewat sumbangansumbangan dan hadiah-hadiah pada saat adanya pesta perkawinan, upacara ritual atau pesta adat lainnya. Di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, Papua, terkenal dengan istilah bobot-big manseoragn bobot memiliki atribut-atribut yang telah diuraikan sebelumnya diatas. Perbuatan memberikan sumbangan atau hadiah kepada orang lain disebut oleh M. Mauss, adalah gift. Gift atau pemberian itu secara tidak langsung membentuk suatu ikatan antara dua pihak, ialah pihak pemberi dan pihak penerima. Mauss, selanjutnya berpendapat bahwa pemberian itu mengandung apa yang disebut olehnya sendiri total presentation (1924:227), bahkan menurut kami perbuatan memberi ini adalah suatau metode yang digunakan oleh seseorang dengan tujuan mengangkat gengsi atau dengan melakukannya demikian maka ia akan dihormati, orang seperti ini bagi kami disebut dengan respect man. Seorang respect man memiliki latar belakang yang sama dengan seorang bobot atau big man. Seorang respect man adalah seseorang yang pada awalnya menjual diri melalui cara memberi, melayani dan menolong sesamanya hingga semakin lama ia semakin dihargai sebagai orang yang berwibawa. Respect man tidak diperoleh melalui cara pemberian materiil, tetapi ia secara baik memberikan kesan hidup, sifat, berdiri sebagai seorang figure, atau dikenal sebagai pemimpin terhormat diwilayahnya dengan ekonomi atau kekayaannya yang begitu besar. Hal ini serupa dengan yang dimaksud Mauss, dengan total ptestation, adalah bahwa selain bentuk nyata dari benda (objek) yang diberikan, terkandung pula di dalamnya unsure-unsur lain berupa unsur ekonomi, unsur religi, unsur hokum, unsur keindahan dan unsur politik. Secara keseluruhan semuanya itu membentuk kekuatan pengikat dan sekaligus merupakan kekuatan pendorong bagi pihak penerima untuk melakukan sesuatu kembali secara langsing atau tidak langsung dalam bentuk benda atau jasa kepada pihak pemberi. Dilihat dari segi politik, pemberian dalam bentuk apapun merupakan modal bagi pihak pemberi untuk meningkatkan pendukung, supporters, guna mencapai tujuan politiknya. Makin Hamah Sagrim 255 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT banyak orang yang diberikan hadiah dan makin banyak yang mendapat bantuan, semakin kuat pula kedudukan politik pihak pemberi. Pemberian yang digunakan untuk kepentingan politik tertentu itulah yang menyebabkan F.G. Bailey (1971) menamakan pemberian sebagai ³racun´ bagi pihak penerima dan J. Van Baal, mengkontatir pemberian sebagai sesuatu yang kadangkadang berbahaya bagi masyarakat (1975:23). Perbuatan memberikan terus menerus hadiah atau sumbangan secara sepihak dapat menyebabkan terbentuknya suatu hubungan ketergantungan yang bersifat asymetrik, menyerupai hubungan patron-klien, dimana pihak pemberi berperan sebagai patron, sedangkan pihak penerima adalah kliennya. Dalam system kepemimpinan pria berwibawa, hubungan semacam ini sangat penting, sebab seorang pria berwibawa dapat memanipulai kekayaan dan keunggulan-keunggulan lain yang dimilikinya untuk memperoleh dukungan dan simpati dari para peneima bantuan. Kekayaan dalam system kepemimpinan pria berwibawa sekaligus mempunyai nilai simbolik dan nilai nyata. Nilai simbolik melambangkan kekuasaan yang terkandung di dalamnya dan nilai nyata mengacu pada benda atau harta itu sendiri. Itulah sebabnya kekayaan digunakan sebagai alat pengabsahan kekuasaan (Cohrance 1970:5). Syarat-syarat lain yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin pria berwibawa agar para pendukung setia kepadanya menurut Sahlins (1968:164), ialah bahwa ia harus menunjukkan kecakapan-kecakapan tertentu, misalnya pandai bertani, panda berburu, pandai berdiplomasi dan panda berpidato, memiliki kekuatan magis, panda memimpin upacara-upacara ritual dan berani memimpin perang. Berbagai atribut yang diberikan kepada seorang pria berwibawa seperti tersebut diatas seringkali menyebabkan adanya kesamaan umum, seolah-oalah seorang big man harus memiliki semua atribut tersebut. Banyak contoh etnografi menunjukkan pula bahwa tidak mutlak semua atribut tersebut harus dimiliki oleh seseorang agar menjadi pemimpin di dalam system pria berwibawa. Di samping itu, data etnografi menunjukkan pula bahwa ada perbedaan penekanan pada atribut-atribut tertentu yang dianggap penting antara masyarakat satu dan masyarakat yang lain. Dengan perkataan lain ada perbedaan dalam tata urut hierarkis dari atribut-atribut tersebut, Hamah Sagrim 256 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT misalnya dalam masyarakat A atribut X menduduki tempat pertama dalam urutan hierarkis sedangkan dalam masyarakat B bukan atribut X tetapi atribut Y yang paling penting. Demikian secara empiris, unsur-unsur yang merupakan atribut bagi pemimpin pria berwibawa itu berkaitan sangat erat satu sama lain sehingga sulit untuk dipisah-pisahkan, namun secara analisis pembagian berdasarkan urutan pentingnya atribut-atribut itu dapat dilakukan. Menurut hemat kami, pembagian tersebut penting, sebab memberikan pengertian yang lebih tajan tentang corak-corak khas dalam system kepemimpinan pria berwibawa. Sepanjang pengetahuan penulis, hal ini belum perna dilakukan oleh para ahli antropologi sehingga timbul pendapat bahwa tipe kepemimpinan pria berwibawa itu sama dalam masyarakat yang berbedabeda. Pendapat demikian tentu saja selain mengaburkan pengetahuan kita tentang system kepemimpinan tersebut, juga menyebabkan tumbuhnya sikap ³sudah tahu´ pada diri kita dan menyebabkan kita tidak berminat untuk mencari lebih jauh tentang mekanisme-mekanisme yang mendasarinya. Sebaliknya jika kita membuat suatu para digma tentang sifat-sifat yang merupakan sifat pokok pada masyarakat-masyarakat yang berbeda, maka akan terbukalah perspektif baru bagi kita untuk bertanya apa yang menjadi dasar persamaan atau perbedaan itu dan sekaligus kita berusaha untuk mncari jawabannya. g. Tipe-tipe Pemimpin Pria Berwibawa ± bobot . Betolak dari dasar pemikiran tersebut diatas dan atas dasar pengamatan penulis sendri di lapangan maupun kajian-kajian sendii mengena studi tentang kerangan-karangan etnografi yang membicarakan sistem kepemimpinan pria berwibawa di Wes Papua, maka sistem kepemimpinan ini dapat dibagi menurut dua bentuk. Bentuk pertama adalah pemimpin yang di dasarkan atas kekayaan harta, pemimpinnya disebut pemimpin pandai berwiraswasta, dan bentuk kedua adalah kepemimpinan yang didasarkan atas keberanian memimpin perang, pemimpinnya disebut pemimpin perang. h. Pemimpin Pria Berwibawa Berdasarkan Kemampuan Berwiraswasta. Sub-bab ini diberi judul demikian berdasarkan dua alasan. Alasan pertama ialah alasan yang didasarkan atas pendapat sejumlah ahli antropologi, sedangkan alasan kedua didasarkan atas pendangan pendukung sistem kepemimpinan tersebut itu sendiri. Hamah Sagrim 257 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Alasan pertama, pendapat dari pihak ahli antropologi, contohnya, berasal dari F. Barth (1963:6) yang berpendapat, bahwa tindakan-tindakan seorang pemimpin pria berwibawa dapat disamakan dengan seorang enterpreneur atau sorang wiraswasta. Seorang pria berwibawa dapat mengakumulasi sumber-sumber daya tertentu dan memanipulasi orang-orang utnuk mencapai tujuannya. Menurut Barth, tujuan di sini dapat berupa kekayaan, kedudukan, dan prestise. Pendapat lain berasal dari Thoden Van Velsen. Menurut ahli ini, sifat interaksi antara para pemimpin pria berwibawa adalah sama dengan interaksi antara para pengusaha, sebab sering terjadi tawar-menawar antara mereka bahkan kadang-kadang mereka sengaja untuk saling mengalahkan atau menghancurkan midal pihak lawannya. Interaksi tersebut menentukan struktur dari pollitical field (Thoden van Velsen 1973:597). Pollitical field di sini adalah para pemeran yang secara langsung terlibat di dalam proses politik. Kecuali dua pendapat tersebut, terdapat pula beberapa pendapat lain yang berasal dari ahli-ahli antropologi yang secara langsung melakukan penelitian di derah kebudayaan Melanesia. Tempat terdapatnya sistem pemimpin pria berwibawa. Pada umumnya para peneliti itu menyamakan seorang pria berwibawa dengan seorang pengusaha wiraswasta (lihatlah misalnya karangan-karangan dari strathern 1974:255; Burrigde, 1975:86; Sheffler 1965:22; Elmberg 1968; Pouwer 1957). Selanjutnya dibawah ini saya muat dua buah contoh alasan berdasarkan pendapat masyarakat pendukung sistem itu sendiri. Contoh pertama berasal dari orang Me (Kapauku).¹ dalam studinya tentang orang Me (Kapauku), L. Pospisil mencatat kata-kata yang diucapkan oleh para informannya terhadap seorang warganya yang mempunyai potensi untuk menjadi pemimpin pria berwibawa, tetapi tidak berhasil, sebagai berikut: ´dia adalah salah satu dari orang-orang bodoh yang tidak mengerti urusan dagang, sebab ia dapat menjadi tonowoi, pemimpin, tetapi karena ketolololannya ia tidak meningkatkan kekayaannya melainkan ia memboroskannya´ (1958:79). Contoh kedua berasal dari orang Maybrat. Seorang informan dari J. Pouwer mengatakan bahwa seorang yang dapat menjadi pemimpin politik pada orang maybrat adalah orang yang pandai berdagang. Ucapan di atas ini kemudian dilukiskan dengan contoh berikut: ´dia menjual sauger (tuak)-nya dengan harga setalen, uang setalen itu diberikan kepada ipar-ipar-nya. Ia Hamah Sagrim 258 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT menerima kembali dari ipar-nya dua talen (50 sen). Uang 50 sen itu diberikan kepada ipar-nya yang lain. Darinya ia menerima ´ Kembali satu rupiah. Demikian uang setalen itu berdar terus sampai mencapai 25 rupiah. Jika ada orang yang berhasil seperti ini, maka ia dapat di sebut bobot, ´pemimpin´ (Pouwer 1957:312). Lebih lanjut sikap mencari keuntungan yang biasanya terdapat pada seorang pengusaha pada umumnya, dikenal juga oleh orang maybrat seperti yang terungkap di dalam kata-kata berikut: ´seorang pemimpin adalah orang yang pandai memperlakukan barang dagangan, dalam hal ini kain timur jenis ru-ra, seperti burung yang terbang dai dahan ke dahan untuk membawa keuntungan´ (Elmberg 1968; Kamma 1970; Schoorl 1979:178, 208; Miedema 1986:31). Contohcontoh diatas kiranya cukup memberikan penjelasan mengapa saya menyamakan seorang pemimpin politik pria berwibawa ata big man dengan seorang yang mempunyai keterampilan berwiraswasta. Deskripsi-deskripsi tentang orang Maybrat, orang Me dan orang Muyu di bawah memberikan penjelasan yang lebih terinci tentang seorang pemimpin yang menggunakan kekayaan sebagai sumber kekuasaannya. i. Pemimpin Pria Berwibawa Berdasarkan Kemampuan Memimpin Perang Sub-sub ini diberi judul demikian karena pada kelompok-kelompok etnik tertentu di west Papua yang mendukung sistem politik pria berwibawa aktivitas perang meupakan fokus kebudayaannya sehingga selalu dibutuhkan orang-orang tertentu yang memiliki keberanian untuk menjadi pemimpin masyarakat. Sifat berani ini mengandung dua unsur agresif dan unsur orator. Kedua unsur tersebut berkaitan erat satu dengan yang lain. Unsur agresif terwujud dalam bentuk pernah membunuh orang lain, biasanya dari pihak musuh pada waktu perang, atau pada waktu ekspedisi pengayauan kepala manusia. Kadang-kadang terjadi juga bahwa tindakan membunuh . Kecuali unsur agresif, unsur itu terjadi di dalam kelompok sendirirator atau pandai berpidato adalah juga merupakan syarat penting. Seorang pemimpin pada masyarakat yang berkebudayaan perang, harus memiliki pengetahuan dalam berbagai hal yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk disampaikan dalam Hamah Sagrim 259 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT pidato- Politik serta kadang-kadang sebagai pemimpin upacara-upacara keagamaan dibahas secara lebih luas pada sub-sub bab dibawah yang berjudul ´sistem kepemimpinan bobot´. Orangorang Eropa pertama mengunjungi daerah Maybrat, terdiri dari suatu tim ekspedisi pemetaan Belanda pada tahun 1908. walaupun sudah ada kontak pada waktu itu, namun Pemerintahan Belanda baru melaksanakan pemerintahan administratifnya atas daerah itu pada tahun 1924. sepuluh tahun kemudian yaitu pada tahun 1934, terbentuklah kampong-kampung yang pertama yang secara permanent didiami oleh orang Maybrat ataas usaha pemerintahan Hindia Belanda. Sebelumnya itu, orang Maybrat hidup secara terpencar dalam kelompok-kelompok kekerabatan kecil dan sering berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya mengikuti pola perladangan mereka yang berpindah-pindah. Pada tahun 1935, dibuka pusat pemerintahan Belanda yang pertama di Aitinyo dan di sekitar pusat pemerintahan tersebut, dibentuk beberapa kampung. Pembentukkan kampungkampung di sekitar danau, terjadi pada tahun 1950, dan tiga tahun kemudian (1953) kampungkampung terbesar diantara kampung-kampung yang telah dibentuk itu mendapat guru dan sekolah. __________________________________________ ¹Nama Me adalah nama yang sekarang di pakai untuk menggantikan nama kapauku yang digunakan oleh Leopold Pospisil, untuk menamakan golongan etnik yang mendiami di sekitar danau Paniai. Nama kapauku yang telah di kenal secara luas di kalangan ilmuwan lewat karangan Pospisil itu tidak di sukai oleh penduduk Me sendiri. Perasaan tidak suka pada nama Kapauku dinyatakan secara langsung dan tidak langsung melalui berbagai media dan kesempatan antara lain dalam seminar pemerintahan Desa di West Papua, yang diselenggarakan pada tahun 1986 di holandia (sekarang Jayapura). Penduduk sekitar danau paniai lebih senang menggunakan nama Me yang berarti manusia sejati untuk menamakan golongan etnik mereka. Itulah sebabnya dalam karangan ini penulis menggunakan nama Me sebagai pengganti nama Kapauku (lihat makalah sdr. R. Gobay, 1986). Penjelasan lebih lanjut lihat butir 3 bab III di bawah. ²istilah ipar adalah sebutan saudara laki2 isteri. Pemakaian istilah tersebut kadang digunakan juga untuk semua kerabat dari pihak isteri pada generasi Ego. Hamah Sagrim 260 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT j. Sistem Politik ± bobot Sebelum nama bobot muncul sebagai orang berwibawa di tengah-tengah kehidupan orang Maybrat, walaupun sudah ada semenjak keberadaan mereka, dikonstatir bahwa orang Maybrat mengenal sistem politik yang didasarkan pada gerontocrocy atau kepemimpinan orang tua, dan merupakan sistem politik yang didasarkan atas kekuasaan satu orang. Sistem kekuasaan yang bersifat gerontocracy itu hanya terbatas di dalam lineage atau cabang klen sendiri, kadangkadang dapat meluas sampai ke klen. Sistem kepemimpinan gerontocracy tersebut kemudian menjadi hilang ketika meunculnya nama bobot yang mana diberikan kepada para gerontocracy. Menurut Kamma (1970:138), mengatakan bahwa kelompok sosial baru yang disebut bobot itu mucul sebagai akibat makin pentingnya peranan kain timur dalam kebudayaan orang Maybrat. Pada mulanya kain timur hanya mempunyai fungsi sosial, yaitu untuk mempertahankan kelompok dan interes kelompok. Fungsi tersebut kemudian secara lambat laun berubah menjadi kepentingan individu sebgai akibat faktor-faktor sosial ekonomi. Denikinlah muncul suatu sebutan baru (bobot) di dalam masyarakat yang lebih bersifat kelompok ekonomi, yang walaupun ikatan klen dan king group-nya masih terjalin, namun lebih mendasarkan diri pada perjuangan yang bersifat individu untuk memperoleh kekuasaan dan prestise pribadi. Apabila seseorang melalui kemampuan pribadinya berhasil mengumpulkan banyak boõ atau kain timur, maka ia mendapat pengikut dan disebut bobot, berarti sangat kuat, atau arti harafiahnya adalah perebut kain timur (Kamma 1970:134). Disamping itu, istilah bobot mengandung pula tiga arti yang lain, seperti yang terdapat di bagian barat Maybrat, ialah pertama bobot, berarti pemimpin, khususnya seorang pemimpin dari serangkaian upacara ritual yang disebut orang asing (pendatang) pesta bobot. Arti kedua adalah seorang yang mempunyai banyak pengikut atau anak buah, yang disebut kusme; orang yang mempunyai kekuasaan dan kemampuan dalam melaksanakan upacara tukar-menukar kain dan memberikan banyak ´pemberian kain´ kepada orang lain. Arti ketiga adalah seseorang yang berhasil menyelenggarakan pesta-pesta penukaran kain yang diadakan dalam rangka upacara-upacara sekitar lingkungan hidup orang Maybrat (Elmberg 1955:34). Pada waktu lampau dalam zaman prasejarah, nama tersebut juga diberikan kepada seseorang yang pernah membunuh orang lain, (musuh) (Elmberg, 1955:34). PenjelasanHamah Sagrim 261 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT penjelasan diatas ini menunjukkan kepada kita bahwa nama atau gelar bobot terutama diberikan kepadan dan dipakai oleh orang yang mampu menyelenggarakan upacara tukar-menukar kain yang disebut pesta bobot, (masi bah), karena memiliki kain timur. Sebaliknya penggunaan gelar bobot karena alasan pernah membunuh orang lain, tetapi konsep semacam ini kurang penting. Seperti terlihat nanti dalam uraian-uraian selanjutnya di bawah ini, bahwa alasan pertama merupakan faktor yang paling penting untuk mencapai posisi bobot, sedangkan alasan kedua merupakan faktor pelengkap saja. Secara teori, setiap pria dewasa dapat menjadi bobot, jika syarat-syarat tertentu dipenuhi. Menurut orang Maybrat, orang yang ideal untuk disebut bobot adalah orang yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang bisnis, disamping itu telah bersedia untuk membantu orang lain dalam masalah-masalah ekonomi (berjiwa loyal, berjiwa besar), memiliki kepribadian etos kerja yang baik, berjiwa pelayan, memperhatikan anak yatim, janda dan duda. Atau dengan kata lain seorang bobot adalah orang kaya yang bermurah hati. (data kajian dan penelitian pribadi, Hamah Sagrim, 2006-2007). Tentang syaraat pertama, pengetahuan bisnis menurut ukuran dan pengertian orang Maybrat, dapat kita lihat pada penjelasan-penjelasan berikut. Ukuran yang digunakan oleh orang Maybrat untuk menentukan apakah seseorang itu mempunyai kemampuan bisnis atau tidak terlihat pada pengetahuan memanipulasi sirkulai kain timur. Orang Maybrat berpendapat bahwa kain timur harus selalu bergerak, artinya harus secara ters menerus beredar dari satu orang kepada orang lain dan dalam peredaran itu harus membawa keuntungan. Keuntungan di sini mengandung dua makna, ialah makna materi dan makna prestise (non-materi). Prinsip keuntungan yang mengandung dua makna tersebut diatas ditegaskan oleh orang Maubrat dalam ungkapan berikut ; to boõ sou, tesia m¶beri tefo ´artinya, saya ambil satu, akan saya kembalikan lagi dengan yang sayapunya menjadi banyak´. ______________________________________   . Istilah perang disini diartikan menurut definisi yang dikemukakan oleh R. Berndt (1962:232), yang berarti tindakan kekerasan berencana yang dilakukan oleh anggota-anggota dari suatu kelompok sosial tertentu atas nama kelompok sosialnya terhadap anggota-anggota dari kelompok sosial yang lain . Fokus kebudayaan adalah aspek tertentu di dalam suatu kebudayaan yang lebih jauh berkembang dari aspek-aspek lainnya dan yang banyak mempengaruhi . Pola kebudayaan atau struktur kebudayaan itu (Herskovits, 1948:542) Sifat agresif dapat ditunjukkan juga pada tindakan membunuh isteri atau saudara kandung sendiri seperti yang pernah terjadi pada orang Asmat (Mansoben, 1974:32). Hamah Sagrim 262 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Untuk memahami prinsip keuntungan yang terkandung di dalam ungkapan di atas, maka sebaiknya saya jelaskan lebih dahulu secara singkat bahwa ini sistem tukar-menukar kain timur pada orang Maybrat. Dalam sistem tukar-menukar kain timur orang Maybrat, para bobot merupakan titik pusat dari segala aktivitas transaksi. Setiap bobot mempunyai jumlah partner dagang yang bervariasi antara 8 samapi 60 orang. Pandangan orang Maybrat untuk selalu memberikan lebih banyak kepada pihak kreditor atau pemberi seperti terurai diatas menimbulkan semacam persaingan yang terus menerus berlangsung antara para bobot. Persaingan tersebut menyebabkan sistem tukar-menukar kain timur bersifat ekonomi prestise. Jadi tujuan tukar menukar kain timur pada orang Maybrat adalah ´bukan untuk mencapai kesejahteraan sosial, melainkan untuk mendapatkan prestise´, atau dengan kata lain tujuan tukar menukar kain timur pada orang Maybrat adalah untuk menciptakan kedudukan terpandang dalam masyarakat. Menjadi orang terpandang di dalam masyarakat oleh karena kekayaan ± memiliki banyak kain timur ± menyebabkan seseorang mempunyai pengikut dan berhak untuk membuat keputusan. Disinilah letak hubungan antara aspek ekonomi dengan aspek Politik . Melalui kemampuan dalam bidang ekonomi prestise, seorang bobot dapat menciptakan hubunganhubungan sosial tertentu dengan warga masyarakat yang lain, hubungan-hubungan yang terwujud itu dapat bersifat hubungan simertis maupun hubungan asimetris. Hubungan simetris adalah hubungan yang terjadi antara para bobot yang mempunyai kedudukan dan peran yang relatif sama. Sebaliknya hubungan asimetris adalah hubungan yang terjadi antara seorang bobot dengan anggota-anggota masyarakat lainnya yang tidak berstatus bobot. Hubungan ini menyerupai hubungan patron-klien. Seorang bobot, berperan sebagai klien. Disini peran dan kedudukan kedua belah pihak tidak sama. Pada hakekatnya seorang bobot yang mempunyai kedudukan dan peran yang lebih penting dalam hubungannya dengan seorang warga biasa, dapat menggunakan wewenang yang diperoleh melalui kedudukannya untuk ´memaksakan´ kehendaknya pada orang lain. Walaupun secata teori, setiap pria dewasa mempunyai hak yang sama untuk saling menjadi bobot, namun hanya sedikit yang dapat berhasil mencapai kedudukan tersebut. Mereka yang berhasil menduduki status tersebut adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan untuk berdagang. Suatu contoh yang amat bagus yang dapat digunakan untuk melukiskan hal tersebut Hamah Sagrim 263 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT adalah seperti yang dilaporkan oleh Power tentang bagaimana menjadikan duapuluh lima rupiah dari duapuluhlima sen. Orang-orang yang mempunyai kemampuan (pengetahuan) seperti yang dilukiskan pada contoh tersebut diatas sajalah yang mampu untuk menyelenggarakan transaksi-transaksi kain timur. Biasanya transaksi-transaksi itu diadakan pada tempat-tempat khusus dan pada kesempatan-kesempatan tertentu, bukan pada sembarangan tempat dan waktu. Tempat-tempat transaksi berclangsung berupa bangunan-bangunan rumah yang disiapkan khusus untuk maksud tersebut dinamakan sachefra - sehafla, atau rumah pesta pesta tengkorak (schedelfeesthuizen). Dan juga sabiach bach atau sebiah atau rumah pesta pertandingan (spelhuis). Waktu-waktu yang biasanya ditetapkan untuk melasanakan transaksi itu biasanya terjadi pada saat adanya suatu upacara atau pesta tertentu, misalnya pada upacara pembayaran tulang orang yang telah meninggal dunia, pada upacara inisiasi atau pada pesta pernikahan. Dua rumah tempat berlangsungnya upacara transaksi seperti tersebut diatas merupakan dua kutub, dan diantara kedua kutub tersebut terjadilah sirkulasi kain timur. Rumah pesta sachefra, dibangun di atas bukit sedangkan rumah pesta sebiach bach- sbiah yang berbentuk rumah panjang polos, dibangun di kaki bukit. Rumah pertama bersifat sakral sedangkan rumah kedua bersifat profan. Kedua rumah tersebut sagat penting karena di dalamnya terjadi transaksi kain timur. Menurut orang Maybrat, kehebatan seseorang dapat dilihat pada kemampuannya untuk mengatur pembangunan rumah-rumah upacara tersebut serta pengaturan upacara-upacara ritus dan pesta yang dilanjutkan dengan transaksi kain timur di dalamnya. Oeleh karena tempat upacara ini merupakan arena perebutan kekuasaan, maka sebaiknya saya uraikan di bawah ini garis besar dari proses berjalannya upacara-upacara tersebut. Tentang munculnya nama pemimpin bobot tidak berkaitan dengan masuknya kain timur di daerah Maybrat, tetapi sudah ada dan sangat berkaitan dengan kemampuan dan keuletan serta kecakapan seseorang yang mana bila dilihat dari finansial ok, kepribadian ok, sifat ok, dan berjiwa besar serta mampu menghidupkan anak-anak yatim, janda, duda serta menyelamatkan nyawa orang yang rencana dibunuh oleh musuh, bahkan mengambil alih masalah orang lain untuk diselesaikannya. (data kajian dan penelitian pribadi Hamah Sagrim 2006-2007). Hamah Sagrim 264 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Tipe rumah pertama yang bersifat sakral itu disebut tengkorak sachefra-sehafla. Penamaan demikian disebabkan oleh karena rumah tersebut memang dibangun untuk kegunaan upacara pembagian dan pembayaran tengkorank dari seseorang yang telah meninggal dunia. Alasan lain untuk membangun rumah upacara guna terselenggaranya transaksi kain timur, ialah karena salah seorang kerabat sakit, mati atau karena terjadi kegagalan panen. Peristiwa-peristiwa ´buruk´ seperti tersebut diatas dianggap oleh orang Maybrat sebagai tindakan penghukuman atau tindakan pembalasan dendam dari kerabat yang meninggal dunia sebab ketidak pedulian terhadap dirinya oleh kerabat-kerabat yang masih hidup. Anggapan demikian biasanya diperkuat oleh pesan-pesan yang disampaikan oleh orang dukun atau shaman atau raã wiyon. Di samping kedua alasan tersebut, alasan lain lagi adalah karena adanya kewajiban dari seorang suami terhadap pihak isterinya untuk menbangun sebuah rumah upacara sechafra-sehafla, guna kepentingan transaksi kain timur. Tiga alasan tersebut dapat disifatkan kedalam dua sifat, ialah sifat sakral dan sifat profan. Kedalam sifat sakral termasuk dua alasan pertama, sedangkan alasan terakhir bersifat profan. Rumah upacara sechafra-sehafla, biasanya dibangun diatas prakarsa seorang bobot atau raã wiyon, dan dibantu oleh kerabat-kerabatnya. Apabila rumah tersebut sudah selesai dibangun, maka sekali lagi atas prakarsa bobot dan raã wiyon dikumpulkan makanan dan kain timur bersama kaum kerabat dekat lalu disimpan di dalam rumah upacara itu. Jika semua persiapan yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan upacara sudah siap, maka pemermarsa mengundang semua kerabat yang dekat dan jauh, juga kerabat-kerabat dari pihak isterinya, untuk menghadiri upacara pembayaran tulang. Apabila pemerkarsa adalah anak laki-laki dari orang yang telah meninggal dunia, maka pembayaran tulang dilakukan orang yang bersangkutan kepada saudara laki-laki ibu ayahnya (yatat) (FaMoBr ) atau kepada anak-anak dari saudara ibu ayahnya (yaja yamu ana-yatat) (FaMoBrSo). Secara prinsip, kedudukan bobot merupakan kedudukan pencapaian, namun demikian status tersebut dapat diwariskan juga oleh ayah kepada anak. Hal ini terjadi jika ayah meninggalkan banyak kain timur kepada anaknya; di samping itu anak harus memiliki kwalitas-kwalitas yang dituntut dari seorang bobot, seperti misalnya panda dalam usaha bisnis dan bermurah hati. Hamah Sagrim 265 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Pembayaran tersebut didasarkan atas pandangan di bawah ibu ayahlah yang membesarkan ayah yang telah banyak berjasa kepada ego, sedangkan saudara laki-laki ibunya atau anak-anaknya adalah wakil dari ibu ayahnya. Upacara pembayaran tulang berupa pemberian sejumlah kain timur oleh pemerkarsa (ego) kepada pihak ibunya yang disaksikan oleh kaum kerabat dari pihak ayah dan pihak ibu itu dilanjutkan dengan penyerahan pemberian dari pihak isteri kepada ego. Pemberian itu di dalam bahasa Maybrat disebut ru-ra berupa kain timur, diserahkan oleh ayah ibu isteri (yatat) (FaMoBr), saudara laki-laki isteri (yaja yamu-yatat) (FaMoBr) kepada ego. Tahap pertama dari upacara ini yang terdiri dari dua mata acara, yaitu pembayaran tulang kepada pihak ibu oleh ego yang bertindak sebagai pemerkarsa dan penyerahan ri-ra dari pihak isteri kepada ego. Sebelum tahap pertama yang bersifat sakral dari upacara ini ditutup dengan acara makan bersama, pemerkarsa memanggil orang yang telah meninggal dunia itu untuk menyaksikan pemberian kain timur yang sakral yang diserakan olehnya kepada ibu atau saudara laki-laki ibu dari orang yang meninggal. Apabila tahap pertama upacara sudah selesai, maka tahapan kedua dari upacara itu yang bersifat profan dimulai. Acaranya ialah membagian ru-ra atau pemberian yang diterima dari pihak isteri oleh pemrkarsa kepada hadirin yang terdiri dari kerabat-kerabat ayah, kerabat ibu, suami-suami dari saudara-saudara perempuan, kerabat-kerabat dari klen sendiri serta temanteman dari klen-klen lain, tidak termasuk disini kerabat-kerabat atau anggota-anggota dari kelen pihak isteri. Dengan demikian ru-ra masuk dalam sirkulasi. Setiap penerima ru-ra, berhak penuh atas penggunaannya, misalnya digunakan sebagai alat bayar maskawin, untuk membayar denda atau untuk membeli makanan. Setelah beberapa waktu berselang, satu sampai dua tahun, pemerkarsa upacara mengundang para debitor-nya untuk mengembalikan utang-utangnya. Pembayaran kembali itu biasanya disertai dengan suatu tgief bo, suatu pemberian tambahan, yang disebut dalam bahasa Maybrat boõ-war. Pemberian tambahan itu kadangkadang dua kali lipat lebih banyak daripada apa yang pernah diterima. Pelaksanaan pembayaran kembali utang basanya dilakukan di rumah upacara lain yang sementara itu dibangun oleh pemerkarsa, disebut sabiach bach-sbiah, atau rumah pesta pertandingan, spelhuis. Situasi pada saat pelaksanaan pengembalian utang sebagai saat yang menegangkan, sebab terjadi tawar menawar antara pemberi dan penerima. Semua barang (dalam hal ini kain timur Hamah Sagrim 266 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT jenis ru-ra) yang digunakan sebagai tegenggift atau alat pembayaran utang yang di sebut boõrumaru boõ, dan yang diberikan sebagai pemberian tambahan diperiksa penerima dengan amat teliti. Jika penerima tidak puas dengan nilai atau kwalitas dari benda yang digunakan untuk membayar utang, maka kepada debitornya diberikan lagi makanan dan minuman. Tindakan seperti ini segera dimengerti oleh pihak debitor sehingga kembalisekali atau beberapa kali ke tempat menyimpan barang untuk mengambil tambahan barang atau pengganti guna melengkapi dan atau mengganti yang sudah ada. Apabila pemerkarsa sudah puas dengan pembayaran kembali, maka dipotonglah seekor babilalu dibagikan dagingnya kepada para debitornya (tamunya) sebelum mereka ini kembali ke tempatnya masing-masing. Semua kaintimur yang diterima oleh pemerkarsa dari para debitornya seperti yang telah dijelaskan diatas, kemudian disimpan oleh isterinya di rumah upacara pesta tengkorak, sachefrasehafla. Sesudah itu, pemerkarsa mengirim berita kepada kerabat-kerabatnya dari pihak isterinya tentang telah terjadinya pembayaran utang. Mereka ini segera membangun sebuah rumah pertandingan baru, sebiach bach-sbiah. Apabila rumah itu sudah siap dibangun, maka ditentukannlah suatu hari tertentu untuk berkumpul disana dalam rangka pengembalian ru-ra yang diterima oleh pemerkarsa pada waktu pembayaran tengkorak kepada pihak isterinya. Upacara pengembalian ru-ra ini dihadiri oleh semua pihak, baik dari pihak pria (suami) maupun dari pihak wanita (isteri). Kain timur jenis ru-ra yang dibawa oleh pihak pria itu dijejerkan berbentuk garis panjang di atas tanah. Barang-barang tersebut kemudian diperiksa secara seksama oleh pihak wanita. Barang yang kurang baik diantara barang-barang itu segera dipisahkan dan harus diganti dengan yang lebih baik. Situasi pada saat ini tegang, sebab pihak pria seringkali menyembunyikan ru-ra yang berkwalitas lebih baik di belakang tangannya. Barang yang berkwalitas baik ini, diberikan setelah terjadi pemeriksaan, boo-woar. Pemberian tambahan itu biasanya selain terdiri dari kain timur jenis ru-ra juga berupa kain toko dan kain sarung. Ongkos makan dan minum untuk semua peserta ditanggung oeleh pihak isteri. Pertemuan tukar menukar ini kemudian diakhiri dengan pemotongan seekor babi yang di sembunyikan oleh pihak wanita. Gambaran peristiwa tukar menukar kain timur berupacara pada uraian diatas menunjukkan bahwa perkarsa berperan sebagai titik sentral, titik pertemuan, antara golongangolongan yang berbeda asalnya. Mereka itu sendiri dari kaum kerabat pihak pria (suami), kaum Hamah Sagrim 267 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT kerabat dari pihak wanita (isteri), dan teman-teman yang berasal dari cabang-cabang klen dan klen-klen kecil. Juga dari uraian diatas kita melihat bahwa pertemuan antara golongan-golongan yang berbeda dapat terjadi atas perantaraan di sini sebagai media pertemuan untuk kepentingan ekonomi prestise (tukar menukar kain tumur) dalam rangka mencapai prestise sosial yang menunjukkan dengan jelas, bahwa religi orang Maybrat adalah sesuatu yang konkrit, nyata dan bukan transendent. Secara sosiologis upacara tukar-menukar yang dilakukan oleh orang Maybrat mangandung tida dimensi: dimensi religi, dimensi ekonomi dan dimensi politik. Tida dimensi tersebut terjalin erat satu sama lain dalam suatu bentuk hubungan sibernetrik. Bagan III.1, di bawah ini menunjukkan hubungan tersebut. Hubungan sibernetik dalam tata urut hierarkis pada bigian tersebut dibuat demikian bedasarkan asumsi bahwa aspek religi merupakan mekanisme pendorong untuk orang berprestasi dalam bidang ekonomi. Selanjutnya keberhasilan ekonomi mendatangkan prestise atau kekuasaan politik bagi seseorang. Kekuasaan tersebut menjadi mantap karena mendapat pengabsahan religi. Sebaliknya kekuasaan politik yang mantap memungkinkan bertambah banyaknya keberhasilan dalam bidan ekonomi yang merupakan syarat mutlak bagi intensifikasi upacara-upacara keagamaan. Perlu ditegaskan pula disini bahwa upacara transaksi kain timur tidak hanya terjadi pada kesempatan adanya upacara ritual yang diadakan berhubungan dengan pembayaran tengkorak seperti yang sudah disebutkan di atas, tetapi juga terdjadi pada upacara inisiasi, pesta perkawinan dan pesta-pesta lainnya. Itulah sebabnya ditegaskan bahwa pada umumnya upacara-upacara pesta lebih diarahkan pada tujuan tukar menukar dari pada tujuan umumnya: Sering terjadi bahwa mereka tidak membangun rumah pertandingan yang baru, sebab boleh menggunakan yang sudah ada dari iparnya. Pelaksanaan upacar-upacara ini, minuman saguer (tuak), merupakan sesuatu yang sangat penting dalam upacara-upacara pemgayaran, memiliki nilai tersendiri. Ada ungkapan dari orang Maybrat bahwa, tuak merupakan penggerak, artinya ketika seorang perserta yang terlibat minum, maka ia akan mengaku bahwa dia siap membantu kerabatnya menyelesaikan persoalan yang dihadapinya, ada juga yang mengatakan dia siap memberikan kain timur jenis yang dibutuhkan oleh kerabatnya. Dan masih banyak lagi kelebihan daripada tuak ketika diminum. Tuak bagi orang Maybrat, merupakan sesuatu yang membudaya, dimana di jadikan sebagai minuman permersatu, pembuka tabir, dan.y.l. Hamah Sagrim 268 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Banyak menyelenggarakan pesta (ritual) adalah pertanda penghormatan terhadap orang-orang yang telah meninggal dunia. Penghormatan denikian menyebabkan orang mati menjadi senang sehingga tidak menimbulkan kesulitan bagi kaum kerabatnya yang masih hidup. Hubungan sibernitas antara Religi, Ekonomi, dan Politik Gambar: bagan III.1. Hubungan sibernetik antara Religi, Ekonomi dan Politik Selain syarat-syarat yang sudah dibicarakan di atas memiliki pengetahuan bisnis dan pandai mengatur penyelenggaraan upacara-upacara ritual serta transaksi kain timur, syarat-syarat lain yang harus dipenuhi oleh seseorang agar ia menjadi bobot atau pemimpin, ialah sifat bermurah hati dan pandai berdiplomasi. Elmberg, melaporkan bahwa syarat ideal bagi seorang bobot ialah kesediaannya untuk membantu orang lain, terutama kerabat-kerabatnya yang mengalami kesulitan ekonomi. Ditegaskan lagi bahwa, seorang bobot adalah orang yang berbudi baik, selalu membantu para pengikutnya dengan banyak barang. Lebih lanjut Elmberg berpendapat bahwa para bobot atau bangkir-bangkir orang Maybrat tidak selalu menggunakan posisinya untuk menekan orang lain Hamah Sagrim 269 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT secara semena-mena. Sebaliknya kekuasaannya itu dibatasi pada sifat realistik seperti pada orang biasa Raa kinyah. Sifat bermurah hati seorang bobot yang terwujud dalam bentuk nyata adalah pemberian bantuan kepada orang lain. Orang yang menerima bantuan, secara otomatis menjadi pengikut atau anakbuah bobot, mereka itu disebut ra kinyah yang berarti orang kecil atau pengikut atau rakyat. Elmberg menamakan pengikut seorang bobot, partner bebas, atau menurut saya mereka adalah rayat atau rakyat. Sebab walaupun mereka bekerja untuk bobot tetapi mereka masih memiliki kebebasan untuk meningkatkan kedudukan sendiri menjadi bobot dikemudian hari. Hanya sedikit saja yang biasanya mencapai kedudukan tersebut. Sifat lain yang menjadi syarat bagi seorang bobot adalah kepandaian berdiplomasi. Sifat tersebut dapat dilihat dari kemampuan seseorang untuk menawarkan maksudnya dengan katakata yang menarik agar tawarannya dapat diterima di depan umum secara konsensus. Elmberg menemukan prinsip tersebut pada orang Maybrat sehingga menyamakan para bobot di Maybrat dengan pemimpin big man pada orang Gahuku Gama (Papua New Gunea). Seperti yang dilaporkan oleh Read (Elmberg 1968: 199-200). Pengaruh kekuasaan seorang bobot biasanya terbatas pada lingkungan tempat tinggalnya sendiri. Agar pengaruhnya dapat meluas sampai di batas-batas wilayah kekuasaannya, maka seorang bobot harus memperkokoh hubungannya dengan pihak luar. Salah satu cara yang biasanya dipakai untuk memperkokoh hubungan dengan pihak luar adalah melalui perkawinan. Oleh karena itu seorang bobot sering melakukan perkawinan-perkawinan dengan pihak luar. Dengan demikian seorang bobot yang besar pengaruhnya, kawing lebih dari satu perempuan, atau dengan kata lain berpoligami. Poligami sering dilakukan oleh orang Maybrat pada umumnya dan bobot pada khususnya adalah simbol kekayaan dan kekuasaan. Disatu pihak, poligami adalah simbol kekayaan, sebab orang kaya saja yang mampu membayar maskawin untuk banyak isteri. Banyak isteri berarti banyak tenaga kerja yang dapat menghasilkan makanan yang dibutuhkan sebagai konsumsi pesta-pesta atau upacara-upacara ritual. Poligami dipihak yang lain mempunyai arti politik atau kekuasaan, sebab melalui isteriisteri terjalin hubungan dengan pihak luar (pihak isteri) atau dengan perkataan lain banyak isteri berarti banyak pula relasi. Relasi amat penting bagi seorang bobot karena para relasi adalah pendukung dan juga partner atau rekanan dagang potensial dalam transaksi tukar menukar kain timur. Hamah Sagrim 270 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Beberapa implikasi sosial sistem politik bobot yang berlandaskan kompleks kain timur pada orang Maybrat, adalah kecenderungan untuk kawin diantara anak-anak bobot, atau dengan kata lain terjadinya endogami golongan dan timbulnya kerenggangan kohesi sosial antara seorang bobot dengan anggota-anggota klennya sendiri. Hal ini disebabkan oleh karena seorang bobot lebih banyak memberikan perhatian kepada rekanan dagangnya daripada warga klennya sendiri. Sebaliknya, kompleks kain timur yang melibatkan kelompok-kelompok kerabat consaguineal atau yang seketurunan, mengakibatkan tumbuhnya solidaritas yang kuat baik diantara kelompok-kelompok kekerabatan itu sendiri maupun diantara mereka dengan kelompok-kelompok kekerabatan lain yang merupakan partner dagangnya. Disamping itu kompleks kain timur yang diintensifisasikan oleh sistem politik bobot merupakan tempat konsumsi bagi barang-barang yang tidak bertahan lama, seperti makanan dan minuman. k. Analisa Komparatif Sistem Politik Orang Maybrat, Orang Me dan Orang Muyu Analisa komparatif diadakan dalam rangka memperoleh suatu pengertian yang bersifat komperehensif, tepat dan jelas tentang sistem politik pria berwibawa di Maybrat west Papua. Ada dua alasan pokok untuk melakukan hal tersebut, pertama, bahwa unsur kebudayaan, dalam hal ini sistem politik pria berwibawa yang nampak secara lahiriah sama dan terdapat pada golongan-golongan suku-bangsa yang berbeda itu belum tentu disebabkan oleh mekanisme atau daya-daya penggerak yang sama. Kedua, apabila memang ada daya penggeraknya yang sama, itu belum berarti bahwa proses yang dilalui untuk mencapai wujud yang nampak dan sama itu sama pula, mengingat latar belakang kebudayaan dan meningkatnya ekologi yang berbeda-beda dari suku-suku bangsa penduduk dalam sistem tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut diatas, ditempuh dua tahap analisis. Analisis pertama (butir 3.1 di bawah), membandingkan apa yang menjadi public goals atau cita-cita umum pada masing-masing suku bangsa yang menjadi objek penelitian dan penulisan buku ini. Tahap analisis kedua di bawah, mencari dan membandingkan mekanisme-mekanisme atau daya-daya penggerak yang mendasari cita-cita umum itu. Cita-cita umum (public goals) dipilih sebagai tolok ukur perbandingan atas dasar pertimbangan bahwa pada masyarakat manapun tolok ukur inilah yang menjadi dasar pranata politik, sungguhpun bentuk dan cara untuk mencapainya berbeda dari satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Selanjutnya perlu diingatkan di sini Hamah Sagrim 271 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT bahwa pada tingkat analisis pertama akan diperhatikan variabel-variabel ekonomi dan variabel religi. Prosedur analisis komperehensif yang ditempuh dalam kajian ini, ialah pertama-tama membandingkan cita-cita umum yang menjadi tujuan tindakan politik dan cara-cara yang digunakan untuk mencapai cita-cita tersebut pada lima suku bangsa yang akan dibicarakan pada kajian ini. Untuk itu pertama akan dilakukan suatu analisis perbandingan antara suku-suku bangsa yang mempunyai cita-cita umum yang sama, kemudian langkah berikut ialah membandingkan suku-suku bangsa dengan cita-cita umum yang berbeda. Demikianlah pada bagian sub dibawah ini akan dilakukan perbandingan secara berturut-turut, mulai dengan sistem kepemimpinan pria berwibawa yang terdapat pada masyarakat Maybrat, masyarakat Me, masyarakat Muyu (saya sebut mereka ini golongan pertama). Yang menurut data etnografi seperti yang dimuat dalam bagian buku ini mempunyai cita-cita umum yang sama ialah kekayaan. Perbandingan berikut adalah tentang sistem kepemimpinan pria berwibawa yang ada pada masyarakat Asmat, dan masyarakat Dani seperti pada masyarakat Maybrat (saya sebut mereka ini golongan kedua) yang mempunyai cita-cita umum yang sama, ilah keberanian memimpin perang. Perbandingan pada tingkat berikut adalah membandingkan golongan pertama dengan golongan kedua. Apabila tahap analisis pertama telah dilakukan, maka pada tahap analisis kedua perbandingan akan dilakukan terhadap mekanisme-mekanisme atau daya-daya penggerak yang mendasari cita-cita umum pada kelima suku bangsa secara keseluruhan. l. Realistis dan Analisis Komparatif Sistem Politik Orang Maybrat, orang Me dan orang Muyu. Lingkungan ekologi pada ketiga suku-bangsa yang dibahas pada bagian ini pada satu pihak memperlihatkan kesamaan-kesamaan tertentu dan pada pihak yang lain menampakan pula perbedaan-perbedaan. Kesamaan yang ada adalah bahwa ketiga lingkungan ekologi yang didiami oleh tiga suku-bangsa tersebut di atas terletak di daerah pedalaman bagian barat West Papua. Perbedaannya ialah, bahwa orang Maybrat mendiami daerah pedalaman bagian barat West Papua (kepala burung), orang Me mendiami daerah pedalaman yang merupakan daerah peralihan antara pegunungan tengah dengan daerah dataran rendah di bagian selatan dan orang Muyu, terletak pada perbatasan west Papua dan negara Papua New Guinea. Hamah Sagrim 272 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Ciri ekologi lain yang menunjukkan persamaan tetapi juga perbedaan antara keiga wilayah yang didiami oleh tiga suku-bangsa tersebut ialah bahwa orang Maybrat dan orang Me mendiami daerh-daerah yang merupakan daerah interlaukstrin atau daerah berdanau-danau, sedangkan orang Muyu mendiami daerah yang tidak berdanau. Dari segi sistem mata pencaharian hidup, ketiga suku-bangsa itu dapat digolongkan pada tingkat ekonomi yang sama, ialah subsistensi; mereka sama-sama hidup sebagai petani ladang berpindah-pindah, walaupun perladangan pada orang Me bersifat pertanian yang kompleks intensif (Pospisil, 1978:8), bila dibandingkan dengan dua suku-bangsa lainnya. Di samping itu, orang Muyu kecuali hidup sebagai petani berladang, juga hidup dari meramu sagu, hal yang disebut akhir ini tidak dikenal orang Maybrat maupun orang Me, kecuali hidup sebagai petani ladang berpindah-pindah, orang Maybrat, orang Me dan orang Muyu juga mengenal mata pencaharian lain; yaitu perdagangan. Perbedaan yang terdapat pada sistem perdagangan antara mereka, pertama terletak pada benda yang digunakan sebagai alat ukur (bojek dagang ± remarcable objec). Orang Me dan orang Muyu menggunakan kulit kerang, cyprae maneta, sebagai alat tukar, jadi kulit kerang pada dua suku-bangsa ini berfungsi sebagai uang (orang Me menyebutnya mege dan orang Muyu menyebutnya ot), sedangkan orang Maybrat menggunakan kain timur, sebagai alat tukar maupun sebagai benda yang diperdagangkan dalam sistem perdagangannya. Membandingkan ketiga suku-bangsa itu dalam hal aktivitas perdagangan, maka orang Maybrat memperlihakan suatu sistem yang amat kompleks, melibatkan klen-klen lain yang tersebar luas di seluruh wilayah yang menjadi tempat tinggal orang Maybrat. Juga sifat kompleksitas perdagangan seperti yang terdapat pada orang Maybrat, merupakan suatu siklus perdagangan yang melalui tiga tahap dimana tidak terdapat pada orang Me maupun orang suku Muyu. Sungguhpun tingkat kompleksitas berbeda, namun orang-orang yang berhasil sebagai pedagang dalam tiga suku bangsa itu mendapat status sosial tinggi dalam masing-masing masyarakatnya. Dengan pengertian lain, mereka yang berhasil sebagai pedagang sejati sajalah yang mempunyai kekuasaan dan pengaruh dalam masyarakatnya. Kesamaan lain antara mereka ialah, penggunaan suatu upacara ritual sebagai arena perdagangan dan sekaligus arena perebutan gengsi atau status sosial. Baik pada orang Maybrat, orang Me maupun orang Muyu, puncak transaksi perdagangan terjadi pada kesempatan adanya Hamah Sagrim 273 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT suatu upacara pesta ritual. Bedanya adalah bahwa bagi orang Maybrat perdagangan merupakan tujuan pokok tetapi selalu terselubung dalam suatu pesta perkawinan, upacara inisiasi atau ritual pembayaran tulang orang yang telah meninggal dunia. Sebaliknya pada orang Muyu, tujuan pokok yang terselubung dalam transaksi perdagangan yang terjadi pada suatu pesta babi adalah penguburan kedua dari seseorang terhormat yang telah meninggal dunia. Bagi orang Me, transaksi perdagangan yang terjadi pada satu pesta babi terutama bertujuan untuk memperkokoh solidaritas kelompok (kampung atau konfederasi). Peranan babi dalam kehidupan ketiga suku-bangsa tersebut diatas amat penting, namun pada orang Muyu dan orang Me, peranan babi jauh lebih penting bila dibandingkan dengan orang Maybrat. Sebab pada dua suku-bangsa yang disebut pertama disamping babi merupakan komoditi perdagangan umum, juga karena mereka hanya dapat menyelenggarakan suatu upacara pesta babi yang menjadi arena transaksi perdagangan jikalau tersedia cukup banyak babi, sedangkan orang Maybrat dapat menyelenggarakan suatu upacara atau ritual yang menjadi arena transaksi perdagangan tanpa banyak babi. Dilihat dari segi struktur sosial, maka orang Maybrat, orang Me dan orang Muyu, bukan saja memperlihatkan kesamaan-kesamaan tertentu, tetapi juga perbedaan-perbedaan diantara mereka. Persamaannya ialah bahwa ketiga-tiganya menganut prinsip eksogami patrilineal. Sebaliknya perbedaannya ialah bahwa kesatuan sosial orang Maybrat dan orang Muyu berdasarkan lokalitas, sedangkan kesatuan sosial orang Me, berdasarkan klen. Kecuali orang Me mengenal kesatuan sosial yang jauh lebih besar dari klen, yang mana ialah konfederasi. Orang Muyu dan orang Maybrat tidak mengenal konfederasi dalam sisitem sosialnya, walaupun orang Maybrat juga mengenal konfederasi dalam kelompok kecil yang berdasar atas asas klen dan kerabat klen yang tergabung didalam konfederasi itu. Bagi suku Maybrat, pemimpin konfederasi ini dipanggil dengan nama Ra sien, atau panglima perang yang memiliki kemahiran dalam berperang atau dalam mengayau musuh. Berlatar belakang persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan seperti yang digambarkan diatas maka, dibawah ini dibandingkan sistem politik pria berwibawa pada tiga suku-bangsa tersebut. Di dalam analisis perbandingan itu tidak dibandingkan struktur organisasi politik sebab hal tersebut tidak terdapat pada tiga suku-bangsa ini, mereka hanya mengenal kepemimpinan yang bersifat autonomous dan kedudukan pemimpin diperoleh melalui pencapaian. Jadi tolok Hamah Sagrim 274 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT ukur yang digunakan dalam analisis ini, seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya pada awal sub-sub ini, ialah public goals atau cita-cita umum. Hal ini penting sebab berkaitan erat dengan komponen kekuasaan. Perhatian dalam perbandingan tidak diberikan hanya pada apa yang menjadi cita-cita umum dalam tiga suku-bangsa itu saja, tetapi lebih penting dari itu penekanan akan diberikan terutama kepada proses pencapaian cita-cita umum itu. Apa yang dimaksud dengan proses mencapai cita-cita umum disini adalah bentuk-bentuk tindakan yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Bentuk-bentuk tindakan bermanifestasi dalam tindakan-tindakan nyata seperti misalnya sifat bermurah hati (sifat ini bermanifestasi dalam tindakan memberikan bantuan kepada orang lain) dan sifat rajin (bermanifestasi dalam keberhasilan bertani, beternak dll). Perlu diperhatikan bahwa analisis perbandingan yang dilakukan disini adalah perbandingan antar suku-bangsa yang berbeda, sehingga dalam perbandingan selalu akan dicari untuk disampaikan tindakan apa yang lebih menonjol pada satu suku-bangsa dan tidak pada suku-bangsa lain. Hal ini lain daripada jika kita mempelajari proses penguasaan cita-cita umum oleh para pemeran politik pada masyarakat yang sama. Jika hal tersebut terakhir ini yang dilakukan maka tentu perhatian harus diberikan kepada upaya-upaya para pemeran politik untuk saling berkompetisi dalam merebut penguasaan terhadap cita-cita umum. Perhatian dalam analisis perbandingan ini adalah usaha mencari unsur-unsur yang sama dan yang tidak sama antara tiga suku-bangsa itu dan selanjutnya berusaha memberikan jawaban terhadap pertanyaan, faktor-faktor apakah yang mendasari persamaan atau perbedaan itu. Jadi kompetisi antar individu-individu pada suku-bangsa yang sama untuk merebut kekuasaan secara eksplesit tidak akan di kemukakan dalam analisis perbandingan ini. Data etnografi tentang tiga suku-bangsa itu, seperti yang termuat dalam kajian ini, menunjukkan bahwa cita-cita umum yang dikejar oleh pria dewasa dan yang menjadi idaman warga masyarakat adalah kekayaan. Bagi ketiga suku-bangsa itu, gagasan atau ide kekayaan memang sangat dinilai tinggi sebab melalui kekayaan seorang dapat membangun kekuasaannya. Atau dengan pengertian lain kekayaan mendatangkan kekuasaan. Jadi bagi mereka, konsep kekayaan adalah identik dengan konsep kekuasaan. Jika kita membandingkan wujud kekayaan yang menjadi landasan kekuasaan dalam tiga suku-bangsa itu, maka akan nampak hal-hal sebagai berikut; seorang kaya pada orang Maybrat adalah orang yang memiliki banyak kain timur, sedangkan orang Me dan orang Muyu yang Hamah Sagrim 275 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT disebut orang kaya adalah orang yang memiiki banyak kulit kerang. Walaupun wujud benda yang mempunyai nilai tinggi itu berbeda antara orang Maybrat di satu pihak dengan orang Me dan orang Muyu di pihak yang lain, namun gagasan atau ide pokok tentang nilai yang terkandung dalam benda-benda yang berbeda itu sama. Persamaan lain yang terdapat pada dua benda yang berbeda wujud tetapi mempunyai kedudukan nilai yang sama adalah bahwa keduanya berasal dari luar, bukan hasil produksi lokal. Kulit kerang yang bernilai sangat tinggi bagi orang Me dan orang Muyu berasal dari daerah pantai dan melalui rute pedagangan (yang belum banyak kita ketahui) dapat sampai kepada orang Me dan orang Muyu. Demikian pula halnya dengan kain timur yang bernilai sangat tinggi bagi orang Maybrat berasal dari alam dan daerah kepulauan Nusa Tenggara Timur dan dari kepulauan Maluku, melalui rute perdagangan yang berliku-liku akhirnya sampai ke daerah Maybrat. Orang-orang kaya itu di daerah Maybrat disebut bobot, di Me disebut tonowi dan di Muyu disebut kayepak. Pada umumnya selain memiliki banyak kain timur (untuk orang Maybrat) atau kulit kerang (untuk orang Me dan Muyu), atribut lain yang memperlihatkan kekayaan seseorang adalah mempunyai banyak isteri, maka semakin banyak pula partner dagang yang akan terlibat dalam transaksi penukaran kain timur. Keterlibatan banyak orang sebagai rekanan dagang dalam transaksi kain timur yang berkesinambungan sangat berpengaruh terhadap gengsi seorang bobot. Jadi melalui poligami terbentuklah partner-partner dagang yang pada gilirannya menyebabkan gengsi seorang bobot menjadi lebih tinggi. Dilihat dari segi produktivitas ekonomi, isteri adalah tenaga kerja yang amat produktif, sebab isteri turut aktif dalam pekerjaan perladangan dan peternakan babi. Hal itu berarti makin banyak isteri, semakin banyak pula ladang yang dapat digarap dan banyak babi yang dapat dipelihara. Dengan perkataan lain banyak isteri berarti banyak hasil kebun yang dapat diproduksi dan banyak babi yang dapat dipelihara. Dua produk ini ± babi dan hasil kebun ± adalah sangat penting sebab memudahkan terselenggaranya suatu upacara pesta atau ritual yang sering dijadikan arena perdagangan yang memang sangat membutuhkan konsumsi hasil kebun dan babi yang banyak. Jika kita membandingkan prisip poligami yang berimplikasikan jaringan partner dagang seperti yang terdapat pada orang Maybrat dengan orang Me dan orang Muyu, maka data etnografi menunjukkan bahwa walaupun implikasi tersebut penting juga dalam dua suku-bangsa yang disebut akhir, namun peranannya pada orang Maybrat jauh lebih penting. Hamah Sagrim 276 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Sebaliknya peranan poligami sebagai alat penada produktif dalam perladangan dan khususnya peternakan babi, sangat memainkan peranan penting pada orang Me dan orang Muyu bila dibandingkan dengan orang Maybrat. Selanjutnya dibawah ini akan diperbandingkan beberapa hal yang dijadikan sebagai syarat bagi seorang pemimpin pria berwibawa pada ketiga suku-bangsa tersebut. Tata urut syarat seperti yang dimuat di bawah ini tidak didasarkan atas pertimbangan prioritas, sebab hal itu sangat sulit untuk menentukan syarat mana yang menduduki urutan pertama dan yang mana kemudian. Semua syarat itu berkaitan erat satu sama lain. Walaupun seorang itu kaya-memiliki banyak kain timur atau kulit kerang, banyak babi dan banyak isteri, namun ia belum dapat menjadi pemimpin jika tidah memenuhi syarat bermurah hati. Sikap bermurah hati selanjutnya bermanifestasi dalam kehidupan orang Maybrat saat ini. Sikap bermurah hati disini mengandung dua makna; pada satu pihak mengandung makna politik, dan pada pihak yang lain mengandung makna moral. Sikap bermurah hati dalam bentuk memberikan bantuan secara material maupun imaterial bermakna politik, sebab melalui pemberian atau bantuan terciptalah suatu kesepakatan secara nyata atau tidak nyata antara pihak pemberi dengan pihak penerima, dimana pihak penerima secata moral tunduk dan taat kepada pihak pemberi. Atau dengan perkataan lain, melalui pemberian seseorang itu terikat untuk menjadi pendukung bagi pihak pemberi. Kedua, sikap bermurah hati bermakna moral, sebab dalam banyak masyarakat di dunia ini, seperti misalnya orang Me, seorang kaya berkewajiban untuk memberi bantuan kepada orang lain yang membutuhkan bantuan. Kekayaan tidak boleh digunakan untuk memperkaya diri sendiri. Penilaian terhadap kewajiban moral tersebut begitu tinggi dijunjung sehingga orang kaya yang bermurah hati sajalah yang dapat diakui sebagai pemimpin. Jika kita membandingkan syarat bermurah hati yang bermakna politik antara tiga sukubangsa yang dibandingkan dalam bagian penulisan buku ini, maka nampak bahwa makna tersebut hadir secara positif pada ketiga-tiganya. Sebaliknya makna moral dari syarat tersebut jauh lebih berperan pada orang Maybrat dan Orang Me, bila dibandingkan dengan orang Muyu. Secara keseluruhan, syarat bermurah hati dalam pengertian berganda diatas digunakan baik oleh orang Maybrat, orang Me maupun orang Muyu, sebagai alat untuk merekrut pengikut (pendukung). Bedanya ialah, bahwa pengikut seorang bobot di orang Maybrat dan seorang tonowi di orang Me, melembaga, masing-masing disebut kesema-raã bobot (untuk orang Hamah Sagrim 277 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Maybrat), dan ani yokaani (untuk orang Me), sedangkan para pengikut seorang kayepak pada orang Muyu tidak melembaga. Kedudukan serta prestise seorang bobot atau tonowi menjadi mantap karena dukungan dari sistem pendukung yang melembaga, sebaliknya kedudukan dan prestise seorang kayepak menjadi mantap terutama bukan karena dukungan dari suatu sistem pendukung yang melembaga melainkan oleh dukungan dari kaum kerabat. Itulah sebabnya faktor demografi dalam pengertian banyak atau sedikit jumlah warga kerabat turut menentukan besar kecilnya kekuasaan dan pengaruh seorang kayepak. Selain syarat bermurah hati yang telah dibicarakan diatas, syarat-syarat lain yang harus dipenuhi pula oleh seseorang agar menjadi pemimpin adalah memiliki kecakapan-kecakapan tertentu seperti kepandaian bertani, kepandaian berburu, kemahiran berpidato dan berdiplomasi, kepandaian berdagang dan kesanggupan menyelenggarakan upacara intensifikasi. Membandingkan kecakapan-kecakapan yang merupakan syarat tersebut di atas antara tiga suku-bangsa itu, maka nampak hal-hal berikut; pertama, bahwa seluruh kecakapan itu tidak merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin. Data etnografi menunjukkan bahwa pengutamaan kecakapan-kecakapan tertentu bebeda dari satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Demikianlah dapat dilihat misalnya, kecakapan berdagang dan berdiplomasi merupakan syarat utama yang dituntut dari seorang bobot atau pemimpin pada orang Maybrat, sedangkan kecakapan bertani dan berburu hanya merupakan syarat pelengkap saja. Bagi orang Me, kecakapan bertani dan memelihara babi merupakan syarat utama, sebab suatu pesta babi yang merupakan arena perdagangan atau pasar tempat jual beli daging babi dengan kulit kerang, hanya dapat dilakukan apabila tersedia banyak babi. Memelihara banyak babi membutuhkan banyak makanan yang terdiri dari hasil kebun (ubi manis). Oleh karena itu, mereka yang berhasil dalam kebun sajalah yang dapat memelihara banyak babi. Seperti halnya orang Me, kecakapan bertani dan memelihara babi, bagi orang Muyu adalah syarat yang penting untuk seorang pemimpin. Sebabnya ialah bahwa keberhasilan memelihara babi sangat penting bagi terselenggaranya suatu pesta babi yang merupakan hasil penting dalam kehidupan orng Muyu. Untuk kepentingan penyelenggaraan pesta babi pada orang Muyu selalu dipotong sejumlah besar ekor babi. Kecakapan lain yang dituntut dari seorang pemimpin adalah kemampuannya menyelenggarakan suatu upacara intensifikasi. Kemampuan tersebut meliputi keberhasilan ekonomi, banyak babi dan banyak hasil kebun, juga meliputi pengetahuan seseorang dalam hal mengatur pelaksanaan upacara intesifikasi. Hamah Sagrim 278 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Bagi orang Muyu, kecakapan penyelenggaraan pesta babi atau atatbon, bukan suatu hal yang gampang, sebab menuntut pengetahuan berorganisasi dan pengetahuan religius. Pengetahuan berorganisasi dalam pesta babi penting sebab menyangkut pengaturan macammacam aktivitas menjelang pada waktu berlangsungnya dan pada waktu penutupan pesta babi. Pada waktu menjelang pesta babi, harus ditentukan tempat (lokasi) dan menyiapkan bangunanbangunan (pondok-pondok) bagi para peserta pesta, membangun rumah pesta (atatbon), dan mengumpulkan makanan dan minuman yang cukup serta menyiapkan babi yang cukup banyak untuk dipotong dalam pesta. Selain itu, harus disiapkan juga sejumlah babi suci yang diperuntukkan bagi kekuatan-kekuatan alam agar pesta yang akan diselenggarakan dapat berjalan dengan baik dan membawa hasil yang banyak bagi pemerkarsa pesta. Demikian pula pada waktu pesta sedang berlangsung diperlukan pengetahuan untuk mengatur konsumsi bagi para peserta pesta yang terdiri dari dua sampai tiga ribu orang. Selain itu, diperlukan pula pengetahuan untuk mengatur keamanan antara peserta yang berasal dari kelompok-kelompok yang biasanya bermusuhan. Juga pengetahuan tentang aturan-aturan yang menyangkut cara pemotongan babi dan penjualan daging babi yang merupakan acara puncak pesta tersebut harus dikuasai oleh pemerkarsa upacara. Pengetahuan religius juga sangat diperlukan oleh seorang pemimpin, terutama pengetahuan tentang penyelenggaraan suatu pesta babi. Berbagai upacara religius harus dilakukan demi suksesnya pesta, misalnya upacara yawarawon yang dilaksanakan pada waktu persiapan pesta. Pada upacara ini, ditanami pohon sakral yang merupakan pusat dari tempat pesta babi; juga upacara yawarawon menyangkut pembuatan kandang-kandang untuk menampung babi-babi yang akan dipotong dalam pesta. Pantangan-pantangan tertentu seperti misalnya, seorang yang berperan sebagai orang yang memotong babi pertama pada waktu pesta, selama masa persiapan tidak boleh makan makanan yang di masak oleh perempuan. Tujuan utama dari upacara-upacara religius dan pantangan-pantang itu adalah agar penyelenggaraan pesta mendapat bantuan dari kekuatan-kekuatan alam atas untuk memperoleh banyak kulit kerang, ot, dalam pesta babi yang memang berfungsi sebagai tempat jual beli daging babi dengan kulit kerang. Seperti halnya orang Muyu, orang Maybrat juga menuntut kepandaian berorganisasi dari seorang pemimpin atau bobot. Kepandaian atau kemampuan berorganisasi itu dapat dilihat terutama pada penyelenggaraan suatu pesta bobot. Kepandaian berorganisasi pada seorang pemimpin Maybrat bukan saja menuntut pengetahuan yang bersifat profan saja tetapi juga pengetahuan religius (sakral). Pengetahuan profan terwujud dalam keberhasilan seorang bobot Hamah Sagrim 279 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT untuk mengatur pelaksanaan pesta bobot, meliputi pengorganisasian membangun rumah-rumah pesta, pengumpulan bahan konsumsi yang dibutuhkan selama upacara pesta berlangsung dan pengumpulan kain timur serta pengaturan kelompok-kelompok yang terlibat dalam pertukaran kain timur pada waktu pesta. Orang Maybrat telah mengembangkan inisisasi (pendidikan tradisional yang disebut wiyon), setiap anak muda yang dianggap memiliki sifat berwibawa bobot di bawa untuk di didik dalam pendidikan tradisional wiyon. Dalam melakukan pendidikan inisiasi itu, semua murid tidak diperbolehkan keluar dari rumah sekolah (k¶wiyon) yang mana sangat tertutup dan sakral, bilaman merasa buang air, mereka digendong oleh guru pembimbingnya menuju tempat yang sudah di siapkan (wc). Setiap murid memiliki seorang pembimbing yang disebut raa wiyon dan seorang guru besar yang disebut raa bam. Dalam perencanaan penyelenggaraan inisiasi, seorang guru pembimbing bahkan guru besr harus menjaga kesucian mereka yaitu tidak mendekati isteri, atau wanita, tidak diperbolehkan memakan daging, dalam waktu 2 minggu menjelang pelaksanaan inisiasi. Bangunan sekolah atau juga dibilang tabernakel mempunyai aturan dan kegunaan fungsi ruang, dimana ruang luar biasanya di perbolehkan kepada semua orang baik wanita dan pria, dewasa bahkan anak-anak untuk melewatinya, sedangkan runga suci, tidak diperbolehkan untuk wanita, anak-anak, bahkan seorang guru raa wiyon yang melakukan pelanggaran aturan dilarang masuk, ruang maha suci, merupakan ruang yang sakaral dan mereka yang pantas memasukinya adalah seorang guru besar raa bam-imam untuk membawa korban persembaha. Dalam melaksanakan inisiasi tersebut, biasanya sudah ditentukan waktu, yaitu 6-9 bulan untuk yang bersedia dididik sebagai raa wiyon atau guru biasa atau rasul, sedangkan 9-12 bulan untuk murid yang dipersiapkan sebagai buru besar raa bam atau imam. Setelah dididikan dalam waktu yang sudah ditentukan, maka yang terakhir di lakukan untuk mengetahui keberhasilan setiap murid adalah menguji mereka atau disebut sana wiyon, dalam pelaksanaan sana wiyon disini akan dilihat, diantara murid kalo yang berhasil dan mampu mampu misalnya menyembuhkan orang, atau menghentikan hujan, maka ia lolos dan dikatakan sebagai wiyon tna sebaliknya untuk murid yang tidak berhasil dalam semua perintah tersebut, ia di nyatakan gugur atau jatuh ujian atau yatah koõn. Selain itu, pengetahuan religius penting juga sebab segala aktivitas sekitar pesta bobot selalu disertai dengan tindakan-tindakan religius yang harus dipatuhi. Disampingnya kepandaian berorganisasi seorang bobot dapat dilihat pada keberhasilannya untuk memimpin kelompoknya (in-group) ± terdiri dari bobot sendiri dan anak-anak buahnya, raa kinyah- untuk melakukan Hamah Sagrim 280 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT ekspedisi-ekspedisi penukaran kain timur dengan rekanan dagangannya yang tersebar hampir diseluruh daerah pedalaman kepala burung. Bagi orang Me, kepandaian berorganisasi seperti yang tereapat pada orang Muyu dan orang Maybrat, juga penting, sebab penyelenggaraan suatu pesta babi yang biasanya menelan biaya konsumsi yang besar dan yang melibatkan banyak pihak, tentu menuntut pengetahuan berorganisasi dari seorang guna mengatur terselenggaranya pesta babi. Perbedaan antara orang Me di satu pihak dengan orang Maybrat dan orang Muyu pada pihak yang lain dalam hal pengetahuan berorganisasi ialah bahwa orang Me tidak menggunakan kekuatan magis dalam acara-acara sekitar suatu pesta babi utnk mencapai keberhasilannya seperti halnya orang Maybrat dan orang Muyu. Orang Me percaya bahwa keberhasilan untuk menyelenggarakan suatu pesta babi semata-mata tergantung dari kemampuan berorganisasi penyelenggara, bukan campur tangan alam gaib (pospisil 1978:92). Nuansa dapat ditangkap dari penjelasan diatas ialah bahwa pada orang Muyu dan orang Maybrat syarat memiliki kekuatan magis bagi seorang pemimpin dianggap penting, sedangkan bagi orang Me kurang penting. Syarat-syarat lain yang dituntut pula dari seorang pemimpin pada tiga suku-bangsa tersebut adalah kemahiran berpidato dan kepandaian berdiplomasi. Data etnografi menunjukkan bahwa syarat-syarat tersebut secara positif terdapat pada tiga suku-bangsa tersebut, namun bukan merupakan syarat mutlak melainkan syarat pelengkap. Dengan demikian disimpulkan bahwa kekuasaan konsensus merupakan unsur paling penting yang digunakan dalam sistem politik pria berwibawa pada orang Maybrat, orang Me dan orang Muyu, sedangkan kekuasaan coesif atau koersif hanya merupakan unsur pelengkap saja. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, Mengatakan Inisiasi selain mendidik dan membentuk seseorang sebagai pria berwibawa, juga merupakan tempat berinteraksi antara manusia dan Allah dalam kemuliannya di dalam tabernakel (K¶wiyon-mblo wofle). Baca dalam HISTORI OF GOD IN TRIBAL RELIGIONS ³TEOLOGI TRADISIONAL SUKU MAYBRAT IMIAN SAWIAT YANG DIPARALELKAN DENGAN ALKITAB´ (karya Hamah Sagrim, 2008). Bandingkanlah antara k¶wiyon dengan tabernakel musa. Bentuk babi suci adalah babi yang berasal dari keturunan babi pertama yang merupakan hasil perkawinan antar bagian tubuh tokoh mite kamberap yang di sembelih (Den Haan, 1955:163) tradisi orang Muyu. Hamah Sagrim 281 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Persamaan serta perbedaan dari hasil analisis komparatif terhadap syarat-syarat kepemimpinan pada tiga suku-bangsa diatas dapat ditunjukkan secara sederhana dalam paradigma dibawah ini. Hasil perbandingan dari sistem politik pria berwibawa dengan keterampilan berwira swasta antara ketiga suku-bangsa seperti yang dimuat dalam penjelasan-penjelasan diatas menunjukkan bahwa walaupun orientasi hidup mereka sama, yakni mencari kekayaan, namun cara yang ditempuh masing-masing tipe pemimpin untuk mncapai dan mengalokasi cita-cita umum tersebut demi kepentingan politiknya menampakan ciri-ciri khas tertentu yang dapat membedakan mereka antara satu sama lain. Hamah Sagrim 282 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Paradigma Kepemimpinan pria berwibawa Orang Maybrat TUJUAN/CIRI ORANG MAYBRAT ORANG ME ORANG MUYU I. ORIENTASI HIDUP Kekayaan I. CIRI-CIRI I. Brmurah hati I.1. Implikasi Politik I.2 Implikasi Moral 2. Kemampuan berusaha 2.1. Bertani 2.2. Beternak Babi 2.3. Berdagang 3. Kepandaian berorganisasi 3.1. Pengetahuan Praktis 3.2. Pengetahuan Magis 3.3. Kemahiran berpidato/ berdiplomasi 3.4. Pengikut melembaga 4. Kemampuan melaksanakan ritual dan berdagang 5. Kemampuan melaksanakan syamanisme 6. Kemampuan memimpin perang 7. Berpoligini 7.1. Keluarga isteri sebagai partner dagang 7.2. Isteri sebagai tenaga produktif +++ +++ + +++ +++ +++ +++ ++ ++ ++ +++ ++ +++ + +++ +++ +++ +++ +++ + +++ +++ +++ +++ + +++ +++ +++ ++ +++ +++ +++ ++ +++ +++ ++ +++ +++ +++ +++ +++ ++ +++ +++ +++ Keterangan: +++ = sangat penting; ++ = penting; + = kurang penting Hamah Sagrim 283 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT m. Wajah Sistem Kepemimpinan Pria Berwibawa Suku Maybrat, Imian, Sawiat, dari Zaman Prasejarah - Kepemimpinan ± Kepemimpinan Mereka Sekarang, (big man leadership ± bobot) Telah diuraikan bahwa sistem kepemimpinan tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat, yang termasuk dalam sistem kepemimpinan pria berwibawa memiliki kaitan-kaitan dengan tipe-tipe kepemimpinan sebagai mana yang di lakukan oleh pemimpin-pemimpin moderen saat ini. 1. Sistem Kepemimpinan big man Orang Maybrat, Imian, Sawiat, Sebagai Leadership Sistem kepemimpinan pria berwibawa suku Maybrat, Imian, Sawiat, Big Man yang mana cenderung menampilkan kemampuan atau pengaruh interpersonal seorang bobot yang mampu menyebabkan seseorang atau kelompok untuk melakukan apa yang seorang bobot inginkan, atau juga kita bisa menyebut para bobot sebagai Leadership. 2. Operational Type Big Man Leadership Tipe kerja kepemimpinan pria berwibawa suku Maybrat, Imian, Sawiat, adalah mereka sangat antusias dan serius dalam melaksanakan segala sesuatu yang mereka kerjakan. Nilainilai yang terbangun dalam sistem kepemimpinan operational bobot ± Big Man Leadership orang Maybrat adalah sebagai berikut : y y y y y y y y y y y y Rajin - samioh Produktif ± mes bobot Orientasi kerja yang jelas (Action Oriented) ± krek aam ase Transparansi (tidak melakukan sesuatu dibelakang-belakang) Berani dan Aktif berdiplomasi Fleksibel Realistik Ekspresif Inisiatif Tinggi Tegas Cepat Spontan Hamah Sagrim 284 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT 3. Promotion Type big man Leadership Tipe kepemimpinan pria berwibawa suku Maybrat, Imian, Sawiat, dengan menggunakan metode kepemimpinan yang suka mempromosikan kemampuannya dalam meraih banyak kain timur. Nilai-nilai yang menonjol dalam promotion type bobot-big Man leadership adalah: y y y y y Pemimpin bobot yang Lincah Pemimpin bobot yang berjiwa Periang Pemimpin bobot yang romantis Pemimpin bobot yang penhibur Pemimpin bobot yang promotional, memiliki relasi aktivitas bermain kain timur ± Team Worker y y y y y y y y Pemimpin bobot yang terbuka Pemimpin bobot yang Polos Pemimpin bobot yang Antusias Pemimpin bobot yang Fleksibel Pemimpin bobot yang Luwes Pemimpin bobot yang Introvert Pemimpin bobot yang penuh Perhatian Pemimpin bobot yang komunikatif dan hangat 4. Negosiator Type big man Leadership Tipe kepemimpinan bobot ± big Man Leadership dengan menggunakan kecenderungan Negosiasi, yang mana memiliki beberapa nilai baik dalam kepemimpinannya adalah: y y y y y y y y Sebagai pemimpin bobot yang sabar Negosiator Kepemimpinan yang sangat efisien dan efektif Bertoleransi Sebagai pemimpin bobot yang tenang dan tertib. Memiliki kemampuan strategis Analistis Sebagai pemimpin yang berwibawa dan taat pada setiap kegiatan Hamah Sagrim 285 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT y Sebagai pemimpin bobot yang Disiplin 5. Conceptual Type big man Leadership Tipe kepemimpinan bobot ± big Man leadership yang memiliki kemampuan konseptual. Kepemimpinannya memiliki beberapa kelebihan tertentu yang membawanya sukses adalah: y y y y y Pemimpin bobot yang seleranya tinggi (perfectionist) Sebagai pemimpin bobot yang teliti dan juga sebagai pengamat jitu Sebagai pemimpin bobot yang Konseptual, analitis dan Mandiri serta serius Pemimpin bobot yang tertib Orientasi pada Tugas dan sebagai pemimpin bobot yang responsif terhadap feeling rendah y y y Sebagai pemimpin bobot yang ramah, pendengar, menyimak. Sebagai pemimpin bobot yang tenang dan terukur Sebagai pemimpin bobot yang suka berdiplomatis, pemikir dan selalu hati-hati. 6. Grid Type big man Leadership Tipe kepemimpinan bobot yang selalu berkonsentrasi terhadap rakyat dan penghasilan, lebih cenderung pada pola manajemen kepemimpinan. Type ini memiliki beberapa faktor pendukung antara lain sebagai mana berikut adalah: y Klen management ± klen manajemen. (kelompok yang terdiri dari keluarga-keret atau marga, mereka memiliki manajemen baik tetapi tidak memanfaatkannya dengan baik ³hura-hura´) perbandingan poin 9:1 y Team management ± team manajemen. (kelompok yang terdiri dari Team, mereka cenderung memanfaatkan peluang dengan memanajemnnya secara efektif sehingga mereka berhasil), perbandingan pon 9:9. y Midle of the road management ± kelompok manajemen sedang. (kelompok ini cenderung berada di tengah antara klen management, team manajemen dan improve manajemen serta task manajemen). Kepemimpinan Big Man ± Bobot Leadership Grid orang ayamaru dapat di ukur dari dua variabel, yaitu orientasi pada kerabat atau orang (concern for people) dan orientasi pada hasil kain Timur (concern for production). Kemudian hasilnya disusun dalam 9 poin/kriteria. Dari dua variabel kepemimpinan big man ± bobot ini maka, akan ada 5 kategori kepemimpinan, yaitu: Gambar: tipe kepemimpinan yang selalu berkonsentrasi terhadap rakyat dan penghasilan Hamah Sagrim 286 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Tipe kepemimpinan bobot pada grid 1.1. adalah kepemimpinan bobot yang sangat buruk, tidak memiliki kepedulian kepada produktifitas/hasil permainan kain timur dan juga tidak berorientasi pada rakyatnya (raã kinyah). Pada pemimpin bobot dengan grid 9.1 adalah tipe pemimpin big Man ± bobot ³country ± club´ yang berorientasi/mementingkan rakyatnya lebih daripada memperhatikan hasil bisnis kain timur. Sebaliknya pemimpin Big Man - Bobot pada grid 1.9 adalah pemimpin bobot ± Big Man yang terlalu berorientasi pada hasil permainan kain timur tetapi melanggar prinsip-pronsip kekerabatan klen (human relation). Orientasi pada sistem permainan kain timur dan hasil permainan kain timur yang tinggi, tetapi keprihatinan pada rakyat rendah. Sedangkan yang ideal, dimana pemimpin Big man ± bobot dapat memobilisasi pengikutnya dengan hasil yang optimal adalah 9.9 yaitu organisasi sangat produktif dan relasi interpersonal pemimpin dengan yang dipimpin sangat solid. Hamah Sagrim 287 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT 7. Gaya Kepemimpinan big man ± Bobot yang Situasional Gaya kepemimpinan big man ± bobot ini cenderung berdasarkan pada tingkat kedewasaan (maturity) dan kesiapan (readynes) orang yang dipimpinnya/rakyatnya. Kedewasaan dan kesiapan adalah tingkat kemampuan (willingnes) rakyat yang dipimpinnya dalam menjalankan tugas tersebut. Lihat diagram berikut; Gambar : Diagram gaya kepemimpinan Big Man ± Bobot situasional Hamah Sagrim 288 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Gambar: Tabel kesiapan orang Maybrat yang dipimpin oleh Bobot 8. Transactional Leadership ± Gaya Kepemimpinan Bobot yang Transaksional. Gaya kepemimpinan pria berwibawa bobot dimana selalu melakukan pertukaranpertukaran/transaksi-transaksi dengan rakyat yang dipimpinnya utnuk mencapai sesuatu yang diinginkannya (transactional leadership). Selain itu, bobot juga memberikan hadiah-hadiah secara timbal balik dengan kesepakatan untuk mencapai tujuan tertentu dalam bermain kain timur(contingen rewards). Bobot juga selalu melakukan pengawasan atas penyimpanganpenyimpangan yang dilakukan oleh kerabat-kerabatnya dari peraturan atau standard serta mengambil tindakan-tindakan korektif (active management by exception). Seorang bobot akan melakukan intervensi terhadap kerabat-kerabat/rakyat yang dipimpinnya jika peraturan/standard yang telah ditetapkan tidak dapat dilaksanakan, dalam proses ini hanya sebatas intervensi dan seorang bobot tidak melakukan penekanan (massive management by exception). 9. Transformational Leadership ± Gaya Kepemimpinan Bobot yang Bertransformasi. Gaya kepemimpinan bobot yang bertransformasi merupakan gaya kepemimpinan bobot dimana target atau tujuan-tujuan para klen atau pengikut-pengikutnya diperluas kekerabatannya atau ditingkatkan/ditransformasikan sehingga pada akhirnya tumbuhlah rasa percaya diri untuk mencapai yang lebih dari apa yang ditargetkan. Hamah Sagrim 289 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT 10. Charisma Leadership ± Pemimpin Bobot yang Berkarisma Bobot adalah seorang pemimpin atau seorang pria berwibawa yang sangat dihormati di suku Maybrat yang mana bobot merupakan pemimpin yang selain memiliki banyak harta kekayaan kain timur juga ada bobot yang memiliki karisma, mereka adalah pemimpinpemimpin berkarisma. Bobot yang berkarisma memiliki dimensi-dimensi kepemimpinan yang memberikan visi dan misi serta menanamkan rasa bangga, respek dan kepercayaan dalam diri kerabat klen yang mengikutinya. Selain itu, bobot juga memiliki kemampuan menginspirasikan mengkomunikasikan kerabat-kerabat klen pengikutnya, agung, yaitu ia berkemampuan simbol-simbol, harapan-harapan yang penggunaan mengekspresikan tujuan yang penting dan cara yang dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan (inspirationalized). Selain itu, bobot juga memiliki kemampuan yang mana mampu memimpin dan mengembangkan rasionalitas, intelegensi, maupun pemecahan masalah secara kreatif (intelectual stimulation). Bobot memiliki kemampuan tersendiri dalam memberikan perhatian dan perlakuan personal kepada setiap kerabat klen pengikutnya secara pribadi sehingga mereka juga mampu bertumbuh untuk menjadi orang-orang yang berwibawa. Berikut ini adalah tabel penilaian diri bobot-big man yang diklasifikasikan menurut karakteristik yang paling sesuai menyatakan diri seorang bobot. Poin 1 menyatakan pribadi seorang bobot yang paling tidak sesuai dan 5 menyatakan pribadi seorang bobot yang paling sesuai. Hamah Sagrim 290 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Gambar: Tabel penilaian Bobot Gambar: Tabel Penilaian Bobot Hamah Sagrim 291 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Hamah Sagrim 292 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Skor 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 O P N C 54 49 45 59 Gambar: skors keterangan diagram penilaian KETERANGAN TIPE PEMIMPIN BOBOT TYPE OPERATIONAL O Orientasi pada hasil Irama cepat, aktif berbicara, fleksibel, realistik, langsung, inisiatif tinggi, tegas, terbuka, cepat, spontan TYPE PROMOTIONAL P Orientasi pada orang, respon terhadap feellng tinggi, cepat akrab, komunikasi pribadi hangat, intuitif, ekspresif, terbuka, polos, antusias, fleksibel, luwes, team worker TYPE CONCEPTIONAL C Orientasi pada ketepatan, irama rendah menjaga jarak, komunikasi faktual, analistis, terukur, pandai menahan diri, berwibawa, disiplin, taat pada agenda TYPE NEGOSIATION N Orientasi pada tugas, respon terhadap feeling rendah, mendengar, menyimak, taat terhadap peraturan, tenang, terukur, tak langsung mendahulukan orang lain tenggang rasa, halus diplomaatis, hati-hati, senag berpikir Hamah Sagrim 293 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT 11. House¶s Path ± Goal Big Man Leadership Penekanan pada motivasi seorang pemimpin suku maybrat bobot - Big Man yang mampu mempengaruhi persepsi ± persepsi orang ± orangnya, baik tujuan pribadi dan pekerjaannya, serta jalan yang mempertemukan kedua tujuan tersebut. n. Dalam Kepemimpinan Bobot ± Big Man, Memiliki 4 Kecenderungan Gaya Pokok Dalam Kepemimpinan Mereka : 1. Big Man Directve Leadership Kecenderungan ini merupakan gaya kepemimpinan politik bobot ± big man yang mengarahkan tentang apa dan bagaimana melaksanakan tugas atau sistem bermain kain timur itu berjalan dengan lancar. 2. Big man Supportive Leadership Merupakan gaya kepemimpinan politik bobot ± big man yang berfokus pada kebutuhan dan kenyamanan rakyatnya dan menciptakan sistem kekerabatan ya ng nyaman. 3. Big Man Achievement and Oriented Leadership Kecenderungan kepemimpinan politik bobot-big man dengan gaya kepemimpinan yang menekankan pada target ± target keberhasilan dan meyakinkan keluarga kerabat tentang kemampuannya. 4. Participative Big Man Leadership Gaya kepemimpinan politik bobot ± big man yang suka mengkonsultasikan, menunjukkan sarang atau ide ± ide pada keluarga klen sebelum mengambil keputusan. Hamah Sagrim 294 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Gambar: Piramida Keseimbangan hidup Bobot ± Big Man Gambar: Piramida Kepemimpinan seorang Bobot ± Big Man Hamah Sagrim 295 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Gambar: Piramida makna pekerjaan dan sistem politik seorang Bobot ± Big man 7. Pola dan Sistem Penerapan Politik Kekuasaan Terbatas Seorang Bobot (Big Man) Melalu Perdagangan Kain Timur dan Perkawinan Keluar. Inti pola penerapan kekuasaan terbatas oleh seorang bobot (big man) adalah sebagai berikut: a. Orang Maybrat, Imian, sawiat, hidup pada awalnya adalah dalam kondisi alamiah (state of nature), yaitu kondisi hidup merka mulai dari system klen, atau marga, atau keret, dan setelah itu melalui perkawinan keluar sehingga terbentuklah kekerabatan patrilineal yang mana pada akhirnya mereka menjadi hidup bersama. Dalam kondisi alamiah mereka, yaitu kondisi hidup mereka di bawah bimbingan akal tanpa ada kekuasaan tertinggi dalam kehidupan mereka yang menghakimi mereka untuk berada dalam keadaan Hamah Sagrim 296 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT alamiah. Ini disebut sebagai kehidupan pada masa prapolitik, yang mana orang Maybrat, Imian, Sawiat, merasa bebas, sederajat, dan merdeka. b. Setiap orang Maybrat, Imian, Sawiat, mula-mula merasa bahwa mereka memiliki kemerdekaan alamiah untuk bebas dari setiap kekuasaan superior di dalam kehidupan mereka dan tidak berada di bawah kehendak atau otoritas legislatif tertentu. c. Meskipun keadaan alamiah adalah keadaan kemerdekaan, orang Maybrat, Imian, Sawiat, namun mereka bukan berada pada keadaan kebebasan penuh. Merekka pun juga bukan masyarakat yang tidak beradab, tetapi mereka adalah masyarakat anarki yang beradab dan rasional. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, tidak memiliki kemerdekaan untuk menghancurkan diri mereka atau apa yang menjadi milik mereka. Tetapi pada akhirnya prinsip ego yang membuatnya merasa dirinya gengsi sehingga mengakibatkan pemikiran bersaing yang pada akhirnya menjadikannya timbul konflik. d. Untuk menanggulangi kelemahan dalam hukum alam, terdapat kebutuhan hukum yang mapan yang diketahui, diterima, dan disetujui oleh kesepakatan bersama untuk menjadi standar benar dan salah. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, telah menetapkan aturan-aturan pada Teologia Wiyon-wofle sebagai penyeleksi dosa (iro) yang biasanya akan diadakan setiap saat untuk pengakuan dosa. Ini disebut dengan (tgif iro) atau upacara pengakuan dosa. Dan salah satu aturan lainnya adalah hokum isti, yang sangat begitu keras dengan aturan-aturannya. e. Setiap orang Maybrat, Imian, Sawiat, tidak menyerahkan kepada komunitas lain tentang hak-hak alamiahnya yang substansial, tetapi mereka akan tetap dengan menjalankan hakhak untuk melaksanakan hukum alam. f. Hak yang diserahkan oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat, secara individu kadang kala diberikan kepada orang sebagai individu, adajuga yang diberikan kepada kelompok tertentu, bahkan kepada seluruh komunitas. g. Perdagangan kain timur dan Perkawinan keluar adalah jalinan untuk membentuk suatu masyarakat politik. Ketika masyarakat itu telah terbentuk, kemudian harus membentuk system kekerabatan patrilineal yang dilanjutkan dengan membentuk suatu sistem strata sosial yang tepercaya sehingga sosok yang begitu terlihat berwibawa dan terkaya diantara mereka akan diangkat secara otomatis sebagai seorang bobot (big man) sesuai dengan criteria yang telah dilihat untuk memimpin kelompok sosial masyarakat tertentu Hamah Sagrim 297 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT guna mencapai sasaran tertentu. h. Seorang bobot (bigman) adalah pemimpin tertinggi dilingkungan masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, mula-mula. Seorang bobot ini kemudian bermain kain timur dan melakukan perkawinan keluar yang mana didalamnya terselubung maksud dan tujuan tertentu yang akan dicapai kemudian. Ini merupakan awalan orang Maybrat, Imian, Sawiat, mengenal bermain politik. Permainan politik melalui bermain kain timur dan perkawinan keluar sebagai suatu strategi menghimpun kekerabatan yang banyak dan kerabat-kerabat tersebut dijadikan sebagai pengikut sehingga dengan sendirinya pelaku akan dikatakan sebagai seorang pemimpin atau bobot. Sistem ini dalam kehidupan tradisional orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang mana seorang bobot (big man) adalah pembuat sekaligus pewaris keputusan tersebut. Sebagai pembuat ia menetapkan batasbatas kekuasaan, sedangkan sebagai pewaris ia adalah penerima manfaat yang berasal dari pelaksanaan kekuasaan tersebut. Inilah pola dan sistem kekuasaan terbatas yang dilakukan oleh seorang bobot (big man). o. Terjadinya Stratifikasi Sosial Masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat. Secara teoritis, semua manusia dianggap sederajat, tidak ada yang lebih tinggi antara satu dengan yang lainnya. Akan tetapi dalam kehidupan dan kenyataannya sehari-hari kita sering menjumpai adanya ketidak samaan. Selalu adanya pembedaan status masyarakat berdasarkan status yang di miliki oleh setiap orang, atau pembedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas secara bertingkat (strata). 1) Terjadinya stratifikasi sosial di dalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat Stratifikasi yang terjadi didalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, Papua, dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan mereka, dan selanjutnya disusun secara sistem kekerabatan keluarga untuk mengejar prestise tertinggi dalam tujuan mereka. Stratifikasi yang muncul dengan sendirinya pada orang Maybrat, Imian, Sawiat, adalah pada tingkat kepandaian, kewibawaan, keturunan, kepandaian memimpin, kepandaian berdiplomasi, kepandaian bermain kain timur dan ukuran harta benda (ekonomi). Sedangkan stratifikasi yang disusun secara sistem kekerabatan keluarga sebagai stratifikasi yang disusun berdasarkan garis struktur keturunan dalam sistem Hamah Sagrim 298 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT perkawinan yang mana sengaja dimunculkan untuk tujuan bersama oleh kerabat, dan sistem ini biasanya terjadi dalam sistem kekerabatan orang Maybrat, Imian, Sawiat, secara formal dan menyeluruh pada setiap keluarga yang telah kawin mengawin. Pembentukan stratifikasi ini akan muncul didalamnya sosok penggerak utama yang mulai melakukan peminjaman kain (feah bo) kepada kerabatnya yang lain. Proses ini serta merta dengan sendirinya membuat adanya stratifikasi dalam sistem kekerabatan mereka, dimana pemberi akan dianggap sebagai orang yang terhormat (bobot- big man) oleh kerabat penerima. Selanjutnya kerabat penerima akan dipandang sebagai orang terhormat (bobot ± big man) juga oleh sesama kerabatnya yang lain ketika ia memberikan peminjaman kain (feah bo) kepada mereka, walaupun dia juga telah meminjam kain dari kerabatnya yang lain. Sistem ini saya sebut sebagai sistem ³pembaharuan´. Karena melalui orang yang punya, sehingga membaharui mereka yang tidak punya, dan seterusnya. 2) Sifat stratifikasi Masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat. Sifat stratifikasi masyarakt Maybrat, Imian, Sawiat, Papua, terdiri atas dua sifat stratifikasi, yaitu; pertama; sifat yang tertutup, dan kedua; sifat yang terbuka. Pertama; stratifikasi yang tertutup, tidak memungkinkan berpindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang lain, baik yang merupakan gerak ke atas maupun gerak ke bawah. Yang tergolong dalam stratifikasi ini adalah keturunan Raja dan bobot, namun bobot tidak begitu bertahan lama jika tidak ada usaha untuk mempertahankannya. Satusatunya jalan untuk menjadi anggota pada stratifikasi tertentu dalam kehidupan masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, menurut sifat ini adalah ditentukan oleh garis keturunan keluarga, yaitu keturunannya akan berada pada stratifikasi atas jikalau berasal dari garis keturunan Bobot atau Raja, namun sebaliknya keturunannya akan berada pada stratifikasi bawah jikalau berasal dari garis keturunan rayat biasa. Berbeda dengan Sifat bobot, yang mana bisa berubah atau sebut saja bahwa stratifikasi ini tidak selamanya baku seperti sifat keturunan dari Raja, karena jikalau tidak ada usaha yang dilakukan oleh seorang individu untuk mempertahankannya maka akan mengubah stratifikasinya. Bisa saja yang teratas bisa turun ke bawah jika tidak adanya usaha untuk mempertahankannya, begitupula yang terbawah akan menjadi teratas jikalau ia selalu berusaha untuk berubah menjadi seorang bobot. Hamah Sagrim 299 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Sistem stratifikasi kasta yang tertutup di dalam Masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, Papua, ini dapat dilihat dari ciri-cirinya sebagai beriktu; 1. Keanggotaan pada kasta diperoleh karena warisan atau keturunan (bobot dan raja). 2. Keanggotaan yang diwariskan tersebut berlaku untuk seumur hidup (khusus untuk bobot jikalau tetap dipertahankan). 3. Kesadaran pada keanggotaan suatu kasta yang tertentu, terutama nyata dari nama klen/keret/marga/famili, dan identifikasi anggota kerabat, bahkan adanya penyesuaian diri yang terlihat ketat terhadap norma-norma kastanya yang mana selalu dijaga oleh masyarakat sekitar. 4. Kasta bobot terkait oleh kedudukan yang secara tradisional dan kewibawaan seorang individu yang ditetapkan sebagai tolok ukur. 5. Sangat memperhatikan prestise. Kedua; sifat yang terbuka. Sifat ini memungkinkan setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk pindah ke lapisan teratas. Misalnya karena kecakapan, prestasi, kemampuan dan kepandaian yang diperoleh sehingga setiap individu yang selalu berusaha akan memiliki kesempatan untuk beralih ke lapisan atas. Dalam kehidupan masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, dengan sifat yang terbuka ini, terlihat dengan jelas pula dengan konsep mobilitas pendidikan sebagai pengubah utama yang begitu vertikal sehingga membawa suatu perpindahan status, baik ke atas maupun ke bawah melalui stratifikasi pendidikan dan pencapaian dunia kerjanya. Dalam stratifikasi masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, Papua, kedua sistem stratifikasi ini terlihat begitu menonjol. Akan tetapi menurut analisa kami, bahwa kecenderungan masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, mulai dari abad ke-20 abad ke-21 dan seterusnya, cenderung menggunakan sifat kedua. Walaupun kelihatannya sifat pertama masih digunakan sebagai resep pencapaian prestise. Sistem stratifikasi tertutup pada masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, telah terlihat jelas karena masih adanya setiap anggota masyarakat yang tetap berada pada status yang sama dari orang tuanya, yaitu status dari keturunan bobot dan raja dan sistem stratifikasi terbuka juga terdapat pada masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, karena adanya mobilitas persaingan yang diperlihatkan oleh setiap individu dalam mengejar prestise tertentu untuk mencapai stratifikasi teratas. Hal ini terlihat melalui status masyarakatnya yang berbeda latarbelakang dari status Hamah Sagrim 300 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT orang tuanya (mereka dapat lebih tinggi maupun lebih rendah karena ditentukan dari garis keturunan orang tuanya). Namun dalam kenyataannya sekarang bahwa, masih adanya kolaborasi antara sifat tertutup dan sifat terbuka. Sifat tertutup sangat jelas terlihat melalui tatapan budaya lokal (seperti ketika membicarakan kain timur ± bo bahkan perkawinan pun selalu dipertanyakan tentang garis keturunan oleh klen wanita). Sedangkan sifat terbuka, akan terlihat jelas melalui sistem pemerintahan. Kedua sifat ini selalu digunakan sebagai suatu pola kolaborasi dalam pencapaian prestise. 3) Dasar-dasar stratifikasi dalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat. Ukuran atau kriteria yang kami pakai untuk menggolongkan anggota-anggota masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, kedalam lapisan-lapisan stratifikasi adalah: a. Ukuran kekayaan (Ekonomi) Di tengah masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, barang siapa yang memiliki kekayaan (ekonomi) paling banyak, akan masuk pada stratifikasi atau lapisan atas (bobot) b. Ukuran kekuasaan Ditengah masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, barang siapa yang memiliki kekuasaan atau wewenang terbesar, maka dia akan menempati posisi yang atas (terhormat) didalam masyarakat. c. Ukuran kehormatan atau kewibawaan, dan kepandaian. Ukuran kehormatan, kewibawaan dan kepandaian ini mungkin sekali dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan maupun ukuran kekuasaan. Disini orang yang paling disegani atau dihormati karena berwibawa, dan pandai maka dia akan mendapat tempat yang teratas dalam masyarakat. Ukuran semacam ini ditemui pada masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, yang tradisional. d. Ukuran ilmu pengetahuan. Ukuran ilmu pengetahuan didalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, dipakai karena kecenderungan mobilitas pengubah stratifikasi mereka saat ini juga ditentukan oleh ilmu pengetahuan, baik ilmu pengetahuan yang tradisional (inisiasi wiyon-wofle) dan pendidikan moderen (pendidikan sekolah). 4) Unsur-unsur stratifikasi di dalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat. Hal-hal yang menjadi unsur-unsur stratifikasi dalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, adalah: kedudukan (status) dan peranan (role). Hamah Sagrim 301 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT 1. Status Status atau kedudukan bagi masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, merujuk pada tempat seseorang dalam pola tertentu. Dengan demikian bahwa seorang bobot atau raja dapat menduduki beberapa kedudukan sekaligus, dikarenakan seorang bobot atau raja biasanya ikut serta dalam berbagai pola kehidupan. Pada umumnya masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, mengembangkan tiga macam status, yaitu; Big Man status (bobot), Ascribe Man status (Raja) dan Achieved status. Big man status adalah kedudukan dalam masyarakat yang diperoleh karena; keturunan, kewibawaan, dan kepandaian, yang mana suatu waktu bisa hilang ketika tidak bisa dipertahankan. Sebaliknya status big man juga bisa diperoleh oleh individu yang bukan berasal dari keturunan orang tua yang memiliki status big man, karena atas usaha dan kerja kerasnya dengan didukung oleh kemampuan dan kewibawaannya. Sedangkan acribe man status adalah kedudukan dalam masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, yang diperoleh melalui keturunan (raja). Sedangkan Achieved status adalah kedudukan seseorang yang diperoleh dengan usaha-usaha yang dilakukannya. Melalui achieved status inilah status bigman (bobot) dapat tercapai. Ketiga status tersebut masih begitu menonjol dan memiliki peranan penting, serta masih digunakan oleh masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, walaupun terlihat dengan jelas adanya perbedaan antara ketiga status ini dalam pola stratifikasi di dalam masyarakat mereka. Terlihat bahwa masingmasing penganut ketiga status ini selalu mengembangkannya sendiri-sendiri pada status yang ada, sesuai dengan kedudukan yang dikenal dengan assingned status, yang merupakan kedudukan yang diberikan. Dalam ketiga status ini, yang merupakan status yang tidak terubahkan adalah ascribe man status (status raja). 2. Peranan (role) Peranan pada masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, memiliki makna sebagai aspek dinamis dari status atau kedudukan. Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka dia selalu menjalankan suatu peranan yang tujuannya untuk memperoleh prestise. Suatu peranan ini terdiri atas tiga hal, yaitu; a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seorang bobot atau raja di dalam masyarakat. b. Peranan adalah suatu konsep tentang perihal apa yang dapat dengan mampu dilakukan oleh seorang bobot atau raja ditengah masyarakat. Hamah Sagrim 302 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perikelakuan seorang bobot atau raja yang sangat penting bagi struktur sosial guna mempertahankan prestisenya. C. ANALISIS C.1. Analisa Fungsi Dan Konsep Rumah Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat Dengan Pertimbangan Iklim Sebagai Faktor Yang Mempengaruhi Kenyamanan Thermal a. Analisa Bentuk Yang Mempengaruhi Kenyamanan Thermal Rumah Halit-Mbol Chalit Pada bagian ini, akan dicoba untuk menganalisis bentuk arsitektur rumah halit-mbol chalit yang tercipta dari hasil Appabolang untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kenyamanan thermal yang terjadi. 1. Lokasi Penetapan lokasi bangunan adalah salah satu unsur yang perlu mendapat perhatian. Lokasi bangunan adalah salah satu faktor yang turut berperan dalam pencapaian kenyamanan thermal bangunan. Misalnya lokasi didataran rendah khususnya di daerah pantai kelembaban cukup mendatangkan masalah, disamping dampak-dampak negatif yang disebabkan tingginya kadar garam. Untuk khusus rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, lokasi bangunan cenderung mengikuti garis pantai dan terpencar ke laut, sebagai konsekwensi dari mata pencaharian mereka sebagai nelayan. Lagi pula ini telah menjadi aturan dan sudah membudaya bahwa suku Maybrat, Imian, Sawiat, jauh dari laut karena merupakan tempat penyelamatan mereka. Disamping itu, basis hunian suku Maybrat, dan Imian, Sawiat, berada di daratan. Suku Maybrat, Imian, Sawiat, mengenal pola perletakan hunian dalam tiga kelompok. Di darat, kelompok hunian diperalihan darat dan perairan laut, di kelompok hunian diperairan laut. Lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar fisual berikut: Hamah Sagrim 303 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Gambar: Lokasi perletakan tiap rumah halit-mbol chalit (sumber, analisis peneliti. hasil survey, 2004) Dari lokasi perletakan hunian suku Maybrat, Imian, Sawiat, diatas, maka dapat dikatakan bahwa rumah dengan garis gelombang merupakan rumah yang berada diatas perairan air laut, Hamah Sagrim 304 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan angin kencang. Air laut merupakan penyumbang besar terhadap kelembaban yang terjadi. Disamping itu, angin yang bertiup dari arah laut membawa kadar garam yang sangat tinggi, sehingga bahan-bahan dari logam mudah berkarat/korosi. Begitu pula dengan rumah dengan garis datar yang menunjukkan bahwa perletakannya berada di peralihan daratan dan perairan air laut, juga masih dipengaruhi oleh pasang-surut air laut dan angin kencang. Kelembaban dan korosi/kerusakan bahan logam akibat tingginya kadar garam merupakan konsekwensi yang harus diperhatikan untuk mendirikan bangunan diatas perairan air laut maupun di peralihan antara daratan dan perairan laut. Sedangkan untuk rumah yang perletakannya di wilayah daratan, aman dari pengaruh pasang surut air laut. Namun kondisi kelembaban masih tinggi sekitar 61% - 95%. Begitu pula dengan kadar garam yang mendatangkan korosi, masih perlu diperhatikan jika lokasinya masih berada di wilayah pesisir pantai dan masih dijangkaui oleh angin laut. Sedangkan yang berada di wilayah pegunungan dan jauh dari air laut dan angin laut telah diubahkan. Korosi akibat kadar garam di abaikan. 2. Orientasi Orientasi bangunan merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan kenyamanan thermal dalam bangunan. Pengaruh sinar matahari dan angin merupakan dua hal yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan orientasi bangunan yang akan direncanakan. Namun untuk kasus rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, orientasi bangun huniannya tidak merupakan pengejawantahan dari hal-hal yang cenderung bersifat mistis. Namun secara etika sosial yang terjadi, bagi suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, mengatakan bahwa secara terhormat bangunan harus menghadap ke jalan. Dilarang atau tidak terhormat membelakangi jalan karena dianggap sombong dan kurang ajar. Untuk itu, jalan yang berfungsi sebagai sarana penghubung (kontak sosial) secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap orientasi bangunan. Begitu pula dengan bangunan yang berhubungan langsung dengan air laut, memiliki larangan mistis, bahwa bangunan harus menghadap ke laut, karena laut dipercaya sebagai tempat yang memberi penyelamatan. Sebagaimana kepercayaan mereka bahwa daratan keras/jahat, dan laut lembut/baik. Dari uraian diatas bahwa ternyata unsur iklim tidak menjadi pertimbangan dalam penentuan orientasi arah angin dan posisi lintasan matahari bukan merupakan hal yang penting. Jadi rumah-rumah yang sisi panjang bangunannya tegak lurus dengan arah angin, dan sisi pendek Hamah Sagrim 305 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT ditempatkan pada arah timur dan barat yang diketahui sebagai sisi yang secara tidak disadari turut mewujudkan kenyamanan thermal yang diperlukan. Lintasan matahari Rumah Menghadap ke jalan sebagai tanda penghormatan dan kesopanan Arah Angin Gambar: Posisi Pertapakan Rumah terhadap Orientasi Matahari dan arah angin (sumber, hasil analisis peneliti) 3. Bentuk dan Denah Suku Maybrat, Imian, Sawiat, mempunyai ukuran-ukuran tersendiri dalam menentukan bentuk bangunan. Ukuran-ukuran yang digunakan dalam menempatkan tinggi, lebar, panjang, dipakai dasar ukuran jengkalan jari disesuaikan dengan panjang kayu yang digunakan untuk memperoleh ukuran yang serasi, yaitu berupa depan, hasta, siku dan jengkal. Depan adalah panjang ujung tangan kiri ke ujung tangan kanan jika direntangkan. Hasta adalah panjang dari unutng tangan ke ujung pangkal bahu atau sebaliknya. Siku adalah panjang dari ujung tangan ke Hamah Sagrim 306 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT siku. Jengkal adalah panjang dari ujung jari ke ujung tengah ujung ibu jari jika tangan dilebarkan. Ukuran-ukuran tiap rumah halit-mbol chalit adalah sebagai berikut: a. Jumlah tiang ke arah memanjang 6 buah, ke arah lebar 4 buah pada bagian teras dan badan rumah. Jarak antara tiang-tiang menurut pengukuran 2,6 m ke arah memanjang dan 2 m ke arah melebar. Sulit menentukan berapa ukuran depan, hasta, siku atau jengkalnya secara pasti setiap orang mempunyai ukuran yang berbeda-beda sesuai jengkalan jari tangannya, lagipula tukan yang membangunnya sudah tidak ada lagi. Untuk ukuran arah vertikal, tinggi kaki 5-6 m untuk tupuan kolom pada tanah, sedangkan 9-10 m untuk tumpuan di atas pohon, tinggi badan rumah berfariasi dari 1,70 m, 3,50 m, 2 m, tinggi kepala 1,90 m. Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa bentuk denah yang tercipta dari hasil ukuranukuran tersebut adalah suatu bentuk denah yang pipih, sehingga memungkinkan untuk diterapkan sistem cross ventilation dan pemanfaatan cahaya matahari kedalam bangunan. Bentuk seperti ini sangat cocok diterapkan pada daerah tropis lembab, khususnya di wilayah pesisir pantai sekitar teminabuan, inanwatan, werisar dan sekitar perkampungan dipesisir pantai lainnya yang kondisi kelembabannya sangat tinggi, seperti di perairan pantai sekitar Sorong Selatan. Bentuk rumah bagi suku Maybrat, Imian, Sawiat, harus memiliki tiga syarat, baik bentuk ke arah vertikal maupun bentuk ke arah horizontal sesuai dengan aturan budaya appabolang. Arah vertikal ditandai dengan hafot/sur (kaki), kriras (badan), dan timanaf (kepala). Arah horizontal ditandai dengan isit (teras), samu tkah (badan rumah), dan ohat (tungku api/dapur). Syarat ini masing-masing mempunyai arti dan fungsi tersendiri, yaitu hafot/sur (kaki) merupakan bagian kotor yang dikelilingi oleh makhluk-makhluk jahat sehingga harus di tinggikan. Hal ini tentunya bermanfaat untuk mengatasi kelembaban yang terjadi dibawah kolong rumah dan juga bermanfaat untuk mengantisipasi luapan pasang surut air laut. Sumanaf (kepala) yang dilambangkan sebagai yang maha tinggi, suci, serta dipercaya sebagai tempat makhluk halus. Tentunya keadaan seperti ini sangat baik untuk mengusir panas yang ada didalam ruang. Samu tkah tkah (badan rumah) yang posisinya ditengah diapit oleh isit (teras), dari arah horizontal, hafot/sur (kaki) dan timanaf (atap) dari arah vertikal. Hal ini tentunya baik untuk melindungi ruang aktivitas keluarga dari sinar matahari langsung, hujan, dan pasang surut air laut. Disamping inti pengetahuan tentang kisaran pasang surut tercermin dari ketinggian lantai dengan Hamah Sagrim 307 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT menentukan sekisar 1,5 ± 2 m. Lantai yang ditinggikan dapat memberikan jalan untuk pergerakan udara bahwa lantai hal ini merupakan solusi yang baik untuk mengatasi kelembaban. Bentuk rumah halit-mbol chalit dan kaitannya dengan kenyamanan thermal, dapat diuraikan sebagai berikut: Rumah halit-mbol chalit merupakan rumah yang berbentuk panggung yang memiliki kaki, badan dan kepala sebagai konsekwensi dari aturan budaya Appabolong. Tinggi kaki/kolong berukuran tinggi sekitar 1,70 m keatas dari permukaan tanah. Kondisi ini memungkinkan untuk mengatasi kelembaban yang terjadi dibawah lantai. Untuk lebih jelasnya dapt dilihat pada gambar berikut: Dapur Kepala Badan Badan Rumah Kaki Teras Tangga Gambar: Rumah halit-mbol chalit berdasarkan budaya appabolang (Sumber, hasil analisis peneliti) Hamah Sagrim 308 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT 4. Bukaan-Bukaan (sistem Penghawaan) Bukaan-bukaan sangat penting peranannya untuk mendapat penghawaan dalam bangunan. Sistem penghawaan perlu diperhatikan untuk menciptakan kenyamanan dalam bangunan, terutama pada bangunan rumah tinggal yang menggunakan sistem pendinginan pasif. Sistem penghawaan untuk pendingin positif perlu diperhatikan: orientasi jendela, dimensi jendela, disain sistem daun jendela, dan waktu pembukaan jendela. Untuk kasus penghawaan rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, dapat dilihat contoh rumah halit-mbol chalit berikut: a. Sistem penghawaan pada rumah halit-mbol chalit yang berada di sisi timur dan barat, terdiri dari jendela, bukaan keluar yang terbuat dari krepyak kayu dan kaca bening, ventilasi dan kisi-kisi kayu, bukaan pintu dan kisi-kisi kayu pada batasan atas kearah atap dan kebawah. Ini tidak searah dengan jalur angin, padahal arah angin dari utara. Jadi posisi bukaan sejajar arah angin. Hal ini tentunya kurang menguntungkan apabila tidak ditangani dengan sempurna. Pengontrolan dan pembelokan arah angin ke bangunan sangat diperlukan supaya ventilasi silang atap tetap terjadi. Yang menguntungkan pada rumah ini adalah ventilasi atap, yaitu kisi-kisi sisa kayu diantara dinding dan atap yang tidak ditutup dan bukaan sekitar 50,20% dari luas dinding pada sisi utara atau tegak lurus arah datangnya angin. Namun kondisi ini belum mampu menghapus panas untuk menurunkan temperatur dalam, khususnya sekitar jam 10.00 siang sampai jam 16.00 sore, sehingga kondisi dalam ruang masih berada dalam kondisi hangat yaitu sekitar 28°C ± 30,2°C. b. Sistem penghawaan pada rumah yang berdiri pada sisi utara dan selatan terdiri dari jendela, ventilasi dari kisi-kisi kayu. Orientasi bukaan terbesar berada disisi utara dan selatan. Hal ini tentunya sangat menguntungkan karena arah angin terbesar pada daerah ini adalah dari utara, jadi memungkinkan adanya ventilasi silang. Disamping itu, didukung dengan bukaan sekitar 40,80% dari luas dinding. Namun kondisinya seperti halnya dengan rumah yang posisi timur dan barat, belum mampu menghapus panas untuk menurunkan temperatur dalam kasusnya sekitar jam 10.00 siang sampai jam 16.00 sore. Sehingga kondisi dalam ruang masih berada dalam kondisi hangat, yaitu sekitar 28°C ± 29,5°C. 5. Atap dan Dinding Atap dan dinding adalah unsur yang harus diperhatikan untuk melindungi bangunan dari alam luar. Atap merupakan elemen yang paling banyak menerima radiasi matahari secara langsung. Untuk itu perlu adanya usaha penyekatan untuk mengurangi pengaruh matahari Hamah Sagrim 309 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT terhadap ruang bawanya. Atap bangunan selain berfungsi sebagai pelindung terhadap kebasahan/kelembaban dan hempasan. Untuk kasus rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, atap selain berfungsi untuk melindungi bangunan dan panas matahari dan kebasahan hujan, atap juga berpengaruh terhadap kebiasaan mereka, terutama bagi yang berada disekitar laut selalu memanfaatkan atap untuk menampung air hujan untuk keperluan minum sehari-hari. Untuk itu kemiringan atap pada rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, rata-rata 30° - 45°. Kemiringan ini tentu saja dapat merupakan solusi yang baik untuk mempercepat turunnya air hujan dari atap, sehingga dapat mengurangi kebocoran dan pembusukan pada bahan atap, disamping dapat mengurangi kelembaban yang datang dari atap. Kemiringan atap juga berpengaruh terhadap besarnya panas yang diterima. Sebagaimana yang dikatakan Zokolay (1981) bahwa atap dasar lebih besar 50% menerima panas matahari daripada atap miring. Disamping atap bangunan, dinding juga perlu mendapat perhatian untuk menciptakan kondisi nyaman dalam bangunan. Dinding yang baik harus senantiasa menjadi pelindung terhadap radiasi matahari, pelindung terhadap hempasan hujan dan kelembaban dan pelindung terhadap arus angin luar, serta harus senantiasa memelihara suhu yang diminta di dalam ruang. Untuk mengurangi besarnya pengaruh radiasi pada bangunan maka dinding harus dibayangi dan dihindari dari sinar matahari dan dihindari dari sinar matahari langsung. Disamping itu, bahan dinding sebaiknya mempunyai time lag yang besar namun kerapatan dinding harus diatur agar tetap memiliki bagian-bagian yang berlubang sebagai ventilasi alami. Untuk khusus rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, bahan dinding terdiri atas beberapa bahan utama, yaitu Kulit kayu, Papan kayu, gaba-gaba/pelepah sago, dedaunan. Namun yang masih digunakan hingga sekarang adalah papan kayu yang mempunyai time lag yang kecil, sehingga panas yang ada langsung diterima dan dipancarkan. Temperatur ruang luar dan ruang dalam tidak mempunyai perbedaan yang signifikan. Untuk itu, dinding dan bukaan-bukaan baru senantiasa dilindungi dari sinar matahari. 6. Overstek Overstek atau pelindung seperti yang diuraikan didepan sangat besar peranannya untuk menciptakan kenyamanan dalam bangunan. Overstek-overstek yang lebar dan sudut jatur atap yang begitu memanjang hingga badan bangunan sangat dibutuhkan untuk menghambat sinar Hamah Sagrim 310 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT matahari yang masuk kedalam ruang secara langsung, memberi bayangan peneduh dan melindungi hujan. Untuk kasus rumah tingga Maybrat, Imian, Sawiat, overstek atau pelindung sangat dibutuhkan seperti sisi bangunan. Hal ini tentunya untuk melindungai dinding terutama dari sinar matahari langsung, mengingat bahan dinding yang digunakan dari papan dan kayu dengan time lag yang kecil. Namun kenyataan penggunaan overstek/pelindung pada rumah halit-mbol chalit yang diteliti hanya bagian depan dan belakang yang mendapat perlindungan overstek, sedangkan bagian sisi kiri dan kanan tidak, atau hanya menggunakan panjangnya ukuran jatuh atap yang hingga menutup paruh dinding bagian atas. Ukurannya sekitar 80-100 cm. 7. Material dan Warna Material dan warna yang digunakan pada bangunan juga perlu mendapat perhatian, karena kedua unsur ini sangat berpengaruh terhadap penambahan panas di dalam bangunan. Color can influence of heat absorbed by the building surface that affect internal temperature. Jika pendinginan fakor utama pada perencanaan bangunan, maka kombinasi bidang dengan warnawarna muda dan dinding yang mampu melawan panas perlu diperhatikan. Untuk kasus rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, penggunaan material dan warna pada atap, dinding dan lantanya dapat diuraikan sebagai berikut: a. Atap Roof design id the result of geographical condition, climate is the reason for the ³slope´, while the local soil conditions explain the choise of certain ³materials´. Pengertian ini sangat relevan bila melihat kondisi tanah yang sangat lemah daya dukungnya, berupa tanah lempung dan tanah lumpur sehingga pemilihan material atap bangunan sangat dipengaruhi oleh daya dukung tanah. Penggunaan material atap dipermukiman kampung Maybrat, Imian, Sawiat, hanya dijumpai dua jenis, yaitu atap daun dan atap seng. Penggunaan atap daun bagi suku Maybrat, Imian, Sawiat, didasarkan pada faktor ekonomi dalam ukuran sekarang ini, namun merupakan bahan utama pada zaman lampau (prasejarah). Namun perlu diketahui bahwa penggunaan atap daun sangat baik untuk meredam pengaruh radiasi matahari karena tidak menyerap panas, pengudaraan baik, dan warnanyapun merupakan warna alami. Atap daun ini dapat merefleksi panas antara 20% 23%. Kekurangan/kendala penggunaan atap daun yaitu, atap ini berongga sehingga mudah mengundang cendawan, lumut, serangga, dan hama lain yang tidak menyedapkan, Hamah Sagrim 311 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT bahkan sering berbahaya. Atap ini juga mudah untuk terbakar. Namun untuk pencegahan terhadap hama dan lain-lain dapat diatasi dengan pengawetan atau difusi dengan cara mengawetkannya dibawah sinar matahari selama 1-2 bulan tergantung kekuatan bahan yang diawetkan, yang mana jika terlihat pada bentuknya jika sudah awet baru difungsikan. Namun untuk penduduk yang berada di pesisir air laut, biasanya mengawetkan dengan menggunakan air garam, dan sinar matahari, hal ini tentunya menguntungkan untuk penggunaan atap daun. Tapi disisi lain penggunaan atap seng tentu saja air garam menjadi musuh dan sangat bertolak belakang, karena dapat menyebabkan korosi sehingga mudah bocor. Penggunaan atap seng bagi suku Maybrat, Imian, Sawiat, disamping karena pertimbangan konstruksi yang ringan juga terhadap kebiasaan menampung air hujan, terutama mereka yang berada di air laut. Air hujan dari cucuran atap seng lebih jernih dan lebih bersih dibanding atap daun. Atap seng dapat merefleksi panas 90% - 70% akibat radiasi matahari. Pada rumah tingga suku Maybrat, Imian, Sawiat, atap seng rata-rata tidak diberi warna. Warna ini dapat merefleksi panas sekitar 40% - 35% walaupun demikian penggunaan material ini cepat menjadi panas, sehingga berpengaruh pada kondisi comfort di dalam ruangan. Untuk itu, guna dapat mengantisipasinya dengan pasangan plafond dan bukaan jendela yang cukup. Disamping itu, diisi bawah atap seng mudah menjadi kondensasi khususnya dipagi hari. Untuk itu, konstruksi kayu yang berada dibawahnya harus terlindungi benar dari kelembaban. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian cat atau ter dan harus bisa bernafas, artinya hawa udara senantiasa mengalir berputar dibawahnya. Pada rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, dapat dikatakan telah merespon terhadap kondisi ini, dapat dilihat pada pemasangan kisi-kisi kayu yang memungkinkan terjadinya pengalihan udara. b. Dinding Material dinding yang digunakan pada rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, umumnya dari Papan Kayu, dan ada yang diberi cat/warna, ada yang memanfaatkan warna alami kayu, sehingga permukiman kampung nampak ramai dengan warna-warni. Pemilihan material kayu untuk bahan dinding didasarkan pada pengetahuan warga tentang lingkungan alamnya, yaitu mereka cenderung memilih kayu yang permukaannya kasar dengan jenis-jenis kayu tertentu yang sudah dikenal semenjak temurun yang digolongkan sebagai kayu yang kuat. Dari rumah yang diteliti, hampir keseluruhan rumah Hamah Sagrim 312 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT hunian suku Maybrat, Imian, Sawiat, hampir menggunakan jenis kayu yang sama, yaitu kayu besi (ataf), Matoa, dan kayu ulin yang dianggap berkualitas baik. Materi kayu mempunyai kemampuan pemantulan sekitar 60% - 40% tahan terhadap angin, hujan dan mempunyai kemampuan pengisolasian panas sedang, serta tingkat penyerapan sekitar 40% - 60% apabila dengan perawatan yang baik dan konstruksi yang tepat. Penggunaan warna bagi suku Maybrat, Imian, Sawiat, didasarkan pada pengetahuan tentang tingginya kelembaban dilingkungan dengan mengikuti pola yang dilakukan oleh orang Hindia Belanda terdahulu dan juga tentunya untuk memberi nilai estetika. Menurut pengalaman mereka bahwa dengan memberi warna atau cat pada dinding, lebih dapat bertahan terhadap basah/lembab daripada tidak sama sekali. Pemakaian cat pada dinding tiap rumah halit-mbol chalit, semuanya memakai warna yang memiliki daya serap sekitar 20% - 60% atau daya daya pantul 80% - 35%. Hal ini tentunya dapat membantu untuk mengurangi perolehan panas dalam bangunan. c. Lantai Penggunaan material lantai sama dengan dinding, yaitu yang memilih material kayu yang permukaannya licin. Terhadap pertimbangan pengaruh iklim, pemakaian lantai kayu sangat mereduksi panas, lagi pula lantai kayu hangat untuk malam hari yang begitu dingin. Sedangkan kelembaban yang timbul akibat penguapan air dikolong lantai disiasati dengan konstruksi penggung tampa penutup kolong, sehingga dapat mengalir dengan baik. 8. Pola Penataan Hunian Pola penataan Hunian permukiman ini bileh dikatakan masih serawut dan tidak teratur. Hanya barisan depan menghadap jalan yang berbaris rapi, sedangkan hunian lainnya bersebaran ke arah laut dan hutan tanpa keteraturan. Pola penataan hunian dikampung agaknya menyimpang dari teori bahwa untuk daerah panas lembab, pola penataan bangunan yang teratur dalam bentuk grid dan dengan pola jalan yang saling memotong tegak lurus dengan bangunan sebagai pebatas tepi akan sangat sesuai, dengan pola yang dimanfaatkan untuk ventilasi dalam bangunan dan diharapkan menjadi lancar (Gideon S Golony, 1995). b. Faktor ± faktor iklim tropis yang mempengaruhi kenyamanan thermal dalam ruang. Penelitian mengenai kenyamanan thermal baik dari Szokolay (1980), Egan (1975), maupun dari Santoso (1986), tidak disepakati suatu besaran kenyamanan yang sama. Kenyamanan Hamah Sagrim 313 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT thermal tidak dapat diartikan sebagai suatu besaran tetap, tetapi merupakan ambang batas relativ yang menunjukkan bahwa kondisi iklim tertentu, lingkungan sekitar, jenis kelamin, kelompok usia, aktifitas dan lain sebagainya. Hal ini diperjelas dengan memperhatikan faktor ± faktor yang mendukung kenyamanan thermal adalah sebagaimana pada tabel berikut : Faktor ± Faktor Kenyamanan thermal FAKTOR FISIOLOGI Makanan Ras Bangsa Umur Jenis Kelamin Kondisi Tubuh Situasi lingkungan FAKTOR PERANTARA Pakaian Aktivitas Penyesuaian Musim Jumlah penghuni Psiko factor FAKTOR FISIK Temperature Udara Temperature dinding Kelembaban Gerakan udara Tekanan Udara Komposisi Udara Listrik Udara Pengaruh Akustik Pengaruh Mata Kehilangan panas pada manusia disebabkan oleh konveksi kondisi, evaporasi dan radiasi. Konveksi sekitar 40%, evaporasi 20%, radiasi matahari sekitar 40% dan konduksi biasanya memberi kontribusi sangat kecil. Jumlah kehilangan panas ini akan menentukan respon seseorang terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga ia akan mampu merasakan kenyamanan thermal yang mana didukung oleh : temperatur udara, radiasi penggerakan udara, dan kelembaban relatif. Kombinasi dan faktor ± faktor ini akan menghasilkan suatu nilai kenyamanan thermal tertentu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut: Hamah Sagrim 314 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Diagram faktor ± faktor Kenyamanan Thermal. KEHILANGAN PANAS PADA MANUSIA Konveksi (40 %) Evaporasi (20 %) Radiasi (40 %) Konduksi (Sangat Kecil) Temperatur Udara Radiasi PergerakanUdara Kelembaban Relatif Elemen ± Elemen iklim yang mempengaruhi kenyamanan thermal adalah : a. Radiasi (radiation) Kenyamanan radiasi (thermal comfort) merupakan hal penting dalam menciptakan suatu kenyamanan dalam ruang. Walau hal ini tergantung pada Radiasi matahari (sun rise). b. Temperatur udara (air temperature) kenyamanan temperatur (thermal comfortable) juga merupakan suatu hal penting dalam menciptakan suatu kenyamanan di dalam ruang, walau hal ini tergantung dari perasaan pada bagian subjektiv (subjective veeling state) dan perasaan kenyamanan (convortable veeling) namun ini harus tetap diusahakan agar dapat tercipta, karena walaupun bagaimana manusia mempunyai kemampuan adaptasi yang terbatas, dan bila hal ini terlampaui maka bisa mengakibatkan gangguan. Penyelesaian dari masalah ini adalah berkaitan sangat erat dengan faktor ± faktor kenyamanan lainnya sehingga tidak dapat dipisahkan. Sesungguhnya sangat sukar sekali dalam menentukan ukuran ± ukuran kenikmatan secara tepat oleh karena kombinasi dan pergerakan udara dengan kecepatan 4,57m -7,63m /menit, suhu udara 20,4°C dan kelembaban 20% - 70%, dan kecepatan pergerakan udara sama Hamah Sagrim 315 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT seperti disebutkan di atas. Kombinasi temperature udara, kelembaban, dan kecepatan angin yang membentuk temperature nyaman pada saat tersebut di katakan sebagai temperatur efektif. Lihat tabel beikut: Gambar : Diagram kenyamanan, menurut Olgyay (Sumber, Lippsmeier, 1994 c. Kelembaban dan Curah Hujan (evaporate and rain) Kelembaban udara dapat mengalami fluktuasi yang tinggi, sangat tergantung terutama pada perubahan temperatur udara. Semakin tinggi temperatur, semakin tinggi pula kemampuan udara menyerap air. Kelembaban relativ menunjukkan perbandingan antara tekanan uap air yang ada terhadap tekanan uap air maksimum yang mungkin dalam kondisi temperatur udara tertentu yang di nyatakan dalam porsen. Udara yang telah jenuh tidak dapat menyerap air lagi karena tekanan air maksimum telah tercapai. Sedangkan kelembaban absolut adalah kadar air dari udara yang dinyatakan dalam garam perkilogram udara kering, dengan cara mengukur tekanan yang ada pada udara dalam kilo pascal (Kpa) atau disebut juga tekanan uap air. Hamah Sagrim 316 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Kelembaban udara yang nikmat untuk tubuh berkisar 40 ± 70%. Padahal tempat ± tempat seperti ditepi pantai, berkisar 80%-98%. Untuk itu diperlukan pengembangan lain demi rasa comfort tubuh. Dengan kata lain proses penguapan harus dipercepat. Jika kelembaban udara sudah jenuh, maka tubuh kita tidak bisa menguapkan keringat lagi. Khusus yang tinggal di daerah pantai harus diingat bahwa angin laut selain membawa kelembaban, jug membawa kadar garam yang tinggi, yang menyusup dan merusak bahan ± bahan logam di mana ± mana. Pengaturan kelembaban dalam ruang juga sangat penting karena kelembaban ruangan yang tinggi dapat menyebabkan penggemburan permukaan kaca pada musim dingin dan kelembaban rendah dapat mengakibatkan masalah listrik statis. Di daerah iklim tropis yang bercurah hujan tinggi, faktor kelembaban harus mendapat perhatian. Kelembaban dapat membawa bahaya dan kerugian ± kerugian. Mengakibatkan dinding ± dinding menjadi basah yang mana bisa mengurangi daya isolasi kalor, sedangkan penguapan kebasahan dinding juga membuat ruang menjadi dingin, menambah kadar uap air didalamnya. Itu semua mendorong uap air dalam ruangan untuk berkondensasi. Kelembaban yang tidak ditiup pergi oleh angin dapat menjadi penyebab ketidaknyamanan di dalam ruang. Pada kenyataannya orang dipantai tidak terlalu merasa kesal terhadap suhu. Yang paling dirasakan sebagai penyebab ketidak enakan bukan pertama suhu udara, melainkan kelembaban. Selain itu kelembaban dapat menimbulkan pembusukan pada kayu, pengkaratan logam ± logam. Gambar: Diagram Psikometerik (sumber, Lippsmeier, 1994 ) Hamah Sagrim 317 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT d. Penggerakan Udara (air wave) Penggerakan udara terjadi disebabkan oleh pemanasan lapisan ± lapisan yang berbeda ± beda. Angin yang diinginkan, angin lokal, sepoi ± sepoi yang memperbaiki iklim makro, angin yang memiliki gerakan kuat tidak diharapkan sehingga pemecahan harus diberikan. Gerakan udara didekat permukaan tanah dapat bersifat sangat berbahaya dengan gerakan di tempat yang tinggi. Semakin kasar permukaan yang dilalui, semakin tebal lapisan udara. Arah angin sangat menentukan orientasi bangunan. Di daerah lembab diperlukan sirkulasi udara yang terus ± menerus. Di daerah tropika basah, dainding ± dinding luas sebuah bangunan terbuka untuk sirkulasi udara lebih besar daripada yang dibutuhkan untuk pencahayaan. Sedangkan perbandingan untuk kecepatan angin, dan akibat serta pengaruh yang ditimbulkan pada manusia di lingkungannya. Lihat tabl : Hamah Sagrim 318 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Tabel: Perbandingan untuk Kecepatan Angin, dan Akibat serta Pengaruh yang ditimbulkan pada Manusia di Lingkungannya Beufort No 0 1 Asap berhembus vertical Arah angin tampak dari serabut lepas dari asap, belum dari kepulan 2 Asap yang condong menuju arah angin. Angin terasa diwajah, menimbulkan desiran, kepulan 3 asap condong Menuju arah angin. 4 5 Ranting ± ranting kecil dan dedaunan bergerak terus, angin bisa meningkatkan kibaran bendera Angin menghamburkan debu dab kertas, Kurang dari 1.5 Indikasi / Gejala Kecepatan (kmph) menggerakkan gerakan dahan- dahan kecil 6 Angin menggoyangkan pepohonan kecil, terjadi riak ± riak kecil ombak / gelombang 7 Bergoyangnya dahan besar, timbulnya bunyi kabel telegraph bersinggungan akibat tertiup angin, paying 8 9 terbuka sulit dikuasai Seluruh pepohonan bergoyang, gangguan melawan angin dirasakan oleh pejalan kaki 10 Ranting pohon patah, kepayahan pejalan kaki di jalan Pepohonan bertumbangan, timbulnya kerusakan kecil 11 12 pada bangunan, genteng ± genteng bangunan mulai beterbangan. Terjadinya kerusakan lebih parah pada konstruksi bangunan, pohon ± pohon ambruk Terjadinya kerusakan/malapetaka yang lebih luas Angin ribut / badai tofan Hamah Sagrim 319 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Untuk bangunan di daratan yang berdataran tinggi, harus memperhatikan sifat angin yang kadang ± kadang kencang dan hal ini perlu dihindari. Jadi kecuali mempelajari cepat dan lembabnya gerakan angin di suatu daerah, dan sangat perlu juga diketahui arah angin setempat. Untuk daerah panas lembab, pola penataan bangunan teratur dalam bentuk grid dengan pola jalan yang saling memotong tegak lurus, namun di wilayah Maybrat Imian Sawiat menggunakan pola linear, yang mana penataan bangunan mengikuti alor gunung, sungai dan pantai. e. Mendefinisikan Kembali Arsitektur Tropis di Indonesia Salah satu alasan mengapa manusia membuat bangunan adalah karena kondisi alam iklim tempat manusia berada tidak selalu baik menunjang aktivitas yang dilakukannya. Aktivitas manusia yang bervariasi memerlukan kondisi iklim sekitar tertentu yang bervariasi pula. Untuk melangsungkan aktivitas kantor, misalnya, diperlukan ruang dengan kondisi visual yang baik dengan intensitas cahaya yang cukup; kondisi termis yang mendukung dengan suhu udara pada rentang-nyaman tertentu; dan kondisi audial dengan intensitas gangguan bunyi rendah yang tidak mengganggu pengguna bangunan. Karena cukup banyak aktivitas manusia yang tidak dapat diselenggarakan akibat ketidaksesuaian kondisi iklim luar, manusia membuat bangunan. Dengan bangunan, diharapkan iklim luar yang tidak menunjang aktivitas manusia dapat dimodifikasidiubah menjadi iklim dalam (bangunan) yang lebih sesuai. Usaha manusia untuk mengubah kondisi iklim luar yang tidak sesuai menjadi iklim dalam (bangunan) yang sesuai seringkali tidak seluruhnya tercapai. Dalam banyak kasus, manusia di daerah tropis seringkali gagal menciptakan kondisi termis yang nyaman di dalam bangunan. Ketika berada di dalam bangunan, pengguna bangunan justru seringkali merasakan udara ruang yang panas, sehingga kerap mereka lebih memilihberada di luar bangunan. Pada saat arsitek melakukan tindakan untuk menanggulangi persoalan iklim dalam bangunan yang dirancangnya, ia secara benar mengartikan bahwa bangunan adalah alat untuk memodifikasi iklim. Iklim luar yang tidak sesuai dengan tuntutan penyelenggaraan aktivitas manusia dicoba untuk diubah menjadi iklim dalam (bangunan) yang sesuai. Para arsitek yang kebetulan hidup, belajar dan berprofesi di negara beriklim sub-tropis, secara sadar atau tidakatau karena aturan membangun setempatkerap melakukan tindakan yang benar. Karya Hamah Sagrim 320 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT arsitektur yang mereka rancang selalu didasari pertimbangan untuk memecahkan permasalahan iklim setempat yang bersuhu rendah. Bangunan dibuat dengan dinding rangkap yang tebal, dengan penambahan bahan isolasi panas di antara kedua lapisan dinding sehingga panas di dalam bangunan tidak mudah dirambatkan ke udara luar. Meskipun mereka melakukan tindakan perancangan guna mengatasi iklim sub-tropis setempat, karya mereka tidak pernah disebut sebagai karya arsitektur sub-tropis, melainkan sebagai arsitektur Victorian, Georgian dan Tudor; sementara sebagian karya yang lain diklasifikasikan sebagai arsitektur modern (modern architecture), arsitektur pasca-modern (post-modern architecture), arsitektur modern baru (new modern architecture), arsitektur teknologi tinggi (high-tech architecture), dan arsitektur dekon. Di sini terlihat bahwa arsitektur yang dirancang guna mengatasi masalah iklim setempat tidak selalu diberi sebutan arsitektur iklim tersebut, karena pemecahan problematik iklim merupakan suatu tuntutan mendasar yang 'wajib' dipenuhi oleh suatu karya arsitektur di manapun dia dibangun. Sebutan tertentu pada suatu karya arsitektur hanya diberikan terhadap ciri tertentu karya tersebut yang kehadirannya 'tidak wajib', serta yang kemudian memberi warna atau corak pada arsitektur tersebut. Sebut saja arsitektur yang 'bersih' tanpa embelembel dekorasi, yang bentuknya tercipta akibat fungsi (form follows function) disebut arsitektur modern. Arsitektur dengan penyelesaian estetika tertentuyang antara lain menyangkut bentuk, ritme dan aksentuasidiklasifikasikan (terutama oleh Charles Jencks) ke dalam berbagai nama, seperti halnya arsitektur pasca-modern, modern baru dan dekonstruksi. Semua karya arsitektur tersebut tidak pernah diberi julukan 'arsitektur sub-tropis' meskipun karya tersebut dirancang di daerah iklim sub-tropis guna mengantisipasi masalah iklim tersebut. Kemudian mengapa muncul sebutan arsitektur tropis? Seolah-olah jenis arsitektur ini sepadan dengan julukan bagi arsitektur modern, modern baru dan dekonstruksi. Jenis yang disebut belakangan lebih mengarah pada pemecahan estetika seperti bentuk, ritme dan hirarki ruang. Sementara arsitektur tropis, sebagaimana arsitektur sub-tropis, adalah karya arsitektur yang mencoba memecahkan problematik iklim setempat. Bagaimana problematik iklim tropis tersebut dipecahkan secara desain atau rancangan arsitektur? Jawabannya dapat seribu satu macam. Seperti halnya yang terjadi pada arsitektur sub-tropis, arsitek dapat menjawab dengan warna pasca-modern, dekonstruksi ataupun HighHamah Sagrim 321 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Tech, sehingga pemahaman tentang arsitektur tropis yang selalu beratap lebar ataupun berteras menjadi tidak mutlak lagi. Yang penting apakah rancangan tersebut sanggup mengatasi problematik iklim tropishujan deras, terik radiasi matahari, suhu udara yang relatif tinggi, kelembapan yang tinggi (untuk tropis basah) ataupun kecepatan angin yang relatif rendahsehingga manusia yang semula tidak nyaman berada di alam terbuka, menjadi nyaman ketika berada di dalam bangunan tropis itu. Bangunan dengan atap lebar mungkin hanya mampu mencegah air hujan untuk tidak masuk bangunan, namun belum tentu mampu menurunkan suhu udara yang tinggi dalam bangunan tanpa disertai pemecahan rancangan lain yang tepat. Dengan pemahaman semacam ini, kemungkinan bentuk arsitektur tropis, sebagaimana arsitektur sub-tropis, menjadi sangat terbuka. Ia dapat bercorak atau berwarna apa saja sepanjang bangunan tersebut dapat mengubah kondisi iklim luar yang tidak nyaman, menjadi kondisi yang nyaman bagi manusia yang berada di dalam bangunan itu. Dengan pemahaman semacam ini pula, kriteria arsitektur tropis tidak perlu lagi hanya dilihat dari sekedar 'bentuk' atau estetika bangunan beserta elemen-elemennya, namun lebih kepada kualitas fisik ruang yang ada di dalamnya: suhu ruang rendah, kelembapan relatif tidak terlalu tinggi, pencahayaan alam cukup, pergerakan udara (angin) memadai, terhindar dari hujan, dan terhindar dari terik matahari. Penilaian terhadap baik atau buruknya sebuah karya arsitektur tropis harus diukur secara kuantitatif menurut kriteria-kriteria fluktuasi suhu ruang (dalam unit derajat Celcius); fluktuasi kelembapan (dalam unit persen); intensitas cahaya (dalam unit lux); aliran atau kecepatan udara (dalam unit meter per detik); adakah air hujan masuk bangunan; serta adakah terik matahari mengganggu penghuni dalam bangunan. Dalam bangunan yang dirancang menurut kriteria seperti ini, pengguna bangunan dapat merasakan kondisi yang lebih nyaman dibanding ketika mereka berada di alam luar. Penulis menganggap bahwa definisi atau pemahaman tentang arsitektur tropis di Indonesia hingga saat ini cenderung keliru. Arsitektur tropis sering sekali dibicarakan, didiskusikan, diseminarkan dan diperdebatkan oleh mereka yang memiliki keahlian dalam bidang sejarah atau teori arsitektur. Arsitektur tropis seringkali dilihat dari konteks 'budaya'. Padahal kata 'tropis' tidak ada kaitannya dengan budaya atau kebudayaan, melainkan berkaitan dengan 'iklim'. Pembahasan arsitektur tropis harus didekati dari aspek iklim. Mereka yang mendalami persoalan iklim dalam arsitekturpersoalan yang cenderung dipelajari oleh Hamah Sagrim 322 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT disiplin ilmu sains bangunan (fisika bangunan)akan dapat memberikan jawaban yang lebih tepat dan terukur secara kuantitatif. Mereka yang dianggap ahli dalam bidang arsitektur tropisKoenigsberger, Givoni, Kukreja, Sodha, Lippsmeier dan Nick Bakermemiliki spesialisasi keilmuan yang berkaitan dengan sains bangunan, bukan ilmu sejarah atau teori arsitektur. Kekeliruan pemahaman mengenai arsitektur tropis di Indonesia nampaknya dapat dipahami, karena pengertian arsitektur tropis sering dicampuradukkan dengan pengertian 'arsitektur tradisional' di Indonesia, yang memang secara menonjol selalu dipecahkan secara tropis. Pada masyarakat tradisional, iklim sebagai bagian dari alam begitu dihormati bahkan dikeramatkan, sehingga pertimbangan iklim amat menonjol pada karya arsitektur tersebut. Manusia Indonesia cenderung akan membayangkan bentuk-bentuk arsitektur tradisional Indonesia ketika mendengar istilah arsitektur tropis. Dengan bayangan iniyang sebetulnya tidak seluruhnya benarpembicaraan mengenai arsitektur tropis akan selalu diawali. Dari sini pula pemahaman mengenai arsitektur tropis lalu memiliki konteks dengan budaya, yakni kebudayaan tradisional Indonesia. Hanya mereka yang mendalami ilmu sejarah dan teori arsitektur yang mampu berbicara banyak mengenai budaya dalam kaitannya dengan arsitektur, sementara arsitektur tropis (basah) tidak hanya terdapat di Indonesia, akan tetapi di seluruh negara yang beriklim tropis (basah) dengan budaya yang berbeda-beda, sehingga pendekatan arsitektur tropis dari aspek budaya menjadi tidak relevan. Dari uraian di atas, perlu ditekankan kembali bahwa pemecahan rancangan arsitektur tropis (basah) pada akhirnya sangatlah terbuka. Arsitektur tropis dapat berbentuk apa sajatidak harus serupa dengan bentuk-bentuk arsitektur tradisional yang banyak dijumpai di wilayah Indonesia, sepanjang rancangan bangunan tersebut mengarah pada pemecahan persoalan yang ditimbulkan oleh iklim tropis seperti terik matahari, suhu tinggi, hujan dan kelembapan tinggi. c. Analisis Pengaruh Iklim Terhadap Kenyamanan Thermal Rumah Halit-Mbol Chalit Bentuk arsitektur rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, yang tercipta berdasarkan budaya appabolang ternyata juga tidak lepas dari pertimbangan ± pertimbangan kondisi iklim lingkungannya. Untuk itu pada bab analisisi ini dicoba untuk membuktikan bahwa rumah tinggal Hamah Sagrim 323 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT suku Maybrat, Imian, Sawiat, yang tercipta dari hasil budaya Appabolang mampu mengantisipasi iklim untuk mencapai kenyamanan thermal dalam bangunannya, sebagai berikut: 1. Pengaruh Sinar Matahari Secara umum, sinar matahari dapat memberikan pengaruh baik, karena cahaya matahari dapat digunakan sebagai pencahayaan alami. Namun, sinar matahari terutama sinar matahari langsung, mengandung panas yang dapat mempengaruhi kenyamanan, untuk itu masuknya panas kedalam bangunan perlu dihindari. Letak georafis Kabupaten Sorong Selatan pada daerah khatulistiwa berada pada posisi 131° 42¹ 0´BT - 132° 58¹ 12´BT dan 0° 55¹ 22´ LS - 2° 17¹ 24´ LS. Kabupaten Sorong Selatan yang luasnya sekitar 1.321.189,39 ha (berdasarkan peta). Berdasarkan diagram posisi matahari (sunpath diagram), waktu riil Kabupaten Sorong Selatan pada pukul 12.00 (waktu matahari) adalah pukul 12.6. jadi jumlah panas maksimum yang diterima apabila matahari mencapai titik kulminasi yaitu pukul 12.6 siang. Untuk rumah tinggal, sinar matahari langsung yang dirasakan mengganggu adalah pukul 10.00 ± 15.00. berdasarkan sun-path diagram sudut pembayangan untuk setiap rumah sampel dapat ditentukan. Berdasarkan diagram matahari yang sesuai untuk lokasi penelitian ini dipilih 6° selatan. Kedalaman pembayangan setiap fasade bangunan pada jam 10.00 jam 13.00 dan jam 15.00 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel sudut jatuh matahari pada fasade bangunan rumah halit ± mbol chalit Tampak Tgl/bln Bangunan Utara Selatan 22 Juni Timur Barat Utara Selatan 22 Des Timur Barat SV 59¹ 58¹ 72¹ 60¹ 119¹ 56¹ 49¹ 49¹ Jam 10.00 AH AZ TM SV 62¹ 78¹ 75¹ 78¹ Jam 13.00 SH 24¹ 67¹ 37¹ 53¹ 217¹ 70¹ 338¹ 60¹ AZ TM SV 55¹ 45¹ 70¹ 48¹ Jam 15.00 SH 56¹ 34¹ 56¹ 25¹ 245¹ 46¹ 316¹ 40¹ AZ TM Sumber: Hasil analisis Peneliti Hamah Sagrim 324 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Berdasarkan sudut matahari pada tabel diatas, maka kedalaman pembayangan matahari pada fasade dapat diketahui dengan menggunakan formula dari persamaan (1) seperti terlihat dalam tabel berikut: Tabel: Kedalaman Pembayangan Matahari Pada Fasade Bangunan rumah Halit - mbol Chalit PEMBAYANGAN MATAHARI (M) Tgl/ bln 1 Ut Sel Tim Bar Ut Sel Tim Bar 7.2 Max 0.78 Max Max 3.69 1.51 Max 2 1.6 Max 6.3 Max Max 3.3 5.78 Max 3 1.4 Max 1.3 Max Max 13.7 1.2 Max 4 1.8 Max 6.4 Max Max 3.69 5.9 Max 5 5.2 Max 1.48 Max Max 3.3 1.37 Max 6 1.8 Max 6.27 Max Max 3.69 5.78 Max 1 6.3 Max Max 5.6 Max 2.88 Max 4 2 1.4 Max Max 5 Max 2.59 Max 3.7 3 1.2 Max Max 4.48 Max 10.7 Max 3.3 4 1.5 Max Max 5.6 Max 2.88 Max 4 5 4.9 Max Max 0.99 Max 2.59 Max 3.7 6 1.5 Max Max 0.89 Max 2.88 Max 4 1 7.3 Max Max 0.79 Max 3.85 Max 1 2 1.6 Max Max 0.99 Max 3.47 Max 0.9 3 1.4 Max Max 0.79 Max 14.2 Max 0.8 4 1.8 Max Max 0.99 Max 3.85 Max 1 5 5.3 Max Max 0.89 Max 3.47 Max 0.9 6 1.8 Max Max 0.99 Max 3.85 Max 1 Tpk Bgn Jam 10.00 Jam 13.00 Jam 15.00 22 Juni 22 Des Sumber: Hasil analisis Peneliti Dari Tabel hasil analisis tersebut, maka dapat dikatakan bahwa untuk rumah halit-mbol chalit pada bulan Juni dan desember Jam 10.00, dinding dengan bukaan kaca disisi timur masih terkena sianr matahari langsung. Untuk itu masih membutuhkan pematah sinar matahari sepanjang 1,4 ± 1,7 m. Begitu pula pada sisi barat Jam 13.00 dan 15.00 masih membutuhkan pematah sinar matahari sepanjang 1,2 ± 1,5 m. Sedangkan yang lainnya pada bulan Desember disisi timur jam 10.00, sisi barat Jam 13.00 dan jam 15.00, serta sisi selatan pada bulan Desember Jam 13.00 dan jam 15.00 masih membutuhkan pematah sinar matahari sepanjang masing-masing 1,4 ± 1,8 m, 1,5 -2 m dan 1,2 ± 1,5 m. Sedangkan pada bagian rumah yang lain, pada bulan Juni jam 15.00 sisi utara dan pada bulan Juni dan Desember sisi barat Jam 13.00 dan 15.00, masing-masing membutuhkan pematah sinar matahari sepanjang 1,3 ± 1,5 m dan 1,5 ± 2 m. Bagian rumah yang lain, pada bulan Juni dan Desember sisi selatan jam 10.00, 13.00, dan 15.00 masing-masing membutuhkan pematah sinar matahari sepanjang 1,5 ± 1,7 m, 1,5 ± 1,8 m, dan 1,3 ± 1,5 m. Hamah Sagrim 325 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Sedangkan untuk sisi rumah yang lain, pada bulan Desember sisi selatan jam 10.00, bulan Juni sisi utara jam 10.00 dan bulan Juni dan Desember sisi barat Jam 13.00, jam 15.00, masingmasing membutuhkan pematah sinar matahari sepanjang 1,2 ± 1,5 m, 1,2 ± 1,4 m, dan 1,5 ± 1,7 m. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Kebutuhan Panjang Pematah Sinar Matahari (sumber, data anlisis peneliti) Pnjng pemathn Rumah Fasade bangunan Bpk, Moses St. Bilbroun Ibu Balandina Timur Barat Utara Selatan Timur Barat Utara Bpk, Harun Utara Barat Timur 15.00 13.00 , 15.00 10.00 10.00 13.00 , 15.00 10.00 , 13.00 15.00 10.00 13.00 , 15.00 Des Juni Juni & Des Juni & Des Juni Des Juni & Des Jam Bulan Sinar matahari Yg dibutuhkan 1.4m ± 1.7m 1.4m ± 1.8m 1.2m ± 1.5m 1.2m ± 1.3m 1.4m ± 1.8m 1.5m ± 2m 1.2m ± 1.5m 1.3m ± 1.5m 1.5m ± 2m 1.5m ± 1.7m 1.5m ± 1.8m Bpk, Yafet Barat Selatan Selatan Bpk, Yefta Utara Barat 13.00 , 15.00 Juni & Des 1.5m ± 1.7m 13.00 , 15.00 10.00 , 13.00, 15.00 10.00 Juni Des 1.3m ± 1.5m 1.2m ± 1.5m 1.2m ± 1.4m Sumber: Hasil Analisisi Peneliti d. Hubungan Bentuk Arsitektur Rumah Tinggal dengan Kenyamanan Thermal. Hamah Sagrim 326 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Iklim tropis lembab adalah jenis iklim yang sangat sulit ditangani untuk mendapatkan tingkat rsponsibilitas yang maksimal. Tanpa pengkondisian udara buatan, jelas sulit untuk mencapai kondisi internal yang nyaman untuk dihuni (Szokoli 1981). Segala bentuk pendinginan pasif sulit untuk dirancang secara arsitektur, hal ini disebabkan kondisi iklim yang unik. Kelembaban radiasi inframerah. Demikian pula suhu udara malam hari yang tidak terlalu rendah tidak mungkin untuk memanfaatkan pendinginan secara konveksi. Kenyamanan hanya dapat dicapai apabila pada suatu kondisi udara tertentu, hanya dapat dicapai apabila terdapat suatu kecepatan angin tertentu yang mampu menghasilkan proses evaporasi tubuh yang seimbang, dengan kata lain eksistensi angin dalam hal ini diperlukan terutamauntuk perancangan ruang luar. Dalam rangkaian tatanan ruang berhubungan erat dengan elemen rumah seperti: atap, dinding, lantai dan sebagainya. Dari uraian ini maka dapat dikatakan bahwa rumah tinggal (bangunan) beserta elemen ± elemen pembentukan dan tatanan lingkungannya memberikan sumbangan terhadap kenyamanan didalam bangunan. Berikut uraiannya : a. Faktor Pembentukan dan Elemen Bangunan Bentuk dan elemen bangunan merupakan factor penting yang perlu dipertimbangkan untuk mencapai kenyamanan thermal dalam bangunan. Bentuk bangunan yang tepat adalah bentuk yang mampu memanfaatkan cahaya matahari untuk pencahayaan alam dan menghindari panas yang timbul. Bentuk tersebut bisa juga berpengaruh pada jalannya angin untuk mendapatkan pergantian udara yang diperlukan. Bentuk dan elemen ± elemen bangunan yang dimaksudkan meliputi : Bentuk dan denah, atap dan dinding, overstek, serta material dan warna. 1) Bentuk dan Denah bentuk bangunan yang tepat adalah bentuk bangunan yang mampu mendapatkan matahari pagi dengan menghindari panas pada siang hari. Bentuk tersebut bisa juga berpengaruh pada jalannya angin untuk mendapatkan pergantian udara yang diperlukan. Sehubungan dengan pergantian udara didalam ruang, maka didalam ruang tersebut harus diperbarui, misalnya untuk ruang yang bervolume 5 m /orang, bahwa udara dapat diganti sebanyak 15 m /orang/jam. Bila volume kurang dari itu, maka pergantian udara harus lebih cepat lagi yaitu 25 m /orang/jam. Pada dasarnya bentuk Arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat berdenah membentuk Empat Persegi. Hamah Sagrim 327 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT 2) Bukaan Tidak dapat disangkal lagi didalam usaha untuk menghasilkan suatu perencanaan yang baik, bukan saja luas dan sisi dari ruangan yang harus mendapat perhatian, tetapi juga penempatan serta ukuran yang tepat dari bukaan ± bukaan (Pintu, Jendela dan lubang ventilasi) perlu mendapat kajian yang teliti, demi tercapainya kenyamanan. Ukuran dari bukaan lebih tergantung pada pertimbangan keampuan menerima sinar matahari, dan kemudian memeriksa daripada pertimbangan temperature. Dari sisi menerima sinar matahari paling sedikitnya bukaan. Penempatan bukaan juga dibuat pada sisi paling mudah untuk memeriksa. Untuk ventilasi dari penerangan alami, dalam banyak kasus, suatu jendela berupa 20% luasan dinding telah mencukupi. Jika kelebihan panas terjadi, ventilasi silang perlu diberikan, tetapi pada beberapa bagian waktu, hal itu turut menyumbang pada perasaan dinding yang tak nyaman sehingga perlu disiapkan penutup bukaan ± bukaan, jendela dan pintu. Disisi lain, jika tida ada angin yang kuat yang perlu dihindari, maka orientasi bukaan tidak memperhatikan perlunya angin langsung, sehingga perolehan panas matahari menjadi satu ± satunya factor dalam pengaturan orientasi jendela. 3) Atap dan Dinding Atap dan dinding pada bangunan adalah bagian ± bagian yang paling banyak menerima radiasi matahari secara langsung. Radiasi tersebut melalui proses refleksi dan atau transmisi yang dihantarkan masuk kedalam ruangan. Atap sampai sejauh ini merupakan elemen yang sangat penting, karena menerima tadiasi terbesar. Hal ini disebabkan kedudukannya yang langsung menghadap matahari, untuk itu perlu adanya usaha penyekatan untuk mengurangi pengaruh matahari terhadap ruang dibawahnya. Bangunan selain berfungsi sebagai pelindung terhadap panas dan sinar matahari, juga terhadap hujan yaitu terhadap kebasahan / kelembabannya dan hempasannya. Atap berfungsi sama dengan dinding. Dinding bangunan harus menghadapi alam luar dan ruang dalam. Untuk menghadapi alam luar, dinding harus menjadi pelindung terhadap radiasi matahari, isolasi/penghalang kalor dari luar, pelindung terhadap hempasan hujan dan kelembaban dari luar, serta pelindung terhadap arus angin luar. Terhadap ruang dalam, dinding harus Hamah Sagrim 328 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT senangtiasa memelihara suhu yang diminta dalam ruang, pengatur derajat kelembaban dalam ruangan, dan mengatur ventilasi didalam ruangan. Terhadap kenyamanan bangunan yang berkesinambungan/menerus ada beberapa cara yang dilakukan untuk mengurangi besarnya pengaruh radiasi terhadap bangunan, yaitu dengan cara pembayangan atap dan didalam ruangan, kerapatan dinding harus diatur agar tetap memiliki bagian ± bagian yang berhubungan sebagai ventilasi alami. 4) Overstek / Pelindung Pada daerah dengan iklim panas ± lembab, overstek ± overstek yang lebar dan serambi yang luas sangat dibutuhkan untuk menahan silau langit, melindungi dari hujan dan juga memberi bayangan peneduh. Penahan matahari dan kisi ± kisi digunakan untuk melindungi bukan ± bukan selama periode kemarau, dan juga memberi keuntungan pada musim hujan, yaitu dapat melindungi dari hempasan air hujan. System pemayungan atau penyaringan merupakan cara yang cukup bermanfaat untuk mencapai kenikmatan terhadap sengatan dan silau matahari. Pemayungan atau penyaringan sinar matahari selain bermaksud mengurangi atau memperlunak sengatan dan silau, sekaligus juga mengurangi kalor yang terpantul dari benda atau bidang ± bidang halaman. Penggunaan overstek atau elemen ± elemen pematah sinar matahari harus deperhitungkan terhadap arus ventilasi. Jika sesuatu bangunan akan memanfaatkan semaksimal mungkin maka potensi alami elemen fisiknya harus dipilih sedemikian rupa sehingga cocok sebagai alat pelindung matahari tetapi sekaligus tetap untuk system ventilasinya. 5) Material dan Warna Material dan warna juga merupakan salah satu unsure yang mempengaruhi panas dalam bangunan. Warna dapat mempengaruhi terhadap jumlah panas yang berpengaruh terhadap suhu udara dalam bangunan. Pemilihan warna, struktur dan material/bahan bangunan harus benar ± benar dikombinasikan dengan cermat. Permukaan air / kulit bangunan yang reflektif dapat digunakan sepenuhnya untuk mengurangi beban panas. Warna putih atau permukaan terang sangat menguntungkan untuk bangunan yang dihuni sepanjang siang hari. Dalam kasus bangunan digunakan sepanjang hari, akan lebih baik kalau panas matahari bisa disimpang untuk malam hari. Namun hal ini Hamah Sagrim 329 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT kurang tepat untuk daerah tropis di dataran rendah. Pada malam hari temperature menjadi rendah tetapi kelembabannya tinggi. Karena itu bahan terang yang lebih memantulkan panas bisa lebih cocok. Nilai ± nilai pemantulan dan penyerapan cahaya untuk berbagai bahan dan jenis permukaan tidak hanya penting berhubungan dengan kesilauan, tetapi juga merupakan data ± data yang sangat penting untuk penggunaan bahan bangunan yang tepat. Berikut lihat tabl nilai ± nilai pemantulan dan penyerapan berbagai bahan jenis permukaan sebagai berikut : Hamah Sagrim 330 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Tabel Nilai ± nilai Pemantulan dan Penyerapan Berbagai Bahan Jenis Permukaan Bahan Aluminium Kondisi Permukaan Dipoles Foil Dioksida Perunggu Aluminium Kuning Abu ± abu muda Hijau muda Merah muda Hitam Putih, berkilat Putih kapas Baru putih Slate Lama % Penyerapan 10 ± 30 35 ± 40 40 ± 65 50 ± 55 25 ± 55 50 70 ± 80 50 ± 60 65 ± 75 85 ± 95 20 ± 30 10 ± 20 40 ± 60 60 ± 95 70 ± 85 85 ± 95 60 - 70 60 ± 75 70 ± 85 80 40 ± 60 85 25 ± 30 65 40 ± 50 40 70 ± 90 75 ± 90 80 ± 85 90 ± 95 90 ± 95 60 ± 75 % Pemantulan 90 ± 70 65 ± 60 60 ± 36 50 ± 45 75 ± 45 50 30 ± 20 50 ± 40 35 ± 25 15 ± 5 80 ± 70 90 ± 80 60 ± 40 20 ± 5 30 ± 15 15 ± 5 40 ± 30 40 ± 35 30 -15 20 60 ± 40 15 73 ± 70 35 60 ± 50 60 30 ± 10 25 ± 10 20 ± 15 10 ± 5 10 ± 5 40 ± 25 Cat Semen Asbes Aspal / bitmen left Beton Genteng Merah Tanah lading Rumput Pinus atau baru Kayu Kayu keras Kaleng Tembaga Marmer Pasir putih Baru Pudar Putih Perak Slate abu ± abu Batu±batu karang Danau atau Laut Pudar Air Bata merah Sumber: Hasil Analisa Bahan Teknik Arsitektur Hamah Sagrim 331 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT b. Kriteria Perancangan Kenyamanan Thermal Bangunan Dalam bangunan rumah tinggal, yang dikehendaki adalah pendayagunaan alam natural untuk proses pendinginan, maka salah satu cara mengurangi dampak panas ini adalah dengan cara memberikan system control pada bangunan. System kontrol dengan pendekatan semacam ini disebut sebagai system pendinginan pasif. Pada dasarnya control thermal di dalam bangunan dilakukan dengan pendekatan perancangan arsitektur yang beradaptasi optimal terhadap kondisi alam. Penempatan bangunan dan konstruksi serta pemilihan bahan yang sesuai, maka temperatur ruangan dapat diturunkan beberapa derajat tanpa peralatan mekanis. Perbedaan temperature yang kecil saja terhadap temperature luar atau gerakan udara labatpun suda dapat menciptakan perasaan nyaman bagi manusia yang sedang berada di dalam ruang. Telaah kenyamanan thermal bangunan tidak bisa berdiri sendiri pada suhu udara, namun harus bersama dengan aspek iklim yang lain, yaitu kelembaban relative, radiasi, matahari dan kecepatan angin yang ada. Proses perancangan yang dapat mempengaruhi iklim interior adalah : y y y y y y Orientasi bangunan Ventilasi Pelindung matahari Pelembaban udara (tindakan pengurangan) Pengisolasian panas Vegetasi Hal ini memang bahwa perancangan dengan tujuan mencapai tingkat kenyamanan thermal optimal dalam ruang bisa ditinjau dengan memperhatikan variabel ± variabel rancangan : Orientasi bangunan Luas ruang / kebutuhan ruang Tinggi laingit ± langit / system penghawaan Luas bukaan / system penghawaan Tipe insulasi pada atap dan dinding Kemampuan isulasi atap dan dinding (material dan faktor refleksi) System pembayangan radiasi matahari Kemampuan serap panas atap dan dinding Pada perancangan thermal terdapat tiga aspek utama yang menjadi inti permasalahan yaitu : Hamah Sagrim 332 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT y Iklim, (aspek panas dan terang matahari, aspek keberadaan dan kecepatan angin dan aspek curah hujan) y y Kondisi dalam ruang, yang sesuai untuk aktivitas pemakai. Bangunan, yang berlaku sebagai filter sekaligus modife. Dalam skala lingkungan yang lebih besar, lingkungan luar membentuk kondisi makro yang bisa berupa kondisi geometi, kepadatan bangunan, serta kondisi permukaan pada lokasi bersangkutan. Gambar: diagram pembetukan kondisi makro pada permukaan lokasi Kondisi alam/makro Kontrol iklim mikro/lingkungan Kontrol structural bangunan Variabel iklim Kontrol mekanis Sumber: Hasil analisis Peneliti Akhir dalam perancangan thermal ini adalah kondisi dalam ruang yang langsung berhubungan dengan manusia. Akhirnya bahwa bangunan harus berubah, sistem lingkungan diluar menjadi suatu lingkungn didalam yang sesuai untuk habitasi manusia. e. Analisis Lokasi dan Sistem Tatanan Lingkungan. 1. Lokasi Lokasi adalah salah satu faktor yang harus dipertimbangkan untuk mendirikan bangunan, khususnya bila ditinjau dari sisi kelembaban. Misalnya, daeraj lembah pada pagi hari penuh dengan kabut yang mengandung kelembaban dan begitu pula pada pembangunan rumah diatas sungai atau rawa ± rawa. Khususnya yang tinggal didaerah pantai harus diingat, bahwa angin laut selain membawa kelembaban, juga mengandung kadar garam yang tinggi sehingga dapat merusak bahan dari logam dan besi. Hamah Sagrim 333 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Dari sisi temperature, bidang daratan menjadi panas duakali lebih cepat daripada bidang air dengan luas yang sama. Bidang air kehilangan sebagaian energi panasnya karena penguapan, temperature udara sebagian besar ditentukan oleh sentuhan udara dengan permukaan tanah, maka temperature yang tinggi selalu berhubungan dengan permukaan tanah, maka temperature yang tinggi selalu berhubungan dengan kelembaban udara yang rendah, dan temperature yang sedang dengan kelembaban yang tinggi. Akhirnya menjadi suatu gejala bahwa pada garislintang yang sama dan waktu musim panas yang sama, temperature terrendah terjadi diatas permukaan air dan temperature tertinggi diatas bentuk didalam musim dingin terjadi kebalikan. 2. Kepadatan Bangunan Kepadatan bangunan adalah jarak antara bangunan disuatu area yang akan membentuk temperature lingkungan. Area dengan kepadatan tinggi secara umum akan memiliki temperatur lebih tinggi daripada area yang kurang padat. Meskipun hal ini juga harus memperhatikan kondisi lainnya seperti ; kecepatan angin, jenis dan kerapatan vegetasi, ketinggian dan laut serta posisinya terhadap garis edar matahari. 3. Geometri Tatanan Bentuk dan keteraturan tatanan lingkungan akan banyak berpengaruh pada kecepatan angin. Dengan semakin banyak belokan ± belokan maka kecepatan ini dapat dipertimbangkan apakah angin diperlukan untuk menghembus lebih kuat ataukah sebaliknya angina harus dikurangi kecepatannya. f. Analisis Pengaruh Iklim Terhadap Kenyamanan Thermal Rumah hunian halit - Mbol chalit Bentuk Arsitektur tradisional suku Maybrat Imian Sawiat yang tercipta berdasarkan budaya appabolang ternyata juga tidak lepas dari pertimbangan ± pertimbangan kondisi iklim lingkungannya. Untuk itu pada bait analisa ini dicoba untuk membuktikan bahwa rumah tinggal suku Maybrat Imian sawiat yang tercipta dari hasil budaya appabolang, mampu mengantispasi iklim untuk mencapai kenyamanan thermal dalam bangunannya. Hamah Sagrim 334 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT a. Pengaruh Sinar Matahari Secara umum sinar matahari dapat memberikan pengaruh baik, karena cahaya dapat digunakan sebagai pencahayaan alami. Namun sinar matahari terutama sinar matahari langsung mengandung panas yang dapat mempengaruhi kenyamanan, untuk itu masuknya panas kedalam bangunan perlu dihindari. Letak geografis wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, Kabupaten Sorong Selatan pada daerah Khatulistiwa berada pada pisisi 131° 42¹ 0´ BT - 132° 58¹ 12´ BT dan 0° 55¹ 12´ LS - 2° 17¹ 24´ LS. Berdasarkan posisi matahari (sun-path diagram), waktu riil Kabupaten Sorong Selatan Pada pukul 12.00 (waktu matahari) adalah pukul 13.14. jadi jumlah panas maksimum yang diterima apabila matahari mencapai titik Kulminasi yaitu pukul 13.14. siang. Untuk rumah tinggal, sinar matahari langsung yang dirasakan mengganggu adalah pukul 10.00 ± 15.00. berdasarkan sun-path diagram sudut pembayangan untuk setiap rumah di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, dapat ditemukan. Berdasrkan diagram matahari yang sesuai untuk lokasi ini dipilih dari 6° selatan. Kedalam pembayangan setiap fasade bangunan pada jam 10.00 jam 13.00 dan jam 15.00 dapat dilihat pada table: Tabel : Sudut Jatuh Matahari Pada Fasade Rumah tradisional Maybrat Imian Sawiat (sumber, data analisis peneliti) Tampak Banguna n Utara Selatan 22 Jan Timur Barat Utara Selatan 22 Des Timur Barat 60¹ 28¹ Jam 10.00 SV 59¹ 58¹ 72¹ SH 47¹ 43¹ 61¹ 119¹ 56¹ 78¹ 53¹ 46¹ 49¹ AZ T M Jam 13.00 SV 62¹ 78¹ 75¹ SH 24¹ 67¹ 37¹ 217¹ 70¹ 48¹ 25¹ 338¹ 60¹ AZ T M Jam 15.00 SV 55¹ 45¹ 70¹ SH 56¹ 34¹ 66¹ 217¹ 46¹ 316¹ 40¹ AZ T M Tgl/bl n b. Pemanfaatan Cahaya Matahari Hamah Sagrim 335 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Pemanfaatan cahaya matahari untuk pencahayaan alami pada tiap rumah tradisional Maybrat, dapat dikatakan hamper seluruhnya berfungsi dengan baik karena ruang yang memiliki kedalaman dalam ukuran tertentu. Dari lubang bukaan dan lubang kisi ± kisi yang mana memberi celah pada pemasangan didnding. c. Pengaruh temperatur Udara Temperature udara pada rumah tinggal suku Maybrat Imian Sawiat erat hubungannya dengan pengaruh radiasi panas matahari dan asap api yang menimpa dalam rumah. Pada permukaan hunian Suku Maybrat Imian Sawiat umumnya merupakan bidang air dan daratan sehingga pada bidang air temperaturnya berkisar dari temperatur sedang ke temperature rendah dan dengan kelembaban yang tinggi. Hal ini berbeda dengan di daratan, yang mana temperature dari tinggi dan kelembaban udara rendah. Hal ini disebabkan karena bidang daratan lebih panas duakali lebih cepat daripada bidang air pada luas yang sama. Dan bidang air kehilagan sebagai energi panasnya karena penguapan. Temperatur udara dalam sehari rumah Maybrat Imian Sawiat juga dipengaruhi oleh kepulan asap hasil pembakaran api dalam rumah. Namun dalam pengukuran kenyamanan kepulan asap yang keluar merupakan salah satu hasil energi panas yang menetralisir temperatur udara dalam rumah yang sangat lembab di banding kalau tanpa membakar api, yang mana kenyamanan dalam rumah sangat terasa lembab (dingin) terhitung pada waktu jam 19.00 ± 07.00 pagi. Pada analisa ini menunjukan temperatur ruang luar (Isit--teras) pada siang hari rara ± rata lebih rendah daripada temperatur ruang dalam (samu mato), namun perbedaan rentang temperaturenya kecil. Hal ini disebabkan karena material didnding yang digunakan adalah Kulit kayu, papan Kayu, Gaba ± gaba yang dipasang secara porus (bercekah), sehingga suhu dingin atau panas serta kepulan asap akibat pembuangan dapat dengan mudah masuk keluar dalam rumah. Dari nilai rentang temperature sepanjang hari, hanya pada jam 8.00 pagi dan 16.00 sore yang menunjukkan keadaan sebaliknya. Karena pada jam ± jam ini sudut matahari mengecil (Ayio Hawer) sehingga bayangan yang terjadi merupakan bayangan pendek mengakibatkan ruang dalam menerima sinar matahari langsung. yang d. Pengaruh Hujan dan Kelembaban Curah hujan di kabupaten Sorong Selatan relative terjadi tiap tahun dan hujan yang terjadi di kabupaten sorong selatan adalah jenis hujan orograsif. Hamah Sagrim 336 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Pengaruh hujan sangat berkaitan dengan elemen atap pada bangunan, atap merupakan bagian penting suatu bangunan People have lived without walls but never without roofs, manusia ditakdirkan sebagai makhluk yang memerlukan perlindungan dan bentuk perlindungan awal adalah atap. Atap merupakan elemen bangunan yang paling banyak menerima radiasi matahari. Jadi dapat dikatakan bahwa iklim merupakan factor yang mempengaruhi sudut kemiringan atap dalam perancangan tipe arsitekturnya. Untuk mengurangi kondisi yang tidak nyaman akibat kelembaban yang terlalu tinggi, dapat diatasi dengan adanya pembuatan tungku api dalam ruang dan memberi gerakan udara melalui cros ventilasi dan tatanan massa yang membantu mengarahkan jalannya angin, yang mana sebagai pengarah keluarnya kepulan asap melalui cros ventilation dan lubang ± lubang dalam tatanan massa bangunan. Usaha yang dilakukan oleh Suku Maybrat Imian Sawiat untuk mengurangi kelebaban dan mencegah kepulan asap yang mana merupakan sat yang mempengaruhi paru ± paru pernapasan, maka yang pertama diperhatikan adalah ventilasi yang berfungsi mengarahkan angin kedalam ruang dan tungku api, yang berfungsi sebagaui tempat pembakaran kayu yang bisa memberi kehangatan pada malam hari yang terasa dingin akibat kelembaban. Walau tidak disadari akan adanya tungku api pada mulanya, yang mana mungkin dipikir hanya sebagai tempat memasak, namun bermanfaat untuk mengusir kedinginan dan kelembaban yaitu dengan membakar api. e. Kenyamanan Thermal Rumah Hunian Suku Maybrat Imian Sawiat. Kenyamanan thermal yang dirasakan oleh penghuni rumah tradisional Maybrat Imian Sawiat, dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu : temperature Udara, Kelembaban Udara, kecepatan aliran udara, pengapan asap api, dan radiasi panas. Disamping itu aktivitas yang dilakukan, segala jenis simpanan dan pakain yang dikenakan juga akan berpengaruh. Kondisi udara didalam bangunan dikatakan nyaman (thermal), jika penghuni merasa tidak panas dan tidak dingin, kondisi udara yang dirasakan nyaman mempunyai kombinasi harga ± harga tertentu dari temperature, kelembaban dan kecepatan aliran udara. C.2. Nilai Bangunan Arsitektur Nmaybrat Imian Sawiat Nilai ± nilai yang termuat dalam bangunan rumah tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat, sangat berfariasi, yang mana di bedakan atas dua jenis utama yaitu nilai ± nilai yang Hamah Sagrim 337 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT terkandung dalam bangunan rumah hunian prolog dan nilai ± nilai sakral yang termuat dalam bangunan sekolah tradisional / bangunan gereja tradisional (k¶win ± mbol wofle) sebagai pembanding. 1. Nilai Rumah Hunian Telah diungkapkan pada bab sebelumnya bahwa bentuk bangunan rumah hunian Suku Maybrat, Imian, Sawiat, memiliki satu ruang serbaguna dan teras, maka dapat disimpulkan bahwa rumah hunian Masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, merupakan bangunan rumah hunian yang sederhana, namun memuat beberapa nilai tertentu sebagai mana terurai brikut: a. Keakraban Dilihat dari pembagian fungsi ruangnya maka dapat dikatakan bahwa manusia Maybrat Imian dan Sawiat memiliki ikatan emosional keluarga yang sangat akrab, yang mana menonjol dalam fungsi ruang. Dikatakan rumah hunian tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat terlihat sangat akrab karena segala sesuatu yang dilakukan dalam rumah hunian tidak tersembunyi / terpisahkan, seperti untuk salah satu keluarga melakukan aktifitas yang menyangkut kekeluargaan pribadi harus dalam ruang keluarga yang tidak boleh diketahui orang lain, atau makan di ruang makan, tidur di ruang tidur, masak di ruang dapur, menerima tamu di ruang tamu. Rumah hunian tradisional suku Maybrat Imian Sawiat memiliki teras dan satu ruang yang multi fungsi, yang mana difungsikan sebagai ruang untuk menerima tamu, ruang makan, ruang bermain anak, ruang keluarga, ruang masak, ruang tidur bahkan ruang yang digunakan untuk melakukan berbagai aktifitas yang berkaitan dengan kebutuhan penghuni. Pembinaan akan keakraban yang diikatkan pada rumah hunian tradisional tersebut tidak hanya terbatas dalam ruangan rumah belaka, namun kebiasaan tersebut dapat terbawa dalam tali pergaulan hari-hari mereka. Yang mana seperti seseorang yang pernah datang baik itu sekedar berkunjung sebagai sahabat ataupun sebagai seorang famili/ikatan keluarga dekat, akan tetap dianggap sebagai saudara/i. hal itu akan terasa dan tetap terbawa dalam keberlangsungan pergaulan mereka, karena misalnya ketika seorang sahabat yang dikenal dalam kesulitan dan hendak meminta pertolongan ataupun perlindungan pasti akan diberi perlindungan dan pertolongan sesuai dengan kemampuan mereka. Hingga kini masyarakat Suku Maybrat Imian Sawiat sangat menjujung tinggi persaudaraan tersebut, baik yang di bangun dari turun temurun (old familiars) bahkan Hamah Sagrim 338 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT pergaulan baru (new familiars). Untuk ikatan turun temurun old familiars diperhitungkan dari keturunan keluarga, yaitu diperhitungkan dari keturunan ayah kandung dan ibu kandung, misalkan keturunan dari ayah: Ibu dari ayah (marga karet) mempunyai berapa saudara/i, berapa anak yang di lahirkan oleh masing ± masing saudara/I ibu dari ayah tersebut, siapa saja suami/istri mereka dan apa marga dari masing ± masing suami/istri mereka, berapa saudara/I mereka, dan marga apa, siapa nama ayah dan ibu dari suami/istri mereka, apa marga mereka dan seterusnya, begitupula dari silsilah seorang ibu kandung. Bukan hanya ikatan tersebut sebatas mengenal sebagai saudara atau family, namun sebagai ikatan emosional yang mana mampu menghimpun pergaulan mereka dalam menanggulangi segala persoalan yang dihadapi dalam ikatan keluarga mereka. Misalkan anak dari marga Sagrim bertunangan dengan anak dari Marga Nauw, maka mereka yang ikut serta dalam pembayaran harta adalah mereka yang memiliki struktur keturunan dari ayah ibu dari anak laki ± laki (Sagrim) yang diperhitungkan mulai dari turun temurun seorang ayah dan ibu kandung hingga moyang mereka akan ikut serta mengambil bagian dalam pembayaran harta/minang tersebut. Begitupula dari pihak perempuan yang dipinangi. Tidak hanya sebatas pergaulan familiar internal di wilayah maybrat imian sawiat saja, namun pergaulan tersebut dijadikan sebagai salah satu system pergaulan moderen yang mana kini diterapkan dalam system birokrasi dan relasi kerja mereka. Hal tersebut terlihat begitu kental dalam system birokrasi dan relasi kerja, bisa dikatakan system keluarga, kerabat dan teman. b. Sederhana Dilihat dari bentuknya, maka arsitektur rumah hunian suku Maybrat Imian Sawiat merupakan bangunan arsitektur hunian yang sederhana, namun memiliki nilai dan norma yang sangat tinggi. Arsitektur hunian Suku Maybrat Imian Sawiat merupakan bangunan sederhana yang mana terlihat tidak begitu rumit dalam proses membangun. Suatu bangunan dikatakan rumit karena memiliki ukiran dan motif yang berfariatif, yang mana menjadi sorotan dalam pembentukkan estetika bangunan. Disadari bahwa arsitektur rumah hunian suku Maybrat Imian sawiat tidak begitu memuat ukiran atau ornament ± ornament tertentu, namun memiliki fungsi dan nilai tersendiri. Hal Hamah Sagrim 339 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT inilah yang membedakan antara arsitektur hunian maybrat imian sawiat dengan arsitektur lainnya. Kesederhanaan arsitektur rumah hunian suku Maybrat Imian Sawiat tidak hanya dilihat pada wajahnya saja, namun dari pembagian ruangnya yang mana terdiri dari teras dan ruang serbaguna, tidak seperti bangunan hunian moderen yang memiliki ruang tamu, ruang tidur, dapur serta teras. Walau begitu sederhana, namun dalam ungkapan pemiliknya bahwa rumah hinian tersebut memberikan kenyamanan kepada mereka dalam mempertahankan hidup mereka hingga turun ± temurun saat ini. Disimpulkan bahwa arsitektur hunian Suku Maybrat Imian Sawiat dibangun hanya memperhatikan fungsinya tanpa memperhatikan ke-Estetikaan, sehingga terlihat begitu sederhana dalam meramu nilai ± nilai arsitektural yang dikandungnya. c. Terbuka Untuk bangunan rumah hunian orang maybrat imian sawiat umumnya tidak tersembunyi seperti rumah persembunyian (benteng pertahanan-- snek) dan rumah sekolah/rumah gereja (kwin ± bol wofle). Secara dekat, bangunan rumah hunian orang maybrat imian sawiat memberikan kesan akrab dan terbuka. Hal ini terlihat pada penataan bentuk bangunan yang terlihat polos dengan pembagian ruang yang multifungsi sehingga terkesan akan segala sesuatu yang dilakukan tidak tersembunyi (transparan) atau terbuka untuk dilihat orang sekitar dalam rumah. 2. Nilai Rumah Suci / Rumah Sekolah k¶wiyon-mbol wofle Pada umumnya bangunan rumah hunian orang Maybrat Imian Sawiat tampak sederhana, terbuka, dan memiliki satu ruang yang multi fungsi serta teras, namun untuk bangunan sekolah tradisional/bangunan rumah suci atau gereja tradisional (k¶wiyonn ± mbol wofle), memiliki perbedaan yang sangat mencolok yaitu : a. Sakral Bangunan rumah suci / rumah sekolah, merupakan salah satu bangunan khas orang Maybrat Imian Sawiat yang mana dipercaya sebagai bangunan suci (rumah pamali), yang mana hanya diperbolehkan bagi orang ± orang tertentu (raa wiyon-na woflw) yang dapat menapakan kakinya didalam ruangan± ruanganya. Rumah suci dianggap sebagai bangunan yang sakral, karena didalamnya memuat berbagai macam makna, merupakan areal pendidikan atau tempat pelatihan dan tempat Hamah Sagrim 340 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT dimana Allah bertahta serta tempat pertemuan antara manusia dan Allah. Tidak diperkenangkan kepada orang ± orang yang belum dibaptis atau tidak pernah disekolahkan untuk masuk dan kaum perempuan dilarang melintas disekitarnya. b. Tersembunyi Untuk rumah hunian orang Maybrat Imian Sawiat berada pada areal terbuka, namun untuk bangunan rumah suci/rumah sekolah sangat bertentangan. Dalam mendirikan bangunan rumah sekolah ada beberapa aturan ± aturan tertentu yang harus diikuti dalam membangun rumah suci / rumah sekolah antara lain adalah; waktu pelaksanaan, jumlah orang dengan criteria ± criteria yang dapat mendukung agar boleh untuk membangunnya, bahan ± bahan yang digunakan dalam membangun, jenis kayu yang dipakai dalam membangunnya, jenis rotan yang digunakan, upacara dan persembahan ± persemabahan. c. Tertutup dan Khusus Rumah suci / rumah sekolah selain dianggap sebagai bangunan yang sakral, tersembunyi, juga tertutup atau merupakan bangunan yang dipagari sedemikian rapih hingga tak bercela, dengan tujuan agar tidak kelihatan aktifitas pendidikan dan pengajaran dalam rumah suci tersebut. Dalam pembagian ruang dan fungsinya, rumah suci / rumah sekolah memiliki aturan ± aturan yang sangat mengikat dan sangat tegas, yaitu antara lain : ruang luar merupakan ruang dimana bisa dilintasi oleh orang awam (raa iin), untuk ruang suci tidak bisa di lintasi oleh orang awam (raa iin), yang berhak masuk adalah mereka yang sudah terdidik dalam pendidikan itu (raa win), namun untuk ruang maha suci, tidak diperbolehkan kepada seorang guru biasa dan murid untuk memasukinya namun yang berhak memasuki ruang tersebut adalah guru besar (raa bam), karena pada ruang tersebut dianggap sebagai tempat bertahtanya Allah yang maha kuasa yang mana dianggap sebagai ruang maha suci dan sangat sacral. Utnuk rumah hunian orang Maybrat Imian Sawiat tidak begitu rumit untuk dibangun, namun bila dibandingkan dengan rumah suci / rumah sekolah, sangat rumit dan memakan waktu yang begitu lama dengan tukang yang membangunnya adalah orang ± orang khusus yang sudah diajarkan khusus untuk membangun rumah tersebut. Hamah Sagrim 341 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT D. KONSEP RE-DESAIN DARI BENTUK TRADISIONAL KE BENTUK MODEREN Dari analisis tersebut maka diperoleh suatu model konsep arsitektur tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat Papua yang diredesain dengan didasarkan pada budaya Appabolang sebagai berikut. 1. Tradisional to Moderen Gambar: Denah bangunan bentuk moderen Dengan konsep dasar tradisional Hamah Sagrim 342 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Gambra: Tampak depan bentuk Moderen redesign gaya arsitektur Maybrat, Imian, Sawait dengan konsep dasar dari Rumah tradisional rumah gantung Halit-bol halit Hamah Sagrim 343 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Gambar: Tampak Samping Kiri Rumah Moderen redesign gaya arsitektur Maybrat, Imian, Sawait dengan konsep dasar dari rumah gantung Halit-bol halit Hamah Sagrim 344 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Gambar: Tampak Samping Kiri redesign gaya arsitektur Maybrat, Imian, Sawait dengan konsep dasar dari rumah gantung Halit-bol halit Hamah Sagrim 345 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Gambar: Tampak Belakang redesign gaya arsitektur Maybrat, Imian, Sawait dengan konsep dasar dari rumah gantung Halit-bol halit KONSEP DASAR DAN TURUNANNYA TRADISIONAL Hamah Sagrim MODEREN 346 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Gambar: Denah Tradisional Gambar: Redesign Denah Dari bentuk Tradisional kebentuk moderen Gambar: Tampak Depan bentuk tradisional Gambar: Redesign Tampak Depan dari bentuk tradisional ke- bentuk moderen Hamah Sagrim 347 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Gambar: Tampak samping kiri bentuk tradisional Gambar: Redesign Tampak samping kanan dari bentu tradisional ke-bentuk moderen Gambar: Tampak samping kiri bentuk Tradisional Gambar: Redesign Tampak samping kiri dari tradisional ke- bentuk Moderen Hamah Sagrim 348 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Gambar: Tampak Belakang bentuk Tradisional Gambar: Redesign Tampak Belakang dari tradisional ke-bentuk moderen Struktur bentuk redesain kepala ornament dari tradisional menjadi bentuk moderen. Jenis ornament tersebut adalah rahang Babi dan Rahang Rusa, yang selanjutnya dikembangkan menjadi bentuk moderen dengan mempertahankan bentuknya sebagai dasar aliran. Untuk bentuk moderen telah dimodifikasikan sedemikian sehingga tampaklah suatu nilai estetika, dan karena Hamah Sagrim 349 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT pertimbangan estetika maka dibentukkannya sedemikian rupa. Nilai yang terkandung pada ornament ini adalah kebesaran seseorang. Lebih jelas lihat uraian ornament. Bentuk pengadopsian sisa kayu yang diambil dari kepala burung kakatua putih yang diadopsikan menjadi ornament pada bangunan arsitektur Maybrat, Imian, Sawiat. Hamah Sagrim 350 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Garis anak panah diatas yang dihubungkan antara rumah tradisional ke rumah moderen menunjukkan bentuk-bentuk bangunan dan aliran yang di-redesign menjadi bentuk moderen dengan gayanya yang tetap khas. Gambar listplank dari yang bekas yang menjadi diadopsikan kaki kepiting dikembangkan aliran arsitektur Maybrat, Imian, Sawiat. Hamah Sagrim 351 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Part 02 J.2. Gambar: Denah Gambar: Tampak Depan Hamah Sagrim 352 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Hamah Sagrim 353 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Gambar: Tampak Belakang Hamah Sagrim 354 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Gambar: Detail Koloum Skala 1:30 Hamah Sagrim 355 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Gambar: Detail Koloum Skala 1:30 Gambar: Detail kolum Skala 1:20 Hamah Sagrim 356 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Gambar: Detail Kepala koloum Skala 1:10 Gambar: Detail Kepala Koloum Skala 1:10 Hamah Sagrim 357 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Keterangan gambar 1. Kepala yang di adopsi dari perahu nelayan tradisional 2. Bagian sayap yang diadopsi dari kulit keong/kulit bia 3. Relief berbentuk gelombang yang diadopsi dari gelombang laut 4. Relief bentuk Rautan yang di adopsi dari bentuk rautan gelang pegangan parang, dan pisau (botah) 5. Arist yang di adopsi dari potongan koba ± koba. 6. Relief berbentuk gergaji yang diadopsi dari kepala koba ± koba 7. Dinding koloum 8. Relief bentuk jahitan tali pegangan pada noken (yu masir) 9. Badan Koloum a. Bentuk Konsep Redesain Denah Dari Tradisional ke Moderen Pada Bab awal telah kita ketahui bersama bahwa arsitektur tradisional suku maybrat imian sawiat memiliki denah yang tidak membentuk ruang ± ruang, namun pada saat ini dengan mempertimbangkan nilai ± nilai suatu bangunan rumah yang layak dan memenuhi syarat adalah : y Rumah yang memiliki ruang, seperti rumah hunian memiliki ruang tamu, ruang tidur, ruang makan, kamar mandi dan ruang cuci, yang merupakan pembagian ruang dasar. Demikian pada bangunan resmi lainnya yang memiliki banyak ruang dengan penamaannya masing ± masing sesuai dengan kebutuhan. Lihat gambar ± gambar yang terlampir pada halaman berikut: Konsep redesign denah dari bentuk tradisional yang hanya terdiri dari satu ruang serbaguna menjadi dan tombak, dikembangkan beberapa ruang sesuai kebutuhan. Walau ada perubahan ruang, denahnya masih tetap dengan konsep awal persegi empat. Gambar: Denah rumah tradisional Gambar: Konsep redesign ke bentuk moderen Hamah Sagrim 358 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT b. Pondasi /Koloum Pada bangunan tradisional maybrat imian sawiat dikenal dengan rumah gantung, dengan demikian jenis pondasi yang telah di pakai adalah pondasi setempat. Karena kebanyakan orang maybrat imian sawiat mendirikan bangunannya dengan menggunakan kayu buah yang merupakan hasil kumpulan dari alam. Bentuk suatu bangunan tradisional maybrat imian sawiat tidak dibangun dengan menggunakan sautu rancangan moderen namun dengan cara memperkirakan. Gambar: konsep redesign dari bentuk tradisional ke bentuk moderen Dari bentuk panah A ± A yang menunjukkan pada koloum dari rumah tradisional (harit) ke brntuk moderen dan panah B-B juga merupakan suatu pengadopsian koloum dari tradisional menjadi moderen. Yaitu walau dalam bentuk moderen adanya pondasi menerus, namun di setiap ujung teras dibuat semacam bentuk tiang/koloum kecil sehingga terlihat pilar dari koloum tradisional. Hamah Sagrim 359 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT c. Ciri umum arsitektur tradisional suku maybrat imian sawiat. Perkembangan arsitektur tradisional suku maybrat imian sawiat yang telah di uraikan sebelumnya sangat dikenal dengan bentuk rumh gantung. Bahan konstruksi utama adalah kayu, tali, kulit kayu dan daunan, dibentuk menjadi sebuah bangunan rumah dengan pilar utamanya dari kayu. Oleh karena bentuknya yang tinggi, dan menggunakan kayu sebagai bahan ranggka, maka bentangan ± bentangan terbentuk oleh kayu. Bagian depan terdiri dari tangga naik yang langsung pada deret melintang atau teras (isit) Pilar Gambar: Rumah gantung (halit-bol halit) pada bagian koloum, menyangga ujung terdepan dari atap yang mencuram ke bagian kiri dan kanan yang disebut sof. Sof terdiri dari semacam nok yang dipasang serta diikat untuk memikul atap dan reng yang mana disebut afi. Poros tengah, membagi antara bagian atap samping kiri dan kanan yang disebut timanaf ± sumanaf ± bubungan. Pada bagian bubungan atau yang disebut timanaf, di ikat dengan dua buah kayu yang membentanginya yang mana juga berfungsi memikul atap bubungan dan pada ujung kayu, selalu di panjangkan atau dibiarkan panjang dan menonjol keluar dengan tujuan sebagai tempat untuk menggantungkan rahang babi atau rusa sebagai hasil buruan. Sof bertumpu di atas koloum yang disebut sur yang vertical. Lihat gambar berikut: Konstruksi sof dan afi disangga oleh koloum sebagai pilar Utama bangunan dalam arsitektur tradisional suku maybrat Imian sawiat yang juga dibagi sebagai berikut bagian atas Timanaf, bagian tengah masuf, dan ujung magit. Susunan atau konstruksi koloum, disebtu sur, dalam arsitek tur tradisional maybrat imian sawiat yang kemudian di kembangkan menjadi bentuk yang moderen dengan mempertahankan aliran yang khas. Gambar: Konstruksi sof dan afi Hamah Sagrim 360 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Dalam bentuk moderen digabungkan selanjutnya dengan pondasi menerus pada bangunan moderen. Sur yang digabungkan berbentuk bulatan tersebut dengan B bahan speci, dimana terletak pada bagian bawah teras atau teras bertumpu di atasnya. Keterangan : A. Sur yang di adopsikan sebagai koloum teras. B. Teras C. Pondasi Arsitektur tradisional suku maybrat imian sawiat tidak mempunyai koloum yang gemuk, namun ukuran koloumnya kecil, memanjang dan vertical (sur). Untuk ukuran ini biasanya dibangun pada rumah gantung dengan ketinggian 9m ± 12m, dengan jumlah koloum sur, 16, 17, 18, 19 dan seterusnya bergantung besar kecilnya bangunan. sedangkan untuk rumah dengan ketinggian 2m, mempunyai koloum berjumlah 4, 6, 8 dengan bentuk koloum gemuk (hafot) dan di kombinasikan dengan beberapa koloum kurus (sur). A. Estetika dan dekorasi Dalam pengembangan redesign koloum, telah diadopsi A B beberapa ukiran dan bentuk aliran dalam anyaman noken atau tas tangan yang membentuk cekokan dan gaya kraft yang begitu indah. Lihat gambar disamping. Makna yang tersirat pada bentuk anyaman tersebut adalah, C keindahan, keuletan/kepandaian, dan kebaikan. Bila Gambar: Detail pndasi dengan tampilan pengadopsiann koloum dari tradisional ke moderen A C ditinjau dari keindahan, maka setiap segala sesuatu yang di buat sedemikian rupa dengan nilai ± nilai estetik adalah indah. Gambar : Detail ukiran dan ornament pada koloum yang di adopsi dari aliran anyaman noken. Dikatakan indah karena menghibur, enak dipandang, bermakna, bernilai, dan menarik. Hamah Sagrim 361 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Keterangan detil aliran pada gambar disertai gambar aliran yang diadopsikan: A. Panah µA¶ tersebut diatas menunjukkan ukiran yang membentuk relief yang tapak pada bagian bawah koloum merupakan hasil pengadopsian dari bentuk anyaman noken yang disebut yu kom. Bila mana itu dipandang dari segi keuletan dan Kepandaian, maka ada kaitannya dengan kehidupan Sehari ± hari orang maybrat imian sawiat yang mana Mengatakan bahwa, dalam menganyam sebuah noke sedemikian mernarik yang disebut n yang bentuknya yu kom, sangat Gambar: jenis aliran anyaman noken sulit dan tidak semua orang bisa mem buatnya. Oleh karena itu, mereka yang biasanya dapat menganyam jenis noken yu kom, seringkali dikata kan sebagai orang yang ulet dan pandai. Namun bila dipandang dari segi kebaikan, ada ungkapan orang maybrat imian sawiat mengatakan bahwa dilihat dari bentuk noken tersebut, menggambarkan betapa baiknya orang yang membuat noken tersebut, sebagaimana dalam ungkapan tradisional lingusitnya µ¶oo, finya ro m¶ste yu refo fo kbor sneh bau oh¶¶. Dari ungkapan yang dikatakan tersebut mengandung sebuah pengertian dan makna yang luar biasa bahwa adanya suatu kehormatan atau suatu penghargaan yang diungkapkan oleh setiap orang ketika melihat akan bentuk estetikanya dan langsung mengatakan bahwa ³memang ibu yang membuat noken ini dia sangat hebat´. Pekerjaan membuat noken adalah pekerjaan seorang ibu dan anak perempuan, sedangkan ayah dan anak laki ± laki berburu dan berkebun. Bila dipandang dari segi kekompakan, bahwa noken yang terbuat dari bahan kulit kayu yang selanjutnya di olah menjadi bahan yang halus dan membentuk tali atau benang yang mana kira ± kira lebarnya 2 ± 3 mili dan tebalnya 0.02 mili, mampu dibentuk menjadi satu keutuhan dari sebuah noken yang sangat kuat, hal ini menggambarkan sifat hidup orang ± orang maybrat imian sawiat yang selalu kompak dalam menjalankan kehidupan mereka, yaitu kompak dalam menyelesaikan suatu persoalan, kompak dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dan kompak dalam menyelesaikan persoalan ± persoalan secara bersama ± sama. Bila ditinjau dari segi kekuatannya, dari jenis ukuran bahan yang dipakai dalam meramu sebuah noken terlihat kecil dan lucu, namun tali ± tali kecil itu mampu memberikan suatu kekuatan tersendiri dimana noken tersebut digunakan dalam memikul beban yang beratnya 5kg, 25kg, 50kg hingga 100kg, namun tidak terputus antara satu urat dengan urat yang lainnya. Hamah Sagrim 362 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT a. Bentuk relief yang merupakan pengadopsian dari jahitan tali pegangan yu maser pada noken. Bentuk tersebut merupakan tanda bahwa adanya sesuatu yang sangat luar biasa, dan sesuatu yang luar biasa itu tidak diperoleh atau dialami secara gampang tetapi merupakan sesuatu yang sangat rumit. Disisilain, bentuk tali pegangan tersebut sengaja di jahit dengan membentuknya sedemikian agar suatu salah satu batian waktu ketiak terputus, jahitan namaun tidak secara mudah untuk semuanya terlepas dari pegangannya karena bentuk jahitannya bekelok ± kelok, dibandingkan jikalau bentuk jahitannya lurus, maka ketika salah satu dari jahitan tersebut putus, maka semuannya akan terlepas. b. Bagian kaki berbentuk kapak bam ± tmah. Bentuk pengadopsian suatu kebesaran ini dan enggambarkan kehebatan. Orang ± orang maybrat imian sawiat mempunyai suatu pemikiran yang filosofis bahwa, barang siapa diantara zoom Gambar: Detail koloum merekayang hidupnya tidak memiliki kapak, berarti orang tersebut atau keluarga tersebut adalah orang yang Hamah Sagrim 363 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT malas (haweboh). Kapak bam menunjukkan suatu kebesaran, kerajinan, dan keuletan. Seringkali juga kapak digariskan sebagai nafkah seperti diungkapkan µ¶bam marak tanik hasri mait?¶¶ artinya wah, kalau anda adalah orang yang tidak memiliki kapak berarti anda akan kelaparan!. Kapak identik dengan nafkah karena dalam budaya bertani, orang maybrat imian sawiat biasanya menebang pohon ± pohon rindang besar dengan menggunakan kapak. Pada bagian kepala koloum yang merupakan tumpuan berbentuk perahu nelayan dan gelombang laut yang dipadukan dalam bentuk dekorasi kepala koloum. Bentuk tersebut merupakan pengadopsian dari perahu tradisional para nelayan lokal yang di gunakan Gambar: Kepala koloum dengan bentuk pengadopsian dari perahu guna menangkap ikan, udang dan juga sebagai dasar perletakan rumah perahu yang disebut kajang. Gambar: jenis Perahu para nelayan didanau ayamaru dan aitinyo Gambar: Pengadopsian ornament pada kepala koloum dari aliran bentuk dasar perahu Keterangan gambar: Menunjukkan perahu Menunjukkan gelombang air orang ± orang di bagian pesisir pantai membuat rumah diatas perahu mereka yang disebut Gambar: Perahu Kajang perahu kajang. Perahu kajang biasanya di pake untuk bepergian ke daerah yang bejauhan namun bisa dijangkaui dengan perahu kajang. Daerah pesisir pantai yang menggunakan perahu kajang adalah seperti Teminabuan, Konda, Wersar, Udagaga, makaroro, makotemin, matemani, inanwatan, kokoda. Hamah Sagrim 364 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Sedangkan nelayan ± nelayan di daerah danau ayamaru, uter menggunakan perahu kole ± kole wyak. Jenis perahu ini hanya dipergunakan sewaktu mencari ikan di danau, melakukan perjalanan dari Ayamaru ke Segior, ke Adoh, ke Yukase, ke Karetubun, ke Mapura, ke Fategomi, ke Kambuaya, ke Jitmau, ke Suwiam, ke Fiane, ke Kartapura, ke Men dan ke Yohwer, serta sebaliknya dan juga berhubungan antara satu kampong dengan yang lainnya. Pada bagian ini merupakan pengadopsian dari keong atau kulit bia. Kulitbia dalam kehidupan imian masyarakat suku maybrat sawiat merupakan alat panggil utama dalam melakukan upacara ± upacara formal atau kegiatan resmi. Kulit bia biasanya digunakan sebagai alat Bantu untuk memanggil masyarakat dalam melaksanakan sesuatu yang dianggap sangat penting dan terhormat. Misalnya seperti upacara penjemputan, kegiatan ceramah atau kegiatan kampong, memanggil orang ketika ada persoalan yang mendadak. Digunakan untuk memanggil dan memberitahukan orang keluar dari kampong berjauhan, kulit bia dapat menjangkaui jarak panggil 50 km ± 70 k. ada beberapa cara kode tiupan yang dipake dalam meniup kulit bia, yaitu pertama bila ada kunjungan resmi atau upacara resmi dan kegiatan resmi, biasanya menggunakan satu kulit bia saja yang di tiup untuk memanggil masyarakat. Dalam peniupan acara ± acara seperti ini, biasa tiupannya teratur, lambat, dan panjang. Namun berbeda dengan jenis tiupan berikut ini, bilamana ada sesuatu yang terdesaki seperti adanya serangan musuh dari kampong lain atau ada kematian, biasanya kulit bia yang ditiup berjumlah lebih dari satu bergantung banyaknya kulit bia dan orang yang meniupnya. Situasi seperti ini cenderung ditiup dengan cara cepat atau tergesa ± gesa dengan tujuan memanggil dengan segera setiap penduduk kampong yang telah keluar ke kebun meninggalkan Hamah Sagrim 365 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT kampong bahwa ada sesuatu yang berbagaya telah terjadi di kampong. Dalam bentuk tiupan dan panggilan ini, cenderung membuat orang tergesa ± gesa dan bisa meninggalkan kerjanya dengan keadaan terpaksa. d. kepala ornament Bentuk kepala ornament terdiri dari dua bagian, yang mana rahang babi atau rahang rusa di bagian tengah, dan kepala kakatua putih ± yakop di bagian luar ujung. Bentuk pertama pada gambar di samping adalah rahang Babi atau rusa pada rumah tradsional yang merupakan hasil buruan pada yang bentuk selanjutnya dikembangkan Gambar: Rahang babi yag diadopsi menjadi ornament pada bagian kepala bangunan. Sebagai simbol kebesaran orang Maybrat, Imian, Sawiat moderen sebagai ornament. Bentuk ornament yang berupa ukiran tersebut diukir sedemikian rupa dengan rahang babi atau rusa yang merupakan hasil buruan sehingga tidak meninggalkan nilai ± nilainya. Dalam kehidupan sehari ± hari orang maybrat imian sawiat, siapa yang memiliki banyak gantungan rahang babi dan rusa yang merupakan hasil buruannya, menunjukkan suatu kehebatan tersendiri bagi keluarga tersebut. Keluarga atau kepala rumah tangga tersebut selalu merupakan orang yang terpandang sebaga pemburu terhebat diantara orang ± orang sekitar, dan orang tersebut dikategorikan sebagai orang yang sangat mampu dalam menghidupkan keluarganya. Rahang babi dikonsepsikan sebagai lambang kebesaran. Pada bagian terakhir merupakan bentuk kelipatan yang menyerupai kepala kakatua putih / yakop (awet). Kakatua putih-yakop (awet), dalam kehidupan mula ± mula merupakan burung yang memberikan kabar. Hal ini berkaitan dengan kehidupan orang maybrat imian sawiat yang berperang. Hamah Sagrim 366 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Biasanya seorang yang menyendiri di hutan dengan tujuan penyelamatan diri, ia selalu menggunakan cara ini, dan biasanya jikalau ada musuh yang datang burung kakatua putih mengeluarkan suara yang takut (awet m¶waa) ketika memberikan suara, orang tersebut bergegas mempersiapkan dirinya guna melawan, atau ia bersembunyi atau juga ia mengintai. Gambar: Mata kakatua diperbesar J.2. Bentuk pengadopsian dari model jahitan koba ± koba (payung tradisional) Dan noken (tas) yang diadopsi kedalam estetika Dalam membentuk estetika pada aliran arsitektur tradisional suku maybrat, suku imian, suku sawiat ini, banyak merupakan hasil pengadopsian dari estetika dari hasil ciptaan orang maybrat, orang imian, orang sawiat, yang mana banyak tersirat makna yang luarbiasa. Berikut jenis atau permodelan aliran yang diadopsi sebagaimana berikut: 1. Figiom Aya - Sehat masru ± Gelombang Air Gelombang air memberi sebuah makna adanya suatu kehidupan. Air merupakan sumber kehidupan bagi setiap makhluk dan tumbuhan yang ada di permukaan bumi. Dalam kehidupan orang maybrat, orang imian, orang sawiat, air diabadikan sebagai pemberi kehidupan dan berkah. Air juga dipercaya sebagai tempat atau ritus ± ritus yang keramat yang mana ketika setiap orang maybrat, orang imian, orang sawiat, yang mengenalnya selalu akan membawa upeti ± upeti sebagai korban persembahan kepada penghuni air (tagio). Ada beberapa sebutan penghuni air dalam ritus ± ritus orang maybrat, orang imian, orang sawiat, yaitu; tago, aban raa, mos makan, dan fre. Ritus atau air yang dikategorikan sebagai tempat keramatbukan sebuah ritus yang dibuat ± buat atau suatu ilusi, tetapi benar ± benar ada, namun hanya bisa didengar dan dilihat oleh mereka yang sudah terdidik dalam pendidikan inisiasi (raa wiyon ± na wofle). Bentuk atau warna daripada mata air/sumur/sungai yang biasanya melambangkan adanya Hamah Sagrim 367 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT penghuni, adalah warna biru, cokelat, hijau, merah, kuning, hitam, dan bentuk ± bentuk hewan /plankton juga memiliki jenis yang berbeda dan menakutkan, batu ± batua dalam sungai juga menunjukkan wajah yang menseramkan dan suasana sekitar sungai begitu hening dengan gejala yang berdengting menyeramkan, di sebagian sungai kadang memberi perlawanan kepada setiap orang yang ketika pada saat itu datang dengan membawa sesuatu/magic yang mana menimbulkan adanya perlawanan antara alam sekitar dengan alam ghaib/magic tersebut, atau air akan menunjukan murkanya kepada orang yang sebentarlagi akan meninggal, atau orang yang telah diracun atau di santet oleh suanggi. Kejadian tersebut dapat dilihat dapat dilihat dengan kasat mata normal oleh setiap orang dan kejadian semacam ini bukan suatu kejadian yang biasa ± biasa saja untuk disaksikan, tetapi bagi orang maybrat, orang imian, orang sawiat, menyaksikan kejadian semacam itu sebagai sesuatu yang mistik dan merupakan kejadian yang melampaui akal pikiran sehat. 2. Ru Mayir ± Chlen Ryene ± bekas kaki burung Bekas kaki burung seperti ini, memberi suatu makna tersendiri. Bagi orang maybrat, imian, sawiat, cakar burung menunjukkan suatu esensi dalam fenomena alam yang baru. Hal ini berkaitan dengan kepuasan manusia dan alam. Dikatakan sebagai kepuasan manusia karena burung yang umumnya memberi bekas seperti ini (ru kawya, ru houf, dalam bhs. Maybrat), selalu dijadikan sebagai patokan bahwa mereka bisa memperoleh telur yang disebut telur maleo dan induknyapun bisa diburu. Selain burung maleo dianggap sebai pelengkap pangan, orang maybrat, imian, sawiat, mempercayai akan adanya suatu esensi yang menurut mereka telah menuntun burung tersebut. Dalam mitos orang maybrat, imian, sawiat, menceriterakan bahwa burung- burung jenis tertentu seperti kawya, houf (burung maleo), wer (burung nuri), kekaya (burung setan), tam (kampret), tekum (burung walet), mbas dan swet (burung cuit), merupakan jenis ± jenis burung yang mempunyai penuntun atau burung yang dianggap sangat memberikan berbagai makna yang berkaitan dengan esensi hidup antara manusia dan alam. Alih ± alih daripada kekhususan burung ± burung ini bagi kehidupan sehari ± Hamah Sagrim 368 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT hari orang maybrat, imian, sawiat, memiliki predikat masing ± masing yang tak kalah menariknya yaitu: a. burung houf, dan kawya (burung maleo), bagi orang maybrat imian sawiat, burung maleo yang telurnya berwarna merah dan putih dengan ukuran telur yang besar ukuran 3x ayam, dan jenis burung yang besar melebihi ukuran tubuh ayam. Telur maleo biasanya bagi orang maybrat imian sawiat dihargai sebagai suatu nilai tersendiri. Nilai yang ada pada telur maleo ini terlihat ketika diberikan sebagai persentase atau rasa terimakasih yang ditunjukan oleh seorang pemberi kepada penerima atas budi baiknya mungkin karena penerima membantunya dalam berladang, atau membantu mendirikan sebuat rumah, atau menolong pemberi dari kecaman musuh. Bentuk daripada rasa syukur ini sering terjadi hingga saat ini terlihat di perkampungan maybrat imian sawiat, dan kejadian ini dalam bahasa maybrat disebut boren. b. Wer (burung nuri), sebagai burung yang dianggap magic oleh orang maybrat, imian, sawiat, terutama kepada mereka yang bermarg/keret klen Safkaur. Dalam ceritera legenda marga Safkaur, mengatakan bahwa burung nuri ± wer- merupakan burung penyelamat, dan lambang kekuatan mereka. Hal ini berkaitan dengan kehidupan mula ± mula orang maybrat imian sawiat terutama dikhususkan kepada marga Safkaur, bahwa burung ini ketika zaman perang suku, seseorang yang bernama Fneen Safkaur yang mana adalah ahli perang khususnya dalam maraga Safkaur, ia sedang bersiap ± siap menghadapi musuh ± musuhnya yang berdatangn, ketika pada saat itu juga burung nuri ± wer ± yang berjumlah 3 ekor beterbangan mendahului musuh ± musuh tersebut menuju kepada Fneen Safkaur dengan mengeluarkan suara aneh merupakan ekspresi yang mengatakan bahwa ia (fneen) sedang didatangi oleh musuh. Ketika fneen mendengar suara aneh yang diekspresikan oleh burng nuri, ia langsung menebak berapa jumlah musuh yang datang, ketika itu ia lalu berkata ³wah, banyak sekali musuh yang datang, melawan saya seorang diri´ atau dalam ucapan bahasa asli maybratnya ³wo, bioh fo magin mama oh mefo, refo jyio tesait oh mefo´. Pemikiran tersebut tidak lalu serta merta menutupi akal daripada seorang Fneen, tetapi ketika itu juga, Fneen lalu mengangkat tombaknya dan menombaki ketiga burung tersebut dengan satu tombak, dan ketika itu juga ketiga burung tersebut tertikam sekaligus oleh tombak tersebut. Ketika Fneen berhasil menikam ketiga burung tersebut, ia lalua mengirimnya bersama dengan tombak Hamah Sagrim 369 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT kepada para musuh yang berdatangan, ketika musuh ± musuh itu melihat apa yang dilakukan oleh Fneen, maka timbullah pemikiran oleh ketua perang dan ia berkata ³wah, ini burung yang kecil dengan kecepatan terban diudara saja dia sudah membidiknya dan hanya dengan satu tombak dia membidik ketiga burung ini bersamaan? Berarti jikalau kita kesana kita pasti terbunuh semua´ dalam bahasa asli maybrat ³wo, wer ro m'fru foh mam ayoh u refo ait yame tuuf yie mkah sawia sou a? Tanike anu wefo bmo kbe yame anu skak´. Analisa ini kemudian menjadi pertimbangan yang harus diputuskan pada saat itu, dan akhirnya pemimpin perang memutuskan untuk mereka pulang, karena mereka tidak mungkin mengalahkan Fneen yang menurut mereka dia seorang ahli perang tanpa tandingan. c. Kekaya (burung suanggi), merupakan burung yang dalam legenda orang maybrat, imian, sawiat, sebagai burung yang menyampaikan pesan atau informasi atau kode kepada manusia bahwa mereka harus berhati ± hati, karena disekelilingnya ada setan/suanggi (kabes). d. Tam (burung kampret), biasanya mengeluarkan suara di rumah oknum atau orang yang menjadi target untuk diserang oleh setan/suanggi (kabesfane), sehingga orang tersebut menjadi was ± was dan berjaga ± jaga dalam melakukan segala aktivitas atau berhati ± hati mengawasi keluarga yang pada saat itu sedang mengalami kesakitan atau menderita penyakit yang berat. e. Tekum (burung walet). Dalam mitologi kepercayaan orang maybrat imian sawiat, tekum merupakan burung sorga atau burung yang membawa berkat. Misalnya ketika petani sedang berkebun dan ketika itu juga tekum beterbangan dan mengeluarkan suaranya, maka ketika itu juga petani tersebut berkata ³berkat besar telah datang dan ladang ini akan berlimpahruah hasilnya´ dalam bahasa maybrat ³hanyah mase mefo´. Mbas dan Swet (burung cuit). Keseharian orang maybrat imian sawiat, ketika di tengah semak belukar yang dikelilingi oleh pepohonan besar jika terdengar suara burung cuit (mbas) yang serempak dalam jumlah perkumpulan yang banyak, berarti pada tempat tersebut ada seekor kusu pohon, atau ular yang besar, atau burung yang besar atau kanguru atau hewan ± hewan besar lainnya. Yang mana bisa kita temui serta ditangkap. Sedangkan Swet (burung cuit) jenis ini, biasanya membawa pesan atau berita, yaitu dia selalu mendahului orang yang sedang mendekati kita dan mengeluarkan suaranya dengan Hamah Sagrim 370 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT berlompat ± lompat menunjukan atraksi aneh kepada kita (swet mafa dalam bahasa maybrat). Jenis ini diadopsi dalam bentuk jahitan tas dan koba. 3. Kbai mayir ± choin ryene ± bekas kaki kepiting Bekas kaki kepiting menunjukkan suatu perjalanan horizontal dan gelombang, yang mana dimaknai sebagai kekuatan. Salah satu Filosofi orang tehit yang terkenal mengatakan bahwa, ³kepiting kalau gepe siapa yang mampu menahan ringis kesakitan?´. Kepiting dianggap sebagai kekuatan, sehingga ia diunggulkan dalam filosofi orang tehit, kekuatan orang tehit diibaratkan sepeti kepiting. Bentuk ini kemudian dipakai dalam bentuk jahitan tas dan koba ± koba/payung tradisional. 4. Ara Ra Tebok ± Chadach ± Bekas kulit kayu yang dikupas dengan parang pisau sebagai kode/morse penyelamatan dan kemenangan. atau Kode/morse ini telah lama di kembangkan oleh orang maybrat imian sawiat, sebagai tanda tertentu untuk diketahui oleh setiap sanak saudara atau klen. Kode ini dibuat ketika seseorang yang diserang oleh musuh atau racun, baik yang sudah berlangsung atau sedang dalam rencana, namun ada seseorang saudara kerabatnya yang mengatasi atau mengalahkan musuh ± musuh itu. Kerabat ± kerabat yang melakukan ini biasanya tidak sekampung dengan yang diserang (outrolokal). kode/morse yang dibuat, biasanya tidak berjarak dari orang yang diburu, biasanya kurang lebih jaraknya 3-4 meter. Dalam memberikan kode/morse, ada dua bentuk kode yang dipakai yaitu, bentuk pengupasan kulit kayu dan bentuk bunyi. Untuk membentuk kode/morse pada kayu, biasanya membentuk segi empat, ada yang membentuk kerucut, dan adajuga yang membentuk ketupat, sedangkan untuk kide/morse dalam bunyi, biasanya nyaring dan lembut, cepat dan lambat.bentuk ini selanjutnya dipakai sebagai bentuk estetika dalam jahitan tas atau koba ± koba /payung tradisional yang dipakai oleh orang maybrat, imian, sawiat. Hamah Sagrim 371 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT 5. Ii Safe ± Larfu Durmus ± Barisan Semut Hitam Dalam filosofi hidup sehari ± hari orang maybrat imian sawiat, semut dianggap sebagai hewan yang rajin, cekatan, setia, sabar, dan teratur tanpa diatur oleh siapapun. Kerajinan, kecekatan, kesetiaan, kesabaran, dan keteraturan ini biasanya merupakan simbol filosofis orang maybrat, imian, sawiat, yang dijadikan tolok ukur mereka berkaitan dengan kehidupan dalam keseharian mereka. 6. Friro ± Chatohon ± Bunga Rekat Bunga rekat dalam kehidupan tradisional orang maybrat imian sawiat, mempunyai suatu keistimewaan tersendiri dibanding tumbuhan atau rumput yang lain. Bunga rekat atau friro-chatohon, sering digunakan untuk menggosok nelon matakail yang dipakai dalam memancing ikan sehingga kuat walaupun tersangkut pada benda ± benda keras. 7. Afan Masu ± Afan Sikalioh ± Pintu Ulat Pohon Afan masu ± afan sikalioh adalah bentuk pintu ulat pohon yang dibentuk oleh ulat pohon itu sendiri. Afan masu ± afan sikalioh difilosofikan sebagai gambaran persoalan. Misalnya filosofi maybrat ³afan masu ro mbrah ma mne mi raa mmat to, soh afan masu ro mbrah mhou mam safom to awiya ymat?´ artunya, ³pohon apatar yang ada pintunya kalu di pinggir jalanan pasti terlihat, tapi kalau yang tersembunyi di hutan belantara siapa yang bisa lihat?´. Yang berarti ³suatu masalah yang kelihatan atau ada jejaknya pasti diketahui atau ditemui, kalau tidak ada jejak/bukti atau tersembunyi, siapa yang mampu ketemu.´ Hamah Sagrim 372 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT J.3. Arsitektur tradisional dalam perkembangan pembangunan Dinegara berkembang, sejak dahulu masyarakatnya mempunyai apresiasi tinggi terhadap arsitektur. herbage tulisan, biku hasil kajian ilmiah, penelitian tentang arsitektur banyak sekali ditulis, diterbitkan, dibaca, dan aliran-alirannya diwujudkan dalam gaya bangunan sebagai kebesaran identitas mereka, tidak hanya oleh para arsitek, tetapi oleh kalangan luas dan herbage lapisan masyarakat. Disbanding dengan daerah lain, propinsi papua yang juga memiliki gaya arsitektur cukup khas yang mana bisa diangkat sebagai kebesaran dan kejayaan bagi orang papua sangat dilupakan. Pada bagian ini saya coba mengkaji keberhasilan, kesalahan dan kekurangan yang dilakukan guna mengangkat arsitektur tradisional papua dalam perkembangan pembangunan. Menjadi pelajaran saat ini dan waktu akan dating bahwa pembangunan yang telah dikembangkan sekarnag tidak mengerti kebudayaan dan tidak mencerminkan kepribadian budaya setempat serta tidak begitu mempertahankan identitas arsitektur setiap daerah di papua. Salah satu tolok ukur kemajuan budaya sebuah daerah dilihat dari aliran aristektur yang mana tampil dalam wajah dan fisik bangunan. Kecenderungan masyarakat dan pemerintah dalam mengadopsi gaya ± gaya arsitektur luar seperti gaya arsitektur colonial, gaya arsitektur romawi, gaya arsitektur joglo, gaya arsitektur minang, dan.y.l. hal ini membuat arsitektur tradisional setiap suku bangsa di papua terlupakan. Ini merupakan suatu penjajahan kultur yang menindas budaya papua. Dengan semakin dilupakannya aliran ± aliran arsitektur tradisional papua, maka ikut pula menghilang kebesaran citra, karsa, dan karya orang papua, karena sebagaimana dalam ungkapan bahasa semboyang arsitektur mengatakan bahwa; ³arsitektur adalah gambaran jiwa raga dan roh seseorang´, inilah kebesaran yang terlupakan. Dengan demikian, ditekankan bahwa dalam mendisain pembangunan papua yang hormat budaya, maka diharuskan untuk mengangkat dan mengikutsertakan aliran arsitektur tradisional dalam mendirikan sebuah bangunan, kalaupun masyarakat tidak mengembangkannya, sebisamungkin gedung-gedung pemerintah arsitektur tradisional daerah setempat. Beberapa bentuk arsitektur tradisional papua yang cukup unik dan menggambarkan kebesaran orang papua seperti; bentuk bangunan rumah Honai, rumah tradisional Enjros tobati, Hamah Sagrim 373 tiap daerah wajib mengambil gaya dan corak ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT rumah tradisional arfak, dan rumah tradisional harit di maybrat imian sawiat kabupaten sorong selatan. Suatu ungkapan kekesalan kini adalah bahwa daerah-daerah propinsi papua yang memiliki gaya arsitekturnya sendiri ini begitu didominasi oleh bangunan ± bangunan dari daerah lain. Hal ini disebabkan karena pemerintah Hindia Belanda lebih awal membangun papua dengan menerapkan aliran arsitektur colonial, sebagaimana hingga saat ini difungsikan sebagai gedung atau perkantoran-perkantoran pemerintah daerah bahkan ada yang dijadikan sebagai rumah hunian masyarakat. Suatu pembunuhan karakter budaya arsitektur papua yang telah dilakukan oleh pemerintahan Hindia Belanda di daerah propinsi papua. Dikabupaten Sorong Selatan, pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1950, secara brutal membongkar rumah-rumah tradisional yang dibangun oleh orang maybrt imian sawiat sebagai bangunan terhormat seperti rumah sekolah dan gereja (samu k¶wiyon-bol wofle), dengan menerapkan larangan-larangan untuk tidak mengembangkan atau membangu bangunan-banguan tersebut kembali. Hal ini membuat orang maybrat imian sawiat kini kehilangan gaya dan aliran arsitektural mereka. Disisilain, pada tahun 1962, pemerintahan indoneisa telah masuk kewilayah papua, yang mana pada waktu itu disebut Irian Jaya dan menetap hingga sekarang dengan penerapan bangunan yang juga tidak mempedulikan aliran arsitektur lokal. Kini aliran arsitektur dari daerah lain yang mendominasi wajah perkotaan di seluruh papua. Persoalannya bukanlah terletak pada kurangnya tenaga-tenaga arsitektur papua, tetapi keinginan daripada pemilik yang mana cenderung menginginkan gaya arsitektur lain ketimbang tidak menyadari akan gaya arsitekturnya yang tampak sederhana, berbobot, bergaya sendiri, dengan segala macam nilai yang terkandung didalamnya. Tampak jelas ketika kita berada diberbagai daerah; kabupaten sorong contohnya, gaya arsitektur yang mendominasi diwilayah pesisir sungai remu adalah gaya arsitektur bajo suku bugis, begitupun yang terdapat di pesisir pantai tehit, gaya arsitektur yang tampak mendominasi adalah arsitektur tradisional Bajo, orang bugis. Di jayapura, kini didominasi oleh arsitektur Asia, colonial, dan disisipi dengan gaya arsitektur minang. Dimanokwari, arsitektur arfak juga terlupakan dan kini wajah kota manokwari didominasi oleh aliran arsitektur colonial, asia dan disisipi oleh aliran arsitektur minang. Didaerah wamena yang gaya arsitektur tradisionalnya yang begitu terkenal di dunia (honai), masih juga tidak begitu diperhatikan, wajah kotanyapu masih terlihat hamparan wajah arsitektur pendatang semua. Merupakan salah satu pengikisan budaya bangsa. Hamah Sagrim 374 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Arsitektur tradisional setiap daerah di propinsi papua merupakan kebesaran setiap suku bangsa tersebut, karena merupakan hasil ciptaan mereka yang sebenarnya. Proses akulturasi terhadap gaya arsitektur ini membuat orang papua semakin ditelanjangi dengan cara yang dipergunakan oleh penjajah. Dalam refleksi arsitektur tradisional papua yang telah kami analisis, merupakan suatu cara penjajahan terhadap budaya. Selain budaya-budaya lain dibuang, disisi yang lain kekayaan budaya dicuri serta diperdagangkan seperti ukiran, tarian dan corank budaya unik lainnya. Suatu kesimpulan daripada refleksi budaya papua ³bahwa orang papua dulu sebelum penjajahan, disini diibaratkan seperti seorang gadis manis yang sedang direbut oleh beberapa orang, setelah ia berhasil direbut, bukan karena cantiknya saja yang menjadi rebutan, tetapi segala perhiasan yang dikenakan disekujur tubuhnya diambil oleh orang yang merebutnya setelah itu itu busana yang dikenakannyapun dilepaskan satupersatu dan dibuang, kini seorang nona cantik menjadi kehilangan harga dirinya karena semua yang ada padanya sebagai kebesaran telah hilang dan kini dia telanjang sampai-sampai mahkotanya turut diambil, tetapi bersyukur karena ia masih hidup. Walaupun ia masih hidup, dan ia mampu menciptakan busana yang baru, tetapi tidak semuanya dari bahan yang ia miliki tetapi dari bahan-bahan punya orang yang diambil dalam membuat busananya, karena semuanya serba palsu maka nilai dirinya kini berkurang´. Suatu penjajahan terhadap arsitektur-arsitektur papua yang sedang berlangsung. Semangat pembangunan yang ditunjukkan adalah semangat yang kami sebut egoisme membangun. Kata egoisme membangun disini saya gunakan karena konsep pembangunannya tidak menghargai apa yang disebut dengan potensi lokal (local potences), konsep pembangunannya begitu tertutup (closely building concept), memikirkan dirinya sendiri (egoism), walaupun ia berada di wilayah kekuasaan budaya lain, akan tetapi tetap menggunakan konsep budaya asing untuk diterapkan. Inilah sesuatu penjajahan budaya yang sedang diterapkan di propinsi papua, yang mana secara sinergis sedang mengikis selain arsitektur, budaya-budaya lainpun ikut terkikis. Arsitektur bagi sejarah manusia merupakan sebuah karya besar dan termasyhur yang pernah dibuat oleh nenekmoyang setiap sukubangsa didunia. Sedangkan bumi sendiri merupakan rumah yang dirancang dan dibangun oleh Tuhan, dan tak ada seorangpun yang mampu menciptakan planet bumi yang lain menyaingi atau melampaui yang diciptakan oleh Tuhan, begitupun ciptaan setiap suku bangsa tidak mungkin sama dan tidak seorang sukubangsapun yang berhak untuk menghilangkanm ciptaan orang lain. Sejarah perkembangan Hamah Sagrim 375 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT arsitektur suku bangsa di propinsi papua mencakup dimensi ruang dan waktu yang tidak dapat ditentukan batasnya. Olehkarena itu dalam konsep pembangunan di propinsi papua, seharusnya dikonsepsikan sesuai dengan aliran arsitektur lokal yang ada disetiap daerah yang mendasar pada jenis bangunan dan terkait dengan fungsinya. Dikatakan demikian karena daerah-daerah di propinsi papua dengan konsep dan gaya aliran arsitekturnya selalu mempunyai aturan, makna dan fungsi yaitu; rumah suci, Rumah berkumpul, Rumah hunian, Rumah pendidikan. Sebenarnya Tidak begitu sulit dalam mengembangkan konsep pembangunan sekarang dengan menggunakan aliran arsitektur lokal. J.4. Keberhasilan Penerapan Konsep Arsitektur Tradisional Dalam Pembangunan Papua Suatu keberhasilan konsep arsitektur tradisional papua yang menonjol kerapkali hanya terlihat pada Gapura, ukiran-ukiran dan lukisan dinding. Untuk konsep arsitektur dalam gaya bangunan tidak begitu ditonjolkan atau samasekali tidak dipake dalam konsep pembangunan, walaupun beberapa daerah mampu manampilkan gaya arsitektur mereka seperti gaya arsitektur Enjros sentani yang dikembangkan di kota jayapura, dan honai wamena yang juga dikembangkan di kabupaten wamena, namun tetapi belum sepenuhnya mencapai 100%. Sedangkan didaerah kabupaten lain seperti kabupaten sorong selatan tidak pernah menampilkan gaya arsitektur harit, dan kabupaten manokwari dengan gaya arsitektur arfaknya tidak terlihat wajahnya di dalam konsep pembangunan. Di Wamena dan Jayapura telah berhasil dengan menampilkan wujud arsitektur tradisionalnya Karena ada kesadaran akan nilai-nilai yang terkandung. Sedang didaerah lainnya, kecenderungan dengan prinsip egoisme pembangunan dengan gaya moderen sangat mendominasi, akhirnya nilai-nilai yang ada didaerah setempat terlupakan dan hilang dengan sendirinya. Bila dipandang dari konsep arsitekturnya, papua akan dikatakan sebagai daerah dengan keberhasilan membangun sendiri jikalau konsep aliran arsitektur yang dipakai dalam pembangunan dengan menggunakan konsep arsitektur tradisional. Karena disinilah papua akan terkenal dengan kebhinekaan gaya arsitektur tradisionalnya, papua akan disebut sebgai sebuah bangsa yang berjaya yang mana kejayaannya ditunjukkan melalui aliran-aliran arsitekturalnya. Hamah Sagrim 376 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT J.5. Ketidak berhasilan Konsep Pembangunan Tanpa Arsitektur Tradisional Bilamana kita berbicara mengenai konsep, maka kita berbicara tentang arah, kebijakan, cara, metode, yang ditampilkan dalam mengembangkan sesuatu ide yang dikonsepsikan. Berkaitan dengan konsep pembangunan, setiap manusia atau kelompok dan sukubangsa mempunyai metode atau konsepnya masing-masing dan berbeda, hal ini disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan yang ada. Suatu kesalahan dalam konsepsi pembangunan yang seringkali ditemukan saat ini adalah, konsep pembangunan tanpa arsitektur lokal. Setiap suku bangsa di Papua mempunyai aliran atau gaya bangunan arsitekturalnya yang unik, akan tetapi seringkali ketika dalam konsep pembangunan, aliran arsitektur tradisional ini tidak diingat (terlupakan) atau tidak dimunculkan dalam proses pembangunan. Padahal ketika kita berbicara mengenai arsitektur tradisional, kita telah berbicara tentang suatu jatidiri, idealisme, citra, rasa, karya, karsa suatu bangsa karena arsitektur tradisional adalah bagian dari kebudayaan manusia, berkaitan dengan berbagai segi kehidupan seperti; seni, teknik, ruang/tata ruang, religi. Perkembangan konsep pembangunan daerah saat ini cenderung mengesampingkan gaya arsitektur lokal (setempat) yang bila dikembangkan, mampu mengangkat kebesaran nama suatu daerah yang akan dikenal dan berjaya. Misalnya arsitektur Joglo, arsitektur Honai, arsitektur colonial, arsitektur bizantum, arsitektur minang, arsitketur fengsui, arsitektur halit-mbol chalit, sudah ada di wilayahnya masing-masing sejak zaman keberadaan nenek moyangnya, dan berkembang bersama-sama dalam kehidupan mereka. Faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga arsitektur tradiaionl menjadi terlupakan adalah: 1. pengaruh aliran arsitektur luar dengan gaya, estetika dan bentuk yang moderen. 2. keinginan pemilik bangunan rumah yang cenderung menginginkan bentuk arsitektur model aliran lain. 3. Pemerintah setempat tidak fasih dalam mengembangkan suatu konsep pembangunan dengan menggali kearifan lokal, sehingga arsitektur tradisional tidak dapat diperhatikan. Hamah Sagrim 377 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT 4. Tenaga perancang dan ahli-ahli arsitektur yang tidak jeli dalam mengangkat aliran arsitektur tradisional untuk menterjemahkannya dalam bentuk moderen, sehingga arsitektur lokal tetap tersembunyi/hanya dalam bayang-bayang tradisional saja. Hamah Sagrim 378 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT BAB V PENUTUP KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Dari hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : A.1. Bentuk Arsitektur Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat yang mempengaruhi kenyamanan thermal dalam bangunan Rumah tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat pada dasarnya adalah merupakan bangunan tradisional dan sistem bentuk / tampilannya telah diatur dalam suatu kaidah yang dikenal dengan budaya Appabolang. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada enam rumah tradisional maybrat imian sawiat, maka dapat disimpulkan bahwa bentuk arsitektur rumah Maybrat Imian Sawiat turut mempengaruhi kenyamanan thermal dalam bangunan, walupun sebenarnya pemikiran mengenai kenyamanan lebih banyak merupakan suatu unsur sampingan yang timbul secara tidak sengaja dari konsep penyesuaian diri terhadap kerasnya suhu di wilayah Maybrat Imian Sawiat dalam menciptakan kenyamanan thermal pada ruang dalam bangunan. Selanjutnya dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Lokasi Lokasi yang diperoleh suku Maybrat Imian Sawiat dalam mendirikan rumahnya adalah mengikuti alur perbukitan, jalur jalan dan aliran sungai bagi yang di dataran gunung, sedangkan daerah pesisir memilih mengikuti garis pantai dan terpancar dengan pola perletakan di darat, diperalihan darat dan perairan serta diperariran laut. Ketiga lokasi pengelompokan hunian tersebut masih berada diwilayah yang berhubungan langsung dengan hutan dan pesisir pantai, sehingga masih sangat dipengaruhi oleh angin kencang, kelembaban yang tinggi, korosi, dan pasang surut laut khususnya untuk rumah yang berdiri diatas perairan laut dan peralihan darat serta perairan. Hamah Sagrim 379 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT b. Orientasi Orientasi bangunan hunian di wilayah permukiman suku Maybrat Imian Sawiat merupakan penjewantahan dan hal ± hal yang mendorong bersifat ancaman dan mistis. Fasade rumah harus menghadap jalan (sarana penghubung/kontrak sosial) sebagai tanda kehormatan dan kesopanan, begitu pula pada rumah yang berhubungan dengan laut, fasade harus menghadap ke laut sebagai keselamatan. Unsur iklim seperti arah angin dan posisi lintasan matahari tidak menjadi pertimbangan. Dari hasil analisis, Rumah Tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat yang berada pada orientasi timur ± barat, sangat menguntungkan karena sisi yang paling banyak kena sinar matahari adalah sisi pendek bangunan. Pergerakan angin dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin karena sisi tinggi bangunan tegak lurus dengan arah angin. Orientasi ini secara tidak disadari turut mewujudkan kenyamanan thermal yang diperlukan. Sedangkan untuk rumah tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat yang berorientasi utara ± selatan, sisi yang paling banyak terkena sinar matahari adalah sisi panjang. Hal ini tentunya kurang menguntungkan karena dapat menjadi sumbangan panas dalam bangunan. c. Bentuk dan Denah Suku Maybrat Imian Sawiat dalam menentukan ukuran / dimensi bangunan, menggunakan teori kira ± kira, kadang menggunakan ukuran tubuh manusia (jengkal), namun untuk ukuran tinggi bangunan biasanya disesuaikan dengan ukuran panjang pendeknya bahan konstruksi. Bentuk denah yang tercipta dari ukuran ± ukuran tersebut adalah suatu bentuk dengan yang bersegi empat pipih, sehingga memungkinkan untuk diterapkan system cross ventilase dan pemanfaatan cahaya matahari sebagai pencahayaan alami, serta pembuangan kepulan asap. Rumah dengan bentuk denah seperti ini cocok untuk daerah yang beriklim lembab. Rumah tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat berbentuk rumah panggung yang memiliki kaki, badan dan kepala sebagai konsekwensi dari aturan budaya Appabolang. Kaki harus ditinggikan dari permukaan tanah karena kondisi memungkinkan untuk mengantisipasi pengaruh eksternal yang terjadi. Kaki/tiang dilengkapi dengan palang /penyangga (katar) supaya tiang tidak cepat rusak/lapuk apabila bersentuhan dengan tanah. Badan rumah sebagai penghidupan sejati yang harus dilindungi dari alam luar yang jahat, sehingga ditempatkan di posisi tengah. Hal ini tentu saja untuk melindungi ruang ± ruang aktivitas keluarga dari Hamah Sagrim 380 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT radiasi matahari, angin kencang, hujan dan pasang surut air laut. Kepala / atap, harus ditinggikan yaitu tidak boleh kurang dari manusia. Kondisi ini tentu bermanfaat untuk menetralisir suhu panas yang ada didalam ruang. d. Atap dan Dinding Atap bagi suku Maybrat Imian Sawiat berfungsi untuk melindungi bangunan dari panas matahari dan kebasahan hujan. Dinding sebagai kulit bangunan yang senagtiasa harus manjadi pelindung terhadap radiasi matahari, hempasan air hujan, kelembaban dan angina kencang dari luar. Pada rumah tinggal suku Maybrat Imian Sawiat dengan penggunaan dinding bangunan dari kulit kayu, gaba ± gaba, papan kayu, diketahui mempunyai time lag kecil, sehingga panas yang ada langsung diterima dan dipancarkan untuk itu dinding banguan harus senangtiasa terbayangi/terlindungi dari sinar matahari langsung. e. Overstek / Pelindung Rumah tinggal suku Maybrat Imian Sawiat rata ± rata tidak menggunakan overstek, padahal untuk rumah tinggal Suku Maybrat Imian Sawiat, overstek atau pelindung sangat dibutuhkan setiap sisi bangunan untuk melindungi dinding terutama dari sinar matahari langsung, mengingat bahan dinding yang digunakan dari papan kayu, kulit kayu, dan gaba ± gaba dengan time lag yang kecil. f. Material dan Warna Pemilihan material atap pada rumah tinggal suku Maybrat Imian Sawiat rata ± rata menggunakan atap daun sagu, daun rumbino dan seng. Penggunaan daun sangat baik untuk merendam pengaruh radiasi matahari karena tidak menyerap panas, bahkan mempunyai pengudaraan yang baik. Atap daun dapat merefleksikan panas antara 20% - 23% sedangkan kekurangan penggunaan atap daun mengakibatkan kemudahan untuk terserang hama dan serangga. Namun pada daerah pesisir pantai Tehit, Sorong Selatan, yang memiliki kadar garam tinggi, hama atau serangga perusak tidak dapat berkembang sehingga atap daun sangat menguntungkan terutama untuk mengusir kelembaban dan mengurangi panas yang ada dalam ruang. Disisi lain, pengguna atap seng di daerah pantai kurang tepat karena kadar garam yang tinggi dapat menyebabkan korosi, sehingga atap seng mudah rusak. Penggunaan atap seng bagi suku Maybrat, Imian, Sawiat, disamping karena pertimbangan konstruksi yang ringan, Hamah Sagrim 381 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT juga terhadap kebiasaan menampung air hujan untuk keperluan sehari-hari. Air hujan dari cucuran atap seng lebih jernih dan lebih bersih dibanding atap daun. Atap seng dapat merefleksi 90% - 70% akibat radiasi matahari. Pada rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, atap seng rata-rata tidak diberi warna. Dengan demikian maka atap seng cepat merefleksi panas sekitar 45% - 25% sehingga terasa cepat panas, yang mengakibatkan pengaruh pada kondisi konfort di dalam ruangan. Untuk itu dapat diantisipasi dengan pemasangan plafond dan bukaan jendela yang cukup. Disamping itu, bahwa atap seng mudah terjadi kondensasi khususnya dipagi hari. Untuk itu, konstruksi kayu yang ada dibawah harus terlindungi benar dari kelembaban. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian cat atau ter dan harus bisa bernafas artinya hawa udara senantiasa mengalir berputar dibawahnya. Pada rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, dapat dikataka telah merespons terhadap kondisi ini. Sedangkan untuk elemen bangunan lain umumnya menggunakan material dari Kayu sebagai struktur dan tali sebagai pengikat. Material kayu diketahui mempunyai kemampuan pemantulan sekitar 60% - 40%. g. Pola Penataan Hunian. Pola penataan hunian dipermukaan wilayah hunian Maybrat, Imian, Sawiat, ini mengikuti lereng perbukitan bagi wilayah perbukitan, dan mengikuti pesisir pantai bagi wilayah pesisir atau ini bisa dikatakan bahwa masih semrawut dan tidak teratur. Tentusaja kondisi ini dapat mempengaruhi tinggi rendahnya temperatur lingkungannya. Pada rumah halit yang diteliti, setiap rumah di wilayah pegunungan lereng, tidak memperhatikan jarak ruamah antara satu dengan yang lain tetapi bergantung pada pemilihan lokasi, karena dipengaruhi oleh lereng, bukit dan tebing sehingga lokasi sebagai ukuran utama penempatan bangunan. Sedangkan di wilayah pesisir pantai, memperhatikan perbandingan yang seimbang antara luas lahan dan luas bangunan. Hal ini tentunya dapat menjadi pendukung yang baik untuk mengontrol arah angin dan memanfaatkannya untuk mengusir kelembaban dan panas dalam ruang. A.2. Pengaruh Iklim Terhadap Kenyamanan Thermal Rumah Tinggal Suku Maybrat, Imian, Sawiat. Hamah Sagrim 382 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Berdasarkan analisis dari hasil pengamatan, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan hunian suku Maybrat, Imian, Sawiat, beserta lingkungan dan budayanya telah dapat merespon terhadap pengaruh iklim tropis untuk mencapai kenyamanan thermal dalam bangunannya sebagai berikut: b. Pengaruh Sinar Matahari Untuk menghindari sinar matahari langsung masuk ke dalam bangunan, maka dianjurkan untuk memakai pelindung dari atap dan dinding. Namun dari hasil analisis dengan menggunakan susunan path diagram, kulit yang ada belum cukup untuk melindungi kulit bangunan dari sinar radiasi matahari. Sehingga masih membutuhkan pematah sinar matahari dengan panjang tentunya. Sedangkan pemanfaatan cahaya matahari untuk pencahayaan alami pada tiap rumah halit, hampir seluruhnya berfungsi dengan ketentuan bahwa setiap ruang yang ada harus diberi lubang 2m-2,8m lubang bukaan/jendela. Sementara dindingnya dari bahan kayu, dan kulit kayu, yang mempunyai celah. Dari hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, yang sisi bangunannya berorientasi pada utara selatan, pemanfaatan cahaya alaminya memenuhi persyaratan besar intensitas cahaya yang dianjurkan. Sedangkan rumah yang sisi panjang bangunannya berorientasi timur barat, pada jam 12.00 dan jam 14.00 nilai intensitas cahayanya berada diatas ambang persyaratan maksimal. Jadi pada jam-jam ini terjadi discomfort. c. Pengaruh Temperatur Udara. Dari hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa rentang temperatur yang terjadi pada rumah di daratan dan di peralihan, rata-rata tinggi. Sedangkan rumah perairan laut menunjukkan kondisi temperatur yang berkisar sedang ke rendah. Hal ini disebabkan karena dibidang daratan lebih panas dua kali lebih cepat dari pada bidang air pada luas yang sama, dan bidang air kehilangan sebagian energi panasnya karena penguapan. Disamping itu pola peletakan hunian diperalihan yang cenderung padat tidak teratur menjadi penghambat aliran angin untuk mencapai jendela/bukaan, sehingga perannya untuk menurunkan temperatur udara sangat kecil. Hamah Sagrim 383 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT d. Pengaruh Hujan dan Kelembaban Terhadap pengaruh hujan diatasi dengan pembentukan atap yang memadai. Hal ini tentunya untuk mempercepat turunnya air hujan dari atap supaya tidak merembes masuk kedalam rumah, disampin untuk ditampung sebagai persediaan air bersih sehari-hari (khsus wilayah pesisir laut). Namun pada hunian perkampungan di Maybrat, Imian, Sawiat, umumnya dibangun dengan bentuk atap pelana dengan sudut jatuh suram menutupi sebagian badan/dinding rumah sehingga pengaruh hempasan hujan untuk menembus dinding dapat terlindungi. e. Pengaruh Pergerakan Udara Kecepatan gerak udara sangat penting dalam usaha menciptakan suatu nilai kenyamanan. Bila dilihat dari bentuknya maka perlu ditambahkan bukaan/jendela disetiap rumah hunian suku Maybrat, Imian, Sawiat, sehingga cukup memenuhi kriteria kenyamanan, karena dengan bukaan yang ada bisa memanfaatkan udara sebagai penghawaan alami. Namun pemanfaatan aliran angin melalui penempatan bukaan pada posisi yang tepat, belum seluruhnya tercapai pada setiap rumah pesisir untuk kecepatan angin 0,1m/det dengan arah angin miring terhadap lubang, bila bukaannya miring maka belum memenuhi persyaratan, untuk kegiatan keluarga. Hal ini disebabkan karena perletakannya berada pada daerah peralihan daratan dan perairan. Pergerakan udara didaerah peralihan daratan dan perairan ini diketahui rata-rata 2-3, 1 km/jam. Sedangkan untuk didaratan/pegunungan, pergerakan udara rata-rata 3,1 km/jam dan untuk diperairan laut rata-rata 5.3 km/jam. Kecepatan udara diperalihan relatif kecil karena pola perletakan huniannya cenderung pada dan tidak teratur, sehingga pergerakan udara terhalang ke bangunan. f. Kenyamanan Thermal Rumah Halit Kondisi udara yang dirasakan nyaan mempunyai kombinasi dan temperatur kelembaban, dan kecepatan angin. Kondisi tiap rumah Halit dalam sehari berada pada kondisi nyaman optimal menurut kekondisian hangat kondisi nyaman optimal pada rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, dapat disimpulkan berdasarkan pola perletakan hunian sebagai berikut. Hamah Sagrim 384 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT y Untuk perletakan hunian di daratan gunung. Kondisi kenyamanan optimal rata-rata terjadi pada jam 18.00 ± 08.00 pagi. Sedangkan pada jam 10.00 ± 16.00 sore beradadalam kondisi hangat. y Untuk perletakan hunian di peralihan darat dan perairan laut. Kondisi nyaman optimal rata-rata hanya terjadi pada jam 01.00 ± 16.00 sore berada dalam kondisi hangat. y Untuk perletakan hunian di perairan laut pada jam 18.00 ± 08.00 pagi. Sedangkan pada jam 10.00 ± 16.00 sore berada dalam kondisi hangat. Kondisi kenyaanan didarat dan diperairan laut sebenarnya kurang lebih hampir sama. Hal ini disebabkan karena kelembaban di perairan laut lebih tinggi daripada didarat. Sedangkan rentang temperatur berlaku sebaliknya, sehingga kondisi yang ditunjukkan dalam diagram olgyay berada dalam kondisi tidak nyaman dan masih perlu ditoeransi dengan tambahan angin sekitar 0,5 ± 1,5 m/det. Sedangkan untuk hunian yang berada di peralihan darat dan perairan laut masih membutuhkan tambahan angin sekitar 1,5-1,3 m/det. B. REKOMENDASI 1. Budaya Appabolang sebagai pedoman untuk medirikan rumah halit-mbol chalit, bukan suatu aturan yang kaku, tetapi tetap berkembang mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu, bentuk dan tampilan rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, sebagai hasil budaya Appabolang dapat diadaptasikan dengan menambahkan aspek-aspek perancangan yang merespon terhadap lingkungan alam tropis. Dengan demikian, selain aspek teknis dan aspek kesehatan dapat lebih memenuhi persyaratan dan aspek sosial budaya masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, dapat sesuai dan diterima. 2. Terhadap iklim, disarankan: a. Untuk mengurangi radiasi matahari terhadap atap bangunan dan mengurangi efek silau, penggunaan atap seng sebaiknya dilapisi dengan cat warna kemerahan (dapat merefleksi panas 35%). Atau dengan menggunakan genteng asbes untuk manggantikan seng. Karena genteng asbes selain tidak mudah berkarat, konstruksinya ringan, mudah dipasang, cukup murah, dan tidak perlu khawatir terhadap proses pembusukan seperti atap daun. Untuk mengurangi silau akibat pantulan air laut dan terang langit, dapat diatasi dengan pembuatan pematah matahari, selain itu digunakan untuk perlindungan dan pengaruh hujan. Panjang pematah sinar matahari disarankan Hamah Sagrim 385 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT adalah sepanjang 1,2 m ± 2 m dengan bentuk yang sesuai dengan jendela dan kemiringan atap. b. Perlu ada pemberian jarak pada bangunan untuk mendapatkan keteraturan tata letak bangunan, hal ini dimaksudkan untuk memberikan efek pengaliran udara yang baik pada lorong-lorong antar rumah, serta untuk menurunkan kondisi kelembaban yang sangat tinggi. Pola tata letak bangunan yang disarankan adalah berbaris membentuk grid, supaya angin dapat dengan leluasa mencapai bangunan. Angin yang bertiup sangat kencang tentu saja akan menjadi masalah. Jadi perlu ada usaha untuk mengendalikannya. Misalnya dengan penahan-penahan angin seperti defletor-defletor yang membelokkan arah angin menurut yang kita kehendaki dan bahkan dapat dimanfaatkan terutama untuk mengusir kelembaban yang sangat tinggi. Solusi tepat untuk menjembatani antara tiupan angin kencang yang sering terjadi di pantai dan di lain pihak kebutuhan akan gerakan udara untuk mengusir tingkat kelembaban yang sangat tinggi. Perlu juga diperhatikan mengenai pemanfaatan vegetasi yang dapat tumbuh di wilayah pesisir pantai seperti pohon bakau, pohon palm, dan lain-lain sebagai klimatologi kontrol, juga dapat memberi nilai estetika. c. Pada prinsipnya pembangunan rumah diatas tiang-tiang (rumah panggung) adalah suatu keputusan yang cukup bijaksana, apalagi bila bediri diwilayah pesisir pantai dengan kondisi alam yang sangat keras. Disamping itu, pemakaian konstruksi ini telah terbukti dapat mencapai suatu nilai kenyamanan yang diinginkan apabila ditangani dengan cerdas. Untuk itu pada penelitian selanjutnya perlu dipikirkan suatu aspek penanganan baik dan segi perencanaan maupun perancangan. Sesuai dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi. Tentunya untuk mendapatkan manfaat semaksimal mungkin sehingga warisan budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita tidak punah, bahkan akan menampilkan jati diri bagi perkembangan arsitektur di Indonesia. d. Selain itu, untuk menghindari kelembaban dan memberikan kehangatan dalam ruang, dianjurkan untuk setiap bukaan-bukaan, overstek, ventilasi perlu dilapisi dengan senat (semacam anyaman dari kulit pelepah sagu). Karena menurut penelitian kami, senat mampu mengembalikan suhu yang hangat pada ruang thermal yang dingin dalam waktu 2 jam untuk ukuran bangunan 7-10 meter persegi. Hamah Sagrim 386 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT USULAN KONSEP REDESAIN/REKOMENDASI Gambar: Tampak Depan bentuk redesain/ Rekomendasi Hamah Sagrim 387 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Gambar: Tampak samping kiri bentuk redesain/rekomendasi Hamah Sagrim 388 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Gambar: Tampak samping kanan bentuk redesain/rekomendasi Hamah Sagrim 389 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Gambar: Tampak belakang bentuk redesain/rekomendasi Hamah Sagrim 390 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT KONSEP DASAR DAN TURUNANNYA/REKOMENDASI TRADISIONAL MODEREN Gambar: Denah Tradisional Gambar: Redesign Denah Dari bentuk Tradisional kebentuk moderen Gambar: Tampak Depan bentuk tradisional Gambar: Redesign Tampak Depandar bentuk tradisional ke- bentuk moderen Hamah Sagrim 391 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Gambar: Tampak samping kiri bentuk tradisional Gambar: Redesign Tampak samping kanan dari bentu tradisional ke-bentuk moderen Gambar: Tampak samping kiri bentuk Tradisional Gambar: Redesign Tampak samping kiri dari tradisional ke- bentuk Moderen Hamah Sagrim 392 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Gambar: Tampak Belakang bentuk Tradisional Gambar: Redesign Tampak Belakang dari tradisional ke-bentuk moderen Struktur bentuk redesign kepala ornament dari tradisional menjadi bentuk moderen. Jenis ornament tersebut adalah rahang Babi dan Rahang Rusa, yang selanjutnya dikembangkan menjadi bentuk moderen dengan mempertahankan bentuknya sebagai dasar aliran. Untuk bentuk Hamah Sagrim 393 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT moderen telah dimodifikasikan sedemikian sehingga tampaklah suatu nilai estetika, dan karena pertimbangan estetika maka dibentukkan sedemikian. Nilai yang terkandung pada ornament ini adalah kebesaran seseorang. Bentuk pengadopsian sisa kayu yang diambil dari kepala burung kakatua putih yang diadopsikan menjadi ornament pada bangunan arsitektur Maybrat, Imian, Sawiat. Bentuk dan redesain tidak harus kaku dengan menggunakan bahan kayu, tetapi dapat di kembangkan menjadi rumah moderen dengan bahan konstruksi beton tanpa meninggalkan gaya dan bentuk serta nilainilai aslinya. Hamah Sagrim 394 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Garis anak panah diatas yang dihubungkan antara rumah tradisional ke rumah moderen menunjukkan bentuk-bentuk bangunan dan aliran yang di-redesign menjadi bentuk moderen dengan gayanya yang tetap khas. Gambar listplank dari yang bekas yang menjadi diadopsikan kaki kepiting dikembangkan aliran arsitektur Maybrat, Imian, Sawiat. Hamah Sagrim 395 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT ALTERNATIF PEMECAH ANGIN/REKOMENDASI Kisi-kisi kayu pengontrol angin Jendela dengan defektordefektor yang dapat mengontrol angin kencang Lantai Papan Hamah Sagrim 396 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT LAMPIRAN GAMBAR GAMBAR RUMAH TRADISIONAL DARI ZAMAN PRASEJARAH HALIT ± MBOL CHALIT/LAMPIRAN Hamah Sagrim 397 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT GAMBAR RUMAH BERSALIN DAN RUMAH SEMI MODEREN/LAMPIRAN GAMBAR RUMAH NELAYAN/LAMPIRAN Hamah Sagrim 398 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT GAMBAR BENTENG PERTAHANAN SNEK DAN ASRAMA WANITA/LAMPIRAN GAMBAR KEMAH TABERNAKEL K¶WIYON-MBOL WOFLE/LAMPIRAN Hamah Sagrim 399 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT GAMBAR KOLOUM OMPAK HAFOT/LAMPIRAN GAMBAR PERAHU NELAYAN/LAMPIRAN Hamah Sagrim 400 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT GAMBAR PERLENGKAPAN BUSANA DAN PERLENGKAPAN UPACARA ADAT/LAMPIRAN Hamah Sagrim 401 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT A Aám : Koba-Koba, Payung tradisional hasil Teknologi Sederhana Orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang dibuat dari bahan Daun Pandanus dan tali. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Aban : Ular. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Af : Atap, Penutup rumah. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Ain : Tifa. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Aken : Perahu, Kole-kole, Sampang. Dalam sebutan bahasa lokal suku May ithe ± Maybrat. Anu : Kamu, Kalian. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Appabolang : Budaya yang lahir berdasarkan kebutuhan, adat istiadat dan pengaruh lingkungan. Istilah antropologi. Ara : Kayu, Pohon, Pepohonan. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Ayamaru : Nama Sebuah Distrik yang didiami oleh Sub Suku Bangsa Maybrat. Anak suku yang mendiami Distrik ini adalah Maybrat dan May Ithe, Letaknya di bagian kepala burung Pulau Papua, dan termasuk kabupaten Maybrat (Bagian Selatan Kabupaten Sorong). Suku Bangsa ini merupakan Sub Suku dari Suku bangsa Bonberai. Aitinyo : Nama sebuah Distrik yang didiami oleh sub suku bangsa Maybrat. Anak suku yang mendiami Distrik ini adalah May Ithe dan May Maka. Letaknya di bagian kepala burung pulau Papua, termasuk Kabupaten Maybrat (Bagian Selatan Kabupaten Sorong). Suku ini merupakan anak suku dari Sub Suku bangsa Maybrat, Suku Bangsa Bonberai. Aifat : Nama Sebuah Distrik yang didiami oleh Sub Suku Bangsa Maybrat. Anak suku yang mendiami Distrik ini adalah May Maka dan Meyah. Letaknya di bagian kepala burung pulau Papua, termasuk Kabupaten Maybrat (Bagian Selatan Kabupaten Sorong). Suku ini merupakan anak suku dari sub suku Bangsa Maybrat, Suku Bangsa Bonberai. Ait : Dia Laki-laki. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Al-Quran : Kitab Suci Umat Muslim. Apologi : Pengampunan. Dalam istilah Teologia Kristen. Ara : Kayu. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Hamah Sagrim 402 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Ara mag : Ampas Kayu. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Ara Mair : Bandar Pohon. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Ara Malák : Kulit Kayu. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Ara So : Cabang Kayu yang berbentuk Y biasa digunakan untuk Kolum Rumah. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. As r : Tiang utama Penyangga Tungku api. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Ayá : Air, Sungai. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Aya Maám : Tepian Sungai, Pesisir Sungai/Laut, Pinggiran sungai/laut. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. B Bakit : Sebutan Kepada Wanita Muda. Dalam bahasa lokal suku Maybrat. Bám : Kapak. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Barit : Tangga. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Beta : Semua, Keseluruhan, Tak satupun. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Biblikal : Berkaitan dengan Alkitab. Bofan : Upacara Penamaan, Tata cara pemberian nama dalam tradisi orang Maybrat, Imian, Sawiat. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Bo toh : Hal yang Baru, Mujizat, Kejadian Baru, Sesuatu yang baru, Pengalaman baru. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Bobot : Bangsawan, Kaum borjuis, Keturunan Berdarah biru, Keturunan Ningrat. Dalam bahasa lokal suku Maybrat. Bogonjong do : Arsitektur tradisional Sumatera Barat Indonesia Bohrá : Halaman Rumah, Kintal disekeliling Rumah, Pekarangan Rumah. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Bohlát : Pembayaran Denda. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Bohra Mn : Halaman Luar, Kintal diluar rumah, Pekarangan diluar rumah. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Bomit : Tempat Persembunyian berupa bangunan rumah, maupun Gua-gua. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Bomná : Ceritera Rakyat, Sejarah, Kisah ceritera. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Hamah Sagrim 403 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Bonberai : Sebutan Nama Suku Besar utama yang mendiami Pulau Papua. Suku Bangsa ini mendiami bagian kepala burung hingga leher pulau Papua. Menurut klasifikasi filum bahasa yang diklasifikasikan oleh ahli antropologi dan ahli linguistik 1982. Bonout : Pemikiran, isi hati, Perasaan, Rencana, Tujuan. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Bo ka n : Tali yang digunakan untuk menjahit dari bahan serat Kulit kayu. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Botgif : Firman, Kata-kata Nujum, Kata-kata santet, Kata-kata Mantra. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Bonout aro hahayah : Pemikiran yang berbeda, Ide lain, Pemikiran lain, Rencana lain. Dalam Sebutan Bahasa lokal suku Maybrat. Bo Ro Nno t : Barang yang diingat, Hal-hal yang diingat, Pemikiran, Daya Khayal, Imajinasi, Rencana. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Bo snyuk : Hal khusus, Rahasia, Berkaitan dengan Kausal, Sumpah Pribadi, Janji Khusus. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Boyi : Pembayaran Maskawin. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Br n : Bambu. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. B¶sioh : Tarian Tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat, Tari Ular, Tumbu Tanah. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Bta-Btá : Palem Hutan yang membentuk pohon Pinang. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. C Cekokan : Tekanan atau ide ± ide dari pihak lain Chlen : Burung. Dalam sebutan bahasa lokal Suku Sawiat, Imian. Comvergence : Satuan Gelombang yang berpusat pada satu titik. Dalam istilah Ilmu Geografi. D DAS : Daerah Aliran Sungai. Dalam istilah Ilmu Geografi. Divergence : Penyebaran Gelombang ketika mendekati semenanjung. Dalam istilah Ilmu Geografi. Dogmatic : Semacam Doktrin Iman. Hamah Sagrim 404 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT E Ex Nihilo : Berkaitan dengan Kekosongan, Ketiadaan, Penjadian. F Farokh : Selokhi, Mangkuk, Tempayan Minuman yang diraut dari kayu. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Mf : tidak, belum, tidak ada, belum ada. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Fet : Begitu, sedemikian, seperti begitulah. Dalam sebutan bahasa lokal Maybrat. Fijoh Malák : Kulit kayu dari Pohon dalam bahasa lokal disebut Fijoh atau termasuk keluarga ³Cofasuss SP´ Finyá : Perempuan, Wanita, (kata ini bisa sebagai kata ganti menunjukkan orang tunggal dan jamak). Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Finya Mabe : Ibu Melahirkan. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Finya Mgiár : Pendidikan Tradisional Orang Maybrat, Imian, Sawiat, pada zaman Prasejarah yang Khusus untuk Wanita. Flet bo : Berfilsafat. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Fra Habáh : Pecahan Batu, Bagian Lain dari Batu yang dipecahkan. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Fra Mán : Batu Tajam, Bagian Batu yang Tajam. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. G Ginyáh : Kecil, bayi, anak-anak, masih muda, belum cukup umur. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Gitaut : Cawat, Cedaku, Busana Tradisional orang Maybrat, Imian, Sawiat, mula-mula yang terbuat dari kulit kayu kemudian digantikan dengan Kain. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Gu ano : Sebutan Kepada Wanita bujang. Dalam sebutan bahasa Maybrat fersi May Maka. Gu mb t : Pusat/Pusar Bayi. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. H Habán : Kalung, Manik. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Hafot : Tiang Pancang, Tiang dengan Ompak, Koloum Induk, dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Hamah Sagrim 405 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Halelem : Pohon/Kayu yang serat kulitnya digunakan sebagai tali/benang dalam meramu noken dan payung tradisional. Dalam sebutan bahasa tradisional suku Maybrat. Halit Myi : Rumah gantung atau Rumah yang dibangun dengan ukuran tinggi bahkan ada yang dibangun diatas pohon yang rindang dan tinggi. Sebutan dalam bahasa lokal suku Maybrat. Halit Wyán : Rumah Kebun. Atau bangunan rumah yang khusus dibangun hanya di kebun yang fungsinya sebagai tempat menginap pemilik kebun. Dalam sebutan bahasa suku Maybrat. Hafot : Kolum. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Hafot Ra Mat : Kolum Cincang. Kayu yang dicincang oleh para tukang bangunan sebagai kolum bangunan. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Hafot Ra Mat : Kolum yang ditanam. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Hatik : Koba-koba, Payung tradisional hasil teknologi sederhana Orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang dibuat dari bahan daun Pandanus dan Tali. Dalam sebutan bahasa lokal suku Sawiat, Imian, Tehit. Hita gát : Daun Kering. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Hlambra : Parang Kuno yang dibuat dari bahan logam yang didagangkan dari daerah dongsong Vietnam Utara, dianggap sebagai Parang Pusaka dan digunakan sebagai perlengkapan upacara ritual/adat. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Homiletik : Pola Pendidikan Berasrama, Tertutup. Dalam istilah Teologia Kristen. Honai : Arsitektur Tradisional suku Dani Papua Indonesia Hr : Dinding Bangunan dari Kulit Kayu. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat I Imian : Nama sebuah Anak Suku dari Sub Suku Bangsa Tehit, Suku Bangsa Bonberai. Suku ini mendiami daerah Imian. Kabupaten Sorong Selatan. Letaknya dibagian Selatan Kabupaten Sorong dan dibagian Barat kabupaten Sorong Selatan. ir : Dosa. Dalam Sebutan Bahasa lokal suku Maybrat. Is t : Teras Rumah. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Isrá : Gua, Lubang batu, Tempat yang Berbentuk ceruk-ceruk oleh batu. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Ist : Hukum adat/komunual orang Maybrat, Imian, Sawiat. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. J Hamah Sagrim 406 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Joglo : Arsitektur Rumah tradisional jawa indonesia K Ka n : Penutup Atap yang diambil dari sejenis Tumbuhan Pandanus SP. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Kajang : Rumah diatas Perahu. Istilah yang diberikan oleh ahli antropologi asal Belanda dan Swedia 1950-an, yang menyebutkan bahwa perahu nelayan di pulau New Guinea yang dibagian atasnya dibangun rumah disebut perahu kajang/khanjang. Katár : Balok Pemikul. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Katektik : Pelajaran, Ajaran Injil, Firman. Dalam istilah Teologi Kristen. Kayah Haf t : Lubang yang digali untuk mendirikan kolum. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Kbe : nanti akan terjadi/tidak terjadi, nanti akan datang/tidak datang dll. Menunjukkan hal yang akan dan tidak akan terjadi. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Kr : Palang, Batasan, Tutupan. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Kre Finy : Palang/Batas Wanita. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Kre Ra Sm : Palang/Batas Pria. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Krirás : Didinding Rumah. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Kromb : Sejenis Musik tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, yang bentuknya seperti Biola dengan alat gesek/dawai. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Koti : Menjemur, Mengeringkan, Mengawetkan. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Kukek : Anak-anak, orang muda, bayi. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Kusia Habáh : Pecahan Botol, Beling, Pecahan Kaca. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. M Mafir Hr : Membuat dinding, Memasang dinding dengan bahan kulit kayu. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Makah : Membawa, Mengantarkan Sesuatu. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Mama : Mereka sedang Datang/Menuju kita, Dia Perempuan Datang/menuju kita. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Mam r : Gelap Gulita. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Hamah Sagrim 407 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Maná : Kepala Wanita, Kepala Hewan, Bagian depan (Kendaraan, Perahu, Kapal). Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Mato/ : Ruang Dalam, Pintu, bolong, lubang. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Mas f : Tengah, Pertengahan, Ditengah-tengah, Sentral, Pusat. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Mase/ : Besar, Banyak. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Massive Man : Orang yang hidupnya suka berperang. Orang yang masinh hidup pada zaman batu. Lihat kamus ilmiah populer fersi inggris. Mati haf t : Menanam Tiang Kolum. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Maut Hdán : Upacara Ritual dalam tradisi Orang Maybrat, Imian, Sawiat. Maut Shaflá : Upacara Ritual dalam tradisi orang Maybrat, Imian, Sawiat. Maut wláh : Upacara Ritual Untuk Pengakuan Dosa. Dalam tradisi orang Maybrat, Imian, Sawiat. Maybrat : Nama sebuah Sub Suku Bangsa dari Suku Bangsa Bonberai. Suku ini mendiami wilayah Maybrat. Anak suku dari suku ini adalah Maybrat, May ithe, May maka, meyah. Suku ini mendiami wilayah bagian selatan kepala burung Pulau Papua. May Ith : Nama Sebuah Anak Suku dari Sub suku Maybrat, Suku bangsa Bonberai. Suku ini mendiami wilayah Maybrat, wilayah bagian selatan kepala burung Pulau Papua. Mbiji aám : Proses Membuat ukiran/aliran bentuk sebagai Estetika pada Payung. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Mban Ra sme : Memberikan dukungan kepada laki-laki, Sebagai wanita yang menunjang suami. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Mber wiy n : Aktivitas Pendidikan Insisasi wiyon-wofle, Mendidik, Menasehati, Membimbing. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat Mbol : Perumahan, Gedung, Apartemen, Hotel, Bangunan Moderen, Mall, Benteng Pertahanan, Bangunan Utama rumah hunian moderen. Dalam sebutan bahasa lokal suku Sawiat, Imian. Mbol Chalit : Rumah Gantung, Rumah yang ukuran struktur Kolumnya tinggi, rumah yang dibangun diatas pohon tinggi. Dalam sebutan bahasa lokal suku Sawiat, Imian. Mbol Chalit Tein : Rumah Kebun, bangunan yang dibangun khusus dekat kebut untuk dihuni atau sebagai tempat peristirahatan sementara oleh petani. Dalam sebutan bahasa lokal suku Sawiat, Imian. Hamah Sagrim 408 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Mbol Chonon : Rumah Bersalin, Rumah khusus ibu dan anak. Dalam sebutan bahasa lokal suku Sawiat, Imian. Mbol Se : Rumah Nelayan, bangunan yang berdiri disepanjang pesisir sungai. Dalam sebutan bahasa lokal suku Sawiat, Imian. Mbol Nandla : Asrama Putra, Rumah bujang Laki-laki. Dalam sebutan bahasa lokal suku Sawiat, Imian. Mbol Nangli : Asrama Putri, Rumah bujang perempuan. Dalam sebutan bahasa lokal suku Sawiat, Imian. Mbol Wofle : Gereja, Masjid, Vihara, Kemah Suci, Bait Allah, Sekolah, Kampus, Universitas. Dalam sebutan bahasa lokal suku Sawiat, Imian. Mbou : Keramat, Mistik, Ghaib, Tidak tertandingi. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Meti : Melabuhkan Kapal di dermaga atau laut, Menemukan orang yang dikejar. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Meru : Arsitektur Tradisional Bali Indonesia Meyáh : Nama Sebuah Anak Suku dari sub suku Maybrat, Suku Bangsa Bonberai. Suku ini mendiami wilayah Maybrat, wilayah bagian selatan kepala burung Pulau Papua. Mhre : Duduk. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Mhoh Bia h : Mengejar Penjahat, Memburu Musuh. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Minyan : Parang. Dalam sebutan bahasa lokal suku Sawiat, Imian. Misioh : Memperbaiki, Menservice yang rusak menjadi baru, Meluruskan, Memperjelas. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Misiologi : Misi/Perjalanan/Sasaran/Program Gereja/Penginjilan. Istilah Teologi. Miwyah aám : Proses Pengawetan daun Pandanus untuk selanjutnya diramu menjadi Payung. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Mji n : Tidur, berbaring. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Mke r : Tidak bagus, Tidak estetis, Tidak Indah, Tidak Menarik, Tidak Baik, dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Mkes Af : Memasang Atap. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Mof : Baik, bagus, indah, menarik, estetis, dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Mnout : Dia Perempuan Mengingat, Mereka Mengingat. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Hamah Sagrim 409 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Morse : kode, tanda. Istilah dalam ilmu perang. Lihat pula istilah-istilah Pramuka. M¶syá : Dengan, Bersamaan, Terbalik ke bawah. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. M¶syien Rmah : Membuat/Memasang Lantai. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat Mti : Malam, Petang. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. M¶tw k : Memasuki, Mendekati. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Mwi bow : Sejenis Tarian Tradisional Orang Maybrat, Imian, Sawiat, Bernyanyi, Pujian. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Mwohat Ohát : Membuat Tungku Api. Dalam sebutan Bahasa Lokal suku Maybrat. N Nangli : Sebutan kepada Wanita Muda. Dalam sebutan bahasa lokal suku Sawiat, Imian, Tehit. Na : Sebutan yang menunjukkan Orang atau Manusia (kata ganti tunggal, menunjukkan orang banyak atau sebagai kata jamak) dalam bahasa lokal suku Sawiat, Imian. Na Wofle : Pendeta, Pator, Kiai, Biksu, Guru, Penasehat, Penginjil. Dalam sebutan bahasa lokal suku Sawiat, Imian. Nawe : Bilang, Mau, Kepingin, Bertekad. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. N¶b : Engkau Pegang (Kata ganti orang tunggal). Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. N¶fibo : Engkau/Anda Seperti/Bagaikan. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. N¶mát : Engkau/Anda Melihat. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. N¶r s : Berdiri. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. N¶sgi : Engkau Mendirikan Rumah, Engkau Membangun Rumah (Kata ganti orang Tunggal). Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. N¶s k : Memilih, Memilah. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. N¶truk : Engkau/Anda Masuk/Memasuki. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Nu t : Kamu Naik, Kamu Memanjat, Kamu Mendaki, Kamu Tutupi/menutup. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. N¶yi : Engkau, Anda. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. O Ohát : Tungku Api, Tempat untuk memasak. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. O : Tempat, Daerah, Wilayah, Areal. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Omni science : Maha Mengetahui. Hamah Sagrim 410 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Omni Present : Maha Berada. Or n : Sebutan Kepada Tuhan Allah Bapa. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. P Pastoral : Kependetaan, Berkaitan dengan Pelayanan Keluarga. Istilah dalam Teologia Kristen Plural : Multi Dimensi, Berfariasi, Multi etnic, Multi cultural. R Raá : Sebutan yang menunjukkan Orang atau Manusia, (kata ganti tunggal menunjukkan orang banyak atau sebagai kata jamak) dalam bahasa lokal sub suku Maybrat. Kabupaten Maybrat. Raá n : Orang tidak berpendidikan, Buta Aksara, Manusia Fana, Orang yang penuh dengan Dosa. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Raá Kinyáh : Rakyat, Masyarakat biasa, bukan bangsawan. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat, Imian, Sawiat, Tehit. Raá Mab : Orang Tua, Petuah. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Raá Mb r : Pelajar, Orang terdidik, Kaum Berpendidikan. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Raá Wa t : Orang Kepunyaannya, Rakyatnya, Pengikutnya. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Raá Wiy n : Pendeta, Pastor, Ustat, Biksu, Guru, Penasehat, Penginjil, Guru Jemat. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Rae Sawán : rakyat kecil, masyarakat, orang bukan bangsawan. Dalam Bahasa lokal anak suku May Maka (daerah Karon, Mare). Refraction : Pembiasan Gelombang. Dalam istilah Geografi. Reto : Yang itu. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Riof kanyá : Keserasian, Kebahagiaan bersama, berkaitan dengan kebahagiaan orang banyak. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Rmáh : Lantai. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Ro : Yang. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Rot : Lain, Tidak Sama, Tidak sesuai, Berbeda. R : Sebutan Burung dalam bahasa lokal Suku Maybrat. Kabupaten Maybrat. S Hamah Sagrim 411 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Safáh : Taring Dari Ular Naga yang dijadikan sebagai bahan perhiasan/manik/kalung. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Saf m : Hutan Belantara, berkaitan dengan alam hutan. Sebutan dalam bahasa lokal suku Maybrat. Sah : Pisau. Dalam sebutan bahasa lokal suku Sawiat, Imian. Sala : Api. Dalam sebutan bahasa lokal suku Sawiat, Imian, Tehit. Sam : Perumahan, Gedung, Hotel, Bangunan Megah, Rumah Moderen. Samu Kr : Rumah Bersalin atau rumah untuk Ibu yang melahirkan. Dalam sebutan bahasa suku Maybrat. Samu Mat : Ruang Dalam (interior) dalam sebutan bahasa lokal Suku Maybrat. Samu Sir t : Gedung Pertemuan, Gedung Upacara, Rumah Berkumpul. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Samu Sn k : Benteng Pertahanan, Rumah Persembunyian. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Samu Mamb : Rumah Nelayan, Rumah Pesisir, Bangunan yang berdiri di pesisir sungai. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Samu Kusm : Asrama Putra, Rumah khusus laki-laki bujangan. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Samu Kuan : Asrama Putri, Rumah khusus wanita Bujangan. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Samu K¶wiyon : Rumah Suci, Gereja, Masjid, Vihara, Tabernakel, Kemah, bait Allah, Sekolah, Kampus, Universitas. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Sana Wiy n : Menguji Murid, Memberi Ujian, Memberi Ulangan Kepada Murid. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Sawiat : Nama sebuah Anak Suku dari Sub Suku Bangsa Tehit, Suku Bangsa Bonberai. Suku ini mendiami daerah Sawiat. Kabupaten Sorong Selatan. Letaknya dibagian Selatan Kabupaten Sorong dan dibagian Barat kabupaten Sorong Selatan. Sb s : Menjahit. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. se : Biasa, Saja, Cuma. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Ses : Rotan Jenis Besar, sering disebut rotan Jawa. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Hamah Sagrim 412 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Sfa : Gunung, Orang yang hidup dibagian Pegunungan, Orang Gunung. Istilah dalam sebutan bahasa lokal suku Sawiat, Imian, Tehit. Singular : Tunggal, Satu, Perorangan. Sm : laki-laki. Ra sme: Dia laki-laki, orang Laki-Laki. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Sm : Bermimpi. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat Sn h : Kalem, Lembah lembut, Halus, Tidak Kasar. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Sny k : Khusus, Pribadi, rahasia. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. S f : Gording. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Sog : Parang. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat Soh : Bila Mana, Apabila, Jikalau. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. So : satu, tunggal, bersama, tidak terpisah-pisah. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Srah : Palem Hutan yang jenis pohonnya kecil biasanya digunakan sebagai bahan lantai rumah. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Sr : Salah, Meleset, Tidak Tepat, Keluar dari aturan. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat S : Bersama-sama. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Sui generis : Generasi, Perasaan Menyeluruh Sum Kafir : Nama Kafir, Nama yang tidak dibabtis. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. S r : Sebutan Umum untuk Kayu (Tiang, Balok, Nok, Reng, Usuk, Gording dll). Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Sw r : Balok Sokong, Balok Pengikat angin. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. T Tabám : Tanah, Negeri, Lembah, Negara, Benua, Daerah. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Taf h : Api. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Tagi : Penguasa Alam Air, Roh Halus yang Berada di Air/Sungai sehingga sungai tersebut dianggap keramat/mistik. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Tar : Stadion, Arena Pertunjukkan, Gedung Olahraga, Gelanggang Olahraga. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Tb l : Bambu yang berwarna Kuning/Bambu Cina. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Tf : Pisau. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Hamah Sagrim 413 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Tgif : Membaca Firman, Membaca Mantera, Membaca Nujum. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Ti Manáf : Bubungan Atap, Bagian Kepala Rumah. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Tin : Antin. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Tmáh : Kapak. Dalam sebutan bahasa lokal suku Sawiat, Imian. Tná : hal/sesuatu/kejadian baru, lalu, terus, selanjutnya. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Tongkonan : Arsitektur tradisional Toraja Indonesia To : Rotan, Tali, Ikatan, Pengikat. Sebutan dalam bahasa lokal Suku Maybrat. Tok : Tifa yang ukurannya kecil. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Tr f : Alat Gesek/Dawai Biola. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Truk : Masuk, Kedalam. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Turáf : Gaba-gaba. Tangkai dari sagu yang difungsikan sebagai bahan penutup dinding Bangunan. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Tw k : Masuk, Memasuki. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. U Undagi : Manusia terampil. Dalam istilah ilmu Antropologi W Waná : Punya Mereka, Kepunyaan Mereka. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Wan : Kita, Kitorang. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat Watá : Sero, Bubu, Alat penangkap ikan, udang, hasil teknologi sederhana orang Maybrat, Imian, Sawiat. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Wat m : Nasehat, Firman, Kata bijak. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Wa : Taring Babi. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Wiy n : Sebutan Kepada Tuhan, Allah. Dalam bahasa lokal suku Maybrat. Wiyon Tná : Murid, Pelajar, Mahasiswa. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Wofle : Sebutan kepada Tuhan, Allah. Dalam bahasa lokal suku Sawiat, Imian. Wyák : Perahu, Kole-Kole, Perahu Sampang. Dalam sebutan Bahasa lokal suku Maybrat Y Hamah Sagrim 414 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Yhár : Dia (laki-laki) mengetahui, mengenal, menguasai, menjiwai. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Yho : Dia Laki-laki berada, Dia Laki-laki Bertahta, Dia Laki-laki Berdiam, Alamat orang Lakilaki. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Yhr : Dia Laki-Laki Duduk, Dia Laki-Laki Menjabat pada Jabatan, Dia laki-laki Menempati. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Ytah k n : Tidak lulus, Gugur dalam Ujian, Tidak berhasil dalam pendidikan. Dalam sebutan bahasa lokal suku Maybrat. Ytos guaw : Memelihara anak terlantar, Mengasuh anak terlantar. Dalam bahasa lokal suku Maybrat. DAFTAR PUSTAKA Hamah Sagrim 415 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT ³Juhana´ Arsitektur dalam kehidupan Masyarakat Bendera 2001 www.leden.edu.id ´Mansoben´sistem kepemimpinan pria berwibawa di Irian Jaya Breen, Ann. & Rigby, Dick. (1994): Waterfront- Cities reclaim their edge. New York: Mc. Graw hill. Campel, Craig,S. (1982): Water in landscape Architecture. New York: Van Nostrad Reinhold Company. Hardiman, Gagoek (2000) Peranan ruang terbuka hijau dalam peningkatan kualitas udara di perkotaan pada daerah tropis. Semarang. JAFT . Lippsmeier, Georg (1994); Tropenbau Building in the Tropics. Muenchen: Verlag Georg. D.W. Callwey. Pomanto, Danny. (2004) Bahan presentasi RTRW Kota Makassar 2005-2015. Makassar: PT.Dann Bintang GR. Susilo, Hendropranoto. Pryanto, Totok. (1993): Perkembangan Waterfront di Perkotaan. Majalah Sketsa 9 Mei 1993. Universitas tarumanegara, hal;13. Takeo, Kondo .(1991): Perspektif- Waterfront. Tokyo: Chiyodaku. Torre, L, Azeo. (1989). Waterfront Development. New York: Van Nostrand Reinhohld. DR-.Ing.Ir.Gagoek Hardiman. Sekretaris Progam Doktor Arsitektur dan Perkotaan. Program Pasca Sarjana. Undip. Jl.Imam Bardjo SH. No 3. Telp: (024)8412261, 8412262 FAX: (024)8412259: Email: S3archurb_undip@yahoo.com. Hamah Sagrim 416 ARSITEKTUR HALIT-MBOL CHALIT Tentang Penulis Hamah sagrim, lahir di lembah perbukitan Hamah Yasib, di daerah perkampungan Sauf-Kanisabar wilayah Maybrat, West Papua, Indonesia. Anak kedua dari empat bersaudara, Jeri, Itas, dan Desi. Orang tua ayah Nixon Sagrim dan ibu Marlina Sesa. Hamah dikenal sebagai seorang pendiam sabar dalam segala kekurangan dan kelebihannya dengan prinsip hidupnya uang dan harta duniawi tidak aku punya, tetapi aku memiliki Talenta luarbiasa dari Tuhan . Catatan prestasi : Juara II Sayembara Arsitektur, tingkat Mahasiswa arsitektur Asia Pasifik, 2003. menerima penghargaan dan sertifikat internasional oleh Evangelis Eksplotion internasional Malang Indonesia, 2004. Menjabat sebagai Koordinator Pelajar Arsitektur Asia-Pasifik Region II Indonesia tengah DIY, 2006. Menerima Penghargaan sebagai salah satu Mahasiswa berprestasi dalam penilaian Tahunan Mahasiswa Kristen DIY, 2007. Menjabat sebagai Direktur Program LSP DIY, 2007. Menerima Penghargaan dan sertivikat dalam Konferensi Asia Afrika di Mindanao Philipines, dalam karya penelitiannya yang mengungkapkan Umur Penghuni di pulau Papua, 2009. Member of International Working Group for Asia Afrika to Globalized (IWG) sekarang. Menjabat sebagai sekretaris IKMAPAS Surabaya, rangkap ketua, 2005. sebagai anggota GMNI 2005, dan GMKI 2007. Menjabat sebagai pendiri dan Sekretaris Umum LIP, DIY 2009. peneliti tamu di YPR DIY. Sebagai Anggota Team Perumusan Metode Belajar Nusantara pada 2006, bersama DIKTI. Seorang Penulis dan Peneliti Lepas yang fokus meneliti dan menulis tentang budaya Papua. Sebagai pembicara pada seminar seminar nasional dan internasional baik didalam Negeri dan diluar Negeri, dan masih banyak prestasi yang diperolehnya. Saat ini masih aktif sebagai mahasiswa Teknik Arsitektur di Universitas Widya Mataram Yogyakarta. Hamah Sagrim 417